Anda di halaman 1dari 19

TUGAS BESAR PENGOLAHAN AIR BUANGAN 2016

Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta

BAB II
VISI DAN MISI DAERAH PERENCANAAN UNTUK SANITASI

2.1 VISI SANITASI SURAKARTA


Kota Surakarta yang bersih dan sehat melalui pembangunan dan peningkatan
layanan sanitasi yang ramah lingkungan serta meningkatnya pemberdayaan
masyarakat di bidang sanitasi di tahun 2018

2.2 MISI SANITASI SURAKARTA


2.2.1 Misi Air Limbah Domestik
1. Meningkatkan jangkauan dan kualitas pelayanan limbah cair domestik
kepada masyarakat secara berkelanjutan
2. Meningkatkan mobilisasi dana dari berbagai sumber untuk pengembangan
sub-sektor limbah cair
3. Meningkatkan kemampuan manajemen dan kelembagaan sesuai dengan
prinsip good and cooperate governance
4. Memberdayakan masyarakat dan meningkatkan peran serta sektor swasta
5. Menegakkan hukum dan melengkapi peraturan perundangan
6. Melestarikan sumber air.
2.2.2 Misi Persampahan
1. Meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui terwujudnya kondisi
lingkungan fisik yang bersih setiap waktu atau hari.
2. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat di bidang
kebersihan kota yang murah dan terjangkau.
3. Mendorong kesadaran masyarakat untuk ikut berpartisipasi di bidang
persampahan.
4. Mengoptimalkan pemanfaatan fasilitas, sarana kebersihan kota
2.2.3 Misi Drainase
1. Melakukan pengembangan pelayanan drainase ke seluruh kawasan kota

KELOMPOK 2 II-1
TUGAS BESAR PENGOLAHAN AIR BUANGAN 2016
Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta

2. Melakukan pengelolaan prasarana drainase yang telah ada untuk


mendayagunakan fungsinya secara optimal
3. Melakukan pengendalian banjir/genangan kota agar tidak mengganggu
aktivitas masyarakat.
2.2.4 Misi Perilaku Hidup Bersih Sehat
1. Meningkatkan akses kesadaran masyarakat Kota Surakarta untuk berperilaku
hidup bersih dan sehat.
2. Meningkatkan kualitas kesehatan yang bermutu.
3. Menggerakkan seluruh komponen untuk melaksanakan pembangunan
berwawasan sanitasi total berbasis masyarakat di Kota Surakarta
Sumber:Dokumen RPJMD Kota Surakarta

2.3 ARAH PENGEMBANGAN, PEMBANGUNAN KOTA


2.3.1 Rencana Pusat Pelayanan
Dalam kebijakannya, Kota Surakarta terdiri dari 1 (satu) PPK (Pusat
Pelayanan Kota) yang membawahi 6 (enam) sub pusat kota. Tabel dibawah
menjelaskan pembagian sub pusat kota dan fungsi pengembangannya.
Tabel 2.4
Arahan Pembagian Sub Pusat Kota Kota Surakarta dalam RTRW
Tahun 2011-2031
Sub Pusat Kota Kecamatan tercakup Arahan Kawasan

I Jebres Pariwisata, perdagangan


Laweyan & jasa, olah raga/ RTH
Pasar Kliwon
Serengan
II Banjarsari Pariwisata, olahraga/
Laweyan RTH

KELOMPOK 2 II-2
TUGAS BESAR PENGOLAHAN AIR BUANGAN 2016
Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta

III Banjarsari Permukiman,


perdagangan/ jasa

IV Banjarsari Permukiman,
perdagangan/ jasa

V Banjarsari Pariwisata, pendidikan


tinggi, industry

VI Banjarsari Pemerintahan,
pariwisata, perdagangan/
jasa

Sumber: Dok. RTRW Kota Surakarta, 2012

Gambar 2.1 Sistim Pusat Pelayanan

KELOMPOK 2 II-3
TUGAS BESAR PENGOLAHAN AIR BUANGAN 2016
Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta

2.3.2 Rencana Pola Ruang Kota

Berdasarkan Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,


Pemerintah Kota Surakarta mempunyai kewenangan untuk menyusun Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota berikut instrumen-instrumen lainnya yang diperlukan agar
pemanfaatan ruang Kota Surakarta dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana tata
ruang yang telah disiapkan.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surakarta merupakan pedoman untuk
penyusunan rencana pembangunan jangka panjang; rencana pembangunan jangka
menengah; pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah Kota
Surakarta; mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, keserasian, dan keseimbangan antar
sektor; penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi; dan penataan ruang
kawasan strategis.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surakarta disusun dengan memperhatikan
dinamika pembangunan yang berkembang, antara lain: tantangan globalisasi,
otonomi, dan aspirasi daerah, serta kondisi fisik Kota Surakarta.Penyusunan Rencana
Tata Ruang Wilayah Kota Surakarta didasarkan pada upaya untuk mewujudkan
tujuan penataan ruang wilayah yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan
serta mewujudkan keseimbangan perkembangan antar wilayah, yang diterjemahkan
dalam kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang dan pola ruang wilayah
Kota Surakarta. Selain rencana pengembangan struktur ruang dan pola ruang,
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surakarta ini juga menetapkan kriteria penetapan
struktur ruang, pola ruang, kawasan strategis, dan arahan pengendalian ruang yang
terdiri atas indikasi arahan peraturan zonasi, arahan perijinan, arahan insentif, dan
disinsentif, dan sanksi. Rumusan kebijakan penataan ruang di Kota Surakarta
meliputi kebijakan struktur ruang dan kebijakan pola ruang.

2.3.2.1 Kebijakan Struktur Ruang


Ada 3 (tiga) Kebijakan Struktur Ruang yang meliputi:

KELOMPOK 2 II-4
TUGAS BESAR PENGOLAHAN AIR BUANGAN 2016
Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta

1) Pemantapan peran kota dalam sistim nasional sebagai Pusat Kegiatan


Nasional (PKN) yang melayani kegiatan skala nasional
2) Pengembangan kota sebagai pusat pelayanan kawasan andalan
Subosukowonostraten dalam peningkatan ekonomi masyarakat kota
3) Pengembangan sistim pusat pelayanan yang terintegrasi dan berhierarki
sebagai kota budaya yang produktif, berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan dengan berbasis industry kreatif, perdagangan dan jasa,
pendidikan, pariwisata serta olah raga.

2.3.2.2 Kebijakan Pola Ruang


Ada 2 (dua) Kebijakan Pengembangan Pola Ruang yang meliputi kebijakan
pengembangan kawasan lindung dan kebijakan pengembangan kawasan
budaya.
1) Kebijakan pengembangan kawasan lindung
Kebijakan ini dilakukan melalui usaha melestarikan fungsi lingkungan
hidup, pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup untuk
mendukung pembangunan kota yang berkelanjutan
2) Kebijakan pengembangan kawasan budidaya
Kebijakan ini dilakukan melalui beberapa usaha yaitu:
a) Mewujudkan ruang kawasan budidaya yang terintegrasi antar nilai
budaya dan lingkungan (Eco-cultural)
b) Meningkatkan keterkaitan antara kota dengan kabupaten sekitarnya,
antar pusat kota dengan sub pusat kota dengan pusat lingkungan
c) Mengarahkan pengembangan kawasan terbangun kota kearah utara
d) Meningkatkan kualitas lingkungan hidup di bagian selatan wilayah
kota
Terkait dengan rencana Tata Ruang Wilayah Kota ini, pembangunan sanitasi
yang dikembangkan Pemerintah Kota Surakarta merupakan pendukung dari
kebijakan Pola Ruang, baik itu kebijakan pengembangan kawasan lindung maupun
kebijakan pengembangan kawasan budidaya.

