Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA IBU PERSALINAN NORMAL

A. DEFINISI
o Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan 37-42 minggu, lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu
maupun pada janin (Saifuddin, 2006).
o Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup
dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Arif, 2002)
o Persalinan adalah proses pergerakan keluar janin, plesenta, dan membran dari
dalam rahim melalui jalan lahir (Bobak, 2005).
o Persalinan normal adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan aterm
(bukan prematur atau postmatur), mempunyai omset yang spontan (tidak di
induksi), selesai setelah 4 jam dan sebelum 24 jam sejak saat awitannya
(bukan partus presipitatus atau partus lama), mempunyai janin (tunggal)
dengan persentasi verteks (puncak kepala ) dan oksiput pada bagian anterior
pelvis, terlaksana tanpa bantuan artifisial (seperti forseps), tidak mencakup
komplikasi (seperti perdarahan hebat), mencakup kelahiran plasenta yang
normal (Forrer, 2001).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengertian dari persalinan normal


(eutosia) adalah proses kelahiran janin pada kehamilan cukup bulan (aterm 37-42
minggu), pada janin letak memanjang dan presentasi belakang kepala, yang
disusul dengan pengeluaran plasenta dan seluruh proses kelahiran itu berakhir
dalam waktu kurang dari 24 jam, tanpa tindakan atau pertolongan buatan dan
tanpa komplikasi.

B. ETIOLOGI
Menurut Muchtar (2002) beberapa teori mengemukakan etiologi dari persalinan
adalah meliputi:

o Teori penurunan hormon, pada 1-2 minggu sebelum proses persalinan mulai
terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron. Progesteron
bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan
kekejangan pembuluh darah sehingga timbul kontraksi otot rahim bila kadar
progesterone menurun.
o Teori placenta menjadi tua, dengan semakin tuanya plasenta akan
menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron yang menyebabkan
kekejangan pembuluh darah,hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim
o Teori distensi rahim, rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan
iskemia otot-otot rahim,sehingga mengganggu sirkulasi utero plasenter
o Teori iritasi mekanik, di belakang serviks terletak ganglion servikal (fleksus
frankenhauser), bila ganglion ini di geser dan di tekan misalnya oleh kepala
janin,akan timbul kontraksi rahim.
O Induksi partus, dengan jalan gagang laminaria, aniotomi, oksitosin drip dan
sexio caesarea.
C. TANDA DAN GEJALA PERSALINAN

Berdasarkan Manuaba (2007) bahwa tanda menjelang persalinan sebagai berikut:

o Untuk primigravida kepala janin telah masuk PAP pada minggu 36 yang
disebut lightening

o Rasa sesak di daerah epigastrum makin berkurang.

o Masuknya kepala janin menimbulkan sesak dibagian bawah dan menekan


kandung kemih.

o Dapat menimbulkan sering kencing atau polakisuria

o Pemeriksaan tinggi fundus uteri semakin turun; serviks uteri mulai lunak,
sekalipun terdapat pembukaan
o Braxton Hicks semakin frekuen ditandai dengan:

- Sifatnya ringan, pendek, tidak menentu jumlahnya dalam 10 menit


- Pengaruhnya terhadap effescement dan pembukaan serviks dapat mulai
muncul.
- Kadang-kadang pada multigravida sudah terdapat pembukaan.
- Dengan stripping selaput ketuban akan dapat memicu his semakin frekuen
dan persalinan dapat dimulai.

Berdasarkan Manuaba (2007) bahwa tanda mulai persalinan adalah timbulnya his
persalinan dengan ciri :

o Fundul dominant

o Sifatnya teratur makin lama intervalnya makin pendek

o Terasa nyeri dari abdomen dan menjalar ke pinggang

o Menimbulkan perubahan progresif pada serviks berupa perlunakan dan


pembukaan

o Dengan aktivitas his persalinan makin bertambah

Berdasarkan Waspodo (2007) menyatakan bahwa persalinan dimulai (inpartu)


sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka
dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum
inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks. Tanda dan
gejala inpartu sebagai berikut:

o Penipisan dan pembukaan serviks

o Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada serviks (frekuensi


minimal 2 kali dalam 10 menit).

