Anda di halaman 1dari 15

A.

Mineral
Mineral didefinisikan leh beberapa ahli yaitu :
L.G.Berry dan B.Mason,1959
Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat di alam, terbentuk
secara anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas -batas tertentu dan
mempunyai atom atom yang tersusun secara teratur.
D.G.A Whitten dan J.R.V Brooks,1972
Mineral adalah suatu bahan padat secara struktural homogen mempunyai
komposisi kimia tertentu,dibentuk oleh proses alam yang anorganik.
A.W.R. Potter dan H. Robinson,1977
Mineral adalah suatu bahan atau zat yang homogen mempunyai komposisi
kimia tertentu atau dalam batas dan mempunyai sifat tetap,dibentuk dialam dan
bukan hasil suatu kehidupan.

B. Magma
Magma adalah cairan atau larutan silikat pijar yang terbentuk secara
alamiah,bersifat bergerak,bersuhu antara 900 - 1100 C yang berasal dari kerak
bumi bagian bawah atau selubung Bumi bagian atas ( Vide F.F.Grouts,1947;
Turner & Verhoogen, 1960; H.Williams,1962 )
Magma sebagai larutan silikat alam mengandung semua ion-ion yang bakal
membentuk semua mineral penyusun batuan. Sifat magma dapat berubah oleh
beberapa proses, yaitu :
Hibridisasi
Pembentukan magma baru karena pencampuran dua magma yang berlainan
jenisnya
Sinteksis
Proses pembentukan magma baru karena proses asimilasi dengan batuan
samping atau terlarutnya batuan asing kedalam magma
Anateksis
Pembentukan magma dari peleburan batuan pada kedalaman yang sangat besar

1
C. Genesa Mineral dan Jenis-jenisnya
Genesa mineral merupakan tempat atau lingkungan dimana suatu mineral
terbentuk. Ada 3 macam genesa mineral, yaitu:
Lingkungan Magmatik
Lingkungan Sedimen
Lingkungan Metamorfik

1. Lingkungan Magmatik
Lingkungan ini mempunyai karakter yang sangat khas, yaitu memiliki
tekanan dan temperatur yang sangat tinggi, dan tentunya sangat berhubungan
dengan aktivitas magma. Berdasarkan keterjadiannya, lingkungan magmatik ini
dibagi menjadi empat tipe, yaitu Batuan Beku, Pegmatit, Urat Hidrotermal, dan
Deposit Mata Air Panas.
a. Kristalisasi Magma
Tersusun atas mineral-mineral yang sederhana. Terdapat 7
kelompok mineral yang terdapat pada batuan beku, yaitu : kelompok kuarsa,
feldspar, feldspatoid, piroksen, hornblende, biotit, dan olivin. Kisaran
jumlah dari mineral-mineral penting yang terdapat dalam batuan beku
sangat lebar. Ada juga batuan beku yang mengandung hampir 100% mineral
yang sama, contohnya seperti Dunit yang hampir seluruhnya tersusun atas
mineral olivine.
Berdasarkan tempat terjadinya mineral pada batuan beku dan
gunung api dibagi menjadi :
1. Kelompok Mineral Mafik : Kaya Mg-Fe, terdiri dari mineral olivin,
piroksen, amphibol,dan biotit
2. Kelompok Mineral Felsik : Kaya Silica,Alumina dan Alkali. Merupakan
mineral feldsphar jenis plagioklas terdiri dari anortit,bitownit,
labradorit, andesin, oligoklas,dan albit
3. Kelompok Mineral Sisa : Terdiri dari Alkali Feldsphar yaitu Muskovit
dan Kuarsa
4. Kelompok Mineral Feldsphartoid : Miskin Silika, terdiri dari
leusit,nefelin, dan sodalit

