BAB III
KLASIFIKASI MASSA BATUAN
Kelompok XV
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
sangat sedikit informasi yang tersedia mengenai massa batuan, tegangan, dan
hidrogeologi. Secara sederhana, klasifikasi massa batuan digunakan sebagai
sebuah check-listuntuk meyakinkan bahwa semua informasi penting telah
dipertimbangkan.Satu atau lebih sistem klasifikasi dapat digunakan untuk
memperkirakan komposisi dan karakteristik massa batuan, perkiraan awal
kebutuhan penyangga. Perkiraan kekuatan dan sifat deformasi massa
batuan.Harus diingat bahwa klasifikasi massa batuan tidak dimaksudkan untuk
menggantikan pekerjaan desain rinci. Adapun Tujuan dari klasifikasi massa batuan
adalah untuk:
1. Mengidentifikasi parameter-parameter yang mempengaruhi kelakuan/sifat
massa batuan.
2. Membagi massa batuan ke dalam kelompok-kelompok yang mempunyai
kesamaan sifat dan kualitas.
3. Menyediakan pengertian dasar mengenai sifat karakteristik setiap kelas massa
batuan.
4. Menghubungkan berdasarkan pengalaman kondisi massa batuan di suatu
tempat dengan kondisi massa batuan di tempat lain
5. Memperoleh data kuantitatif dan acuan untuk desain teknik.
6. Menyediakan dasar acuan untuk komuniukasi antara geologist dan engineer.
Keuntungan dari digunakannya klasifikasi massa batuan:
7. Meningkatkan kualitas penyelidikan lapangan berdasarkan data masukan
sebagai parameter klasifikasi.
8. Menyediakan informasi kuantitatif untuk tujuan desain.
9. Memugkinkan kebijakan teknik yang lebih baik dan komunikasi yang lebih
efektif pada suatu proyek.
Dikarenakan kompleknya suatu massa batuan, beberapa penelitian
berusaha untuk mencari hubungan antara desain galian batu dengan parameter
massa batuan. Beberapa klasifikasi massa batuan yang dikenal saat ini adalah:
1. Metode klasifikasi beban batuan (rock load)
2. Slope Mass Rating (SMR)
3. Rock Structure Rating (RSR)
4. Rock Mass Rating (RMR)
5. Q-system
6. Mining Rock Mass Rating (MRMR)
Kelompok XV
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Kelompok XV
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Kelompok XV
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Dalam menghitung nilai RQD, metode hasil core digunakan apabila core
logs tersedia. Tata cara untuk menghitung RQD menurut Deere 1967, hanya
bagian yang utuh dengan panjang lebih besar dari 100 mm (4 inchi) yang
dijumlahkan kemudian dibagi panjang total pengeboran (core run). Selama
pengukuran panjang core pieces, pengukuran harus dilakukan sepanjang garis
tengahnya. Core yang retak akibat aktivitas pengeboran harus digabungkan
kembali dan dihitung sebagai satu bagian utuh. Ketika ada keraguan
apakahretakan diakibatkan oleh pengeboran atau karena alami, pecahan itu bisa
dimasukkan kedalam bagian yang terjadi secara alami.Semua retakan yang bukan
terjadi secara alami tidak diperhitungkan pada panjang core untuk RQD (Deere,
1967). Panjang total pengeboran (core run) yang direkomendasikan adalah lebih
kecil dari 1,5 m.
panjang core 10cm
RQD = 100% .................... (3.1)
panjang total core
Selain metode langsung dengan hasil core dalam menghitung nilai RQD
dengan melihat scanline yang digunakan apabila core log tidak tersedia. Menurut
Priest and Hudson, 1976 yaitu:
Sumber: : http://ilmubatugeologi.blogspot.co.id
Gambar 3.1
Scanline
Kelompok XV
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
sembarang. Menurut ISRM, jarak antar (spasi) diskontinuitas adalah jarak tegak
lurus antara bidang diskontinu yang berdekatan dalam satu set diskontinuitas
Sumber : : http://ilmubatugeologi.blogspot.co.id
Gambar 3.2
Discontinuitas Spacing
Pengukuran Jarak atau spasi kekar bidang diskontinuitas dapat dilakaukan
dengan metode scanline. Scanline pada permukaan lereng atau bukaan tambang
minimal 50 m dengan menyesuaikan kondisi medan yang terdapat di lapangan
dan ketersediaan alat. Pada pengukuran dilapangan kebanyakan jarak kekar yang
terukur pada scanline merupakan jarak semu.
