HELLP Syndrome
HELLP Syndrome
1.1 Definisi
Hemolisis, kelainan tes fungsi hati dan jumlah trombosit yang rendah sudah sejak
lama dikenal sebagai komplikasi dari preeklampsi-eklampsi (Chesley 1978; Godlin 1982; Mc
Kay 1972). Godlin menamakan sindrom ini EPH Gestosis tipe II, MacKennan dkk.
menganggapnya sebagai suatu misdiagnosis preeklampsi, sedangkan penulis lain
menyebutkannya sebagai bentuk awal preeklampsi berat, variasi unik dari preeklampsi.
Weinstein Dikutip dari 1 pada tahun 1982 menyebutnya sebagai varian preeklampsia
berat yang unik dan untuk pertama kalinya memperkenalkan istilah Sindroma HELLP yang
merupakan singkatan dari haemolysis (H), elevated liver enzymes (EL) dan low platelet
counts (LP).1 Sibai (1990) berkesimpulan bahwa sindroma HELLP merupakan suatu kondisi
pada wanita hamil yang perlu benar-benar diperhatikan dalam kaitannya dengan proses
patologis pada sistim target maternal dibalik tanda-tanda klasik preeklampsia dan eklampsia.
Sindroma ini juga dihubungkan denga n keadaan penyakit yang berat atau akan
berkembang menjadi lebih berat serta dengan prognosa maternal dan luaran perinatal yang
lebih jelek, walaupunpun angka-angka kematian maternal dan perinatal yang dikemukakan
masih sangat bervariasi mengingat perbedaan kriteria diagnostik yang digunakan serta saat
diagnosa ditegakkan.
1.2 Epidemiologi
Sindrom HELLP terjadi pada 2-12% kehamilan. Sebagai perbandingan,
preeklampsi terjadi pada 5-7% kehamilan. Superimposed sindrom HELLP berkembang dari
4-12% wanita preeklampsi atau eklampsi. Tanpa preeklampsi, diagnosis sindrom ini sering
terlambat.
Pada pasien sindrom antifosfolipid, sindrom HELLP bisa menjadi parah dan
terkadang refrakter. Karena itu, meskipun masih pada tanda dan gejala awal sindrom HELLP,
kita harus berpikir tentang komplikasi dari sindrom antifosfolipid, dan kita harus mencegah
komplikasi lebih lanjut yang dapat terjadi
1.3 Etiologi dan Patofisiologi
Etiologi dan patogenesis dari sindroma HELLP ini selalu dihubungkan dengan
preeklampsia, walaupun etiologi dan patogenesis dari preeklampsia sampai saat ini juga
belum dapat diketahui dengan pasti. Banyak teori yang dikembangkan dari dulu hingga kini
untuk mengungkapkan patogenesis dari preeklampsia, namun dalam dekade terakhir ini
perhatian terfokus pada aktivasi atau disfungsi dari sel endotel. Tetapi apa penyebab dari
perubahan endotel ini belum juga diketahui dengan pasti. Saat ini ada empat buah hipotesis
yang sedang diteliti untuk mengungkapkan etiologi dari preeklampsia, yaitu: iskemia
plasenta, Very Low Density Lipoprotein versus aktivitas pertahanan toksisitas, maladaptasi
imun dan penyakit genetik. Sindroma HELLP ini merupakan manifestasi akhir dari hasil
kerusakan endotel mikrovaskular dan aktivasi dari trombosit intravaskular.
Gambar di bawah ini menjelaskan tentang kegagalan invasi dari trofoblas pada
trimester kedua dalam menginvasi tunika muskularis arteri spiralis, menyebabkan
vasokonstriksi arterial pada bagian uteroplasenta. Kegagalan ini disebabkan oleh gagalnya
sel-sel trofoblas dalam mengekspresikan integrin yang merupakan molekul pelekat
(adhesion molecules) atau kegagalan VEGF (Vascular Endothelial Growth Factor) dalam
mengekspresikan integrin. Keadaan ini menyebabkan penurunan aliran darah intervilus,
hipoksia dan akhirnya terjadi kerusakan sel endotel ibu dan janin. Dan selanjutnya
mengakibatkan efek terhambatnya pertumbuhan janin intrauterin (PJT).
Akibat kerusakan dari endotel ini terjadi pelepasan zat -zat vasoaktif, dimana
tromboksan (TXA2) meningkat dibandingkan dengan prostasiklin (PgI2). Adanya perubahan
respon imun ibu terhadap trofoblas akibat dari perubahan polymorphism HLA-G (human
leucocyte antigensG) terhadap trofoblas, menyebabkan terjadinya proses imunologis. Hal ini
mengakibatkan terjadinya gangguan pertumbuhan dan invasi dari trofoblas. Proses
imunologis akibat perubahan respon imun ibu juga mempengaruhi terjadinya kerusakan sel
endotel, ini terbukti dengan dilepaskannya sel mediator pada sel endotel. Kerusakan dari sel
endotel menyebabkan terjadinya gangguan keseimbangan rasio TXA2 dan PgI2, penurunan
produksi dari nitric oxide dan merangsang terjadinya agregasi dari trombosit yang seterusnya
akan mengakibatkan vasospasme.
