Anda di halaman 1dari 9

Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vo. 2, No.

4, September 2014 297

Pengaruh Penggunaan Alat Peraga terhadap Hasil


Pembelajaran Matematika pada Anak Usia Dini
Suwardi, Masni Erika Firmiana, Rohayati

Program Studi PG. PAUD, Fakultas Pendidikan dan Psikologi


Universitas Al Azhar Indonesia, Jl.Sisingamangaraja, Jakarta 12110

Penulis untuk korespondensi/E-mail: suwardi@uai.ac.id

Abstrak Perbaikan kualitas pendidikan yang salah satunya diindikasikan dengan peningkatan hasil
pembelajaran, tidak lepas dari usaha perbaikan dalam pembelajaran. Hasil pembelajaran dipengaruhi
beberapa faktor diantaranya penggunaan alat peraga oleh pendidik dalam proses belajar mengajar.
Penggunaan alat peraga dalam proses pembelajaran pada sekolah dasar (SD) sangat membantu
meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan terhadap materi pelajaran yang diajarkan
terutama pelajaran matematika. Rumusan masalah dalam penelitian ini apakah ada pengaruh
penggunaan alat peraga terhadap hasil pemelajaran matematika. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh pengunaan alat peraga dengan tanpa alat peraga dalam kegiatan belajar
mengajar khususnya mata pelajaran matematika dengan memperhatikan hasil belajar anak didik pada
usia dini. Penelitian ini menggunakan dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol . Subjek penelitian yang dilibatkan dalam penelitian ini berjumlah 25 siswa pada kelompok
eksperimen dan 25 siswa kelas pada kelompok kontrol, maka jumlah keseluruhan yang diteliti
sebanyak 50 siswa. Komparasi penelitian dilakukan pada kelompok eksperimen dengan menggunakan
alat peraga, sedangkan pada kelompok kontrol tanpa menggunakan alat peraga. Teknik yang
digunakan dalam pengumpulan data yang digunakan tes akhir berbentuk isian. Metode penelitian
yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan ANAVA. Berdasarkan analisis hasil penelitian
diperoleh dengan nilai F hitung = 62,443 dan signifikansi > = 0,05 sehingga dapat disimpulkan terdapat
pengaruh signifikan penggunaan alat peraga terhadap hasil belajar matematika pada anak usia dini,

Kata Kunci Alat peraga, hasil belajar, anak usia dini

PENDAHULUAN Dengan demikian setiap bagian dari proses belajar


mengajar yang dirancang dan diselenggarakan
Latar Belakang Masalah harus mempunyai sumbangan nyata untuk
mencapai tujuan Pendidikan Nasional. Salah

P endidikan pada dasarnya adalah suatu proses


membantu manusia dalam mengembangkan
dirinya sehingga mampu menghadapi segala
satunya

matematika
pada proses pembelajaran
matematika.Sejalan dengan itu mata pelajaran
tidak hanya sekedar diperoleh
perubahan dan permasalahan dengan sikap terbuka berbagai pengetahuan dan keterampilan, tetapi
dan kreatif tanpa kehilangan identitas dirinya, mendorong siswa untuk mengembangkan
seperti yang tercantum dalam tujuan Pendidikan pemahaman dan penghayatan terhadap prinsip,
Nasional yang dirumuskan sebagai berikut: nilai dan proses, dan menumbuhkan daya nalar,
Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan berpikir logis, sistematis, kritis, kreatif, cerdas.
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia rasa keindahan, terbuka dan rasa ingin tahu sesuai
Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dengan filsafat matematika.
dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan
berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan Sejalan dengan pikiran tersebut, maka guru
keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, matematika hendaknya menguasai kumpulan
kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa pengetahuan, menguasai proses, pendekatan dan
tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
metode matematika yang sesuai sehingga
298 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vo. 2, No.4, September 2014

