Anda di halaman 1dari 84

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN KADER TENTANG

IMUNISASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS


JUANDA SAMARINDA

TUGAS AKHIR

Disusun oleh :

SRI SULASTRI

NIM: 1011308210475

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH SAMARINDA
2013
LEMBAR PERSETUJUAN

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN KADER TENTANG


IMUNISASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JUANDA SAMARINDA

PROPOSAL PENELITIAN

DISUSUN OLEH:

SRI SULASTRI

NIM : 10.113082.1.0475

Disetujui untuk diujikan

Pada tanggal, 1 Juli 2013

Pembimbing I Pembimbing II

Rini Ernawati, S.Pd.,M.Kes Ns.Fatma Zulaikha,S.kep


NBP. 960509 NBP. 100554
LEMBAR PENGESAHAN

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN KADER TENTANG

IMUNISASIDI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JUANDA SAMARINDA

PROPOSAL PENELITIAN

DISUSUN OLEH :

SRI SULASTRI

NIM : 10.113082.1.0475

Diseminarkan dan diujikan

Pada tanggal, 1 juli 2013

PENGUJI I PENGUJI II

Ns.Maridi M.D.,M. KepRini Ernawati S.Pd.,M. Kes


NBP. 971013 NBP. 960509

Mengetahui,
Ketua
Program Studi DIII Keperawatan

Rini Ernawati, S.Pd.M.Kes


NBP. 960509
MOTTO

ORANG SUKSES MEMBERIKAN MANFAAT PADA BANYAK ORANG

SEDANGKAN ORANG TIDAK SUKSES MENGELUH TENTANG

KEADAAN MEREKA KEPADA BANYAK ORANG.


KATA PENGANTAR

Assalammualaikum wr.wb.

Alhamdulilahirobilalamin, segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang

melimpahkan karunia dan rezeki kepada hamba-hambanya, sehingga penulis

mampu menyelesaikan penyusunan Proposal Penelitian dengan judul

Gambaran tingkat pengetahuan kader tentang imunisasi di Wilayah kerja

Puskesmas Juanda. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah atas

nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari jaman

kegelapan menuju jaman yang terang benderang.

Tidak lepas dari bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Pada

kesempatan ini penulis menyampaikan banyak ucapan terima kasih dan

penghargaan kepada:

1. Bapak Ghozali MH., M. Kes, selaku Ketua Pimpinan Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Muhammadiyah Samarinda.

2. Ibu Rini Ernawati, S.Pd., M. Kes, sebagai ketua Program Studi Diploma

III Keperawatan dan Selaku Pembinbing I dalam penyusunan Hasil

Penelitian

3. Ns. Maridi M.D.,M.Kep selaku penguji 1 yang telah menguji Hasil

penelitian.

4. Bapak Ns. Fatma Zulaikha, S. Kep selaku pembimbing II dalam

penyusunan Hasil Penelitian.


5. Bapak, Ibu dan Keluarga besarku yang tercinta sebagai keluarga yang

senatiasa mendoakan dan memberi dorongan, serta dukungan materil

dalam segala hal yang selalu memberi support dan mengingatkan untuk

menyelesaikan Tugas Akhir Penelitian ini.

6. Sahabat-sahabat saya yang tersayang (Lilis, Ayi, Mona, Ave) yang selalu

ada memberi dukungan pada peneliti untuk menyelesaikan Hasil

penelitian.

7. Kepala Puskesmas Juanda Samarinda dan seluruh staf yang telah

banyak memberikan bantuan

8. Rekan-rekan seperjuangan angkatan XVI atas semangat dan

dukungannya tidak ada perbedaan diantara kalian semua, kita satu

angkatan dan akan lulus bersama.

Penulis menyadari bahwa kekurangan dan kesalahan tidak lepas dalam

penyusunan Proposal Penelitian ini, maka saran dan kritik sangat diharapkan

penulis.Akhirnya dengan kerendahan hati, penulit mengharapkan agar

proposal Penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat

menambah Khasanah ilmu pengetahuan terutama Ilmu

keperawata.Amin.Wassalamualaikum, Wr.Wb

Samarinda, 12 Februari 2013

penulis
DAFTAR ISI

Halaman Sampul

Halaman Judul

Halaman Persetujuan. ii

Halaman Pengesahan iii

Motto.... iv

Kata Pengantar. v

Daftar isi. vi

Daftar tabel............... vii

Daftar Gambar.. viii

Daftar Lampiran............... ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.. 1
B. Rumusan Masalah 5
C. Tujuan Penelitian.. 5
D. Manfaat Penelitian 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka... 7
B. Kerangka Teori............... 26
C. Kerangka Konsep... 27
D. Pertanyaan peneliti. 28
BAB III METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian... 29
B. Populasi dan Sampel.. 30
C. Waktu dan Tempat Penelitian... 33
D. Definisi Operasional 33
E. Instrumen Penelitian.. 34
F. Uji validitas dan Reliabilitas... 34
G. Teknik Pengumpulan Data 37
H. Teknik Analisa Data39
I. Etika Penelitian .................. 42
J. Jalannya penelitian 44
K. Jadwal penelitian. 45
BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Hasil penelitian..... 48
B. Pembahasan. 54
BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan... 62
B. Saran.. 63

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN
Daftar Tabel

Table 2.1 Jadwal Imunisasi 17

Table 3.1 Definisi Oprasional. 33

Tabel 3.2 Hasil uji Validitas 38

Tabel 4.1 Frekuensi Responden 49

Tabel 4.2 Pendidikan Terakhir.. 49

Tabel 4.3 Pekerjaan responden... 50

Tabel 4.4 Pengetahuan Responden. 51

Tabel 4.5 Pengertian imunisasi. 51

Tabel 4.6 Jenis imunisasi 52

Tabel 4.7 Efek Samping. 52

Tabel 4.8 Manfaat Imunisasi 53

Tabel 4.9 kerugian imunisasi.. 53

Tabel 4.10 Jadwal imunisasi 54


Daftar Tabel

Table 2.1 Jadwal Imunisasi 17

Table 3.1 Definisi Oprasional. 33

Tabel 3.2 Hasil uji Validitas 38

Tabel 4.1 Frekuensi Responden 49

Tabel 4.2 Pendidikan Terakhir.. 49

Tabel 4.3 Pekerjaan responden... 50

Tabel 4.4 Pengetahuan Responden. 51

Tabel 4.5 Pengertian imunisasi. 51

Tabel 4.6 Jenis imunisasi 52

Tabel 4.7 Efek Samping. 52

Tabel 4.8 Manfaat Imunisasi 53

Tabel 4.9 kerugian imunisasi.. 53

Tabel 4.10 Jadwal imunisasi 54


Daftar Gambar

Gambar 2.1 skema kerangka teori 27

Gambar 2.2 skema kerangka konsep.. 28


Daftar Lampiran

Lampiran 1. Surat Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 2. Lembar Kuisioner Data Demografi

Lampiran 3. Lembar Kuisioner Pengetahuan Kader

Lampiran 4 Hasil uji validitas

Lampiran 5 Hasil penelitian spss


GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN KADER TENTANG IMUNISASI DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS JUANDA SAMARINDA
Sri sulastri , Rini Ernawati , Fatma Zulaikha .
INTISARI

Latar Belakang : Pada dasarnya pembangunan dibidang kesehatan bertujuan untuk


memberikan pelayanan kesehatan mudah, merata dan murah. Salah satu upaya pemerintah
dalam rangka pelayanan kesehatan adalah dengan penyediaan fasilitas kesehatan terutama
puskesmas pembantu. Upaya pemerintah mengutamakan dibidang kesehatan mempunyai
beberapa kepentingan antara lain meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara luas
yang pada gilirannya akan meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan lebih dini lagi
adalah untuk menurunkan angka kematian bayi dan balita dengan imunisasi.
Terselenggaranya imunisasi dasar merupakan indikator pembangunan kesehatan.
Tujuan : Untuk mengetahui sejauh mana Gambaran tingkat pengetahuan kader tentang
imunisasi
Metode :Penelitian ini menggunakan desain deskriptif, Populasi dalam penelitian ini adalah
kader-kader posyandu yang ada di puskesmas juanda Samarinda berjumlah 84 kader nomor
sampel 84. Gambar tingkat pengetahuan kader menggunakan kuesioner.
Hasil :Berdasarkan Umur Sebagian besar kader berusia 36-50 tahun yaitu sebanyak 43
(51.2%), dan sebagian kecil berusia lebih dari 50 tahun yaitu 27 ibu (32.1%) . Berdasarkan
pendidikan Sebagian besar kader berpendidikan SLTA yaitu 32 (38.1%)dan sebagian kecil
kader yang berpendidikan perguruan tinggi yaitu 7 kader (8.3%). Berdasarkan pekerjaan
Sebagian besar kader yang bekerja sebagai ibu rumah tangga sebanyak 64 (76.2%) dan
sebagian kecil ikader yang bekerja sebagai PNS yaitu 3 ibu (3.6%). Gambaran tingkat
pengetahuan kader tentang imunisasi di puskesmas juanda samarinda dari 84 responden
terdapat 44 (52.4%) kader yang tingkat pengetahuannya baik, 33 (39.3%) kader
Studi Kesimpulan : Deskriptif Tingkat Pengetahuan kader tentang imunisasi di pukesmas
juanda samarinda dikategorikan Baik
Kata Kunci : Pengetahuan Kader Tentang Imunisasi Di Puskesmas Juanda

Mahasiswa PRODI DIII Keperawatan STIKES Muhammadiyah Samarinda


Dosen PRODI DIII Keperawatan STIKES Muhammadiyah Samarinda
Dosen PRODI DIII Keperawatan STIKES Muhammadiyah Samarinda
DESCRIPTIVE OF KNOWLEDGE IN THE CADRE OF IMMUNIZATION
IN THE PRIMARY PUBLIC HEALTH JUANDA
SAMARINDA
Sri sulastri , Rini Ernawati , Fatma Zulaikha .

ABSTRACT

Background: Basically, health development, aims to provide health services easily,


evenly and cheap. One of the government's efforts in the context of health care is
the provision of health facilities, especially health centers. Government's efforts to
prioritize the health sector has several interests include improving the health of
society at large, which in turn will improve the quality of human resources and over
again is to reduce premature mortality by immunization of infants and toddlers. The
implementation of basic immunization is an indicator of health development.

Objective: To determine the extent to which the description of the level of


knowledge about immunization cadres

Methods: This study used a descriptive design, population in this study is posyandu
cadre of community health centers that exist in Samarinda juanda totaled 84 cadres
sample number 84. Picture level cadres knowledge using a questionnaire.

Results: By Age Most of the volunteers aged 36-50 years were 43 (51.2%), and a
fraction more than 50 years old are 27 mothers (32.1%). Most of cadre education
based high school education ie 32 (38.1%) and the fraction college educated cadres
cadres namely 7 (8.3%). Most work by cadres who worked as a housewife as many
as 64 (76.2%) and a small portion ikader who worked as a civil servant mother is 3
(3.6%). The level of knowledge about immunization clinic cadre juanda samarinda of
84 respondents there were 44 (52.4%) good knowledge level cadres, 33 (39.3%)
cadres

Study Conclusion: Knowledge Level Descriptive cadre of immunization in


pukesmas juanda categorized Neither samarinda

Keywords: Knowledge Kader Juanda About Immunizations The Health Clinic

Student of nursing diploma program at STIKES Muhammadiyah Samarinda


Lecturer of nursing diploma program at STIKES Muhammadiyah Samarinda
Lecturer of nursing Diploma at STIKES Muhammadiyah Samarinda
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya pembangunan dibidang kesehatan bertujuan untuk

memberikan pelayanan kesehatan mudah, merata dan murah.Salah satu

upaya pemerintah dalam rangka pelayanan kesehatan adalah dengan

penyediaan fasilitas kesehatan terutama puskesmas pembantu. Upaya

pemerintah mengutamakan dibidang kesehatan mempunyai beberapa

kepentingan antara lain meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

secara luas yang pada gilirannya akan meningkatkan kualitas sumber

daya manusia dan lebih dini lagi adalah untuk menurunkan angka

kematian bayi dan balita dengan imunisasi. Terselenggaranya imunisasi

dasar merupakan indikator pembangunan kesehatan.

