_______________________________________________________________________________
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.
Pendamping, Pendamping,
Pemeriksaan penunjang:
Pemeriksaan laboratorium darah : Hb: 8,9gr/dL, Ht: 23,7%, leu: 21.3/L, trom:
489.000/L, UREA: 109,07mg/dl, CREA: 5,343 mg/dl, ALT: 8,6U/L, AST: 13,7U/L,
GDS: 47 g/dl (GDS post bolus 2 fls D40% : 76 g/dl)
Daftar pustaka
a. Silbernagl, Stefan, dan Florian Lang. 2010. Color Atlas of Pathophysiology 2nd Ed.
New York: Thieme.Soemadji, DjokoWahono. 2009. BukuAjarIlmuPenyakitDalam.
Edisi V. Jakarta: Interna Publishing.
b. Longo, Dan L, et al. 2011. Harrisons Principles of Internal Medicine 18th Edition.
New York; McGraw-Hill Medical Publishing Divison.
Hasil pembelajaran:
1. Mengetahui cara penegakan diagnosis hipoglikemia
2. Mengetahui tatalaksana kegawatdaruratan pasien penurunan kesadaran akibat
hipoglikemia
1. Subyektif : pasien datang dengan penurunan kesadaran berulang sejak 1 hari SMRS
2. Obyektif:
PRIMARY SURVEY
Anamnesis : Pasien penurunan kesadaran berulang sejak 1 hari SMRS. Pasien tidak
mau makan sejak kemarin sore, pasien memiliki riwayat DM.
Kesan umum : tampak sakit berat
Kesadaran : somnolen
TTV : TD : 210/140 mmHg RR : 24kali/menit
Nadi : 108 kali/menit (isian cukup, reguler) Suhu : 36,50C
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2
Data penunjang
Pemeriksaan laboratorium darah : Hb: 8,9gr/dL, Ht: 23,7%, leu: 21.3/L, trom:
489.000/L, UREA: 109,07mg/dl, CREA: 5,343 mg/dl, ALT: 8,6U/L, AST: 13,7U/L,
GDS: 47 g/dl (GDS post bolus 2 fls D40% : 76 g/dl)
Diagnosis hipoglikemia dapat ditegakan bila kadar glukosa <50mg/dl (2,8 mmol/L)
atau bahkan <40mg/dl (2,2 mmol/L). Walaupun demikian berbagai studi fisiologis
menunjukan bahwa gangguan fungsi otak sudah dapat terjadi pada kadar glukosa darah
55 mg/dl (3 mmol/L). Lebih lanjut diketahui bahwa kadar glukosa darah 55mg/dl (3
mmol/L) yang terjadi berulang kali dapat merusak mekanisme proteksi endogen
terhadap hipoglikemia yang lebih berat (Soemandji, 2009).
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.
Pendamping,
Borang Portofolio
Nama peserta: dr. Krisna Dwi Saputra
Nama wahana: RSUD Indrasari Pematang Reba Indragiri Hulu
Topik: Hemaptoe ec TB Paru
Tanggal (kasus): 17 Oktober 2016
Nama Pasien: Tn. S No. RM: 147200
Tanggal presentasi: Nama pendamping: dr. Eka Maya Susanti
Tempat presentasi: RSUD Indrasari Pematang Reba
Obyektif presentasi:
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi: Pria 41 tahun datang dengan keluhan batuk darah sejak 2 minggu yll. Disertai
demam, mual, dan muntah. Pasien mulai batuk-batuk sejak 1 bulan SMRS, sering berkeringat
malam, nafsu makan menurun, dan badan terasa lemas. 2 minggu SMRS pasien mulai batuk
darah dan mencoba berobat di Puskesmas. Hasil pemeriksaan sputum pasien dinyatakan TB
Paru +1 lalu pasien diberi obat paket. Setelah minum obat paket 3 hari, batuk darah pasien
semakin banyak dan pasien mendapat rujukan ke RSUD Indrasari.