KELOMPOK 2 II-5
TUGAS BESAR PENGOLAHAN AIR BUANGAN 2016
Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta

Gambar 2.2 Peta Pola Ruang Kota Surakarta

2.3.2.3 Kemajuan Pelaksanaan Ssk


a. Air Limbah Domestik

Tabel 2.5
Kemajuan Pelaksanaan SSK Sub Sektor Air Limbah Domestik

SSK (periode sebelumnya) SSK (saat ini)


Data Status saat Perbedaan
Tujuan Sasaran
dasar* ini **
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Meningkatk 1. peningkatan 8,38 % 12,45 % 4,07%
an derajat cakupan pelayanan limbah
kesehatan cair rumah tangga untuk off-
masyarakat; site sistem dari 8,38% di
2. Memperbai tahun 2007 menjadi 20% di
ki kualitas air tahun 2015,
tanah dangkal;

KELOMPOK 2 II-6
TUGAS BESAR PENGOLAHAN AIR BUANGAN 2016
Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta

3. Memperbai
ki kualitas
lingkungan
dan
permukiman
kaitannya
dengan
2. untuk sistem sanitasi 12 unit 38 unit 26
penyediaan
fasilitas berbasis komunal
sanitasi yang direncanakan setiap tahun
memadai; bertambah 2-3 unit,
4. Memulihka 3. peningkatan 30 30 industri
n kualitas dan pengawasan terhadap industri diawasi
kondisi air penanganan limbah cair diawasi
Sungai industri rumah tangga agar 2 2
Bengawan tetap memenuhi baku mutu IPAL
Solo. lingkungan. IPAL
industri
kawasan industri
terbangun

4. Pengendalian oleh
pemerintah kota melalui Ijin
Mendirikan Bangunan
bahwa setiap bangunan
harus menyambungkan ke
sistem off-site, atau jika
tidak memungkinkan secara
teknis harus melengkapi
tangki septik dengan sistem
peresapan yanng memenuhi
syarat teknis

b. Pengelolaan Persampahan

Tabel 2.6
Kemajuan Pelaksanaan SSK Sub Sektor Persampahan

KELOMPOK 2 II-7
TUGAS BESAR PENGOLAHAN AIR BUANGAN 2016
Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta

SSK (periode sebelumnya) SSK (saat ini)


Data Status Perbedaa
Tujuan Sasaran
dasar* saat ini n**
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Menciptakan Mengurangi sampah kota 10 % 15% 5%
lingkungan kota sebesar 10 persen dari jumlah
yang bersih sampah yang dihasilkan.
terutama di daerah
publik seperti
jalan protokol,
pasar, lapangan Meni 15 % 20% 5%
olahraga, tempat ngkatkan usaha daur ulang
hiburan, taman sampah sampai mencapai 15
kota. Diharapkan persen dari jumlah timbulan
pada lokasi-lokasi sampah.
publik kota
tersebut di atas Memelihara 5 5 0%
aman untuk kebersihan pada 5 (lima) daerah daerah
berkegiatan/berakt daerah binaan dan sekolahan binaan binaan
ivitas masyarakat di wilayah pusat kota. dan &
dari sekolah sekolah
resiko/gangguan an an
kesehatan yang
mungkin bisa
menyebabkan
sakit.
2. Adanya
peningkatan
pelayanan di
bidang kebersihan
kepada seluruh
masyarakat Kota
Surakarta
terutama untuk
mengangkut
sampah dari TPS
ke TPA sehingga
tidak ada sampah
yang menginap di
TPS.
3. Terwujudn
ya perilaku bersih
bagi setiap
individu, keluarga

KELOMPOK 2 II-8
TUGAS BESAR PENGOLAHAN AIR BUANGAN 2016
Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta

SSK (periode sebelumnya) SSK (saat ini)


Data Status Perbedaa
Tujuan Sasaran
dasar* saat ini n**
dan masyarakat
dan ikut
berperannya pihak
swasta dalam
penanganan
kebersihan kota.
4. Adanya
peningkatan usia
pakai dan daya
tampung tempat
pembuangan
sampah akhir
(TPA), sehingga
dapat
berkesinambunga
n

c. Drainase

Tabel 2.7
Kemajuan Pelaksanaan SSK Sub Sektor Drainase
Cakupan Layanan SSK (saat ini)
Status saat Perbeda
Tujuan Sasaran Data dasar*
ini an**
(1) (2) (3) (4) (5)
meningkatkan Kawasan Kawasan 0%
1. Melaksanakan
kualitas dan genangan genangan
penyusunan program
perencanaan kuantitas sarana 273 ha 273 ha
dan
teknis pembangunan dan prasarana Frekuensi Frekuensi 50%
yang banjir 1-5 banjir 1-3
sarana dan prasarana drainase
mampu kali per kali per
drainase tahun tahun
mematuskan
2. Melaksanakan 1 masterplan 1 0%
genangan kota
pembinaan dan drainase masterplan
bimbingan teknis dan yang sudah drainase
mengendalikan out of date yang sudah
bidang drainase serta
banjir. out of date
rekomendasi perijinan

KELOMPOK 2 II-9
TUGAS BESAR PENGOLAHAN AIR BUANGAN 2016
Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta

Cakupan Layanan SSK (saat ini)


Status saat Perbeda
Tujuan Sasaran Data dasar*
ini an**
pembuatan bangunan
di sungai serta
pembangunan sarana
dan prasarana drainase
3. Melaksanakan
pengawasan,
pengendalian,
pelaksanaan
pembangunan,
rehabilitasi,
peningkatan dan
pengembangan
jaringan drainase serta
bangunan
pelengkapnya
4. Melaksanakan
penanggulangan
bencana banjir dan
genangan kota serta
usaha-usaha
pengendalian erosi di
bidang drainase
5. Melaksanakan
pengoperasian,
pemeliharaan dan
pengamanan jaringan
drainase serta
bangunan
pelengkapnya.

KELOMPOK 2 II-10
TUGAS BESAR PENGOLAHAN AIR BUANGAN 2016
Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta

2.3.2.4 Area Beresiko Dan Permasalahan Sanitasi


Area beresiko pada dasarnya merupakan perkalian antara Impact dengan
Exposure. Impact dihasilkan dengan memperhatikan 4 (empat) faktor yaitu : Jumlah
Penduduk, Kepadatan Penduduk, Tingkat Kemiskinan dan Status suatu kelurahan
(Rural atau urban) dengan bobot pengali masing-masing adalah 25%, sedangkan
Exposure merupakan hasil perhitungan data sekunder, persepsi SKPD dan analisa
Indeks Resiko Sanitasi EHRAdengan bobot masing-masing 30%, 20% dan 50%.

a. Area Berisiko dan Permasalahan Air Limbah Domestik


Perhitungan area beresiko menghasilkan suatu peta yang mendiskripsikan area
beresiko air limbah rumah tangga. Terdapat 4 (empat) pembagian warna yang
menggambarkan tinggi-rendahnya resiko untuk bidang air limbah rumah tangga
untuk tiap kelurahan. Berikut tabel area berisiko air limbah domestik di Kota
Surakarta.
Tabel 2. 8
Area Beresiko Air Limbah Domestik
Tingkatan Area Indikator Kelurahan
Berisiko Warna
Sangat rendah biru Banyuanyar, Manahan, Timuran,
Penumping, Sriwedari, Kemlayan
dan Jayengan (7)
Rendah hijau Sumber, Jajar, Kerten,
Mangkubumen, Punggawan,
Kestalan, Ketelan, Keprabon,
Kampung Baru, Kepatihan Kulon,
Tegalharjo, Kepatihan Wetan,
Purwodiningratan, Sudiroprajan,
Kedunglumbu, Pasarkliwon,
Gajahan, Kratonan, Panularan,