mendukung siswa berpikir kritik, menggunakan 3. Apakah siswa yang belajar matematika
nalar secara efektif, serta menanamkan benih sikap dengan menggunakan alat peraga lebih baik
ilmiah dan disiplin, bertanggung jawab, daripada tanpa menggunakan alat peraga?
keteladanan, dan rasa percaya diri disertai dengan
Tujuan dan Urgensi Penelitian
iman dan taqwa. Dengan bekal tersebut diharapkan Tujuan Khusus dan urgensi penelitian ini adalah
siswa memiliki kemampuan menghadapi masa untuk, memberikan sumbangan terhadap
datang yang selalu berubah, dan menjadi manusia perkembangan keilmuan, khususnya untuk bidang
yang berkualitas yang diperlukan untuk ilmu pendidikan, terutama mengenai pentingnya
pembangunan bangsa. menggunakan alat peraga terutama matematika
dalam proses belajar mengajar agar dapat dicapai
Untuk keberhasilan tersebut dalam proses hasil yang maksimal dan masukan bagi guru untuk
pembelajaran diperlukan media atau alat peraga mengembangkan penggunaan alat peraga secara
yang dapat mempertinggi proses dan hasil belajar optimal, sehingga menjadikan keluaran anak didik
yang berkenaan dengan taraf berpikir siswa. Piaget yang lebih baik serta menambah pengetahuan dan
membagi perkembangan kognitif kedalam empat wawasan tentang perbedaan hasil belajar siswa
fase, yaitu fase sensorimotor untuk anak usia 0-2 yang menggunakan alat peraga.
tahun, fase praoperasional untuk anak usia 2-7
tahun, fase operasi konkret untuk anak usia 7-11
tahun, dan fase operasi formal untuk anak usia 12 STUDI PUSTAKA
tahun keatas [4].
Anak Usia Dini dan Perkembangannya
Sesuai dengan perkembangan yang dikemukakan John Amos Comenius, seorang ahli ilmu jiwa anak
oleh Piaget, usia 7 sampai 12 tahun termasuk mengemukakan bahwa anak bukanlah miniatur
dalam fase operasi konkret, dimana kemampuan orang dewasa, tetapi merupakan makhluk kecil
anak untuk berpikir logis sudah berkembang yang diyakini memiliki potensi untuk
dengan syarat objek yang menjadi sumber berpikir berkembang[10]. Lubis menyatakan bahwa anak
logis tersebut hadir secara konkret, maka dalam harus dipahami bukan sebagai embrio orang
pengajaran matematika hendaknya di usahakan dewasa melainkan dalam sosok alami anak agar
penggunaan alat peraga dimana yang abstrak dapat orang dewasa dapat memahami kemampuan
dikonkretkan. Sesuai tingkat perkembangannya mereka dan mengetahui bagaimana cara
maka siswa dalam pembelajaran matematika berhubungan dengan mereka[10].
diperlukan alat peraga yang tepat.Kenyataannya
masih ada sekolah yang tidak menggunakan alat Usia 6-8 tahun merupakan awal usia sekolah yang
peraga yang tidak tepat, sehingga berpengaruh sebenarnya bagi anak. Masa ini merupakan masa
terhadap hasil belajar siswa [4]. peralihan dari masa pra sekolah ke masa sekolah.
Pada usia ini anak dikatakan berada pada masa
Dengan berbagai permasalahan yang ada, maka peralihan dari masa kanak-kanak awal ke masa
peneliti mengambil kesimpulan bahwa diperlukan kanak-kanak akhir yaitu usia 8 tahun ke atas.
perwujudan dalam meningkatkan kemampuan dan Sesuai dengan pembagian tahap perkembangan
potensi yang dimiliki anak didik, sehingga individu menurut Piaget, maka pada masa ini anak
diperlukan penelitian komparasi penggunaan alat berada dalam masa peralihan dari tahap pra-
peraga matematika pada anak usia dini. operasional ke tahap operasional konkret [10].
B. Perumusan Masalah
Pada tahap pra-operasional pada usia 2-7 tahun,
Berdasarkan latar belakang yang telah anak secara berangsur-angsur dapat memikirkan
diuraikan di atas, maka rumusan masalahnya lebih dari satu benda pada saat yang bersamaan.
adalah : Mereka mulai menguasai lambang-lambang yang
1. Bagaimana hasil belajar matematika siswa memungkinkan manipulasi secara mental.Akan
yang menggunakan alat peraga? tetapi penalaran masih sangat dipengaruhi oleh
2. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar persepsi.Pemakaian bahasa masih egosentris, kata-
siswa yang menggunakan alat peraga dengan kata yang di ucapkan mempunyai makna yang
tanpa alat peraga? khas. Karena itu kemampuan mereka untuk
memandang pendapat orang lain masih terbatas
[10].
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vo. 2, No.4, September 2014 299