Tujuan: menegakkan diagnosis dan memberikan terapi pada pasien TB Paru
Bahan bahasan: Tinjauan pustaka Riset Kasus Audit
Cara membahas: Diskusi Presentasi Email Pos
dan diskusi
Data pasien: Nama: Tn. S Nomor RM: 14 72 00
Nama klinik: RSUD Telp: - Terdaftar sejak: 17 Oktober
Indrasari Pematang Reba 2016
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis/ gambaran klinis:
Hemaptoe ec TB Paru, batuk-batuk sejam 3 minggu SMRS, baruk darah sejak 2 minggu
SMRS, hasil BTA Sputum +1.
2. Riwayat pengobatan: pasien berobat ke puskesmas dan dikatakan TB Paru
3. Riwayat kesehatan/ penyakit: Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini
sebelumnya.
4. Riwayat keluarga: Keluarga pasien tidak ada yang mengeluhkan hal yang sama seperti
pasien.
5. Riwayat pekerjaan: pasien adalah seorang pegawai swasta.
6. Kondisi lingkungan sosial dan fisik :
7. Riwayat imunisasi pasien : -
8. Lain-lain:
Pemeriksaan fisik:
Keadaan umum : tampak sakit sedang Kesadaran : composmentis
Tanda vital:
TD: 140/100mmHg
Nadi : 94 x/menit (reguler, isian cukup) RR : 34 x/ menit
Suhu: 37,9oC
Mata : konjungtiva tidak anemis dan sklera tidak ikterik
PF thorax :
Inspeksi : Dada tampak simetris
Palpasi : Focal fremitus sama kanan/kiri
Perkusi : sonor
Auskultasi : SN Bronkovesikuler, Rhonki +/+, Wheezing -/-
Daftar pustaka:
1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis. Edisi 2: cetkan II. Jakarta.2008.
2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis. Cetakan ke 8. Jakarta 2002.1-37
Hasil pembelajaran:
1. Mengetahui cara penegakan diagnosis TB Paru
2. Tatalaksana TB Paru dengan Hemaptoe
1. Subyektif : pasien mengelukan batuk darah sejak 2 minggu SMRS
2. Obyektif: Thorax : Rhonki +/+, batuk darah +
3. Assesment:
Pengobatan tuberkulosis ditujukan untuk menyembuhkan penderita, mencegah
kekambuhan dan menurunkan tingkat penularan. Pengobatan dibagi menjadi 2 fase yaitu
fase intensif dan fase lanjutan:
a.Tahap intensif
Penderita mendapat obat setiap hari, awasi langsung. Bila pengobatan tahap intensif
diberikan secara tepat, biasanya penderita menular menjadi tidak menular dalam 2
minggu. Sebagian besar penderita BTA positif akan menjadi negatif pada akhir
pengobatan
b.Tahap lanjutan
Paduan obat yang digunakan terdiri dari panduan obat utama dan obat tambahan.
1.Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah:
a.Isoniazid (INH), bersifat bakterisid, dapat membunuh 90% populasi kuman dalam
beberapa hari pertama pengobatan.
b.Rifampisin, bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman semi dorman yang tidak
dapat dibunuh INH.
c.Pirazinamid, bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang berada dalam sel
dengan suasana asam.
d.Streptomisin, bersifat bakterisid.
e.Ethambutol, bersifat bakteriostatik.
2.Jenis obat tambahan lainnya (lini 2) :
a.Kanamisin
b.Amikasin
c.Kuinolon
d.Obat lain masih dalam penelitian yaitu makrolid dan amoksilin + asam klavulanat
Obat-obatan tersebut tersedia dalam kemasan obat tunggal dan obat kombinasi (Fixed
Dose Combination/FDC). FDC direkomendasikan bila tidak dilakukan pengawasan menelan
obat.16
Program Nasional Penanggulangan TB paru di Indonesia menggunakan paduan OAT:2
1.Kategori I (2HRZE/4H3R3)
Diberikan untuk penderita baru TB paru BTA positif, TB paru BTA negatif rontgen
positif yang sakit berat, dan penderita TB paru ekstra paru berat.