Tabel 3.3
Jarak Spasi Antar Kekar
Deskripsi Spasi Kekar (m) Rating
Sangat lebar (very wide) 2 20
Lebar (wide) 0,6 - 2 15
Sedang (moderate) 0,2 0,6 10
Rapat (close) 0,006 0,2 8
Sangat rapat (very close) < 0,006 5
Kelompok XV
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Kelompok XV
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
1) Inflow per 10 tunnel length, menunjukkan banyak aliran air yang teramati setiap
10 m panjang terowongan. Semakin banyak aliran air maka nilai RMR akan
semakin kecil.
2) Joint water pressure, semakin besar nilai tekanan air yang terjebak dalam kekar
(bidang diskontinu) maka nilai RMR akan semakin kecil.
3) General condition, mengamati atap dan dinding terowongan secara visual
sehingga secara umum dapat dinyatakan dengan keadaan umum di lapangan
seperti kering, lembab, basah, menetes, atau mengalir. Cara ketiga ini yang
paling umum digunakan.
Kondisi air tanah yang ditemukan pada pengukuran kekar diidentifikasikan
seperti kering (dry), lembab (damp), basah (wet), terdapat tetesan air (dripping),
atau terdapat aliran air (flowing) sehingga diberi pembobotan berdasarkan tabel
berikut:
Tabel 3.5
Kondisi Air Tanah
Terdapat Terdapat
Kondisi Umum Kering Lembab Basah
tetesan air aliran air
Debit air tiap 10 m
panjang None <10 m 10 25 m 25 125 m >125 m
terowongan
Tekanan pada
0 <0,1 0,1 0,2 0,2 0,5 >0,5
kekar
Rating 15 10 7 4 0
Kelompok XV
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Tabel 3.7
Rekomendasi Penyangga (Bieniawski, 1989)
Kelompok XV
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Kelompok XV
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
*Sumber: wikimedia.org/wikipedia/commons/
Gambar 3.3
Grafik stand-up time RMR
Kelompok XV
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Tabel 3.8
Parameter Rock Mass Rating
Parameter Range of Values
1 Strength Point Load Strength >10 Mpa 4-10 Mpa 2-4 Mpa 1-2 Mpa For this low range - uniaxial
Of Index compressive test is
Intact Rock Material preferred
Uniaxial >250 Mpa 100-250 Mpa 50-100 Mpa 25-50 Mpa 5-25 1-5 <1 Mpa
Comp. Strength Mpa Mpa
Rating 15 12 7 4 2 1 6
2 Drill core Quality RQD 90% - 100% 75%-90% 50%-75% 25%-50% <25%
Rating 20 15 10 8 3
3 Spacing of discontinuities >2m 0.6-2 m 200-600 mm 60-200 mm <60 mm
Rating 20 15 10 8 5
4 Condition of Slickensided Slickensided
Very rough surfaces surfaces Slightly rough surfaces
Discontinuitties surfaces
Not continuous or Gouge < 5 or Gouge < 5 mm Soft gouge >5 mm thick
(see E) mm thick Separation < 1 mm thick or Separation > 5 mm
No separation or Separation Highly weathered or Separation 1-5 Continuous
Unweathered wall rock 1-5 mm walls mm
Continuous Continuous
Rating 30 25 20 10 0
5 Inflow per 10 m
tunnel length (l/m) None <10 10-25 25-125 >125
Ground
Water (Joint water press)/ 0 <0.1 0.1-0.2 0.2-0.5 >0.5
(Major principal)
General conditions Completely dry Damp Wet Dripping Flowing
Rating 15 10 7 4 0
Drive with dip - Dip 45 - 900 Drive with dip - Dip 20 - 450 Dip 45 900 Dip 20 - 450
Drive against dip - Dip 45-900 Drive against dip - Dip 20-450 Dip 0-20 - Irrespective of strikeq
Kelompok XV
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
3.2.2. Q-System
Q-system diperkenalkan oleh Barton pada tahun 1974. Nilai Q
didefinisikan sebagai istilah Rock Tunneling Quality Index untuk keperluan
perancangan penyangga penggalian bawah tanah. Q-System digunakan dalam
klasifikasi massa batuan sejak tahun 1980 di Iceland. Sistem ini pertama kali
dikembangkan oleh Barton, dkk di 1974 berdasarkan pengalaman pembuatan
terowongan terutama di Norwegia dan Finlandia. Dalam sistem ini, diperhatikan
diskontinuitas dan joints. Angka dari Q bervariasi dari 0.001-1000 dan dihitung
dengan menggunakan persamaan berikut ini:
RQD Jr Jw
Q= ................................. (3.3)
Jn Ja SRF
Dimana:
RQD adalah Rock Quality Designation
Jn adalah jumlah set kekar
Jr adalah nilai kekasaran kekar
Ja adalah nilai alterasi kekar
Jw adalah faktor air tanah SRF adalah faktor berkurangnya tegangan
RQD/Jn Menunjukkan struktur massa batuan.
