Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perubahan perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan
dengan makin meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal
kehidupan hingga usia lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh.
Keadaan demikian itu tampak pula pada semua sistem muskuloskeletal dan
jaringan lain yang ada kaitannya dengan kemungkinan timbulnya beberapa
golongan reumatik. Salah satu golongan penyakit reumatik yang sering
menyertai usia lanjut yang menimbulkan gangguan muskuloskeletal
terutama adalah reumatoid artritis. Kejadian penyakit tersebut akan makin
meningkat sejalan dengan meningkatnya usia manusia.
Sjamsuhidajat (1997), artritis reumatoid merupakan penyakit
autoimun dari jaringan ikat terutama sinovial dan kausanya multifaktor.
Penyakit ini ditemukan pada semua sendi dan sarung sendi tendon, tetapi
paling sering di tangan. Selain menyerang sendi tangan, dapat pula
menyerang sendi siku, kaki, pergelangan kaki dan lutut. Artritis kronik yang
terjadi pada anak yang menyerang satu sendi atau lebih, dikenal dengan
artitis reumatoid juvenil.
Biasanya reumatoid artritis timbul secara sistemik. Gejala yang
timbul berupa nodul subkutan yang terlihat pada 30% penderita. Nodul
sering terdapat di ekstremitas atas dan tampak sebagai vaskulitis reumatoid,
yang merupakan manisfestasi ekstraartikuler. Bila penyakit ini terjadi bukan
pada sendi, seperti bursa, sarung tendon, dan lokasi lainnya dinamakan
reumatoid ektraarikuler.
Reumatik bukan merupakan suatu penyakit, tapi merupakan suatu
sindrom dan golongan penyakit yang menampilkan perwujudan sindroma
reumatik cukup banyak, namun semuanya menunjukkan adanya persamaan
ciri. Menurut kesepakatan para ahli di bidang rematologi, reumatik dapat
terungkap sebagai keluhan atau tanda. Dari kesepakatan, dinyatakan ada

REUMATOID ATRITIS 1
tiga keluhan utama pada sistem muskuloskeletal yaitu: nyeri, kekakuan
(rasa kaku) dan kelemahan, serta adanya tiga tanda utama yaitu:
pembengkakan sendi., kelemahan otot, dan gangguan gerak. (Soenarto,
1982).
Reumatik dapat terjadi pada semua umur dari kanak kanak sampai
usia lanjut, atau sebagai kelanjutan sebelum usia lanjut. Pucak dari
reumatoid artritis terjadi pada umur dekade keempat, dan penyakit ini
terdapat pada wanita 3 kali lebih sering dari pada laki- laki. Terdapat insiden
familial ( HLA DR-4 ditemukan pada 70% pasien ). Untuk itu akan dibahas
lebih lanjut pada makalah tentang asuhan keperawatan pada klien dengan
reumatoid artritis.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian reumatoid artritis. ?
2. Apa saja etiologi reumatoid artritis.?
3. Apa saja manisfestasi klinis reumatoid artritis.?
4. Apa saja klasifikasi reumatoid atritis?
5. Bagaimana patofisiologi reumatoid artritis.?
6. Apa saja komplikasi reumatoid artritis.?
7. Bagaimana prognosis reumatoid artritis.?
8. Apa saja pemeriksaan penunjang reumatoid artritis.?
9. Bagaimana penatalaksanaan/pengobatan reumatoid artritis.?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian reumatoid artritis.
2. Untuk mengetahui etiologi reumatoid artritis.
3. Untuk mengetahui manisfestasi klinis reumatoid artritis.
4. Untuk mengetahui klasifikasi reumatoid atritis.
5. Untuk mengetahui patofisiologi reumatoid artritis.
6. Untuk mengetahui komplikasi reumatoid artritis.
7. Untuk mengetahui prognosis reumatoid artritis.
8. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang reumatoid artritis.
9. Untuk mengetahui penatalaksanaan/pengobatan reumatoid artritis.

