PENDAHULUAN
Karbohidrat yaitu senyawa organic terdiri dari unsur karbon, hidrogen, dan
oksigen. Terdiri atas unsur C, H, O dengan perbandingan 1 atom C, 2 atom H, 1 atom
O. Karbohidrat banyak terdapat pada tumbuhan dan binatang yang berperan struktural
& metabolik. Pada tumbuhan, karbohidrat didapatkan melalui proses fotosintesis
menghasilkan amilum atau selulosa. Karbohidrat merupakan sumber energy dan
cadangan energi yang terbentuk melalui proses metabolisme (Murray,dkk., 2009).
Klasifikasi karbohidrat dibagi menjadi beberapa, yaitu monosakarida, disakarida,
oligosakarida, dan polisakarida. Karbohidrat mempunyai peranan penting dalam
menentukan karakteristik bahan makanan, seperti rasa, warna dan tekstur.
Dalam penentuan kadar karbohidrat dapat dilakukan dengan 2 macam analisa,
yaitu analisa kualitatif yang terdiri atas uji molisch, uji benedict, uji seliwanoff dan
uji iodine serta menggunakan analisa kuantitatif yang terdiri atas metode Nelson-
Somogyi, metode Luff Schoorl, metode Munson-Walker, metode Lane-Eynon
(Slamet,dkk.2003). Penentuan kadar karbohidrat dilakukan dengan pengukuran
banyaknya kandungan gula reduksi didalamnya. Dalam praktikum ini, menggunakan
metode Nelson-Somogyi. Metode ini digunakan untuk mengukur kadar gula reduksi
dengan menggunakan pereaksi arsenomolibdat yang mengubah warna larutan
menjadi biru yang menunjukan ukuran konsentrasi gula yang dibandingkan dengan
larutan standar. Reaksi warna yang terbentuk dapat menentukan konsentrasi gula
dalam sampeldengan mengukur absorbansinya (Sudarmadji, S. 1984).
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui cara penentuan gula reduksi bahan pangan dan hasil
pertanian
2.1 Bahan
2.1.1 Bahan Pangan yang Digunakan
a. Pepaya
Tanaman pepaya merupakan salah satu tanaman buah tropis berasal Mesiko
Selatan (Sujiprihati, 2000). Kelebihan tanaman pepaya lainnya yaitu dapat berbuah
tanpa mengenal musim. Berdasarkan kematangannya buah pepaya dapat dikonsumsi
matang dan keadaan mentah. Bauh pepaya dimanfaatkan sebagai bahan baku industri
makanan dan minuman, misalnya menjadi bahan baku pembuatan saos. Buah yang
setengah matang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku manisan dan campuran
rujak, sedangkan buah muda dibuat sayuran (Sujiprihati, 2000). Tanaman pepaya
merupakan sumber vitamin A dan vitamin C. Kandungan gizi dalam pepaya sangat
bermanfaat untuk kesehatan manusia misalnya sebagai obat penyakit ginjal, obat
hipertensi dan oabta penyakit malaria, serta bermanfaat untuk penderita penyakit
rabun senja..
Pepaya memilki enzim ynag dapat dimanfaatkan sebagai pelunak daging,
penghancur daging ikan, pelembut kulit, stabilizer minuman anggur, bahan obat,
campuran produk-produk kosmetik dan gigi dan bahan pencuci kain sutrera dan lensa.
Enzim tersebut yaitu enzim papain. Pada Tabel 2.1 tercantum kandungan gizi buah
pepaya.
Tabel 2.1 Analisis Komposisi Buah Pepaya per 100 gram
Unsur Komposisi Jumlah
Energi (kal) 46
Air (g) 86,7
Protein (g) 0,5
Lemak (g) Sedikitsekali (dapatdiabaikan)
Karbohidrat (g) 12,2
B-karoten (IU) 365
Vitamin B (mg) 0,04
Vitamin C (mg) 78
Kalsium (mg) 23
Besi (mg) 1,7
Fosfor (mg) 12
Mutu I Mutu II
Sampel
Pengecilan ukuran
Penimbangan sampel 2 gr
BAB 3. HASIL
Pemasukan DAN
ke dalam PEMBAHASAN
beaker glass + 50 ml
aquades
Penyaringan
Penyaringan
m
Pemanasan filtrat bahan selama 20 menit
Pada preparasi bahan ini, langkah pertama yang dilakukan yaitu menyipakan
sampel. Smapel yang digunkan pada praktikum ini yakni pepaya dan tomat. Mula-
mula wortel dan tomat dihaluskan terlebih dahulu tujuannya agar wortel dan tomat
dapat larut dengan air. Langkah selanjutnya sampel ditimbang sebanyak 2 gram dan
di masukkan ke dalam beaker glass. Setelah itu sampel di tera dengan aquades
sebanyak 50 ml, kemudian di ekstraksi menggunaka stirrer selama 15 menit.
Tujuannya agar sampel dapat tercampur merata dengan aquades. Setelah itu sampel
disentrifuge selama 10 menit tujuannya untuk memisahkan pelarut dengan filtratnya.
Lalu sampel di saring mengguanakan kertas saring. Hail saringan akan berwarna
jernih yang artinya tidak ada ampas sampel yang terlarut. Langkah selanjutnya
saringan pertama di tera kembali dengan aquades sebanyak 30-40 ml. Tujuannya agar
kadar vitamin dalam sampel benar-benar terlarut dalam air. Setalah itu sampel di
ekstraksi kembali selam 15 dan di sentrifuge selama 10 menit. Lalu di saring kembali
dengan kertas saring. Langkah terakhir sampel di tera kembali dengan aquades
sebanyak 100 ml.
Penambahan 1 ml Arsenomolibdat
pada larutan
Pada prosedur analisa kadar karbohidrat, hal pertama yang harus dilakukan
yaitu mengambil filtrat sampel dan ditera dengan aquades sebanyak 50 ml dan
ditambahkan 0,2 ml, 0,5 ml, dan 1 ml sampel yang sudah disiapkan ke dalam tabung
reaksi. Langkah berikutnya yaitu penambahan 1 ml larutan Nelson Somogyi.
Penambahan larutan Nelson Somogyi bertujuan untuk mereduksi ion kuprioksida
menjadi kuproksida. Lalu dipanaskan selama 20 menit (setelah mendidih), kemudian
di letakkan pada suhu ruang agar larutan suhunya munurun (dingin). Setelah
pendinginanan, sampel ditambahkan arsenomolibdat sebanyak 1 ml. Tujuannya yaitu
Kupro yang terbentuk selanjutnya dilarutkan dengan arsenomolibdat menjadi
molibdenum berwarna biru yang menunjukkan ukuran konsentrasi gula. Selanjutnya
sampel ditera dengan aquades sebanyak 10 ml, lalu sampel dihomogenkan
menggunakan vortek. Langkah terakhir yaitu dilakukan pengukuran nilai
absorbansinya dengan panjang gelombang < 40 nm menggunakan spektofotometer.