2.Kategori II (2HRZES/HRZE/5H3R3E)
Diberikan untuk penderita kambuh (relaps), penderita gagal (failure) dan penderita
dengan pengobatan lalai (drop out).
3.Kategori III (2HRZ/4H3R3)
Diberikan untuk penderita baru BTA negatif dan rontgen positif sakit ringan, pasien
ekstra paru ringan yaitu limfadenitis TB, TB kulit, TB tulang (kecuali tulang belakang),
sendi dan kelenjar adrenal.
4.Obat sisipan (HRZE)
Bila pada akhir tahap intendif pengobatan penderita baru BTA positif dengan kategori I
atau penderita BTA positif pengobatan ulang dengan kategori II hasil pemeriksaan dahak
masih BTA positif.
4. Plan:
a. IVFD RL 12 jam/kolf
b. Azitromisin infus 500mg dalam dextrose 5% habis 2-4 jam
c. Inj. Asam tranexamat 3x1 amp
d. Inj. Vit K 3x1 amp
e. Inj. Ranitidin 2x1 amp
f. Codein tab 3x10mg
g. OAT FDC (dibawa pasien)
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.
Pendamping,
Pemeriksaan penunjang:
Pemeriksaan laboratorium darah
Darah rutin : Hb: 10,9 gr/dL, Ht: 34%, leu: 11.900/L, trom: 286.000/L.
Kimia darah : Glu: 107,4 mg/dl, ureum: 109,3 mg/dl, kreatinin: 2.9 mg/dl, AST : 24,7
U/L, ALT: 21,7 U/L, Albumin: 0,9 mg/dl.
Daftar pustaka:
a. Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, et all. Fitzpatricks; Dermatology in general
medicine. Seventh Edition. New York: McGraw-Hill. 2008. p. 225-32.
b. James WD, Berger Timothy G, Elston Dirk M. Andrews. Diseases of the skin. Clinical
Dermatology. Eleventh edition. California: Saunders Elsevier. 2011. p.117-19.
Hasil pembelajaran:
1. Mengetahui dan mendiagnosis pasien eritroderma et causa erupsi obat
2. Tatalaksana pasien eritroderma et causa erupsi obat
1. Subyektif : seluruh kulit terasa perih dan panas, sisik pada kulit menebal, kulit seperti
retak dengan dasar berwarna merah dan kering. Riwayat alergi obat (1 bulan yang lalu).
2. Obyektif :
Status generalis
Tanda vital : suhu : 38,1oC
Pemeriksaan kepala : mata : kedua mata ektropion.
Status dermatologis
Lokasi : seluruh tubuh
Efloresensi : skuama tebal dan likenifikasi dengan dasar eritema bentuk lamelar, skuama
halus dasar eritema, erosi, dan krusta
Penyebaran : generalisata
Pemeriksaan penunjang:
Pemeriksaan darah rutin: leukosit 11.900 /l
Pemeriksaan kimia darah: ureum: 109,3 mg/dl, kreatinin: 2,9 mg/dl, albumin: 0,9 mg/dl.
3. Assestment: Eritroderma et causa erupsi obat dengan komplikasi gagal ginjal akut dan
hipoalbumin.
Eritroderma adalah kelainan kulit yang ditandai dengan adanya eritema di seluruh tubuh
atau hampir seluruh tubuh (lebih dari 90%), biasanya disertai skuama.