2
Lingkungan geologi tertentu akan memberikan pengaruh tertentu
yang tercermin terhadap ukuran butir mineralnya. Selain itu tekstur pada
batuan beku juga mencerminkan kondisi pembekuannya, urutan kristalisasi,
komposisi, viskositas magma, kecepatan pembekuan, dan pertumbuhan
kristalnya.
Pembekuan kristal yang cepat akan menghasilkan kristal yang kecil.
Hal ini disebabkan karena tidak tersedia waktu yang cukup untuk
membentuk kristal yang sempurna. Biasanya terjadi di permukaan saat
kontak langsung dengan air ataupun udara saat magma keluar. Tekstur yang
dihasilkan adalah afanitik (halus). Sedangkan, pembekuan yang lambat
akan menghasilkan membentuk kristal yang besar, karena masih memiliki
waktu yang cukup untuk membentuk itu. Pembekuan yang lambat ini terjadi
di dalam perut bumi, dan menghasilkan batuan beku dengan
tekstur faneritik(kasar).

Gambar 1. Deret Reaksi Bowen

Bowen Reaction Series adalah sebuah diagram yang menunjukkan


mineral-mineral yang berperan dalam pembentukan batuan beku. Mineral-
mineral yang tergabung dalam bowen reaction series keberadaannya dalam
batuan beku adalah sangat penting. Mineral dalam seri bowen ini
merupakan golongan mineral primer.

3
Mineral-mineral pada bowen reaction series menunjukkan tahap-
tahap yang dilalui dalam proses pembentukan batuan beku meliputi suhu,
tekanan, dan kedalaman lokasi pembentukan suatu batuan beku. Mineral-
mineral yang tergabung dalam seri reaksi bowen ini terdapat mulai dari
magma itu masih sangat dekat dengan sumbernya sampai magma itu sudah
sangat dekat dengan permukaan bumi.
Kenampakan mineral pada reaksi bowen dalam suatu batuan beku
menunjukkan apakah abtuan itu asam atau basa, dan apakah bauan itu
terbentuk di dalam atau dekat permukaan bumi.
Ketika kita ingin mengidentifikasi suatu batuan, maka kita dapat
mengidentifikasi batuan itu melalui mineralogi batuannya. Mineral pada
seri reaksi bowen inilah yang menjadi patokan dalam pengidentifikasian
batuan beku.
Oleh karena itu sangat penting untuk memahami dan mengerti reaksi
bowen dan mineral yang tergabung didalamnya. Contohnya adalah mineral
oligoklas yang terdapat pada seri continuous yang merupakan salah satu
dari contoh mineral plagioklas. Tentu mineral oligoklas memiliki
karakteristik berupa sifat fisik dan sifat kimia yang memberikan indikator
dan hubungan tertentu dengan proses pembentukan batuan beku.
Seri Reaksi Bowen (Bowen Reaction Series) menggambarkan
proses pembentukan mineral pada saat pendinginan magma dimana ketika
magma mendingin, magma tersebut mengalami reaksi yang spesifik. Dan
dalam hal ini suhu merupakan faktor utama dalam pembentukan mineral
Tahun 1929-1930, dalam penelitiannya Norman L. Bowen
menemukan bahwa mineral-mineral terbentuk dan terpisah dari batuan
lelehnya (magma) dan mengkristal sebagai magma mendingin (kristalisasi
fraksional). Suhu magma dan laju pendinginan menentukan ciri dan sifat
mineral yang terbentuk (tekstur, dll). Dan laju pendinginan yang lambat
memungkinkan mineral yang lebih besar dapat terbentuk atau juga Bowen
menentukan bahwa mineral spesifik dari temperatur tertentu hasil
pendinginan magma. Pada temperatur tinggi akan berasosiasi dengan
magma mafik dan intermediet, secara umum kemajuan ini dibagi menjadi

4
dua cabang. Cabang pertama Continuous menjelaskan mengenai evolusi
plagioklas feldspar mulai dari yang kaya calsium (Ca) dan kaya sodium
(Na).
Cabang berikutnya discontinuous mendeskripsikan formasi atau
bentuk mineral mafik seperti olivine, pyroxene, amphibole dan bitotit mika.
Hal aneh yang ditemukan pada Bowen adalah mengenai bagian
discontinuous. Bowen disusun suatu seri yang dikenal dengan Bowens
Reaction Series.