BAB 3. HASIL PEMBAHASAN
Berat sampel
Sampel Ulangan Volume uji Absorbansi (A)
(mg)
0,2 2.013,20 0,145
1 0,5 2.013,20 0,163
Tomat I 1 2.013,20 0,215
pers 1 0,2 2130,6 0,121
2 0,5 2130,6 0,15
1 2130,6 0,202
0,2 2167,4 0,155
1 0,5 2167,4 0,173
Tomat II 1 2167,4 0,238
pers 2 0,2 2151,2 0,116
2 0,5 2151,2 0,156
1 2151,2 0,213
b. Pepaya
Berat sampel Absorban
Sampel Ulangan Volume uji
(mg) (A)
0,2 1981,1 0,327
1 0,5 1981,1 0,515
1 1981,1 0,71
Papaya I
0,2 2037,4 0,107
2 0,5 2037,4 0,134
1 2037,4 0,173
0,2 1997,1 0,226
1 0,5 1997,1 0,304
1 1997,1 0,433
Papaya II
0,2 2065 0,159
2 0,5 2065 0,213
1 2065 0,32
c. Kurva standar
Nilai Absorbansi (A)
Volume (ml)
Ulangan 1 Ulangan 2
Kurva 1
0.160
0.140 y = 0.1792x + 0.0006
R = 0.9968
Konsentrasi Glukosa
0.120
0.100
0.080
0.060
0.040
0.020
0.000
0.000 0.200 0.400 0.600 0.800 1.000
Absorbansi
Kurva 2
0.160
0.140 y = 0.1777x + 0.0001
R = 0.9991
Konsentrasi Glukosa
0.120
0.100
0.080
0.060
0.040
0.020
0.000
0.000 0.200 0.400 0.600 0.800 1.000
Absorbansi
Rata-rata
1.8000 1, 6496
1.6000
1, 3607
1.4000
1.2000
1.0000 0, 8743 0, 8477
0.8000
0.6000
0.4000
0.2000
0.0000
Tomat I Tomat II Pepaya I Pepaya II
Analisis kadar gula pereduksi terhadap tomat pertama, tomat 2 didapat nilai rata-
rata berturut-turut 0,8743% dan 0,8477%. Serta memiliki nilai standar deviasi (SD)
berutur-turut 0,4938 dan 0,4554. Dengan nilai RSD berturut-turut yaitu 56,4783 dan
53,7268. Sedangkan pada papaya percobaan pertama didapatkan hasil 1,6496% dan
1,3607% serta memiliki nilai Standar Deviasi (SD) 1,2417 dan 0,6742 dengan nilai
RSD 75,2745 dan 49,5491. Menurut Pihlstrom (2009), nilai RSD yang memenuhi
persyaratan validasi untuk presisi yaitu RSD <5%. Maka dari kedua literatur,
diketahui bahwa kadar gula pereduksi tidak memenuhi standar. Maka dari data
tersebut, analisis yang dilakukan oleh praktikan memiliki ketepatan serta ketelitian
yang rendah.
BAB 4. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Hasil dari praktikum ini dapat diperoleh kesimpulan yakni:
Gambar Keterangan
x = nilai absorbansi
()() ()
% = 100%
() ()
50
= = 25
2
Ulangan 1
0,0266 100 1
= 100 25 = 16,5061%
0,2 2,0132 1000
0,0391 100 1
= 100 25 = 4,7099%
1 2,0132 1000
0,0223 100 1
= 25 100 = 13,0733%
0,2 2,1306 1000
0,0275 100 1
= 25 100 = 6,4489%
0,5 2,1306 1000
0,0368 100 1
= 25 100 = 4,3178%
1 2,1306 1000
0,0276 100 1
= 25 100 = 15,9428%
0,2 2,1674 1000
0,0308 100 1
= 25 100 = 7,1150%
0,5 2,1674 1000
0,0207 100 1
= 25 100 = 12,0358%
0,2 2,1512 1000
0,0278 100 1
= 25 100 = 6,4664%
0,5 2,1512 1000
0,0380 100 1
= 25 100 = 4,4103%
1 2,1512 1000
Pepaya 1 = 0,1792 + 0,0006
(1,9811)
Ulangan 1 = 0,1792 + 0,0006
0,2ml = 0,0592
Absorbansi
(0,327) %
0,0592 100 1
= 25 100 = 37,3520%
0,2 1,9811 1000
0,0929 100 1
= 25 100 = 23,4435%
0,5 1,9811 1000
0,1278 100 1
= 25 100 = 16,1314%
1 1,9811 1000
0,0246 100 1
= 25 100 = 6,0402%
0,5 2,0374 1000
0,0316 100 1
= 25 100 = 3,8777%
1 2,0374 1000