Jr/Ja merepresentasikan kekasaran dan karakteritik gesekan diantara bidang
kekar stsu material pengisi.
Jw/SRF merepresentasikan tegangan aktif yang bekerja.
Dalam menjelaskan keenam parameter yang digunakan untuk menghitung
nilai Q, Barton (1974) membagi enam parameter tersebut menjadi tiga bagian :
a. RQD/Jn mempresentasikan dari struktur massa batuan, menunjukka ukuran
dari blok batuan. Untuk klasifikasi massa batuan Q-system, RQD dapat pula
dihitung menggunakan persamaan:
Kelompok XV
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Tabel 3.9
Pembobotan Join Set Number
Join Set Number Jn
A Massive, no or few joints 0.5 1
B One joint set 2
C One joint set plus random joints 3
D Two joint sets 4
E Two joint set plus random joints 6
F Three joint sets 9
G Three joint set plus random joints 12
H Four joint set, random, heavily jointed , etc 15
I Crushed rock, earthlike 20
Kelompok XV
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Kelompok XV
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Tabel 3.12
Parameter SRF
Kelompok XV
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Gambar 3.4
Rock classes
(Engineering Rock Mass Clasification, ZT Bieniawski, 1989)
Kelompok XV
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Gambar 3.5
Stand-up time
(A Realistic Approach to Estimate Stand-up time, Rammammurthy T, 2007)
2 () 1/3
................................................................ (3.8)
=
3
Kelompok XV
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Kelompok XV
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Gambar 3.6
Grafik Korelasi antara RMR dan Q-system (Bieniawski, 1989)
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum klasifikasi massa
batuan, yaitu :
1. Simulator Struktur Kekar
2. Kompas Geologi
3. Meteran
4. Penggaris
5. Clip Board
6. Schmidt Hammer
Kelompok XV
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Kelompok XV
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Tabel 3.15
Pengukuran kedudukan kekar wall
No. Dip Dip direction Strike Jarak antar Jarak bukaan Panjang
kekar (cm) kekar (cm) kekar (cm)
1 50 266 176 0,08 0,4 78
2 46 269 179 0,33 0,5 86
3 44 252 162 0,46 0,3 9
4 45 248 158 0,3 0,6 85
5 39 251 161 0,27 0,3 71
6 13 271 181 0,23 0,6 158
7 33 259 169 0,39 0,3 108
8 28 270 180 0,13 0,7 65
Kelompok XV
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Tabel 3.16
Form Scanline
Lokasi Pengukuran
Parameter
Heading Wall
Arah garis pengukuran N3E N 176 E
Panjang Scanline 2,5 m 2,5 m
Jenis Batuan Kuarsit Kuarsit
Schmidt Hammer Test 62,8 mPa 45,4 mPa
Jumlah kekar 9 9
Jumlah pasangan kekar 2 2
Jarak antar kekar 0,2514 m 0,27 m
Lebar bukaan kekar 5,89 mm 4,625 mm
Kondisi Kekasaran bidang kekar Smooth Rough
Kekar Panjang kekar 0,8391 m 0,920 m
Material pengisi kekar Hard Filling < 5mm None
Tingkat pelapukan kekar Moderately Unweathered
Gambar 3.7
Sketsa Scanline Heading
Kelompok XV
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Gambar 3.8
Sketsa Scanline Wall
2. Pengolahan data
a) RMR (Rock Mass Rating) heading
Dari hasil pengukuran kedudukan kekar dilapangan kemudian akan
dilakukan perhitungan untuk menentukan kelas massa batuan yang terdapat
pada batuan yang diuji.