Etiologi dasar tersering sebagai penyebab eritroderma adalah sebagai berikut:
- Spongiotic dermatitis (20%-24%): atopi 9%, dermatitis kontak 6%, dermatitis
seboroik 4%)
- Psoriasis (23%)
- Reaksi hipersensitivitas obat (15%)
- Limfoma kutaneus sel T (5%)
- Idiopatik (hampir 20%)
Jenis obat-obatan yang berkaitan dengan eritroderma:
- Antibiotik
- Antiinflmasi
- Obat jantung
- Obat diabetes
- Antivirus
- Antilepramatosa
- Antiepilepsi
- Obat kemoterapi
Pada beberapa masyarakat eritroderma lebih tinggi karena pengobatan sendiri dan
pengobatan secara tradisional. Waktu timbulnya penyakit bervariasi dapat segera sampai 2
minggu. Gambaran klinisnya adalah eritema universal. Bila ada obat yang masuk ke
dalam tubuh diduga sebagai penyebabnya ialah obat yang paling sering menyebabkan
alergi.
Gejala klinis diawali dengan timbulnya bercak eritema yang dapat meluas ke seluruh
tubuh dalam waktu 12-48 jam. Deskuamasi yang difus dimulai dari daerah lipatan,
kemudian menyeluruh. Dapat juga mengenai membran mukosa seperti pada mata yang
menyebabkan terjadinya blefaritis, epifora dan ektropion terutama yang disebabkan oleh
obat. Bila kulit kepala sudah terkena dapat terjadi alopesia, perubahan kuku dan kuku
lepas. Dapat terjadi limfadenopati dan hepatomegali. Skuama timbul setelah 2-6 hari
sering dimulai pada daerah lipatan. Skuamanya besar pada keadaan akut dan kecil pada
keadaan kronis. Warnanya bervariasi dari putih sampai kuning. Kulit merah terang, kering,
panas, kering dan terasa tebl jika diraba.pasien mengeluh kedinginan. Pengendalian
regulasi suhu tubuh menjadi hilang, sehingga sebagai kompensasi terhadap kehilangan
panas tubuh, sekujur tubuh pasien menggigil untuk dapat menimbulkan panas metabolik.
Eritroderma akibat alergi obat memerlukan anamnesis yang teliti untuk mencarai obat
penyebabnya. Umunya laergi timnbul akut dalam waktu 10 hari. Pada mulanya kulit
hanya eritem saja, setelah penyembuhan barulah timbul
skuama.
Gambar 1. Eritroderma
Terapi :
Prinsip terapi :
1. Keseimbangan cairan perlu diperhatikan karena banyak kehilangan cairan, diberikan
cairan fisiologis.
2. Anti-histamin dapat menghilangkan reasa gatal.
3. Emolien
4. Hentikan semua obat yang mempunyai potensi menyebabkan terjadinya penyakit ini
5. Rawat pasien diruangan yang cukup sinar matahari
6. Perhatikan kemungkinan terjadinya masalah klinis sekunder (misalnya dehidrasi,
gagal jantung, gagal ginjal dan infeksi)
7. Biopsi kulit untuk diagnosis pasti
8. Berikan steroid sistemik jangka pendek
9. Mulailah pengobatan yang diperlukan untuk penyakit yang melatar belakanginya.
Komplikasi:
1. Gagal jantung
2. Gagal ginjal
3. Kematian mendadak akibat hipotermi sentral.
4. Plan:
UMUM :
- Menghindari penggunaan obat-obatan yang diduga sebagai penyebab
- Jaga kebersihan badan
KHUSUS :
SISTEMIK :
- IVFD NaCl 0,9% 30 tpm /15 tpm/ 10 tpm (nilai urin output jika < 0,5
cc/KgBB, turunkan tpm)
- Inj. Metil prednisolon 3 x 125 mg
- Cetirizin tab 1 x 10 mg
- Articial tears/ 6 jam
- Diet cair/ NGT
- Saran rujuk
LOKAL :-
TINDAKAN : -
Pendidikan : diberikan pengetahuan kepada pasien dan keluarga pasien bahwa penyakit
yang dialami saat ini dikarenakan alergi obat dengan komplikasi gangguan ginjal.