REUMATOID ATRITIS 2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Reumatoid Artritis


Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang
berarti sendi. Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis
berarti radang sendi. Sedangkan rheumatoid arthritis adalah suatu penyakit
autoimun dimana persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami
peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya
menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi (Gordon, 2002).
Artritis reumatoid adalah penyakit inflamasi non-bakterial yang
bersifat sistemik, progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta
jaringan ikat sendi secara simetris. Artritis reumatoid adalah gangguan
kronik yang menyerang berbagai sistem organ. Penyakit ini adalah salah
satu dan sekelompok penyakit jaringan penyambung difus yang diperantai
oleh imunitas dan tidak diketahui sebab-sebabnya. Biasanya terjadi
destrukti sendi progesif, walaupun episode peradangan sendi dapat
mengalami masa remisi.
Artritis reumatoid merupakan inflamasi kronik yang paling sering
ditemukan pada sendi. Insiden puncak adalah antara usia 40 hingga 60
tahun, lebih sering pada wanita daripada pria dengan perbandingan 3 : 1.
Penyakit ini menyerang sendi-sendi kecil pada tangan, pergelangan kaki dan
sendi-sendi besar dilutut, panggul serta pergelangan tangan. (Muttaqin,
2006)
Reumatoid Artritis (RA) adalah suatu penyakit inflamasi kronis
yang menyebabkan degenerasi jaringan penyambung. Jaringan
penyambung yang biasanya mengalami kerusakan pertama kali adalah
membran sinovial, yang melapisi sendi. Pada RA, inflamasi tidak berkurang
dan menyebar ke struktur sendi disekitarnya, termasuk kartilago artikular
dan kapsul sendi fibrosa. Akhirnya, ligamen dan tendon mengalami.
Inflamasi ditandai oleh akumulasi sel darah putih, aktivasi komplemen,

REUMATOID ATRITIS 3
fagositosis ekstensif, dan pembentukan jaringan parut. Pada inflamasi
kronis, membran sinovial mengalami hipertropi dan menebal sehingga
menyumbat aliran darah dan lebih lanjut menstimulasi nekrosis sel dan
respon inflamasi. Sinovium yang menebal menjadi ditutup oleh jaringan
granular inflamasi yang disebut panus. Panus dapat menyebar ke seluruh
sendi sehingga menyebabkan inflamasi dan pembentukan jaringan parut
lebih lanjut. Proses ini secara lambat merusak tulang dan menimbulkan
nyeri hebat serta deformitas. (Corwin, 2009).

B. Klasifikasi Rheumatoid Arthritis


Buffer (2010) mengklasifikasikan rheumatoid arthritis menjadi 4 tipe, yaitu:
1. Rheumatoid arthritis klasik pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda
dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit
dalam waktu 6 minggu.
2. Rheumatoid arthritis defisit pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda
dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit
dalam waktu 6 minggu.
3. Probable rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria
tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling
sedikit dalam waktu 6 minggu.
4. Possible rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria
tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling
sedikit dalam waktu 3 bulan.

Jika ditinjau dari stadium penyakit, terdapat tiga stadium yaitu :


1. Stadium sinovitis
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yg
ditandai hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat bergerak
maupun istirahat, bengkak & kekakuan.

REUMATOID ATRITIS 4
2. Stadium destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi
jg pada jaringan sekitarnya yg ditandai adanya kontraksi tendon.
3. Stadium deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif & berulang kali,
deformitas & gangguan fungsi secara menetap.

C. Etiologi Reumatoid Artritis


Penyebab artritis reumatoid masih belum diketahui secara pasti
walaupun banyak hal mengenai patologis penyakit ini telah terungkap.
penyakit ini belum dapat dipastikan mempunyai hubungan dengan faktor
genetik. Namun, berbagai faktor termasuk kecendrungan genetik bisa
memengaruhi reaksi autoimun. Faktor-faktor yang berperan antara lain
adalah jenis kelamin, infeksi (Price, 1995), keturunan (Price, 1995; Noer S,
1996), dan lingkungan (Noer S, 1996).
Hingga kini penyebab Remotoid Artritis (RA) tak diketahui, tetapi
beberapa hipotesa menunjukan bahwa RA dipengaruhi karena faktor-faktor
:
1. Mekanisme IMUN ( Antigen-Antibody) seperti interaksi antara IGC &
faktor Reumatoid
2. Gangguan Metabolisme
3. Genetik
4. Faktor lain : nutrisi & faktor lingkungan (pekerjaan & psikososial)
Penyebab penyakit Reumatoid arthritis belum diketahui secara
pasti, tapi faktor predisposisinya ialah mekanisme imunitas (antigen-
antibodi), faktor metabolik, & infeksi virus (Suratun, Heryati, Manurung &
Raenah, 2008).
Adapun Faktor risiko yg mau menaikkan risiko terkena nya artritis
reumatoid ialah;