Tabel 3.17
Nilai RMR untuk heading
Measurement
Parameter
Value Rating
Schmidt Hammer Test 62,8 MPa 7
RQD 94,89 % 20
Kelompok XV
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Gambar 3.9
Grafik hubungan antara span, stand-up time dan RMR
(after Bieniawski, 1989 & 1993)
Kelompok XV
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Tabel 3.18
Nilai RMR untuk wall
Measurement
Parameter
Value Rating
Schmidt Hammer Test 45,4 mPa 7
RQD 99,962 % 20
Kelompok XV
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Gambar 3.10
Grafik hubungan antara span, stand-up time dan RMR
(after Bieniawski, 1989 & 1993)
Kelompok XV
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2,5
= = 1,56
1,6
Kelompok XV
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Gambar 3.11
Stand-up Time Q-System Heading
Gambar 3.12
Kelas Massa Batuan Q-system Heading
Kelompok XV
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2,5
= = 1,56
1,6
Kelompok XV
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Gambar 3.13
Stand-up Time Q-System Wall
Gambar 3.14
Kelas Massa Batuan Q-System Wall
Kelompok XV
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
3.5. Pembahasan
Dari hasil pengolahan data maka didapatkan kelas massa batuan dengan
sistem Rock Mass Rating (RMR) dan Q-system. Untuk klasifikasi massa batuan
dengan sistem RMR dapat diketahui bahwa untuk heading merupakan kelas
massa batuan yang tergolong jelek (fair rock) dan untuk wall merupakan kelas
massa batuan yang sangat baik. Bagian heading perlu penggalian secara top
heading dan bench dengan kemajuan 1,0 1,5 m. Kemudian penyanggaannya
diperlukan setiap habis dilakukan peledakan dan 10 m dari face terowongan.
Penyangga batuan dengan menggunakan rock bolt yang dipasang di atas dengan
panjang 4 m, spasi 1,5 - 2 m dengan wire mesh yang tidak permanen maupun
shotcrete 50 - 100 mm di atas dan 30 mm di sisinya. Stand-up time dari heading
hanya dapat bertahan kurang lebih 13 hari tanpa penyanggaan. Bagian wall
sendiri karena merupakan kelas massa batuan yang sangat baik sehingga dapat
dilakukan penggalian secara full face 3 m dan tidak perlu perkuatan seperti rock
bolt, shotcrete, dan sebagainya. Stand-up time dari bagian wall sendiri dapat
bertahan kurang lebih 142 hari tanpa penyanggaan.
Untuk klasifikasi massa batuan dengan q-system didapatkan bahwa
heading merupakan kelas massa batuan yang sedang (fair rock) hal ini sama
dengan pengklasifikasian dengan sistem RMR. Menurut klasifikasi massa batuan
q-system bagian heading tidak perlu dilakukan penyanggaan untuk 2,5 m span
selama stand-up time yang berkisar selama kurang lebih 16 hari. Sedangkan
bagian wall dari terowongan tersebut merupakan kelas massa batuan yang baik
(good) dalam hal ini menurut q-system tidak perlu dilakukan penyanggaan untuk
2,5 m span selama stand-up time yang berkisar selama kurang lebih 52 hari.
Dari dua parameter klasifikasi massa batuan yang telah dilakukan yaitu
sistem RMR dan Q-system terdapat perbedaan dalam hal jenis perkuatan atau
penyanggaan serta stand-up time yang didapatkan. Sehingga disarankan untuk
memilih klasifikasi massa batuan yang perhitungannya didapatkan nilai yang lebih
kecil untuk meningkatkan safety dari massa batuan tersebut, namun harus
menggunakan 2 atau lebih jenis klasifikasi massa batuan sebagai perbandingan.
Kelompok XV