Anda di halaman 1dari 58

BAB I

KONSEP DASAR EVALUASI PEMBELAJARAN

A Pengertian Evaluasi Pembelajaran

lmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini berkembang sangat pesat. Dampaknya,
permasalahan yang dihadapi dunia pendidikan juga semakin kompleks. Salah satu masalah
yang dihadapi saat ini adalah masih rendahnya mutu pendidikan di Indonesia. Kenyataan ini
menuntut pemerintah untuk melakukan pembaruan dalam dunia pendidikan. Berbagai inovasi
dilakukan guna memperbaiki mutu pendidikan tersebut. Salah satu upaya yang dilakukan
adalah dengan melakukan inovasi kurikulum, dalam hal ini Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) Salah satu ciri utama KTSP adalah dibebaskannya kompetensi dasar dan
indikator ketercapaian siswa pada setiap sekolah, asalkan sekolah masih berpedoman pada
Standar Kompetensi yang ditentukan oleh pusat. Im basnya, setiap sekolah dapat dikatakan
memiliki kurikulum sendiri yang berbeda dengan kurikulum di sekolah lainnya.

Kurikulum tersebut dapat dilaksanakan dengan baik jika ada kerja sama dari berbagai
pihak, salah satunya adalah guru. Guru merupakan komponen utama dalam belajar
mengajar yang berinteraksi langsung dengan siswa. Guru mempunyai peranan yang sangat
penting terhadap terciptanya proses pembelajaran yang dapat mengantarkan siswa
mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Guru hendaknya menentukan konsep-
konsep yang akan diajarkan pada siswa, tingkat tingkat konsep yang diharapkan dari siswa,
dan model mengajar yang akan digunakan. Selain itu guru harus dapat menentukan evaluasi
yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Itulah alasan mengapa evaluasi begitu penting
dalam dunia pendidikan.

Menurut Djemari Mardapi dalam Eko Putro Widoyoko (2009

1), terdapat 3 istilah yang sering digunakan dalam evaluasi, yaitu

tes, pengukuran, dan penilaian. Tes merupakan salah satu cara untuk menaksir besarnya
kemampuan seseorang secara tidak langsung,
yaitu melalui respons seseorang terhadap stimulus atau pertanyaan. Tes juga merupakan
salah satu alat untuk melakukan pengukuran, yakni alat untuk mengumpulkan informasi
karakteristik suatu objek Yang dimaksud objek di sini dapat berupa kemampuan
pesertabdidik, minat, motivasi maupun sikap. Respons dari peserta te terhadap sejumlah
pertanyaan menggambarkan kemampuan dalam bidang tertentu. Jadi, dapat dikatakan
bahwa tes merupakan bagian tersempit dari evaluasi Sementara itu, terdapat istilah lain
yang cukup akrab dalam evaluasi pengukuran adalah proses penetapan angka terhadap
individu atau karakteristi menurut aturan tertentu (Ebel dan Frisbie dalam Eko putro
Widoyoko, 2009:2). Dengan demikian, hal penting dari pengukuran adalah penetapan
angka tentang karakteristik atau keadaan individu menurut aturan-aturan tertentu, Ranah
dari pengukuran ini bisa berupa kemampuan kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan
psikomotorik (keterampilan). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pengukuran
mempunyai konsep yang lebih luas daripada te Kita bisa mengukur karakteristik suatu
objektanpa menggunakan misalnya dengan wawancara, observasi, dan sebagainya.
Pengukuran seperti itu, sering disebut sebagai teknik pengukuran non-tes Selain istilah tes
an pengukuran, istilah penilaian juga sering dikaitkan dalam evaluasi. The Task Group on
Assesment and Testing dalam Eko Putro Widoyoko (2009:2) mende penilaian sebagai
semua cara yang digunakan untuk menilai unjuk keria individu atau kelompok. Sedangkan
menurut Popham (dalam Eko Putrowidoyoko, 2009:3, penilaian didefinisikan sebagai
sebuah usaha secara formal untuk menentukan status siswa berkenaan dengan berbagai
kepentingan pendidikan.

Berdasarkan definisi sebelumnya, maka dapat dikatakan bahwa penilaian merupakan


kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran berdasarkan kriteria Evaluasi pembelajaran
mencakup ketiga hal di atas, yaitu tes pengukuran, dan penilaian. Evaluasi sendiri
mempunyai arti sebagai penyedia informasi yangdapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam mengambil keputusan. Secara lebih luas, evaluasi merupakan suatu
proses atau kegiatan pemilihan, pengumpulan, analisis, dan penyajian informasi yang dapat
digunakan dasar pengambilan keputusan serta penyusunan program selanjutnya (Eko Putro

Widoyoko, 2009:3). Jadi, cakupan evaluasi lebih luas dibandingkan dengan tes,
pengukuran, maupun penilaian.
B Fungsi, Tujuan, dan Prinsip Evaluasi

Setiap kegiatan yang dilakukan pasti memiliki tujuan tertentu, termasuk praktikevaluasi
dalam mbelajaran. Evaluasi pembelajaran dilakukan dengan suatu tujuan yang berguna dan
jelas sasarannya.

Menurut H. Sujati (2010:6), tujuan dari evaluasi pembelajaran adalah:

Mengetahui

keberhasilan proses pendidikan dan di pembelajaran

Melalui evaluasi pembelajaran. kita akan mengetahui besar keberhasilan siswa dalam aspek
akademis, sosial, emosinal, moral, serta keterampilannya dalam mencapai tujuan didikan
yang telah ditetapkan. Kita akan mengetahui, proses pembelajaran dalam mengubah
perilaku siswa menjadi lebih baik seperti yang diharapkan.

Keberhasilan dalam pendidikan dan pembelajaran merupakan hal yang penting Sebab,
keberhasilan tersebut akan sangat berperan dalam usaha menjadikan para siswa menjadi
manusia yang berkualitas, Memberikan pertanggungjawaban dari pihak sekolah kepada
pihak-pihak yang berkepentingan. Pihak-pihak yang dimaksud di sini adalah orangtua
siswa, masyarakat dan pemerintah. Dalam mempertanggungjawabkan hasil-hasil yang
telah dicapai, sekolah memberikan laporan tentang berbagai kelebihan dan kekurangan dari
pelaksanaan proses pembelajaran yang dilakukan. Misalnya, laporan yang diserahkan
kepada pemerintah (dinas pendidikan) disampaikan kepada pihak yang berkepentingan.

Sementara itu, pertanggungjawaban sekolah pada orangtua dan masyarakat disampaikan


melalui laporan kemajuan belajar siswa pada setiap akhir program semester.

3. Mendeskripsikan kecakapan belajar para siswa.

Evaluasi dapat mendeskripsikan kecakapan belajar yang ada pada siswa sehingga dapat
diketahui kelebihan dan kekurangan siswa tersebut dalam berbagai mata pelajaran
yangditempuhnya.
Dengan deskripsi tersebut, diperoleh pula posisi prestasi siswa dibandingkan dengan siswa
lainnya. Hal ini juga berguna untuk menentukan ketuntasan belajar dari siswa yang
bersangkutan.