Dengan berkurangnya fungsi endotel, menyebabkan bertambahnya tahanan vaskuler,
meningkatnya produk peroksida lipid dan meningkatnya aktifitas radikal bebas. Anion
peroksida ini mengganggu keseimbangan rasio TXA2 dan PgI2 sehingga TXA2 menjadi lebih
dominan. Anion peroksida juga menambah agregasi trombosit, serta menyebabkan asam
lemak tak jenuh pada membra n fospolipid mengalami konversi menjadi peroksida lipid.
Peroksida lipid ini menyebabkan kerusakan endotel lebih lanjut. Kerusakan integritas endotel
diikuti dengan hilangnya kapasitas vasodilator, yang mana dapat dinilai dengan meningkatnya
respo n terhadap angiotensin II dan noradrenalin. Kerusakan dari sel endotel arteri spiralis
mengakibatkan hipoksia dan seterusnya menjadi aterosis akut. Aterosis akut ditandai dengan
adanya diskontinuitas dari sel endotel, gangguan fokal pada membrana basalis, deposisi
trombosit, terbentuknya mural trombus dan akhirnya terjadi nekrosis fibrinoid. Dengan
rangsangan dari trombosit growth factor terjadi perubahan proliferasi yang tidak teratur pada
tunika intima, dan pada tunika media mengakibatkan hiperplasia. Aterosis akut ini merupakan
keadaan yang patognomonis pada preeklampsia.
Walaupun aterosis akut ini dapat juga terjadi pada keadaan hipertensi kronis, Diabetes
Mellitus, penyakit ginjal maupun Lupus. Efek semua kejadian yang telah disebutkan di atas
terjadilah gangguan sirkulasi sistemik dan gangguan koagulasi pada ibu yang selanjutnya
menjadi sindroma HELLP. Pada keadaan normal setiap sel mempunyai daya pertahanan
terhadap serangan ekstrasellular. Membran sel sangat berperan dalam fungsi pertahanan ini.
Sel darah merah pada penderita preeklampsia tidak memiliki pertahanan terhadap radikal
bebas yang selanjutnya mengakibatkan membran sel darah merah menjadi tidak stabil dan
mengalami kerusakan. Daya pertahanan membran sel darah merah ini berhubungan dengan
kadar prostasiklin di dalam plasma melalui gen superoxidase dismutase (SOD).
Penurunan aktivitas dari SOD ini mengakibatkan penurunan daya pertahanan terhadap
radikal bebas. Perubahan stabilitas membran sel darah merah menyebabkan masuknya
kalsium ke dalam sel, terjadi peningkatan aktivitas sel dan terjadi perubahan dari rigiditas
membran. Perubahan ini menyebabkan sel darah merah berubah bentuknya, mudah pecah
(fragmentasi) dan sel cenderung menjadi lisis. Keadaan di atas dapat menerangkan terjadinya
hemolisis pada penderita preeklampsia.
Gambar 1
Gambar petofisiologi Hellp Syndroma
Gambar 2
Gambar patofisiologi Hellp Syndroma
Gambar 3
Gambar sel Schistocytes dan Spherocytes
Gambar 4
DAFTAR PUSTAKA
Jo YY, Lee KC, Kim HS, Bae HK, Chang YJ. Anesthetic management of HELLP syndrome
complicating primary antiphospholipid syndrome. Korean J Anesthesiology
2012;6:575-8.
Ramli M. Seksio sesar pada penyakit autoimun. Workshop Anestesi Obstetri. Second Annual
Symposium on Anesthesia Complication. Yogyakarta, 14-17 November 2012.
Belilos E, Diamond HS. Antiphospholipid syndrome [Internet]. 2012 [cited 2013 Feb 20].
Available from: http://emedicine.medscape.com/article/333221-overview
HELLP syndrome [Internet]. 2012 [cited 2013 Feb 20]. Available from:
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000890.htm
HELLP syndrome. Critical Care Pregnancy. In: Zimmerman JL, editor. Fundamental critical
care support. 3rd ed. Illinois: Society of Critical Care Medicine; 2002. p.14-5.
Martin JN, Rose CH, Briery CM. Understanding and managing HELLP syndrome: The
integral role of aggressive glucocorticoids for mother and child. Am J Obstet
Gynecol. 2006. PP: 195
.Cuningham FG, Mac Donald PC, Gant NF, etal. Hypertensive Disorders in Pregnancy.
William Obstetrics . Ed. 20th. Conecticut : Appleton & Lange 2007 : 693 744.
Mabie WC, Sibai BM. Hypertensive State of Pregnancy. In : De Cherney AH, Pernoll ML.
Current Obstetrics & Gynecologyc Diagnosis & Treament. Appelton & Lange, 1996
: 380-97.
Simanjuntak JR. Evaluasi Kematian Maternal Penderita Preeklampsia Berat di RSUD Dr.
Pirngadi Medan Tahun 1993 1997. Medan : Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara. Tesis. 1999.
Tim Standard Terapi Bagian OBGIN FK USU/ RS Dr. Pirngadi Medan. Pedoman
Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi RS. Dr. Pirngadi Medan: Bagian/UPF
Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan FK-USU RS. Dr. Pirngadi Medan, 1996 :
1 18.
Sibai BM. The HELLP Syndrome (hemolysis, elevated liver enzymes and low trombosit
counts) : Much ado About Nothing ?. AmJ Obstet Gynecol 1990 ; 162 : 311 6.
Dekker GA, Sibai BM. Ethiology and Pathogenesis of Preeclampsia : Current Concept. AmJ
Obstet Gynecol 1998 ; 179 : 1359 75.