KELOMPOK 2 II-11
TUGAS BESAR PENGOLAHAN AIR BUANGAN 2016
Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta

Bumi dan Joyontakan (21)


Sedang kuning Karangasem, Sondakan, Purwosari,
Laweyan, Tipes, Serengan,
Joyosuran, Baluwarti, Kauman,
Sewu, Jagalan, Pucangsawit,
Mojosongo, Nusukan, Gilingan, dan
Setabelan (16)
Tinggi merah Pajang, Danukusuman, Semanggi,
Sangkrah, Gandekan, Jebres dan
Kadipiro (7)
Sumber: Instrumen Profil Sanitasi Kota Surakarta 2013

Permasalahan sub sektor air limbah dapat dirumuskan sebagai berikut.


1) Rendahnya pemasangan SR Air Limbah
Kurangnya kesadaran masyarakat untuk menyambungkan pipa buangan
limbah domestik melalui sambungan rumah PDAM menjadi isu utama .
Saat ini hanya 12,45 % warga yang memakai sistim off site (perpipaan)
di Kota surakarta. Jumlah pelanggan adalah 12.650 SR. (Sumber:
PDAM, 2012). Dari total jumlah pelanggan tersebut, sebanyak 99 %
masuk dalam kategori I dimana nominal pengihan masih sangat rendah,
sehingga sub bid air limbah belum mampu menutup biaya operasional
layanan limbah. Walaupun kapasitas layanan dari 3 (tiga) IPAL skala
kota yang berada di Mojosongo, Pucangsawit (belum beroperasi) dan
Semanggi cukup besar, namun masih belum bisa meningkatkan
pendapatan sub bid air limbah. Opsi yang dilakukan adalah menutupi
kekurangan biaya O & M dengan subsidi PDAM sub bid air bersih
2) Pencemaran sumber air/ badan air
Perilaku atau pengetahuan warga untuk tidak membuang limbah
domestik ke sembarang tempat masih rendah. Hasil kajian Studi EHRA
2012, sebanyak 45,8 % responden dari keseluruhan klaster menyatakan

KELOMPOK 2 II-12
TUGAS BESAR PENGOLAHAN AIR BUANGAN 2016
Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta

sumber air di lingkungan mereka tercemar akibat proses buangan limbah


domestik yang. tidak memenuhi prosedur kesehatan lingkungan.
Perhitungan pencemaran ini hanya berasal dari survey limbah domestik,
belum dari hasil survey limbah industri. Menurut pantauan Badan
Lingkungan Hidup Kota Surakarta, limbah domestik merupakan
kontributor utama pencemaran badan air yaitu sebesar 80%, sisanya
merupakan sumbangan dari kegiatan industri niaga. Sebanyak 6 sungai
yang dipantau BLH Kota Surakarta berstatus tercemar. 6 sungai (kali)
tersebut adalah Kali Gajah Putih, Kali Pepe, Kali Jenes, Kali Brojo dan
Sungai Bhayangkara Pencemaran sumber air/ badan air juga diperburuk
dengan pencemaran dari limbah tinja dimana sebanyak 100% responden
survey EHRA menyatakan bahwa limbah tinja dari rumah tangga mereka
mencemari tanah dan sumber air di lingkungan mereka. Pencemaran
bakteri E. Coli ini merupakan penyebab endemi diare yang
membahayakan kesehatan dan bisa berakhir pada kematian.
3) IPLT yang tidak berfungsi
Tidak berfungsinya IPLT Putri cempo. IPLT Putri cempo merupakan
infrastruktur milik PDAM yang berfungsi untuk mengolah buangan
limbah tinja di wilayah Kota Surakarta. IPLT tersebut juga berfunsi
sebagai pusat pembuangan air limbah dari layanan sanitasi individu bagi
warga yang belum terjangkau akses IPAL Komunal. Akses jalan menuju
IPLT tidak bisa ditempuh karena terhalang timbunan sampah TPA dari
kurun waktu 2007 2013. Dengan tidak beroperasinya IPLT serta truk
tinja swasta yang membuang limbah tinja ke badan air memperburuk
kondisi pencemaran air dan tanah di wilayah kota Surakarta.
4) Penanganan limbah industri belum terkelola
Limbah cair dari sektor indutri dan niaga banyak yang langsung dibuang
ke badan air tanpa melalui proses pengolahan yang sesuai prosedur.
Beberapa industri yang berpotensi menghasilkan limbah adalah industri
tahu di Kel. Mojosongo, industri batik di Kecamatan Laweyan & Kec.

KELOMPOK 2 II-13
TUGAS BESAR PENGOLAHAN AIR BUANGAN 2016
Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta

Pasar Kliwon, industri kok bulu tangkis di Kec. Pasar Kliwon, dan
industri pemotongan hewan di beberapa titik Kota Surakarta.
5) Belum maksimalnya monitoring sarana komunal terbangun
Belum adanya monitoring sarana sanitasi komunal yang telah terbangun
di wilayah Kota Surakarta. Sebanyak 38 IPAL komunal dan MCK
komunal di Kota Surakarta belum teridentifikasi kualitas limbahnya.
Menurut AKSANSI Kota Surakarta selama kurun waktu 2007 sampai
sekarang, belum pernah ada monitoring kalitas air buangan di sarana
komunal terbangun, dan belum pernah ada penyedotan berkala di semua
sarana terbangun. Hal ini disebabkan belum adanya kebijakan yang
secara legal formal menyentuh permasalahan ini.
6) Minimnya pendanaan APBD untuk alokasi penanganan limbah di Kota
Surakarta menyebabkan pencapaian SR belum maksimal, Target MDGs
2015, 22.000 SR atau 22 % sulit tercapai.
7) Minimnya penegakan hukum bidang lingkungan hidup
Pelanggaran dalam hal pelanggaran lingkungan hidup, khususnya
prosedur penanangan air limbah masih kurang, sehingga masyarakat dan
sektor swasta terkesan tidak mengindahkan larangan dan peraturan yang
telah ditetapkan

b. Area Berisiko dan Permasalahan Persampahan


Perhitungan area beresiko menghasilkan suatu peta yang mendiskripsikan area
beresiko persampahan. Terdapat 4 (empat) pembagian warna yang menggambarkan
tinggi-rendahnya resiko untuk bidang persampahan di tiap kelurahan.Berikut tabel
area berisiko persampahan di Kota Surakarta.
Tabel 2.9
Area Beresiko Persampahan
Tingkatan Indikator Kelurahan
Area Berisiko Warna
Sangat rendah biru Jajar, Kerten, Purwosari,

KELOMPOK 2 II-14
TUGAS BESAR PENGOLAHAN AIR BUANGAN 2016
Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta

Mangkubumen, Timuran,
Kampung Baru, Tegalharjo,
Kedunglumbu, Gajahan,
Jayengan, Kemlayan,
Panularan, Sriwedari dan
Penumping (14)
Rendah hijau Karangasem, Sumber,
Manahan, Nusukan,
Gilingan, Punggawan,
Ketelan, Kestalan,
Setabelan, Keprabon,
Kepatihan Kulon, Kepatihan
Wetan, Purwodoningratan,
Jagalan, Sudiroprajan,
Sewu, Pasarkliwon,
Kauman, Kratonan,
Joyontakan, Bumi, Laweyan
dan Sondakan (23)
Sedang kuning Banyuanyar, Kadipiro,
Mojosongo, Gandekan,
Baluwarti, Joyosuran,
Danukusuman, Serengan,
Tipes dan Pajang. (10)
Tinggi merah Jebres, Pucangsawit,
Sangkrah dan Semanggi. (4)
Sumber: Instrumen Profil Sanitasi Kota Surakarta 2013

Permasalahan sub sektor persampahan dapat dirumuskan sebagai berikut:


1) Permasalahan sub sektor persampahan yang dikelola DKP Kota Surakarta
a) Masalah utama adalah usia TPA yang melebihi kapasitas daya tampung serta
kurangnya lahan untuk pengoperasian pengelolaan sampah. Dari 17 Ha lahan
yang sudah overused, hanya tersisa 4 Ha lahan yang bisa dipergunakan sebagai
TPA dan tentu saja luasan ini menjadikan masalah tersendiri bagi pemerintah
kota maupun investor, karena tidak mungkin bisa menampung 256 ton sampah
dari warga Kota Surakarta setiap harinya di luasan lahan yang kecil.

