PENDAHULUAN
1
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pelvis renalis, disebut juga piala ginjal, yaitu bagian yang menghubungkan
antara calix major dan ureter.
Ureter, yaitu saluran yang membawa urine menuju vesica urinaria.
b. Ureter
c. Vesica urinaria
d. Uretra
Uretra merupakan saluran yang membawa urine keluar dari vesica
urinaria menuju lingkungan luar. Terdapat beberapa perbedaan uretra pada
pria dan wanita. Uretra pada pria memiliki panjang sekitar 20 cm dan juga
berfungsi sebagai organ seksual (berhubungan dengan kelenjar prostat),
sedangkan uretra pada wanita panjangnya sekitar 3.5 cm. selain itu, Pria
memiliki dua otot sphincter yaitu m.sphincter interna (otot polos terusan
dari m.detrusor dan bersifat involunter) dan m.sphincter externa (di uretra
pars membranosa, bersifat volunter), sedangkan pada wanita hanya
memiliki m.sphincter externa (distal inferior dari kandung kemih dan
bersifat volunter).
Pada pria, uretra dapat dibagi atas pars pre-prostatika, pars prostatika,
pars membranosa dan pars spongiosa.
Pars pre-prostatika (1-1.5 cm), merupakan bagian dari collum vesicae dan
aspek superior kelenjar prostat. Pars pre-prostatika dikelilingi otot m.
sphincter urethrae internal yang berlanjut dengan kapsul kelenjar prostat.
Bagian ini disuplai oleh persarafan simpatis.
Pars prostatika (3-4 cm), merupakan bagian yang melewati/menembus
kelenjar prostat. Bagian ini dapat lebih dapat berdilatasi/melebar dibanding
bagian lainnya.
Pars membranosa (12-19 mm), merupakan bagian yang terpendek dan
tersempit. Bagian ini menghubungkan dari prostat menuju bulbus penis
melintasi diafragma urogenital. Diliputi otot polos dan di luarnya oleh
7
Sedangkan uretra pada wanita berukuran lebih pendek (3.5 cm) dibanding
uretra pada pria. Setelah melewati diafragma urogenital, uretra akan
bermuara pada orifisiumnya di antara klitoris dan vagina (vagina opening).
Terdapat m. spchinter urethrae yang bersifat volunter di bawah kendali
somatis, namun tidak seperti uretra pria, uretra pada wanita tidak memiliki
fungsi reproduktif.
8
2.2 Fisiologi
Fungsi ginjal adalah a) memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-
zat toksis atau racun, b) mempertahankan suasana keseimbangan cairan, c)
mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, dan d)
mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan
amoniak. Tahap pembentukan urin adalah :
1. Proses Filtrasi
Di glomerulus terjadi penyerapan darah, yang tersaring adalah bagian
cairan darah kecuali protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai
bowmen yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat
dll, diteruskan ke tubulus ginjal. cairan yang di saring disebut filtrate
gromerulus.
2. Proses Reabsorbsi
Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glikosa,
sodium, klorida, fospat dan beberapa ion bikarbonat. Prosesnya terjadi
secara pasif (obligator reabsorbsi) di tubulus proximal. sedangkan pada
tubulus distal terjadi kembali penyerapan sodium dan ion bikarbonat bila
diperlukan tubuh. Penyerapan terjadi secara aktif (reabsorbsi fakultatif)
dan sisanya dialirkan pada papilla renalis.
3. Proses sekresi.
Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal dialirkan ke
papilla renalis selanjutnya diteruskan ke luar.
9
2.3 Urolitiasis
2.3.1 Definisi
Urolithiasis adalah terbentuknya batu didalam saluran kemih. Batu
di dalam saluran kemih (kalkulus uriner) adalah massa keras sepertibatu
yangterbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri,
perdarahan,penyumbatan aliran kemih atau infeksi.5
Proses pembentukan batu ini disebut urolitiasis, dan dapat
terbentuk pada :
1. Ginjal (Nefrolithiasis)
Nefrolitiasis (Batu Ginjal) merupakan salah satu gejalanya adalah
pembentukan batu di dalam ginjal.6
2. Ureter (Ureterolithiasis)
Ureterolitiasis adalah suatu keadaan terjadinya penumpukan oksalat,
calculi (batu ginjal) pada ureter atau pada daerah ginjal.
3. Vesica urinaria (Vesicolithiasis)
Batu urethra (Urethrolithiasis) biasanya berasal dari batu ginjal atau
ureter yang turun ke buli-buli, kemudian masuk ke uretra.8
4. Uretra (Urethrolithiasis).9
Batu buli-buli disebut juga batu vesica, vesical calculi, vesical stone,
bladder stone. Batu buli-buli atau vesikolitiasis adalah massa yang
berbentuk kristal yang terbentuk atas material mineral dan protein yang
terdapat pada vesika urinaria2
10
2.3.2 Etiologi
Secara epidemiologi terdapat beberapa faktor yang mempermudah
terjadinya pembentukan batu di saluran kemih pada seseorang. Faktor itu
meliputi faktor intrinsik, yaitu keadaan yang berasal dari tubuh seseorang
dan faktor ekstrinsik, yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan di
sekitarnya.1
Faktor intrinsik itu antara lain adalah:
1. Herediter
Dents disease yaitu terjadinya peningkatan 1,25 dehidroksi
vitamin D sehingga penyerapan kalsium di usus meningkat,
akibat keturunan) : penyakit ini diduga diturunkan dari orang
tuanya. Penyakit-penyakit herediter yang menyebabkan
Urolithiasis antara lain:hiperkalsiuria, proteinuria, glikosuria,
aminoasiduria dan fosfaturia yang akhirnya mengakibatkan
batu kalsium oksalat dan gagal ginjal.
Sindroma Barter, pada keadaan ini terjadi poliuria, berat jenis
air kemih rendah hiperkalsiuria dan nefrokalsinosis.5
2. Umur
Penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30 50 tahun. Hasil
penelitian yang dilakukan terhadap penderita BSK di RS DR Kariadi
selama lima tahun (1989-1993), frekuensi terbanyak pada dekade
empat sampai dengan enam.5
3. Jenis kelamin
Jumlah pasien laki laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan
pasien perempuan.Serum testosteron menghasilkan peningkatan
produksi oksalat endogen oleh hati. Rendahnya serum testosteron pada
wanita dan anak-anak menyebabkan rendahnya kejadan batu saluran
kemih pada wanita dan anak-anak.5
Faktor ekstrinsik diantaranya adalah :
1. Geografi : Pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu
saluran kemih yang lebih tinggi dari pada daerah lain, sehingga dikenal
11
2. Teori Matriks
Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin, globulin, dan
mukoprotein) merupakan kerangka tempat diendapkannya kristal-kristal
batu.5
3. Penghambatan kristalisasi
Urine orang normal mengandung zat penghambat pembentuk kristal,
antara lain : magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa
peptida. Jika kadar salah satu atau beberapa zat itu berkurang, akan
memudahkan terbentuknya batu di dalam saluran kemih. Ion magnesium
(Mg2+) dikenal dapat menghambat pembentukan batu karena jika
berikatan dengan oksalat, membentuk garam magnesium oksalat sehingga
jumlah oksalat yang akan berikatan dengan kalsium (Ca2+) untuk
membentuk kalsium oksalat menurun. Beberapa protein atau senyawa
organik lain mampu bertindak sebagai inhibitor dengan cara menghambat
pertumbuhan kristal, menghambat agregasi kristal, maupun menghambat
retensi kristal. Senyawa itu antara lain :
1. Glikosaminoglikan (GAG)
2. Protein Tamm Horsfall (THP) / uromukoid
3. Nefrokalsin
4. Osteopostin.5
1. Batu kalsium
Batu jenis ini paling banyak dijumpai, yaitu kurang lebih 70 -80 % dari
seluruh batu saluran kemih. Kandungan batu jenis ini terdiri atas kalsium
oksalat, kalsium fosfat, atau campuran dari kedua unsur itu.
13
2. Batu struvit
Batu ini disebut juga batu infeksi karena pembentukannya disebabkan
oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab adalah kuman
golongan pemecah urea atau urea splitter yang dapat menghasilkan enzim
urease dan mengubah pH urine menjadi basa melalui hidrolisis urea
menjadi amoniak. Suasana basa ini memudahkan garam-garam
magnesium, amonium, fosfat dan karbonat untuk membentuk batu
magnesium amonium fosfat (MAP).Kuman-kuman yang termasuk
pemecah urea diantaranya adalah : Proteus spp, Klebsiella, Serratia,
Enterobakter, Pseudomonas dan Stafilokokus. E.coli bukan termasuk
pemecah urea.5
2.2.6 Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis perlu dilakukan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan ditunjang dengan pemeriksaan radiologis,
laboratorium dan penunjang lain untuk menentukan adanya kemungkinan
obstruksi saluran kemih, infeksi, dan gangguan faal ginjal.
18
A. Anamnesis
a. Riwayat penyakit saat ini 12
Pada pengkajian ini, hal yang perlu ditanyakan adalah keluhan klien
seperti nyeri (lokasi, waktu, penyebaran, intensitas, durasi),
pengeluaran batu dalam urin, pola BAK, terdapat darah dalam urin dan
lain-lain.Pasien dengan batu saluran kemih mempunyai keluhan yang
bervariasi mulai dari tanpa keluhan. sakit pinggang ringan sampai
dengan kolik, disuria, hematuria, retensio urin, anuria. Keluhan ini
dapat disertai dengan penyulit berupa demam, tanda-tanda gagal
ginjal.10
b. Riwayat penyakit terdahulu
Penyakit terdahulu yang perlu ditanyakan pada klien yaitu apakah
klien pernah mengalami penyakit batu sebelumnya, pernah
mengalami penyakit infeksi saluran kemih, riwayat kencing berpasir
ataupun penyakit saluran kemih yang lainnya.
c. Riwayat keluarga
Perlu ditanyakan antara lain : intake cairan, diit (susu, keju, purine),
obat-obatan (analgesic, vitamin D, kemoterapi), immobilisasi yang
lama, gout, atau pernah mengeluarkan batu.1
d. Kebiasaan dan gaya hidup
Pada pemeriksaan ini perawat menanyakan kebiasan klien sehari-
hari, aktivitas yang biasa dilakukan klien sebelumnya, serta
makanan dan minuman yang biasa di konsumsi klien.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pasien dengan batu saluran kemih dapat bervariasi mulai
tanpa kelainan fisik sampai tanda-tanda sakit berat tergantung pada letak
batu dan penyulit yang ditimbulkan.
Pemeriksaan fisik umum : hipertensi, febris, anemia, syok
Pemeriksan fisik khusus urologi
19
C. Pemeriksaan Radiologik
BNO
BNO atau Buik Nier Overzich atau foto abdomen polos
adalah pemeriksaan radioligi pada bagian abdomen yang
dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya kelainan kongenital,
tumor ginjal atau tumor abdomen, bati saluran kemih dan
tumor kandungan. BNO polos dapat dilakukan oleh siapa saja
dan kapan saja karena tidak memerlukan persiapan. Pemeriksaan
20
2.2.7 Penatalaksanaan15-16
Batu yang sudah menimbulkan masalah pada sauran kemih
secepatnya harus dikeluarkan. Indikasi untuk melakukan tindakan/terapi
pada batu saluran kemih adalah jika batu telah menimbulkan obstruksi,
infeksi, atau harus diambil karena sesuatu indikasi sosial.1
Batu dapat dikeluarkan dengan cara, yaitu :
1. Medikamentosa
Terapi ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm,
karena diharapkan batu dapat keluar spontan. Memberikan minum yang
berlebihan disertai diuretik. Dengan produksi air kemih yang lebih
banyak diharapkan dapat mendorong batu keluar dari saluran kemih.
Pengobatan simptomatik mengusahakan agar nyeri, khususnya kolik,
yang terjadi menghilang dengan pemberian simpatolitik. Dan
berolahraga secara teratur. Adanya batu struvit menunjukkan terjadinya
infeksi saluran kemih, karena itu diberikan antibiotik. Batu strufit tidak
dapat dilarutkan tetapi dapat dicegah pembesarannya bila diberikan
pengobatan dengan pengasaman urin dan pemberian antiurease, seperti
Acetohidroxamic acid. Ini untuk menghambat bakteri urease dan
menurunkan kadar ammonium urin.
Pengobatan yang efektif untuk pasien yang mempunyai batu asam
urat pada saluran kemih adalah dengan alkalinisasi supaya batu asam
yang terbentuk akan dilarutkan. Pelarutan batu akan terjadi apabila pH
urin menjadi lebih tinggi atau berjumlah 6,2. Sehingga dengan
pemberian bikarbonas natrikus disertai dengan makanan alkalis, batu
asam urat diharapkan larut. Potasium Sitrat (polycitra K, Urocit K) pada
dosis 60 mEQ dalam 3-4 dosis perhari pemberian digunakan untuk
terapi pilihan. Tetapi terapi yang berlebihan menggunakan sediaan ini
akan memicu terbentuknya deposit calsium pospat pada permukaan
batu sehingga membuat terapi tidak efektif lagi. Atau dengan usaha
menurunkan produksi kadar asam urat air kemih dan darah dengan
23
bantuan alopurinol, usaha ini cukup memberi hasil yang baik. Dengan
dosis awal 300 mg perhari, baik diberikan setelah makan
2. ESWL ( Extracorporeal Shockwave Lithotripsy )
Alat ESWL dapat memecah batu ginjal tanpa melalui tindakan
invasif dan tanpa pembiusan. Batu dipecah menjadi fragmen-fragmen
kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih. Tidak jarang,
pecahan-pecahan batu yang sedang keluar menimbulkan perasaan nyeri
kolik dan menyebabkan hematuria.
3. Endourologi
Endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan
batu, tindakan tersebut terdiri atas memecah batu, dan kemudian
mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukkan
langsung ke dalam saluran kemih. Alat tersebut dimasukkan melalui
uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Proses
pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik, dengan memakai
energi hidroulik, energi gelombang suara, atau dengan energi laser.
Beberapa tindakan endourologi untuk mengeluarkan batu pada ginjal
adalah :
- PNL ( Percutaneous Nephro Litholapaxy )
Yaitu mengeluarkan batu di dalam saluran ginjal dengan cara
memasukkan alat endoskopi ke sistem kalises ginjal melalui insisi
pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu
menjadi fragmen-fragmen kecil.
- Litotripsi adalah memecah batu buli-buli atau batu urethra dengan
memasukkan alat pemecah batu (litotritor) ke dalam buli-buli.
Pecahan batu dikeluarkan dengan evakuator ellik.
4. Pembedahan
Terapi bedah digunakan jika tidak tersedia alat litotriptor, alat
gelombang kejut atau bila cara non bedah tidak berhasil. Walaupun
demikian kita harus memerlukan suatu indikasi. Misalnya apabila batu
kandung kemih selalu menyebabkan gangguan miksi yang hebat
24
2.2.8 Prognosis
Prognosis batu pada saluran kemih, dan ginjal khususnya
tergantung dari faktor-faktor ukuran batu, letak batu, adanya infeksi serta
adanya obstruksi. Makin besar ukuran suatu batu, makin jelek
prognosisnya. Letak batu yang dapat menyebabkan obstruksi dapat
mempermudah terjadinya infeksi. Makin besar kerusakan jaringan dan
adanya infeksi karena faktor obstruksi akan dapat menyebabkan
penurunan fungsi ginjal, sehingga prognosis menjadi jelek.
2.2.9 Komplikasi
1) Hidronefrosis
2) Pielonefrosis
3) Uremia
4) Gagal ginjal
5) Fistula
6) Divertikulum
26
BAB III
KESIMPULAN
1. Batu saluran kemih adalah massa keras seperti batu yang terbentuk di
sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan,
penyumbatan aliran kemih, atau infeksi.
2. Semua tipe batu saluran kemih memiliki potensi untuk membentuk batu.
Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan
gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih,
dehidrasi, dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap
(idiopatik).
3. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk penegakkan diagnosis
dan rencana terapi antara lain Foto Polos Abdomen, Pielografi Intra Vena
(PIV), Ultrasonografi, pemeriksaan mikroskopik urin, Renogram, analisis
batu, kultur urin, DPL, ureum, kreatinin, elektrolit.
4. Pencegahan yang dilakukan adalah berdasarkan atas kandungan unsur yang
menyusun batu saluran kemih yang diperoleh dari analisis batu.
5. Komplikasi batu pada saluran kemih adalah obstruksi dan infeksi sekunder,
serta komplikasi dari terapi, baik invasif maupun noninvasif.
6. Prognosis batu ginjal tergantung dari faktor-faktor ukuran batu, letak batu,
dan adanya infeksi serta obstruksi.
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Purnomo BB. 2011. Hyperplasia prostat. dalam Dasar-dasr Urologi. Edisi ke-
3. Jakarta : sagung seto. Hal 125-144.
2. Scanlon VC, Sanders T. Essential of anatomy and physiology. 5th ed. US: FA
Davis Company; 2007.
3. Van de Graaf KM. Human anatomy. 6th ed. US: The McGraw-Hill
Companies; 2001.
4. Guyton dan Hall. 2007. Buku Ajar FISIOLOGI KEDOKTERAN Edisi II.
EGC: Jakarta
5. Daniella, A dkk. 2011. Profil analsis penyakit batu saluran kemih di
departemen bedah urologi RSU Dr Saiful Anwar dari mei 2009 hingga mei
2011. Refrat. Malang : FK Universitas Brawijaya
6. Sjamsuhidrajat. R. I. W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Ke-2. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC. 2004. 754-763.
7. Webmaster. Batu Saluran Kemih. Diunduh dari : http://www.medicastore.com
8. Wim de Jong. Bab 3 : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC. 2005
9. Soeparman, dkk. 2001. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Hlmn 378. Balai
Penerbit FKUI : Jakarta
10. HTA Indonesia. (2005). Penggunaan Extracorporeal Shockwave Lithotripsy
pada Batu Saluran Kemih. Retrieved from http://buk.depkes.go.id.
Diunduh tangaal 25 Februari 2016.
11. Reksoprodjo, Soelarto, dkk. 1995.Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta:
Binarupa Aksara, Hal 161-170
12. Putri, Puspa Utami.2013 Discharge Planning Pada Klien Dengan Urolithisis
Post Ureterorenoscopy (URS) Di Ruang Anggrek Tengah Kanan RSUP
Persahabatan. Jakarta : Universitas Indonesia
13. AUA Foundation. (2005). Kidney Stones. Retrieved from
www.UrologyHealth. org. Diunduh tanggal 24 Februari 2016.
14. Thomas B and James H. Urolithiasis. Journal Surgery (2005) 23: 4.
28