Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota merupakan bentang budaya yang ditumbuhkan oleh unsur-unsur


alami dengan gejala pemusatan kehidupan yang cukup besar dan corak kehidupan
yang cukup heterogen dan materialistis jika dibandingkan dengan daerah
dibelakangnya. Suatu kota akan mengalami perkembangan dari waktu ke waktu di
berbagai aspek fisik dan non fisiknya. Dilihat secara kualitatif perkembangan kota
lebih mengarah pada sektor non agraris seperti tempat pusat usaha,
pemerintahan, jasa dan hiburan dengan tingkat mobilitas penduduk yang tinggi.
Akibat pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat dan dengan aktivitas
yang tinggi, tanpa disadari baik secara langsung maupun tidak langsung telah
memberikan tekanan pada lahan yang ada (Lisdiyono. 2004).

1.2 Rumusan Masalah

Masalah yang sering terjadi di dalam kota adalah pemanfaatan ruang.


Diantara penyebab utama timbulnya masalah tersebut adalah karena belum
adanya penataan ruang yang komprehensif dan terjadinya penyimpangan
terhadap tata ruang yang ada. Kondisi ini semakin diperparah lagi dengan belum
adanya alokasi pemanfaatan ruang, dan kurangnya ketegasan dalam pemeritah
untuk menjalankan peraturan undang-undang.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang dijabarkan di atas


maka tujuan penelitian di wilayah studi yaitu

1. Mengevaluasi kesesuaian daya dukung wisata


2. Menganalisis pola pemanfaatan ruang pada daya dukung wisata kota
Yogyakarta.
3. Memetakan pola persebaran daya dukung wisata.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini adalah agar pola pemanfaatan ruang kota
Yogyakarta berdasarkan daya dukung wisata sesuia dengan penetapan peraturan
daerah kota Yogyakarta.

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pegindraan jauh


Penginderaan Jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi
tentang objek, daerah atau gejala dengan jalan menganalisis data yang diperoleh
dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah atau
gejala yang dikaji (Lillesand and Kieffer, 2004 dalam I Wayan, 2012).

Penginderaan jauh secara umum didefinisikan sebagai ilmu-teknik-seni


untuk memperoleh informasi atau data mengenai kondisi fisik suatu benda atau
obyek, target, sasaran maupun daerah dan fenomena tanpa menyentuh atau
kontak langsung dengan benda atau target tersebut (Soenarmo, 2009 dalam
rahayu dkk, 2015).

Penginderaan Jauh dapat digunakan untuk mengumpulkan data tanpa


banyak kerja lapangan, dengan hasil yang lebih cepat dan murah. Saat ini hampir
tidak mungkin inventarisasi hutan dilakukan tanpa menggunakan data
penginderaan jauh. Pengumpulan data secara langsung di lapangan biasanya lebih
akurat dan cermat, tetapi pengumpulan data dengan cara ini akan membutuhkan
waktu yang lama. (Azhar dan Hepi, 2013).

2.2 Sistem Informasi Geografis


Sistem Informasi Geografis merupakan suatu sistem atau sekumpulan
objek, ide yang saling berhubungan (interrelasi) yang bertujuan dan bersasaran
untuk menampilkan informasi geografis sehingga dapat mejadi suatu teknologi
perangkat lunak sebagai alat bantu untuk pemasukkan, penyimpanan, manipulasi,
analisis, dan menampilkan kembali kondisi-kondisi alam dengan bantuan data
atribut dan keruangan (Qommarudin, 2014).

Data spasial-temporal merupakan data utama yang dikaji dalam


Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi geografis (SIG). Informasi spasial
memakai lokasi dalam suatu sistem koordinat tertentu sebagai dasar referensinya.
Informasi ini dapat dianalisis untuk memperoleh informasi baru seperti : lokasi,
kondisi, kecenderungan, pola, dan pemodelan spasial. (Dwi, 2010).