KELOMPOK 2 II-15
TUGAS BESAR PENGOLAHAN AIR BUANGAN 2016
Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta

b) Keterbatasan armada angkut sampah dan alat berat. Banyak alat berat dan
armada yang rusak sehingga hanya beberapa saja yang bisa dipergunakan
c) Jalan akses terputus. Ketinggian tumpukan sampah mencapai 12 m, sehingga
seringkali sampah longsor dan menutup akses lebih jauh ke TPA. Banyak truk
yang kemudian hanya membuang sampah di bahu jalan sebelum masuk ke
TPA.
d) Sampah tidak terpilah. Budaya warga yang enggan memisahkan sampah sejak
di tingkatan rumah tangga menyebabkan bercampurnya sampah organik dan
anorganik di TPA sehingga menyulitkan proses pengolahan dan pemusanahan.
Peran masyarakat dalam usaha 3R (Reduce, Reuse, Recycle) sangat minim.
e) Teknologi TPA yang menggunakan sistim open dumping semakin memperberat
pemulihan lahan. Metode open dumping berarti samakin sedikit lahan di sekitar
TPA yang kualitas baik dan memenuhi standar kesehatan lingkungan.
f) Rasio SDM pengangkut sampah yang sedikit dengan beban angkut sampah
yang terlalu besar tidak seimbang
g) Keberadaan 1400 sapi yang memang sengaja digembalakan di TPA Putri
Cempo semakin memperpanjang daftar masalah kesehatan di Kota Surakarta.
Hal ini disebabkan potensi sapi yang memakan bahan bahan berbahaya yang
meracuni tubuh/daging sapi dan besar kemungkinan daging sapi tersebut
dikonsumsi warga Kota Surakarta.
h) Tidak adanya peran swasta untuk pengelolaan persampahan di Kota Surakarta.
i) TPS-TPS yang tersebar di wilayah Kota Surakarta tidak berfungsi dengan baik
sehingga sekarang banyak yang ditutup, digantikan dengan TPS mobile. TPS
yang ditutup menimbulkan masalah tersendiri karena masyarakat masih saja
membuang sampah di sana, tidak mengindahkan jam-jam operasional TPS
mobile sehingga sampah bertebaran dibahu jalan, munculkan masalah estetika,
kesehatan dan sosial.

2) Permasalahan sub sektor persampahan yang dikelola DPP Kota Surakarta


a) Akses jalan menuju TPA Putri Cempo bermasalah

KELOMPOK 2 II-16
TUGAS BESAR PENGOLAHAN AIR BUANGAN 2016
Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta

b) Antrian pembuangan sampah di TPA Putri Cempo sangat panjang


c) Anggaran pemeliharaan dan pengadaan sarana prasarana pengangkutan sampah
kurang
d) Kesejahteraan tenaga pengangkut sampah kurang
c. Area Beresiko dan Permasalahan Sub Sektor Drainase
Perhitungan area beresiko menghasilkan suatu peta yang mendiskripsikan area
beresiko sektor drainase. Terdapat 4 (empat) pembagian warna yang menggambarkan
tinggi-rendahnya resiko untuk sektor drainase untuk tiap kelurahan. Berikut tabel area
berisiko drainase di Kota Surakarta.
Tabel 2.10
Area Beresiko Drainase
Tingkatan Area Indikator Kelurahan
Berisiko Warna
Sangat rendah biru Karangasem, Jajar, Banyuanyar,
Manahan, Purwosari, Punggawan,
Timuran, Keprabon, Setabelan,
Kepatihan Kulon, Kepatihan Wetan,
Tegalharjo, Kampung Baru,
Kauman, Gajahan, Kratonan,
Jayengan, Kemlayan, Sriwedari,
Panularan, Penumping, Bumi dan
Laweyan (23)

