Kelompok : 8
A. Tujuan
1. Menganalisa serta mengamati teorema Bernoulli dan konversi energi pada kejadian nyata
2. Menghitung debit dengan metode venturi
3. Mengukur kecepatan udara memakai metode pitot tube statis
B. Peralatan
1. Tabung venturi
2. Tabung pitot
3. Blower
4. Manometer
5. Drive Motor
6. Penggaris
7. Valve
8. Alat tulis
9. Termometer
C. Cara Kerja
Persiapan
1. Mengukur panjang pitot tube sebelum dimasukkan ke venturi meter
2. Mengukur temperatur ruangan
Pitot Tube
1. Menyalakan drive motor untuk menyalakan Blower lalu membuka tutup Blower
2. Menentukan panjang pitot tube yang berada diluar venturi meter, untuk yang pertama berjarak
6 cm
3. Membuka valve pitot tube lalu mengukur perbedaan tinggi fluida minyak rem untuk
mendapatkan nilai hs, ht, dan hv
1
4. Mengulang prosedur 2 dan 3 dengan panjang pitot tube diluar venturi meter ditambah 2,5 cm
sampai 10 kali
Venturi Tube
D. Hasil
E. Analisis
a. Hasil
Dari percobaan Pitot Tube dan Venturimeter diperoleh data yang menunjukan
perubahan tekanan yang terjadi sepanjang aliran udara yang masuk dari inlet pipa Venturi
hingga mencapai ujung pipa. Perubahan tekanan sepanjang pipa yang ditandai dengan
perubahan ketinggian fluida yang diukur dari Manometer. Perubahan perubahan ini
memenuhi Hukum Kekekalan Massa, hal ini ditunjukan oleh perubahan kecepatan fluida pada
diameter kecil dan diameter besar Venturimeter yang juga menyebabkan perubahan tekanan
dan pengukuran pada Manometer. Selain itu, data juga menunjukan bahwa aliran yang
melalui pipa tidaklah sepenuhnya steady flow karena dari data dapat dilihat sepanjang aliran
pada pipa, kecepatannya berubah ubah. Praktikan menganalisa bahwa hal ini bisa
disebabkan karena hal hal eksternal seperti getaran dari blower, kecacatan pada permukaan
pipa dan hambatan yang bisa disebabkan dari luar pipa.
Dari data hasil praktikum kita dapat menentukan dapat dilihat nilai total head adalah
relatif konstan yaitu sekitar 57 hingga 63 mm. Dari percobaan ini kita juga bisa mencari
kecepatan di diameter kecil (throat) dan di diameter besar(inlet). Di diameter throat
didapatkan di percobaan ke 6 dan ke 7 dimana kecepatannya masing-masing adalah 42,8 m/s
dan 43 m/s. Untuk kecepatan di inlet didapatkan di percobaan ke 1 dan 2 dimana masing-
masing kecepatannya adalah sama yaitu 18,7 m/s.
2
Dari data yang didapati, praktikan dapat menentukan mana kah bagian pipa throat
dan inlet dengan melihat dari Ls nya. Jika Ls berada di antara 170 mm dan 200 mm maka
dapat dianggap sebagai throat, sedangkan jika Ls lebih dari 257 mm dianggap sebagai inlet.
Dari percobaan ini, praktikan juga bisa menghitung besar debit aliran pada throat dan inlet.
Debit aliran throat mencapai 30,2 m3/s dan 30 ,4 m3/s pada percobaan 6 dan 7, sementara di
inlet debit aliran mencapai 36,5 m3/s pada percobaan 1 dan 2.
b. Grafik
Praktikan membuat grafik dari sumber data yang didapati yaitu grafik Ls vs ht, hs,
hv. Dari grafik ini dapat diambil interpretasi dari persamaan Bernoulli dalam konsep head dan
konservasi energy pada aliran fluida dengan asumsi aliran steady, inviscid fluid, dan
incompressible fluid dan secara teoritis garis total head akan tetap konstan , dapat diliihat
pada grafik bahwa garis ini cenderung lurus, garis ini disebut juga dengan Energy Line.
Sedangkan garis yang merupakan kumpulan locus point dari piezometric head atau
velocity head atau biasa disebut dengan Hydraulic Grade Line (HGL). Terlihat pada grafik,
garis HGL sebagian besar berada di atas garis EL. Dapat diamati pada grafik yang terlampir,
terdapat 3 garis yang menggambarkan data yang didapati pada praktikum, yaitu hs, hv, dan ht.
Dari grafik dapat pula dilihat nilai maksimum HGL pada Ls sebesar 185 mm lalu diikuti
dengan garis hs pada nilai tersebut sebagai nilai terkecil yaitu sebesar -124 mm dan garis hv
mencapai nilai tertinggi yaitu 186 mm.
c. Kesalahan
Faktor lainnya yang menyebabkan hal ini adalah gaya adhesi antara minyak dengan
dinding dinding manometer yang membuat praktikan kesulitan dalam mengukur sehingga
menyebabkan pengukuran perubahan tinggi yang tidak akurat