Pada tahap operasi konkret pada usia 7-12 tahun, makhluk yang pasif dan seenaknya dapat diisi
anak-anak telah mampu memikirkan lebih dari informasi dari tindakan hingga tujuan.
satu benda pada saat bersamaan dan dapat
memahami bahwa benda yang berbeda bentuknya Sejalan dengan pandangan diatas Sujono
mempunyai volume yang sama. Akan tetapi mengemukakan beberapa pengertian matematika.
pemikirannya masih terbatas mengenai benda yang Diantaranya, matematika diartikan sebagai cabang
kongkrit dan akan kesulitan apabila ilmu pengetahuan yang eksak dan terorganisasi
menggeneralisasikan lebih dari itu [10]. secara sistematik. Selain itu, matematika
merupakan ilmu pengetahuan tentang penalaran
Matematika dan Hakikatnya yang logik dan masalah yang berhubungan dengan
Menurut pendapat Jonson dan Rising tentang bilangan. Bahkan Sujono mengartikan matematika
matematika yaitu [6]: sebagai ilmu bantu menginterpretasikan berbagai
1. Matematika adalah pola berpikir, pola ide dan kesimpulan [2].
mengorganisasikan pembuktian yang logik.
2. Matematika itu adalah bahasa, bahasa yang James dan James mengatakan bahwa matematika
menggunakan istilah yang didefinisikan dengan adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk,
cermat, jelas, akurat dengan simbol yang padat, susunan, besaran, dan konsep-konsep berhubungan
lebih berupa bahasa simbul mengenai arti lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi
daripada bunyi. ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan
3. Matematika adalah pengetahuan struktur yang geometri [13]. Kemudian Kline mengatakan pula
terorganisasi, sifat-sifat atau teori-teori dibuat bahwa matematika itu bukanlah pengetahuan
secara deduktif berdasarkan kepada unsur yang menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya
tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau teori sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama
yang telah dibuktikan kebenarannya. untuk membantu mausia dalam memahami dan
4. Matematika adalah ilmu tentang pola menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan
keteraturan pola atau ide. alam [13].

Matematika adalah suatu seni, keindahannya Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan
terdapat pada keteraturan dan keharmonisan [6]. bahwa matematika adalah ilmu pengetahuan yang
Reys menyatakan bahwa matematika diartikan eksak dan terorganisasi secara sistematik, tentang
sebagai telaahan tentang pola dan hubungan, suatu penalaran yang logik dan masalah yang
jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa berhubungan dengan bilangan, ruang dan waktu,
dan suatu alat [6]. Romberg mengarahkan hasil menginterpretasikan berbagai ide dan kesimpulan,
penelaahannya tentang matematika kepada tiga suatu ilmu seni kreatif, suatu jalan atau pola
sasaran utama, yaitu:Para sosiolog, psikolog, berpikir, suatu bahasa simbol dan suatu alat, serta
pelaksana administrasi sekolah, dan penyusun ilmu pengetahuan yang memahami dan menguasai
kurikulum memandang bahwa matematika permasalahan sosial, ekonomi, dan alam.
merupakan ilmu yang statis dan disiplin ketat.
Selama kurun waktu dua dekade terakhir ini, Alat Peraga dan Manfaatnya
matematika dipandang sebagai suatu usaha atau Alat peraga berfungsi untuk menerangkan atau
kajian ulang terhadap matematika itu sendiri. memperagakan suatu mata pelajaran dalam proses
Matematika juga dipandang sebagai suatu bahasa, belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar mengajar
struktur logika, batang tubuh dari bilangan dan guru harus mampu menjelaskan konsep kepada
ruang, rangkaian metode untuk menarik siswanya. Usaha ini dapat dibantu dengan alat
kesimpulan, esensi ilmu terhadap dunia fisik, dan peraga matematika, karena dengan bantuan alat-
sebagai aktivitas intelektual [6]. alat tersebut, yang sesuai dengan topik yang
diajarkan, konsep akan dapat lebih mudah
Bourne memahami matematika sebagai dipahami lebih jelas.
kontruktivisme sosial dengan penekanannya pada
knowing how, yaitu pelajar dipandang sebagai Salah satu peranan alat peraga dalam matematika
makhluk yang aktif dalam mengonstruksi ilmu adalah meletakkan ide-ide dasar konsep. Dengan
pengetahuan dengan cara berinteraksi dengan bantuan alat peraga yang sesuai, siswa dapat
lingkungannya [2]. Hal ini berbeda dengan memahami ide-ide dasar yang melandasi sebuah
pengertian knowing that yang dianut oleh kaum konsep, mengetahui cara membuktikan suatu
absolutis, di mana pelajar dipandang sebagai
300 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vo. 2, No.4, September 2014

rumus atau teorema, dan dapat menarik suatu benda; sebagai alat peraga dalam pengajaran;
kesimpulan dari hasil pengamatannya. memiliki kegunaan yang tidak jauh berbeda
dengan bendanya sendiri [13].
Setelah siswa mendapat kesempatan terlibat dalam Penggunaan alat peraga harus dilaksanakan secara
proses pengamatan dengan bantuan alat peraga, cermat. Jangan sampai konsep menjadi lebih rumit
maka dapat diharapkan akan tumbuh minat belajar akibat diuraikan dengan bantuan alat peraga. Alat
matematika pada dirinya, dan akan menyenangi peraga harus digunakan secara tepat, disesuaikan
konsep yang disajikan, karena sesuai dengan tahap dengan sifat materi yang disampaikan, metode
perkembangan mentalnya, yang masih pengajaran yang digunakan dan tahap
menyenangi permainan. perkembangan mental anak.

