Anda di halaman 1dari 6

5 Himpunan Berhingga dan Tak Berhingga

5.1 Himpunan Yang Ekuivalen


Pandang himpunan = {1, 2, 3, , 100}. Banyaknya elemen dari himpunan
H adalah 100. Sedangkan banyaknya elemen dari himpunan = {1, 2, 3, 4, }
adalah tak berhingga. Selanjutnya dikatakan bahwa adalah suatu himpunan
berhingga, sedangkan adalah suatu himpunan tak berhingga. Pemahaman
himpunan berhingga dan tak berhingga semacam ini disebut pemahaman secara
intuitif. Pendekatan lain untuk memahamai pengertian himpunan tak berhingga
dan berhingga memerlukan pengertian ekuivalensi dua himpunan, atau
pengertian dua himpunan yang ekuivalen.

Definisi 5.1
Himpunan ekuivalen dengan himpunan dinyatakan dengan ~,
apabila ada suatu pemetaan bijektif dari ke .
Pada definisi 5.1 tentu saja himpunan H dan K bukan himpunan kosong.
Selanjutnya, suatu pemetaan bijektif itu menentukan suatu korespodensi satu-
satu antara H dan K. Definisi 5.1 dapat dinyatakan sebagai berikut:
~ bila ada suatu korespodensi satu-satu antara himpunan H dan
himpunan K.

Contoh:
1. Misalkan = {2, 3, 5, 6, 7} dan = {, , , , }. Kita dapat membentuk
suatu pemetaan bijektif dari H ke K, misalnya seperti pada gambar berikut.


2
3
5
6
7

1
Nampak jelas bahwa : adalah suatu pemetaan bijektif, sehingga
~.
2. Misalkan = {, , , } dan = {2, 3, 4}. Jika kita mendaftar semua
pemetaan dari M ke N, maka tidak ada satupun yang merupakan pemetaan
bijektif sehingga M tidak ekuivalen dengan N.
Setelah memperhatikan contoh di atas, kita tidak mengalami kesulitan untuk
menentukan apakah dua himpunan ekuivalen atau tidak. Dua himpunan
berhingga dikatakan ekuivalen apabila banyaknya elemen dari kedua himpunan
tersebut sama, sehingga untuk himpunan berhingga definisi 5.1 menjadi:
Himpunan dan dikatakan ekuivalen, apabila banyaknya elemen dari
himpunan sama dengan banyaknya elemen dari himpunan .

Contoh:
1. Misalkan = {|0 1, bilangan real} dan = {|0
8, bilangan real}. Pemetaan : didefinisikan oleh () =
8, .
Kita mudah menunjukkan bahwa suatu pemetaan bijektif. Ambil sebarang
, sedemikian hingga () = (), yaitu 8 = 8. Maka kita
memperoleh bahwa = . Hal ini menunjukkan bahwa suatu pemetaan
injektif (satu-satu).

Ambil sebarang , yaitu 0 8 maka 0 1 dan ( ) =
8 8
. Hal ini menunjukkan bahwa suatu pemetaan surjektif (onto). Jadi
suatu pemetaan bijektif, sehingga ~.
2. Misalkan = {1, 2, 3, 4 } dan = {1, 3, 5, 7, }. Pemetaan :
didefinisikan oleh () = 2 1, .
Tunjukkan bahwa suatu pemetaan bijektif ! Karena ada pemetaan yang
bijektif dari A ke D maka ~.
Dengan memperhatikan contoh di atas, kita ketahui bahwa suatu himpunan
dapat ekuivalen dengan himpunan bagian sejatinya. Pada contoh (1) dan
~ dan contoh (2) Tetapi hal ini terjadi pada himpunan tak berhingga. Dengan
kata lain, sifat ini merupakan karakteristik dari himpunan tak berhingga.
Karakteristik inilah yang diambil untuk mendefinisikan himpunan tak berhingga.

2
5.2 Himpunan Berhingga dan Tak Berhingga

Definisi 5.2
Suatu himpunan dikatakan tak berhingga apabila himpunan itu ekuivalen
dengan himpunan bagian sejatinya. Jika tidak demikian himpunan itu disebut
himpunan berhingga.
Definisi 5.2 ini dapat pula dikatakan bahwa suatu himpunan dikatakan tak
berhingga, apabila ada suatu himpunan bagian sejatinya yang ekuivalen dengan
himpunan semula. Dengan notasi matematika, definisi tersebut dapat ditulis
sebagai berikut:
Himpunan H disebut tak berhingga apabila , 0 dan
sehingga ~.
Berdasarkan definisi di atas, relasi ekuivalensi antara himpunan-himpunan
mempunyai sifat reflesif, simetris, dan transitif, berturut-turut sebagai berikut:
a. Untuk setiap himpunan H, berlaku hubungan ~ (Refleksif)
b. Untuk setiap himpunan H dan K, jika ~ maka ~ (Simetris)
c. Untuk setiap himpunan H, K dan M, jika ~ dan ~ (Transitif)
maka ~.
Apakah himpunan kosong merupakan himpunan tak berhingga? Himpunan
kosong tidak mempunyai himpunan bagian sejati, maka himpunan kosong bukan
merupakan himpunan tak berhingga. Jadi, himpunan kosong merupakan
himpunan berhingga. Demikian pula himpunan tunggal, yaitu himpunan yang
memuat satu elemen adalah himpunan berhingga.

Teorema 5.1
H adalah suatu himpunan tak berhingga jika dan hanya jika ada suatu
pemetaan injektif : sedemikian sehingga () .

Bukti:
Misalkan H suatu himpunan, menurut definisi 5.1 maka ada himpunan
bagian sejati dari H, misalkan G sedemikian sehingga ~. Karena ~
maka ~ sehingga ada suatu pemetaan : dan merupakan
pemetaan bijektif.

3
Dibentuk suatu pemetaan : yang didefinisikan oleh () =
(), . Karena suatu pemetaan bijektif, maka suatu pemetaan
injektif dan = () , tetapi meskipun .

Sebaliknya, jika ada suatu pemetaan : dan () , serta


pemetaan injektif maka kita dapat membentuk suatu pemetaan :
() yang didefinisikan oleh () = (), . Karena suatu
pemetaan injektif, maka suatu pemetaan injektif pula. Dan karena () =
(), maka suatu pemetaan surjektif. Sehingga suatu pemetaan
bijektif. Akibatnya ~(). Dan karena () berarti ada himpunan
bagian sejati dari H yaitu () yang ekuivalen dengan H, sehingga H
merupakan suatu himpunan tak berhingga.

Teorema 5.2
Jika H suatu himpunan tak berhingga dan maka K suatu himpunan
tak berhingga pula.

Bukti:
Diketahui H suatu himpunan tak berhingga dan , kita harus membuktikan
bahwa K suatu himpunan tak berhingga pula. Menurut teorema 5.1, kita harus
menunjukkan bahwa ada suatu pemetaan : yang injektif (satu-satu)
sedemikian sehingga () .
H suatu himpunan tak berhingga, menurut teorema 5.1 berarti ada suatu pemetaan
: dengan suatu pemetaan injektif dan () . Selanjutnya
dibentuk pemetaan : yang didefinisikan oleh:
(), Jika
() = {
, Jika ( )
Dengan demikian kita tinggal menunjukkan bahwa:
a. suatu pemetaan injektif
b. ()

4
a. Ambil sebarang , sedemikian hingga () = (). Jika ,
dan karena () = (), maka () = () sehingga = , sebab
suatu pemetaan injektif.
Dan jika , ( ) menurut definisi pemetaan : dan karena
() = (), maka = .
Jika dan ( ) maka () = () dan () =
( ). Hal ini bertentangan dnegan ketentuan bahwa () = ().
Jadi merupakan fungsi injektif.
b. () = ( ( ))
= () ( )
= () ( )
Karena () dan () .
Dari (a) dan (b) dapat disimpulkan bahwa K suatu himpunan tak berhingga

Teorema 5.3
Jika K suatu himpunan berhingga dan maka M suatu himpunan
berhingga pula.

Bukti:
Akan kita buktikan dengan cara bukti tak langsung, yaitu dengan mengandaikan
bahwa M suatu himpunan tak berhingga. Karena , menurut teorema 5.2
maka diperoleh bahwa K suatu tak berhingga pula. Hal ini bertentangan dengan
ketentuan bahwa K suatu himpunan berhingga sehingga pengandaian tersebut
tidak benar. Maka pengandaian tersebut harus diingkar, jadi M suatu himpunan
berhingga.
Pada contoh, kita telah menunjukkan bahwa ~ dengan = {1, 2, 3, 4, }
dan = {1, 3, 5, 7, }. Mengingat , menurut definisi 5.2, maka A Suatu
himpunan tak berhingga. Apakah {1} merupakan himpunan tak berhingga?
Demikian pula, apakah {2} merupakan himpunan tak berhingga?
Hal yang sedang kita bahas ini adalah suatu teorema yang dinyatakan sebagai
berikut.

5
Teorema 5.4
Jika H suatu himpunan berhingga, maka {} adalah suatu
himpunan tak berhingga pula.

Bukti:
Kita menggunakan teorema 5.1, yaitu kita harus memperlihatkan adanya suatu
pemetaan, misalnya : {} {}, yang injektif dan ( {})
{}.
Menurut ketentuan, H suatu himpunan tak berhingga maka ada suatu pemetaan
: yang injektif dan () . Karena maka ada dua
kemungkinan, yaitu:
a. () dan
b. ()

a. Jika (), kita bentuk suatu pemetaan : {} {} yang


didefinisikan oleh () = (), {}. Sehingga kita tinggal
memperlihatkan

Anda mungkin juga menyukai

  • Modul 1
    Modul 1
    Dokumen9 halaman
    Modul 1
    Petrus Fendiyanto
    Belum ada peringkat
  • Modul 1
    Modul 1
    Dokumen9 halaman
    Modul 1
    Petrus Fendiyanto
    Belum ada peringkat
  • Diskrit 10
    Diskrit 10
    Dokumen7 halaman
    Diskrit 10
    Petrus Fendiyanto
    Belum ada peringkat
  • Diskrit 7
    Diskrit 7
    Dokumen7 halaman
    Diskrit 7
    Petrus Fendiyanto
    Belum ada peringkat
  • Diskrit 9
    Diskrit 9
    Dokumen27 halaman
    Diskrit 9
    Petrus Fendiyanto
    Belum ada peringkat
  • Diktat 6
    Diktat 6
    Dokumen12 halaman
    Diktat 6
    Petrus Fendiyanto
    Belum ada peringkat
  • Soal Dan Pembahasan Sistem Gerak Manusia
    Soal Dan Pembahasan Sistem Gerak Manusia
    Dokumen10 halaman
    Soal Dan Pembahasan Sistem Gerak Manusia
    Petrus Fendiyanto
    Belum ada peringkat
  • Diktat 4
    Diktat 4
    Dokumen8 halaman
    Diktat 4
    Petrus Fendiyanto
    Belum ada peringkat
  • Aljabar 1
    Aljabar 1
    Dokumen19 halaman
    Aljabar 1
    Petrus Fendiyanto
    Belum ada peringkat
  • Modul 4
    Modul 4
    Dokumen11 halaman
    Modul 4
    Petrus Fendiyanto
    Belum ada peringkat
  • Modul 12
    Modul 12
    Dokumen2 halaman
    Modul 12
    Petrus Fendiyanto
    Belum ada peringkat
  • Modul 7
    Modul 7
    Dokumen11 halaman
    Modul 7
    Petrus Fendiyanto
    Belum ada peringkat
  • Modul 9
    Modul 9
    Dokumen14 halaman
    Modul 9
    Petrus Fendiyanto
    Belum ada peringkat
  • Modul 2
    Modul 2
    Dokumen9 halaman
    Modul 2
    Petrus Fendiyanto
    Belum ada peringkat
  • Tabung
    Tabung
    Dokumen1 halaman
    Tabung
    Petrus Fendiyanto
    Belum ada peringkat