Pada tahap tanggap darurat, data PJ dan SIG di kombinasi dengan Global
Positioning System (GPS) bermanfaat di dalam operasi pencarian dan pertolongan
pada daerah-daerah yang sulit dijangkau. Penginderaan jauh dapat membantu di
dalam penilaian kerusakan dan pemantauan akibat bencana dan memberikan
dasar kuantitatif dalam operasi penanggulangan bencana. Di dalam tahap
rehabilitasi bencana SIG digunakan untuk mengorganisir informasi kerusakan
berdasarkan informasi sensus, dan dapat digunakan dalama evaluasi tapak untuk
proses rekonstruksi. (Indep, 2007).

2.3 Kerangka Pikir


BAB III

METEDEOLOGI

3.1 Lokasi

Yogyakarta merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang


terletak di bagian selatan Pulau Jawa bagian tengah. Wilayah Kota
Yogyakarta terbentang antara 110o 24 19 sampai 110o 28 53I Bujur Timur
dan 7o 15 24 sampai 7o 49 26 Lintang Selatan dengan ketinggian rata-rata
114 m diatas permukaan laut. Kota Yogyakarta memiliki luas wilayah
tersempit dibandingkan dengan daerah tingkat II lainnya, yaitu 32,5 Km
yang berarti 1,025% dari luas wilayah DIY dengan luas 3.250 hektar tersebut
terbagi menjadi 14 Kecamatan, 45 Kelurahan, 617 RW, dan 2.531 RT, serta
dihuni oleh 489.000 jiwa (data per Desember 1999) dengan kepadatan
rata-rata 15.000 jiwa/Km.

Wilayah Kota Yogyakarta berbatasan dengan:

1. Sebelah Utara : Kabupaten Sleman

2. Sebelah Timur : Kabupaten Bantul & Sleman

3. Sebelah Selatan: Kabupaten Bantul

4. Sebelah Barat : Kabupaten Bantul & Sleman


gambar 1. Peta administrasi kota Yogyakarta

Kota Yogyakarta terletak di lembah tiga sungai, yaitu Sungai Winongo,


Sungai Code (yang membelah kota dan kebudayaan menjadi dua), dan
Sungai Gajahwong. Kota ini terletak pada jarak 600 km dari Jakarta, 116 km
dari Semarang, dan 65 KM dari Surakarta, pada jalur persimpangan Bandung
- Semarang - Surabaya - Pacitan. Meski terletak di lembah, kota ini jarang
mengalami banjir karena sistem drainase yang tertata rapi yang dibangun
oleh pemerintah kolonial, ditambah dengan giatnya penambahan saluran air
yang dikerjakan oleh Pemkot Yogyakarta.

3.2. Alat dan Bahan

Tabel 3.2 Alat dan Bahan yang di gunakan

No. Nama Alat/Bahan Kegunaan


1 Citra Landsat 8 dan Citra Landsat 5 Sebagai objek pengamatan
2 Citra Google Eart SAS / Universal Sebagai objek pengamatan
Maps
3 Citra Aster GDEM Sebagai objek pengamatan
4 Peta Administrasi Kota Yogyakarta Sebagai objek pengamatan
Downloader
7 Global Positioning System ( GPS ) Sebagai alat untuk
menentukan titik
koordinat lokasi
8 Software ArcGIS versi 10.2 Sebagai alat untuk
mengelola data lapangan
9 Peta Geologi dan topografi Kota Sebagai objek pengamatan

10 Peta Rupa Bumi Indonesia skala


Yogyakarta Sebagai objek pengamatan

11 Peta Citra Kota Yogyakarta


1:25.000 Sebagai objek pengamatan
12 Software ENVI 4.5 Sebagai alat untuk
mengolah data citra
13 Kamera Dokumentasi data lapangan
14 Printer Print out laporan
15 Kertas dan Alat Tulis Kantor ( ATK ) Untuk menulis
data pengamatan

Tahap persiapan adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan sebelum


memulai mengumpulkan data. Pada tahap persiapan ini menyusun rangkaian
atau kerangka kegiatan yang akan dilakukan dengan tujuan agar waktu
dan pekerjaan yang akan dilakukan bisa lebih efektif. Adapun
susunan dari tahapan yang dilakukan meliputi:

1. Studi pustaka dari berbagai sumber dan referensi


yang berhubungan dengan masalah peengevaluasian kesesuaian daya dukung
wisata di yogakarta.

