Anda di halaman 1dari 19

PEMANFAATAN UMBI GADUNG (Dioscorea hispida)

SEBAGAI PUPUK ALTERNATIF UNTUK


MEMBEKUKAN GETAH (LATEKS)

Disusun oleh:
Muhammad Al-Fikri
Mahfuza Munawarah
Siti Munirah

KEMENTERIAN AGAMA
MADRASAH ALIYAH DARUSSALAM
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang
berjudul Pemanfaatan Umbi Gadung (Dioscorea hispida) Sebagai Pupuk Alternatif Untuk
Membekukan Getah (Lateks). Shalawat serta salam tidak lupa penulis sampaikan kepada Nabi
Muhammad SAW serta seluruh keluarga dan pengikut beliau.
Kami sangat berharap karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat dalam menambah wawasan
serta pengetahuan. Terselesaikannya karya ini tentunya tak lepas dari dukungan yang diberikan
kepada penulis. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Rosyda Rahmatina, S.Pd selaku guru pembimbing yang telah banyak memberi arahan,
petunjuk dan nasehat dalam menyelesaikan karya ini.
2. Syaifullizani,S.Pd.I, MM selaku kepala sekolah MA DARUSSALAM AWAYAN.
3. Guru-guru MA DARUSSALAM AWAYAN yang telah memberikan dukungan kepada
penulis selama penelitian.
4. Seluruh siswa dan siswi MA DARUSSALAM AWAYAN yang telah memberi semangat dan
membantu selama penelitian ini.
5. Kedua Orang Tua yang kami sayangi dan cintai yang selalu memberikan doa, nasehat serta
dukungannya.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan dan jauh
dari apa yang kami harapkan. Untuk itu kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun. Semoga karya tulis sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya.

Awayan, Agustus 2016

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i


KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI. iii
A. PENDAHULUAN . 1
1. Latar Belakang.. 1
2. Rumusan Masalah..... 2
3. Tujuan 2
4. Manfaat.. 3
B. LANDASAN TEORI .. 3
1. Lateks.. 3
2. Umbi Gadung.. 3
C. METODOLOGI PENELITIAN. 5
1. Jenis Penelitian 5
2. Waktu dan Tempat Penelitian... 5
3. Alat dan Bahan... 5
4. Prosedur Penelitian.... 5
5. Proses Koagulasi Lateks .. 5
D. HASIL PENELITIAN
1. Pengaruh Ekstrak Gadung Terhadap Berat Karet yang Diperoleh.. 6
2. Pengaruh Kecepatan Waktu Menggumpal Lateks dengan Ekstrak Gadung 11
E. PEMBAHASAN 12
F. KESIMPULAN. 13
LAMPIRAN... 14
DAFTAR PUSTAKA.... 16
JUDUL: PEMANFAATAN UMBI GADUNG SEBAGAI PUPUK ALTERNATIF UNTUK
MEMBEKUKAN GETAH (LATEKS)

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Tanaman karet memiliki peranan yang besar dalam perekonomian di Indonesia. Banyak
masyarakat yang hidup dengan mengandalkan perkebunan karet sebagai mata pencaharian
mereka dan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Khususnya bagi yang tinggal di daerah
pedesaan atau perkampungan.
Total luas perkebunan di Indonesia mencapai 3 juta hektar lebih, dan termasuk sebagai
yang terluas di dunia. Pengolahan awal lateks atau getah karet sebelum diolah di pabrik
pengolahan karet menjadi bahan baku karet alam seperti crepe, sheet, lateks, dan sebagainya juga
masih diusahakan masyarakat. Tetapi mutu karet yang dihasilkan masih memprihatinkan
sehingga harga jual menjadi rendah.
Terkhusus daerah Kalimantan Selatan, lateks atau getah karet merupakan salah satu
komoditas utama usaha rakyat, berupa hasil perkebunan yang kebanyakan dikelola oleh
masyarakat khususnya daerah pedesaan. Dalam tahap awal, petani karet biasa melakukan
pengolahan lateks secara sederhana sebelum dijual ke pengumpul (pabrik karet), adapun
pengolahan yang dilakukan adalah dengan melakukan prakoagulasi pada lateks sehingga menjadi
berbentuk padatan dengan menggunakan koagulan yang lazim digunakan oleh masyarakat. Selain
sebagai usaha sampingan tani maupun sebagai penghasilan utama, karet dianggap mampu
memberikan kontribusi pendapatan bagi petani secara berkesinambungan dan dari hal itu suatu
desa mampu ikut memberikan kontribusi dalam bidang ekonomi untuk Negara.
Getah lateks pada saat mulai keluar dari pohon sehingga beberapa jam setelah dilakukan
penyadapan dari pohon hingga beberapa jam setelah dilakukan penyadapan dari pohonnya masih
berupa cairan dan belum membeku, tapi menurut teori setelah kurang dari 8 jam lateks mulai
mengental dan selanjutnya membentuk gumpalan karet, proses penggumpalan inilah lazim
dikenal sebagai proses prakoagulasi. Pengumpulan prakoagulasi yang terjadi dapat dibagi
menjadi dua, yakni: pengumpulan spontan dan pengumpulan buatan.
Pengumpulan spontan terjadi akibat pengaruh enzim dan bakteri, hal ini ditandai dengan
terjadinya perubahan aroma yang busuk pada hari berikutnya, sedangkan pengumpulan biasa
dilakukan dengan penambahan asam formiat asam semut, atau suatu senyawa yang mampu
bekerja sebagai koagulan pada lateks.
Penggunaan jenis koagulan pada karet lateks cenderung tergantung pada latar belakang
petani. Bila petani tersebut melakukan penyadapan karet sebagai usaha sampingan dari bertani
maka ia akan cenderung menggunakan tawas sisa dari pemupukan lahan musim yang lalu sebagai
koagulan, begitu pula untuk petani dengan usaha sampingan dengan berkebun sayur maka ia
lebih cenderung menggunakan umbi gadung. Karena umbi gadung sangat mudah dicari di daerah
pedesaan atau perkampungan khususnya daerah Kalimantan, hidup di sekitar perkebunan karet
rakyat, tumbuh secara liar sehingga sering dianggap sebagai tanaman pengganggu karena
dianggap beracun. Ada petani yang cenderung menggunakan koagulan yang gratis dan mudah
didapat di sekitar mereka, dari pada menggunakan koagulan pasaran. Oleh sebab itu kami ingin
membuat judul Pemanfaatan Umbi Gadung (Disoscorea hispica) Sebagai Pupuk Alternatif
Untuk Membekukan Getah (Lateks).

2. Rumusan Masalah
1. Apakah lateks dapat menggumpal dengan menggunakan umbi gadung?
2. Bagaimana cara pengolahan umbi gadung untuk menggumpalkan lateks?
3. Bagaimana kualitas lateks yang diperoleh apabila umbi gadung digunakan sebagai
koagulan?

3. Tujuan
1. Dapat mengetahui apakah umbi gadung dapat menggumpalkan lateks atau tidak.
2. Mengetahui bagaimana proses pengolahan umbi gadung agar dapat digunakan menjadi
koagulan lateks.
3. Mengetahui bagaimana kualitas lateks yang didapatkan setelah menggunakan umbi
gadung sebagai koagulannya.
4. Manfaat
Manfaat yang di harapkan adalah diantaranya :
1. Menambah ilmu pengetahuan tentang alternatif-alternatif yang dapat digunakan untuk
membantu kegiatan perkebunan dan pertanian di bidang penyadapan pohon karet.
Sehingga dapat memanfaatkan potensi alam dengan sebaik-baiknya.
2. Sebagai bahan masukan bagi penelitian lebih lanjut dalam ruang lingkup yang lebih besar
dan lebih mendalam.

B. LANDASAN TEORI
1. Lateks
Lateks (karet) adalah polimer hidrokarbon yang terbentuk dari emulsi kesusuan atau
getah pada beberapa jenis tumbuhan tetapi dapat juga diproduksi secara sintetis. Lateks karet
adalah suspensi koloid polisopren yang diperoleh dari tumbuhan Havea Brasiliensis. Lateks
merupakan sistem koloid, yaitu sistem yang terdiri dari zat pendispersi dari zat terdispersi.
Lateks adalah suatu sistem disperse dari polyisoprena (C5H8)n di dalam medium yang disebut
serum. Sistem ini adalah sistem dua fasa, dimana sebagai fasa tidak tetap adalah butiran karet
dan fasa tetap adalah serum. Berikut ini akan dijelaskan komposisi dari lateks terlihat pada
Tabel dibawah ini. Sumber : Robert (1988:68)
Komposisi Persentase (%)
Hidrokarbon 37,69
Air 59,62
Protein 1,06
Lipid 0,23
Garam-garam 0,40
Mineral 0,68
Ammonia 0,32

2. Umbi Gadung
Gadung merupakan salah satu jenis umbi- umbian yang terdapat di Indonesia.
Tumbuhan ini mula-mula ditemukan di daerah India bagian barat, kemudian menyebar ke
Asia Tenggara (Sastrapraja, 1997). Tanaman gadung tumbuh liar diberbagai daerah di
Indonesia seperti Jawa, Sumatera, Kalimantan, maupun Sulawesi (Heyne, 1987).
Tanaman gadung mempunyai produktivitas tinggi yang mencapai 20 ton/ha bila
dibandingkan dengan ubi kayu yang hanya 7,4 ton/ha. Secara intensifikasi, produktivitas
tanaman gadung dapat mencapai 116 ton (Bahri dan raimon, 1994).
Tumbuhan gadung (Dioscorea hispida Dennts) adalah salah satu jenis tumbuhan
merambat yang kurang mendapatkan perhatian karena mengandung racun berupa senyawa
hydrogen sianida (HCN). Lingga et al (1995) menyatakan bahwa gadung yang tidak
mengandung racun dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi dan sebagai bahan makanan
tambahan untuk berbagai keperluan antara lain keripik, pati gadung yang berguna untuk
substitusi dalam pembuatan kue, beras instan, dan bahan baku obat. Komposisi kimia umbi
gadung per 100 gram. Sumber : Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI (1996).
Komponen Satuan Jumlah
Kadar Abu % 0,61
Kadar Air % 9,30
HCN Ppm 14,31
Pati % 75,24
Amilosa % 12,58
Amilopektin % 87,42

Lateks adalah peristiwa terjadinya perubahan fase sol menjadi gel dengan bantuan
koagulan. Koagulasi lateks dapat terjadi karena:
a. Dehidrasi
Koagualasi lateks secara dehidrasi deilakukan dengan menambah bahan atau zat menyerap
lapisan molekul air disekeliling partikel karet yang bersifat sebagai pelindung pada lateks,
zat yang dapat digunakan misalnya alkohol, aseton, dan sebagainya.
b. Penurunan pH lateks
Penurunan pH terjadi karena terbentuknya asam hasil penguraian oleh bakteri. Apabila
lateks ditambahkan dengan asam akan terjadi penurunan pH sampai pada titik isoelektrik
sehingga partikel karet menjadi tidak bermuatan. Protein pada lateks yang kehilangan
muatan akan mengalami denaturasi sehingga selubung protein yang berfungsi melindungi
partikel karet akan terjadi tumbukan yang menyebabkan terjadinya koagulasi. Koagulasi
akan terjadi di daerah dimana potensial tidak mantap (stabil) yang dinamakan daerah
potensial stabilitas kritis yaitu dengan pH sekitar 3,7 sampai 5,5.
c. Penambahan Elektrolit
Penambahan larutan elektrolit yang mengandung kation berlawanan dengan partikel karet
akan menurunkan potensial elektro kinetik sehingga lateks menjadi koagulasi. Kation dari
logam alkali dapat juga digunakan sebagai koagulan.
d. Pengaruh Enzim
Enzim yang terdapat di dalam lateks, terutama enzim proteolitik akan menghidrolisa
ikatan peptida dari protein menjadi asam amino akibatnya partikel karet kehilangan
selubung sehingga partikel karet menjadi tidak bermuatan maka lateks menjadi tidak stabil
atau mengalami koagulasi. Reaksi koagulasi lateks pada dasarnya adalah reaksi netralisasi
dimana emulgator dari lateks yang bermuatan negatif akan bereaksi dengan asam sehingga
netralisasi dan emulgator akan kehilangan muatannya sehingga terjadi penggumpalan dari
lateks.

C. METODOLOGI PENELITIAN
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu
metode dalam meneliti status suatu objek yang bertujuan untuk membuat deskripsi,
gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta, sifat serta
hubungan antar fenomena yang diselidiki. Teknik pengumpulan data dengan
menggunakan teknik observasi atau pengamatan secara langsung.

2. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian penggumpalan lateks dengan menggunakan gadung (Dioscorea
hispida Dennts) dilakukan dengan percobaan di Laboratorium MA Darussalam Awayan.
Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 28 September 2016 sampai dengan tanggal 30
September 2016.
3. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan :
a. Pipet tetes
b. Gelas ukur 100 ml
c. Gelas ukur 10 ml
d. Beker gelas 500 ml
e. Erlenmeyer 250 ml
f. Kain
g. Corong
h. Parutan kelapa
i. Neraca digital
j. Saringan plastik
k. Spatula

Bahan yang digunakan :


a. Lateks karet
b. Umbi gadung (Dioscorea hispida Dennts)

4. Prosedur Penelitian
a. Persiapan Bahan Baku
a. Sediakan gadung kurang lebih 1 kg.
b. Kupas semua kulitnya.
c. Cuci samapai bersih lalu tiriskan.
d. Potong kecil-kecil gadung tersebut.
e. Persiapkan parutan kelapa dan kain.
f. Parut umbi gadung setelah itu tuang ke dalam wadah kemudian disaring
menggunakan kain, lalu hasil dari penyaringan tersebut diperas.
g. Siapkan lateks segar dalam wadah (sesuai perlakuan).
h. Untuk menghindari lateks dari kotoran, lateks disaring menggunakan saringan.
b. Proses Koagulasi Lateks
Koagulasi lateks adalah proses peristiwa terjadinya perubahan fase sol menjadi gel
dengan bantuan koagulan. Koagulan yang digunakan di sini adalah ekstrak gadung.
Prosesnya dimulai dari :
a. Setelah persiapan bahan, yaitu ekstrak gadung dan lateks, lalu bahan tersebut
diletakkan dalam masing-masing beker gelas 500 ml (dalam penelitian kami
menggunakan gelas bekas air mineral).
b. Kemudian volume ekstrak gadung divariasikan dengan berbagai volume lateks,
yaitu; 10 ml, 20 ml dan 30 ml. Begitu juga dengan lateks, divariasikan dengan
berbagai volume, yaitu; 10 ml, 20 ml dan 30 ml.
c. Masukkan lateks dengan volume masing-masing 10 ml ke dalam gelas ukur,
tuangkan ke dalam 3 buah gelas yang berbeda.
d. Kemudian tambahkan volume ekstrak gadung yang telah ditentukan yaitu: 10 ml, 20
ml dan 30 ml.
e. Catat waktu pertama lateks menggumpal.
f. Setelah lateks benar-benar menggumpal timbang berat karet yang diperoleh dengan
variasi waktu, yaitu ; 30 menit, 60 menit dan 90 menit.
g. Selanjutnya proses tersebut di atas diulang dengan variasi volume lateks 20 ml dan
30 ml.
D. HASIL PENELITIAN
1. Pengaruh Ekstrak Gadung Terhadap Berat Karet Yang Diperoleh
Hasil penelitian koagulasi lateks dengan menggunakan ekstrak gadung dan pengaruhnya
terhadap berat karet yang diperoleh pada variasi waktu 30 menit, 60 menit, dan 90 menit
dapat dilihat pada tabel berikut :

No Perlakuan Volume Volume ekstrak Waktu pertama Berat lateks (gr)


getah (ml) gadung (ml) menggumpal 0 30 60 90
1. I 10 10 68 detik 20,3 19,0 19,0 18,9
20 56 detik 30,3 29,0 28,9 28,9
30 45 detik 41,5 40,0 40,0 40,0
2. II 20 10 75 detik 31,4 30,3 30,2 30,2
20 65 detik 41,9 41,1 41,1 41,1
30 53 detik 53,0 51,7 51,6 51,6
3. III 30 10 87 detik 40,1 39,1 39,1 39,0
20 78 detik 53,9 53,0 52,9 52,9
30 65 detik 61,0 59,9 59,9 59,8

Hubungan volume lateks 10 ml yang ditambahkan ekstrak gadung dengan volume 10


ml, 20 ml dan 30 ml dengan variasi waktu 30 menit, 60 menit dan 90 menit terhadap berat
karet yang diperoleh terlihat bahwa : Pada saat volume lateks 10 ml dengan volume ekstrak
gadung 10 ml menghasilkan berat karet akhir pada menit ke-90 yaitu 18,9 gram. Pada saat
volume lateks 10 ml dengan volume ekstrak gadung 20 ml menghasilkan berat karet akhir
pada menit ke-90 yaitu 28,9 gram. Sedangkan pada saat volume lateks 10 ml dengan volume
ekstrak gadung 30 ml menghasilkan berat karet akhir pada menit ke-90 yaitu 40 gram.
Hubungan volume lateks 10 ml ditambahkan ekstrak gadung dengan volume 10 ml, 20 ml dan
30 ml dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 1. Lateks 10 ml ditambahkan ekstrak gadung dengan volume 10 ml, 20 ml dan 30 ml

Selanjutnya, hubungan volume lateks 20 ml yang ditambahkan ekstrak gadung


dengan volume 10 ml, 20 ml dan 30 ml dengan variasi waktu 30 menit, 60 menit dan 90 menit
terhadap berat karet yang diperoleh terlihat bahwa : Pada saat volume lateks 20 ml dengan
volume ekstrak gadung 10 ml menghasilkan berat karet akhir pada menit ke-90 yaitu 30,2
gram. Pada saat volume lateks 20 ml dengan volume ekstrak gadung 20 ml menghasilkan
berat karet akhir pada menit ke-90 yaitu 41,1 gram. Sedangkan pada saat volume lateks 20 ml
dengan volume ekstrak gadung 30 ml menghasilkan berat karet akhir pada menit ke-90 yaitu
51,6 gram. Hubungan volume lateks 20 ml ditambahkan ekstrak gadung dengan volume 10
ml, 20 ml dan 30 ml dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 2. Lateks 20 ml ditambahkan ekstrak gadung dengan volume 10 ml, 20 ml dan 30 ml

Selanjutnya, hubungan volume lateks 30 ml yang ditambahkan ekstrak gadung


dengan volume 10 ml, 20 ml dan 30 ml dengan variasi waktu 30 menit, 60 menit dan 90 menit
terhadap berat karet yang diperoleh terlihat bahwa : Pada saat volume lateks 30 ml dengan
volume ekstrak gadung 10 ml menghasilkan berat karet akhir pada menit ke-90 yaitu 39 gram.
Pada saat volume lateks 30 ml dengan volume ekstrak gadung 20 ml menghasilkan berat karet
akhir pada menit ke-90 yaitu 52,9 gram. Sedangkan pada saat volume lateks 30 ml dengan
volume ekstrak gadung 30 ml menghasilkan berat karet akhir pada menit ke-90 yaitu 59,8
gram. Hubungan volume lateks 30 ml ditambahkan ekstrak gadung dengan volume 10 ml, 20
ml dan 30 ml dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 3. Lateks 30 ml ditambahkan ekstrak gadung dengan volume 10 ml, 20 ml dan 30 ml

Secara keseluruhan terlihat bahwa, semakin bertambahnya volume ekstrak gadung


maka berat karet yang dihasilkan juga semakin bertambah. Dimana, besarnya kandungan air
pada ekstrak gadung yaitu sekitar 73 % sehingga ekstrak gadung tersebut menyatu dengan
lateks yang dapat menambah berat karet yang dihasilkan meningkat. Pada kondisi ini ekstrak
gadung cukup stabil dan sesuai yang dibutuhkan sehingga interaksi antara air dengan asam
meningkat. Oleh karena itu partikel-partikel terdispersi akan lebih mudah bergabung untuk
membentuk agregat yang lebih besar.
Dari hasil penelitian ini juga terlihat bahwa berat karet yang dihasilkan setelah
divariasikan dengan lama waktu (30 menit 90 menit) terjadi penurunan berat karet. Hal ini
disebabkan koagulan yang digunakan menurun kemampuannya dalam menurunkan muatan
negatif dari protein lateks untuk mencapai terjadinya keseimbangan muatan akan ikut
menurun. Hal ini menyebabkan semakin sulitnya protein mengalami denaturasi sehingga karet
yang terbentuk mengecil dengan ditandai keluarnya air yang semakin besar dari karet tersebut.
2. Pengaruh Kecepatan Waktu Menggumpal Lateks dengan Ekstrak Gadung
Pengaruh kecepatan waktu menggumpal lateks 10 ml yang ditambahkan ekstrak
gadung dengan volume 10 ml, 20 ml dan 30 ml terlihat bahwa : Pada saat volume lateks 10 ml
dengan volume ekstrak gadung 10 ml waktu penggumpalan pertama yang terjadi adalah pada
detik ke-68. Pada saat volume lateks 10 ml dengan volume ekstrak gadung 20 ml waktu
penggumpalan pertama yang terjadi adalah pada detik ke-56. Sedangkan pada saat volume
lateks 10 ml dengan volume ekstrak gadung 30 ml waktu penggumpalan pertama yang terjadi
adalah pada detik ke-45.
Pengaruh kecepatan waktu menggumpal lateks 20 ml yang ditambahkan ekstrak
gadung dengan volume 10 ml, 20 ml dan 30 ml terlihat bahwa : Pada saat volume lateks 20 ml
dengan volume ekstrak gadung 10 ml waktu penggumpalan pertama yang terjadi adalah pada
detik ke-75. Pada saat volume lateks 20 ml dengan volume ekstrak gadung 20 ml waktu
penggumpalan pertama yang terjadi adalah pada detik ke-65. Sedangkan pada saat volume
lateks 20 ml dengan volume ekstrak gadung 30 ml waktu penggumpalan pertama yang terjadi
adalah pada detik ke-53.
Pengaruh kecepatan waktu menggumpal lateks 30 ml yang ditambahkan ekstrak
gadung dengan volume 10 ml, 20 ml dan 30 ml terlihat bahwa : Pada saat volume lateks 30 ml
dengan volume ekstrak gadung 10 ml waktu penggumpalan pertama yang terjadi adalah pada
detik ke-87. Pada saat volume lateks 30 ml dengan volume ekstrak gadung 20 ml waktu
penggumpalan pertama yang terjadi adalah pada detik ke-78. Sedangkan pada saat volume
lateks 30 ml dengan volume ekstrak gadung 30 ml waktu penggumpalan pertama yang terjadi
adalah pada detik ke-65.
Di atas secara keseluruhan terlihat bahwa semakin volume ekstrak gadung ditambah
semakin cepat proses penggumpalan terjadi. Pada setiap perlakuan, penambahan ekstrak
gadung yang paling besar selalu menunjukkan waktu penggumpalan yang paling cepat. Pada
data bahwa waktu menggumpal yang paling cepat yaitu 45 detik yang ditunjukkan pada
volume ekstrak gadung 30 ml dengan volume lateks 10 ml.
Pada kondisi asam ekstrak gadung meningkat interaksinya sehingga partikel-partikel
terdispersinya akan lebih mudah bergabung untuk membentuk agregat yang lebih besar yang
menyebabkan pecahnya emulsi dan berat karet yang dihasilkan meningkat. Asam ini bila
+
dilarutkan dengan air akan mengion yaitu melepaskan ion H .
+
Lateks yang terdiri dari protein bersifat amfoter, bila ditambahkan ion H akan terjadi
penambahan muatan listrik dan akan menurunkan pH lateks. Apabila semakin besar
kandungan asam yang terdapat pada ekstrak gadung yang dicampurkan dengan volume lateks,
maka semakin cepat lateks tersebut akan menggumpal.

E. PEMBAHASAN
Pada lateks segar yang masih cair di tambahkan dengan ekstrak umbi gadung di
dapatkan hasil bahwa lateks dapat menggumpal (koagulasi lateks). Koagulasi lateks adalah
proses peristiwa terjadinya perubahan fase sol menjadi gel dengan bantuan koagulan.
Koagulan yang digunakan disini adalah ekstrak umbi gadung.
Penggumpalan pada lateks ini dapat dibuktikan dengan cara dibuat terlebih dahulu
ekstrak umbi gadung. Dengan mengikuti tahapan cara kerja yang ditunjukkan pada metode
penelitian dapat dilihat bahwa ekstrak gadung memang membantu pembekuan dengan relatif
cepat. Lateks pun akan lebih cepat menggumpal dibandingkan menggunakan asam semut.
Dan terlihat juga bahwa, semakin bertambahnya volume ekstrak gadung maka berat
karet yang dihasilkan juga semakin bertambah. Tetapi semakin lama lateks akan menjadi
semakin ringan karena terjadi keseimbangan muatan. Hal ini ditandai dengan mengecilnya
bentuk lateks dan keluarnya air yang semakin besar dari karet tersebut.
Pada waktu terjadinya pemecahan emulsi lateks, ada dua gaya yang mempengaruhi
proses pemecahan lateks tersebut. Ketika air dan asam ekstrak gadung saling berinteraksi
maka di antara dua permukaan tersebut timbul tegangan permukaan yaitu gaya kohesi dan
gaya adhesi.
Gaya kohesi yaitu gaya tarik-menarik antara molekul sejenis sedangkan gaya adhesi
gaya tarik-menarik antara molekul-molekul yang tidak sejenis ialah asam dan air. Bila adhesi
lebih kecil dari kohesi, maka air akan sulit berinteraksi dengan asam.
Kemampuan interaksi asam terhadap air bisa dikatakan sangat tinggi sehingga asam
akan menurunkan energi penghalang molekul terdispersi sehingga partikel-partikel terdispersi
akan membentuk agregat yang lebih besar maka kestabilan struktur sekunder, struktur tersier
maupun struktur kuartener protein (emulgator) akan hilang, seperti putusnya ikatan hidrogen,
interaksi elektrostatik, interaksi hidrofobik, dan interaksi hidrofilik. Akibatnya struktur dari
lateks akan pecah yang menyebabkan air keluar, pada peristiwa ini hidrolisis protein mungkin
+
terjadi karena asam memiliki ion H .
Emulsi pada karet dapat dipercepat dengan cara merusak zat ketiga yang berfungsi
sebagai emulgator yaitu protein. Emulsi ini dapat dipecahkan dengan cara menurunkan
kestabilan emulgator dan kestabilan emulsi.
Berat akhir karet yang paling tinggi adalah sebesar 59,8 gram pada saat volume
ekstrak gadung 30 ml dengan volume lateks 30 ml. Secara keseluruhan bahwa dari menit
ke-60 sampai menit ke-90 sudah terjadi kestabilan berat karet, hal ini disebabkan penurunan
berat karet yang sudah sangat sedikit.
Dari segi bau, pada penggumpalan lateks menggunakan ekstrak gadung, bau yang
dihasilkan relatif tidak seperti bau lateks pada umumnya jika digumpalkan menggunakan asam
semut. Bisa dikatakan bau busuk hasil pembusukan getah tidak tercium sama sekali. Hanya
ada bau karet seperti habis di sadap saja yang tercium. Berarti, penggumpalan lateks dengan
menggunakan ekstrak gadung memiliki nilai manfaat lain yang bisa dijadikan pilihan alternatif
bagi para petani karet.

F . KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang pemanfaatan umbi gadung
(Dioscorea hispida) sebagai pupuk alternatif untuk membekukan getah (lateks) dapat
disimpulkan bahwa :
1) Ekstrak gadung dapat digunakan sebagai penggumpal lateks.
2) Semakin besar volume ekstrak gadung semakin besar berat karet yang diperoleh.
3) Variasi waktu mempengaruhi berat akhir karet yang diperoleh yaitu dimana terjadi
penurunan berat karet seiring dengan bertambahnya waktu koagulasi.
4) Penggumpalan getah (lateks) dengan menggunakan ekstrak gadung tidak menghasilkan
bau tidak sedap seperti yang terjadi pada umumnya.
F. LAMPIRAN

Umbi Gadung Proses penyadapan pohon karet

Alat penelitian Bahan penelitian

Kulit gadung yang sedang dikupas Hasil parutan umbi gadung


Lampiran (lanjutan)

Ekstrak gadung Tahap pencampuran lateks dan


ekstrak gadung

Tahap penimbangan Hasil penimbangan

Koagulan lateks Koagulan lateks


DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Budiman. 2005, 1700 Soal Bimbingan Pemantapan Kimia. Bandung : Penerbit Yrama
Widya
Galagher, Rose Marie dan Ingram, Paul, 2000. Complite Charmistry, New York : Oxfort
University Dress
Hayati, Rita, 1999 Studi Penggumpalan Lateks dengan Metode pada Asam, Mipa Kimia
Universitas Sriwijaya
Cara Aman Konsumsi Gadung. http:/www.pikiranrakyat.com/cekt/1202/22/2002/. Tanggal akses
: 22/07/2013
RRS prahnata : Tentang Karet Comments Feed Blog at WordPress.

Anda mungkin juga menyukai