Rendah hijau Kerten, Mangkubumen,


Kestalan, Ketelan, Gilingan,
Nusukan, Mojosongo,
Purwodiningratan, Sudiroprajan,
Kedunglumbu, Baluwarti, Tipes,
Sondakan dan Pajang (14)
Sedang kuning Sumber, Kadipiro, Jebres, Jagalan,
Sewu dan Pasarkliwon. (6)
Tinggi merah Pucangsawit, Gandekan, Sangkrah,
Semanggi, Joyosuran,
Danukusuman, Serengan dan
Joyontakan(8)
Sumber: Instrumen Profil Sanitasi Kota Surakarta 2013

KELOMPOK 2 II-17
TUGAS BESAR PENGOLAHAN AIR BUANGAN 2016
Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta

Permasalahan sub sektor drainase adalah sebagai berikut:


1) Permasalahan umum
Tidak adanya masterplan drainase yang up to date untuk menjadi
pedoman bagi pelaksanaan pembangunan drainase skala kota.
Tidak adanya ketegasan fungsi drainase.Masih bercampurnya fungsi
drainase sebagai saluran pembuangan air hujan dan pengendali banjir
dengan saluran buangan limbah merupakan tugas pemisahan yang berat
dan belum terselesaikan sampai saat ini.
Penanganan sistim pengelolaan drainase belum terpadu, antara
pengendalian banjir, air limbah dan persampahan.
Pengaturan fungsi lahan basah belum terkoordinir.
Tidak maksimalnya fungsi sempadan sungai di sepanjang bantaran
yang seharusnya menjadi bagian dari pengendali banjir. Kawasan
sempadan seringkali berfungsi sebagai kawasan hunian.
Pengendalian debit puncak belum maksimal
Pendangkalan di Sungai Bengawan Solo
Kelengkapan perangkat peraturan masih lemah
Dukungan pengalokasian anggaran daerah untuk pembangunan
drainase masih rendah.
2) Permasalahan drainase di Surakarta bagian selatan
Kawasan selatan yang berkontur datar menyebabkan muka tanah
hamper sejajar dengan muka air Sungai Bengawan Solo, bahkan pada
musim hujan.
Hampir semua kawasan merupakan lahan terbangun sehingga memiliki
kawasan resapan yang sangat kecil
Kesenjangan antara debit air hujan dengan kapasitas saluran yang
dipersulit dengan lahan untuk pengembangan yang sudah tidak tersedia.
3) Permasalahan drainase di Surakarta bagian utara

KELOMPOK 2 II-18
TUGAS BESAR PENGOLAHAN AIR BUANGAN 2016
Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta

Kawasan utara relatif luas dan berbukit sehingga debit dan kecepatan
aliran tinggi, hal ini menyulitkan proses penerimaan debit air di outet
Kali Anyar yang jumlah dan kapasitasnya sangat terbatas
Perkembangan perumahan baru oleh developer tidak diikuti dengan
penataan drainase yang memadai
Saluran drainase yang ada di daerah bekas persawahan pada awalnya
diperuntukan untuk saluran irigasi. Perubahan fungsi lahan dari sawah
menjadi bukan sawah tidak diikuti perubahan desain saluran
Perubahan bentuk kontur untuk kepentingan permukiman telah
merubah arah aliran yang berdampak pada kesenjangan rencana
penataan dengan kondisi eksisting.
Sebagian saluran masih berupa saluran alam, padahal telah terjadi
perubahan pola dan struktur lahan menjadi kawasan hunian.

KELOMPOK 2 II-19

Anda mungkin juga menyukai