REKONSTRUKSI CITRA
1.2 Algoritma.
Pada bidang radiologi, perhitungan algoritma diperlukan karena dalam
aplikasi pada citra dan bukan citra selalu menggunakan operasi-operasi sederhana
atau kompleks harus mengikuti bahasa-bahasa pemograman yang akhirnya dapat
dieksekusi oleh mesin (program computer) yang akhirnya menghasilkan keluaran
citra yang diinginkan. Salah satu contoh algoritma dalam proses Computed
tomography (CT) dapat diungkapkan di bawah ini
Detektor CT
Proses Awal
Back-Projection
Konvolusi dengan Filter
(Proyeksi Belakang) dari
data yang dikonvolusi
Algoritma rekonstruksi Citra
1
1.3 Rekonstruksi Citra dari hasil Proyeksi (Penyinaran
Langsung terhadap Obyek)
detektor detektor
I = I 0 exp ( x,y ) = I 0 exp dl ( x,y ) . (1.1)
sumber sumber
Persamaan (1.1) dapat dituliskan kembali sebagai
I detektor
ln 0 = ( x,y ) = T0 ( x ) , (1.2)
I sumber
dimana T0 (x) = ln (I / I0) adalah transmisi sinar-X pada sudut , yang mana sebuah
pengukuran dari absorbsi total disekitar garis lurus pada gambar (1.1). T0 (x)
merupakan penjumlahan koefisien atenuasi sinar pada persamaan (1.2).
I (detektor)
(x,y)
X
O (obyek)
I0 (sumber)
Seberkas sinar disorotkan kepada sebuah obyek proyeksi. Misalkan sebuah sumber
tabung sinar X menyorotkan sinar yang diteliti oleh detector mengenai sebuah obyek
secara simultan
2
s
Bidang (x,y)
sensor
Sinar X
d tabung
0 Sinar X
f (x,y) A
Scan
P ( , d ) = f ( x, y ) ds ,
AA '
(1.3)
Iin Iout
x
Gambar : Geometri sinar yang digunakan dalam CT untuk membentuk data proyeksi.
Geometri sinar sejajar (gambar 1) dan Geometri sinar kipas (mengembang)
(gambar 2). Data proyeksi yang diperoleh dengan menggunakan Geometri
sinar kipas akan lebih cepat dibandingkan dengan geometri sinar sejajar.
4
Anggaplah terdapat empat sinar-X yang melewati sebuah obyek sembarang
yang tidak diketahui untuk menghasilkan empat proyeksi P1, P2, P3 dan P4. Kita ingin
merekontruksi sebuah citra dari obyek yang tidak diketahui (titik hitam) pada kotak.
I0 I0
I0 1 2 x I1
I0 3 4 x I2
x x
I3 I4
5
Empat persamaan yang dihubungkan dengan koefisien atenuasi 1, 2, 3 dan 4
adalah
I1 = I 0 e ( 1 + 2 ). x ; I 2 = I 0e
( 3 + 4 ). x
I3 = I 0e
( 1 + 3 ). x
; I 4 = I 0 e ( 2 + 4 ). x
Contoh perhitungan numeric, misalkan obyek dibagi dalam 4 bujur sangkar (matriks 2
2 dengan empat pixel), yaitu
0 2 90 derajat Kanan
Kiri
90 derajat
1 3
135 derajat
Empat proyeksi diatas dikumpulkan pada empat lokasi yang berbeda yaitu pada 0, 45,
90 dan 135 derajat.
a. Langkah awal : Kumpulkan data untuk empat proyeksi: 0, 45, 90 dan 135
derajat.
1. Penjumlahan sinar untuk proyeksi 0 derajat pada bagian kiri : 1 (0 + 1).
2. Penjumlahan sinar untuk proyeksi 0 derajat pada bagian kanan : 5 (2 + 3).
3. Penjumlahan sinar untuk proyeksi 45 derajat : 0, 3(2 + 1), dan 3.
4. Penjumlahan sinar untuk proyeksi 90 derajat pada baris pertama : 2 (2 + 0).
5. Penjumlahan sinar untuk proyeksi 90 derajat pada baris kedua : 4 (3 + 1).
6. Penjumlahan sinar untuk proyeksi 135 derajat : 2, 3 (0 + 3) dan 1.
b. Diperoleh data-data proyeksi yang terkumpul yaitu : 1, 5, 0, 3, 3, 2, 4, 2, 3 dan 1
yang akan digunakan secara sistematis seperti yang didefinisikan oleh algoritma
untuk merekonstruksi citra aslinya.
1. Tebakan pertama: Tempatkan data dari 1 5
proyeksi 0 derajat dalam matriks untuk (0+1) (2+3)
6
2. Tebakan kedua: Tambahkan data dari 1 8
proyeksi 45 derajat kepada nilai masing- (0+1) (5+3)
Pengulangan Algoritma
Terdapat suatu bentuk pendekatan dari rekonstruksi citra yang disebut sebagai
teknik rekonstruksi aljabar (algebraic reconstruction technique/ART). Anggaplah
terdapat illustrasi numeric :
Kumpulan data proyeksi asal
Penjumlahan sinar horizontal
Matriks 2 2 1 2 3
(4 elemen) 3 4 7
4 6
Kumpulan data proyeksi asal
Penjumlahan sinar vertikal
7
Kumpulan data proyeksi baru
1. Perkiraan awal: Hitunglah rata-rata Penjumlahan sinar horizontal
4 elemen dan dimasukkan pada 2,5 2,5 5
masing-masing pixel adalah
2,5 2,5 5
1+2+3+4 =10; 10/4 = 2,5.
2. Koreksi pertama untuk error: (Penjumlahan sinar
(2,5 - 1) (2,5 - 1)
horizontal asal dikurangi penjumlahan sinar 1,5 1,5
horizontal baru dan dibagi dua) = (3 5)/2 dan (2,5 + 1) (2,5 + 1)
(7 5)/2 = -1 dan 1. 3,5 3,5
5 5
Kumpulan data proyeksi baru
Penjumlahan sinar vertikal
Untuk saat ini, teknik-teknik tersebut sudah tidak digunakan sebagai alat scanner non
komersial karena beberapa pembatasan
1. Metode tersebut sulit untuk mendapatkan akurasi penjumlahan sinar karena noise
kuantum dan gerakan pasien.
2. Prosedurnya terlalu panjang untuk menggenerasikan rekontruksi citra karena
pengulangan dapat dilakukan hanya setelah semua kumpulan data proyeksi telah
diperoleh.
3. Untuk menghasilkan sebuah citra yang betul, maka seharusnya lebih banyak
kumpulan data proyeksi daripada pixel-pixel. Karena itu kumpulan data proyeksi
diagonal diambil untuk menghilangkan keraguan.
8
9