REUMATOID ATRITIS 5
1. Jenis Kelamin.
Perempuan lebih gampang terkena AR daripada pria. Perbandingannya
ialah 2-3:1.
2. Umur.
Artritis reumatoid biasanya muncul antara umur 40 hingga 60 tahun.
Tapi penyakit ini jg bisa terjadi pada dewasa tua & anak-anak (artritis
reumatoid juvenil)
3. Riwayat Keluarga.
Apabila anggota keluarga anda ada yg menderita penyakit artritis
Reumatoid kian anda kemungkinan besar mau terkena jg.
4. Merokok.
Merokok bisa menaikkan risiko terkena artritis reumatoid.

D. Patologi Reumatoid Artritis


1. Kelainan pada sinovia
Kelainan artitis reumatoid dimulai pada sinovia berupa
sinovitis. Pada tahap awal terjadi hiperemi dan pembengkakan pada sel-sel
yang meliputi sinovia disertai dngan infiltrasi limposit dan sel-sel plasma.
Selanjutnya terjadi pembentukan vilus berkembang ke arah ruang sendi dan
terjadi nekrosis dan kerusakan dalam ruang sendi. Pada pemeriksaan
mikroskopik ditemukan daerah nekrosis fibrinoid yang diliputi oleh
jaringan fibroblas membentuk garis radial kearah bagian yang nekrosis.
2. Kelainan pada tendo
Pada tendo terjadi tenosinovitis disertai dengan invasi kolagen
yang dapat menyebabkan ruptur tendo secara parsial atau total.
3. Kelainan pada tulang.
Jika ditinjau dari stadium penyakit, terdapat tiga stadium yaitu :
a Stadium I (stadium sinovitis)

REUMATOID ATRITIS 6
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang
ditandai hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat bergerak maupun
istirahat, bengkak dan kekakuan.
b Stadium II (stadium destruksi)
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial
terjadi juga pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.
c Stadium III (stadium deformitas)
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang
kali, deformitas dan gangguan fungsi secara menetap.

4. Kelainan pada jaringan ekstra artikular.


Perubahan patologis yang dapat terjadi pada jaringan ekstra-artikuler
adalah :
a Otot
Pada otot terjadi miopati yang pada elektromiograf menunjukkan
adanya degenerasi serabut otot.
b Pembuluh darah kapiler
Terjadi perubahan pada pembuluh darah sedang dan kecil berupa
artritis nekrotik. Akibatnya terjadi gangguan respon arteriol terhadap
temperatur.
c Nodul subkutan
Nodul subkutan terdiri atas unit jaringan yang nekrotik di bagian
sentral dan dikelilingi oleh lapisan sel mnonuklear yang tersusun
secara radier dengan jaringan ikat yang padat dan diinfiltrasi oleh sel-
sel bulat. Nodul subkutan hanya ditemukan pada 25% dari seluruh
klien artritis reumatoid. Gambaran ektra-artikuler yang khas adalah
ditemukannya nodul subkutan yang merupakan tanda patognomonik
dan ditemukan pada 25% dari klien artritis reumatoid.
d Kelenjar limfe
Terjadi pembesaran kelenjar limfe yang berasal dari aliran limfe
sendi, hiperplasia folikuler, peningkatan aktivitas sistem

REUMATOID ATRITIS 7
retikuloendotelial dan proliferasi jaringan ikat yang mengakibatkan
splenomegali.

e Saraf
Pada saraf terjadi perubahan pada jaringan periuneral berupa
nekrosis fokal, rekasi epiteloid serta infiltrasi yang menyebabkan
neuropati sehingga terjadi gangguan sensoris.
f Organ-organ Visea
Kelainan artritis reumatoid juga dapat terjadi pada organ visera
seperti jantung dimana adanya demam reumatik kemungkinan akan
menyebabkan gangguan pada katub jantung. (Muttaqin, Pengantar
Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskletal, 2006).

E. Manisfestasi Klinis Reumatoid Artritis


Gejala awal terjadi pada beberapa sendi sehingga disebut poli artritis
rheumatoid. Persendian yang paling sering terkena adalah sendi tangan,
pergelangan tangan, sendi lutut, sendi siku pergelangan kaki, sendi bahu
serta sendi panggul dan biasanya bersifat bilateral/simetris. Tetapi kadang-
kadang hanya terjadi pada satu sendi disebut artritis reumatoid mono-
artikular. (Chairuddin, 2003).
Kriteria dm American Rheumatism Association (ARA) yang di revisi
1987, adalah:
1. Kaku pada pagi hari (morning stiffness). Pasien merasa kaku pada
persendian dan di sekitarnya sejak bangun tidur sampai sekurang-
kurangnya 1 jam sebelum perbaikan maksimal.
2. Arthritis pada 3 daerah. Terjadi pembengkakan jaringan lunak atau
persendian (soft tissue swelling) atau lebih efusi, bukan pembesaran
tulang (hyperostosis). Terjadi pada sekurang-kurangnya 3 sendisecara
bersamaan dalam observasi seorang dokter. Terdapat 14 persendian
yang memenuhi criteria, yaitu interfalang proksimal, metakarpofalang,

REUMATOID ATRITIS 8
pergelangan tangan, siku, pergelangan kaki, dan metatarsofalang kiri
dan kanan.
3. Arthritis pada persendian tangan. Sekurang-kurangnya terjadi
pembengkakan satu persendian tangan seperti tertera di atas.
4. Arthritis simetris. Maksudnya keterlibatan sendi yang sama;(tidak
mutlak bersifat simetris) pada kedua sisi secara serentak (symmetrical
polyartritis simultaneously).
5. Nodul rheumatoid, yaitu nodul subkutan pada penonjolan tulang atau
permukaan ektensor atau daerah jukstaartikular dalam observasi
seorang dokter.
6. Faktor rheumatoid serum positif. Terdapat titer abnormal faktor
rheumatoid serum yang diperiksa dengan cara yang memberikan hasil
positif kurang dari 5% kelompok control.
7. Terdapat perubahan gambaran radiologis yang khas pada pemeriksaan
sinar rontgen tangan posteroanterior atau pergelangan tangan, yang
harus menunjukkkan adanya erosi atau dekalsifikasi tulang yang
berlokalisasi pada sendi atau daerah yang berdekatan dengan sendi.

F. Patofisologi Reumatoid Artritis


Sebelum memahami patofisiologi penyakit reumatik penting untuk
memahami lebih dahulu tentang anatomi normal dan fisiologi persendian
diartrodial atau sinovial. Fungsi persendian sinovial adalah gerakan. Setiap
sendi sinovial memiliki kisaran gerak tertentu kendati masing-masing orang
tidak mempunyai kisaran gerak yang sama pada sendi-sendi yang dapat
digerakkan.
Pada sendi sinovial yang normal, kartilago artikuler membungkus ujung
tulang pada sendi dan menghasilkan permukaan yang licin serta ulet untuk
gerakan. Membran sinovial melapisi dinding dalam kapsula fibrosa dan
mensekresikan cairan ke dalam ruangan antar-tulang. Cairan sinovial ini
berfungsi sebagai peredam kejut dan pelumas yang memungkinkan sendi
untuk bergerak secara bebas dalam arah yang tepat.

REUMATOID ATRITIS 9
Sendi merupakan bagian tubuh yang paling sering terkena inflamasi
dan degenerasi yang terlihat pada penyakit reumatik. Inflamasi akan terjadi
pada persendian sebagai sinovitis. Pada penyakit reumatik inflamatori,
inflamasi merupakan proses primer dan degenerasi yang terjadi merupakan
proses sekunder yang timbul akibat pembentukan pannus (proliferasi
jaringan sinovial). Inflamasi merupakan akibat dari respon imun.
Kartilago artikuler memainkan dua peranan mekanis yang penting
dalam fisiologi sendi. Pertama, kartilago artikuler memberikan permukaan
penahan beban yang licin secara nyata, dan bersama cairan sinovial,
membuat gesekan (friksi) yang sangat rendah dalam gerakan. Kedua,
kartilago akan meneruskan beban atau tekanan pada tulang sehingga
mengurangi stres mekanis. Kartilago artikuler maupun tulang dapat normal
tetapi beban (gaya yang dihasilkan oleh berat tubuh) berlebihan pada sendi
menyebabkan jaringan tersebut gagal, atau beban pada sendi secara
fisiologis masih banyak tetapi kartilago artikuler atau tulangnya tidak
normal. (muttaqin, 2005).
Pada artritis reumatoid, reaksi autoimun terutama terjadi pada jaringan
sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi.
Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema,
proliferasi membran sinovial, dan akhirnya membentuk panus. Panus akan
menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang, akibatnya
menghilangkan permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot
akan turut terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan generatif
dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot.
1. Pada respon imun
Antigen mengaktivasi CD4+ sel T yang menstimulasi monosit,
makrofag dan syinovial fibroblas untuk memproduksi interleukin-1,
interleukin-6 dan TNF- untuk mensekresikan matrik metaloproteinase
melalui hubungan antar sel dengan bantuan CD69 dan CD11 melalui
pelepasan mediator-mediator pelarut seperti interferon- dan

REUMATOID ATRITIS 10
interleukin-17. Interleukin-1, interlukin-6 dan TNF- merupakan kunci
terjadinya inflamasi pada rheumatoid arthritis.
Aktifasi CD4+ sel T juga menstimulasi sel B melalui kontak sel
secara langsung dan ikatan dengan 12 integrin, CD40 ligan dan CD28
untuk memproduksi immunoglobulin meliputi rheumatoid faktor.
Sebenarnya fungsi dari rhumetoid faktor ini dalam proses patogenesis
reumatoid artritis tidaklah diketahui secara pasti, tapi kemungkinan
besar reumatoid faktor mengaktiflkan berbagai komplemen melalui
pembentukan immun kompleks.aktifasi CD4+ sel T juga
mengekspresikan osteoclastogenesis yang secara keseluruhan ini
menyebabkan gangguan sendi. Aktifasi makrofag, limfosit dan fibroblas
juga menstimulasi angiogenesis sehingga terjadi peningkatan
vaskularisasi yang ditemukan pada synovial penderita reumatoid artritis.

G. Komplikasi Reumatoid Artritis


1. Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan
ulkus peptik yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat
antiinflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan
penyakit (disease modifying antirheumatoid drugs, DMRAD) yang
menjadi penyebab mordibitas dan mortalitas utama pada artitis
reumatoid.
2. Komplikasi syaraf yang terjadi tidak memberikan gambaran jelas,
sehingga sukar dibedakan antara akibat lesi artikular dan lesi neuropatik.
Umumnya berhubungan dengan mielopati akibat ketidakstabilan
verterbra servikal dan neuropati iskemik akibat vaskulitis. (Mansjoer,
2001). Vaskulitis (inflamasi sistem vaskuler) dapat menyebabkan
trombosis dan infark.
3. Nodulus reumatoid ekstrasinovial dapat terbentuk pada katup jantung
atau pada paru, mata, atau limpa. Fungsi pernapasan dan jantung dapat

REUMATOID ATRITIS 11
terganggu. Glaukoma dapat terjadi apabila nodulus yang menyumbat
aliran keluar cairan okular terbentuk pada mata.
4. Penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari ,
depresi, dan stres keluarga dapat menyertai eksaserbasi penyakit.
(Corwin, 2009).
5. Osteoporosis.
6. Nekrosis sendi panggul.
7. Deformitaas sendi.
8. Kontraktur jaringan lunak.
9. Sindrom Sjogren (Bilotta, 2011).

H. Pemeriksaan Penunjang Reumatoid Artritis


Tidak banyak berperan dalam diagnosis artritis reumatoid, namun dapat
menyokong bila terdapat keraguan atau untuk melihat prognosis pasien. Pada
pemeriksaan laboraturium terdapat:
a. Tes faktor reuma biasanya positif pada lebih dari 75% pasien artritis
reumatoid terutama bila masih aktif. Sisanya dapat dijumpai pada pasien
lepra, tuberkulosis paru, sirosis hepatis, hepatitis infeksiosa, lues,
endokarditis bakterialis, penyakit kolagen, dan sarkoidosis.
b. Protein C-reaktif biasanya positif.
c. LED meningkat.
d. Leukosit normal atau meningkat sedikit.
e. Anemia normositik hipokrom akibat adanya inflamasi yang kronik.
f. Trombosit meningkat.
g. Kadar albumin serum turun dan globulin naik.
Pada pemeriksaan rotgen, semua sendi dapat terkena, tapi yang
tersering adalah sendi metatarsofalang dan biasanya simetris. Sendi
sakroiliaka jugasering terkena. Pada awalnya terjadi pembengkakan
jaringan lunak dan demineralisasi juksta artikular. Kemudian terjadi
penyempitan ruang sendi dan erosi. (Mansjoer, 2001).

REUMATOID ATRITIS 12
I. Penatalaksanaan/Pengobatan Reumatoid Artritis
Tujuan penatalaksanaan reumatoid artritis adalah mengurangi nyeri,
mengurangi inflamasi, menghentikan kerusakan sendi dan meningkatkan
fungsi dan kemampuan mobilisasi penderita.
Adapun penatalaksanaan umum pada rheumatoid arthritis antara lain :

1. Pemberian terapi
Pengobatan pada rheumatoid arthritis meliputi pemberian aspirin
untuk mengurangi nyeri dan proses inflamasi, NSAIDs untuk mengurangi
inflamasi, pemberian corticosteroid sistemik untuk memperlambat destruksi
sendi dan imunosupressive terapi untuk menghambat proses autoimun.
2. Pengaturan aktivitas dan istirahat
Pada kebanyakan penderita, istirahat secara teratur merupakan hal
penting untuk mengurangi gejala penyakit. Pembebatan sendi yang terkena
dan pembatasan gerak yang tidak perlu akan sangat membantu dalam
mengurangi progresivitas inflamasi. Namun istirahat harus diseimbangkan
dengan latihan gerak untuk tetap menjaga kekuatan otot dan pergerakan
sendi.
3. Kompres panas dan dingin
Kompres panas dan dingin digunakan untuk mendapatkan efek
analgesic dan relaksan otot. Dalam hal ini kompres hangat lebih efektive
daripada kompres dingin.
4. Diet
Untuk penderita rheumatoid arthritis disarankan untuk mengatur
dietnya. Diet yang disarankan yaitu asam lemak omega-3 yang terdapat
dalam minyak ikan. Mengkonsumsi makanan seperti tahu untuk pengganti
daging, memakan buah beri untuk menurunkan kadar asam urat dan
mengurangi inflamasi. Hindari makanan yang banyak mengandung purin
seperti bir dari minuman beralkohol, ikan anchovy, sarden, herring, ragi,
jerohan, kacang-kacangan, ekstrak daging, jamur, bayam, asparagus, dan

REUMATOID ATRITIS 13
kembangkol karena dapat menyebabkan penimbunan asam urat
dipersendian.
5. Banyak minum air
untuk membantu mengencerkan asam urat yang terdapat dalam
darah sehingga tidak tertimbun di sendi. (NANDA, 2013).

6. Gizi
Pemenuhan gizi pada atritis reumatoid adalah untuk mencapai dan
mempertahankan status gizi yang optimal serta mengurangi peradangan
pada sendi. Adapun syaratsyarat diet atritis rheumatoid adalah protein
cukup, lemak sedang, cukup vitamin dan mineral, cairan disesuaikan
dengan urine yang dikeluarkan setiap hari. Ratarata asupan cairan yang
dianjurkan adalah 2 2 L/hari, karbohidrat dapat diberikan lebih banyak
yaitu 65 75% dari kebutuhan energi total.
7. Pembedahan
Pembedahan dilakukan apabila rheumatoid arthritis sudah mencapai
tahap akhir. Bentuknya dapat berupa tindakan arhthrodesis untuk
menstabilkan sendi, arthoplasty atau total join replacement untuk
mengganti sendi.
8. Dukungan psikososial
Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena
sifatnya yang menahun dan ketidakmampuannya yang ditimbulkannya.
Disatu pihak pasien ingin menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak
lain dia ingin orang lain turut memikirkan penyakitnya. Pasien osteoartritis
sering kali keberatan untuk memakai alat-alat pembantu karena faktor-
faktor psikologis.

9. Persoalan Seksual

Gangguan seksual dapat dijumpai pada pasien osteoartritis


terutama pada tulang belakang, paha dan lutut. Sering kali diskusi karena

REUMATOID ATRITIS 14
ini harus dimulai dari dokter karena biasanya pasien enggan
mengutarakannya.

10. Fisioterapi

Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis,


yang meliputi pemakaian panas dan dingin dan program latihan ynag tepat.
Pemakaian panas yang sedang diberikan sebelum latihan untk mengurangi
rasa nyeri dan kekakuan. Pada sendi yang masih aktif sebaiknya diberi
dingin dan obat-obat gosok jangan dipakai sebelum pamanasan. Berbagai
sumber panas dapat dipakai seperti Hidrokolator, bantalan elektrik,
ultrasonic, inframerah, mandi paraffin dan mandi dari pancuran panas.

Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan


memperkuat otot yang biasanya atropik pada sekitar sendi osteoartritis.
Latihan isometric lebih baik dari pada isotonic karena mengurangi
tegangan pada sendi. Atropi rawan sendi dan tulang yang timbul pada
tungkai yang lumpuh timbul karena berkurangnya beban ke sendi oleh
karena kontraksi otot. Oleh karena otot-otot periartikular

REUMATOID ATRITIS 15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Artritis reumatoid adalah penyakit inflamasi non-bakterial yang bersifat
sistemik, progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi
secara simetris. Artritis reumatoid adalah gangguan kronik yang menyerang
berbagai sistem organ. Penyakit ini adalah salah satu dan sekelompok penyakit
jaringan penyambung difus yang diperantai oleh imunitas dan tidak diketahui
sebab-sebabnya. Biasanya terjadi destrukti sendi progesif, walaupun episode
peradangan sendi dapat mengalami masa remisi.
Artritis reumatoid merupakan inflamasi kronik yang paling sering
ditemukan pada sendi. Insiden puncak adalah antara usia 40 hingga 60 tahun, lebih
sering pada wanita daripada pria dengan perbandingan 3 : 1. Penyakit ini
menyerang sendi-sendi kecil pada tangan, pergelangan kaki dan sendi-sendi besar
dilutut, panggul serta pergelangan tangan. (Muttaqin, 2006).
Tujuan pengobatan adalah menghasilkan dan mempertahankan remisi atau
sedapat mungkin berusaha menekan aktivitas penyakit tersebut.Tujuan utama dari
program terapi adalah meringankan rasa nyeri dan peradangan, mempertahankan
fungsi sendi dan mencegah dan/atau memeperbaiki deformitas.

REUMATOID ATRITIS 16
DAFTAR PUSTAKA

Bilotta, Kimberly A.J. 2011. Kapita Selekta Penyakit dengan Implikasi Keperawatan Edisi
2. Jakarta: EGC.

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi Revisi 3. Jakarta: EGC.

Doenges, E Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.

Kusuma, Hardhi dan Amin Huda N. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
NANDA NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 2 2013. Yogyakarta: Media hardy.

Lukman dan Nurna Ningsih. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan
Sistem Muskuloskletal. Jakarta: Salemba Medika.

Mansjoer, arif. Dkk.2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media aesculapius.

Muttaqin, arif. 2005. Ringkasan Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Banjarmasin: Unpublished.

Muttaqin, arif. 2006. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem


Muskuloskeletal. Banjarmasin: Unpublished.

Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda G.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Edisi 8. Jakarta: EGC.

REUMATOID ATRITIS 17

Anda mungkin juga menyukai

  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar
    nur ifani khoirunnisa
    Belum ada peringkat
  • Makalah Disaster OUR SOUL
    Makalah Disaster OUR SOUL
    Dokumen4 halaman
    Makalah Disaster OUR SOUL
    Prasetyo Biki
    0% (1)
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen27 halaman
    Bab 1
    nur ifani khoirunnisa
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 Pendahuluan
    Bab 1 Pendahuluan
    Dokumen15 halaman
    Bab 1 Pendahuluan
    nur ifani khoirunnisa
    Belum ada peringkat
  • Memahami, Menghadapi
    Memahami, Menghadapi
    Dokumen12 halaman
    Memahami, Menghadapi
    nur ifani khoirunnisa
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 Pendahuluan
    Bab 1 Pendahuluan
    Dokumen15 halaman
    Bab 1 Pendahuluan
    nur ifani khoirunnisa
    Belum ada peringkat
  • Lupus
    Lupus
    Dokumen31 halaman
    Lupus
    nur ifani khoirunnisa
    Belum ada peringkat
  • Pemeriksaan Fisik
    Pemeriksaan Fisik
    Dokumen14 halaman
    Pemeriksaan Fisik
    WaOde Jumriani SittiEka
    Belum ada peringkat
  • Askep RA - Docx112
    Askep RA - Docx112
    Dokumen17 halaman
    Askep RA - Docx112
    nur ifani khoirunnisa
    Belum ada peringkat
  • HIPERTENSI
    HIPERTENSI
    Dokumen1 halaman
    HIPERTENSI
    nur ifani khoirunnisa
    Belum ada peringkat
  • HIPERTENSI
    HIPERTENSI
    Dokumen1 halaman
    HIPERTENSI
    nur ifani khoirunnisa
    Belum ada peringkat
  • Penerapan Konsep Transkultural Pada Penanganan Beberapa Masalah Klinis
    Penerapan Konsep Transkultural Pada Penanganan Beberapa Masalah Klinis
    Dokumen1 halaman
    Penerapan Konsep Transkultural Pada Penanganan Beberapa Masalah Klinis
    nur ifani khoirunnisa
    Belum ada peringkat
  • Asuhan Keperawatan Jiwa
    Asuhan Keperawatan Jiwa
    Dokumen27 halaman
    Asuhan Keperawatan Jiwa
    nur ifani khoirunnisa
    Belum ada peringkat
  • Cerebral Palsy
    Cerebral Palsy
    Dokumen13 halaman
    Cerebral Palsy
    nur ifani khoirunnisa
    Belum ada peringkat
  • Cerebral Palsy
    Cerebral Palsy
    Dokumen13 halaman
    Cerebral Palsy
    nur ifani khoirunnisa
    Belum ada peringkat
  • Asuhan Keperawatan Jiwa
    Asuhan Keperawatan Jiwa
    Dokumen27 halaman
    Asuhan Keperawatan Jiwa
    nur ifani khoirunnisa
    Belum ada peringkat
  • Aspek Psikologi DLM Kehamilan
    Aspek Psikologi DLM Kehamilan
    Dokumen9 halaman
    Aspek Psikologi DLM Kehamilan
    nur ifani khoirunnisa
    Belum ada peringkat
  • Laporan Senam Hamil
    Laporan Senam Hamil
    Dokumen3 halaman
    Laporan Senam Hamil
    nur ifani khoirunnisa
    Belum ada peringkat
  • Aspek Psikologi DLM Kehamilan
    Aspek Psikologi DLM Kehamilan
    Dokumen9 halaman
    Aspek Psikologi DLM Kehamilan
    nur ifani khoirunnisa
    Belum ada peringkat
  • Aspek Psikologi DLM Kehamilan
    Aspek Psikologi DLM Kehamilan
    Dokumen9 halaman
    Aspek Psikologi DLM Kehamilan
    nur ifani khoirunnisa
    Belum ada peringkat
  • An Alisa
    An Alisa
    Dokumen6 halaman
    An Alisa
    nur ifani khoirunnisa
    Belum ada peringkat
  • Askep Kasus Isolasi Sosial
    Askep Kasus Isolasi Sosial
    Dokumen17 halaman
    Askep Kasus Isolasi Sosial
    nur ifani khoirunnisa
    Belum ada peringkat
  • Isolasi Sosial
    Isolasi Sosial
    Dokumen10 halaman
    Isolasi Sosial
    nur ifani khoirunnisa
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen3 halaman
    Kata Pengantar
    nur ifani khoirunnisa
    Belum ada peringkat
  • Kel 7
    Kel 7
    Dokumen10 halaman
    Kel 7
    nur ifani khoirunnisa
    Belum ada peringkat
  • An Alisa
    An Alisa
    Dokumen6 halaman
    An Alisa
    nur ifani khoirunnisa
    Belum ada peringkat
  • Memahami, Menghadapi
    Memahami, Menghadapi
    Dokumen12 halaman
    Memahami, Menghadapi
    nur ifani khoirunnisa
    Belum ada peringkat
  • Kel 7
    Kel 7
    Dokumen10 halaman
    Kel 7
    nur ifani khoirunnisa
    Belum ada peringkat
  • Anc
    Anc
    Dokumen3 halaman
    Anc
    nur ifani khoirunnisa
    Belum ada peringkat