o Cairan lendir bercampur darah (show) melalui vagina


D. FISIOLOGI

Fisiologi persalinan berdasarkan (Winkjosastro, 2005) yang menyatakan bahwa


sebab-sebab terjadinya persalinan masih merupakan teori yang komplek.
Perubahan-perubahan dalam biokimia dan biofisika telah banyak mengungkapkan
mulai dari berlangsungnya partus antara lain penurunan kadar hormon progesteron
dan estrogen. Progesteron merupakan penenang bagi otot-otot uterus.
Menurunnya kadar hormon ini terjadi 1-2 minggu sebelum persalinan. Kadar
prostaglandin meningkat menimbulkan kontraksi myometrium. Keadaan uterus
yang membesar menjadi tegang mengakibatkan iskemi otot-otot uterus yang
mengganggu sirkulasi uteroplasenter sehingga plasenta berdegenerasi. Tekanan
pada ganglion servikale dari fleksus frankenhauser di belakang servik
menyebabkan uterus berkontraksi.

PATHWAY

Kehamilan umur 36-42


minggu
Progesteron menurun dan Uterus membesar dan tegang sehingga
prostaglandin meningkat terjadi iskemi otot uterus, adanya
sehingga menimbulkan tekanan pada ganglion servikale dari
kontraksi myometrium fleksus frankenhauser di belakang
servik menyebabkan uterus berkontraksi

Kontraksi uterus dan tanda


Dx. Ansietas
inpartu lainnya

Partus Dx. Kerusakan


Dx. Nyeri akut integritas jaringan

Perdarahan
Episiotomi

Dx. Ketidakseimbangan
Dx. Risiko infeksi
cairan dan elektrolit
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan USG (Ultrasonografi)
adalah pemerisaan jani menggunakan frekuensi gelombang suara tinggi yang
dipantulkan ke tubuh untuk mengetahui gambaran rahim yang disebut
sonogram.
2. Pemeriksaan Laboratorium adalah pemeriksaan untuk mendapat informasi
tentang kesehatan pasien. (Estiwidani, 2008)
F. PENATALAKSANAAN
1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua
- Ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran
- Ibu merasa takanan yang semakin meningkat pada rektum dan vagina
- Perineum tampak menonjol
- Vulva dan sfingter ani membuka
2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk
menolong persalinan dan penatalaksanaan komplikasi ibu dan bayi baru lahir.
Untuk asfiksia tempat yang datar dan keras, 2 kain dan 1 handuk bersih dan
kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi.
- Menggelar kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal bahu bayi.
- Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam partus
set
3. Pakai celemek plastik.
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan
dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan
handuk yang bersih dan kering.
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk periksa
dalam.
Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai
sarung tangan DTT atau steril) dan letakkan di partus set/wadah DTT atau
steril (pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik).
6. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan
ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi dengan DTT.
- Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan
dengan seksama dari arah depan ke belakang
- Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia
- Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan dan rendam
larutan klorin 0,5 %)
7. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap,
8. Bila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap maka lakukan
amniotomi.
Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih
memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, kemudian lepaskan dan
rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit.
Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan.
9. Periksa DJJ setelah kontraksi/saat relaksasi uterus untuk memastikan bahwa
DJJ dalam batas normal (120 160x/menit).
10. Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
11. Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ, dan semua hasil-
hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf
12. Beritahu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan bantu
ibu menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya.
- Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi dan
kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif)
- Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka untuk
mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk meneran dengan benar
13. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran (bila ada rasa ingin
meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk
atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman).
14. Laksanakan bimbingan meneran saat ibu marasa ada dorongan kuat untuk
meneran.
- Bimbing ibu agar dapat meneran secara baik dan efektif
- Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran
apabila caranya tidak sesuai
- Bantu ibu mengambil posisi nyaman sesuai pilihannya (kecuali
posisiberbaring terlentang dalam waktu yang lama)
- Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi
- Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu
- Berikan cukup asupan cairan per oral (minum)
- Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
- Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 120 menit (2
jam) meneran (primigravida) atau 60 menit (1 jam) meneran (multigravida)
15. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman
jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
16. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi di perut ibu, jika kepala
bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm).
17. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong.
18. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.
19. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
20. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka
lindungi perineum dengan tangan yang dilapisi dnegan kain bersih dan
kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk meneran perlahan atau
bernafas cepat dan dangkal.
21. Seka dengan lembut muka, mulut, dan hidung bayi dengan kasa/kain bersih.
22. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai
jika hal itu terjadi dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi.
- Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala
bayi
- Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan
potong diantara dua klem tersebut
23. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
24. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparetal.
Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala
ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis
dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
25. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk
menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas
untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas.
26. Seteleh tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke
punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan
telunjuk diantara mata kaki dan pegang masing-masing mata kaki ibu jari dan
jari-jari lainnya).
27. Penilaian segera bayi baru lahir.
28. Keringkan tubuh bayi, bungkus kepala dan badan bayi kecuali bagian tali
pusat.
29. Jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali
pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2cm distal dari
klem pertama.
30. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit dan lakukan
pengguntingan (lindungi perut bayi) tali pusat diantara 2 klem tersebut.
31. Ganti handuk yang basah dengan handuk/kain baru yang bersih dan kering,
selimuti dan tutup kepala bayi dan biarkan tali pusat terbuka. Tali pusat tidak
perlu ditutup dengan kassa atau diberi yodium tapi dapat dioles dengan
antiseptik, Jika bayi mangalami kesulitan bernafas, lihat penatalaksanaan
asfiksia
32. Berikan bayi kepada ibunya dan anjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan
untuk memulai pemberian ASI.
33. Letakkan kain bersih dan kering pada perut ibu, periksa kembali uterus untuk
memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil tunggal).
34. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik agar uterus berkontraksi baik.
35. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM di 1/3
paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan
oksitosin).
36. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
37. Letakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simpisis untuk
mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
38. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan
yang lain mendorong uterus ke arah belakang-atas (dorsokranial) secara hati-
hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40
detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi
berikutnya dan ulangi prosedur di atas.
39. Jika uterus tidak segera berkontraksi minta ibu, suami datau anggota
keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu
40. Lakukan penegangan dan dorongan dorso kranial hingga plasenta terlepas.
Minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar
lantai dan kemudian ke arah atas mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan
tekanan dorsokranial).
41. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua
tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian
lahirkan dan tempatkan plasenta pada tempat yang telah disediakan.
42. Jika selaput ketuban robek, pakai serung tangan DTT atau steril untuk
melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau
klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.
43. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase
uterus,letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan
melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras)
44. Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15
detik masase.
45. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian meternal maupun fetal dan pastikan
selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan palsenta ke dalam kantung
plastik atau tempat khusus.
46. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan
panjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.
47. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam.
48. Celupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin
0,5 %, bilas kedua tangan tersebut dengan air DTT dan keringkan dengan
kain yang bersih dan kering.
49. Selimuti bayi dan tutupi bagian kepalanya dengan handuk atau kain bersih
dan kering.
50. Minta ibu memulai pemberian ASI secara dini (30-60 menit setelah bayi
lahir).
51. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.
- 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan
- Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan
- Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan
- Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang sesuai
untuk penatalaksanaan atonia uteri
52. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.
53. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
54. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1jam
pertama pascapersalinan dan setiap 30menit selama jam kedua
pascapersalinan.
- Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam pertama
pascapersalinan
- Melakukan tindakan ynag sesuai untuk temuan yang tidak normal.
55. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5 % untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi.
56. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
57. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban,
lendir, dan darah. Bantu ibu memakai pakaian bersih dan kering.
58. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga
untuk memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya.
59. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5 %.
60. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5 %, balikkan bagian
dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5 % selama 10menit.
61. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
62. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan
asuhan kala IV dan lakukan penimbangan bayi, beri tetes mata profilaksis dan
vitamin K 0, 1 cc.
G. MASALAH KEPERAWATAN
1. Nyeri akut
2. Risiko infeksi
3. Kekurangan volume cairan
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d agen cedera biologi
2. Risiko infeksi b.d kerusakan jaringan
3. Kekurangan volume cairan b.d kegagalan dalam regulasi
I. TUJUAN RENCANA KEPERAWATAN DAN KRIKTERIA HASIL
1. Tujuan : pasien dapat mengontrol nyerinya, nyeri berkurang
krikteria hasil :
Pasien mampu mengenali faktor penyebab nyeri
Mengenali onset nyeri
Memberikan analgesik (kolaborasi dengan tim kesehatan lain)
Melaporkan kontrol nyeri
Pasien mampu melaporkan nyerinya
Klien mengetahui frekuensi nyeri
2. Tujuan : risiko infeksi dapat teratasi
kriteria hasil :
Tidak terdapat demam, kemerahan, cairan purulen, bengkak disekitar luka
Mengetahui tanda dan gejala infeksi
3. Tujuan : diharapkan terjadi keseimbangan cairan
Krikteria hasil :
Intake dan output seimbang
Tidak ada asites
Membran mukosa lembab
Tidak pusing
J. INTERVENSI DAN RASIONAL
DIAGNOSA INTERVENSI RASIONAL