Keluarga dan pasien diingatkan untuk berhati-hati mengkonsumsi obat dan mengenal
gejala awal alergi obat. Pasien disarankan untuk dirujuk guna penanganan lebih lanjut
oleh dokter ahli yakni dokter spesialis kulit.
Konsultasi : konsultasi berlanjut kepada dokter spesialis kulit untuk proses penyembuhan
dan prognosis pasien kedepannya.
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.
Pendamping,
Borang Portofolio
Nama peserta: dr. Krisna Dwi Saputra
Nama wahana: RSUD Indrasari Pematang Reba Indragiri Hulu
Topik: Pemeriksaan luar jenazah
Tanggal (kasus): 22 Agustus 2016
Nama Pasien: Ny. IPS No. RM: 14 44 79
Tanggal presentasi: Nama pendamping: dr. Eka Maya Susanti
Tempat presentasi: RSUD Indrasari Pematang Reba
Obyektif presentasi:
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi: Ny. IPS, 23 tahun. Di bawa ke RSUD Indrasari dengan keluhan post kecelakaan
lalulintas. Pasien berboncengan dengan suami nya hendak memotong mobil didepannya, tetapi
motor pasien bertabrakan dengan motor yang melaju dari lajur yang berlawanan dan pasien
terhembas kearah mobil yang sebelumnya hendak di potong motor pasien. Terdapat luka robek
besar di punggung bawah hingga bokong. Luka robek di betis kiri dan keluar otot dari luka
robekan tersebut.
Tujuan: membuat visum dan rekam medis lengkap
Bahan bahasan: Tinjauan pustaka Riset Kasus Audit
Cara membahas: Diskusi Presentasi Email Pos
dan diskusi
Data pasien: Nama: Ny. IPS Nomor RM: 14 44 79
Nama klinik: RSUD Telp: - Terdaftar sejak: 22 Agustus
Indrasari Pematang Reba 2016
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis/ gambaran klinis: Pasien masuk post kecelakaan lalulintas tabrakan motor.
Terdapat luka robek besar di punggung bawah hingga bokong. Luka robek di betis kiri
dan keluar otot dari luka robekan tersebut.
2. Riwayat pengobatan: -
3. Riwayat kesehatan/ penyakit:-
4. Riwayat keluarga:-
5. Riwayat pekerjaan: -
6. Kondisi lingkungan sosial dan fisik (RUMAH, LINGKUNGAN, PEKERJAAN)
7. Riwayat imunisasi : -
8. Lain-lain:
Pemeriksaan luar :
1. Luka-luka:
a. Pada punggung bagian bawah terdapat luka robek horizontal besar yang dalam
mencapai tulang belakang dengan ukuran 16x12x5cm.
b. Pada bokong pasien terdapat luka robek vertikal besar dengan ukuran 27x11x4cm
c. Pada betis sebelah kiri terdapat luka robek horizontal dengan ukuran 8x7cm sekitar
2 cm di bawah garis lutut kiri belakang dan keluar otot dari robekan tersebut yang
diduga otot gastronecmius.
d. Terdapat luka lecet di punggung belakang dengan ukuran 12x9cm, 18x9cm,
38x9cm di punggung belakang tepat di atas luka robek di bokong.
e. Terdapat luka lecet di punggung kaki kiri dengan ukuran 2x0,5cm dan 10x5cm.
4. Plan:
Rekam medis lengkap dan pembuatan visum
Pendidikan : diberikan pengetahuan kepada pihak jurnalis bahwa hasil visum akan
dikeluarkan dalam bentuk keterangan tertulis. Hasil visum hanya akan diberikan kepada
pihak penyidik. Pemberitahuan kepada pihak penyidik bahwa penyebab kematian tidak
dapat ditentukan karena tidak dilakukan otopsi.
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.
Pendamping,
Portofolio
Nama peserta: dr. Krisna Dwi Saputra
Nama wahana: RSUD Indrasari Pematang Reba Indragiri Hulu
Topik: Gangguan Psikotik Lir-Skizofrenia Akut (F23.2)
Tanggal (kasus): 25 Agustus 2016
Nama Pasien: Tn. GO No. RM: 14 45 27
Tanggal presentasi: Nama pendamping: dr. Eka Maya Susanti
Tempat presentasi: RSUD Indrasari Pematang Reba
Obyektif presentasi:
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi: Tn. GO, 19 tahun. Lemas mendadak sejak 2 hari ini, pasien selalu merasa takut,
seluruh orang yang dilihatnya terlihat seram. Sejak 2 hari ini pasien selalu diam dirumah, tidak
mau makan, harus di bantu untuk makan, tidak bias tidur, tidak mengamuk, tidak ada riwayat
trauma, riwayat kejang disangkal.
Tujuan: mendiagnosis dan memberikan terapi pertama pada pasien dengan gangguan
psikotik akut
Bahan bahasan: Tinjauan pustaka Riset Kasus Audit
Cara membahas: Diskusi Presentasi Email Pos
dan diskusi
Data pasien: Nama: Tn. GO Nomor RM: 14 45 27
Nama klinik: RSUD Telp: - Terdaftar sejak: 25 Agustus
Indrasari Pematang Reba 2016
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis/ gambaran klinis:
Gangguan Psikotik Lir-Skizofrenia (F23.2). 2 hari ini, pasien selalu merasa takut, seluruh
orang yang dilihatnya terlihat seram. Tidak bias tidur karena ketakutan.
2. Riwayat pengobatan: Belum pernah mengeluhkan hal ini sebelumnya.
3. Riwayat kesehatan/ penyakit: Belum pernah mengeluhkan hal ini sebelumnya.
4. Riwayat keluarga: Tidak ada keluarga yang mengeluhkan hal serupa
5. Riwayat pekerjaan: Pasien berkerja sebagai pegawai swasta di sebuah perkebunan PT
6. Kondisi lingkungan sosial dan fisik : Pasien tinggal bersama orang tua. Bekerja di sebuah
PT untuk mengurus perkebunan. Orang tua pasien yang mengurus pasien.
7. Riwayat imunisasi : -
8. Lain-lain
Pemeriksaan fisik:
Kesadaran : Komposmentis kooperatif
Tanda vital:BP 130/80mmHG HR: 104x/i RR: 24x/i Suhu: 36,60C
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Thorax : dalam batas normal
Abdomen : datar, BU (+), timpani, supel, nyeri tekan epigastrium, hepar lien tidak teraba
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2
Pemeriksaan Psikiatri
I. DESKRIPSI UMUM
a. Penampilan : Pakaian rapi sesuai jenis kelamin, rambut tertata rapi.
b. Perilaku dan aktivitas psikomotor : Tenang, dalam batas wajar
c. Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif
III. PEMBICARAAN
menjawab sesuai pertanyaan dengan menceritakan apa yang dirasakannya
V. PIKIRAN
a. Proses pikir : Logis, sirkumstansial
b. Bentuk pikiran : Inkoheren
c. Isi pikiran : Waham (+)
- Apabila gejala-gejala skizofrenia menetap untuk kurun waktu lebih dari 1 bulan
lamanya, maka diagnosis harus dirubah menjadi skizofrenia (F20.-)
4. Plan:
- Haloperidol Tab 1 (IGD)
- Chlorpromazine Tab 2x1
- THP 2x2
Pendidikan : diberikan pengetahuan kepada keluarga mengenai jenis penyakit dan
kondisi pasien yang memerlukan pengobatan jangka panjang.
Konsultasi : konsultasi berlanjut kepada dokter spesialis kejiwaan untuk proses
penyembuhan dan prognosis pasien kedepannya.
Kegiatan Periode Hal yang diharapkan
Psikoterapi dan psikofarmaka
disesuaikan serta dilanjutkan