2.Menentukan data apa saja yang di perlukan perencanaan untuk


mengidentifikasi analisis pola pemanfaatan ruang pada daya dukung wisata
kota Yogyakarta .

3. Meninjau langsung kota Yogyakarta untuk mendapatkan gambaran


umum lokasi secara langsung.

3.3.2. Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer data
sekunder. Data sekunder adalah data yang tersedia sehingga kita tinggal
mencari dan mengumpulkan sedangkan data primer adalah data yang hanya
dapat diperoleh dari sumber asli atau pertama. Jika data sekunder dapat kita
peroleh dengan lebih mudah dan cepat karena sudah tersedia, misalnya
diperpustakaan. Meskipun data sekunder secara fisik sudah tersedia dalam
mencari data tersebut tetapi tidak boleh dilakukan secara sembarang.
Untuk mendapatkan data yang tepat dan sesuai dengan tujuan
penelitian, maka diperlukan beberapa pertimbangan diantaranya sebagai
berikut:

1. Jenis data harus sesuai dengan tujuan penelitian yang


sudah ditentukan sebelumnya.

2. Data sekunder yang dibutuhkan bukan menekankan pada jumlah


tetapi pada kualitas dan kesesuaian.

3. Data sekunder biasanya sebagai data pendukung data primer.

3.4 Tahap Pengolahan Dan Analisis

3.4.1 Kerja Lapangan

Hal yang pertama dilakukan sebelum turun kelapangan adalah


mengumpulkan data-data yang terkait dengan bencana yang akan diteliti,
baik data berupa peta, data histori kejadian bencana maupun
data statistik lainnya. Kemudian menentukan sampel lokasi penelitian
dengan menginput koordinat lokasi sampel penelitian ke-GPS.
Setelah hal tersebut, yang dilakukan berikutnya adalah turun ke lapangan
untuk melakukan pengambilan data baik melalui pengamatan secara
lansung maupun dengan melakukan wawancara dengan masyrakat
setempat. Penelitian dilakukan dilokasi yang telah ditentukan berdasarkan
sampel penelitian maupun dilokasi yang memungkinkan adanya kesesuaian
pembangunan dengan rencana pola dan tata ruang wilayah yogakarta yang
akan diteliti.

3.4.2 Pengolahan Data

Pengolahan data adalah manipulasi data agar menjadi


bentuk yang lebih berguna. Pengolahan data ini tidak hanya berupa
perhitungan numeris tetapi juga operasi-operasi seperti
klasifikasi data dan perpindahan data dari satu tempat ke tempat lain.
Pengolahan data terdiri dari tiga langkah utama, yaitu input, proses dan
output.

1. Input. Di dalam langkah ini data awal atau data input disiapkan
dalam beberapa bentuk yang sesuai untuk keperluan pengolahan.
Bentuk tersebut akan bergantung pada pengolahan mesin.

2. Proses. Pada langkah ini data input di ubah dan


biasanya di

kombinaikan dengan informasi yang lain untuk menghasilkan data


dalam bentuk yang lebih dapat digunakan.

3. Output. Pada langkah ini hasil-hasil dari pengolahan sebelumnya di


kumpulkan.

4. Orginasi. Langkah ini merupakan proses pengiumppulan


data orginal(data mentah/data asli).
5. Distribusi. Langkah ini merupakan pendistribusian data output
6. Penyimpanan. Hasil pengolahan data sering kali di tempatkan di
dalam penyimpanan untuk di gunakan sebagai data input untuk di
olah pada waktu yang berikutnya.

3.4.3 Analisis Data

Parameter adalah ukuran, kriteria, patokan, pembatasan, standar


atau tolak ukur seluruh pipulasi dalam penelitian. Adapun Parameter yang
dugunakan untuk penilaian tingkat bencana alam dan parameter dasar
penilaian untuk identififkasi elemen yang rawan terhadap bencana dan
kerugian yang dinilai dalam anlasis resiko bencana banjir Rob secara

kualitatif sebagai berikut:

Parameter Bobot Kelas Skor


(%) Rendah Sedang Tinggi
Penggunaan
Lahan
Peta Pola Tata
Ruang
Tabel 3.4.2 Parameter Pemetaan Evaluasi Kesesuaian Pembangunan Dengan
Rencana Pola Dan Tata Ruang Wilayah Yogakarta

Analisis data diartikan sebagai upaya mengolah data menjadi


informasi, sehingga karakteristik atau sifat-sifat data tersebut
dapat dengan mudah dipahami dan bermanfaat untuk
menjawab masalah- masalah yang berkaitan dengan kegiatan penelitian.
Teknik analisis data dapat diartikan sebagai cara melaksanakan analisis
terhadap data, dengan tujuan mengolah data tersebut menjadi informasi,
sehingga karakteristik atau sifat-sifat datanya dapat dengan mudah
dipahami dan bermanfaat untuk menjawab masalah-masalah yang
berkaitan dengan kegiatan penelitian, baik berkaitan dengan deskripsi data
maupun untuk membuat

induksi, atau menarik kesimpulan tentang karakteristik populasi (parameter)


berdasarkan data yang diperoleh dari sampel (statistik).

Langkah dan Prosedur Analisis Data

1. Tahap mengumpulkan data, dilakukan melalui instrumen


pengumpulan data.

2. Tahap editing, yaitu memeriksa kejelasan dan


kelengkapan pengisian instrument pengumpulan data

3. Tahap koding, yaitu proses identifikasi dan klasifikasi dari setiap

pertanyaan yang terdapat dalam instrumen pengumpulan


data menurut variabel-variabel yang diteliti.

4. Tahap tabulasi data, yaitu mencatat atau entri data ke dalam tabel
induk penelitian.

5. Tahap pengujian kualitas data, yaitu menguji


validitas dan realiabilitas instrumen pengumpulan data.

6. Tahap mendeskripsikan data, yaitu tabel frekuensi


dan/atau
diagram, serta berbagai ukuran tendensisentral, maupun ukuran
dispersi. tujuannya memahami karakteristik data sampel penelitian.

7. Tahap pengujian hipotesis, yaitu tahap pengujian


terhadap proposisi-proposisi yang dibuat apakah proposisi tersebut
ditolak atau diterima, serta bermakna atau tidak. Atas dasar
Pengujian hipotesis inilah selanjutnya keputusan dibuat.

Analisis spasial adalah pendekatan didalam geografi dan disiplin yang


berkaitan dengannya seperti arkeologi yang menggunakan metode statistik
untuk menyederhanakn pola-pola spasial. Keutamaan SIG sebenarnya
terletak pada kemampunya untuk menganalisis dan mengolah data dengan
jumlah yang besar. Kemampuan analisis berdasarkan aspek spasial yan
g dapat dilakukan oleh SIG antara lain:

1. Klasifikasi, yaitu mengelompokkan data spasial menjadi data spasial


yang baru. Contohnya adalah mengklasifikasikan tata guna lahan
untuk pemukiman, pertanian, perkebunan ataupun hutan
berdasarkan analisis data kemiringan atau data ketinggian.
2. Overlay, yaitu menganalisis dan mengintegrasikan dua atau lebih
data spasial yang berbeda, misalnya menganalisis daerah rawan erosi
dengan meng-overlay-kan data ketinggian, jenis tanah dan kadar
air.

3. Buffering, yaitu analisis yang akan menghasilkan


buffer atau penyangga yang bisa berbentuk lingkaran atau poligon
yang melingkupi suatu objek sebagai pusatnya, sehingga kita bisa
mengetahui berapa parameter objek dan luas
wilayahnya. Buffering dapat digunakan untuk menentukan jalur
hijau, menggambarkan Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE), mengetahui
daerah yang terjangkau BTS untuk telepon seluler, menentukan
luas tumpahan minyak di laut dan menentukan lokasi pasar, toko
atau outlet dengan memperhatikan lokasi konsumen dan
toko atau outlet saingan
DAFTAR PUSTAKA

Lisdiyono. 2004. Penyimpangan Kebijakan Alih Fungsi Lahan Dalam


Pelestarian Lingkungan Hidup. Jurnal Hukum dan Dinamika
Masyarakat Edisi Oktober 2004. Fakultas Hukum Untag, Semarang.

Anda mungkin juga menyukai