1. lakukan pengkajian secara 1. Mengetahui kualitas nyeri pasien


1. Nyeri akut
komprehensif mengenai lokasi, 2. Dapat mengurangi rasa cemas dan takut
b.d agen
karakteristik, lamanya, sehingga mampu mengurangi rasa sakit
cedera
frekuensi, kualitas nyeri dan 3. Menurunkan nyeri
biologi
faktor presipitasi 4. Komunikasi terapeutik mampu menurunkan
2. observasi penyebab kecemasan
ketidaknyamanan klien secara 5. Mengetahui kondisi ketidaknyamanan klien
verbal dan nonverbal yang kemungkinan mampu mengagnggu
3. yakinkan klien akan pemberian kualitas hidupnya
analgesik 6. Meminimalkan nyeri dengan menciptakan
4. gunakan komunikasi lingkungan nyaman
teraupetik untuk mengetahui 7. Meningkatkan relaksasi
pengalaman nyeri pasien
5. kaji dampak dari pengalaman
nyeri (ggg tidur, ggg
hubungan)
6. Kontrol faktor lingkungan
yang menyebabkan klien
merasa tidak nyaman
(ruangan, temperatur, cahaya)
7. Instruksikan pasien untuk
melakukan teknik relaksasi
seperti bimbingan imajinasi,
nafas dalam
2. Risiko 1. cuci tangan sebelum dan 1. Mencegah terjadinya infeksi melalui tangan
infeksi b.d sesudah melakukan tindakan 2. Mencegah infeksi
kerusakan 3. Mencegah kontak klien dengan dunia luar
2. Sediakan lingkungan yang
jaringan 4. Mencegah infeksi demi kesehatan klien dan
bersih dan kenyamanan tempat
petugas kesehatan
tidur
5. Membunuh bakteri

3. Batasi pengunjung 6. Peralatan steril dapat mencegah kondisi infeksi


7. Mensterilkan alat untuk dipaai ulang sebagai
4. Petugas kesehatan memakai bentuk pencegahan infeksi antar klien
sarung tangan sebagai bentuk 8. Mengetahui luka sebelum dilakukan tindakan
universal precaution dan sesudah
9. Meningkatkan stamina klien
5. beri antibiotik
10. Klien dapat melakukan perawatan
6. gunakan peralatan steril dalam perinium di rumah
melakukan tindakan yang
membutuhkan peralatan steril

7. sihkan dan sterilkan alat yang


telah dipakai

8. Observasi luka klien

9. Kolaborasi dengan ahli gizi


dalam memberikan diet

10. bantu dan mengajari kliren


dalam melakukan perawatan
perineum
3. Kekuranga 1. Timbang pembalut 1. Untuk mengetahui perdarahan
n volume 2. Untuk mengetahuk keseimbangan cairan
2. Pertahankan catatan intake dan
cairan b.d 3. Mengetahui status kesehatan
output
kegagalan 4. Memberikan masukan cairan
dalam 3. Monitor status hidrasi 5. Mendorong pemulihan keseimbangan output
regulasi (kelembapan mukosa, nadi 6. Dukungan keluarga
adekuat, TD ortostastik)

4. Monitor vital sign

5. Pantau terapi IV line

6. Monitor status nutrisi

7. Berikan cairan adekuat

8. Berikan masukan oral

9. Meminta keluarga untuk


memberi tawaran makanan dan
minuman.
DAFTAR PUSTAKA

Arif, Mansjoer. (2002). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 Edisi 3. Media


Aesculapius. Jakarta.

Bobak. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.

Cunningham, Gary. (2005). Obstetri Williams. Jakarta: EGC.

Heardman. (2011). Diagnosa Keperawatan. Jakarta. EGC.

Johnson, Meridian Maas, & Sue Moorhead. (2000). Nursing Outcame


Clasification. Mosby. Philadelphia.

Manuaba, Ida Bagus Gede. (2007). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.

McCloskey & Gloria M Bulechek. (1996). Nursing Intervention Clasification.


Mosby. USA.
Prawirohardjo, Sarwono. (2006). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.

Roestam, M. (2002). Obstetri Ginekologi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Saifuddin, Abdul Bari. (2006). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan


Maternal Dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Winkjosastro, Hanifa, (2005), Ilmu Kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai