Anda di halaman 1dari 8

HIDROGENASI

1. Pengertian Hidrogenasi
Hidrogenasi adalah istilah yang merujuk pada reaksi kimia yang menghasilkan
adisi hidrogen (H2). Proses ini umumnya terdiri dari adisi sepasang atom hidrogen
ke sebuah molekul. Hidrogenasi merupakan reaksi hidrogen dengan senyawa
organik. Reaksi ini terjadi dengan penambahan hidrogen secara langsung pada
ikatan rangkap dari molekul yang tidak jenuh sehingga dihasilkan suatu produk
yang jenuh. Penggunaan katalis diperlukan agar reaksi yang berjalan efisien dan
dapat digunakan, hidrogenasi non-katalitik hanya berjalan dengan kondisi
temperatur yang sangat tinggi. Hidrogen beradisi ke ikatan rankap dua dan tiga
hidrokarbon. Oleh karena pentingnya hidrogen, banyak reaksi-reaksi terkait yang
telah dikembangkan untuk kegunaannya. Kebanyakan hidrogenasi menggunakan
gas hidrogen (H2), namun ada pula beberapa yang menggunakan sumber hidrogen
alternatif, proses ini disebut hidrogenasi transfer. Reaksi balik atau pelepasan
hidrogen dari sebuah molekul disebut dehidrogenasi. Reaksi di mana ikatan
diputuskan ketika hidrogen diadisi dikenal sebagai hidrogenolisis. Hidrogenasi
berbeda dengan protonasi atau adisi hidrida, pada hidrogenasi, produk yang
dihasilkan mempunyai muatan yang sama dengan reaktan. Substrat dari
hidrogenasi tercantum dalam tabel berikut :
Tabel 1. Substrat Hidrogenasi
Alkena, R2C = CR2 Alkana, 2R2 CHCHR

Alkuna, RCCR Alkena, cis-RHC = CHR

Aldehida, RCHO Alcohol utama, RCH2OH

Keton, R2CO Sekunder alcohol, R2CHOH

Ester, RCO2R Dua alcohol, RCH2OH, ROH

Imina, RRCNR Amina, RRCHNHR

Amida. RC (O) NR2 Amina, RCH2NR2

Nitril, RCN Imina, RHCNH

Nitro, RNO2 Amina, RNH2


2. Pembuatan Hidrogen
Hidrogen yang dipergunakan pada proses hidrogenasi dibuat dengan proses
elektrolisa dan proses steam iron. Proses elektrolisa yang dilakukan sangat
sederhana, yaitu dengan larutan natrium hidroksida encer. Cara ini dapat
menghasilkan hidrogen yang murni. Cara steam iron adalah proses pembuatan
hidrogen yang mengikutsertakan proses reduksi dan oksidasi dari besi panas
dalam dapur api yang dipanaskan pada suhu 1500F-1700F (815,5C-926,5C).
Uap yang dipergunakan dialirkan secara berlebihan melalui besi panas. Oksigen
pada uap akan bercampur dengan besi dan akan membebaskan hidrogen. Pada
tahap akhir dari siklus uap, gas biru yang terbentuk dari uap akan menghembus
melalui alat pemanas dan terus menembus melalui besi panas untuk mereduksi
logam besi yang telah teroksidasi. Kelebihan dari reduksi gas dialirkan melalui
besi yang telah teroksidasi. Kelebihan dari reduksi gas dialirkan melalui besi yang
panas dan dibakar dalam checkerwork. Pengurangan gas dilakukan dengan jalan
mengalirkan gas tersebut melalui bagian atas dapur api, sedangkan uap untuk
membuat hidrogen dimasukkan melalui bagian bawah dapur api.
Hidrogen yang dihasilkan pada proses steam iron kurang murni untuk dipakai
pada proses hidrogenasi minyak atau lemak makan, karena mengandung
komponen-kompenen sulfur, karbon monoksida. Pemisahan karbon monoksida
dapat dilakukan dengan mereaksikan hidrogen dengan uap pada suhu tinggi.
Sedangkan hidrogen sulfida dapat dipisahkan dengan jalan melewatkan gas
melalui ketel pemurnian yang diisi dengan besi sulfida (FeS).

3. Katalisator dalam Proses Hidrogenasi


Umumnya, tidak ada reaksi antara H2 dengan senyawa organik yang terjadi di
bawah 480C terjadi antara H2 tanpa adanya katalis logam. Katalisator untuk
proses hidrogenasi adalah platina, palladium dan nikel, dimana platina dan
palladium membentuk katalis yang sangat aktif, yang dapat mengkatalis pada
suhu dan tekanan rendah. Tetapi berdasarkan pertimbangan ekonomis, hanya nikel
yang umum digunakan sebagai katalisator hidrogenasi walaupun nikel dapat
mengkatalis pada suhu yang lebih tinggi dari platina dan palladium.
Katalis hidrogenasi digolongkan menjadi dua, yaitu katalis homogen dan
katalis heterogen. Katalis homogen larut dalam pelarut yang berisi substrat tak
jenuh. Katalis heterogen adalah berbentuk padat yang tersuspensi di pelarut
dengan substrat atau dengan gas substrat. Nikel mungkin juga mengandung
sejumlah kecil Al dan Cu yang berfungsi sebagai promoter dalam proses
hidrogenasi minyak.

4. Macam-macam Hidrogenasi
a. Hidrogenasi transfer
Proses hidrogenasi umumnya memanfaatkan gas hidrogen, namun ada
juga yang menggunakan sumber lain yang memiliki atom hidrogen di dalamnya.
Namun tujuannya sama, yaitu : menambahkan atom hidrogen dalam suatu
senyawa.
b. Hidrogenasi Minyak
Proses hidrogenasi minyak membuat mengerasnya tanaman dan ikan yang
diturunkan minyak, yang memungkinkan mereka untuk menjadi pengganti efektif
untuk lemak hewani.
c. Hidrogenasi Etena
Etena bereaksi dengan hidrogen pada suhu sekitar 150 C dengan adanya
sebuah katalis nikel (Ni) yang halus. Reaksi ini menghasilkan etana. Reaksi ini
tidak begitu berarti, sebab etena merupakan senyawa yang jauh lebih bermanfaat
disbanding etena yang dihasilkan.

5. Aplikasi Proses Hidrogenasi


a) Proses Pengolahan Batubara Cair
Likuifaksi Batubara adalah suatu teknologi proses yang mengubah
batubara dan menghasilkan bahan bakar cair sintetis. Batubara yang berupa
padatan diubah menjadi bentuk cair dengan cara mereaksikannya dengan hidrogen
pada temperatur dan tekanan tinggi. Proses likuifaksi batubara secara umum
diklasifikasikan menjadi Indirect Liquefaction Processdan dan Direct
Liquefaction Process.
Indirect Liquefaction Process/ Indirect Coal Liquefaction (ICL)
Prinsipnya secara sederhana yaitu mengubah batubara ke dalam bentuk gas
terlebih dahulu untuk kemudian membentuk Syngas (campuran gas CO dan H2).
Syngas kemudian dikondensasikan oleh katalis (proses Fischer-Tropsch) untuk
menghasilkan produk ultra bersih yang memiliki kualitas tinggi.

Gambar 1. Dua konfigurasi proses dasar untuk produksi bahan bakar cair dengan
Indirect Liquefaction Process

Direct Liquefaction Process/ direct coal liquefaction (DCL)


Proses ini dilakukan dengan cara menghaluskan ukuran butir batubara,
kemudian Slurry dibuat dengan cara mencampur batubara ini dengan pelarut.
Slurry dimasukkan ke dalam reaktor bertekanan tinggi bersama-sama dengan
hidrogen dengan menggunakan pompa. Slurry kemudian diberi tekanan 100-300
atm di dalam sebuah reaktor kemudian dipanaskan hingga suhu mencapai 400-
480C.
Secara kimiawi proses akan mengubah bentuk hidrokarbon batubara dari
kompleks menjadi rantai panjang seperti pada minyak. Atau dengan kata lain,
batubara terkonversi menjadi liquid melalui pemutusan ikatan C-C dan C-
heteroatom secara termolitik atau hidrolitik, sehingga melepaskan molekul-
molekul CO2, H2S, NH3, dan H2O. Untuk itu rantai atau cincin aromatik
hidrokarbonnya harus dipotong dengan cara dekomposisi panas pada temperatur
tinggi (thermal decomposition). Setelah dipotong, masing-masing potongan pada
rantai hidrokarbon tadi akan menjadi bebas dan sangat aktif (free-radical). Supaya
radikal bebas itu tidak bergabung dengan radikal bebas lainnya (terjadi reaksi
repolimerisasi) membentuk material dengan berat molekul tinggi dan insoluble,
perlu adanya pengikat atau stabilisator, biasanya berupa gas hidrogen. Hidrogen
bisa didapat melalui tiga cara yaitu: transfer hidrogen dari pelarut, reaksi dengan
fresh hidrogen, rearrangement terhadap hidrogen yang ada di dalam batubara, dan
menggunakan katalis yang dapat menjembatani reaksi antara gas hidrogen dan
slurry (batubara dan pelarut).
Negara yang telah mengembangkan teknologi Direct Liquefaction Process
adalah Jepang, Amerka Serikat dan Jerman. Bagi Indonesia, teknik konversi
likuifaksi batubara secara langsung (Direct Liquefaction Process) dinilai lebih
menguntungkan untuk saat ini. Selain prosesnya yang lebih sederhana, likuifaksi
relatif lebih murah dan lebih bersih dibanding teknik gasifikasi. Teknik ini juga
cocok untuk batubara peringkat rendah (lignit), yang banyak terdapat di
Indonesia.
Banyak negara mengembangkan teknologi Likuifaksi Batubara. Di
Amerika Serikat berkembang berbagai proyek pengembangan seperti pada
gambar 2. Dan Jepang, sebagai salah satu negara pengembang teknologi
Likuifaksi Batubara terkenal dengan salah satu proyeknya yaitu NEDOL (lembaga
kajian teknologi Jepang) memiliki 2 metode likuifaksi batubara yaitu Bituminous
Coal Liquefaction dan Brown Coal Liquefaction.
- Bituminous Coal Liquefaction