1. Deret Continuous

Gambar 2. Deret Continious


Deret ini dibangun dari mineral feldspar plagioklas. Dalam deret
kontinyu, mineral awal akan turut serta dalam pembentukan mineral
selanjutnya. Dari bagan, plagioklas kaya kalsium akan terbentuk lebih
dahulu, kemudian seiring penurunan suhu, plagioklas itu akan bereaksi
dengan sisa larutan magma yang pada akhirnya membentuk plagioklas
kaya sodium. Demikian seterusnya reaksi ini berlangsung hingga semua
kalsium dan sodium habis dipergunakan. Karena mineral awal terus ikut
bereaksi dan bereaksi, maka sangat sulit sekali ditemukan plagioklas
kaya kalsium di alam bebas. Bila pendinginan terjadi terlalu cepat, akan
terbentuk zooning pada plagioklas (plagioklas kaya kalsium dikelilingi
plagioklas kaya sodium).

5
Deret ini mewakili pembentukan feldspar plagioclase. Dimulai
dengan feldspar yang kaya akan kalsium (Ca-feldspar, CaAlSiO) dan
berlanjut reaksi dengan peningkatan bertahap dalam pembentukan
natrium yang mengandung feldspar (CaNa-feldspar, CaNaAlSiO)
sampai titik kesetimbangan tercapai pada suhu sekitar 9000C. Saat
magma mendingin dan kalsium kehabisan ion, feldspar didominasi oleh
pembentukan natrium feldspar (Na-Feldspar, NaAlSiO) hingga suhu
sekitar 6000C feldspar dengan hamper 100% natrium terbentuk.

2. Deret Discontinuous

Gambar 3. Deret Discontiious

Pada deret ini mewakili formasi mineral ferro-magnesium silicate


dimana satu mineral berubah menjadi mineral lainnya pada rentang
temperatur tertentu dengan melakukan reaksi dengan sisa larutan
magma. Diawali dengan pembentukan mineral Olivine yang merupakan
satu-satunya mineral yang stabil pada atau di bawah 18000C. Ketika
temperatur berkurang dan Pyroxene menjadi stabil (terbentuk). Sekitar
11000C, mineral yang mengandung kalsium (CaFeMgSiO) terbentuk
dan pada kisaran suhu 9000C Amphibole terbentuk. Sampai pada suhu
magma mendingin di 6000C Biotit mulai terbentuk.

6
Bila proses pendinginan yang berlangsung terlalu cepat, mineral
yang telah ada tidak dapat bereaksi seluruhnya dengan sisa magma yang
menyebabkan mineral yang terbentuk memiliki rim (selubung). Rim
tersusun atas mineral yang telah terbentuk sebelumnya, misal Olivin
dengan rim Pyroxene.
Deret ini berakhir dengan mengkristalnya Biotite dimana semua besi
dan magnesium telah selesai dipergunakan dalam pembentukan mineral.

3. Kelompok Mineral Sisa

Gambar 4. Kelompok Mineral Sisa

Apabila kedua jalur reaksi tersebut berakhir dan seluruh besi,


magnesium, kalsium dan sodium habis, secara ideal yang tersisa hanya
potassium, aluminium dan silica. Semua unsur sisa tersebut akan
bergabung membentuk Othoclase Potassium Feldspar. Dan akan
terbentuk mika muscovite apabila tekanan air cukup tinggi. Sisanya,
larutan magma yang sebagian besar mengandung silica dan oksigen
akan membentuk Quartz (kuarsa).

7
b. Metasomatis Kontak

Gambar 4. Ilustrasi Metasomatis Kontak

Setelah proses pembekuan magmatis, larutan sisa magmanya


disebut larutan pegmatitis pneumatolitis ( metasomatis ). Larutan sisa
magma ini terdri dari cairan HCL dan HF serta sedikit gas HO CO,
HBO berusaha mencari jalan keluar melalui rekahan menerobos batuan
beku yang telah ada dan batuan samping, dan mengadakan reaksi kimia
membentuk mineral baru. Karena proses pendinginan larutan tersebut
membentuk endapan pegmatitis.
Contoh endapan mineral yang dihasilkan pada temperatur tinggi berupa
mineral : magnetit, hematit, spinel, wolframit, scheelit, kasiterit dan martit
Pada temperatur rendah berupa mineral pirit, kalkopirit, galena, Sfalerit dan
arsenopirit.