4. Menentukan tindak lanjut hasil evaluasi.

Hal ini dilakukan dengan perbaikan dan penyempurnaan dalam hal program pembelajaran
beserta strategi pelaksanaannya. Ketika siswa gagal dalam memperoleh hasil belajar yang
baik, hendaknya hal itu tidak dianggap sebagai pada diri siswa itu sendiri, disebabkan oleh
program pelajaran yang telah dilakukan atau oleh kesalahan strategi dalam melaksanakan
program tersebut. Sedangkan pada sumber lain, dikemukakan bahwa tujuan dari evaluasi
pembelajaran (H. Daryanto, 1997:11) adalah untuk memperoleh informasi yang akurat
tentang tingkat pencapaian tujuan instruksional siswa, sehingga bisa diupayakan tindak
lanjutnya.

Tujuan intruksional adalah tujuan pendidikan yang harus dicapai oleh masing-masing mata
pelajaran.

Dalam buku Evaluasi Program Pembelajaran, Eko Putro Widoyoko mengemukakan bahwa
sekurang-kurangnya ada empat fungsi dari evaluasi pembelajaran. Keempat fungsi tersebut
yaitu:

1. Menyediakan informasi bagi pembuat keputusan

Informasi yang dihasilkan dari evaluasi pembelajaran akan bermanfaat bagi setiap tahapan
dari manajemen sekolah.

Dimulai sejak perencanaan, pelaksanaan, maupun ketika akan mengulangi atau melanjutkan
kegiatan pembelajaran, semua itu dapat dipengaruhi oleh hasil evaluasi. Dalam mengambil
kebijakan, pembuat keputusan tentu membutuhkan informasi yang akurat tentang kondisi
sekolah tersebut supaya bisa memutuskan sesuatu dengan tepat.

2. Hasil evaluasi pembelajaran merupakan salah satu informasi akurat yang bisa dijadikan
pertimbangan dalam menentukan keputusan. Evaluasi pembelajaran dilakukan secara
sistematis sehingga penentuan keputusan yang berdasarkan pada evaluasi
C Pelaksana, cakupan dan Jenis Evaluasi

1. Pelaksana Evaluasi Pembelajaran

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19, tahun 2005 (Endang Poerwanti, 2008), evaluasi
pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas 3 macam evaluasi,
yaitu:

a. Evaluasi Hasil Belajar oleh Pendidik

Evaluasi yang dilakukan oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan dari waktu ke
waktu, untuk memantau proses, kemajuan, perbaikan hasil. Kegiatan evaluasi bisa
dilakukan dalam bentuk ulangan harian, semester, akhir semester, maupun ulangan
kenaikan kelas. Terdapat tiga tujuan yang ingin dicapai dalam evaluasi yang dilakukan oleh
pendidik, yaitu:

- untuk menilai pencapaian kompetensi peserta didik,


- Sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, serta
- Memperbaiki proses pembelajaran yang telah dilakukan

b. Evaluasi Hasil Belajar oleh Satuan Pendidikan

Evaluasi yang dilakukan oleh satuan pendidikan bertujuan untuk menilai pencapaian standar
kompetensi lulusan untuk semua mata pelajaran.

c, Evaluasi Hasil Belajar oleh Pemerintah

Pemerintah juga turut andil dalam kegiatan evaluasi pembelajaran. Evaluasi yang
dilakukan oleh pemerintah bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara
nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan
dan teknologi, serta dilakukan dalam bentuk ujian nasional. Jadi, evaluasi yang dilakukan
oleh pemerintah ini berbentuk ujian nasional

BAB I
KONSEP DASAR

EVALUASI PEMBELAJARAN

A Pengertian Evaluasi Pembelajaran

lmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini berkembang sangat pesat. Dampaknya,
permasalahan yang dihadapi dunia pendidikan juga semakin kompleks. Salah satu masalah
yang dihadapi saat ini adalah masih rendahnya mutu pendidikan di Indonesia. Kenyataan
ini menuntut pemerintah untuk melakukan pembaruan dalam dunia pendidikan. Berbagai
inovasi dilakukan guna memperbaiki mutu pendidikan tersebut. Salah satu upaya yang
dilakukan adalah dengan melakukan inovasi kurikulum, dalam hal ini Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) Salah satu ciri utama KTSP adalah dibebaskannya kompetensi
dasar dan indikator ketercapaian siswa pada setiap sekolah, asalkan sekolah masih
berpedoman pada Standar Kompetensi yang ditentukan oleh pusat. Im

basnya, setiap sekolah dapat dikatakan memiliki kurikulum sendiri yang berbeda dengan
kurikulum di sekolah lainnya.

Kurikulum tersebut dapat dilaksanakan dengan baik jika ada kerja sama dari berbagai
pihak, salah satunya adalah guru. Guru merupakan komponen utama dalam belajar
mengajar yang berinteraksi langsung dengan siswa. Guru mempunyai peranan yang sangat
penting terhadap terciptanya proses pembelajaran yang dapat mengantarkan siswa
mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Guru hendaknya menentukan konsep-
konsep yang akan diajarkan pada siswa, tingkat tingkat konsep yang diharapkan dari siswa,
dan model mengajar yang akan digunakan. Selain itu guru harus dapat menentukan evaluasi
yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Itulah alasan mengapa evaluasi begitu penting
dalam dunia pendidikan.

Menurut Djemari Mardapi dalam Eko Putro Widoyoko (2009 1), terdapat 3 istilah yang sering
digunakan dalam evaluasi, yaitu tes, pengukuran, dan penilaian. Tes merupakan salah satu cara
untuk menaksir besarnya kemampuan seseorang secara tidak langsung, yaitu melalui respons
seseorang terhadap stimulus atau pertanyaan. Tes juga merupakan salah satu alat untuk
melakukan pengukuran, yakni alat untuk mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek
Yang dimaksud objek di sini dapat berupa kemampuan pesertabdidik, minat, motivasi maupun
sikap. Respons dari peserta te terhadap sejumlah pertanyaan menggambarkan kemampuan
dalam bidang tertentu. Jadi, dapat dikatakan bahwa tes merupakan bagian tersempit dari
evaluasi Sementara itu, terdapat istilah lain yang cukup akrab dalam evaluasi pengukuran
adalah proses penetapan angka terhadap individu atau karakteristi menurut aturan tertentu
(Ebel dan Frisbie dalam Eko putro Widoyoko, 2009:2). Dengan demikian, hal penting dari
pengukuran adalah penetapan angka tentang karakteristik atau keadaan individu menurut
aturan-aturan tertentu, Ranah dari pengukuran ini bisa berupa kemampuan kognitif
(pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan). Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa pengukuran mempunyai konsep yang lebih luas daripada te Kita bisa
mengukur karakteristik suatu objektanpa menggunakan misalnya dengan wawancara,
observasi, dan sebagainya. Pengukuran seperti itu, sering disebut sebagai teknik pengukuran
non-tes Selain istilah tes an pengukuran, istilah penilaian juga sering dikaitkan dalam evaluasi.
The Task Group on Assesment and Testing dalam Eko Putro Widoyoko (2009:2) mende
penilaian sebagai semua cara yang digunakan untuk menilai unjuk keria individu atau
kelompok. Sedangkan menurut Popham (dalam Eko Putrowidoyoko, 2009:3, penilaian
didefinisikan sebagai sebuah usaha secara formal untuk menentukan status siswa berkenaan
dengan berbagai kepentingan pendidikan. Berdasarkan definisi sebelumnya, maka dapat
dikatakan bahwa penilaian merupakan kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran
berdasarkan kriteria

Evaluasi pembelajaran mencakup ketiga hal di atas, yaitu tes

pengukuran, dan penilaian. Evaluasi sendiri mempunyai arti sebagai

penyedia informasi yangdapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan

dalam mengambil keputusan. Secara lebih luas, evaluasi merupakan

suatu proses atau kegiatan pemilihan, pengumpulan, analisis, dan


penyajian informasi yang dapat digunakan dasar pengambilan

keputusan serta penyusunan program selanjutnya (Eko Putro

Widoyoko, 2009:3). Jadi, cakupan evaluasi lebih luas dibandingkan

dengan tes, pengukuran, maupun penilaian.

B Fungsi, Tujuan, dan Prinsip Evaluasi

Setiap kegiatan yang dilakukan pasti memiliki tujuan tertentu,

termasuk praktikevaluasi dalam mbelajaran. Evaluasi pembelajaran

dilakukan dengan suatu tujuan yang berguna dan jelas sasarannya.

Menurut H. Sujati (2010:6), tujuan dari evaluasi pembelajaran

adalah:

Mengetahui

keberhasilan proses pendidikan dan pembelajar

di

Melalui evaluasi pembelajaran.

kita akan mengetahui seberapa


besar keberhasilan siswa dalam aspek akademis, sosial,

emosional, moral, serta keterampilannya dalam mencapai tujua

didikan yang telah ditetapkan. Kita akan mengetahui, seb

proses pembelajaran dalam mengubah perilaku siswa menjadi lebih baik seperti yang
diharapkan.

Keberhasilan dalam pendidikan dan pembelajaran merupakan hal yang penting Sebab,
keberhasilan tersebut akan sangat berperan dalam usaha menjadikan para siswa menjadi
manusia yang berkualitas,

Memberikan pertanggungjawaban dari pihak sekolah kepada

pihak-pihak yang berkepentingan

Pihak-pihak yang dimaksud di sini adalah orangtua siswa, ma

syarakat dan pemerintah. Dalam mempertanggungjawabkan

hasil-hasil yang telah dicapai, sekolah memberikan laporan

tentang berbagai kelebihan dan kekurangan dari pelaksanaan

proses pembelajaran yang dilakukan. Misalnya, laporan yang

diserahkan kepada pemerintah (dinas pendidikan) disampai-


kan kepada pihak yang berkepentingan. Sementara itu, pertang

gungjawaban sekolah pada orangtua dan masyarakat disampai-

kan melalui laporan kemajuan belajar siswa pada setiap akhir

program semester.

3. Mendeskripsikan kecakapan belajar para siswa.

Evaluasi dapat mendeskripsikan kecakapan belajar yang ada

pada siswa sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangan

siswa tersebut dalam berbagai mata pelajaran yangditempuhnya.

Dengan deskripsi tersebut, diperoleh pula posisi prestasi siswa

dibandingkan dengan siswa lainnya. Hal ini juga berguna untuk

menentukan ketuntasan belajar dari siswa yang bersangkutan.

Evaluasi Pembelajaran

4. Menentukan tindak lanjut hasil evaluasi.


Hal ini dilakukan dengan perbaikan dan penyempurnaan dalam

hal program pembelajaran beserta strategi pelaksanaannya

Ketika siswa gagal dalam memperoleh hasil belajar yang baik,

hendaknya hal itu tidak dianggap sebagai pada diri

siswa itu sendiri, disebabkan oleh program

pelajaran yang telah dilakukan atau oleh kesalahan strategi

dalam melaksanakan program tersebut

Sedangkan pada sumber lain, dikemukakan bahwa tujuan

dari evaluasi pembelajaran (H. Daryanto, 1997:11) adalah untuk

memperoleh informasi yang akurat tentang tingkat pencapaian

tujuan instruksional siswa, sehingga bisa diupayakan tindak

lanjutnya. Tujuan intruksional adalah tujuan pendidikan yang harus


dicapai oleh masing-masing mata pelajaran.

Dalam buku Evaluasi Program Pembelajaran, Eko Putro Widoyoko

mengemukakan bahwa sekurang-kurangnya ada empat fungsi dari

evaluasi pembelajaran. Keempat fungsi tersebut yaitu:

1. Menyediakan informasi bagi pembuat keputusan

Informasi yang dihasilkan dari evaluasi pembelajaran akan

bermanfaat bagi setiap tahapan dari manajemen sekolah.

Dimulai sejak perencanaan, pelaksanaan, maupun ketika akan

mengulangi atau melanjutkan kegiatan pembelajaran, semua

itu dapat dipengaruhi oleh hasil evaluasi. Dalam mengambil

kebijakan, pembuat keputusan tentu membutuhkan informasi

yang akurat tentang kondisi sekolah tersebut supaya bisa

memutuskan sesuatu dengan tepat.


Hasil evaluasi pembelajaran merupakan salah satu informasi

akurat yang bisa dijadikan pertimbangan dalam menentukan

keputusan. Evaluasi pembelajaran dilakukan secara sistematis

sehingga penentuan keputusan yang berdasarkan pada evaluasi

C Pelaksana, cakupan dan Jenis Evaluasi

2. Pelaksana Evaluasi Pembelajaran

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19, tahun 2005 (Endang

Poerwanti, 2008), evaluasi pendidikan pada jenjang pendidikan

dasar dan menengah terdiri atas 3 macam evaluasi, yaitu:

a. Evaluasi Hasil Belajar oleh Pendidik

Evaluasi yang dilakukan oleh pendidik dilakukan secara

berkesinambungan dari waktu ke waktu, untuk memantau

proses, kemajuan, perbaikan hasil. Kegiatan evaluasi bisa


dilakukan dalam bentuk ulangan harian, semester, akhir

semester, maupun ulangan kenaikan kelas. Terdapat tiga

tujuan yang ingin dicapai dalam evaluasi yang dilakukan

oleh pendidik, yaitu:

- untuk menilai pencapaian kompetensi peserta didik,

- Sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, serta

- Memperbaiki proses pembelajaran yang telah dilakukan

b. Evaluasi Hasil Belajar oleh Satuan Pendidikan

Evaluasi yang dilakukan oleh satuan pendidikan bertujuan untuk menilai pencapaian
standar kompetensi lulusan untuk semua mata pelajaran.

c, Evaluasi Hasil Belajar oleh Pemerintah

Pemerintah juga turut andil dalam kegiatan evaluasi pembelajaran. Evaluasi yang
dilakukan oleh pemerintah bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan

secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam


kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi,

serta dilakukan dalam bentuk ujian nasional. Jadi, evaluasi

yang dilakukan oleh pemerintah ini berbentuk ujian nasional

yang terstandarkan. Pada pasal 68 PP No. 19 tahun 2005,

ditegaskan bahwa hasil ujian nasional digunakan sebagai

salah satu pertimbangan untuk:

Pemetaan mutu program dan atau satuan pendidikan,

Dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya.

Penentuan kelulusan peserta didik dari program dan atau satuan pendidikan, Pembinaan
dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upayanya untuk meningkatkan
mutu pendidikan.

2. Cakupan Evaluasi

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), seorang


pendidik dituntut untuk melakukan evaluasi terhadap 3 ranah.

Ketiga ranah tersebut adalah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

a. Ranah kognitif (cognitive)

Ranah kognitif menjadi hal yang sangat penting dalam melakukan evaluasi.

yang terstandarkan. Pada pasal 68 PP No. 19 tahun 2005,

ditegaskan bahwa hasil ujian nasional digunakan sebagai

salah satu pertimbangan untuk:

Pemetaan mutu program dan atau satuan pendidikan,

Dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya.

Penentuan kelulusan peserta didik dari program dan atau satuan pendidikan, Pembinaan
dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upayanya untuk meningkatkan
mutu pendidikan.

2. Cakupan Evaluasi

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), seorang


pendidik dituntut untuk melakukan evaluasi terhadap 3 ranah.

Ketiga ranah tersebut adalah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

a. Ranah kognitif (cognitive)

Ranah kognitif menjadi hal yang sangat penting dalam melakukan evaluasi.

BAB I

KONSEP DASAR

EVALUASI PEMBELAJARAN

A Pengertian Evaluasi Pembelajaran

lmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini berkembang sangat pesat. Dampaknya,
permasalahan yang dihadapi dunia pendidikan juga semakin kompleks. Salah satu masalah
yang dihadapi saat ini adalah masih rendahnya mutu pendidikan di Indonesia. Kenyataan
ini menuntut pemerintah untuk melakukan pembaruan dalam dunia pendidikan. Berbagai
inovasi dilakukan guna memperbaiki mutu pendidikan tersebut. Salah satu upaya yang
dilakukan adalah dengan melakukan inovasi kurikulum, dalam hal ini Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) Salah satu ciri utama KTSP adalah dibebaskannya kompetensi
dasar dan indikator ketercapaian siswa pada setiap sekolah, asalkan sekolah masih
berpedoman pada Standar Kompetensi yang ditentukan oleh pusat. Im
basnya, setiap sekolah dapat dikatakan memiliki kurikulum sendiri yang berbeda dengan
kurikulum di sekolah lainnya.

Kurikulum tersebut dapat dilaksanakan dengan baik jika ada kerja sama dari berbagai
pihak, salah satunya adalah guru. Guru merupakan komponen utama dalam belajar
mengajar yang berinteraksi langsung dengan siswa. Guru mempunyai peranan yang sangat
penting terhadap terciptanya proses pembelajaran yang dapat mengantarkan siswa
mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Guru hendaknya menentukan konsep-
konsep yang akan diajarkan pada siswa, tingkat tingkat konsep yang diharapkan dari siswa,
dan model mengajar yang akan digunakan. Selain itu guru harus dapat menentukan evaluasi
yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Itulah alasan mengapa evaluasi begitu penting
dalam dunia pendidikan.

Menurut Djemari Mardapi dalam Eko Putro Widoyoko (2009

1), terdapat 3 istilah yang sering digunakan dalam evaluasi, yaitu

tes, pengukuran, dan penilaian. Tes merupakan salah satu cara untuk

menaksir besarnya kemampuan seseorang secara tidak langsung,

yaitu melalui respons seseorang terhadap stimulus atau pertanyaan. Tes juga merupakan
salah satu alat untuk melakukan pengukuran, yakni alat untuk mengumpulkan informasi
karakteristik suatu objek Yang dimaksud objek di sini dapat berupa kemampuan
pesertabdidik, minat, motivasi maupun sikap. Respons dari peserta te terhadap sejumlah
pertanyaan menggambarkan kemampuan dalam bidang tertentu. Jadi, dapat dikatakan
bahwa tes merupakan bagian tersempit dari evaluasi Sementara itu, terdapat istilah lain
yang cukup akrab dalam evaluasi pengukuran adalah proses penetapan angka terhadap
individu atau karakteristi menurut aturan tertentu (Ebel dan Frisbie dalam Eko putro
Widoyoko, 2009:2). Dengan demikian, hal penting dari pengukuran adalah penetapan
angka tentang karakteristik atau keadaan individu menurut aturan-aturan tertentu, Ranah
dari pengukuran ini bisa berupa kemampuan kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan
psikomotorik (keterampilan). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pengukuran
mempunyai konsep yang lebih luas daripada te Kita bisa mengukur karakteristik suatu
objektanpa menggunakan misalnya dengan wawancara, observasi, dan sebagainya.
Pengukuran seperti itu, sering disebut sebagai teknik pengukuran non-tes Selain istilah tes
an pengukuran, istilah penilaian juga sering dikaitkan dalam evaluasi. The Task Group on
Assesment and Testing dalam Eko Putro Widoyoko (2009:2) mende penilaian sebagai
semua cara yang digunakan untuk menilai unjuk keria individu atau kelompok. Sedangkan
menurut Popham (dalam Eko Putrowidoyoko, 2009:3, penilaian didefinisikan sebagai
sebuah usaha secara formal untuk menentukan status siswa berkenaan

dengan berbagai kepentingan pendidikan. Berdasarkan definisi

sebelumnya, maka dapat dikatakan bahwa penilaian merupakan

kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran berdasarkan kriteria

Evaluasi pembelajaran mencakup ketiga hal di atas, yaitu tes

pengukuran, dan penilaian. Evaluasi sendiri mempunyai arti sebagai

penyedia informasi yangdapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan

dalam mengambil keputusan. Secara lebih luas, evaluasi merupakan

suatu proses atau kegiatan pemilihan, pengumpulan, analisis, dan

penyajian informasi yang dapat digunakan dasar pengambilan


keputusan serta penyusunan program selanjutnya (Eko Putro

Widoyoko, 2009:3). Jadi, cakupan evaluasi lebih luas dibandingkan

dengan tes, pengukuran, maupun penilaian.

B Fungsi, Tujuan, dan Prinsip Evaluasi

Setiap kegiatan yang dilakukan pasti memiliki tujuan tertentu,

termasuk praktikevaluasi dalam mbelajaran. Evaluasi pembelajaran

dilakukan dengan suatu tujuan yang berguna dan jelas sasarannya.

Menurut H. Sujati (2010:6), tujuan dari evaluasi pembelajaran

adalah:

keberhasilan proses pendidikan dan pembelajar

di

Melalui evaluasi pembelajaran.

kita akan mengetahui sebe

besar keberhasilan siswa dalam aspek akademis, sosial,

rapa

emosio
nal, moral, serta keterampilannya dalam mencapai tujua

didikan yang telah ditetapkan. Kita akan mengetahui, seb

proses pembelajaran dalam mengubah perilak

siswa menjadi lebih baik seperti yang diharapkan. Keberhasilan

dalam pendidikan dan pembelajaran merupakan hal yang pen

ting Sebab, keberhasilan tersebut akan sangat berperan dalam

usaha menjadikan para siswa menjadi manusia yang berkuali

tas,

Memberikan pertanggungjawaban dari pihak sekolah kepada

pihak-pihak yang berkepentingan

Pihak-pihak yang dimaksud di sini adalah orangtua siswa, ma

syarakat dan pemerintah. Dalam mempertanggungjawabkan

hasil-hasil yang telah dicapai, sekolah memberikan laporan


tentang berbagai kelebihan dan kekurangan dari pelaksanaan

proses pembelajaran yang dilakukan. Misalnya, laporan yang

diserahkan kepada pemerintah (dinas pendidikan) disampai-

kan kepada pihak yang berkepentingan. Sementara itu, pertang

gungjawaban sekolah pada orangtua dan masyarakat disampai-

kan melalui laporan kemajuan belajar siswa pada setiap akhir

program semester.

3. Mendeskripsikan kecakapan belajar para siswa.

Evaluasi dapat mendeskripsikan kecakapan belajar yang ada

pada siswa sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangan

siswa tersebut dalam berbagai mata pelajaran yangditempuhnya.

Dengan deskripsi tersebut, diperoleh pula posisi prestasi siswa


dibandingkan dengan siswa lainnya. Hal ini juga berguna untuk

menentukan ketuntasan belajar dari siswa yang bersangkutan.

Evaluasi Pembelajaran

4. Menentukan tindak lanjut hasil evaluasi.

Hal ini dilakukan dengan perbaikan dan penyempurnaan dalam

hal program pembelajaran beserta strategi pelaksanaannya

Ketika siswa gagal dalam memperoleh hasil belajar yang baik,

hendaknya hal itu tidak dianggap sebagai pada diri

siswa itu sendiri, disebabkan oleh program

pelajaran yang telah dilakukan atau oleh kesalahan strategi

dalam melaksanakan program tersebut

Sedangkan pada sumber lain, dikemukakan bahwa tujuan

dari evaluasi pembelajaran (H. Daryanto, 1997:11) adalah untuk


memperoleh informasi yang akurat tentang tingkat pencapaian

tujuan instruksional siswa, sehingga bisa diupayakan tindak

lanjutnya. Tujuan intruksional adalah tujuan pendidikan yang harus

dicapai oleh masing-masing mata pelajaran.

Dalam buku Evaluasi Program Pembelajaran, Eko Putro Widoyoko

mengemukakan bahwa sekurang-kurangnya ada empat fungsi dari

evaluasi pembelajaran. Keempat fungsi tersebut yaitu:

Menyediakan informasi bagi pembuat keputusan

1.

Informasi yang dihasilkan dari evaluasi pembelajaran akan

bermanfaat bagi setiap tahapan dari manajemen sekolah.

Dimulai sejak perencanaan, pelaksanaan, maupun ketika akan

mengulangi atau melanjutkan kegiatan pembelajaran, semua


itu dapat dipengaruhi oleh hasil evaluasi. Dalam mengambil

kebijakan, pembuat keputusan tentu membutuhkan informasi

yang akurat tentang kondisi sekolah tersebut supaya bisa

memutuskan sesuatu dengan tepat.

Hasil evaluasi pembelajaran merupakan salah satu informasi

akurat yang bisa dijadikan pertimbangan dalam menentukan

keputusan. Evaluasi pembelajaran dilakukan secara sistematis

sehingga penentuan keputusan yang berdasarkan pada evaluasi

C Pelaksana, cakupan dan Jenis Evaluasi

3. Pelaksana Evaluasi Pembelajaran

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19, tahun 2005 (Endang

Poerwanti, 2008), evaluasi pendidikan pada jenjang pendidikan

dasar dan menengah terdiri atas 3 macam evaluasi, yaitu:


a. Evaluasi Hasil Belajar oleh Pendidik

Evaluasi yang dilakukan oleh pendidik dilakukan secara

berkesinambungan dari waktu ke waktu, untuk memantau

proses, kemajuan, perbaikan hasil. Kegiatan evaluasi bisa

dilakukan dalam bentuk ulangan harian, semester, akhir

semester, maupun ulangan kenaikan kelas. Terdapat tiga

tujuan yang ingin dicapai dalam evaluasi yang dilakukan

oleh pendidik, yaitu:

- untuk menilai pencapaian kompetensi peserta didik,

- Sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, serta

- Memperbaiki proses pembelajaran yang telah dilakukan

b. Evaluasi Hasil Belajar oleh Satuan Pendidikan


Evaluasi yang dilakukan oleh satuan pendidikan bertujuan untuk menilai pencapaian
standar kompetensi lulusan untuk semua mata pelajaran.

c, Evaluasi Hasil Belajar oleh Pemerintah

Pemerintah juga turut andil dalam kegiatan evaluasi pembelajaran. Evaluasi yang
dilakukan oleh pemerintah bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan

secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam

kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi,

serta dilakukan dalam bentuk ujian nasional. Jadi, evaluasi

yang dilakukan oleh pemerintah ini berbentuk ujian nasional

yang terstandarkan. Pada pasal 68 PP No. 19 tahun 2005,

ditegaskan bahwa hasil ujian nasional digunakan sebagai

salah satu pertimbangan untuk:

Pemetaan mutu program dan atau satuan pendidikan,

Dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya.


Penentuan kelulusan peserta didik dari program dan atau satuan pendidikan, Pembinaan
dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upayanya untuk meningkatkan
mutu pendidikan.

2. Cakupan Evaluasi

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), seorang

pendidik dituntut untuk melakukan evaluasi terhadap 3 ranah.

Ketiga ranah tersebut adalah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

a. Ranah kognitif (cognitive)

Ranah kognitif menjadi hal yang sangat penting dalam melakukan evaluasi.

dievaluasi dengan teknik tes.

b. Ranah afektif

Ranah afektif (affectie) berhubungan menggunakan dengan sikap, sehingga penilaian yang
dilakukan pun umumnya inter.teknik non-tes.

c. Ranah psikomotorik
Ranah psikomotorik berkaitan dengan gerakan tubuh atau bagian-bagiannya, dari yang
sederhana hingga yang kompleks

3. Jenis Evaluasi

Endang Poerwanti (2008: 1-31) mengungkapkan bahwa jenis

evaluasi selalu dikaitkan dengan fungsi dan tujuan evaluasi

Ada bermacam jenis evaluasi yang secara garis besar, setidaknya

dapat dibagi menjadi 5 jenis, yaitu:

- Evaluasi formatif
- Evaluasi sumatif
- Evaluasi diagnostik
- Evaluasi penempatan (placement)
- Evaluasi seleksi

D Teknik Evaluasi

1. Teknik tes

Endang Poerwanti (2008:44) mengungkapkan tiga definisi dari tes, yaitu:

a. Tes adalah prosedur pengukuran yang sengaja dirancang secara sistematis, untuk
mengukur atribut tertentu, dilakukan dengan prosedur administrasi dan pemberian angka
yang jelas dan spesifik, sehingga hasilnya relatif ajek bila dilakukan dalam kondisi yang
relatif sama.
b. Tes pada umumnya berisi sampel perilaku. Cakupan butir

tes yang bisa dibuat dari suatu materi tidak terhinggajumlahnya, yang secara keseluruhan
mungkin mustahil dapat tercakup dalam tes, sehingga tes harus dapat mewakili kawasan
(domain) perilaku yang diukur untuk itu perlu pembatasan yang jelas.

c. Tes menghendaki subjek agar menunjukkan diketahui atau apa yang dipelajari dengan
cara menjawab atau mengerjakan tugas dalam tes. Apabila dalam proses evaluasi ini
menggunakan teknik tes, maka individu yang dievaluasi tersebut harus berada pada
keadaan yang terstandar. Maksudnya adalah individu yang dievaluasi (testee) akan
mengalami perlakukan yang sama, dalam hal perintah, bentuk tugas, dan waktu yang
diperlukan untuk mengerjakan evaluasi tugas. Sehingga, individu yang

dites tersebut akan memiliki skor tertentu yang dapat dijadikan sebagai penggambaran atas
apa yang telah dievaluasi. Beberapa ciri situasi yang terstandar (Sugihartono, 2007:139)
adalah:

a. Semua individu yang dites akan memberikan jawaban dari pertanyaan dan perintah sama.

b. Semua individu akan mendapat perintah yang perintah tersebut harus jelas sehingga
semua individu memahami makna perintah tersebut.

c. Cara koding terhadap hasil tes tersebut harus dibuat seragam sehingga jawaban yang
sama akan mendapat skor yang

d. Waktu dan penyelenggaraan tes juga harus seragam.

arti, setiap individu mempunyai kesempatan dan waktu yang sama dalam melaksanakan
tugas atau dalam menerima pertanyaan.

2. Teknik non-tes

Selain teknik tes, jenis tes lain yang umum digunakan dalam proses evaluasi adalah teknik non-
tes. Teknik non-tes umumnya.
BAB II

EVALUASI PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN KARAKTER

A Konsep Dasar Pendidikan Karakter

di tolok ukur

uksesan seseorang

mnenja

an pada pembentukan

baik. Dalam

filsafat pendidikan, tujuan

embentukan manusia

dapat menentukan

Hal ini terkait dengan sikap dan nilai

(atau ujian ujian lainnya)

Secara nyata, tu

yang

sikap dan perilaku

dewasa susila, yang

sesuatu.
baik dan buruknya yang dimiliki oleh seseorang.

Harard University, Amerika

Selain itu, berdasarkan penelitian

di seseorang tidak

Serikat (Ali Ibrahim 2000), ternyata kesuksesan

ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis

(hard skill) saja, tetapi lebih kepada kemampuan mengelola diri dan

kan, kesuksesan

orang lain (soft skill). Penelitian ini sisanya

80%

seseorang ditentukan sekitar 20% oleh hard skill dan berhasil

oleh soft skill. Bahkan orang-orang tersukses di dunia, bisa

dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan soft skill daripada

hard skill.

Dapat dilihat secara nyata, bahwa pendidikan yang menguta.

makan soft skill perlu menjadi solusi dalam permasalahan pendidi-

kan di Indonesia. Salah satunya adalah pendidikan yang berbasis

karakter
1. Pengertian Pendidikan Karakter

Menurut Suyanto (2010), karakter adalah cara berpikir dan

berperilaku yang menjadiciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam
lingkup keluarga, masyarakat, bangsa bisa membuat keputusan berkarakter baik individu yang

dan setiap akibat dari keputusan yang ia buat.

Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha
Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam

pembelajaran karakter pun sifatnya bisa kontekstual dan sesuai

dengan kehidupan sehari-hari

kognisi

Selain itu, pembelajaran karakter tidak hanya

mencakup siswa saja, melainkan

juga ranah afektif dan pskomotorik

siswa. Misalnya, kegiatan pembelajaran yang memuat ranah

afektif adalah memilih nilai mana yang baik serta buruk.

untuk dilakukan, menampilkan sikap tanggung jawab, serta

internalisasi nilai kejujuran untuk senantiasa dipraktikkan dalam

setiap kesempatan. Sedangkan contoh kegiatan pembelajaran

dalam ranah psikomotorik adalah bagaimana menerapkan


perilaku sebagai seorang pemimpin rapat yang baik. Hal i

membuat pendidikan karakter menjadi sesuatu yang tidak

hanya berlangsung di dalam lingkup kelas saja, melainkan juga

lingkungan keluarga serta masyarakat.

Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu

yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feel.

ing), dan tindakan (action). Menurut Thomas Lickona, tanpa

ketiga aspek ini, pendidikan karakter tidak akan efektif, dan

pelaksanaannya pun harus dilakukan secara sistematis dan

berkelanjutan. (Suyanto dalam http://waskitamandiribk.word-

press.com)

Jadi, pendidikan karakter memang mencakup tiga ranah agar


bisa mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Bila ada

atu atau lebih aspek tersebut yang tidak ada dalam pendidikan

karakter, maka pendidikan karakter tidak dapat dilakukan secara

maksimal. Bahkan tujuan pembelajarannya pun tidak akan

tercapai

2. Tujuan Pendidikan Karakter

Dharma Kesuma dkk, (2011:7-8) mengungkapkan beberapa

tujuan dari pelaksanaan pendidikan karakter, yaitua Mengembangkan kemampuan peserta


didik yang menjadi

kannya

sebagai

makhluk yang berketuhanan (tunduk patuh

pada konsep ketuhanan) dan mengemban amanah sebagai

pemimpin di dunia. Kemampuan yang perlu dikembang.

kan pada peserta didik Indonesia adalah mengabdi kepada


Tuhan yang menciptakannya, kemampuan untuk menjadi

dirinya sendiri, kemampuan untuk hidup secara harmoni

dengan manusia dan makhluk lainnya, dan kemampuan

untuk menjadikan dunia ini sebagai wahana kemakmuran

dan kesejahteraan bersama.

b Mengembangkan, menguatkan, memfasilitasi watak. Jadi,

watak peserta didik tidak hanya sekadar dibentuk, namun

dikembangkan (sesuai dengan pandangan kontruktivisme).

c Peradaban bangsa, yaitu dalam kaitannya dengan pemba-

ngungan bangsa Indonesia sebagai suatu bangsa. Bangsa

yang beradab merupakan dampak dari pendidikan yang

menghasilkan manusia terdidik. Dengan kata lain. pendidik-


an karakter harus mampu mendidik manusianya, sehingga

bisa menjadi bangsa yang beradab.

Lebih lanjut, Dharma Kesuma, dkk (2001:9) mengungkapkan

bahwa tujuan pendidikan karakter dalam setting sekolah adalah

sebagai berikut:

a Menguatkan danmengembangkannilai-nilai kehidupanyang

dianggap penting dan perlu sehingga menjadi kepribadian/

kepemilikan peserta didik yang khas sebagaimana nilai-nilai

yang dikembangkan.

b Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian

Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu

dan pendidikan di sekolah yang mengarah

pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mu

peserta utuh, dan seimbang, sesuai standar


kompetensi lulusan.

3. Manfaat Pendidikan Karakter

pada

Pendidikan karakter telah memberikan dampak nyata Dr

institusi yang telah Hasil penelitian yang

Marvin Berkowitz dari university of Missouri St. Louis diterbitkan oleh Character Education
Parnership dalam sebuah

buletin bernama Character Educator, mengungkapkan bahwa ada

peningkatan motivasi siswa dalam meraih prestasi akademik

setelah diterapkannya pendidikan karakter Kelas-kelas yang

secara komprehensif terlibat dalam pendidikan

karakter

menunjukkan adanya penurunan drastis pada perilaku negatif

dapat menghambat keberhasilan akademik. (Suyanta,

http://waskitamandiribk wordpress.com)

Selain itu, pendidikan karakter juga berpengaruh positif


terhadap kecerdasan emosi anak dalam keberhasilannya di

sekolah. Dalam artikel yang sama, Suyanta mengungkapkan

bahwa ada beberapa faktor yang menjadi penyebab kegagalan

anak di sekolah. Beberapa faktor tersebut berhubungan dengan

karakter anak, bukan kecerdasannya. Beberapa karakter tersebut

di antaranya adalah rasa percaya diri, kemampuan bekerja sama

bergaul, berkonsentrasi, rasa empati, dan berkomunikasi

Pendidikan karakter, dengan kata lain adalah pendidikan yang

berkaitan dengan kecerdasan emosi seseorang, akan membuat

anak yang mempunyai masalah dengan kecerdasan emosinya

yang mengalami kesulitan belajar, bergaul, dan tidak dapa

mengontrol emosinya menjadi dapat lebih cerdas dalam

mengontrol dirinya.
Sebenarnya, anak-anak yang bermasalahini sudah dapat dilihat sejak usia pra-sekolah, dan
kalau tidak

ditangani akan terbawa sampai usia dewasa. Sebaliknya, para

remaja yang berkarakter akan terhindar dari masalah-masalah

umum yang dihadapi oleh remaja seperti kenakalan, tawuran,

narkoba, miras, perilaku seks bebas, dan sebagainya.

Beberapa negara yang telah menerapkan pendidikan karakter

sejak pendidikan dasar di antaranya adalah Amerika Serikat,

Jepang, Cina, dan Korea. Hasil penelitian di negara-negara ini

menyatakan bahwa implementasi pendidikan karakter yang

tersusun secara sistematis berdampak positif pada pencapaian

akademis (Suyanta, 2010)

Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter


Kementerian Pendidikan Nasional di Indonesia sebenarnya telah

mengembangkan grand design pendidikan karakter untuk setiap

jalur, jenjang, dan jenis satuan pendidikan. Grand design menjadi

rujukan konseptual dan operasional terkait pengembangan,

pelaksanaan, dan penilaian pada setiap jalur dan jenjang

pendidikan. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses

psikologis dan sosial-kultural tersebut dikelompokkan dalam

beberapa jenis, yaitu:

a. olah hati (spiritual and emotional development),

b. olah pikir (intellectual denelopment),

c. olah raga dan kinestetik (physical and kinestetic development),

dan

d. rasa dan karsa (affective and creativity development).


Perlu ada kerja sama dari berbagai pihak untuk menerapkan

pendidikan karakter secara nyata di sekolah, yakni dari guru,

siswa, komite, kepala sekolah, staf, dan sebagainya34 Evaluasi l'embelajaran

(organizising)

(valuing).

(receiving).

nilai.

nilai (responding).

yaitu:

a. b. c. d. e. Acuan Penerimaan Response Organisasi Karakterisasi

dividu. Sesuai dengan tujuan pembelajaran pendidikan karakter

di mana karakter seseorang harus dapat dikembangkan, maka

aspek afektif menjadi ranah yang menonjol bila dibandingkan

dengan aspek lainnya. Tingkatan penilaian afektif ada 5 macam,

Agar sebuah nilai bisa diinteranalisasikan dalam diri setiap

individu, strategi belajar mengajar yang tepat. Peran

guru harus sesuai untuk membimbing siswa agar mampu

memahami karakter yang baik, hingga menjadikan nilai atau


karakter tersebut bagian dari dirinya. Nilai dan norma yang

dimaksud di sini bisa bermacam-macam, misalnya jujur, rela

berkorban, tolong menolong, dan sebagainya. Yang jelas semua

nilai dan norma yang sifatnya positif dan menjadi modal dasar

bagi peserta didik, untuk dapat mengembangkan kemampuan

dalam ranah yang lainnya, yaitu kognitif dan psikomotorik

Berikut adalah beberapa strategi yang dapat memberikan peluang

dan kesempatan bagi guru untuk memainkan peranannya secara

optimal dalam hal pengembangan pendidikan karakter peserta

didik di sekolah:

a. optimalisasi peran guru dalam proses pembelajaran.

Guru tidak seharusnya menempatkan diri sebagai aktor


yang dilihat dan didengar oleh peserta didik, tetapi guru

seyogianya berperan sebagai sutradara yang mengarahkan

membimbing, memfasilitasi dalam proses pembelajaran

sehingga peserta didik dapat melakukan dan menemukan

b. Integrasi materi pendidikan karakter ke dalam mata

pelajaran Guru dituntut untuk pedu

mau dan mampu

mengaitkan konsep konsep pendidikan karakter pada

materi-materi pembelajaran dalam mata pelajaran yang

diampunya. Dalam hubungannya dengan ini, setiap guru

dituntut untuk terus menambah wawasan ilmu pengetahuan

yang berkaitan dengan pendidikan karakter yang dapat

diintegrasikan dalam proses pembelajaran.

c. Guru harus memberikan reward dan punishment kepada


siswa. Reuward diberikan pada siswa yang menunjukkan

karakter yang dikehendaki dan pemberian punishment

kepada mereka yang berperilaku dengan karakter yang

tidak dikehendaki. Renward dan punishment yang dimaksud

dapat berupa ungkapan verbal dan non verbal, kartu ucapan

selamat (misalnya classroom award) atau catatan peringatan,

dan sebagainya. Untuk itu guru harus menjadi pengamat

yang baik bagi setiap siswanya selama proses pembelajaran.

d. Mengoptimalkan kegiatan pembiasaan diri yang

berwawasan pengembangan budi pekerti dan akhlak

mulia. Para guru (pembina program) melalui program

pembiasaan diri lebih mengedepankan atau menekankan


kepada kegiatan-kegiatan pengembangan budi pekerti dan

akhlak mulia yang kontekstual, kegiatan yang menjurus

pada pengembangan kemampuan afektif dan psikomotorik.

Guru sebaiknya tidak melakukan berbagai sikap yang

kurang baik, misalnya mengolok siswa, membiarkan kelas

menyoraki siswa yang berbuat salah, dan sebagainya.

Kebiasaan yang tidak baik tersebut harus dijauhi untuk

menumbuhkembangkan sikap bertanggung jawab, empati,

kritis, kreatif, inovatif, rasa percaya diri, dan sebagainya.

e. Penciptaan lingkungan sekolah yang kondusif untuk

tumbuh dan berkembangnya karakter peserta didik

Lingkungan terbukti sangat berperan penting dalam

pembentukan pribadi manusia (peserta didik), baik fisik


maupun spiritual. Untuk itu sekolah dan guru perlu untuk

menyiapkan fasilitas-fasilitas dan melaksanakan berbagai

jenis kegiatan yang mendukung kegiatan pengembangan

pendidikan karakter peserta didik. Ketersediaan sarana

dan prasarana, media pembelajaran, serta dana yang

cukup akan membuat kegiatan belajar mengajar berjalan

maksimal.

peserta didik dan

Menjalin kerja sama dengan orangtua

masyarakat dalam pengembangan pendidikan karakter

Bentuk kerja sama yang bisa dilakukan adalah menempatkan

orangtua peserta didik dan masyarakat sebagai fasilitator

dan narasumber dalam kegiatan-kegiatan pengembangan

pendidikan karakter yang dilaksanakan di sekolah. Selain

itu, peran keluarga juga sangat penting sebagai tempat untuk

mengembangkan karakter yang sudah diajarkan di sekolah.


Maka, harus ada komunikasi antara guru dan orangtua agar

karakter siswa yang sudah baik di sekolah juga menjadi baik

di keluarga dan masyarakat.

g. Menjadi figur teladan bagi peserta didik. Penerimaan

peserta didik terhadap materi pembelajaran yang diberikan

oleh seorang guru, sedikit tidak akan bergantung kepada

penerimaan pribadi peserta didik tersebut terhadap pribadi

seorang guru. Hal yang wajar adalah ketika siswa pun

berusaha untuk meniru, mencontoh apa yang disenangi

dari model/figurnya tersebut, yaitu si guru. Momen seperti

ini sebenarnya merupakan kesempatan bagi seorang guru,

baik secara langsung maupun tidak menanamkan nilai-


nilai karakter dalam diri pribadi peserta didik. Dalam

proses pembelajaran, integrasi nilai-nilai karakter tidak

PROSEDUR EVALUASI

valuasi pembelajaran merupakan kegiatan yang

Luharus dilakukan secara sistematis. Sebab, evaluasi

menyediakan informasi yang bisa dijadikan sebagai

bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan

Dengan demikian, terdapat prosedur dan langkah-

langkah khusus yang bisa dijadikan pedoman dalam

melakukan evaluasi pembelajaran.

A Prinsip Prosedur Evaluasi

Adapun beberapa prinsip dalam menentukan


prosedur yang harus diperhatikan ketika melakukan

evaluasi pembelajaran adalah:

1. Tujuan pembelajaran yang akan dievaluasi sifatnya

harus jelas. Hendaknya seorang guru harus

bisa benar-benar memahami aspek-aspek yang

dinilai dari setiap peserta didik, yakni kognitif

8. Esaluasi mengukur seberapa jauh peserta didik mengetahui dan

bagaimana peserta didik mengerjakan tugas.

saling

Evaluasi disusun dari hal yang umum ke yang khusus dan

10. Prosedur tidak boleh membeda-bedakan atas dasar jenis kelamin

agama, latar belakang tingkat sosial, dan sebagainya.

Pengetahuan tentang segala prinsip dalam menentukan prosedur

evaluasi ini ditambah dengan pengetahuan tentang fungsi dalam


keseluruhan proses evaluasi, akan membuat seorang guru bisa

memperoleh gambaran yangjelas dan sistematis tentang pelaksanaan

evaluasi yang dilakukannya. Dengan demikian, hal tersebut pun

akan memudahkan guru untuk membangun suatu sistem evaluasi

yang bisa dipertanggungjawabkan dalam suatu pendidikan tertentu,

B Langkah-langkah Evaluasi Pembelajaran

Telah kita ketahui bersama, bahwa dalam menentukan prosedur

pelaksanaan evaluasi, ada prinsip-prinsip khusus yang harus

dipenuhi. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar proses dan hasil

evaluasi sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

selain proses evaluasi itu sendiri, ternyata pelaksanaan evaluasi

pendidikan juga tidak bisa dipisahkan dengan proses pembelajaran


yang diselenggarakan. Bahkan, melalui evaluasi pembelajaran,

juga akan mendorong munculnya berbagai kebijakan yang akan

meningkatkan pelaksanaan proses evaluasi itu sendiri. Oleh sebab

itulah, setiap guru harus benar-benar mengetahui langkah-langkah

utama apa sajakah yang harus ditempuh ketika sedang melakukan

evaluasi pembelajaran. Menurut Anderson dan Sudijono (dalam

Endang Poerwanti

dkk, 2008 3.4.3.6) ketujuh langkah utama

tersebut adalah:

1. Menyusun perencanaan evaluasi


2. Menghimpun data
3. Melakukan verifikasi data
4. Mengolah dan menganalisis data
5. Melakukan interprestasi (penafsiran) dan menarik kesimpulan
6. Menyimpan instrumen dan hasil instrumen
7. Melakukan tindak lanjut evaluasi

BAB IV

HASIL BELAJAR SEBAGAI

OBJEK EVALUASI

alam kegiatan pembelajaran, evaluasi menjadi


salah satu dari empat unsur penting. Keempat

unsur tersebut adalah tujuan, bahan, metode,

dan evaluasi. Evaluasi berfungsi sebagai pengukur

ketercapaian tujuan yang telah ditentukan sebelum

kegiatan belajar mengajar di dalam kelas berlangsung

Lalu, apa yang diukur dalam proses evaluasi ini?

Hasil dari proses belajar yang dilakukan oleh siswa

adalah hal yang diukur dalam proses evaluasi, atau

dengan kata lain hasil belajar siswa. Jadi, hasil belajar

adalah kemampuan kemampuan yang dimiliki siswa

setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Nana

Sudiana. 1989 22). Howard Kingsleydalam H. Sudiati


(2010 11) membagi tiga macam hasil belajar, yaitu:

a. Keterampilan dan kebiasaan.

b. Pengetahuan dan pengertian.

c. Sikap dan cita-cita.

A Ranah kognitif

kognitif adalah hal-hal yang terkait dengan intelektual seseoran

misalnya adalah menghafal, memberikan definisi, mengerjak

soal, mengarang, dan sebagainya. Secara umum, proses kognit

terbagi dalam enam kategori, yaitu pengetahuan (knowlede

pemahaman (understand), aplikasi (apply), analisis analyze), sintesis

(syntesis), dan evaluasi (evaluate). Namun, keenam aspek atau

tingkatan tersebut direvisi oleh Anderson, yaitu salah satu murid

dari Bloom. Pada tahun 2000, Anderson merevisi taksonomi Bloom

yang sekarang digunakan dalam dunia pendidikan kita. Keenam


tingkatan itu adalah mengingat (remember), memahami (understand)

mengaplikasikan (apply), menganalisis (analyze), mengevaluasi

(evaluate), dan mencipta (create). Mengingat merupakan proses

kognitif yang sifatnya lebih kepada 'menyimpan', sedangkan kelima

proses lainnya lebih cenderung bersifat 'memindahkan' informasi

dan pengetahuan (Unik Ambarwati, 2008)

Berikut adalah jabaran dari keenam tahapan menurut Anderson

tersebut:

1. Mengingat (remembering) C1
2. Memahami (understand) C2
3. Mengaplikasikan (apply) C3
4. Menganalisis (analyze)
5. Mengevaluasi (evaluate)
6. Mencipta (create)
Ranah Afektif

seseorang.

terkait dengan

Krathwohl dan Masia mengembangkan ta

ini

berorientasikan kepada perasaan atau mengadopsi

menggambarkan proses dalam mengenali dan baginya

sikap tertentu yang menjadi pedoman dalam bertingkah laku (unik Ambarwati. 2008).
Dalam pendidikan

karakter ranah afektif mendapat porsi penilaian yang lebih jika dibandingkan dengan ranah
kognitif Karena, dalam pendidikan

karakter pembentukan dan perkembangan karakter menjadi tujuan

Dalam ranah afektif, jenjang yang ada adalah sebagai berikut:

1. Penerimaan (receiving)
2. Responsi (responding)
3. Acuan nilai (valuing)
4. Organisasi (organization)
5. Karakterisasi (menjadi karakter)

C. Ranah psikomotorik
1. Meniru

2. Manipulasi

3. Ketepatan gerakan

4. Artikulasi

5.Naturalisasi

BAB V

INSTRUMEN EVALUASI

PENDIDIKAN KARAKTER

alam pendidikan karakter, teknik evaluasi yang

digunakan dapat berupa tes maupun teknik

non-tes. Sebelum melakukan evaluasi, terlebih dahulu

dibuat instrumen evaluasi. Berikut adalah penjabaran

dalam teknik tes dan non-tes.

A Bentuk Instrumen Tes


Tes merupakan prosedur atau alat yang

digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu

dalam suasana yang telah ditentukan, dan dengan

cara serta aturan-aturan yang sudah ditentukan.

untuk mengerjakan tes

bergantung dari petunjuk

yang diberikan (Sugihartono,

2007:141). Dalam

praktiknya di sekolah, tes harus dilakukan secara

berkesinambungan atau

terus-menerus melalui

i misalnya dengan ulangan, ujian, kuis

maupun ujian sekolah dan ujian nasional.

Anda mungkin juga menyukai