Selain tumbuhnya minat, siswa juga dapat Penggunaan alat peraga harus mampu
dibangkitkan motivasinya. Melalui demonstrasi menghasilkan generalisasi atau kesimpulan abstrak
penggunaan alat peraga matematika, guru dapat dari representasi konkret. Maksudnya, dengan
merangsang munculnya motivasi dalam diri siswa bantuan alat peraga yang sifatya konkret, siswa
untuk mempelajari materi lebih lanjut. Siswa yang diharapkan mampu menarik kesimpulan.
merasa penasaran dan ingin tahu lebih jauh tentang
konsep yang dipelajarinya akan terus berusaha Alat peraga yang digunakan tanpa persiapan bisa
mempelajari konsep itu lebih mendalam. mengakibatkan habisnya waktu dan sedikitnya
materi yang dapat disampaikan. Jika ini yang
Selain itu, pengajaran dengan menggunakan alat terjadi, maka dapat dikatakan bahwa alat peraga
peraga akan dapat memperbesar perhatian siswa yang kita pakai atau cara penggunaan alat peraga
terhadap pengajaran yang dilangsungkan, karena yang kita lakukan tidak mancapai sasaran. Konsep
mereka terlibat dengan aktif dalam pengajaran yang menjadi semakin rumit untuk dipahami
yang dilaksanakan. Dengan bantuan alat peraga sebagai akibat digunakannya alat peraga, adalah
konsentrasi belajar dapat lebih ditingkatkan.Alat suatu hal yang keliru. Jika suatu topik tertentu
peraga dapat pula membantu siswa untuk berpikir tidak memerlukan penggunaan alat peraga,
logis dan sistematis, sehingga mereka pada penggunaan alat peraga tidak harus dipaksakan,
akhirnya memiliki pola pikir yang diperlukan sebab alat peraga pada hakikatnya tidak harus
dalam mempelajari matematika. digunakan untuk setiap penjelasan topik-topik
dalam matematika.
Dengan bantuan alat peraga matematika, siswa
akan semakin mudah memahami hubungan antara Alat peraga harus dibuat sebaik mungkin, menarik
matematika dan lingkungan alam sekitar. Siswa untuk diamati, dan mendorong siswa untuk
akan semakin mudah memahami kegunaan bersifat penasaran, sehingga diharapkan motivasi
matematika dalam kehidupan sehari-hari. belajarnya semakin meningkat.Alat peraga juga
Diharapkan, dengan adanya kesadaran seperti ini, diharapkan menumbuhkan daya imajinasi dalam
mereka terdorong untuk mempelajari matematika meningkatkan daya tarik ruangnya, mampu
lebih lanjut. Misalnya dengan penggunaan alat membandingkannya dengan benda-benda sekitar
peraga dalam penjelasan konsep ruang berdimensi dalam lingkungannya sehari-hari, dan mampu
tiga, siswa akan semakin terlatih daya tarik menganalisis sifat-sifat benda yang dihadapinya
ruangnya, sehingga pada akhirnya mampu itu.
menemukan atau menyadari hubungan antara
matematika dengan lingkungan sekitar[11]. Misalnya, jika siswa telah menggunakan sebuah
kubus, untuk mempelajari sifat-sifat yang dimiliki
Menurut beberapa hasil penelitian, penggunaan kubus, siswa terdorong untuk meneliti sifat-sifat
alat peraga menunjang penjelasan konsep benda nyata di alam sekitar yang memiliki bentuk
matematika. Penelitian yang dilaksanakan oleh serupa dengan kubus.
Higgins dan Suydam, memberikan hasil-hasil
diantaranya bahwa alat peraga berfungsi efektif Dari uraian diatas dapat disarikan bahwa beberapa
dalam memotivasi belajar siswa; memanipulasi manfaat penggunaan alat peraga diantaranya
alat peraga sangat penting bagi siswa; terdapat adalah membantu guru dalam memberikan
sedikit bukti yang menggambarkan bahwa penjelasan konsep, merumuskan atau membentuk
memanipulasi alat peraga hanya berhasil bagi konsep, melatih siswa dalam keterampilan,
siswa-siswa yang tingkat rendah; gambar dari memberi penguatan konsep pada siswa, melatih
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vo. 2, No.4, September 2014 301