8
c. Deposit Hidrothermal

Gambar 5. Ilustrasi Deposit Hidrothermal

Disebabkan oleh karena proses pengendapan dari larutan/ cairan sisa


magma yang telah mengintrusi dengan temperaturnya cukup rendah (
372C ). Larutan ini mengandung oksida dan sulfida dari logam Au (emas),
Ag (Silver),Pb(Lead/ Timah hitam),Zn (zine),Hg dan Fe. Bentuk jebakan
hidrotermal mengikuti bentuk rongga atau rekahan yang telah ditembus dan
diisinya. Endapan Hidrothermal terbagi dalam 3 jenis :
Deposit Hypothermal
Diendapkan pada tekanan dan temperatur yang paling tinggi. Berupa
urat urat dan Dike pada kedalaman yang paling besar dibawah
bumi.Endapan berupa sulfida : pirit, kalkopirit, galena, sfalerit serta
oksida besi.Bila menembus granit akan menghasilkan endapan
Au,Pb,Sn,W dan Zn
Deposit Mesothermal
Diendapkan pada tekanan dan temperatur yang lebih rendah dari
hypothermal,terjadi dekat dengan permukaan Bumi dan endapannya
berasosiasi dengan batuan beku asam - basa. Endapan berupa sulfida
Au,Cu,Ag,As,Sb dan oksida Sn.

9
Deposit Epithemal
Diendapkan pada tekanan dan temperatur yang paling rendah dibawah
mesothermal,terjadi dekat dengan permukaan Bumi dan endapannya
berasosiasi dengan Au dan Ag
d. Deposit Air Panas dan Fumarol
Deposit air panas merupakan hidrotermal yang sampai ke permukaan.
Mineral yang dijumpai adalah silika opal, sejumlah kecil sulfur, dan sulfida.
Sedangkan, deposit fumarol terdapat pada gunungapi yang masih aktif. Gas-
gas panasnya mengendapkan mineral-mineral seperti sulfur, dan khlorida,
terutama Khlorida Amonium [NH3Cl]. Selain itu, mungkin juga terdapat
Magnetit [Fe3O4], Hematite[Fe2O3], dan Realgar [AsS].

2. Lingkungan Sedimen

Gambar 6. Lingkungan Sedimentasi

Proses sedimentasi merupakan perpaduan dari interaksi atmosfer dan


hidrosfer terhadap lapisan kerak bumi. Dalam proses sedimentasi terdapat fase

10
pelapukan, yang dapat menyebabkan mineral berubah menjadi mineral-mineral
baru yang bersifat lebih stabil daripada sebelumnya.
Pada kebanyakan lingkungan pengendapan, proses yang berlangsung adalah
oksidasi karena terkena pengaruh dari atmosfer. Namun, di beberapa tempat ada
yang tidak terkena kontak atmosfer, sehingga proses yang berlangsung adalah
reduksi.
Berdasarkan stabilitas mineralnya, lingkungan sedimen dibagi menjadi 6
klasifikasi:
a. Resistat
Merupakan endapan yang tersusun atas mineral yang tahan terhadap
pelapukan, sehingga tidak mengalami perubahan. Salah satu mineral yang
dikenal paling tahan terhadap pelapukan adalah Kuarsa [SiO2]. Kadar silika
dalam sedimen-sedimen resistat dapat mencapai 90%, sehingga sangat
cocok untuk digunakan sebagai sumber dalam perindustrian.
Mineral-mineral lainnya yang tahan terhadap pelapukan adalah
Zirkon [ZrSiO4], Andalusit [Al2SiO5], Topaz [Al2SiO4(OH,F)2]. Endapan
resistat disebut juga sebagai placer deposit karena bernilai ekonomi.
b. Hidrolisat
Terbentuk dari mineral-mineral silikat yang mengalami proses
dekomposisi kimia. Mineral yang paling umum terdapat di endapan ini
adalah mineral lempung, berupa aluminosilikat hidrat yang bertekstur
filosilikat dengan ukuran butir yang sangat halus.
Di daerah tropis, tempat dimana perbedaan basah dan kering sangat
kontras, proses pelapukan akan terjadi lebih baik, dan dapat menghasilkan
endapan aluminosilikat yang sangat bagus. Yaitu, dengan hilangnya
kandungan silika, dan meninggalkan residu berupa oksida alumunium
hidrat, seperti Gibsit [Al(OH)3]. Residu ini dikenal dengan endapan
bauksit, merupakan endapan komersial yang menghasilkan bijih
alumunium.
c. Oksidat
Merupakan endapan hidroksida feri, yang merupakan hasil oksidasi
senyawa besi dalam suatu larutan, dan mengendap. Contohnya adalah Gutit