Dalam proses Bituminous Coal Liquefaction, Proyek NEDOL


berhasil menggabungkan 3 proses, yaitu: Solvent Extraction Process,
Direct Hydrogenation Process, dan Solvolysis Process.
Spesifikasi proses NEDOL adalah sebagai berikut:
- Tidak memerlukan batubara dengan spesifikasi tertentu. Batubara
yang digunakan bisa dari low grade sub-bituminous sampai low
grade bituminous.
- Yield Ratio bisa mencapai 54% berat, lebih besar dari medium atau
light oil.
- Temperatur standar reaksi adalah 450C dan Tekanan standar 170
kg/cm2G.
- Membutuhkan katalis yang sangat aktif namun tidak mahal.
- Sebagai pemisah antara fasa cair-gas, digunakan sistem distilasi
pengurang tekanan.
- Digunakan pelarut terhidrogenasi yang dapat digunakan kembali
untuk mengawasi kualitas pelarut agar dapat meningkatkan Yield
Ratio dari batubara cair dan mencegah fenomena cooking pada
tungku pemanas.
Proses NEDOL
Slurry dibuat dengan mencampurkan 1 bagian batubara dengan 1.5 bagian
pelarut,lalu ditambahkan 3% katalis yang mengandung besi (ferrous catalyst).
Slurry dipanaskan sampai suhunya mencapai 400C dalam preheating furnace.
Reaksi likuifaksi terjadi dalam kolom reaktor berjenis suspension bed foaming
pada kondisi standar (Temperatur 450C, Tekanan 170 kg/cm 2G). Batubara
dikonversi menjadi bentuk cair oleh reaksi antara hidrogen dan pelarut.
Setelah melewati pemisah fase gas-cair, kolom distilasi bertekanan normal,
dan kolom distilasi isap, batubara cair dipisahkan menjadi naphta, medium oil,
heavy oil, dan residu.
Distilat medium oil dan heavy oil dipindahkan ke kolom reaksi berjenis
fixed bed yang berisi katalis Ni-Mo. Pada kolom reaksi ini, distilat dikonversikan
menjadi distilat ringan pada Temperatur 320C dan Tekanan 100 kg/cm2G, dan
digunakan kembali dalam reaksi sebagai pelarut (solvent)

Gambar 2: Diagram alir proses Bituminous Coal Liquefaction

- Brown Coal Liquefaction


Proses pada Brown Coal Liquefaction, secara umum terdiri atas 3
proses, yaitu: Coal Pretreatment Process, Slurry Preheating Process,
Primary hydrogenation process dan Secondary hydrogenation process.
Pretreatment Process merupakan proses peremukan raw brown
coal, pengeringan, dan pembuatan Slurry. Slurry dibuat dengan
mencampurkan 1 bagian batubara brown coal dengan 2.5 bagian pelarut,
lalu ditambahkan katalis yang mengandung besi (iron catalyst). Lalu
Slurry diproses ke preheating process.

Primary hydrogenation process dilakukan dengan mengalirkan gas


hidrogen pada Temperatur 430-450C dan tekanan 150-200 kg/cm 2G agar
dapat terjadi proses likuifaksi. Produk yang dihasilkan dikirim ke kolom
distilasi dan didistilasi menjadi naphta, light oil dan medium oil.
Kolom distilasi bawah yang mengandung padatan dialirkan menuju
kolom pemisah padatan-cairan pada proses pengeringan pelarut. Distilat
cair kemudian dibawa ke proses Secondary hydrogenation dan padatan
dibuang. Reaktor jenis fixed bed yang diisi katalis Ni-Mo agar proses
hidrogenasi dapat terjadi pada temperatur 300-400C dan tekanan 150-200
kg/cm2G. Kemudian dilakukan distilasi kembali agar dapat dipisahkan
menjadi nephta, light distillate dan medium distillate. Setelah proses
selesai, dihasilkan 3 barrel batubara cair dari 1 ton batubara brown coal
kering

Gambar 3. Diagram alir proses Brown Coal Liquefaction

Anda mungkin juga menyukai