Dampak positif imunisasi bagi kesehatan bayi adalah untuk menurunkan

angka kesakitan dan kematian dari penyakit yang dapat dicegah dengan

imunisasi.Pada saat ini penyakit-penyakit tersebut adalah difteri, tetanus,

pertusis (batuk rejan), polio dan tuberkulosis. Adapun dampak negatif

untuk bayi yang tidak mendapatkan imunisasi lengkap adalah bayi

tersebut dapat beresiko terjangkit atau terserang penyakit yang dapat

dicegah dengan imunisasi seperti yang telah disebutkan tadi dan bayi

juga beresiko cacat setelah sakit serta angka


kematianpun dapat melonjak tinggi (Notoatmodjo, 2003).

Program imunisasi mulai dilaksanakan oleh WHO pada tahun 1974

namun baru sedikit anak-anak di Negara berkembang mendapat

imunisasi lengkap, termasuk Indonesia. Selain itu hanya pelaksanaan

program imunisasi masih dilaksanakan secara optimal karena imunisasi

hanya dilakukan pada usia sekolah. Sedangkan, semua anak balita harus

mendapatkan imunisasi dalam tahun pertama kehidupannya jika tidak,

maka bahaya terhadap penyakit yang dapat di cegah dengan imunisasi

mungkin sudah lewat dan potensi dari itu sudah sangat diragukan.

Ketidaklengkapannya dalam pemberian imunisasi secara global pada

tahun 2006 menyebabkan lebih dari 2,5 miliar pada semua golongan

umur, setiap harinya meninggal dikarenakan penyakit dipteria tetanus,

pertusis dan measles. Diwilayah benua Eropa dan Amerika cakupan

imunisasinya adalah 79% sedangkan cakupan imunisasi yang ada di

wilayah benua Asia yaitu 49%. Lebih dari 75% anak-anak yang tinggal di

Negara India, Nigeria, Indonesia, china, Etiophia, Pakistan, Bangladesh,

Angola dan kongo tidak mendapatkan imunisasi (WHO, 2008 dalam

Hariyanto Suyitno, dkk 2011).

Upaya imunisasi di Indonesia dapat dikatakan telah mencapai tingkat

yang memuaskan.Namun, dari Surve kesehatan dan Demografi Indonesia

(SKDI) diketahuai bahwa pada dua tahun terakhir cakupan imunisasi dan

kualitas vaksinasi tampak menurun. Penurunan cakupan


imunisasi sangat dirasakan dengan ditemukannya kembali kasus polio

dan difteri di Negara kita. Tiga ratus enam orang anak menderita

poliomyelitis pada periode mei 2005 sampai dengan Februari 2006

sebagai akibat cakupan vaksinasi polio yang menurun di daerah cidahu

sukabumi. Angka kejadian difteria yang masih tinggi pada tahun 2000

ditemukan 1036 kasus dan 174 kasus pada tahun 2007 merupakan bukti

bahwa vaksinasi Difteri Pertusis Tetanus (DPT) tidak merata. Keadaan

yang memprihatinkan ini ditambah lagi dengan maraknya kampanye anti

vaksin yang disuarakan oleh kelompok tertentu.Pandangan negative

terhadap vaksinasi bukan saja dikemukakan oleh masyarakat awam

namun juga oleh sebagian petugas kesehatan.

Menurut SKDI angka kematian balita tahun 1998-2003 adalah 46 per

1000 kelahiran hidup, jauh menurun dibandingkan 216 per 1000 kelahiran

hidup tahun 1960. Namun perlu kita sadari bahwa angka kematian bayi di

Indonesia tertinggi diantara Negara ASEAN (4,6 kali Malaysia, 1,3 kali

Filipina, dan 1,8 kali kematian bayi di Thailand). Target tahun2015 angka

kematian balita harus turun menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup

(Soedijanto, dkk 2011).

Menurut Depkes RI tahun 2009 pada saat ini imunisasi sendiri sudah

berkembang cukup pesat ini terbukti dengan menurunya angka kesakitan

dan angka kematian bayi. Angka kesakitan bayi menurun 10% dari angka

sebelumnya, sedangkan angka kematian bayi menurun 5% dari angka


sebelumnya menjadi 1,7 juta kematian setiap tahunnya.

Kader posyandu merupakan pilar utama penggerak pembangunan

khususnya dibidang kesehatan (Zulkifli, 2003, http://

www.purwakarta.go.id. diperoleh tanggal 13 desember 2012).Mereka

secara swadaya dilibatkan oleh puskesmas dalam kegiatan puskesmas

dalam kegiatan pelayanan kesehatan desa yang salah satunya adalah

pemberian imunisasi.tanpa mereka kegiatan pelayanan kesehatan di desa

tidak banyak artinya (Mardiati, 2006). Kader posyandu sebaiknya mampu

menjadi pengelola posyandu, karena merekalah yang paling memahami

masyarakat di wilayahnya. Kader bertugas melaksanakan penyuluhan di

posyandu, salah satunya penyuluhan tentang bayi/balita mengenai jadwal

pemberian imunisasi dan manfaatnya (Dinkes.prov.jatim, 2005)

Penelitian sebelumnya oleh Rahman, (2006) dengan judul Tingkat

Pengetahuan Kader Posyandu Tentang Imunisasi Dasar Di Puskesmas.

Dari hasil penelitian didapatkan pengetahuan kader posyandu tentang

imunisasi dasar dengan kriteria baik berjumlah 32 responden ( 80 % ),

kriteria cukup 7 responden ( 17,5 % ), kriteria kurang 1 responden ( 2,5 %)

dan tidak ada responden dengan kriteria tidak baik.

Wilayah Puskesmas Juanda merupakan salah satu puskesmas yang

ada Dikota Samarinda dengan letaknya yang strategis membuat

masyarakat mudah mengakses pelayanan kesehatan masyarakat. dan


Puskesmas Juanda itu sendiri memiliki 15 posyandu dengan jumlah kader

posyandu yang ada di Puskesmas Juanda semuanya berjumlah 84 orang,

kebanyakan dari beberapa kader posyandu yang ada di Puskesmas

Juanda pendidikannya SMA, ibu rumah tangga yang bukan dari kalangan

kesehatan, yang dilakukan kader hanya pada penimbangan bayi saja

tanpa melakukan penyuluhan pada ibu mengenai imunisasi.

Berdasarkan Uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul Gambaran Tingkat Pengetahuan Kader Tentang

Imunisas Di Wilayah Kerja Puskesmas Juanda Samarinda

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan rumusan masalah

penelitian yaitu Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan kader tentang

imunisasi di wilayah kerja Puskesmas Juanda Samarinda.

C. Tujuan penelitian:

1. Tujuan umum:

Untuk mengetahui sejauh mana gambaran pengetahuan kader tentang

imunisasi di wilayah kerja Puskesmas Juanda Samarinda.

2. Tujuan khusus:

a. Mengetahui pengetahuan kader tentang pengertian imunisasi

b. Mengetahui pengetahuan kader tentang jenis imunisasi

c. Mengetahui pengetahuan kader tentang efek samping imunisasi

d. Mengetahui pengetahuan kader tentang manfaat imunisasi


e. Mengetahui pengetahuan kader tentang kerugian jika tidak

diimunisasi

f. Mengetahui pengetahuan kader tentang waktu pemberian

imunisasi

D. Manfaat Penelitian:

1. Bagi peneliti

Menambah wawasan bagi peneliti mengenai bagaimana jalannya

penelitian.

2. Bagi tempat peneliti

Sebagai informasi gambaran tingkat pengetahuan kader tentang

imunisasi sehingga dapat digunakan untuk menentukan langkah

selanjutnya.

3. Bagi institusi

Dapat menjadi bahan referensi untuk penelitian mahasiswa Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Samarinda.Serta

bermanfaat untuk institusi pendidikan kesehatan peneliti sendiri,

yaitu di Stikes Muhammadiyah Samarinda.Khususnya dibidang

keperawatan anak mengenai pentingnya imunisasi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Imunisasi

a. Pengertian

Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada anak-anak karena

sistem kekebalan tubuh mereka masih belum sebaik orang

dewasa, sehingga rentan terhadap serangan penyakit

berbahaya.Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan secara bertahap

dan lengkap terhadap berbagai penyakit yang sangat

membahayakan kesehatan anak dan hidup anak (Sutrisno, 2009).

Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu

penyakit dengan memasukan sesuatu kedalam tubuh agar tubuh

tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya

bagi seseorang.imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal

atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan

memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja,

sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi

lainnya (Notoatmodjo, 2005).

Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu

penyakit dengan memasukan sesuatu kedalam tubuh agar tubuh


tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya

bagi seseorang (Istriyati, 2008, http://www.blog-indonesia.co.id, .

diperoleh tanggal 13 Desember 2012)

Imunisasi adalah resistensi atau perlindungan terhadap penyakit

atau agen infeksius tertentu. Pada dasarnya terdapat tiga jenis

imunisasi: aktif, artifisial, dan pasifl. Imunisasi aktif adalah imunisasi

yang bertahan lama, yang di peroleh ketika tubuh terstimulasi untuk

menghasilkan antibiotik sendiri.Imunisasi artifisialadalah semacam

imunisasi aktif dengan produksi antibody disebabkan oleh

pemberian antigen dalam bentuk toksoid dan vaksin, bukanya oleh

penyakit spesifik itu sendiri.Imunisasai pasif adalah bentuk

perlindungan langsung namun bersifat sementara terhadap

penyakit infeksi. (Betz dan Sowden, 2002)

Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja

memberikan kekebalan (imunitas) pada bayi atau anak sehingga

terhindar dari penyakit (DepKes, 2000)

b. Jenis Imunisasi (Depkes RI, 2005 dalam Soedijanto)

Pada dasarnya ada dua jenis imunisasi, yaitu :

1) Imunisasi Pasif (Pasive immunization)

Imunisasi pasif ini adalah immunoglobulin. Merupakan

pemberian zat (immunoglobulin) yaitu suatu zat yang di hasilkan

melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma


manusia atau binatang yang digunakan untuk mengtasi

mikroba yang diduga sudah masuk kedalam tubuh yang

terinfeksi. Jenis imunisasi ini dapat mencegah penyakit campak

(Measles pada anak-anak).

2) Imunisasi Aktif (Active Immunization)

Imunisasi aktif merupakan pemberian zat sebagai antigen

yang diharapkan akan terjadi suatu proses infeksi buatan

sehingga tubuh mengalami reaksi imunologi spesifik yang akan

menghasilkan respon seluler humoral serta dihasilkannya sel

memori, sehingga apabila benar-benar terjadi infeksi maka

tubuh secara cepat dapat merespon. Antigen merupakan

bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat atau mikroba

guna terjadinya semacam infeksi buatan dapat berupa poli

sakarida, toksoid atau virus dilemahkan atau bakteri dimatikan.

Pelarut dapat berupa air steril atau juga berupa cairan kultur

jaringan, preservative, stabilizer dan antibioka yang berguna

untuk menghindari tubuhnya mikroba dan sekaligus untuk

stabilisasi antigen. Antibioka yang terdiri dari garam alumunium

yang berfungsi untuk meningkatkan imunogenitas antigen.

a) Jenis imunisasi dasar yang diwajibkan antara lain:

1) BCG (Bacillus Calmette Guerine) untuk pemberian

kekebalan aktif terhadap penyakit TBC.


2) DPT untuk pemberian kekebalan secara simultan

terhadap penyakit difteri, pertusis, dan tetanus.

3) Polio untuk pemberian kekebalan aktif terhadap

poliomyelitis.

4) Campak untuk pemberian kekebalan aktif terhadap

penyakit campak (measles)

5) Hepatitis B untuk pemberian kekebalan aktif terhadap

infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis B.

b) Imunisasi yang di anjurkan antara lain :

(1) Vaisela atau cacar air

(2) Hepatitis A

(3) Tifoid

(4) MMR (Measles, Mumps, dan Rubela)

(5) HIB (Haemophilus Influenza tipe B)

c. Efek samping dari imunisasi

1) Efek samping dari Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi

yang bersifat umun seperti demam 1-2 minggu kemudian akan

timbul indurasi dan kemerahan di tempat suntikan yang berubah

menjadi pustula, kemudian pecah menjadi luka. Luka tidak perlu

diberi pengobatan, karena akan sembuh secara spontan dan

meninggalkan tanda parut kadang-kadamg terjadi terjadi

pembesaran kelenjar regional di ketiak menimbulkan demam.


Reaksi ini normal, tidak memerlukan pengobatan dan akan

menghilang dengan sendirinya.

2) Efek samping dari imunisasi DPT yaitu, gejala-gejala yang

bersifat sementara seperti lemas, demam, kemerahan pada

tempat suntikan. Kadang-kadang terjadi gejala berat seperti

demam tinggi, iritabilitas atau meracau yang biasanya terjadi 24

jam setelah imunisasi .

3) Efek samping dari imunisasi polio yaitu, pada umumnya tidak

terdapat efek samping. Efek samping berupa paralysis yang di

sebabkan oleh vaksin sangat jarang terjadi.

4) Efek samping dari imunisasi campak yaitu, hingga 15% pasien

dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3 hari

yang dapat terjadi 8-12 hari setelah imunisasi.

5) Efek samping dari imunisasi hepatitis B yaitu, reaksi lokal

seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan di sekitar

tempat penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan

biasanya hilang setelah 2 hari.

d. Manfaat Imunisasi

Menurut Soedjatmiko, 2011. Bayi dan anak yang telah

divaksinasi lebih kecil kemungkinan sakit karena kuman dan virus

tersebut, sehingga akan terhindar dari sakit berat, cacat, atau

meninggal akibat penyakit-penyakit tersebut.


Kuman dan virus yang memasuki tubuh bayi dan anak yang

telah divaksinasi tidak bisa berkembang biak dan tidak bisa

menyebar kesekitarnya, sehingga orang-orang di sekitarnya akan

terhindar dari penularan penyakit tersebut ada 4 manfaat imunisasi

yaitu:

1) Imunisasi dapat melindungi bayi dan anak dari penyakit

berbahaya

2) Imunisasi dapat mencegah sakit berat, cacat atau kematian

3) Imunisasi dapat mencegah meluasnya penyebaran penyakit

tertentu

4) Imunisasi dapat memberantas penyakit-penyakit tertentu

e. Kerugian jika tidak diberi imunisasi

Menurut Hariyono suyitno dkk, 2011.Pada keadaan tertentu

imunisasi tidak dapat dilaksanakan sesuai jadwal yang sudah

disepakati.Keadaan ini bukan merupakan hambatan untuk

melanjutkan imunisasi.dengan perkataan lain, anak belum

mempunyai antibody yang optimal karena belum mendapat

imunisasi yang lengkap, sehingga kadar antibodi yang dihasilkan

masih dibawah ambang kadar yang memberi perlindungan

(protective level) atau belum mencapai kadar antibody yang bisa

memberi perlindungan untuk kurun waktu yang panjang (life long

immunity) sebagaimana imunisasinya lengkap.


Anak yang belum pernah mendapat imunisasi terhadap penyakit

tertentu, tidak mempunyai antibody yang cukup untuk menghadapi

penyakit tersebut. Apabila usia anak sudah berada di luar usia

yang tertera pada jadwal imunisasi dan dia belim pernah

diimunisasi maka imunisasi harus diberiakn kapan saja, pada umur

berapa saja sebelum anak terkena penyakit tersebut, karena

seperti yang dikatakan tadi, dia sangat sedikit atau sama sekali

belum mempunyai antibody terhadap penyakit yang ingin dicegah

tersebut. Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi yaitu :

a) Difteri

Difteri adalah penyakit yang disebabkan bakteri

corynebacterium diphteriae dengan gejala panas lebih kurang

38 C disertai adanya pseudo membrane (selaput tipis) putih

keabu-abuan pada tenggorokan (laring, faring, tonsil) yang tak

mudah lepas dan mudah berdarah. Dapat disertai nyeri

menelan, leher membengkak seperti leher sapi (bull neck) dan

sesak nafas di sertai bunyi (stridor) dan pada pemeriksaan

apusan tenggorokan atau hidung terdapat kuman difteri

b) Pertusis

Pertusis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri

bardetella pertusis dengan gejala batuk beruntun dan pada

akhir batuk menarik nafas panjang terdengar suara hup


(whoop) yang khas, biasanya di sertai muntah. Serangan batuk

lebih sering pada malam hari. Akibat batuk yang berat dapat

terjadi perdarahan selaput lender mata (konjungtiva) lamanya

batuk bias mencapai 1-3 bulan dan penyakit ini sering disebut

penyakit 100 hari. Pemeriksaan laboratorium pada apusan

lendir tenggorokan dapat ditemukan kuman pertusis (Bordetella

pertusis).

c) Tetanus

Tetanus adalah penyakit disebabkan oleh clostridium tetani

dengan terdiri dari tetanus neonatrum dan tetanus .tetanus

neonatrum adalah bayi lahir hidup normal dan dapat menangis

dan menetek selama 2 hari kemudian timbul gejala sulit

menetek disertai kejang rangsang pada umur 3-28 hari. Tetanus

dengan gejala riwayat luka, demam, kejang rangsang, risus

sardonicus (muka setan), kadang-kadang disertai perut papan

dan opistotonus (badan melengkung) pada umur diatas 1 bulan.

d) Tuberkulosis

Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan Mycobacterium

tuberculosa menyebar melalui pernapasan lewat bersin atau

batuk, gejala awal adalah lemah badan, penurunan berat

badan, demam dan keluar keringat pada malam hari.Gejala


selanjutnya adalah batuk terus menerus, nyeri dada dan dapat

terjadi batuk darah.

e) Campak

Campak adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

measles, disebarkan melalui droplet bersin atau batuk dari

penderita, gejala awal dari penyakit adalah demam, bercak

kemerahan, batuk, pilek, conjunctivitis (mata merah),

selanjutnya timbul ruam pada muka dan leher, kemudian

menyebar ke tubuh, tangan serta kaki.

f) Poliomielitis

Poliomielitis adalah penyakit pada susunan saraf pusat yang

disebabkan oleh satu dari tiga virus yang berhubungan, yaitu

virus polio type 1, 2, atau 3.Secara klinis penyakit polio adalah

anak di bawah umur 15 tahun yang menderita lumpuh layu akut

(acute flaccid paralysis/AFP).Penyebaran penyakit adalah

melalui kotoran manusia (tinja) yang

terkontaminasi.Kelumpuhan dimulai dengan gejala demam,

nyeri otot dan kelumpuhan terjadi pada minggu pertama sakit.

Kematian bisa terjadi jika otot-otot pernapasan terinfeksi dan

tidak segera ditangani.


g) Hepatitis B

Hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

hepatitis B yang merusak hati. Penyebaran penyakit terutama

melalui suntikan yang tidak aman, dari ibu ke bayi selama

proses persalinan, melalui hubungan seksual. Infeksi pada anak

biasanya tidak menimbulkan gejala. Gejala yang ada adalah

lemah, gangguan perut dan gejala lain seperti flu, urine menjadi

kuning, kotoran menjadi pucat. Warna kuning bias terlihat pada

mata ataupun kulit. Penyakit ini bisa menjadi kronis dan

menimbulkan cirrhosis hepatis, kanker hati dan menimbulkan

kematian .

h) Meningitis Meningokokus

Meningitis meningokokus adalah penyakit akut radang

selaput otak yang disebabkan oleh bakteri Neisseria

meningitidis, meningitides penyebab kematian dan kesakitan

diseluruh dunia, CRF melebihi 50%, tetapi dengan diagnosis

dini, tetapi modern dan suportif CRF menjadi 5-15%

pencegahan dapat dilakukan dengan imunisasi kemoprofilkasis

untuk orang-orang yang kontak dengan meningitis dan kanker.

i) Demam kuning (yellow Fever)

Demam kuning adalah penyakit infeksi virus akut dengan

durasi pendek (inkubasi 3 s/d 6 hari) dengan tingkat mortalitas


yang bervariasi, di sebabkan oleh virus demam kuning dari

genus Flavivirus, famili Flaviviridae, vektor perantara adalah

Aedes aegypti. Icterus sedang ditemukan pada awal penyakit.

Beberapa kasus berkembang menjadi stadium intoksikasi yang

lebih berat ditandai dengan gejla hemoragik seperti epitaksis,

perdarahan gigiva, hematemesis, melena, gagal ginjal dan

hati,20%-50% kasus ikterik berakibat fatal.

f. Jadwal pemberian Imunisasi

Table 2.1 jadwal Imunisasi (Menurut Hariyanto suyitno dkk,


2011)

Umur Vaksin keterangan


Saat lahir Hepatitis HB-1 harus di berikan dalam waktu 12 jam
B-1 setelah lahir, dianjurkan pada umur 1 dan 6
bulan. Apabila status HbsAg-B ibu positif,
dalam waktu 12 jam setelah lahir diberikan
HBlg 0,5 ml bersama dengan vaksin HB-1.
Apabila semula status HbsAg ibu tidak
diketahui dan ternyata dalam perjalanan
selanjutnya diketahui bahwa ibu HbsAg
positif maka masih dapat di berikan HBlg 0,5
ml sebelum bayi berumur 7 hari.
Polio-0 Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama.
Untuk bayi yang lahir di RB/RS polio oral di
berikan saat bayi di pulangkan (untuk
menghindari transmisi virus vaksin kepada
bayi lain).
1bulan Hepatitis Hb-2 diberikan pada umur 1 bulan, interval
B-2 HB-1dan HB-2 adalah 1 bulan

0-2 bulan BCG BCG dapat diberikan sejak lahir. Apabila


BCG akan di berikan pada umur >3 bulan
sebaiknya dilakukan uji tuberkulin terlebih
dulu dan BCG diberikan apabila uji tuberkulin
negatif.
2 bulan DTP-1 DTP-1 diberikan pada umur lebih dari 6
minggu, dapat dipergunakan DTwp atau
Dtap. DPT-1 diberikan secara kombinasi
dengan Hib-1
(PRP-T).
Hib-1 Hib-1 diberikan mulai umur 2 bulan dengan
interval 2 bulan. Hib-1 dapat di berikan
secara terpisah atau dikombinasikan dengan
DTP-1.
Polio-1 Polio-1 dapat di berikan bersamaan dengan
DTP-1
4 bulan DTP-2 DTP-2 (DTwP atau DTaP) dapat di berikan
terpisah atau di kombonasikan dengan Hib-2
(PRP-T).
Hib-2 Hib-2 dapat diberikan terpisah atau
dikombinasikan dengan
Polio-2 DTP-2.
Polio-2 diberikan bersamaan dengan DTP-2

6 bulan DTP-3 DTP-3 dapat diberikan terpisah atau di


kombinasikan dengan Hib-3 (PRTP-T).
Hib-3 Apabila menggunakan Hib-OMP,Hib-3 pada
umur 6 bulan tidak perlu diberikan.
Polio-3 Polio-3 diberikan bersamaan dengan DTP-3.
6 bulan Hepatitis HB-3 diberikan umur 6 bulan. Untuk
B-3 mendapatkan respons imun optimal interval
HB-2 dan HB-3 minimal 2 bulan, terbaik 5
bulan.

9 bulan Campak Campak-1 diberikan pada umur 9 bulan,


campak-2 merupakan program BIAS ada SD
kelas 1, umur 6 tahun. Apabila telah
mendapat MMR pada umur 15 bulan,
campak-2 tidak perlu di berikan.
15-18 MMR Apabila sampai umur 12 bulan belum
bulan mendapat imunisasi campak , MMR dapat
diberikan pada umur 12 bulan.
Hib-4 Hib-4 diberikan pada umur 15 bulan (PRP-T
atau PRP-OMP).
18 bulan DTP-4 DTP-4 (DTwP atau DTaP) diberikan 1 tahun
setelah DTP-3
Polio-4 Polio-4 diberikan bersamaan dengan DTP-5

2 tahun Hepatitis A Vaksin hep A direkomendasikan pada umur


>2 tahun, diberikan dua kali dengan interval
6-12 bulan.
2-3 tahun Tifoid Vaksin tifoid polisakarida injeksi
direkomendasikan untuk umur >2 tahun
imunisasi tifoid polisakarida injeksi perlu
diulang setiap 3 tahun

5 tahun DTP-5 DTP-5 diberikan pada umur 5 tahun


(DTwP/DTaP)
Polio-5 Polio-5 diberikan bersamaan dengan DTP-5

6 tahun MMR Diberikan untuk catch-up immunization pada


anak yang belum mendapat MMR-1

10 tahun Dt/Td Menjelang pubertas vaksin tetanus ke-5 (Dt


atau Td) diberikan untuk mendapat imunitas
selama 25 tahun
Varisela Vaksin varisela diberiakan pada umur 10
tahun.

2. Pengetahuan

a. Pengertian

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia atau hasil tau

seseorang terhadap objek melalaui indra yang dimilikinya (mata,

hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu

pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat

dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.

Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra

pendengaran (telinga), dan indra penglihatan (mata) (Notoatmodjo,

2005).
b. Tingkatan pengetahuan

Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas

atau tingkatan yang berbeda-beda. Secara besarnya dibagi dalam

6 tingkatan, yaitu (Notoatmodjo, 2005):

1) Tahu (know).

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang

telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya:

tahu bahwa buah tomat banyak mengandung vitamin c.

2) Memahami (comprehension).

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek

tersebut, tetapi orang tersebut harus dapat

menginterprestasikan secara benar tentang objek yang

diketahui tersebut. Misalnya, orang yang memahami cara

pemberantasan penyakit demam berdarah, bukan hanya

sekedar menyebutkan 3M (mengubur, menutup, dan

menguras) tetapi harus dapat menjelaskan mengapa harus

mengubur, menutup, menguras tempat-tempat penampungan

air tersebut.

3) Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang

dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang

diketahui tersebut pada situasi yang lain.

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan atau

memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-

komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek

yang diketahui.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan sesorang untuk

merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis

dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan

kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.

Misalnya, dapat membuat atau meringkas dengan kata-kata

atau kalimat sendiri tentang hal-hal yang telah dibaca atau

didengar, dapat membuat kesimpulan tentang artikel yang

telah di baca.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek

tertentu.Penilaian ini dengan sendirinya di dasarkan pada


suatau kriteria yang di tentukan sendiri atau norma-norma

yang berlaku di masyarakat. Misalnya: seorang ibu dapat

menilai atau menentukan seorang anak menderita malnutrisi

atau tidak.

c. Kriteria pengetahuan

Menurut Arikunto (2006) pengetahuan seseorang dapat

diketahuai dan diinterprestasikan dengan sekala yang bersifat

kualitatif, yaitu :

1) Baik : Hasil prosentasi 76-100 %

2) Cukup : Hasil prosentasi 56-75 %

3) Kurang : Hasil prosentasi 55%

d. Proses pengatahuan

Menurut Notoatmodjo, (2006) pengetahuan atau kongnitif

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

tindakan seseorang (overt behavior). Karena dari pengalaman dan

penelitian ternyata prilaku yang di dasari oleh pengetahuan akan

lebih langgeng prilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang

mengadopsi prilaku baru, di dalam diri seseorang tersebut terjadi

proses yang berurutan yakni:

1) Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari

dalam arti mengerti terlebih dahulu terhadap stimulasi objek


2) Interest (merasa tertarik) dimana individu mulai menaruh

perhatian dan tertarik pada stimulus.

3) Evaluation (menimbang-menimbang) individu akan

mempertimbangkan baik buruknya tindakan terhadap stimulis

tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah lebih

baik lagi.

4) Trial, dimana individu mulai mencoba prilaku baru.

5) Abaption, dimana subjek telah berprilaku baru sesuia dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikapnya.

e. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut nursalam (2003), ada beberapa faktor yang

mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu :

1) Faktor internal

a) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang

terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita

tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan

mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan

kebahagiaan. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang

termasuk juga prilaku seseorang akan pola hidup terutama

dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam


pembangunan. Pada umumnya makin tinggi pendidikan

seseorang makin mudah menerima informasi.

b) Pekerjaan

Menurut Thomas, pekerjaan adalah keburukan yang harus

dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan

kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber

kesenagan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari

nafkah yang membosankan, berulang dan banyak

tantangan. Sedangkan bekerja umumnya merupakan

kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan

mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.

c) Umur

Menurut Elisabeth, usia adalah umur individu yang terhitung

mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Sedangkan

menurut Huclok (1998) semakin cukup umur, tingkat

kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang

berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat

seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang

belum tinggi kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari

pengalaman dan kematangan jiwa.


2) Faktor Eksternal

a) Faktor lingkungan

Menurut Ann. Mariner lingkungan merupakan seluruh

kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang

dapat mempengaruhi perkembangan dan prilaku orang atau

kelompok.

b) Social budaya

System sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat

mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.

3. Kader

a. Pengertian

Kader adalah warga masyarakat setempat yang dipilih dan

ditinjau oleh masyarakat dan dapat bekerja secara sukarela

mengelola posyandu

Kader kesehatan adalah adalah tenaga sukarela yang dipilih oleh

masyarakat dan bertugas mengembangkan masyarakat.Dalam hal

ini kader disebut juga sebagai penggerak atau promoter kesehatan.

(Yulifah, R. dan Yuswanto, TJA. 2005 dalam Suparyanto, 2010)

Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang

dipilih oleh masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-

masalah kesehatan perseorangan maupun masyarakat, serta

bekerja ditempat yang dekat dengan pemberian pelayanan


kesehatan. (Syafrudin, dan Hamidah, 2006 dalam Dr. Suparyanto,

M.Kes, 2010)

b. Tugas kader

Yaitu kegiatan-kegiatan utama kader yang harus dilaksanakan oleh

setiap posyandu. Kegiatan untuk bayi dan balita antara lain:

1) Penimbang bulanan dan penyuluhan gizi dan kesehatan

2) Pemberian paket pertolongan gizi

3) Imunisasi dan pemantauan kasus lumpuh layu

4) Identifikasi gangguan/penyakit, pengobatan sederhana dan

rujukan

(Zulkifli, 2003)

B. Kerangka Teori Penelitian

Kerangka taoritis adalah mempertajam atau memperkhususkan fakta,

membina struktur konsep-konsep mengembangkan definisi-definisi iktisar

dari hal-hal yang telah diketahui diuji kebenarannya kerangka toritis

mengenai masalah memberikan kemungkinan pada prediksi fakta

mendatang karena telah diketahui sebab-sebab terjadinya fakta tersebut,

memberikan petunjuk-petunjuk terhadap kekurangan-kekurangan peneliti

(silalahi, 2003 dalam Endang 2012)

Faktor yang
mempengaruhi
pengetahuan
- Internal
- eksternal
Pengetahuan tentang Tingkat
imunisasi: pengetahuan
- Pengertian menurut Arikunto,
Kader
- Jenis 2006
posyandu
- Efek samping - Baik 76-100%
- Manfaat - Cukup 56-75%
- Kerugian - Sedang 55%
- jadwal Menurut
notoatmodjo,
2005
- Tahu
- Memahami
- Aplikasi
- Analisis
- Sintesis
- Evaluasi

Gambar 2.1 skema kerangka teori

C. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi

hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya,

atau antara satu variable yang satu dengan variable yang lain dari

masalah yang ingin diteliti (Notoadmodjo, 2010)

Sesuai dengan judul yang diajukan maka kerangka konsep dalam

penelitian ini yaitu mengetahui bagaimana Tingkat Pengetahuan Kader

Tentang Imunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas Juanda Samarinda.

Dalam hal ini peneliti hanya meneliti 1 hal yaitu pnetahuan kader tentang

imunisasi.
Faktor yang
mempengaruhi
pengetahuan
- Internal
- eksternal

Tingkat pengetahuan
Kader Pengetahuan - Baik
posyandu tentang imunisasi - Cukup
- kurang

Gambar 2.2 skema kerangka konsep

Ket :

: yang diteliti

: Tidak diteliti

: Hubungan

D. Pertanyaan Peneliti

Berdasarkan Kerangka Konsep diatas pertanyaan peneliti yaitu:

Bagaimana Tingkat Pengetahuan Kader Tentang Imunisasi Di W ilayah

Kerja Puskesmas Juanda Samarinda.

BAB III

METODE PENELITIAN
A. Rancangan penelitian

Rancangan penelitian (research designs, atau ada yang menyebut model

penelitian) memang merupakan sesuatu yang penting dalam penelitian.

Disebut juga rencana, karena rencana tersebut memuat secara sistematis

keseluruhan kegiatan yang akan dilakukan peneliti. Disebut sebagai

struktur, karena rancangan penelitian melakukan strukturasi

(tergambarnya model atau paradigma operasionalisasi variabel)

penelitian. Merupakan strategi, karena didalamnya terkandung petunjuk

prosedural bagaimana rencana dan strukturasi tersebut dapat dijalankan

sehingga permasalahan penelitian secara adekuat terjawab dan varians

dapat dikendalikan (Pratiknya, 2007).

Rancangan penelitian dapat digunakan peneliti sebagai petunjuk dalam

perencanaan dan pelaksanaan penelitian untuk mencapai suatu tujuan

atau menjawab suatu pertanyaan penelitian dan merupakan hasil akhir

dari suatu tahap keputusan yang dibuat oleh peneliti berhubungan dengan

bagaimana suatu penelitian bisa diterapkan (Nursalam, 2008).

Pada penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif yaitu

dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah

terkumpul sebagaimana adanya tanpa membuat kesimpulan yang berlalu

untuk umum. Penelitian deskriptif dilakukan karena timbulnya pertanyaan

yang berkaitan dengan adanya masalah, luasnya masalah dan

pentingnya masalah (Budiarto, 2003)


Rancangan penelitian (research designs, atau ada yang menyebut model

penelitian) memang merupakan sesuatu yang penting dalam penelitian.

Disebut juga rencana, karena rencana tersebut memuat secara sistematis

keseluruhan kegiatan yang akan dilakukan peneliti. Disebut sebagai

struktur, karena rancangan penelitian melakukan strukturasi

(tergambarnya model atau paradigma operasionalisasi variabel)

Penelitian ini menggambarkan tingkat pengetahuan kader tentang

imunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas Juanda Samarinda.

B. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian.Apabila seseorang ingin

meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka

penelitiannya merupakan penelitian populasi.studi atau penelitiannya

juga disebut studi populasi atau studi sensus.(Arikunto, 2010).

Populasi adalah keseluruhan subjek yang akan diteliti (Wasis, 2008).

Populasi adalah universum dan dapat berupa orang, benda, gejala,

atau wilayah yang ingin diketahui oleh peneliti (Sudarwan, 2003).

Populasi studi dapat berupa masyarakat disuatu daerah atau

beberapa daerah atau institusi, yang merupakan kumpulan dari subjek

studi, yaitu individu yang akan diukur ciri-cirinya sesuai dengan tujuan

penelitian. Populasi studi juga penting artinya dalam menentukan cara

pengambilan sampel dan besarnya sampel (Budiarto, 2003).


Populasi dalam penelitian ini adalah kader-kader dari 15 posyandu

yang ada di Puskesmas Juanda Samarinda yaitu sebanyak 84 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang

diteliti.Dinamakan penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk

menggeneralisasi hasil penelitian sampel.(Arikunto, 2010).Sampel

merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah

dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2007). Pada

penelitian ini menggunakan non random sampling yaitu pengambilan

sampel bukan secara acak atau non random adalah pengambilan

sampel yang tidak didasarkan atas kemungkinan yang dapat

diperhitungkan, tetapi semata-mata hanya berdasarkan segi

kepraktisan belaka.

Metode ini terdiri dari beberapa teknik, salah satunya adalah teknik.

Total sampling yaitu mengambil jumlah keseluruhan dari populasi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat

pengetahuan kader tentang imunisasi.Oleh sebab itu, pengambilan

sampelnya pun harus diarahkan kepada kader-kader posyandu

dengan kriteria:

Kriteria Inklusi : adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu

populasi target dan terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2008).

a. Tamat SD/sederajat
b. Bersedia menjadi responden

c. Kader posyandu di wilayah puskesmas juanda samarinda

Kriteria eklusi : adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang

memenuhi kriteria inklusi dari study karena berbagai sebab (Nursalam,

2008).

a. Kader yang sedang sakit

b. Kader yang sedang keluar kota

Total sampel yang diambil dalam penelitian ini yaitu 84 sampel.

Pengumpulan data dilaksanakan secara langsung kepada kader-kader

posyandu yang ada di Puskesmas Juanda Samarinda

C. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Wilayah Puskesmas Juanda

Samarinda dan akan dilaksanakan selama 2 bulan mulai tanggal 1 mei

sampai dengan tanggal 30 juni 2013. Alasan peneliti mengambil lokasi ini

karena dekat dengan tempat tinggal peneliti sehingga diharapkan dapat

menyelesaikan penelitian dengan tepat waktu, dengan jumlah posyandu

yang ada di Puskesmas Juanda Samarinda sebanyak 15 posyandu.

D. Definisi Oprasional

Agar variabel dapat diukur dengan menggunakan instrument atau alat

ukur, maka variabel harus diberi batasan atau definisi yang oprasional.

Definisi oprasional adalah uraian tentang batasan variabel yang


dimaksud , atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang

bersangkutan (Notoatmodjo, 2010).

Table 3.1 Definisi Oprasional

Variabel Definisi Skala


No Alat ukur Hasil ukur
oprasional ukur
1. Tingkat Segala kuisioner Baik: Ordinal
pengetahuan sesuatu yang >76 -100%
kader dipahami Cukup:
kader >56 75%
mengenai Kurang:
- pengertian 55%
imunisasi (Arikunto, 2006)
- jenis,
- efek
samping,
- manfaat,
- kerugian,
- jadwal.

2 Tingkat Pemahaman kuisioner Baik: Ordinal


pengetahuan kader >76 -100%
kader tentang Cukup:
tentang pengertian >56 75%
imunisasi Kurang:
55%
(Arikunto, 2006)

3 Tingkat Pemahaman kuisioner Baik: Ordinal


pengetahuan kader >76 -100%
kader tentang jenis Cukup:
tentang jenis imunisasi >56 75%
imunisasi Kurang:
55%
(Arikunto, 2006)

4 Tingkat Pemahaman kuisioner Baik: Ordinal


pengetahuan kader >76 -100%
kader tentang efek Cukup:
tentang samping >56 75%
imunisasi Kurang:
55%
(Arikunto, 2006)
5 Tingkat Pemahaman kuisioner Baik: Ordinal
pengetahuan kader >76 -100%
kader tentang Cukup:
tentang manfaat >56 75%
manfaat imunisasi Kurang:
imunisasi 55%
(Arikunto, 2006)

6 Tingkat Pemahaman kuisioner Baik: Ordinal


pengetahuan kader >76 -100%
kader tentang Cukup:
tentang kerugian >56 75%
kerugian imunisasi Kurang:
tidak 55%
diimunisasi (Arikunto, 2006)

7 Tingkat Pemahaman kuisioner Baik: Ordinal


pengetahuan kader >76 -100%
kader tentang Cukup:
tentang jadwal >56 75%
jadwal imunisasi Kurang:
imunisasi 55%
(Arikunto, 2006)

E. Instrument Penelitian

Instrumen yang digunakan peneliti adalah kuesioner. Kuesioner adalah

daftar pertanyaan yang telah disusun untuk memperoleh data sesuai yang

diinginkan peneliti (Wasis, 2008, hal:52).

Pada penelitian ini menggunakan skala Guttman yaitu skala yang akan

didapatkan jawaban tegas terhadap suatu permasalahan yang ingin

ditanyakan peneliti. Skala Guttman selain dapat dibuat dalam bentuk

pilihan ganda, juga dapat dibuat dalam bentuk checklist.Jawaban yang

dianggap baik bernilai 1 dan jawaban yang kurang baik bernilai 0.

Setelah kuesioner sebagai alat ukur atau alat pengumpulan selesai

disusun, belum berarti kuesioner tersebut dapat langsung digunakan untuk


pengumpulan data.Kuesioner dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian

perlu uji validitas dan reliabilitas, untuk kuesioner itu harus diuji coba atau

trial di lapangan.Responden yang digunakan untuk uji coba sebaiknya

yang memiliki ciri-ciri responden dari tempat dimana penelitian tersebut

harus dilakukan.(Arikunto, 2010).Kuesioner A menjelaskan tentang

demografi responden (Umur, Pendidikan dan Pekerjaan) dan kuesioner B

menjelaskan tentang pernyataan (pengertian imunisasi, jenis imunisasi,

efek samping imunisasi, manfaat imunisasi, kerugian imunisasi, dan jadwal

imunisasi.

Agar diperoleh distribusi nilai hasil pengukuran mendekati normal,

maka sebaiknya jumlah responden untuk uji coba paling sedikit 30 orang

(Notoadmodjo, 2010) yang akan diujikan kepada kader yang bekerja di

Puskesmas Air Putih Samarinda, hasil uji coba ini kemudian digunakan

untuk mengetahui sejauh mana alat ukur (kuesioner) yang telah disusun

memiliki validitas dan reliabilitas (Arikunto, 2006). Dan responden yang

digunakan sebaiknya yang memiliki ciri-ciri responden dari tempat dimana

penelitian tersebut harus dilaksanakan (Notoadmodjo, 2010).

F. Uji validitas dan Reliabilitas

1. Uji validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat

kevalidan atau kesahihan suatu instrument.Suatu instrument yang valid


atau sahih mempunyai validitas tinggi. Instrument dikatakan valid

apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan apabila dapat

mengungkapkan data variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto,

2010). ). Validitas merupakan alat ukur yang dikatakan mempunyai nilai

valid jika alat ukur tersebut dapat dengan tepat mengukur apa yang

diukur (Wasis, 2008).

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa

yang diinginkan dan mampu mengungkap data dari variabel yang diteliti

secara tepat. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam

penelitian ini yang penting adalah datanya.Jika instrumen berhasil

digunakan untuk mengumpulkan data yang benar sesuai dengan

keadaan kenyataannya, maka instrumen tersebut sudah andal

(Arikunto, 2010).

Sedangkan bila butir soal Dis Kontinum (Misalnya soal bentuk

obyektif dengan skor 0 dan 1).Seperti pengetahuan, maka kita

menggunakan koefisien korelasi biseral (Rianto, 2011). Dalam

penelitian ini, peneliti menggunakan koefisien korelasi biseral karena

jenis pertanyaan yang digunakan menggunakan skala Guttman dengan

jawaban 0 dan 1, dengan rumus sebagai berikut:

( )
() =

Keterangan:
() = Koefisien korelasi biseral antara skor butir soal nomor I

Dengan skor total.

= Rata-rata skor total responden yang menjawab benar

butir nomor i

= Rata-rata skor total semua responden

= Standar deviasi skor total semua responden

= Proporsi jawaban yang benar untuk butir soal nomor i

= Proporsi jawaban yang salah untuk butir soal nomor i

Keputusan Uji:

Bila r hitung r kostanta 0,6 : artinya pertanyaan tersebut valid

Bila r hitung r kostanta 0,6 : artinya pertanyaan tersebut tidak valid

(Rianto, 2011).

Setelah dilakukan uji validitas pada 30 responden telah didapatkan

hasil dari 19 pernyataan terdapat 18 pernyataan yang valid, dan 1

pernyataan yang tidak valid.

no R hitung R tabel kesimpulan

1 0,6
0.64128 VALID
2 0,6
0.75361 VALID
3 0,6
0.75188 VALID
4 0,6
0.6552 VALID
5 0,6
0.75188 VALID
6 0,6
0.86049 VALID
7 0,6
1.09269 VALID
8 0,6
0.61649 VALID
9 0,6
0.63789 VALID
10 0,6
0.8556 VALID
11 0,6
0.71521 VALID
12 0,6
0.76715 VALID
13 0,6
0.68293 VALID
14 0,6
0.72091 VALID
15 0,6
0.62907 VALID
16 0,6
0.74436 VALID
17 0,6
0.69774 VALID
18 0,6
0.64369 VALID
Setelah dilakukan perhitungan menggunakan Excel dari 19 soal

terdapat 1 soal yang tidak valid.

2. Reliabilitas

Reliabilitas ialah indek yang menunjukkan sejauh mana alat

pengukuran dapat dipercaya atau dapat di andalkan. Hal ini berarti

menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten , bila

dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama

dengan mengunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2010). Uji

reliabilitas (keandalan) adalah adanya suatu kesamaan hasil apabila


pengukuran dilaksanakan oleh orang yang berbeda ataupun waktu yang

berbeda (Nursalam, 2008).

Selanjutnya untuk uji reabilitas kuisioner pengetahuan

menggunakan rumus Kuldher Richardson -20 (KR-20). Rumus KR-20

digunakan karena masing-masing butir soal memiliki tingkat kesukaran

yang relatif sama, dilakukan dengan pertanyaan ya/tidak, ataupun

pertanyaan benar/salah. Jika nantinya ditemukan pertanyaan yang

gugur maka intem pertanyaan tersebut tidak akan digunakan dalam

penelitian. Pengujian reliabilitas dapat menggunakan rumus Kuder

Richardson (KR-20) (Arikunto, 2010). Dengan rumus sebagai berikut :


= .
1

Keterangan :

= Koefisien reliabilitas tes

= Cacah butir atau banyak butir pertanyaan

= Varians skor butir

Proporsi jawaban yang benar untuk butir nomor i


=

Proporsi jawaban yang Salah untuk butir nomor i


= =1

Hasil uji reabilitas:

Setelah menguji validitas pertanyaan pengetahuan yang telah

dinyatakan valid, selanjutnya dilakukan uji reabilitas. Keputusan uji bila


nilai r kostanta (0,6) maka instrument reliable bila r kostanta (0,6).

Maka instrument tidak reliable.

Uji validitas dan reabilitas akan dilakukan di Puskesmas lain yaitu

Puskesmas Air Putih Samarinda dengan jumlah responden 30 orang.

(Notoatmodjo, 2010).

Hasil uji realibilitas yang dilakukan pada 30 responden

dengan teknik rumus KR 20 sebesar 1,33lebih besar dari r tabel 0,6.

g. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses penetapan subjek dan

pengumpulan data yang diperlukan untuk penelitian. Langkah nyata

dalam pengumpulan data bersifat khusus untuk tiap penelitian dan

tergantung pada desain serta tehnik pengukuran (Hamid, 2007).

Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang akan dilakukan

adalah pertama mengidentifikasi tempat penelitian dan populasi target,

kemudian mengajukan surat permohonan izin untuk mengadakan

penelitian di puskesmas juanda. Setelah mendapat persetujuan, peneliti

akan mencari sampel dan sesuai dengan kriterian yang telah ditetapkan

dalam penelitian ini. Kemudian, peneliti melakukan pendekatan pada

responden dan menjelaskan maksud dan tujuan penelitian serta meminta

responden membaca dan menandatangani surat perstujuan (informed

cocent).
Bila responden bersedia, selanjutnya kuisioner dibagikan kepada

responden yang memenuhu kriteria, tetapi sebelumnya diinformasikan

terlebih dahulu tentang cara-cara pengisian kuisioner tersebut. Bila ada

yang kurang jelas responden diperbolehkan bertanya.

Dalam hal ini peneliti memberi waktu pada responden untuk mengisi

angket selama 10-15 menit. Selama pengisian, peneliti berada bersama

responden yang bertujuan untuk memberikan keterangan secara

langsung. Bila sudah selesai, peneliti mempersilahkan responden untuk

memeriksa kembali apakah semua pertanyaan sudah dijawab sesuai

dengan pendapatnya.Kemudian, kuisioner yang telah diisi, dikumpulkan

langsung pada saat itu juga oleh peneliti.

Setelah memperoleh nilai dari tiap-tiap variabel penelitian selanjutnya

data dianalisis.Pengumpulan data dilakukan setiap jadwal posyandu

selama masa penelitian pada yang memenuhi kriteria inklusi sampai

jumlah responden yang telah ditentukan. Pengumpulan data ini

berdasarkan cara memperolehnya.

a. Data primer

Data primer adalah data yang secara langsung diambil dari obyek

penelitian oleh peneliti perorangan maupun organisasi atau

kesimpulan fakta yang dikumpulkan secara langsung pada saat

berlangsungnya penelitian. Data primer dalam penelitian ini adalah

kader-kader posyandu yang ada di Puskesmas Juanda Samarind


b. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari

obyek penelitian. Data penelitian ini diperoleh dari data Puskesmas

juanda tentang kader-kader posyandu yang berjumlah 84 orang

h. Teknik Analisis Data

1. Pengolahan Data

Pengolahan dan analisis data bertujuan mengubah data menjadi

informasi. Dalam statistika, informasi yang diperoleh dipergunakan

untuk proses pengambilan keputusan, terutama dalam pengujian

hipotesis. Kegiatan dalam pengolahan data meliputi editing, coding

dan tabulasi (Wasis, 2008).

a. Editing

Dilakukan dengan cara meneliti kembali data yang terkumpul

dari penyebaran kuesioner. Data perlu diedit untuk memudahkan

pengolahan data selanjutnya.Hal yang perlu diperhatikan dalam

mengedit adalah apakah pertanyaan telah terjawab dan terkumpul

dengan lengkap, apakah catatan sudah jelas dan mudah dibaca

dan apakah coretan yang ada sudah diperbaiki.Jangan sekali-kali

mengganti jawaban dan angka dengan maksud menyesuaikan

dengan keinginan peneliti.Mengganti data orisinil adalah

perbuatan yang melanggar prinsip kejujuran intelektual.

b. Coding
Coding adalah usaha memberi kode-kode tertentu pada jawaban

responden dengan memberikan simbol angka pada masing-

masing kategori jawaban dari seluruh responden.

c. Tabulasi

Tabulasi adalah usaha untuk menyajikan data, terutama

pengolahan data yang akan menjurus ke analisis kuantitatif.

Biasanya pengolahan data seperti ini menggunakan tabel, baik

tabel distribusi frekuensi maupun tabel silang.

2. Teknik Analisa Data (Analisis Univariat/Deskriptif)

Analisis Univariat bertujuan untuk menggambarkan dan

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian.Bentuk

analisis univariat tergantung dari jenis datanya. Untuk nilai numerik

digunakan nilai mean atau rata-rata, median dan standar deviasi.

Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi

frekuensi dan prosentase dari tiap variabel (Notoadmodjo, 2010).

Rumusnya adalah (Arikunto, 2010):


P = 100%

Keterangan:

P= persentase yang dicari


F= Frekuensi sample untuk setiap pertanyaan

n = jumlah keseluruhan sampel

I. Etika Penelitian

Merupakan kewajiban kepada subjek penelitian berarti peneliti

menghormati hak dan integritas kemanusiaan.Dengan catatan, jika

penelitian dilakukan pada manusia. Prinsip etik menurut ANA yang

berkaitan dengan peran perawat sebagai seorang peneliti adalah sebagai

berikut: (Wasis, 2008).

1. Otonomi

Prinsip ini berkaitan dengan kebebasan seseorang dalam menentukan

nasibnya sendiri. Hak untuk memilih apakah ia disertakan atau tidak

dalam suatu proyek penelitian dengan memberikan persetujuannya

atau tidak memberikan persetujuannya dalam informed consent.

2. Beneficence

Berkaitan dengan perawat selalu berupaya agar segala tindakan

keperawatan yang diberikan kepada pasien mengandung prinsip

kebaikan (promote good). Prinsip berbuat yang terbaik bagi pasien ini

tentu saja dalam batas-batas hubungan terapeutik antara perawat-

pasien.Penelitian yang dilakukan dengan melibatkan pasien sebagai

responden mengandung konsekuensi bahwa semuanya demi

kebaikan pasien, guna mendapatkan suatu metode dan konsep yang

baru.
3. Nonmaleficence

Berkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh perawat hendaknya

tidak mengandung unsur bahaya atau merugikan pasien apalagi

sampai mengancam jiwa pasien.Penelitian adalah upaya baik untuk

mengembangkan profesi.Namun, jika sampai mengorbankan pasien

atau mendatangkan bahaya bagi pasien sebaiknya penelitian tersebut

dihentikan.

4. Confidentiality

Berkaitan dengan rahasia, dalam penelitian ini maka peneliti harus

merahasiakan identitas responden dan data-data yang didapatkan dari

responden hanya diperlukan untuk penelitian saja. Oleh karena itu

jawaban tanpa nama dapat dipakai dan sangat dianjurkan subjek

penelitian tidak menyebutkan identitasnya. Apabila sifat penelitian

memang menuntut peneliti mengetahui identitas subjek, maka harus

memperoleh persetujuan terlebih dahulu serta mengambil langkah-

langkah dalam menjaga kerahasiaan dan melindungi jawaban

tersebut.

5. Veracity

Berkaitan dengan penelitian yang dilakukan hendaknya dijelaskan

secara jujur tentang manfaatnya, efeknya dan apa yang didapat jika

pasien dilibatkan dalam penelitian tersebut. Penjelasan seperti ini


harus disampaikan karena mereka mempunyai hak untuk mengetahui

segala informasi kesehatan.

6. Justice

Berkaitan dengan kewajiban berlaku adil kepada semua orang,

dalam hal ini keputusan yang diambil tidak akan berdampak buruk bagi

semua pihak.

i. Jalanya penelitian

Penelitian ini dilakukan kurang lebih selama 2 bulan mulai tanggal 1 Mei

sampai dengan tanggal 30 juni 2013.setelah mendapatkan persetujuan

dari institusi selanjutnya peneliti akan memohon izin kepada pimpinan

puskesmas juanda samarinda.

1. Penelitian ini dimulai setelah selesai dilakukannya ujian

proposal.ketika tim penguji menyatakan bahwa proposal layak untuk

dilanjutkan maka peneliti boleh melakukan penelitian.

2. Tahap persiapan pengumpulan data

Dalam tahap persiapan pengumpulan data dilakukan sesuai dengan

prosedur administrasi yang berlaku di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Muhammadiyah Samarinda

3. Tahap pengumpulan data

Sebelum melaksanakan penelitian dilakukan uji validitas dan relibilitas

terhadap instumen dimana didapatkan ada satu item pertanyaan yang

tidak valid, dikarnakan keterbatasan waktu, maka terhadap item yang


tidak valid tersebut akan dibuang dan tidak digunakan dalam

penelitian.

4. Data yang terkumpul lalu dianalisa, setelah itu dilanjutkan dengan

pembahasan, perumusan kesimpulan.

5. Menyusun laporan hasil penelitian.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab IV ini, peneliti akan menguraikan hasil penelitian dan

pembahasan mengenai gambaran tingkat pengetahuan kader tentang

imunisasi di Wilayah kerja Puskesmas Juanda samarinda

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2013 di

Puskesmas Juanda samarinda, dengan jumlah responden 84 kader yang

bekerja di puskesmas juanda samarinda.pengumpulan data menggunakan

instrument kuisioner. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel dan

tekstual yang didasarkan pada analisis univariat

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran umum lokasi penelitian


Puskesmas juanda berada di jalan Rotan lilin Kelurahan

Samarinda Ulu yang merupakan salah satu bagian dari wilayah Kota

Samarinda,dan merupakan salah satu vasilitas kesehatan warga

daerah juanda selain tempatnya yang strategis dekat dengan pusat

kota juga tempat berobat terdekat untuk warga Juanda. Puskesmas

Juanda ini memiliki 15 posyandu yang tersebar di wilayah Juanda dan

memiliki kader-kader posyandu sebanyak 84 orang dengan masing-

masing posyandu memiliki 4-5 kader posyandu

2. Karateristik responden

a. Berdasarkan umur

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur


Di Puskesmas Juanda Samarinda
periode Mei-Juni 2013.
Kelompok Umur Frekuensi %
21-35 Tahun 14 16.7
36-50 Tahun 43 51.2
>50 Tahun 27 32.1
Total 84 100.0
Sumber : Data primer, 2013

Berdasarkan tabel diatas diperoleh bahwa dari 84 responden

terdapat 14 (16.7%) kader yang berusia 21-35 tahun, 43 (51.2%)

kader yang berusia 36-50 tahun, 27 (32.1%) kader yang berusia

>50tahun.

b. Berdasarkan pendidikan
Tabel 4.2Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan
Di puskesmas Juanda Samarinda
periode Mei-Juni 2013.
Tingkat pendidikan Frekuensi %
Tamat SD/Sederajat 19 19.6
SLTP 26 31.0
SLTA 32 38.1
Perguruan Tinggi 7 8.3
Total 84 100.0
Sumber : Data primer, 2013

Berdasarkan tabel diatas diperoleh bahwa dari 84 responden

terdapat 32 (38.1%) kader yang berpendidikan SLTA, 26

(31.0%)kader yang berpendidikan SLTP,19 (19.6%) kader yang

berpendidikan Tamat SD/Sederajat, 7 (8.2%) kader yang

berpendidikan Perguruan Tinggi.

c. Berdasarkan pekerjaan

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan


Di puskesmas Juanda Samarinda
periode Mei-Juni 2013.
Kelompok Pekerjaan Frekuensi %
PNS 3 3.6
Karyawan 8 9.5
Swasta 9 10.7
Ibu Rumah Tangga 64 76.2

Total 84 100.0
Sumber : Data primer, 2013

Berdasarkan tabel diatas diperoleh bahwa 84 responden

terdapat 64 (76.2%) kader yang bekerja ibu rumah tangga, 9


(10.7%) kader yang bekerja swasta , 8 (9.5%) kader yang bekerja

karyawan , 3 (3.6%) kader yang bekerja PNS.

d. Pengetahuan kaderTentang imunisasi di Puskesmas Juanda

samarinda.

Tabel 4.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan kader


tentang imunisasi di Puskesmas Juanda Samarinda

periode Mei-Juni 2013.


Tingkat Pengetahuan Frekuensi %
Baik 44 52.4
Cukup 33 39.3
Kurang 7 8.3
Total 84 100.0
Sumber : Data primer, 2013

Berdasarkan tabel diatas diperoleh bahwa dari 84 responden

terdapat 44 (52.4%) kader yang tingkat pengetahuannya baik, 33

(39.3%) kader yang tingkat pengetahuannya cukup, 7 (8.3%) kader

yang tingkat pengetahuannya kurang.

3. Gambaran Pengetahuan

a. Pengetahuan kader tentang pengertian imunisasi

Tabel 4.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan kader


tentang imunisasi di Puskesmas Juanda Samarinda
Periode Mei-Juni 2013
Tingkat Pengetahuan Frekuensi %
Baik 54 64.3
Cukup 16 19.0
Kurang 14 16.7
Total 84 100.0
Sumber : Data primer, 2013

Berdasarkan tabel diatas diperoleh bahwa dari 84 responden

terdapat 54 (64.3%) kader yang tingkat pengetahuannya baik, 16

(19.0%) kader yang tingkat pengetahuannya cukup, 14 (16.7%)

kader yang tingkat pengetahuannya kurang tentang pengertian

imunisasi .

b. Pengetahuan kader tentang jenis imunisasi

Tabel 4.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan kadertentang


jenis imunisasi di Puskesmas Juanda Samarinda
Periode Mei-Juni 2013
Tingkat Pengetahuan Frekuensi %
Baik 40 47.6
Cukup 28 33.3
Kurang 16 19.0
Total 84 100.0
Sumber : Data primer, 2013

Berdasarkan tabel diatas diperoleh bahwa dari 84 responden

terdapat 40 (47.6%) kader yang tingkat pengetahuannya baik, 28

(33.3%) kader yang tingkat pengetahuannya cukup, 16 (19.0%)

kader yang tingkat pengetahuannya kurang tentang jenis imunisasi.

c. Pengetahuan kader tentang efek samping imunisasi


Tabel 4.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan kader tentang
efek samping imunisasi di Puskesmas Juanda Samarinda
Peroide Mei-Juni 2013
Tingkat Pengetahuan Frekuensi %
Baik 41 48.8
Cukup 27 32.1
Kurang 16 19.0
Total 84 100.0
Sumber : Data primer, 2013

Berdasarkan tabel diatas diperoleh bahwa dari 84 responden

terdapat 41 (48.8%) kader yang tingkat pengetahuannya baik, 27

(32.1%) kader yang tingkat pengetahuannya cukup, 16 (19.0%)

kader yang tingkat pengetahuannya kurang tentang efek samping

imunisasi.

d. Pengetahuan kader tentang manfaat imunisasi

Tabel 4.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan Kader


tentang manfaat imunisasi di Puskesmas Juanda Samarinda
Periode Mei-Juni 2013
Tingkat Pengetahuan Frekuensi %
Baik 41 48.8
Cukup 21 25.0
Kurang 22 26.2
Total 84 100.0
Sumber : Data primer, 2013

Berdasarkan tabel diatas diperoleh bahwa dari 84 responden

terdapat 41 (48.8%) kader yang tingkat pengetahuannya baik, 21

(25.0%) kader yang tingkat pengetahuannya cukup, 22 (26.2%)


kader yang tingkat pengetahuannya kurang tentang manfaat

imunisasi .

e. Pengetahuan kader tentang kerugian imunisasi

Tabel 4.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan kader tentang


kerugian imunisasi .di Puskesmas Juanda Samarinda
Periode Mei-Juni 2013
Tingkat Pengetahuan Frekuensi %
Baik 41 48.8
Cukup 30 35.7
Kurang 13 15.5
Total 84 100.0
Sumber : Data primer, 2013

Berdasarkan tabel diatas diperoleh bahwa dari 84 responden

terdapat 41 (48.8%) kader yang tingkat pengetahuannya baik, 30

(35.7%) kader yang tingkat pengetahuannya cukup, 13 (15.5%)

kader yang tingkat pengetahuannya kurang tentang kerugian

imunisasi .

f. Pengetahuan kader tentang jadwal imunisasi

Tabel 4.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan kader


tentang jadwal imunisasi.di puskesmas Juanda samarinda
Periode Mei-Juni 2013
Tingkat Pengetahuan Frekuensi %
Baik 58 69.0
Cukup 18 21.4
Kurang 8 9.5
Total 84 100.0
Sumber : Data primer, 2013
Berdasarkan tabel diatas diperoleh bahwa dari 84 responden

terdapat 58 (69.0%) kader yang tingkat pengetahuannya baik, 18

(21.4%) kader yang tingkat pengetahuannya cukup, 8 (9.5%) kader

yang tingkat pengetahuannya kurang tentang jadwal imunisasi .

B. Pembahasan

Penelitian dilakukan terhadap 84 kader yang bekerja di Puskesmas

Juanda Samarinda . Dari penelitian yang telah dilakukan, diperoleh 84

orang responden, yaitu kader-kader posyandu yang ada di Puskesmas

Juanda .Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas

Juanda.Penelitian ini berlangsung selama 6 Juni 25 Juni 2013.

1. Karakteristik berdasarkan usia

Berdasarkan hasil menunjukkan bahwa dari 84 responden

sebagian besar kader berusia 36-50 tahun yaitu sebanyak 43 (51.2%)

dan sebagian kecil berusia 21-35 tahun yaitu 14 (16.7%). Berdasarkan

penelitian Suprayitno pada tahun (2006) yang berjudul Tingkat

pengetahuan kader Tentang Imunisasi Dasar di Puskesmas

Purwakarta Berpendapat Bahwa perkembangan kongnitif pada masa

dewasa awal mengalami peningkatan jika dibandingkan pada masa

remaja, individu pada masa dewasa awal meningkatkan pengetahuan,

mulai merencanakan menganalisis masalah yang telah didapat pada

masa dewasa tengah (usia 35-45 tahun). Individu telah mencapai


kematangan dalam berfikir dan mampu memberikan pengaruh dalam

membimbing.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Suprayitno pada tahun

(2006) didapatkan hasil tertinggi responden berusia 35-45 tahun

sedangkan pada penelitian ini didapatkan hasil tertinggi responden

berusia 36-50 tahun. Menurut Iqbal (2007) salah satu faktor yang

mempengaruhi pengetahuan adalah umur. Dengan bertambahnya

umur seseorang akan terjadi perubahan aspek fisik dan psikologis

(mental). Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Notoatmodjo

(2005) bahwa semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan

seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Hasil

penelitian menyatakan bahwa kader-kader yang ada di wilayah kerja

puskesmas Juanda sebagian besar berusia 36-50 tahun yaitu

sebanyak 43 (51.2%).Dapat diperoleh gambaran apabila umur

bertambah maka informasi yang didapat serta pengalaman juga lebih

banyak.

Dari uraian diatas dapat digambarkan bahwa semakin tua usia

seseorang maka semakin banyak pula pengalaman yang sudah

didapatkan dan pengetahuan yang luas. Kader yang berusia tua akan

lebih baik dibandingkan kader yang masih berumur muda dalam

pengetahuan tentang imunisasi.

2. Karakteristik berdasarkan pendidikan responden


Berdasarkan hasil dapat diketahui bahwa dari 84 responden

sebagian besar ibu yang berpendidikan SLTA yaitu sebanyak 32

(38.1%) dan sebagian kecil ibu yang berpendidikan perguruan tinggi

yaitu 7 (8.3%). Hal ini sejalan dengan penelitian Suprayitno pada tahun

(2006) yang Berjudul Tingkat Pengetahuan Kader Tentang Imunisasi

Dasar Di Puskesmas Purwakarta yang menunjukkan bahwa sebagian

besar responden berpendidikan SMA sebanyak 24 (84.2%). Dari hasil

penelitian yang dilakukan oleh Suprayitno pada tahun (2006)

didapatkan hasil tertinggi yaitu responden yang berpendidikan SMA,

24 (84.2%) sedangkan pada penelitian ini didapatkan hasil tertinggi

yaitu responden yang berpendidikan SLTA, 32 (38.1%).

Data tersebut menunjukkan bahwa pendidikan sebagian besar

responden tergolong cukup baik/sedang.Pola pikir individu dalam hal

penerimaan dan pemahaman atas informasi tersebut yang dapat

berpengaruh terhadap pengetahuan yang bersangkutan (Notoatmdjo,

2005).Hal ini sesuai dengan pernyataan Saryono (2003) bahwa sikap

positif yang timbul dari suatu perilaku. Terwujudnya niat menjadi

perilaku tergantung pada beberapa faktor seperti lingkungan sekitar,

norma, aturan, dan sebagainya.

Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin mudah

menerima informasi sehingga makin banyak pengetahuan yang

dimiliki, sebaliknya pendidikan yang kurang akan mengurangi atau


menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang

baru diperkenalkan (Prodji, 2001). Menurut Koblinsky dan Wahyuni

(2000) bahwa wanita yang memiliki pendidikan yang rendah sulit untuk

menangkap informasi tentang pengetahuan kesehatan dibandingkan

dengan wanita yang berpendidikan tinggi.

Dari uraian diatas dapat digambarkan bahwa semakin pendidikan

seseorang maka semakin tinggi pula kemampuan untuk menerima

informasi.kader yang berpendidikan tinggi akan lebih baik

dibandingkan dengan kader yang yang berpendidikan rendah dalam

pengetahuan tentang imunisasi.

3. Karakteristik berdasarkan pekerjaan

Berdasarkan hasil menunjukkan bahwa dari 84 responden sebagian

besar bekerja sebagai ibu rumah tangga 64 (76.2%), sebagian kecil

kader bekerja sebagai PNS yaitu 3 (3.6%).Hal ini sejalan dengan

penelitian Suprayitno (2006) dengan judul Tingkat Pengetahuan kader

tentang imunisasi dasar di puskesmas purwakarta bahwa sebagian

besar responden bekerja sebagai swasta 35 (76 %).

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Suprayitno pada tahun (2006)

didapatkan hasil tertinggi yaitu responden yang bekerja sebagai

swasta 35 (76%), sedangkan pada penelitian ini didapatkan hasil

tertinggi responden yang bekerja sebagai ibu rumah tangga 64


(76.2%).Seperti yang telah dijelaskan oleh nursalam (2001) bahwa

bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu, bekerja

bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga

yang pada kenyataannya bahwa rutinitas dan aktivitas pekerjaan

secara umum memang lebih banyak menyita waktu, pikiran dan

tenaga

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dimana menunjukkan bahwa

kader-kader yang ada di Puskesmas Juanda Samarinda sebagian

besar bekerja sebagai ibu rumah tangga sehingga memiliki

ketersediaan waktu yang lebih untuk melakukan kegiatan posyandu.

4. Tingkat pengetahuan kader tentang imunisasi.

Berdasarkan hasil menunjukkan bahwa dari 84responden

sebagian besar kader yang tingkat pengetahuan baik yaitu sebanyak

44 (52.4%), yang cukup sebanyak 33 (39.3%), dan sebagian kecil

kader yang tingkat pengetahuannya kurang sebanyak 7 (8.3%). Hal ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suprayitno pada tahun

(2006) dengan Judul Tingkat Pengetahuan Kader Tentang Imunisasi

Dasar di Puskesmas Purwakarta. Bahwa Dari jumlah Responden

didapatkan Hasil Penelitian Pengetahuan Kader Posyandu tentang

imunisasi dasar dengan kriteria baik berjumlah 32 responden (80%),

kriteria Cukup 7 responden (17,5 %), Kriteria Kurang 1 responden (2,5


%) dan tidak ada responden dengan kriteria tidak baik.Dari hasil

penelitian yang dilakukan oleh Suprayitno didapatkan hasil dengan

kriteria baik berjumlah 32 responden (80%), sedangkan pada

penelitian ini didapatkan hasil dengan kriteria baik 44 responden

(52.4%).

Hal ini dapat dilihat dari jawaban yang benar pada kuesioner

tentang pengetahuan imunisasi.dilatarbelakangi dari pendidikan

mereka rata-rata baik yaitu SLTA disamping itu juga sebelumnya

mereka belum pernah mendapat informasi tentang imunisasi dari

media dan penyuluhan. Pendidikan responden yang cukup tinggi dan

adanya penyuluhan tentang imunisasi dan pernah mendapatkan

informasi dari berbagai sumber.

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu

seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata,

hidung, telinga, dan sebagainya).Dengan sendirinya, pada waktu

penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat

dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap

objek.Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui

indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata)

(Notoatmodjo, 2005). Semakin cukup pengetahuan ibu maka akan

semakin baik pula kemampuan dalam memberikan informasi pada

pengunjung posyandu. Sebaliknya semakin rendah pengetahuan ibu


maka bisa menyebabkan ibu tidak bisa menyampaikan infirmasi

tentang imunisasi.dan tidak tepat dalam pemberian imunisasi serta

pencegahan penyakit-penyakit dari imunisasi.

Berdasarkan pendapat diatas Peneliti berasumsi semakin sering

seseorang dalam menerapkan pengetahuan yang ia miliki sesuai

dengan kopetensi yang ia miliki

C. Keterbatasan penelitian

Dalam melakukan penelitian, penulis memiliki beberapa keterbatasan

yaitu :

1. Sampel penelitian

Jumlah sampel yang digunakan adalah 84 responden. Dalam

membagi kuesioner, harus mencari Alamat rumah kader , sehingga

memerlukan waktu yang cukup lama untuk mendapatkan 1 buah

kuesioner

2. Waktu penelitian

Waktu penelitian yang relatif singkat dalam pelaksanaannya hanya

selama 2 minggu.

3. Sumber Pustaka

Peneliti mengalami kesulitan dalam penelaan literatur sehingga

penelaahan terhadap fenomena kurang mendalam. Kendala lain

adalah adanya keterbatasan dalam memperoleh sumber dalam bentuk

data lengkap karena beberapa sumber hanya menampilkan abstrak


penelitian sehingga peneliti kurang mendaparkan informasi yang

mendetail tentang hasil penelitian atau fenomena yang sedang diteliti.

Hal ini dikarenakan kemampuan peneliti yang belum optimal dalam

menelusuri sumber literatur diinternet serta aksesibilitas sumber

literatur yang masih terbatas.

4. Instrumen penelitian

Kuesioner penelitian dbuat sendiri, sehingga waktu dilakukan uji

validitas ada 1 item pertanyaan yang tidak valid, 19 item pertanyaan

yang direncanakan.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di Puskesmas

Juanda Samarinda periode Mei-Juni 2013 yang telah ditabulasi dan

dibahas, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Karakteristik Responden kader-kader posyandu puskesmas juanda

tentang imunisasidalam penelitian menunjukkan bahwa :

a. Berdasarkan Umur Sebagian besar kader berusia 36-50 tahun

yaitu sebanyak 43 (51.2%), dan sebagian kecil berusia lebih dari

50 tahun yaitu 27 ibu (32.1%) .


b. Berdasarkan pendidikan Sebagian besar kader berpendidikan

SLTA yaitu 32 (38.1%)dan sebagian kecil kader yang

berpendidikan perguruan tinggi yaitu 7 kader (8.3%).

c. Berdasarkan pekerjaan Sebagian besar kader yang bekerja

sebagai ibu rumah tangga sebanyak 64 (76.2%) dan sebagian

kecil ikader yang bekerja sebagai PNS yaitu 3 ibu (3.6%).

2. Gambaran tingkat pengetahuan kader tentang imunisasi di

puskesmas juanda samarinda dari 84 responden terdapat 44

(52.4%) kader yang tingkat pengetahuannya baik, 33 (39.3%) kader

yang tingkat pengetahuannya cukup, 7 (8.3%) kader yang tingkat

pengetahuannya kurang

B. Saran

1. Bagi responden

a. Pengetahuan kader tentang imunisasi dalam kategori baik dan

diharapkan lebih bisa dalam mempelajari tentang imunisasi dan

meningkatkan lagi pengetahuannya dengan melalui informasi

sumber-sumber dari internet, buku- buku KIA dan lain-lain),

maupun media elektronik (Televisi dan radio).

b. Diharapkan kader untuk lebih memperdalam ilmu di bidang

tentang imunisasi dari buku-buku KIA di perpustakaan.

2. Bagi institusi pendidikan


Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan wacana atau

tambahan kepustakaan bagi pembaca atau peneliti selanjutnya.

Dengan judul Hubungan tingkat pengetahuan kader dengan

pentingnya imunisasi di puskesmas juanda samarinda.

3. Bagi mahasiswa keperawatan

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan hasil penelitian ini dapat

dikembangkan lagi dengan melihat dari faktor lain seperti

pengalaman, dan lingkungan responden.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2010), Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik edisi


Revisi xJakarta : Rineke Cipta.

Budiarto, Eko (2003), Biostatistika. Jakarta, Penerbit EGC

Giatno, Bamabang. (2005). Buku Pegangan Kader Posyandu.Jawa Timur:


Dinas Kesehatan

Iqbal, 2007.Hubungan Tingkat Pengetahuan Orang Tua Terhadap Tumbuh


Kembang Anak Di TK Kartika. Aceh Universitas Borobudur, Jakarta.
Indonesia

Istriyati, (2008).Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelengkapan


Imunisasi Dasar Pada Bayi Di Desa Kumpulrejo Kecamatan Argomulyo Kota
Salatiga. Under Graduate thesis, Universitas Negeri Semarang. ,
http://www.blog-indonesia.co.id, .diperoleh tanggal 13 desember 2012)

Kolbinsky dan Wahyuni. 2000. Penenganan Cidera Pada Anak Jakarta : BPK
Gunung Mulia
Nursalam, (2008) Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Kepwrawatan.Jakarta : EGC

Notoatmodjo, S. (2010).Metodologi penelitian Kesehatan, Jakarta. PT


Rineka Cipta

Rianto, A. (2011). Aplikasi metodologi penelitian kesehatan Yogyakarta.


Nuha Medika.

Suyitno Hariyanto. (2011) Pedoman Imunisasi Di Indonesia edisi 4.Jakarta:


EGC

Wasis, (2008).Pedoman Riset Keperawatan edisi 4Jakarta :EGC

Zulkifli, (2003), Posyandu dan Kader Kesehatan.USU : FKM (Fakultas


Kesehatan Masyarakat). http://www.sarjanaku.com/2012/12/pengertian-
kader-posyandu-kesehatan.html diperoleh tanggal 23 januari 2013)

Lampiran 1

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat :

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti, saya bersedia berpartisipasi

sebagai responden penelitian dengan judul Gambaran Tingkat Pengetahuan

Kader Tentang Imunisasi Di Wilayah Kerja Puskesmas Juanda Samarinda

Dilakukan oleh :

Nama : SRI SULASTRI

Nim : 1011308210475
Saya memahami bahwa penelitian ini tidak bersifat negative dan tidak

merugikan bagi saya dan keluarga serta segala informasi yang saya berikan

kerahasiaannya. Saya berharap pada hasil penelitian ini akan menjadikan

bahan masukan bagi semua kalangan kesehatan , karena itu jawaban yang

saya berikan adalah yang sebenarnya.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka dengan ini saya menyatakan

secara sukarela bersedia menjadi responden dan berpartisipasi aktif dalam

penelitian ini

Samarinda, februari

Responden

Lampiran 2

LEMBAR KUISIONER DATA DEMOGRAFI

Petunjuk pengisian bagian A (Data Demografi)

1. Baca setiap pertanyaan dengan teliti sebelum mengisi

2. Berilah tanda ( ) pada setiap garis yang tersedia dengan jawaban yang

dianggap paling sesuai dengan keadaan sadar.

Data Demografi

1. Usia saat ini:

21-35 Tahun 36-50 Tahun >50 Tahun

2. Pendidikan terakhir
SD

SMP

SMA

D III / Sarjana

3. Pekerjaan saat ini

PNS

Karyawan

Swasta

Ibu Rumah Tangga

Lampiran 3

LEMBAR KUISIONER PENGETAHUAN KADER

Petunjuk pengisian bagian B

1. Bacalah pertanyaan dengan teliti

2. Berilah tanda ( ) Pada setiap kotak yang tersedia dengan jawaban

yang dianggap sesuai dengan keadaan anda.

No Pernyataan Benar Salah


1 Imunisasi adalah pemberian kekebalan
tubuh terhadap suatu penyakit
2 Imunisasi adalah resistensi atau
perlindungan terhadap penyakit atau agen
infeksius tertentu
3 Efek samping dari imunisasi campak yaitu,
pasien dapat mengalami demam ringan
dan kemerahan selama 3 hari.
4 manfaat imunisasi yaitu: dapat melindungi
bayi dan anak dari penyakit berbahaya
5 Manfaat Imunisasi yaitu, akan terhindar dari
sakit berat, cacat, atau meninggal
6 Jadwal imunisasi Saat lahir yaitu Hepatitis
B-1
7 Jadwal imunisasi Umur 4 bulan diberi
imunisasi BCG
8 Jenis imunisasi dasar yang wajib diberikan
yaitu:BCG (Bacillus Calmette Guerine),
9 Jenis Imunisasi ada dua yaitu imunisasi aktif
dan pasif
10 Efek samping dari imunisasi DPT yaitu,
lemas, demam, kemerahan pada tempat
suntikan.
11 Imunisasi adalah upaya yang dilakukan
dengan sengaja memberikan kekebalan
(imunitas) pada bayi atau anak sehingga
terhindar dari penyakit
12 Efek samping dari imunisasi polio yaitu,
pada umumnya tidak terdapat efek samping.
13 Imunisasi dapat memberantas penyakit-

penyakit tertentu

14 Jika anak bayi tidak lengkap mendapatkan


imunisasi akan mudah terserang penyakit
15 Imunisasi DPT-1 diberikan pada usia 2
bulan
16 Jenis imunisasi pasif dapat mencegah
penyakit campak (Measles pada anak-
anak).
17 Anak yang belum pernah mendapat
imunisasi terhadap penyakit tertentu, tidak
mempunyai antibody yang cukup untuk
menghadapi penyakit tersebut
18 Akibat dari tidak diimunisasi salah satunya
dapat terserang penyakit seperti difteri,
pertusis, tetanus dan lain-lain.
no HASIL MP- HASIL MP- AKAR
item mp mt stdev p q rbis rtable MT MT/STDEV P:Q P:Q INTERPRESTASI
1 15.65 15.5 1.33 1 0.03 0.64128 0.6 0.15 0.112781955 32.3333 5.686 VALID
2 15.89 15.5 1.33 0.9 0.13 0.75361 0.6 0.39 0.293233083 6.61538 2.57 VALID
3 16 15.5 1.33 0.8 0.2 0.75188 0.6 0.5 0.37593985 4 2 VALID
4 17.3 15.5 1.33 0.8 0.16 0.6552 0.6 1.8 1.8 0.1328 0.364 VALID
5 16 15.5 1.33 0.8 0.2 0.75188 0.6 0.5 0.37593985 4 2 VALID
6 16.13 15.5 1.33 0.8 0.23 0.86049 0.6 0.63 0.473684211 3.30435 1.81659 VALID
7 16.3 15.5 1.33 0.8 0.23 1.09269 0.6 0.8 0.601503759 3.30435 1.81659 VALID
8 15.99 15.5 1.33 0.7 0.26 0.61649 0.6 0.49 0.368421053 2.80769 1.67332 VALID
9 15.83 15.5 1.33 0.9 0.13 0.63789 0.6 0.33 0.248120301 6.61538 2.5709 VALID
10 16 15.5 1.33 0.8 0.16 0.8556 0.6 0.5 0.37593985 5.1875 2.2759 VALID
11 15.87 15.5 1.33 0.9 0.13 0.71521 0.6 0.37 0.278195489 6.61538 2.5709 VALID
12 15.83 15.5 1.33 0.8 0.16 0.56983 0.6 0.333 0.25037594 5.1875 2.2759 TIDAK VALID
13 15.97 15.5 1.33 0.9 0.13 0.76715 0.6 0.473 0.355639098 6.61538 2.15709 VALID
14 16 15.5 1.33 0.8 0.23 0.68293 0.6 0.5 0.37593985 3.30435 1.81659 VALID
15 16.07 15.5 1.33 0.7 0.26 0.72091 0.6 0.573 0.430827068 2.80769 1.67332 VALID
16 16 15.5 1.33 0.7 0.26 0.62907 0.6 0.5 0.37593985 2.80769 1.67332 VALID
17 15.83 15.5 1.33 0.9 0.1 0.74436 0.6 0.33 0.248120301 9 3 VALID
18 15.96 15.5 1.33 0.8 0.2 0.69774 0.6 0.464 0.34887218 4 2 VALID
19 15.83 15.5 1.33 0.9 0.13 0.64369 0.6 0.333 0.25037594 6.61538 2.5709 VALID

Anda mungkin juga menyukai