11
[HFeO2] yang memberikan warna coklat, dan Hematit [Fe2O3] yang
memberikan warna merah. Bila kedua mineral ini terdapat dalam jumlah
yang besar, maka dapat menjadi sangat bernilai karena bijih besinya.
Mineral lainnya yang terdapat pada endapan oksidat adalah mangan.
Contohnya adalah Manganit [MnO(OH)], dan Psilomelane
[(Ba,H2O)2Mn5O10], yang sebagian besar tersusun atas MnO2
d. Reduzat
Terbentuk karena proses reduksi, dikarenakan tempat terbentuknya yang
terisolir dari atmosfer, sehingga kekurangan oksigen. Endapan jenis ini
jarang sekali dijumpai.
Di laut, biasanya endapan ini terdapat pada daerah palung. Dengan kondisi
yang tenang, pengendapan material-material organik, akan menyebabkan
berkurangnya oksigen, dan terbentuk H2S. Contoh mineral yang terbentuk
adalah Pirit (pada keadaan asam), dan Markasit (pada keadaan yang lebih
asam).
Di darat, pengendapan dari bahan rombakan tumbuhan-tumbuhan akhirnya
akan berubah menjadi lapisan-lapisan batubara. Dengan keadaan reduksi
yang tinggi, memungkinkan terjadinya pengendapan karbonat fero
berupa Siderit, yang dapat digunakan menjadi deposit bijih besi.
Mineral lain yang terbentuk dalam suasana reduksi adalah Sulfur [Cu], yang
biasanya dijumpai berasosiasi dengan kubah garam dan minyak bumi.
e. Presipitat
Endapan ini berhubungan dengan berbagai aktivitas organisme yang
mensekresi gamping, maka dari itu tempat yang paling baik bagi
pengendapan jenis ini (karbonatan) adalah di bawah laut.
Bentuk kalsium karbonat yang paling stabil adalahKalsit, namun dapat juga
terbentuk Aragonit. Araganit dapat berubah menjadi kalsit, ataupun tetap
menjadi aragonit, hal itu dapat terjadi apabila strukturnya berubah menjadi
lebih stabil, karena kandungan ion-ion asing. Selain itu, kalsit dan aragonit
dapat diendapkan di lingkungan terestrial, seperti di dalam gua
batugamping, yang di sekelilingnya terdapat mata air yang jenuh akan
kandungan CaCO3.

12
Salah satu presipitat laut yang jarang ditemukan, namun sangat bernilai dari
segi ekonomi adalah Fosforit yang digunakan sebagai sumber pupuk
fosfat.Seperti yang kita ketahui, air laut di bagian dasar samudera sangat
jenuh oleh fosfat kalsium, dan karena terjadi perubahan pada kondisi fisik-
kimianya, walaupun hanya sedikit akan menyebabkan fosforit terpresipitasi.
Bila sedimentasi dari bahan-bahan lainnya lebih sedikit, maka akan
terbentuk lapisan fosforit yang lebih murni.
f. Evaporit
Proses penting dalam pembentukan sedimen evaporit adalah penguapan.
Endapan ini mempunyai fungsi khusus, yaitu untuk menginterpretasi
sejarah geologi daerah itu, sebagai indikator untuk keadaan yang kering.
Berdasarkan asal mula pengendapannya, sedimen evaporit dibagi menjadi
2, yaitu :
Endapan evaporit marin terbentuk di laut yang disebabkan oleh air laut
yang menguap. Apabila air laut menguap pada keadaan yang alami,
maka yang pertama kali akan mengendap adalah kalsium karbonat,
diikuti oleh dolomit. Dengan berlanjutnya evaporasi, terendapkanlah
kalsium sulfat, yang dapat berupa gipsum, yang bergantung kepada
temperatur dan salinitas air laut, dan pada giliran berikutnya akan
terbentuk halit. Kebanyakan endapan evaporit terdiri atas kalsium
karbonat, namun pada keadaan tertentu dapat juga terendapkan garam
kalsium dan magnesium.
Endapan evaporit non marin relatif jarang ditemui, atau sangat terbatas,
baik dalam penyebarannya maupun besarnya, tetapi sangat penting
dalam arti ekonomi, karena endapan ini menghasilkan senyawa Boron
[B] dan Yodium[I]. Endapan ini terbentuk di darat karena menguapnya
suatu danau garam. Disamping kedua senyawa tadi, terkandung pula
nitrat-nitrat, sejumlah garam kalsium, bromida, dan gipsum.

13
3. Lingkungan Metamorfik

Gambar 7. Ilustrasi Lingkungan Metamorfik

Lingkungan ini berada jauh di bawah permukaan bumi dengan suhu dan
tekanan ekstrem yang menyebabkan re-kristalisasi pada material batuan, namun
tetap terjadi pada fase padat. Faktor lain yang sangat penting dalam
metamorfisme adalah aksi dari cairan kemikalia aktif, karena cairan tersebut
dapat merangsang terjadinya reaksi melalui larutan dan pengendapan kembali.
Jika terjadi perubahan material batuan yang disebabkan oleh cairan ini, maka
prosesnya disebut dengan metasomatisme.

a. Tipe-tipe Metamorfisme dan Batuan Metamorf


Terdapat 2 tipe metamorfisme, yaitu metamorfisme termal, dan regional :
Metamorfisme termal adalah tipe metamorfisme adalah tipe yang
berkembang di sekitar tubuh batuan plutonik. Pada tipe ini, temperatur
metamorfisme ditentukan oleh jauh dekatnya dengan intrusi magma.
Batuan khas dari metamorfisme ini adalah batutanduk (hornfels). Batu
ini mempunyai butir yang halus, dan terkadang mengandung mineral
yang mempunyai kristal yang besar. Berdasarkan komposisi

14
mineralnya, batutanduk terbagi menjadi batutanduk biotit, piroksen, dan
silikat gamping.
Metamorfisme regional adalah jenis metamorfisme yang berkembang
pada suatu daerah yang sangat luas, sekitar 1.500 km persegi. Batuan
khas dari metamorfisme ini adalah Gneiss, yang merupakan batuan yang
berfoliasi kasar, yang berupa suaru lapisan yang kontras dengan tebal 1-
10mm, dan biasanya berseling di antara mineral terang dan gelap.
Sedangkan Sekis adalah batuan foliasi halus dengan laminasi yang
berkembang baik, sehingga, jika batuan itu pecah, maka akan terpecah
pada bidang laminasi tersebut.

b. Mineralogi Batuan Metamorf


Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, faktor utama yang mengontrol
derajat metamorfisme adalah temperatur. Namun, batas antara temperatur
setiap derajat metamorfisme tidak dapat diketahui secara pasti.
Dalam prakteknya, derajat metamorfisme dapat diketahui dengan
mineraloginya. Yaitu dengan melihat mineral yang hilang dan muncul
secara bersamaan. Contohnya, Biotit adalah mineral yang paling umum di
batuan metamorf, namun tidak ditemukan di metamorf yang berderajat
rendah, dan digantikan dengan Muskovit dan Khlorit.
Dalam batuan metamorf berderajat rendah, mineral plagioklas muncul
sebagai albit, yang akan bertambah kandungan kalsiumnya seiring dengan
meningkatnya derajat metamorfisme. Mineral lain seperi kuarsa dapat
ditemukan hampir di semua derajat metamorfisme, sehingga tidak bisa
dijadikan indikator dari derajat metamorfisme.

15

Anda mungkin juga menyukai