siswa dalam pemecahan masalah, mendorong Hasil belajar dapat dilakukan melalui evaluasi
siswa dalam berpikir kritis dan analitik dan yang diberikan guru kepada peserta didik
mendorong siswa untuk melakukan pengamatan berdasarkan apa yang telah diperolehnya dari
terhadap suatu objek secara sendiri. belajar. Penilaian hasil belajar merupakan
gambaran kemampuan menyeluruh atau umum
Hasil Belajar dan Pengaruhnya secara konstektual mengenai kemampuan siswa
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh dalam menerapkan konsep dan pemahaman mata
anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu pelajaran. Untuk mengukur hasil belajar,
sendiri merupakan suatu proses dari seseorang penilaian dapat ditujukan kepada proses
yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk pembelajaran, yaitu untuk mengetahui sejauh
perubahan perilaku yang relatif menetap[5]. Dalam mana tingkat keterlibatkan siswa dalam proses
kegiatan pembelajaran atau suatu intruksional, pembelajaran. Semakin baik proses pembelajaran
biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Siswa dan keaktifan siswa dalam mengikuti proses
yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil pembelajaran, maka semakin tinggi hasil belajar
mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan yang diperoleh siswa.
intruksional.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan
Juliah mengatakan bahwa hasil belajar adalah bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang
segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar
akibat dari kegiatan belajar yang dalam pencapaian bentuk perubahan perilaku yang
dilakukannya[13]. Menurut Sudjana dan Ibrahim cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif,
yang dikutip oleh Jihad dan Haris hasil belajar dan psikomotorik dari proses belajar yang
adalah setiap proses belajar mengajar dilakukan dalam waktu tertentu yang sangat erat
keberhasilannya diukur dari seberapa jauh hasil kaitannya dengan rumusan tujuan instruksional
belajar yang dicapai siswa, disamping diukur dari yang direncanakan guru sesuai dengan tujuan
segi prosesnya, artinya seberapa jauh tipe hasil pengajaran.
belajar dimiliki siswa. Sedangkan Sudrajad
mengatakan bahwa hasil belajar adalah adalah Untuk memahami kegiatan yang disebut belajar,
penilaian untuk memperoleh informasi sejauh perlu dilakukan analisis untuk menemukan
mana proses penilaian peserta didik atau persoalan-persoalan apa yang terlibat di dalam
ketercapaian kompetansi peserta didik [1]. kegiatan belajar itu. Belajar merupakan suatu
proses. Sebagai suatu proses sudah tentu harus ada
Hasil belajar yang dicapai oleh siswa sangat erat yang diproses dan hasil dari pemproses. Jadi dalam
kaitannya dengan rumusan tujuan instruksional hal ini kita dapat menganalisis kegiatan belajar itu
yang direncanakan guru sebelumnya yang dengan pendekatan analisis sistem [12]. Dengan
dikelompokkan kedalam tiga kategori, yakni pendekatan analisis sistem ini sekaligus kita dapat
domain kognitif, afektif, dan psikomotor. melihat adanya berbagai faktor yang dapat
Perubahan salah satu atau ketiga domain yang mempengaruhi proses dan hasil belajar.
disebabkan oleh proses belajar yang dinamakan
hasil belajar. Hasil belajar dapat dilihat dari ada Beberapa faktor internal yang mempengaruhi
tidaknya perubahan ketiga domain tersebut yang proses belajar siswa, yaitu karakteristik siswa,
dialami siswa setelah menjalani proses belajar. sikap terhadap belajar, motivasi belajar,
konsentreasi belajar, mengelola bahan ajar,
Tujuan hasil belajar adalah untuk mengetahui menggali hasil belajar, rasa percaya diri, dan
sampai dimana pencapaiaan peserta didik terhadap kebiasaan belajar. Keberhasilan belajar siswa di
bahan pengajaran setelah mengalami suatu samping ditentukan oleh faktor-faktor internal juga
kegiatan belajar[10]. Kemajuan hasil belajar siswa dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal. Faktor
tidak saja diukur dari tingkat penguasaan ilmu eksternal adalah segala yang ada di luar diri siswa
pengetahuan tetapi juga sikap dan keterampilan. yang memberikan pengaruh terhadap aktivitas dan
Dengan demikian penilaian hasil belajar siswa hasil belajar yang dicapai siswa. Faktor-faktor
mencangkup segala hal yang dipelajari di sekolah, yang mempengaruhi hasil belajar siswa antara lain
baik itu menyangkut pengetahuan sikap dan adalah faktor guru, lingkungan sosial, kurikulum
keterampilan. sekolah, sarana dan prasarana.
302 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vo. 2, No.4, September 2014

