Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Urolithiasis adalah terbentuknya batu didalam saluran kemih.Batu saluran


kemih sudah dikenal sejak zaman dahulu, hal ini dibuktikan ditemukan batu
saluran kemih pada mumi yang berumur sekitar 7000 tahun.1 Penyakit ini dapat
menyerang semua penduduk di seluruh dunia tidak terkecuali penduduk di
Indonesia. Di Negara-negara berkembang banyak di jumpai pasien batu buli-buli
sedangkan Negara maju lebih banyak dijumpai penyakit batu saluran kemih
bagian atas. Hal ini karena adanya pengaruh status gizi dan aktivitas sehari-hari.1
Di Amerika Serikat 5-10 % penduduknya menderita penyakit ini,
sedangkan di seluruh dunia rata-rata 1-12 % penduduk yang menderita batu
saluran kemih. Penyakit ini merupakan tiga terbanyak di bidang urologi di
samping infeksi saluran kemih dan pembesaran prostat benigna.Urolithiasis dapat
terbentuk pada yaitu ginjal (Nefrolithiasis), Ureter (Ureterolothiasis), Vesica
urinaria (Vesicolithiasis) dan Uretra (Urethrolithiasis).2
Selain di negara-negara maju, insiden batu saluran kemih juga terjadi
indonesia. Di Indonesia, batu saluran kemih merupakan salah satu penyakit yang
memiliki jumlah pasien terbesar di klinik urologi.2 Pada tahun 1977 sampai 1979
di makasar terjadi sekitar 269 kasus batu saluran kemih. Tahun 1987-1992 terjadi
122 kasus dan pada tahun 1997 sampai dengan tahun 1998 terjadi sekitar 50
kasus.3 Di Indonesia, pada tahun 2002 diketahui bahwa terdapat 37.636 kasus
baru batu ginjal dengan jumlah kunjungan sebesar 58.959 orang.4 Sedangkan di
RSP berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa setidaknya terdapat 3 orang tiap
minggunya yang menjalani proses pembedahan akibat batu saluran kemih.1

1
2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi dan Fisiologi Urethra,2,3,4


a. Ginjal
Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang, terdapat
sepasang (masing-masing satu di sebelah kanan dan kiri vertebra) dan
posisinya retroperitoneal. Ginjal kanan terletak sedikit lebih rendah
(kurang lebih 1 cm) dibanding ginjal kiri, hal ini disebabkan adanya hati
yang mendesak ginjal sebelah kanan. Kutub atas ginjal kiri adalah tepi atas
iga 11 (vertebra T12), sedangkan kutub atas ginjal kanan adalah tepi
bawah iga 11 atau iga 12. Adapun kutub bawah ginjal kiri adalah
processus transversus vertebra L2 (kira-kira 5 cm dari krista iliaka)
sedangkan kutub bawah ginjal kanan adalah pertengahan vertebra L3. Dari
batas-batas tersebut dapat terlihat bahwa ginjal kanan posisinya lebih
rendah dibandingkan ginjal kiri.
Secara umum, ginjal terdiri dari beberapa bagian:
Korteks, yaitu bagian ginjal di mana di dalamnya terdapat/terdiri dari
korpus renalis/Malpighi (glomerulus dan kapsul Bowman), tubulus
kontortus proksimal dan tubulus kontortus distalis.
Medula, yang terdiri dari 9-14 pyiramid. Di dalamnya terdiri dari tubulus
rektus, lengkung Henle dan tubukus pengumpul (ductus colligent).
Columna renalis, yaitu bagian korteks di antara pyramid ginjal
Processus renalis, yaitu bagian pyramid/medula yang menonjol ke arah
korteks
Hilus renalis, yaitu suatu bagian/area di mana pembuluh darah, serabut
saraf atau duktus memasuki/meninggalkan ginjal.
Papilla renalis, yaitu bagian yang menghubungkan antara duktus
pengumpul dan calix minor.
Calix minor, yaitu percabangan dari calix major.
Calix major, yaitu percabangan dari pelvis renalis.
3

Pelvis renalis, disebut juga piala ginjal, yaitu bagian yang menghubungkan
antara calix major dan ureter.
Ureter, yaitu saluran yang membawa urine menuju vesica urinaria.

Unit fungsional ginjal disebut nefron. Nefron terdiri dari korpus


renalis/ Malpighi (yaitu glomerulus dan kapsul Bowman), tubulus
kontortus proksimal, lengkung Henle, tubulus kontortus distal yang
bermuara pada tubulus pengumpul. Di sekeliling tubulus ginjal tersebut
terdapat pembuluh kapiler,yaitu arteriol (yang membawa darah dari dan
menuju glomerulus) serta kapiler peritubulus (yang memperdarahi jaringan
ginjal) Berdasarkan letakya nefron dapat dibagi menjadi: (1) nefron
kortikal, yaitu nefron di mana korpus renalisnya terletak di korteks yang
relatif jauh dari medula serta hanya sedikit saja bagian lengkung Henle
yang terbenam pada medula, dan (2) nefron juxta medula, yaitu nefron di
mana korpus renalisnya terletak di tepi medula, memiliki lengkung Henle
yang terbenam jauh ke dalam medula dan pembuluh-pembuluh darah
panjang dan lurus yang disebut sebagai vasa rekta.

Ginjal diperdarahi oleh a/v renalis. A. renalis merupakan percabangan


dari aorta abdominal, sedangkan v.renalis akan bermuara pada vena cava
inferior. Setelah memasuki ginjal melalui hilus, a.renalis akan bercabang
4

menjadi arteri sublobaris yang akan memperdarahi segmen-segmen


tertentu pada ginjal, yaitu segmen superior, anterior-superior, anterior-
inferior, inferior serta posterior.

Ginjal memiliki persarafan simpatis dan parasimpatis. Untuk


persarafan simpatis ginjal melalui segmen T10-L1 atau L2, melalui
n.splanchnicus major, n.splanchnicus imus dan n.lumbalis. Saraf ini
berperan untuk vasomotorik dan aferen viseral. Sedangkan persarafan
simpatis melalui n.vagus.

b. Ureter

Ureter merupakan saluran sepanjang 25-30 cm yang membawa hasil


penyaringan ginjal (filtrasi, reabsorpsi, sekresi) dari pelvis renalis menuju
vesica urinaria. Terdapat sepasang ureter yang terletak retroperitoneal,
masing-masing satu untuk setiap ginjal.
Ureter setelah keluar dari ginjal (melalui pelvis) akan turun di depan
m.psoas major, lalu menyilangi pintu atas panggul dengan a.iliaca
communis. Ureter berjalan secara postero-inferior di dinding lateral pelvis,
lalu melengkung secara ventro-medial untuk mencapai vesica urinaria.
Adanya katup uretero-vesical mencegah aliran balik urine setelah
memasuki kandung kemih. Terdapat beberapa tempat di mana ureter
mengalami penyempitan yaitu peralihan pelvis renalis-ureter, fleksura
marginalis serta muara ureter ke dalam vesica urinaria. Tempat-tempat
seperti ini sering terbentuk batu/kalkulus.
5

Ureter diperdarahi oleh cabang dari a.renalis, aorta abdominalis, a.iliaca


communis, a.testicularis/ovarica serta a.vesicalis inferior. Sedangkan
persarafan ureter melalui segmen T10-L1 atau L2 melalui pleksus renalis,
pleksus aorticus, serta pleksus hipogastricus superior dan inferior.

c. Vesica urinaria

Vesica urinaria, sering juga disebut kandung kemih atau buli-buli,


merupakan tempat untuk menampung urine yang berasal dari ginjal
melalui ureter, untuk selanjutnya diteruskan ke uretra dan lingkungan
eksternal tubuh melalui mekanisme relaksasi sphincter. Vesica urinaria
terletak di lantai pelvis (pelvic floor), bersama-sama dengan organ lain
seperti rektum, organ reproduksi, bagian usus halus, serta pembuluh-
pembuluh darah, limfatik dan saraf.
Dalam keadaan kosong vesica urinaria berbentuk tetrahedral yang
terdiri atas tiga bagian yaitu apex, fundus/basis dan collum. Serta
mempunyai tiga permukaan (superior dan inferolateral dextra dan sinistra)
serta empat tepi (anterior, posterior, dan lateral dextra dan sinistra).
Dinding vesica urinaria terdiri dari otot m.detrusor (otot spiral,
longitudinal, sirkular). Terdapat trigonum vesicae pada bagian
posteroinferior dan collum vesicae. Trigonum vesicae merupakan suatu
bagian berbentuk mirip-segitiga yang terdiri dari orifisium kedua ureter
dan collum vesicae, bagian ini berwarna lebih pucat dan tidak memiliki
rugae walaupun dalam keadaan kosong.
6

Vesicae urinaria diperdarahi oleh a.vesicalis superior dan inferior. Namun


pada perempuan, a.vesicalis inferior digantikan oleh a.vaginalis.
Sedangkan persarafan pada vesica urinaria terdiri atas persarafan
simpatis dan parasimpatis. Persarafan simpatis melalui n.splanchnicus
minor, n.splanchnicus imus, dan n.splanchnicus lumbalis L1-L2. Adapun
persarafan parasimpatis melalui n.splanchnicus pelvicus S2-S4, yang
berperan sebagai sensorik dan motorik.

d. Uretra
Uretra merupakan saluran yang membawa urine keluar dari vesica
urinaria menuju lingkungan luar. Terdapat beberapa perbedaan uretra pada
pria dan wanita. Uretra pada pria memiliki panjang sekitar 20 cm dan juga
berfungsi sebagai organ seksual (berhubungan dengan kelenjar prostat),
sedangkan uretra pada wanita panjangnya sekitar 3.5 cm. selain itu, Pria
memiliki dua otot sphincter yaitu m.sphincter interna (otot polos terusan
dari m.detrusor dan bersifat involunter) dan m.sphincter externa (di uretra
pars membranosa, bersifat volunter), sedangkan pada wanita hanya
memiliki m.sphincter externa (distal inferior dari kandung kemih dan
bersifat volunter).
Pada pria, uretra dapat dibagi atas pars pre-prostatika, pars prostatika,
pars membranosa dan pars spongiosa.
Pars pre-prostatika (1-1.5 cm), merupakan bagian dari collum vesicae dan
aspek superior kelenjar prostat. Pars pre-prostatika dikelilingi otot m.
sphincter urethrae internal yang berlanjut dengan kapsul kelenjar prostat.
Bagian ini disuplai oleh persarafan simpatis.
Pars prostatika (3-4 cm), merupakan bagian yang melewati/menembus
kelenjar prostat. Bagian ini dapat lebih dapat berdilatasi/melebar dibanding
bagian lainnya.
Pars membranosa (12-19 mm), merupakan bagian yang terpendek dan
tersempit. Bagian ini menghubungkan dari prostat menuju bulbus penis
melintasi diafragma urogenital. Diliputi otot polos dan di luarnya oleh
7

m.sphincter urethrae eksternal yang berada di bawah kendali volunter


(somatis).
Pars spongiosa (15 cm), merupakan bagian uretra paling panjang,
membentang dari pars membranosa sampai orifisium di ujung kelenjar
penis. Bagian ini dilapisi oleh korpus spongiosum di bagian luarnya.

Sedangkan uretra pada wanita berukuran lebih pendek (3.5 cm) dibanding
uretra pada pria. Setelah melewati diafragma urogenital, uretra akan
bermuara pada orifisiumnya di antara klitoris dan vagina (vagina opening).
Terdapat m. spchinter urethrae yang bersifat volunter di bawah kendali
somatis, namun tidak seperti uretra pria, uretra pada wanita tidak memiliki
fungsi reproduktif.
8

2.2 Fisiologi
Fungsi ginjal adalah a) memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-
zat toksis atau racun, b) mempertahankan suasana keseimbangan cairan, c)
mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, dan d)
mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan
amoniak. Tahap pembentukan urin adalah :
1. Proses Filtrasi
Di glomerulus terjadi penyerapan darah, yang tersaring adalah bagian
cairan darah kecuali protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai
bowmen yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat
dll, diteruskan ke tubulus ginjal. cairan yang di saring disebut filtrate
gromerulus.
2. Proses Reabsorbsi
Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glikosa,
sodium, klorida, fospat dan beberapa ion bikarbonat. Prosesnya terjadi
secara pasif (obligator reabsorbsi) di tubulus proximal. sedangkan pada
tubulus distal terjadi kembali penyerapan sodium dan ion bikarbonat bila
diperlukan tubuh. Penyerapan terjadi secara aktif (reabsorbsi fakultatif)
dan sisanya dialirkan pada papilla renalis.
3. Proses sekresi.
Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal dialirkan ke
papilla renalis selanjutnya diteruskan ke luar.
9

2.3 Urolitiasis
2.3.1 Definisi
Urolithiasis adalah terbentuknya batu didalam saluran kemih. Batu
di dalam saluran kemih (kalkulus uriner) adalah massa keras sepertibatu
yangterbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri,
perdarahan,penyumbatan aliran kemih atau infeksi.5
Proses pembentukan batu ini disebut urolitiasis, dan dapat
terbentuk pada :
1. Ginjal (Nefrolithiasis)
Nefrolitiasis (Batu Ginjal) merupakan salah satu gejalanya adalah
pembentukan batu di dalam ginjal.6

Gambar. Batu Ginjal7

2. Ureter (Ureterolithiasis)
Ureterolitiasis adalah suatu keadaan terjadinya penumpukan oksalat,
calculi (batu ginjal) pada ureter atau pada daerah ginjal.
3. Vesica urinaria (Vesicolithiasis)
Batu urethra (Urethrolithiasis) biasanya berasal dari batu ginjal atau
ureter yang turun ke buli-buli, kemudian masuk ke uretra.8
4. Uretra (Urethrolithiasis).9
Batu buli-buli disebut juga batu vesica, vesical calculi, vesical stone,
bladder stone. Batu buli-buli atau vesikolitiasis adalah massa yang
berbentuk kristal yang terbentuk atas material mineral dan protein yang
terdapat pada vesika urinaria2
10

2.3.2 Etiologi
Secara epidemiologi terdapat beberapa faktor yang mempermudah
terjadinya pembentukan batu di saluran kemih pada seseorang. Faktor itu
meliputi faktor intrinsik, yaitu keadaan yang berasal dari tubuh seseorang
dan faktor ekstrinsik, yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan di
sekitarnya.1
Faktor intrinsik itu antara lain adalah:
1. Herediter
Dents disease yaitu terjadinya peningkatan 1,25 dehidroksi
vitamin D sehingga penyerapan kalsium di usus meningkat,
akibat keturunan) : penyakit ini diduga diturunkan dari orang
tuanya. Penyakit-penyakit herediter yang menyebabkan
Urolithiasis antara lain:hiperkalsiuria, proteinuria, glikosuria,
aminoasiduria dan fosfaturia yang akhirnya mengakibatkan
batu kalsium oksalat dan gagal ginjal.
Sindroma Barter, pada keadaan ini terjadi poliuria, berat jenis
air kemih rendah hiperkalsiuria dan nefrokalsinosis.5
2. Umur
Penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30 50 tahun. Hasil
penelitian yang dilakukan terhadap penderita BSK di RS DR Kariadi
selama lima tahun (1989-1993), frekuensi terbanyak pada dekade
empat sampai dengan enam.5
3. Jenis kelamin
Jumlah pasien laki laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan
pasien perempuan.Serum testosteron menghasilkan peningkatan
produksi oksalat endogen oleh hati. Rendahnya serum testosteron pada
wanita dan anak-anak menyebabkan rendahnya kejadan batu saluran
kemih pada wanita dan anak-anak.5
Faktor ekstrinsik diantaranya adalah :
1. Geografi : Pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu
saluran kemih yang lebih tinggi dari pada daerah lain, sehingga dikenal
11

sebagai daerah stone belt (sabuk batu), sedangkan daerah Bantu di


Afrika Selatan hampir tidak dijumpai penyakit batu saluran kemih.
2. Iklim dan temperatur
3. Asupan air : Kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral
kalsium pada air yang dikonsumsi, dapat meningkatkan insiden batu
saluran kemih.
4. Diet banyak purin, oksalat, dan kalsium mempermudah terjadinya
penyakit batu saluran kemih.
5. Pekerjaan : Sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak
duduk dan kurang aktifitas atau sedentary life.1

2.3.3 Proses pembentukan batu saluran kemih


Secara teoritis batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih
terutama pada tempat tempat yang sering mengalami hambatan aliran
urine (statis urin), yaitu pada sistem kalises ginjal atau buli-buli. Banyak
teori yang menerangkan proses pembentukan batu di saluran kemih; tetapi
hingga kini masih belum jelas teori mana yang paling benar.10

Beberapa teori pembentukan batu adalah :


1. Teori Nukleasi
Batu terdiri atas Kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan organic
maupun anorganik yang terlarut di dalam urine. Kristal- kristal tersebut
berada dalam keadaan metastable(tetap terlarut) dalam urine jika tidak ada
keadaan-keadaan tertentu yang menyebabkan terjadinya presipitasi kristal.
Kristal-kristal yang saling mengadakan presipitasi membentuk inti batu
(Nukleasi) yang kemudian akan mengadakan agregasi, dan menarik bahan-
bahan lain sehingga menjadi kristal yang lebih besar. Meskipun ukurannya
cukup besar, agregat kristal masih rapuh dan belum cukup mampu
membuntu saluran kemih. Untuk itu agregat kristal menempel dan dari sini
bahan-bahan lain mengendap pada pada epitel saluran kemih (membentuk
retensi kristal), agregat itu sehingga membentuk batu yang cukup besar
untuk menyumbat saluran kemih.1
12

2. Teori Matriks
Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin, globulin, dan
mukoprotein) merupakan kerangka tempat diendapkannya kristal-kristal
batu.5

3. Penghambatan kristalisasi
Urine orang normal mengandung zat penghambat pembentuk kristal,
antara lain : magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa
peptida. Jika kadar salah satu atau beberapa zat itu berkurang, akan
memudahkan terbentuknya batu di dalam saluran kemih. Ion magnesium
(Mg2+) dikenal dapat menghambat pembentukan batu karena jika
berikatan dengan oksalat, membentuk garam magnesium oksalat sehingga
jumlah oksalat yang akan berikatan dengan kalsium (Ca2+) untuk
membentuk kalsium oksalat menurun. Beberapa protein atau senyawa
organik lain mampu bertindak sebagai inhibitor dengan cara menghambat
pertumbuhan kristal, menghambat agregasi kristal, maupun menghambat
retensi kristal. Senyawa itu antara lain :
1. Glikosaminoglikan (GAG)
2. Protein Tamm Horsfall (THP) / uromukoid
3. Nefrokalsin
4. Osteopostin.5

2.2.4 Jenis-Jenis Batu Saluran Kemih


Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur : kalsium
oksalat atau kalsium fosfat (75%), asam urat (8%), magnesium-amonium-
fosfat (MAP) (15%), xanthyn dan sistin, silikat dan senyawa lain (1%).4

1. Batu kalsium
Batu jenis ini paling banyak dijumpai, yaitu kurang lebih 70 -80 % dari
seluruh batu saluran kemih. Kandungan batu jenis ini terdiri atas kalsium
oksalat, kalsium fosfat, atau campuran dari kedua unsur itu.
13

Gambar : batu kalsium oksalat

Faktor terjadinya batu kalsium adalah


1) Hiperkalsiuri, yaitu kadar kalsium dalam urine lebih besar dari 250-
300 mg/24 jam. Terdapat 3 macam penyebab terjadinya hiperkalsiuri,
antara lain :
Hiperkalsiuri absorptif, terjadi karena peningkatan absorpsi
kalsium melalui usus.
Hiperkalsiuri renal, terjadi karena adanya gangguan kemampuan
reabsorpsi kalsium melalui tubulus ginjal.
Hiperkalsiuri resorptif, terjadi karena adanya peningkatan resorpsi
kalsium tulang, yang banyak terjadi pada hiperparatiroidisme
primer atau pada tumor paratiroid.
2) Hiperoksaluri, adalah ekskresi oksalat urine melebihi 45 gram per hari.
Keadaan ini banyak dijumpai pada pasien yang mengalami gangguan
usus passca operatif usus dan pasien yang banyak mengkonsumsi
makanan yang kaya akan oksalat, seperti : teh, kopi instan, minuman
soft drink, arbei, jeruk sitrun, dan sayuran hijau terutama bayam.
3) Hiperorikosuria, yaitu kadar asam urat dalam urine melebihi 850
mg/24 jam.
4) Hipositraturia. Di dalam urine, sitrat bereaksi dengan kalsium
membentuk kalsium sitrat yang bersifat lebih mudah larut, sehingga
menghalangi kalsium berikatan dengan oksalat atau fosfat.
Hipositraturia dapat terjadi pada penyakit asidosis tubulus ginjal,
14

sindrom malabsorpsi, atau pemakaian diuretik golongan thiazid dalam


waktu lama.
5) Hipomagnesuria. Sama seperi sitrat, magnesium bertindak sebagai
inhibitor timbulnya batu kalsium, karena di dalam urine magnesium
bereaksi dengan oksalat membentuk magnesium oksalat, sehingga
mencegah ikatan kalsium oksalat.1

2. Batu struvit
Batu ini disebut juga batu infeksi karena pembentukannya disebabkan
oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab adalah kuman
golongan pemecah urea atau urea splitter yang dapat menghasilkan enzim
urease dan mengubah pH urine menjadi basa melalui hidrolisis urea
menjadi amoniak. Suasana basa ini memudahkan garam-garam
magnesium, amonium, fosfat dan karbonat untuk membentuk batu
magnesium amonium fosfat (MAP).Kuman-kuman yang termasuk
pemecah urea diantaranya adalah : Proteus spp, Klebsiella, Serratia,
Enterobakter, Pseudomonas dan Stafilokokus. E.coli bukan termasuk
pemecah urea.5

Gambar : batu struvit

3. Batu asam urat


Batu asam urat merupakan 5-10% dari seluruh batu saluran kemih. Di
antara 75-80% batu asam urat terdiri atas asam urat murni dan sisanya
15

merupakan campuran kalsium oksalat. Penyakit ini banyak diderita oleh


pasien dengan penyakit gout, penyakit mieloproliferatif, pasien yang
mendapatkan terapi antikanker, dan yang banyak menggunakan obat
urikosurik, seperti sulfinpirazone, thiazide, dan salisilat. Obesitas,
peminum alkohol, dan diet tinggi protein mempunyai peluang besar untuk
mendapatkan penyakit ini. Asam urat relatif tidak larut dalam urine,
sehingga pada keadaan tertentu mudah sekali membentuk kristal asam
urat, dan selanjutnya membentuk batu asam urat.1

Gambar : batu asam urat


4. Batu jenis lain
Batu sistin, batu xanthin sangat jarang dijumpai. Batu sistin didapatkan
karena kelainan metabolism sistin, yaitu kelainan dalam absorbsi sistin
dimukosa usus. Demikian batu xanthin terbentuk karena penyakit bawaan
berupa defisiensi enzim xanthin oksidase yang mengkatalisis perubahan
hipoxanthin menjadi xanthin dan xanthin menjadi asam urat.1

Gambar : batu sistin


16

2.2.5 Gambaran klinis.11


Tanda dan gejala penyakit batu saluran kemih ditentukan oleh
letaknya
Batu ginjal
o Sakit pada sudut CVA, sakit berupa pegal (akibat distensi
parenkim dan kapsul ginjal), kolik (hiperperistaltik otot polos pada
kaliks dan pelvis ginjal)
o Nausea, muntah-muntah disertai distensi abdomen disebabkan oleh
ilius paralitik.
o Hematuria makroskopik (5-10%), hematuria makroskopi (90%).
o Infeksi, bila terjadi sepsis penderitaakan demam, menggigil dan
apatis
Tanda-tanda
Biasanya tidak ditemukan kelainan, kadang-kadang dapat ditemukan
adanya nyeri tekan, nyeri ketok pada sudut CVA, bila terjadi
hidronephrosis dapat teraba adanya massa.
Batu Ureter
o Rasa sakit yang mendadak disebabkan batu yang lewat, rasa sakit
berupa pegal disudut CVA (distensi parenkhim dan kapsul ginjal)
atau kolik (hiperperistaltik otot polos), kolik ini menjalar ke perut
bagian bawah sesuai dengan batu lokasi batu dalam ureter, pada
pria rasa sakit sampai ke testis (batu ureter proksimal), pada wanita
rasa sakit terasa sampai vulva dan pada pria rasa sakit pada
skrotum (batu ureter distal)
o Gejala traktus digestifus seperti pada batu ginjal
o Bila batu sudah menetap di uterer hanya ditemukan rasa pegal pada
sudut CVA karena bendungan.
o Rasa ingin berkemih namun hanya sedikit urine yang keluar
Tanda-tanda
o Pada saat akut penderita tampak gelisah, kulit basah dan dingin,
kadang-kadang terdapat tanda-tanda syok ringan.
17

o Nyeri tekan pada CVA, spasme otot-otot abdomen, testis


hipersensitif (batu ureter proximal), skrotum hipersensitif (batu
ureter distal
Batu Buli-buli
o Kencing lancar tiba-tiba terhenti terasa sakit yang menjalar ke
penis bila pasien merubah posisi dapat kencing lagi, pada anak-
anak mereka akan berguling-guling dan menarik-narik penis
o Kalau terjadi infeksi ditemukan tanda sistitis, kadang-kadang
terjadi hematuria
Tanda-tanda
o Adanya nyeri tekan suprasimpisis karena infeksi atau teraba
adanya urin yang banyak retensi.
o Hanya pada batu yang besar dapat diraba secara bimanual
o Pada pria di atas 50 tahun biasanya ditemukan pembesaran prostat.
Batu Urethra
o Kencing lancar tiba-tiba berhenti disertai rasa sakit yang hebat
(gland penis, batang penis, perineum dan rectum) terjadi retensi
urin (total atau parsial) yang didahului oleh nyeri pinggang.
Tanda-tanda
Rasa sakit pada tempat batu berada :
o Glands penis fossa navikularis
o Urethra anterior pars bulbosa maupun pendularis
o Perineum dan rektum bulbus urethra pars prostatika (dapat
diraba dengan RT)

2.2.6 Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis perlu dilakukan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan ditunjang dengan pemeriksaan radiologis,
laboratorium dan penunjang lain untuk menentukan adanya kemungkinan
obstruksi saluran kemih, infeksi, dan gangguan faal ginjal.
18

A. Anamnesis
a. Riwayat penyakit saat ini 12
Pada pengkajian ini, hal yang perlu ditanyakan adalah keluhan klien
seperti nyeri (lokasi, waktu, penyebaran, intensitas, durasi),
pengeluaran batu dalam urin, pola BAK, terdapat darah dalam urin dan
lain-lain.Pasien dengan batu saluran kemih mempunyai keluhan yang
bervariasi mulai dari tanpa keluhan. sakit pinggang ringan sampai
dengan kolik, disuria, hematuria, retensio urin, anuria. Keluhan ini
dapat disertai dengan penyulit berupa demam, tanda-tanda gagal
ginjal.10
b. Riwayat penyakit terdahulu
Penyakit terdahulu yang perlu ditanyakan pada klien yaitu apakah
klien pernah mengalami penyakit batu sebelumnya, pernah
mengalami penyakit infeksi saluran kemih, riwayat kencing berpasir
ataupun penyakit saluran kemih yang lainnya.
c. Riwayat keluarga
Perlu ditanyakan antara lain : intake cairan, diit (susu, keju, purine),
obat-obatan (analgesic, vitamin D, kemoterapi), immobilisasi yang
lama, gout, atau pernah mengeluarkan batu.1
d. Kebiasaan dan gaya hidup
Pada pemeriksaan ini perawat menanyakan kebiasan klien sehari-
hari, aktivitas yang biasa dilakukan klien sebelumnya, serta
makanan dan minuman yang biasa di konsumsi klien.

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pasien dengan batu saluran kemih dapat bervariasi mulai
tanpa kelainan fisik sampai tanda-tanda sakit berat tergantung pada letak
batu dan penyulit yang ditimbulkan.
Pemeriksaan fisik umum : hipertensi, febris, anemia, syok
Pemeriksan fisik khusus urologi
19

a. Sudut kosto vertebra : nyeri tekan, nyeri ketok, pembesaran


ginjal
b. Supra simfisis : nyeri tekan, teraba batu, buli-buli penuh
c. Genitalia eksterna : teraba batu di uretra
d. Colok dubur : teraba batu pada buli-buli (palpasi bimanual).4
B. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk mencari kelainan kemih
yang dapat menunjang adanya batu di saluran kemih, menentukan fungsi
ginjal, dan menentukan sebab terjadinya batu.13
Urin
pH urin > 7,6 biasanya ditemukan kuman urea splitting organisme
dapat berbentuk batu magnesium ammonium posfat. pH yang
rendah menyebabkan peengendapan batu asam urat (organik)
Sedimen : Sel darah merah meningkat (90%) ditemukan pada
penderita dengan batu, bila terjadi infeksi maka Sel darah putih
akan meningkat
Biakan urin
Darah
Hb, akan terjadi anemia pada gangguan fungsi ginjal
Leukositosis terjadi karena infeksi
Ureum kreatinin untuk melihat fungsi ginjal
Ca, Fosfor dan asam urat.6

C. Pemeriksaan Radiologik
BNO
BNO atau Buik Nier Overzich atau foto abdomen polos
adalah pemeriksaan radioligi pada bagian abdomen yang
dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya kelainan kongenital,
tumor ginjal atau tumor abdomen, bati saluran kemih dan
tumor kandungan. BNO polos dapat dilakukan oleh siapa saja
dan kapan saja karena tidak memerlukan persiapan. Pemeriksaan
20

ini dilakukan dengan posisi supine dengan memiliki batas atas


prosesus xyphoideus, batas bawah simphisis pubis dan batas lateral
terlihat seluruh perut.14 Pada foto BNO batu yang dapat dilihat
sebagai batu radio-opak sedangkan batu yang tidak tampak disebut
sebagai batu radiolusen, berikut ini adalah urutan batu menurut
densitasnya, dari yang paling opak hingga yang paling bersifat
radiolusen; calcium fosfat, calcium oksalat, magnesium ammonium
fosfat, asam urat, xanthin.6
Foto BNO-IVP
BNO IVP atau BNO intravenous pyelography excertion urography
adalah pemeriksaan BNO dengan menggunakan obat kontras yang
dimasukan. Pemeriksaan ini menurut Thomas B dan James H
menggunakan iodine kontras medium. Indikasi pemeriksaan ini
sama dengan pemeriksaan BNO akan tetapi pemeriksaan ini
memberikan pemeriksaan anatomikal yang lebih baik. Berbeda
dengan pemeriksaan BNO polos, BNO IVP tidak dapat dilakukan
pada semua orang karena pemeriksaan ini hanya boleh dilakukan
jika kadar ureum < 60mg, creatinin < 2 mg, telah menjalani
Discharge planning pemeriksaan BNO dan skin test terhadap obat
kontras. Kontra indikasi dari pemeriksaan ini adalah alergi obat
kontras, penurunan fungsi ginjal, infeksi saluran kemih akut dan
retensi cairan berlebihan. Persiapan yang dilakukan untuk
melakukan pemeriksaan ini antara lain makan-makanan rendah
sisa yaitu bubur kecap dan mengurangi minum 24 jam sebelum
pemeriksaan, puasa 8 jam sebelum pemeriksaan, dan makan garam
inggris 30 gram malam sebelum pemeriksaan.
Retrograde pyelograph
Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan yang dilakukan jika
pemeriksaan menggunakan BNO IVP tidak baik. Pemeriksaan ini
dilakukan untuk mengetahui letak, panjang tinggi dan etiologi dari
obstruksi yang terjadi. Pemeriksaan ini, tidak boleh dilakukan pada
21

klien dengan infeksi saluran kemih akut. Pemeriksaan ini


dilakukan dengan menggunakan kontras melalui kateter ureter
Urografi
Pemeriksaan radiologis yang digunakan harus dapat
memvisualisasikan saluran kemih yaitu ginjal, ureter dan vesika
urinaria (KUB). Tetapi pemeriksaan ini mempunyai kelemahan
karena hanya dapat menunjukkan batu yang radioopaque. Batu
asam urat dan ammonium urat merupakan batu yang radiolucent.
Tetapi batu tersebut terkadang dilapisi oleh selaput yang berupa
calsium sehingga gambaran akhirnya radioopaque. Pelapisan
adalah hal yang sering, biasanya lapisan tersebut berupa sisa
metabolik, infeksi dan disebabkan hematuri sebelumnya.
CT Scan Urologi
CT Scan adalah pemeriksaan yang menggunakan kombinasi X-
Ray dan komputer 3D sehingga dapat menghasilkan gambar yang
lebih jelas. CT Scan melibatkan obat khusus yang disebut dengan
medium kontras. Posisi yang digunakan pada pemeriksaan ini
adalah terlentang. Pemeriksaan ini dilakukan untuk menunjukkan
posisi batu dan kondisi yang mungkin diakibatkan oleh keberadaan
batu tersebut seperti hidrouretra ataupun hidronefrosis
Ultrasonografi
Pemeriksaan USG merupakan pemeriksaan yang non invasive yang
sangat membantu, dapat dipakai untuk melakukan antegrad
pielografi.6 USG dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani
pemeriksaan IVU, yaitu pada keadaan-keadaan : alergi terhadap
bahan kontras, faal ginjal yang menurun, dan pada wanita yang
hamil. Pemeriksaan USG untuk menilai adanya batu diginjal atau
buli-buli, hidronefrosis, pionefrosis atau pengerutan ginjal.1
22

2.2.7 Penatalaksanaan15-16
Batu yang sudah menimbulkan masalah pada sauran kemih
secepatnya harus dikeluarkan. Indikasi untuk melakukan tindakan/terapi
pada batu saluran kemih adalah jika batu telah menimbulkan obstruksi,
infeksi, atau harus diambil karena sesuatu indikasi sosial.1
Batu dapat dikeluarkan dengan cara, yaitu :
1. Medikamentosa
Terapi ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm,
karena diharapkan batu dapat keluar spontan. Memberikan minum yang
berlebihan disertai diuretik. Dengan produksi air kemih yang lebih
banyak diharapkan dapat mendorong batu keluar dari saluran kemih.
Pengobatan simptomatik mengusahakan agar nyeri, khususnya kolik,
yang terjadi menghilang dengan pemberian simpatolitik. Dan
berolahraga secara teratur. Adanya batu struvit menunjukkan terjadinya
infeksi saluran kemih, karena itu diberikan antibiotik. Batu strufit tidak
dapat dilarutkan tetapi dapat dicegah pembesarannya bila diberikan
pengobatan dengan pengasaman urin dan pemberian antiurease, seperti
Acetohidroxamic acid. Ini untuk menghambat bakteri urease dan
menurunkan kadar ammonium urin.
Pengobatan yang efektif untuk pasien yang mempunyai batu asam
urat pada saluran kemih adalah dengan alkalinisasi supaya batu asam
yang terbentuk akan dilarutkan. Pelarutan batu akan terjadi apabila pH
urin menjadi lebih tinggi atau berjumlah 6,2. Sehingga dengan
pemberian bikarbonas natrikus disertai dengan makanan alkalis, batu
asam urat diharapkan larut. Potasium Sitrat (polycitra K, Urocit K) pada
dosis 60 mEQ dalam 3-4 dosis perhari pemberian digunakan untuk
terapi pilihan. Tetapi terapi yang berlebihan menggunakan sediaan ini
akan memicu terbentuknya deposit calsium pospat pada permukaan
batu sehingga membuat terapi tidak efektif lagi. Atau dengan usaha
menurunkan produksi kadar asam urat air kemih dan darah dengan
23

bantuan alopurinol, usaha ini cukup memberi hasil yang baik. Dengan
dosis awal 300 mg perhari, baik diberikan setelah makan
2. ESWL ( Extracorporeal Shockwave Lithotripsy )
Alat ESWL dapat memecah batu ginjal tanpa melalui tindakan
invasif dan tanpa pembiusan. Batu dipecah menjadi fragmen-fragmen
kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih. Tidak jarang,
pecahan-pecahan batu yang sedang keluar menimbulkan perasaan nyeri
kolik dan menyebabkan hematuria.
3. Endourologi
Endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan
batu, tindakan tersebut terdiri atas memecah batu, dan kemudian
mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukkan
langsung ke dalam saluran kemih. Alat tersebut dimasukkan melalui
uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Proses
pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik, dengan memakai
energi hidroulik, energi gelombang suara, atau dengan energi laser.
Beberapa tindakan endourologi untuk mengeluarkan batu pada ginjal
adalah :
- PNL ( Percutaneous Nephro Litholapaxy )
Yaitu mengeluarkan batu di dalam saluran ginjal dengan cara
memasukkan alat endoskopi ke sistem kalises ginjal melalui insisi
pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu
menjadi fragmen-fragmen kecil.
- Litotripsi adalah memecah batu buli-buli atau batu urethra dengan
memasukkan alat pemecah batu (litotritor) ke dalam buli-buli.
Pecahan batu dikeluarkan dengan evakuator ellik.
4. Pembedahan
Terapi bedah digunakan jika tidak tersedia alat litotriptor, alat
gelombang kejut atau bila cara non bedah tidak berhasil. Walaupun
demikian kita harus memerlukan suatu indikasi. Misalnya apabila batu
kandung kemih selalu menyebabkan gangguan miksi yang hebat
24

sehingga perlu diadakan tindakan pengeluarannya. Litotriptor hanya


mampu memecahkan batu dalam batas ukuran 3 cm kebawah. Batu
diatas ukuran ini dapat ditangani dengan batu kejut atau sistolitotomi.
1. Transurethral Cystolitholapaxy tehnik ini dilakukan setelah
adanya batu ditunjukkan dengan sistoskopi, kemudian diberikan
energi untuk membuat nya menjadi fragmen yang akan dipindahkan
dari dalam buli dengan alat sistoskopi. Energi yang digunakan dapat
berupa energi mekanik (pneumatic jack hummer), ultrasonic dan
elektrohidraulik dan laser.
2. Percutaneus Suprapubic cystolithopaxy tehnik ini selain
digunakan untuk dewasa juga digunakan untuk anak-anak, tehnik
percutaneus menggunakan endoskopi untuk membuat fragmen batu
lebih cepat hancur lalu dievakuasi. Sering tehnik ini digunakan
bersama tehnik yang pertama dengan tujuan stabilisasi batu dan
mencegah irigasi yang ditimbulkan oleh debris pada batu.
3. Suprapubic Cystostomy tehnik ini digunakan untuk memindah
batu dengan ukuran besar, juga di indikasikan untuk membuang
prostate, dan diverculotomy. Pengambilkan prostate secara terbuka
diindikasikan jika beratnya kira- kira 80-100gr. Keuntungan tehnik ini
adalah cepat, lebih mudah untuk memindahkan batu dalam jumlah
banyak, memindah batu yang melekat pada mukosa buli dan
kemampuannya untuk memindah batu yang besar dengan sisi kasar.
Tetapi kerugian penggunaan tehnik ini adalah pasien merasa nyeri
post operasi, lebih lama dirawat di rumah sakit, lebih lama
menggunakan kateter.
5. Pencegahan berupa menghindari dehidrasi dengan minum cukup dan
diusahakan produksi urine sebanyak 2-3 L/hari, Aktivitas harian yang
cukup dan Diet untuk mengurangi kadar zat-zat komponen pembentuk
batu.1
25

2.2.8 Prognosis
Prognosis batu pada saluran kemih, dan ginjal khususnya
tergantung dari faktor-faktor ukuran batu, letak batu, adanya infeksi serta
adanya obstruksi. Makin besar ukuran suatu batu, makin jelek
prognosisnya. Letak batu yang dapat menyebabkan obstruksi dapat
mempermudah terjadinya infeksi. Makin besar kerusakan jaringan dan
adanya infeksi karena faktor obstruksi akan dapat menyebabkan
penurunan fungsi ginjal, sehingga prognosis menjadi jelek.

2.2.9 Komplikasi
1) Hidronefrosis
2) Pielonefrosis
3) Uremia
4) Gagal ginjal
5) Fistula
6) Divertikulum
26

BAB III
KESIMPULAN

1. Batu saluran kemih adalah massa keras seperti batu yang terbentuk di
sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan,
penyumbatan aliran kemih, atau infeksi.
2. Semua tipe batu saluran kemih memiliki potensi untuk membentuk batu.
Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan
gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih,
dehidrasi, dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap
(idiopatik).
3. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk penegakkan diagnosis
dan rencana terapi antara lain Foto Polos Abdomen, Pielografi Intra Vena
(PIV), Ultrasonografi, pemeriksaan mikroskopik urin, Renogram, analisis
batu, kultur urin, DPL, ureum, kreatinin, elektrolit.
4. Pencegahan yang dilakukan adalah berdasarkan atas kandungan unsur yang
menyusun batu saluran kemih yang diperoleh dari analisis batu.
5. Komplikasi batu pada saluran kemih adalah obstruksi dan infeksi sekunder,
serta komplikasi dari terapi, baik invasif maupun noninvasif.
6. Prognosis batu ginjal tergantung dari faktor-faktor ukuran batu, letak batu,
dan adanya infeksi serta obstruksi.
27

DAFTAR PUSTAKA

1. Purnomo BB. 2011. Hyperplasia prostat. dalam Dasar-dasr Urologi. Edisi ke-
3. Jakarta : sagung seto. Hal 125-144.
2. Scanlon VC, Sanders T. Essential of anatomy and physiology. 5th ed. US: FA
Davis Company; 2007.
3. Van de Graaf KM. Human anatomy. 6th ed. US: The McGraw-Hill
Companies; 2001.
4. Guyton dan Hall. 2007. Buku Ajar FISIOLOGI KEDOKTERAN Edisi II.
EGC: Jakarta
5. Daniella, A dkk. 2011. Profil analsis penyakit batu saluran kemih di
departemen bedah urologi RSU Dr Saiful Anwar dari mei 2009 hingga mei
2011. Refrat. Malang : FK Universitas Brawijaya
6. Sjamsuhidrajat. R. I. W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Ke-2. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC. 2004. 754-763.
7. Webmaster. Batu Saluran Kemih. Diunduh dari : http://www.medicastore.com

8. Wim de Jong. Bab 3 : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC. 2005
9. Soeparman, dkk. 2001. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Hlmn 378. Balai
Penerbit FKUI : Jakarta
10. HTA Indonesia. (2005). Penggunaan Extracorporeal Shockwave Lithotripsy
pada Batu Saluran Kemih. Retrieved from http://buk.depkes.go.id.
Diunduh tangaal 25 Februari 2016.
11. Reksoprodjo, Soelarto, dkk. 1995.Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta:
Binarupa Aksara, Hal 161-170
12. Putri, Puspa Utami.2013 Discharge Planning Pada Klien Dengan Urolithisis
Post Ureterorenoscopy (URS) Di Ruang Anggrek Tengah Kanan RSUP
Persahabatan. Jakarta : Universitas Indonesia
13. AUA Foundation. (2005). Kidney Stones. Retrieved from
www.UrologyHealth. org. Diunduh tanggal 24 Februari 2016.
14. Thomas B and James H. Urolithiasis. Journal Surgery (2005) 23: 4.
28

15. Pearle. S. Margareth. Urolithiasis Medical and Surgical Management. USA :


Informa Healthcare, 2009. 1-6
16. Stoller M.R. Urinary Stone Disease . Tanagho EA : Smiths General Urology
edition 17. New York: Mc Graw Hill Companies 2008.

Anda mungkin juga menyukai