Anda di halaman 1dari 29

BERITA ACARA PRESENTASI PORTOFOLIO

_______________________________________________________________________________

Pada tanggal 11 Januari 2017 telah dipresentasikan portofolio oleh:


Nama peserta : dr. Krisna Dwi Saputra
Dengan judul/ topik : Penurunan Kesadaran e.c Hipoglikemia Berulang + CRF
Nama pendamping : dr. Eka Maya Susanti
Nama wahana : RSUD Indrasari Pematang Reba, Indragiri Hulu-Riau

Nama Peserta Presentasi Tanda Tangan

dr. Krisna Dwi Saputra

Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.

Pendamping, Pendamping,

(dr. Johan SpA) (dr. Eka Maya Susanti)


Borang Portofolio
Nama peserta: dr. Krisna Dwi Saputra
Nama wahana: RSUD Indrasari Pematang Reba Indragiri Hulu
Topik: Penurunan Kesadaran e.c Hipoglikemia Berulang + CRF
Tanggal (kasus): 4 Agustus 2016
Nama Pasien: Ny. Z No. RM: 136087
Tanggal presentasi: 10 Desember 2016 Nama pendamping: dr. Eka Maya Susanti
Tempat presentasi: RSUD Indrasari Pematang Reba
Obyektif presentasi:
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi: Ny.Z, perempuan, 45 tahun, masuk RS dengan keluhan penurunan kesadaran
yang berulang sejak kemarin. 1 hari SMRS pasien datang ke RS di bawa keluarganya karena
penurunan kesadaran tetapi setelah di beri terapi seketika pasien sadar dan boleh pulang. Saat
pagi hari ini pasien mengalami penurunan kesadaran kembali dan dibawa keluarganya ke
klinik, diberi D5% 2 kolf dan pada pukul 09.30 di rujuk ke RSUD Indrasari. Pasien tidak mau
makan sejak kemarin sore, pasien memiliki riwayat DM.
Tujuan: mengenali dan menangani hematothoraks
Bahan bahasan: Tinjauan pustaka Riset Kasus Audit
Cara membahas: Diskusi Presentasi Email Pos
dan diskusi
Data pasien: Nama: Ny.Z Nomor RM: 136087
Nama klinik: RSUD Telp: - Terdaftar sejak:
Indrasari Pematang Reba 4 Agustus 2016
Data utama untuk bahan diskusi:
1.Diagnosis/ gambaran klinis:
Penurunan Kesadaran e.c Hipoglikemia Berulang + CRF, Pasien dibawa keluarganya
ke RS dengan keluhan penurunan kesadaran sejak 1 hari SMRS. Pasien tidak mau
makan dan pasien memiliki riwayat DM.
2.Riwayat pengobatan:
Pasien pernah berobat sebelumnya 1 hari yll dengan keluhan yang sama
3.Riwayat kesehatan/ penyakit:
Belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya
4.Riwayat keluarga:
Tidak ada yang berhubungan
5.Riwayat pekerjaan:
Ibu rumah tangga
6.Kondisi lingkungan sosial dan fisik (RUMAH, LINGKUNGAN, PEKERJAAN)
Tidak ada yang berhubungan
7.Riwayat imunisasi : -
8.Lain-lain:
Pemeriksaan fisik:
Kesadaran : GCS E2V3M5 (10) BB 60 kg
Vital sign : TD : 210/140 mm/Hg
Nadi : 108 kali/menit (isian cukup, reguler)
RR : 24x/menit
Suhu : 36,5oC
Keadaan gizi : Baik
Kepala leher : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Thorak : Dalam batas Normal
Abdomen : Datar, BU (+), timpani, supel, turgor baik. Hepar dan lien
tidak teraba
Ekstremitas : Akral dingin, CRT < 2

Pemeriksaan penunjang:
Pemeriksaan laboratorium darah : Hb: 8,9gr/dL, Ht: 23,7%, leu: 21.3/L, trom:
489.000/L, UREA: 109,07mg/dl, CREA: 5,343 mg/dl, ALT: 8,6U/L, AST: 13,7U/L,
GDS: 47 g/dl (GDS post bolus 2 fls D40% : 76 g/dl)

Daftar pustaka
a. Silbernagl, Stefan, dan Florian Lang. 2010. Color Atlas of Pathophysiology 2nd Ed.
New York: Thieme.Soemadji, DjokoWahono. 2009. BukuAjarIlmuPenyakitDalam.
Edisi V. Jakarta: Interna Publishing.
b. Longo, Dan L, et al. 2011. Harrisons Principles of Internal Medicine 18th Edition.
New York; McGraw-Hill Medical Publishing Divison.
Hasil pembelajaran:
1. Mengetahui cara penegakan diagnosis hipoglikemia
2. Mengetahui tatalaksana kegawatdaruratan pasien penurunan kesadaran akibat
hipoglikemia
1. Subyektif : pasien datang dengan penurunan kesadaran berulang sejak 1 hari SMRS
2. Obyektif:
PRIMARY SURVEY
Anamnesis : Pasien penurunan kesadaran berulang sejak 1 hari SMRS. Pasien tidak
mau makan sejak kemarin sore, pasien memiliki riwayat DM.
Kesan umum : tampak sakit berat
Kesadaran : somnolen
TTV : TD : 210/140 mmHg RR : 24kali/menit
Nadi : 108 kali/menit (isian cukup, reguler) Suhu : 36,50C
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2

Data penunjang
Pemeriksaan laboratorium darah : Hb: 8,9gr/dL, Ht: 23,7%, leu: 21.3/L, trom:
489.000/L, UREA: 109,07mg/dl, CREA: 5,343 mg/dl, ALT: 8,6U/L, AST: 13,7U/L,
GDS: 47 g/dl (GDS post bolus 2 fls D40% : 76 g/dl)

3.Assestment (Penalaran klinis):


Menurut Departement on Health and Human Service, secara harfiah hipoglikemia
berarti kadar glukosa dalam darah menurun dari kadar normal. Walaupun kadar
glukosa plasma pada puasa jarang melampaui 99mg/dl (5,5 mmol/L) tetapi kadar
<108mg/dl (6 mmol/L) masih dianggap normal. Kadar glukosa plasma kira-kira 10%
lebih tinggi dibandingkan dengan kadar glukosa darah keseluruhan karena eritrosit
mengandung kadar glukosa yang relatif rendah. Kadar glukosa arteri lebih tinggi
dibandingkan dengan vena sedangkan kadar glukosa kapiler berada diantara kadar
glukosa arteri dan vena (Soemandji, 2009).

Diagnosis hipoglikemia dapat ditegakan bila kadar glukosa <50mg/dl (2,8 mmol/L)
atau bahkan <40mg/dl (2,2 mmol/L). Walaupun demikian berbagai studi fisiologis
menunjukan bahwa gangguan fungsi otak sudah dapat terjadi pada kadar glukosa darah
55 mg/dl (3 mmol/L). Lebih lanjut diketahui bahwa kadar glukosa darah 55mg/dl (3
mmol/L) yang terjadi berulang kali dapat merusak mekanisme proteksi endogen
terhadap hipoglikemia yang lebih berat (Soemandji, 2009).

Menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (2006) pedoman tatalaksana


hipoglikemiaa adalah sebagai berikut:
a.Glukosa diarahkan pada kadar glukosa puasa yaitu 120 mg/dl.
b.Bila diperlukan pemberian glukosa cepat (Intravena) bisa diberikan satu
flakon (25 cc) dextrosa 40% (10 gr dextrosa) untuk meningkatkan kadar
glukosa kurang lebih 25-50 mg/dL.

Manajemen hipoglikemia menurut Soemadji (2009) tergantung pada derajat


hipoglikemia, yaitu :
a.Hipoglikemia ringan
Diberikan 150-200 ml teh manis atau jus buah atau 6-10 butir permen atau
2-3 sendok teh sirup atau madu.
Bila tidak membaik dalam 15 menit, ulangi pemberian.
Tidak dianjurkan untuk memberikan makanan tinggi kalori seperti coklat,
kue, ice cream, cake dan lain-lain.
b.Hipoglikemia berat
Tergantung pada tingkat kesadaran pasien.
Bila pasien dalam keadaan tidak sadar, jangan memberi makanan atau
minuman karena bisa berpotensi terjadi aspirasi
4. Plan:
a. O2 2-4 l/m
b. IFVD D10% 10tpm
c. Inj Furosemide 2 amp/12jam
d. Inj Ceftriaxon 1 gr/12jam
e. Inj Ciprofloxacin 200mg/24jam
f. Inj Omeprazol 1 vial/12jam
g. Inj Dexa 1 amp/12jam
h. Captopril 3x25mg via NGT
i. Monitoring
Kadar Glukosa (mg/dL) Terapi Hipoglikemia
< 30 mg/dl Injeksi IV dextrose 40 % (25 cc) bolus
3 flakon
30-60 mg/dl Injeksi IV dextrosa 40 % (25 cc) bolus
2 flakon
60-100 mg/dl Injeksi IV dextrosa 40 % (25 cc) bolus
1 flakon
Follow up :
1. Periksa kadar gula darah 30 menit setelah injeksi.
2. Setelah 30 menit pemberian bolus 3 atau 2 atau 1 flakon
dapat diberikan 1 flakon lagi sampai 2-3 kali untuk
mencapai kadar glukosa darah 120 mg/dl.

Kegiatan Periode Hal yang diharapkan


Vital sign Tiap 15 menit Terjadi perbaikan vital sign

BERITA ACARA PRESENTASI PORTOFOLIO


_______________________________________________________________________________

Pada tanggal 12 Januari 2017 telah dipresentasikan portofolio oleh:


Nama peserta : dr. Krisna Dwi Saputra
Dengan judul/ topik : Hemaptoe ec TB Paru
Nama pendamping : dr. Eka Maya Susanti
Nama wahana : RSUD Indrasari Pematang Reba, Indragiri Hulu-Riau

Nama Peserta Presentasi Tanda Tangan

dr. Krisna Dwi Saputra

Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.
Pendamping,

(dr. Eka Maya Susanti)

Borang Portofolio
Nama peserta: dr. Krisna Dwi Saputra
Nama wahana: RSUD Indrasari Pematang Reba Indragiri Hulu
Topik: Hemaptoe ec TB Paru
Tanggal (kasus): 17 Oktober 2016
Nama Pasien: Tn. S No. RM: 147200
Tanggal presentasi: Nama pendamping: dr. Eka Maya Susanti
Tempat presentasi: RSUD Indrasari Pematang Reba
Obyektif presentasi:
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi: Pria 41 tahun datang dengan keluhan batuk darah sejak 2 minggu yll. Disertai
demam, mual, dan muntah. Pasien mulai batuk-batuk sejak 1 bulan SMRS, sering berkeringat
malam, nafsu makan menurun, dan badan terasa lemas. 2 minggu SMRS pasien mulai batuk
darah dan mencoba berobat di Puskesmas. Hasil pemeriksaan sputum pasien dinyatakan TB
Paru +1 lalu pasien diberi obat paket. Setelah minum obat paket 3 hari, batuk darah pasien
semakin banyak dan pasien mendapat rujukan ke RSUD Indrasari.
Tujuan: menegakkan diagnosis dan memberikan terapi pada pasien TB Paru
Bahan bahasan: Tinjauan pustaka Riset Kasus Audit
Cara membahas: Diskusi Presentasi Email Pos
dan diskusi
Data pasien: Nama: Tn. S Nomor RM: 14 72 00
Nama klinik: RSUD Telp: - Terdaftar sejak: 17 Oktober
Indrasari Pematang Reba 2016
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis/ gambaran klinis:
Hemaptoe ec TB Paru, batuk-batuk sejam 3 minggu SMRS, baruk darah sejak 2 minggu
SMRS, hasil BTA Sputum +1.
2. Riwayat pengobatan: pasien berobat ke puskesmas dan dikatakan TB Paru
3. Riwayat kesehatan/ penyakit: Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini
sebelumnya.
4. Riwayat keluarga: Keluarga pasien tidak ada yang mengeluhkan hal yang sama seperti
pasien.
5. Riwayat pekerjaan: pasien adalah seorang pegawai swasta.
6. Kondisi lingkungan sosial dan fisik :
7. Riwayat imunisasi pasien : -
8. Lain-lain:
Pemeriksaan fisik:
Keadaan umum : tampak sakit sedang Kesadaran : composmentis
Tanda vital:
TD: 140/100mmHg
Nadi : 94 x/menit (reguler, isian cukup) RR : 34 x/ menit
Suhu: 37,9oC
Mata : konjungtiva tidak anemis dan sklera tidak ikterik
PF thorax :
Inspeksi : Dada tampak simetris
Palpasi : Focal fremitus sama kanan/kiri
Perkusi : sonor
Auskultasi : SN Bronkovesikuler, Rhonki +/+, Wheezing -/-
Daftar pustaka:
1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis. Edisi 2: cetkan II. Jakarta.2008.
2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis. Cetakan ke 8. Jakarta 2002.1-37
Hasil pembelajaran:
1. Mengetahui cara penegakan diagnosis TB Paru
2. Tatalaksana TB Paru dengan Hemaptoe
1. Subyektif : pasien mengelukan batuk darah sejak 2 minggu SMRS
2. Obyektif: Thorax : Rhonki +/+, batuk darah +
3. Assesment:
Pengobatan tuberkulosis ditujukan untuk menyembuhkan penderita, mencegah
kekambuhan dan menurunkan tingkat penularan. Pengobatan dibagi menjadi 2 fase yaitu
fase intensif dan fase lanjutan:
a.Tahap intensif
Penderita mendapat obat setiap hari, awasi langsung. Bila pengobatan tahap intensif
diberikan secara tepat, biasanya penderita menular menjadi tidak menular dalam 2
minggu. Sebagian besar penderita BTA positif akan menjadi negatif pada akhir
pengobatan
b.Tahap lanjutan
Paduan obat yang digunakan terdiri dari panduan obat utama dan obat tambahan.
1.Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah:
a.Isoniazid (INH), bersifat bakterisid, dapat membunuh 90% populasi kuman dalam
beberapa hari pertama pengobatan.
b.Rifampisin, bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman semi dorman yang tidak
dapat dibunuh INH.
c.Pirazinamid, bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang berada dalam sel
dengan suasana asam.
d.Streptomisin, bersifat bakterisid.
e.Ethambutol, bersifat bakteriostatik.
2.Jenis obat tambahan lainnya (lini 2) :
a.Kanamisin
b.Amikasin
c.Kuinolon
d.Obat lain masih dalam penelitian yaitu makrolid dan amoksilin + asam klavulanat
Obat-obatan tersebut tersedia dalam kemasan obat tunggal dan obat kombinasi (Fixed
Dose Combination/FDC). FDC direkomendasikan bila tidak dilakukan pengawasan menelan
obat.16
Program Nasional Penanggulangan TB paru di Indonesia menggunakan paduan OAT:2
1.Kategori I (2HRZE/4H3R3)
Diberikan untuk penderita baru TB paru BTA positif, TB paru BTA negatif rontgen
positif yang sakit berat, dan penderita TB paru ekstra paru berat.
2.Kategori II (2HRZES/HRZE/5H3R3E)
Diberikan untuk penderita kambuh (relaps), penderita gagal (failure) dan penderita
dengan pengobatan lalai (drop out).
3.Kategori III (2HRZ/4H3R3)
Diberikan untuk penderita baru BTA negatif dan rontgen positif sakit ringan, pasien
ekstra paru ringan yaitu limfadenitis TB, TB kulit, TB tulang (kecuali tulang belakang),
sendi dan kelenjar adrenal.
4.Obat sisipan (HRZE)
Bila pada akhir tahap intendif pengobatan penderita baru BTA positif dengan kategori I
atau penderita BTA positif pengobatan ulang dengan kategori II hasil pemeriksaan dahak
masih BTA positif.

4. Plan:
a. IVFD RL 12 jam/kolf
b. Azitromisin infus 500mg dalam dextrose 5% habis 2-4 jam
c. Inj. Asam tranexamat 3x1 amp
d. Inj. Vit K 3x1 amp
e. Inj. Ranitidin 2x1 amp
f. Codein tab 3x10mg
g. OAT FDC (dibawa pasien)

Kegiatan Periode Hal yang diharapkan

Follow up Hari ke 6 Terjadi perbaikan pada


pasien. Batuk darah (-)
BERITA ACARA PRESENTASI PORTOFOLIO
_______________________________________________________________________________

Pada tanggal 13 Januari 2016 telah dipresentasikan portofolio oleh:


Nama peserta : dr. Krisna Dwi Saputra
Dengan judul/ topik : Eritroderma et causa erupsi obat
Nama pendamping : dr. Eka Maya Susanti
Nama wahana : RSUD Indrasari Pematang Reba, Indragiri Hulu-Riau

Nama Peserta Presentasi Tanda Tangan

dr. Krisna Dwi Saputra

Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.

Pendamping,

(dr. Eka Maya Susanti)


Borang Portofolio
Nama peserta: dr. Krisna Dwi Saputra
Nama wahana: RSUD Indrasari Pematang Reba Indragiri Hulu
Topik: Eritroderma et causa erupsi obat
Tanggal (kasus): 16 September 2015
Nama Pasien: Tn. S No. RM: 07 61 71
Tanggal presentasi: Nama pendamping: dr. Eka Maya Susanti
Tempat presentasi: RSUD Indrasari Pematang Reba
Obyektif presentasi:
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi: Tn. S usia 65 tahun mengeluhkan seluruh kulit terasa perih dan panas, sisik pada
kulit menebal, kulit seperti retak dengan dasar berwarna merah dan kering. Satu bulan yang
lalu pasien mengeluhkan muncul kemerahan pada seluruh tubuh setelah minum 5 macam obat
tablet dari mantri karena demam dan batuk (pasien tidak tahu jenis obatnya), awalnya
kemerahan di badan kemudian menyebar keseluruh tubuh dalam waktu singkat. Kulit terasa
gatal dan panas, selain itu juga timbul sisik-sisik halus pada kulit yang semakin lama semakin
menebal.
Tujuan: menegakkan diagnosis dan terapi eritroderma et causa erupsi obat
Bahan bahasan: Tinjauan pustaka Riset Kasus Audit
Cara membahas: Diskusi Presentasi Email Pos
dan diskusi
Data pasien: Nama: Tn. S Nomor RM: 07 61 71
Nama klinik: RSUD Telp: - Terdaftar sejak: 16 September
Indrasari Pematang Reba 2015
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis/ gambaran klinis:
Eritroderma et causa Erupsi obat dengan komplikasi GGK stadium III dan hipoalbumin
2. Riwayat pengobatan: Pasien sudah berobat ke dokter spesialis kulit di Pekanbaru.
Dokter mengatakan pasien mengalami alergi antibiotik (jenis antibiotik tidak diketahui
oleh pasien).
3. Riwayat kesehatan/ penyakit: Pasien belum pernah mengeluhkan hal yang sama
sebelumnya. Pasien sering membeli obat diluar tanpa resep dokter (parasetamol) dan
tidak pernah menunjukan gejala gejala alergi sebelumnya.
4. Riwayat keluarga: tidak ada keluarga yang mengeluhkan gejala yang sama
5. Riwayat pekerjaan: -
6. Kondisi lingkungan sosial dan fisik (RUMAH, LINGKUNGAN, PEKERJAAN) : tidak
ada yang berkaitan.
7. Riwayat imunisasi : -
8. Lain-lain:
Pemeriksaan fisik:
Status generalis
Keadaan umum : tampak sakit berat
Kesadaran : komposmentis
Tanda vital : Tekanan darah : 110/90 mmHg
Nadi : 110 kali/menit, irama: teratur
Respirasi : 22 kali/menit
Suhu : 38,10C

Pemeriksaan Thorak : tidak ada kelainan


Pemeriksaaan kepala : mata : ektropion (dry eye)
Pemeriksaan Abdomen : tidak ada kelainan
Keadaan gizi : kesan normal
Status dermatologis (lokasi- efloresensi-penyebaran)
Lokasi : seluruh tubuh
Efloresensi : skuama tebal dan likenifikasi dengan dasar eritema bentuk lamelar,
skuama halus dasar eritema, erosi, dan krusta
Penyebaran : generalisata

Pemeriksaan saraf tepi : tidak dilakukan


Tes sensibilitas kulit (raba- nyeri suhu) : tidak dilakukan
Tes lain : tanda nikolsky (-)
Kelainan selaput/ mukosa : terdapat erosi pada mukosa mulut.
Kelainan kuku : tidak ada kelainan
Kelainan rambut : tidak ada kelainan
Kelainan kelenjer limfe : tidak ada pembesaran getah bening

Pemeriksaan penunjang:
Pemeriksaan laboratorium darah
Darah rutin : Hb: 10,9 gr/dL, Ht: 34%, leu: 11.900/L, trom: 286.000/L.
Kimia darah : Glu: 107,4 mg/dl, ureum: 109,3 mg/dl, kreatinin: 2.9 mg/dl, AST : 24,7
U/L, ALT: 21,7 U/L, Albumin: 0,9 mg/dl.
Daftar pustaka:
a. Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, et all. Fitzpatricks; Dermatology in general
medicine. Seventh Edition. New York: McGraw-Hill. 2008. p. 225-32.
b. James WD, Berger Timothy G, Elston Dirk M. Andrews. Diseases of the skin. Clinical
Dermatology. Eleventh edition. California: Saunders Elsevier. 2011. p.117-19.
Hasil pembelajaran:
1. Mengetahui dan mendiagnosis pasien eritroderma et causa erupsi obat
2. Tatalaksana pasien eritroderma et causa erupsi obat
1. Subyektif : seluruh kulit terasa perih dan panas, sisik pada kulit menebal, kulit seperti
retak dengan dasar berwarna merah dan kering. Riwayat alergi obat (1 bulan yang lalu).
2. Obyektif :
Status generalis
Tanda vital : suhu : 38,1oC
Pemeriksaan kepala : mata : kedua mata ektropion.
Status dermatologis
Lokasi : seluruh tubuh
Efloresensi : skuama tebal dan likenifikasi dengan dasar eritema bentuk lamelar, skuama
halus dasar eritema, erosi, dan krusta
Penyebaran : generalisata
Pemeriksaan penunjang:
Pemeriksaan darah rutin: leukosit 11.900 /l
Pemeriksaan kimia darah: ureum: 109,3 mg/dl, kreatinin: 2,9 mg/dl, albumin: 0,9 mg/dl.
3. Assestment: Eritroderma et causa erupsi obat dengan komplikasi gagal ginjal akut dan
hipoalbumin.
Eritroderma adalah kelainan kulit yang ditandai dengan adanya eritema di seluruh tubuh
atau hampir seluruh tubuh (lebih dari 90%), biasanya disertai skuama.
Etiologi dasar tersering sebagai penyebab eritroderma adalah sebagai berikut:
- Spongiotic dermatitis (20%-24%): atopi 9%, dermatitis kontak 6%, dermatitis
seboroik 4%)
- Psoriasis (23%)
- Reaksi hipersensitivitas obat (15%)
- Limfoma kutaneus sel T (5%)
- Idiopatik (hampir 20%)
Jenis obat-obatan yang berkaitan dengan eritroderma:
- Antibiotik
- Antiinflmasi
- Obat jantung
- Obat diabetes
- Antivirus
- Antilepramatosa
- Antiepilepsi
- Obat kemoterapi
Pada beberapa masyarakat eritroderma lebih tinggi karena pengobatan sendiri dan
pengobatan secara tradisional. Waktu timbulnya penyakit bervariasi dapat segera sampai 2
minggu. Gambaran klinisnya adalah eritema universal. Bila ada obat yang masuk ke
dalam tubuh diduga sebagai penyebabnya ialah obat yang paling sering menyebabkan
alergi.
Gejala klinis diawali dengan timbulnya bercak eritema yang dapat meluas ke seluruh
tubuh dalam waktu 12-48 jam. Deskuamasi yang difus dimulai dari daerah lipatan,
kemudian menyeluruh. Dapat juga mengenai membran mukosa seperti pada mata yang
menyebabkan terjadinya blefaritis, epifora dan ektropion terutama yang disebabkan oleh
obat. Bila kulit kepala sudah terkena dapat terjadi alopesia, perubahan kuku dan kuku
lepas. Dapat terjadi limfadenopati dan hepatomegali. Skuama timbul setelah 2-6 hari
sering dimulai pada daerah lipatan. Skuamanya besar pada keadaan akut dan kecil pada
keadaan kronis. Warnanya bervariasi dari putih sampai kuning. Kulit merah terang, kering,
panas, kering dan terasa tebl jika diraba.pasien mengeluh kedinginan. Pengendalian
regulasi suhu tubuh menjadi hilang, sehingga sebagai kompensasi terhadap kehilangan
panas tubuh, sekujur tubuh pasien menggigil untuk dapat menimbulkan panas metabolik.
Eritroderma akibat alergi obat memerlukan anamnesis yang teliti untuk mencarai obat
penyebabnya. Umunya laergi timnbul akut dalam waktu 10 hari. Pada mulanya kulit
hanya eritem saja, setelah penyembuhan barulah timbul
skuama.
Gambar 1. Eritroderma
Terapi :
Prinsip terapi :
1. Keseimbangan cairan perlu diperhatikan karena banyak kehilangan cairan, diberikan
cairan fisiologis.
2. Anti-histamin dapat menghilangkan reasa gatal.
3. Emolien
4. Hentikan semua obat yang mempunyai potensi menyebabkan terjadinya penyakit ini
5. Rawat pasien diruangan yang cukup sinar matahari
6. Perhatikan kemungkinan terjadinya masalah klinis sekunder (misalnya dehidrasi,
gagal jantung, gagal ginjal dan infeksi)
7. Biopsi kulit untuk diagnosis pasti
8. Berikan steroid sistemik jangka pendek
9. Mulailah pengobatan yang diperlukan untuk penyakit yang melatar belakanginya.
Komplikasi:
1. Gagal jantung
2. Gagal ginjal
3. Kematian mendadak akibat hipotermi sentral.

4. Plan:
UMUM :
- Menghindari penggunaan obat-obatan yang diduga sebagai penyebab
- Jaga kebersihan badan
KHUSUS :
SISTEMIK :
- IVFD NaCl 0,9% 30 tpm /15 tpm/ 10 tpm (nilai urin output jika < 0,5
cc/KgBB, turunkan tpm)
- Inj. Metil prednisolon 3 x 125 mg
- Cetirizin tab 1 x 10 mg
- Articial tears/ 6 jam
- Diet cair/ NGT
- Saran rujuk

LOKAL :-
TINDAKAN : -

Pendidikan : diberikan pengetahuan kepada pasien dan keluarga pasien bahwa penyakit
yang dialami saat ini dikarenakan alergi obat dengan komplikasi gangguan ginjal.
Keluarga dan pasien diingatkan untuk berhati-hati mengkonsumsi obat dan mengenal
gejala awal alergi obat. Pasien disarankan untuk dirujuk guna penanganan lebih lanjut
oleh dokter ahli yakni dokter spesialis kulit.

Konsultasi : konsultasi berlanjut kepada dokter spesialis kulit untuk proses penyembuhan
dan prognosis pasien kedepannya.

Kegiatan Periode Hal yang diharapkan


Urin output Tiap 1 jam 50cc/jam (1cc/kgBB/jam)
Cairan iv Hari ke 2 Cairan yang masuk
2160cc/24 jam dan balance
cairan 1cc/kgBB/jam
BERITA ACARA PRESENTASI PORTOFOLIO
_______________________________________________________________________________

Pada tanggal 14 Januari 2016 telah dipresentasikan portofolio oleh:


Nama peserta : dr. Krisna Dwi Saputra
Dengan judul/ topik : Pemeriksaan luar jenazah
Nama pendamping : dr. Eka Maya Susanti
Nama wahana : RSUD Indrasari Pematang Reba, Indragiri Hulu-Riau

Nama Peserta Presentasi Tanda Tangan

dr. Krisna Dwi Saputra

Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.
Pendamping,

(dr. Eka Maya Susanti)

Borang Portofolio
Nama peserta: dr. Krisna Dwi Saputra
Nama wahana: RSUD Indrasari Pematang Reba Indragiri Hulu
Topik: Pemeriksaan luar jenazah
Tanggal (kasus): 22 Agustus 2016
Nama Pasien: Ny. IPS No. RM: 14 44 79
Tanggal presentasi: Nama pendamping: dr. Eka Maya Susanti
Tempat presentasi: RSUD Indrasari Pematang Reba
Obyektif presentasi:
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi: Ny. IPS, 23 tahun. Di bawa ke RSUD Indrasari dengan keluhan post kecelakaan
lalulintas. Pasien berboncengan dengan suami nya hendak memotong mobil didepannya, tetapi
motor pasien bertabrakan dengan motor yang melaju dari lajur yang berlawanan dan pasien
terhembas kearah mobil yang sebelumnya hendak di potong motor pasien. Terdapat luka robek
besar di punggung bawah hingga bokong. Luka robek di betis kiri dan keluar otot dari luka
robekan tersebut.
Tujuan: membuat visum dan rekam medis lengkap
Bahan bahasan: Tinjauan pustaka Riset Kasus Audit
Cara membahas: Diskusi Presentasi Email Pos
dan diskusi
Data pasien: Nama: Ny. IPS Nomor RM: 14 44 79
Nama klinik: RSUD Telp: - Terdaftar sejak: 22 Agustus
Indrasari Pematang Reba 2016
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis/ gambaran klinis: Pasien masuk post kecelakaan lalulintas tabrakan motor.
Terdapat luka robek besar di punggung bawah hingga bokong. Luka robek di betis kiri
dan keluar otot dari luka robekan tersebut.
2. Riwayat pengobatan: -
3. Riwayat kesehatan/ penyakit:-
4. Riwayat keluarga:-
5. Riwayat pekerjaan: -
6. Kondisi lingkungan sosial dan fisik (RUMAH, LINGKUNGAN, PEKERJAAN)
7. Riwayat imunisasi : -
8. Lain-lain:
Pemeriksaan luar :
1. Luka-luka:
a. Pada punggung bagian bawah terdapat luka robek horizontal besar yang dalam
mencapai tulang belakang dengan ukuran 16x12x5cm.
b. Pada bokong pasien terdapat luka robek vertikal besar dengan ukuran 27x11x4cm
c. Pada betis sebelah kiri terdapat luka robek horizontal dengan ukuran 8x7cm sekitar
2 cm di bawah garis lutut kiri belakang dan keluar otot dari robekan tersebut yang
diduga otot gastronecmius.
d. Terdapat luka lecet di punggung belakang dengan ukuran 12x9cm, 18x9cm,
38x9cm di punggung belakang tepat di atas luka robek di bokong.
e. Terdapat luka lecet di punggung kaki kiri dengan ukuran 2x0,5cm dan 10x5cm.

2. Patah tulang : closed fraktur pada 1/3 proximal tibia sinistra


3. Lain-lain:
a. Pada luka robek betis kiri ditemukan jaringan yang keluar dari luka robekan yang
diduga sebagai otot gastronecmius
b. Pada luka robekan di punggung bawah pasien mengalir cairan yang bercampur
darah yang diduga sebagai cairan serebrospinal (LCS)
Daftar pustaka:
a. Budiyanto A., Widiatmaka W., Sudiono S., et al. Ilmu kedokteran forensik. Bagian
Kedokteran Forensik Universitas Indonesia. Cetakan kedua. Jakarta. 1997. p.25-35.
b. Afandi D. Visum et Repertum: tatalaksana dan tenik pembuatan. Bagian Kedokteran
Forensik Universitas Riau. Cetakan kedua. Pekanbaru. 2011. p.1-5.
Hasil pembelajaran:
1. Pencatatan rekam medis lengkap guna pembuatan visum
2. Memahami prosedur pembuatan visum
1. Subyektif : Pasien post kecelakaan lalulintas
2. Obyektif : telah dilakukan pemeriksaan pada seorang mayat perempuan atas nama IPS,
usia 23 tahun. Pada pemeriksaan ditemukan luka robek pada punggung bawah, bokong,
betis kiri dan beberapa luka lecet di punggung serta punggung kaki kiri akibat kekerasan
tumpul.
Ditemukan jaringan yang keluar dari robekan di betis kiri yang diduga sebagai otot dan
keluarnya cairan bercampur darah dari luka robek di punggung bawah yang diduga
sebagai cairan serebrospinal (LCS)
3. Assestment : penyebab kematian tidak dapat ditentukan karena tidak dilakukan otopsi,
namun kemungkinan besar kematian pasien akibat perdarahan hebat.
Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu
penyidik untuk menentukan identitas seseorang. Peran ilmu kedokteran forensik dalam
identifikasi pada jenazah tidak dikenal, jenazah yang rusak, membusuk, hangus terbakar dan
kecelakaan, bencana alam, huru hara yang menyebabkan banyak korban meninggal, serta
potongan tubuh manusiaatau kerangka.
Identifikasi sesorang dipastikan bila paling sedikit 2 metode yang digunakan
memberikan hasil positif (tidak meragukan). Penentuan identitas personal dapat menggunakan
metode identifikasi sidik jari, visual, dokumen, pakaian dan perhiasan, medic, gigi, serologi,
dan secara eksklusi. Akhir-akhir ini dikembangkan pula metode identifikasi DNA.
Tanatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kematian dan perubahan yang
terjadi setelah kematian serta faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut. Dalam tanatologi
dikenal beberapa istilah tentang mati, yaitu mati somatic (mati klinis), mati suri, mati seluler,
mati serebral dan mati otak (mati batang otak).
Berdasarkan waktunya tanda kematian dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Tanda segera yang dikenali setelah kematian
- Berhentinya sirkulasi darah
- Berhentinya pernapasan
2. Tanda-tanda kematian setelah beberapa saat kemudian:
- Penurunan temperatur tubuh (algor mortis)
- Lebam mayat (livor mortis)
- Kaku mayat (rigor mortis)
3. Tanda-tanda kematian setelah selang watu yang lama:
- Proses pembusukan
- Adiposera
- Mumifikasi
Visum et repertum (VeR) adalah salah satu alat bukti yang sah sebagaimana yang
tertulis dalam pasal 184 KUHAP. VeR adalah keterangan yang dibuat oleh dokter atas
permintaan penyidik yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan medik terhadap manusia,
baik hidup atau mati ataupun bagian atau diduga bagian dari tubuh manusia, berdasarkan
keilmuannya dan dibawah sumpah, untuk kepentingan peradilan. Pada korban yang diduga
korban tindak pidana, pencatatan harus lengkap dan jelas sehingga dapat digunakan untuk
pembuatan VeR. Berdasarkan ketentuan KUHP, penganiayaan ringan adalah penganiayaan
yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan jabatan / perkerjaan,
sebagaimana bunyi pasal 352 KUHP. KUHP pasal 90 mendeskripsikan luka berat sebagai jatuh
sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama sekali, atau yang
menimbulkan bahaya maut; yang menyebabkan seseorang harus terus menerus tidak mampu
untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan pencaharian; yang menyebabkan kehilangan
salah satu panca indra; yang menimbulkan cacat berat (vermingking); yang mengakibatkan
keadaan lumpuh; terganggunya daya pikir selama 4 minggu atau lebih serta terjadinya gugur
atau matinya kandungan seorang perempuan. Keadaan yang terletak diantara luka ringan dan
luka berat disebut luka sedang.

4. Plan:
Rekam medis lengkap dan pembuatan visum

Pendidikan : diberikan pengetahuan kepada pihak jurnalis bahwa hasil visum akan
dikeluarkan dalam bentuk keterangan tertulis. Hasil visum hanya akan diberikan kepada
pihak penyidik. Pemberitahuan kepada pihak penyidik bahwa penyebab kematian tidak
dapat ditentukan karena tidak dilakukan otopsi.

Kegiatan Periode Hal yang diharapkan


Pembuatan VeR 2 x 24 jam pasca Hasil visum bersifat rahasia
pemeriksaan luar jenazah

BERITA ACARA PRESENTASI PORTOFOLIO


_______________________________________________________________________________
Pada tanggal 25 Desember 2016 telah dipresentasikan portofolio oleh:
Nama peserta : dr. Krisna Dwi Saputra
Dengan judul/ topik : Gangguan Psikotik Lir-Skizofrenia Akut (F23.2)
Nama pendamping : dr. Eka Maya Susanti
Nama wahana : RSUD Indrasari Pematang Reba, Indragiri Hulu-Riau

Nama Peserta Presentasi Tanda Tangan

dr. Krisna Dwi Saputra

Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.

Pendamping,

(dr. Eka Maya Susanti)

Portofolio
Nama peserta: dr. Krisna Dwi Saputra
Nama wahana: RSUD Indrasari Pematang Reba Indragiri Hulu
Topik: Gangguan Psikotik Lir-Skizofrenia Akut (F23.2)
Tanggal (kasus): 25 Agustus 2016
Nama Pasien: Tn. GO No. RM: 14 45 27
Tanggal presentasi: Nama pendamping: dr. Eka Maya Susanti
Tempat presentasi: RSUD Indrasari Pematang Reba
Obyektif presentasi:
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi: Tn. GO, 19 tahun. Lemas mendadak sejak 2 hari ini, pasien selalu merasa takut,
seluruh orang yang dilihatnya terlihat seram. Sejak 2 hari ini pasien selalu diam dirumah, tidak
mau makan, harus di bantu untuk makan, tidak bias tidur, tidak mengamuk, tidak ada riwayat
trauma, riwayat kejang disangkal.
Tujuan: mendiagnosis dan memberikan terapi pertama pada pasien dengan gangguan
psikotik akut
Bahan bahasan: Tinjauan pustaka Riset Kasus Audit
Cara membahas: Diskusi Presentasi Email Pos
dan diskusi
Data pasien: Nama: Tn. GO Nomor RM: 14 45 27
Nama klinik: RSUD Telp: - Terdaftar sejak: 25 Agustus
Indrasari Pematang Reba 2016
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis/ gambaran klinis:
Gangguan Psikotik Lir-Skizofrenia (F23.2). 2 hari ini, pasien selalu merasa takut, seluruh
orang yang dilihatnya terlihat seram. Tidak bias tidur karena ketakutan.
2. Riwayat pengobatan: Belum pernah mengeluhkan hal ini sebelumnya.
3. Riwayat kesehatan/ penyakit: Belum pernah mengeluhkan hal ini sebelumnya.
4. Riwayat keluarga: Tidak ada keluarga yang mengeluhkan hal serupa
5. Riwayat pekerjaan: Pasien berkerja sebagai pegawai swasta di sebuah perkebunan PT
6. Kondisi lingkungan sosial dan fisik : Pasien tinggal bersama orang tua. Bekerja di sebuah
PT untuk mengurus perkebunan. Orang tua pasien yang mengurus pasien.
7. Riwayat imunisasi : -
8. Lain-lain
Pemeriksaan fisik:
Kesadaran : Komposmentis kooperatif
Tanda vital:BP 130/80mmHG HR: 104x/i RR: 24x/i Suhu: 36,60C
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Thorax : dalam batas normal
Abdomen : datar, BU (+), timpani, supel, nyeri tekan epigastrium, hepar lien tidak teraba
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2

Pemeriksaan Psikiatri
I. DESKRIPSI UMUM
a. Penampilan : Pakaian rapi sesuai jenis kelamin, rambut tertata rapi.
b. Perilaku dan aktivitas psikomotor : Tenang, dalam batas wajar
c. Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif

II. KEADAAN SPESIFIK


a. Mood : Hipotim
b. Afek : Datar
c. Keserasian : Serasi
d. Empati :-

III. PEMBICARAAN
menjawab sesuai pertanyaan dengan menceritakan apa yang dirasakannya

IV. Gangguan Persepsi : Halusinasi (+), depersonalisasi (-)

V. PIKIRAN
a. Proses pikir : Logis, sirkumstansial
b. Bentuk pikiran : Inkoheren
c. Isi pikiran : Waham (+)

VI. KESADARAN DAN KOGNISI


a. Taraf kesadaran dan kesiagaan : Komposmentis
b. Orientasi : Orientasi waktu, tempat, dan orang baik
c. Daya ingat : Baik
d. Konsentrasi dan Perhatian : Baik
e. Kemampuan membaca dan menulis : Baik
f. Kemampuan Visuospasial : Baik
g. Pikiran Abstrak : Baik
h. Intelegensi dan kemampuan informasi : Baik

VII. Pengendalian Impuls : Baik


VIII. Daya nilai dan Tilikan : Tilikan 1
XI. Taraf Dapat Dipercaya : Dapat dipercaya
Daftar pustaka:
a. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & sadock buku ajar psikiatri klinis. Edisi 2. Jakarta.
EGC. 2010.
b. Maslim R, editor. Skizofrenia, gangguan skizotipal dan gangguan waham; Buku saku
diagnosis gangguan jiwa, rujukan ringkas dari PPDGJ III. 2001; 54.
Hasil pembelajaran:
1. Mengetahui Lir-skizofrenia Akut
2. Tatalaksana Lir-skizofrenia Akut
1. Subyektif : Pria 19 tahun masuk dengan keluhan lemas di seluruh tubuh, selalu merasa
takut, dan sulit tidur sejak 2 hari. Pasien mengaku melihat semua orang menjadi seram.
2. Obyektif: Pada pemeriksaan psikiatri ditemukan afek datar dan adanya halusinasi.
3. Assestment: Gangguan Psikotik Lir-Skizofrenia akut (F23.2) Akut
Diagnosa aksis
Aksis I : F 23.2 (Gangguan Psikotik Lir-skizofrenia Akut)
Aksis II : tidak ada gangguan kepribadian dan retardasi mental
Aksis III : tidak ada gangguan
Aksis IV :-
Aksis V : GAF 70-61

Skizofrenia adalah suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak


belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau deteriorating)
yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik
dan sosial budaya. Pada umumnya ditandai oleh penyimpanan yang fundamental dan
karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar (inappropriate) or
tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih (clear consciousness) dan kemampuan intelektual
biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang
kemudian.
Pedoman diagnosis:
- Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajm atau kurang jelas:
a. Tought echo, thought insertion or withdrawal, thought broadcasting
b. Delusion of control, delusion of influence, delusion of passivity, delusional
perception
c. Halusinasi auditorik
d. Waham-waham menetap
- Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas :
a. Halusinasi yang menetap dari pancaindera
b. Arus pikiran yang terputus
c. Perilaku katatonik
d. Gejala-gejala negatif
- Adanya gejala-gejala has tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu
satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal);
- Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mmutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek prilaku pribadi (persobal behavior),
bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu,
sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.

F23.2 Gangguan Psikotik Lir-Skizofrenia (schizophrenia-like) Akut


Pedoman diagnosis:
- Untuk Diagnosis pasti harus memenuhi:
a. Onset gejala prikotik harus akut (2 minggu atau kurang, dari suatu keadaan
nonpsikotik menjadi keadaan yang jelas psikotik)
b. Gejala-gejala yang memenuhi kriteria untuk skizofrenia(F20.-) harus sudah
ada untuk sebagian besar waktu sejak berkembangnya gambaran klinis yang
jelas psikotik.
c. Kriteria untuk psikosis polimorfik akut tidak terpenuhi

- Apabila gejala-gejala skizofrenia menetap untuk kurun waktu lebih dari 1 bulan
lamanya, maka diagnosis harus dirubah menjadi skizofrenia (F20.-)

4. Plan:
- Haloperidol Tab 1 (IGD)
- Chlorpromazine Tab 2x1
- THP 2x2
Pendidikan : diberikan pengetahuan kepada keluarga mengenai jenis penyakit dan
kondisi pasien yang memerlukan pengobatan jangka panjang.
Konsultasi : konsultasi berlanjut kepada dokter spesialis kejiwaan untuk proses
penyembuhan dan prognosis pasien kedepannya.
Kegiatan Periode Hal yang diharapkan
Psikoterapi dan psikofarmaka
disesuaikan serta dilanjutkan

Anda mungkin juga menyukai