Abdillah mengemukakan bahwa sebagai kurtosis. Proses pengolahan untuk menguji analisis
pembimbing dalam proses belajar mengajar, deskriptif tersebut dilakukan dengan menggunakan
seorang guru diharapkan mampu memberikan program SPSS 22.0.
informasi yang diperlukan dalam proses belajar,
membantu setiap siswa dalam mengatasi setiap Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis
masalah pribadi yang dihadapinya, mengevaluasi dengan menggunakan analisis statistik deskriptif
hasil setiap langkah kegiatan yang telah dan analisis statistik ANAVA dan Uji t. Analisis
dilakukannya, memberikan setiap kesempatan statistik deskriptif dilakukan dengan
yang memadai agar setiap murid dapat belajar mendeskripsikan semua data dari semua variabel
sesuai dengan karakteristik pribadinya, mengenal dalam bentuk; distribusi frekuensi, histogram,
dan memahami setiap murid baik secara individual modus, median, harga rata-rata serta simpangan
maupun secara kelompok. baku (standar deviasi). Sedangkan analisis
statistic ANAVA dilakukan untuk menguji
Karena keberhasilan belajar merupakan muara dari pengaruh hipotesis yang telah dirumuskan.
seluruh aktivitas yang dilakukan guru dan siswa Sebelumnya terlebih dahulu dilakukan pengujian
dalam proses pembelajaran. Maka setiap guru persyaratan analisis yaitu uji normalitas dan uji
harus berupaya secara optimal memahami homogenitas.
berbagai faktor yang dapat menyebabkan
terjadinya hambatan-hambatan dalam proses dan Uji Persyaratan Analisis Data
hasil belajar. Uji persyaratan analisis data dimaksudkan untuk
mengetahui apakah data yang telah dikumpulkan
layak untuk dianalisis lebih lanjut menggunakan
METODOLOGI PENELITIAN alat-alat statistik. Pengujian yang dilakukan adalah
pengujian normalitas data, pengujian linieritas
Tempat dan Waktu Penelitian yang secara keseluruhan dibantu oleh program
Penelitian ini dilakukan di SD Islam Al Azhar di komputer SPSS 22.0. Adapun kriteria pengujian
Jakarta. Waktu pelaksanaan penelitian untuk normalitas adalah: jika nilai sig > 0,05;
berlangsung selama 7 ( tujuh ) bulan. maka data berdistribusi normal dan jika nilai sig <
3.2 Metode Penelitian 0,05; maka data tidak beridistribusi normal.
Sementara itu kriteria pengujian linieritas adalah
Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka jika Fhitung > Ftabel atau nilai sig < 0,05; maka
berfikir serta pengajuan hipotesis seperti yang persamaan regresi linier. Jika Fhitung < Ftabel atau
termuat pada bab 2, metode penelitian digunakan nilai sig > 0,05; maka persamaan regresinya tidak
dalam penelitian untuk untuk mencapai tujuan linier.
yang diinginkan. Penulis menggunakan jenis
penelitian deskriptif kuantitatif. Uji Hipotesis Penelitian
Setelah keseluruhan uji persyaratan analisis data
Populasi dan Sampel dipenuhi dan diketahui data layak untuk diolah
Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh lebih lanjut, maka langkah berikutnya adalah
siswa kelas mekah dan kelas madinah SD Islam menguji masing-masing hipotesis yang telah
Al Azhar Pusat di Yayasan Pesantren Islam Al diajukan. Pengujian hipotesis menggunakan
Azhar di Jakarta berjumlah 98 orang, sedangkan ANAVA. Data yang diperoleh diolah dengan
Populasi terjangkau dalam penelitian ini berjumlah menggunakan SPSS 22.0.
50 orang dengan teknik pengambilan sampel Pengujian statistik menggunakan hipotesis nol dan
menggunakan cara sampling acak sederhana. hipotesis alternatif sebagai berikut:
H0:1 = 0 tidak ada pengaruh penggunaan alat
Teknik Analisis Data peraga terhadap hasil pembelajaran matematika
Analisis Deskriptif dan Inferensial pada anak usia dini.
Dalam analisis deskriptif akan dilakukan teknik H1:1 0 ada pengaruh penggunaan alat
penyajian data dalam bentuk tabel distribusi peraga terhadap hasil pembelajaran matematika
frekuensi. Selain itu juga masing-masing pada anak usia dini.
kelompok data akan diolah dan dianalisis ukuran
pemusatan dan letak seperti mean, modus, dan
median serta ukuran simpangan seperti jangkauan,
variansi, simpangan baku, kemencengan dan
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vo. 2, No.4, September 2014 303

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Uji Homogenitas


Pengujian homogenitas pada sampel dilakukan
Deskripsi Data Penelitian dengan Uji Bartlet pada taraf signifikansi
Untuk menguji hipotesis penelitian maka 5% . Adapun ringkasan hasil perhitungan uji
dilakukan beberapa tahapan analisis, meliputi homogenitas masing-masing kelompok sampel
tahap analisis statistik deskriptif dengan diberikan pada tabel berikut:
mendeskripsikan data masing-masing variabel.
Selanjutnya dilakukan uji persyaratan analisis data
yaitu uji normalitas dan homogenitas data. Jika Tabel 4.3 Hasil Uji Homogenitas
data dinyatakan layak maka dilanjutkan dengan
pengujian hipotesis penelitian menggunakan Levene Statistic Sig.
ANAVA. Berikut disajikan rangkuman data
deskripsi hasil penelitian: 0.207 0.891
Hasil perhitungan uji homogenitas menunjukkan
Tabel 4.1.Rangkuman Data Deskriptif bahwa Lavene test hitung adalah 0,207 dengan
nilai probabilitas sig = 0,891. Karena nilai
Statistik Kontrol Alat Peraga
probabilitas sig > 0,05, maka sampel berasal dari
Rata-rata 45.30 84.10
populasi yang memiliki varians homogen.
Median 55.00 84.50
Modus 22 85
Pengujian Hipotesis Penelitian
Standar deviasi 17.856 5.785
Sesudah memenuhi asumsui-asumsi bahwa data
Nilai terendah 22 75
berada dalam sebaran normal dan varians yang
Nilai tertinggi 70 95
homogen maka dapat dilanjutkan dengan pengujian
hipotesis penelitian. Hipotesis penelitian
Pengujian Persyaratan Analisis menggunakan analisis varians (ANAVA). Dalam
Uji Normalitas
pengujian hipotesis ini digunakan program SPSS
Uji normalitas data dimaksudkan untuk
22. Berikut adalah hasil ringkasan analisis data
memperlihatkan bahwa data sampel berasal dari
tersebut.
populasi yang berdistribusi normal. Uji normalitas
data yang dilakukan adalah dengan menggunakan
Tabel 4.3 Rangkuman Hasil ANAVA Data Hasil
teknik uji kolmogorov-smirnov pada taraf signifikansi
Belajar Matematika Siswa
= 0,05 dengan bantuan program SPSS 22. Hasil Sum of Mean
perhitungannya disajikan pada tabel berikut: Squares Df Square F Sig.
Between 7714.46 62.44
Tabel 4.2.Perhitungan Normalitas Data Sampel 15428.933 2 .000
Groups 7 3
Hasil Belajar Within
7042.000 57 123.544
Statistika Matematika Groups
Nilai kolmogorov-smirnov 0.134 Total 22470.933 59
Signifikansi 0.009
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.3 dapat
disimpulkan :Hipotesis ini untuk menguji ada atau
Dari tabel 4.2 diperoleh nilai Sig. (2-tailed) = tidaknya pengaruh penggunaan alar peraga
0,143. Karena nilai Sig. (2-tailed) > = 0,05, terhadap hasil belajar matematika. Dengan kata
maka data sampel berasal dari populasi yang lain mengetahui seberapa besar penggunaan alat
berdistribusi normal. Dengan demikian dapat peraga mempengaruhi hasil belajar matematika
disimpulkan bahwa sampel penelitian ini berasal dengan hipotesis statistik sebagai berikut :
dari populasi yang berdistribusi normal.
Kesimpulan ini memberikan implikasi bahwa H0 : Tidak ada pengaruh penggunaan alat peraga
analisis statistika selanjutnya dapat digunakan terhadap hasil belajar matematika
dalam penelitian ini. H1 : Terdapat pengaruh penggunaan alat peraga
terhadap hasil belajar matematika
Hipotesis diuji dengan melihat koefisien
signifikan.
Jika nilai sig > 0,05 ; maka H0 diterima dan H1
ditolak
304 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vo. 2, No.4, September 2014

Jika nilai sig < 0,05 ; maka H1 diterima dan H0 memberi kebebasan kepada siswa untuk
ditolak membangun pengetahuan dengan menggunakan
beragam sumber belajar yang tersedia
Pembahasan Hasil Penelitian menggunakan bantuan alat yang dapat
Berdasarkan hasil anava satu jalan dengan memeragakan konsep secara nyata/konkret
menggunakan SPSS 22 diperoleh nilai sig (0,000 < sehingga dapat mempermudah pemahaman siswa
0,05) untuk penggunaan alat peraga, dengan dalam pembelajaran
demikian dapat disimpulkan terdapat pengaruh
penggunaan alat peraga terhadap hasil belajar
matematika. Hal ini didukung oleh perolehan PENUTUP
rerata skor hasil belajar matematika dengan
penggunaan alat peraga lebih tinggi dari hasil Kesimpulan
belajar matematika tanpa penggunaan alat peraga Berdasarkan hasil pengumpulan, pengolahan dan
yaitu 84,1. Hal ini menunjukkan bahwa hasil analisa data penelitian maka dapat disimpulkan
belajar matematika akan meningkat bila siswa bahwa terdapat pengaruh penggunaan alat peraga
diajar dengan penggunaan alat peraga. Penelitian terhadap hasil belajar matematika.
ini sejalan dengan temuan Mariani yang
menyatakan bahwa pembelajaran yang Saran Saran
menggunakan alat peraga dapat meningkatkan Berdasarkan kesimpulan dari hasil pengumpulan,
hasil belajar Matematika pada siswa. Pendekatan pengolahan dan analisa data maka peneliti
konstruktivistik melalui alat peraga menekankan menyarankan sebagai berikut :
kepada pembentukan pengetahuan siswa. Selama 1. Penelitian ini masih memerlukan penelitian
proses pembelajaran dibiasakan adanya suatu lebih lanjut tentang pengaruh beberapa jenis
konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan alat peraga terhadap hasil pembelajaran.
seseorang, bukan merupakan suatu barang yang 2. Bagi guru yang ingin meningkatkan prestasi
ditransfer begitu saja dari pikiran yang mempunyai belajar matematika siswa-siswinya
pengetahuan ke pikiran orang yang belum hendaknya dalam pengajaran matematika
mempunyai pengetahuan [8]. memggunakan alat peraga.
3. Demi tercapainya tujuan pembelajaran
Komalasari juga menyatakan bahwa alat peraga matematika maka pihak sekolah diharapkan
adalah alat (benda) yang digunakan untuk agar dapat mengadakan sarana dan prasarana
memperagakan fakta, konsep, prinsip atau yang dapat menunjang kegiatan pembelajaran
prosedur tertentu agar tampak lebih nyata/konkret. termasuk alat peraga pembelajaran.
Pada dasarnya siswa belajar melalui sesuatu yang
konkret [7]. Untuk memahami konsep abstrak
anak memerlukan benda-benda konkret sebagai
perantara atau visualisasinya. Dalam pembelajaran DAFTAR PUSTAKA
dengan pendekatan konstruktivistik berbantuan
alat peraga, siswa terbiasa membawa konsepsi [1] Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran.
Bandung: Alfabeta.
awal mereka yang diperoleh selama berinteraksi
[2] Fathani dan Abdul Hakim. 2009. Matematika
dengan lingkungan dalam kegiatan belajar Hakikat dan Logika. Jogyakarta: Ar- Ruzz Media.
mengajar. Lebih lanjut, guru berusaha mencari [3] Harjanto. 2003. Perencanaan Pegajaran. Jakarta:
pandangan atau pendapat siswa dan membuatnya PT Rineka Cipta.
sebagai titik tolak untuk memulai pembelajaran, [4] Jamaris, Martini. 2006. Perkembangan dan
proses pembelajaran diarahkan untuk menantang Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-Kanak.
apa yang menjadi keyakinan siswa, siswa juga Jakarta: Grasindo.
diberi kesempatan untuk dapat menemukan [5] Jihad, Asep. 2008. Pengembangan Kurikulum
(membentuk) relasi matematis sendiri, jangan Matematika. Yogyakarta: Multi Pressindo.
selalu dihadapkan pada pemikiran orang dewasa [6] Jihad, Asep dan Abdul Haris. 2008. Evaluasi
Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.
yang sudah jadi, dan dalam sajian proses
[7] Komalasari. 2010. Pembelajaran Kontekstual
pembelajarannya sering memunculkan masalah- Konsep Aplikasi. Bandung: Refika Aditama.
masalah yang relevan dengan siswa. Akibatnya [8] Mariani. 2009. Pengaruh Pembelajaran
kelebihan- kelebihan tersebut memberikan dampak Kontekstual dan Motivasi Berprestasi Terhadap
positif terhadap hasil belajar siswa. Pendekatan Hasil Pembelajaran IPA pada Siswa Kelas V di
konstruktivistik berbantuan alat peraga konkret SDN 1 dan 3 Renon Denpasar Selatan. Undiksha.
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vo. 2, No.4, September 2014 305

[9] Sadiman, Arif Sukardi. 1988. Beberapa Aspek [12] Syah, Muhibbin. 2008. Psikologi Pendidikan
Pengembangan Sumber Belajar. Jakarta: dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja
Mediayatama Sarana Perkasa. Rosdakarya.
[10] Sudono, Snggani. 2000. Sumber Belajar dan Alat [13] Udin S. Winataputra, dkk. 1992. Materi Pokok
Permainan. Jakarta; Mediyatama Sarana Perkasa. Strategi Belajar Mengajar Matematika; 1-9.
[11] Sjiono, Bambang dan Yuliani Nurani Sujiono. Jakarta: Universitas Terbuka, Departemen
2005. Menu Pembelajaran Anak Usia Dini. Pendidikan dan Kebudayaan.
Jakarta: Yayasan Citra Pendidikan Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai