Anda di halaman 1dari 43

DAFTAR MASALAH

Tanggal Masalah Aktif Masalah Pasif


16 September 2017 Diare akut dehidrasi sedang Riwayat Appendiktomi
Hipertensi stage II
Obesitas

i
BAB I

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Nardo
Umur : 47 Tahun
Agama : Islam
Alamat : Kumudasmoro Rt 1/6,
Bongsari, semarang
Pekerjaan : Buruh Pabrik
Pendidikan : SMK
Status : Menikah
Suku : Jawa
No. CM : 186815
Tanggal Masuk : 17 September 2017
Tanggal Pulang : 20 September 2017

II. ANAMNESIS
Autoanamnesis dan alloanamnesis dilakukan pada tanggal 18
September 2017 jam 14.00 WIB di Bangsal Dahlia 4.

A. Keluhan utama : BAB cair

B. Riwayat Penyakit Sekarang :


2 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluh BAB cair > 10
kali perhari. BAB berwarna coklat kekuningan, konsistensi cair tetapi
masih ada ampasnya, tidak ada lendir maupun darah, tinja tidak tampak
berminyak, sekali BAB 1 gelas belimbing (150-200 cc), bau tidak
busuk, dan terasa menyemprot saat keluar disertai nyeri melilit pada
perutnya. Pasien merasakan keluhan tersebut setelah makan lontong yang
berlendir yang dibeli dari warung. BAB cair dirasakan terus-menerus.
Kemudian pasien membeli obat di klinik 24 jam dan diberi obat
enterostop. Setelah meminum obat tersebut BAB berkurang tetapi setelah
pasien mencoba makan pasien langsung mengalami BAB cair lagi. Selain
itu pasien juga mengeluh mual tetapi tidak sampai muntah, bertambah
mual saat diisi makanan. Mual terasa berkurang bila istirahat. Pasien
merasa terus kehausan. Dada tidak berdebar-debar, tangan tidak tremor,

ii
dan tidak banyak berkeringat, BAK tidak ada keluhan, tidak demam,
merasa lemas dan merasa sedikit pusing. Pasien masih bisa minum sedikit-
sedikit. Karena BAB terus menerus pasien akhirnya datang ke IGD RSUD
Tugurejo Semarang.
C. Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat sakit serupa : disangkal
Riwayat sakit jantung : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat darah tinggi : diakui, sejak 3 tahun yang
lalu, tidak rutin kontrol dan
minum obat (amlodipin)
Riwayat kencing manis : disangkal
Riwayat kolesterol : disangkal, pasien tidak
pernah cek kolesterol
sebelumnya
Riwayat asam urat : disangkal
Riwayat maag : diakui
Riwayat alergi makanan dan obat : disangkal
Riwayat dirawat di RS : disangkal
D. Riwayat Penyakit Keluarga:
Riwayat sakit serupa : disangkal
Riwayat darah tinggi : diakui (ayah kandung)
Riwayat sakit jantung : disangkal
Riwayat kencing manis : disangkal
Riwayat asma : disangkal
E. Riwayat Pribadi
Riwayat merokok : diakui sejak SMP, 1 hari
habis 2 bungkus rokok,
sudah berhenti sejak 7 tahun
yang lalu.
Riwayat sering konsumsi kopi : disangkal
Riwayat konsumsi alkohol : disangkal
Riwayat sering konsumsi makanan berlemak : diakui
Riwayat makan : makan 3 kali/hari dengan
porsi nasi 1/2 piring makan
Riwayat mencuci tangan sebelum makan: jarang, makan seringkali
dengan sendok
Riwayat jarang olah raga : diakui
Sering konsumsi obat anti nyeri : disangkal

iii
F. Riwayat Sosial Ekonomi:
Pasien bekerja sebagai buruh pabrik. Pasien tinggal bersama isteri
dan kedua anaknya yang sudah bekerja sebagai karyawan swasta. Biaya
pengobatan selama di RS di tanggung oleh BPJS.

III. ANAMNESIS SISTEM


Anamnesis sistem dilakukan pada tanggal 18 September 2017 jam
14.30 WIB.
Kepala : nyeri kepala (-), pusing (+)
Mata : pandangan kabur (-/-), berkunang-kunang (-/-),
berair (-/-), mata terkesan melotot (-/-)
Telinga : pendengaran berkurang (-/-), berdenging (-/-),
keluar cairan (-/-), darah (-/-), nyeri (-/-)
Hidung : pilek (-), tersumbat (-), mimisan (-), bersin-bersin
(-)
Mulut : sariawan (-), luka pada sudut bibir (-), bibir pecah-
pecah (+), gusi berdarah (-), mulut kering (-), nafas
bau (-)
Tenggorokan : nyeri tenggorok (-), nyeri telan (-), suara serak (-),
gatal (-)
Leher : pembesaran (-), benjolan (-)
Sistem respirasi : sesak nafas (-), batuk (-)
Sistem kardiovaskuler : berdebar-debar (-), nyeri dada (-)
Sistem gastrointestinal: mual (+), muntah (-), perut sebah (-), diare (+),
konsistensi cair, warna coklat kekuningan,
berampas, lendir (-), darah (-), berbau busuk,
jumlah saat BAB 1 gelas belimbing, konstipasi
(-), nyeri ulu hati (-), nafsu makan menurun (+).
Sistem muskuloskeletal: nyeri sendi (-), nyeri otot (-), kaku otot (-), badan
lemas (+), badan pegal-pegal (-), gemetar (-)
Sistem genitourinaria : sering kencing (-), nyeri saat kencing (-), keluar
darah (-), berpasir (-), kencing nanah (-), sulit
memulai kencing (-), warna kencing seperti teh
(-), anyang-anyangan (-)
Ekstremitas :

iv
o Atas : luka (-), kesemutan jari-jari tangan (-), bengkak (-),
gemetar (-), berkeringat (-), ujung jari dingin (-)
o Bawah : luka (-), kesemutan di kaki (-), bengkak (-), gemetar (-),
berkeringat (-), ujung jari dingin (-)
Sistem neuropsikiatri : kejang (-), gelisah (-), emosi tidak stabil (-)
Sistem Integumentum: kulit kuning (-), pucat (-), gatal (-), kemerahan (-)

IV. PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 18 September 2017 jam 14.30
WIB di Bangsal Dahlia 4.
A. Keadaan Umum : baik
B. Kesadaran : Compos mentis
C. GCS : 15
D. Tanda Vital
Tensi : 160/100 mmHg
Nadi : 90 x/menit, irama reguler, isi dan tegangan cukup
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,8 0C
BB : 84 kg
TB : 163 cm
Lingkar perut : 115 cm
IMT : 31,6 kg/m2 (obesitas)

E. Skala nyeri :3
F. Risiko jatuh : morse fall score 20 (risiko ringan)
G. Status Generalis :
1. Kulit : Kuning (-), pucat (-), sianosis (-), kering (-), turgor
menurun (-), lesi (-)
2. Kepala : Bentuk mesosephal, distribusi rambut merata
3. Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), mata
cekung (-/-), perdarahan subkonjungtiva (-/-), pupil
isokor (3mm/3mm), reflek cahaya (+/+) normal,
eksoftamus (-/-)
4. Telinga : Sekret (-/-), darah (-/-), nyeri tekan tragus (-/-), benda
asing (-/-), gangguan pendengaran (+/+)

v
5. Hidung : Napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), epistaksis (-/-)
6. Mulut : Bibir kering (+), bibir sianosis (-), lidah kotor (-),
gusi berdarah (-)
7. Leher : Simetris, deviasi trakea (-), KGB membesar (-), tiroid
membesar (-), nyeri tekan (-)
8. Thoraks
a. Paru
Dextra Sinistra
Depan
1. Inspeksi
Bentuk dada AP < L AP < L
Retraksi ICS (-) (-)
Hemithorak Simetris Simetris
2. Palpasi
Nyeri tekan (-) (-)
Ekspansi dada Tidak ada yang Tidak ada yang
Taktil fremitus tertinggal tertinggal
3. Perkusi Dextra = sinistra Dextra = sinistra
Sonor seluruh lapang
paru (+) (+)
4. Auskultasi
Vesikuler Vesikuler
Suara dasar - -
Suara tambahan
Belakang
1. Inspeksi
Bentuk dada AP < L AP < L
Retraksi ICS (-) (-)
Hemithorak Simetris Simetris
2. Palpasi
Nyeri tekan (-) (-)
Ekspansi dada Tidak ada yang Tidak ada yang
Taktil fremitus tertinggal tertinggal
3. Perkusi Dextra = sinistra Dextra = sinistra
Sonor seluruh lapang
paru (+) (+)
Peranjakan diafragma 5 cm 5 cm
4. Auskultasi
Vesikuler Vesikuler
Suara dasar - -
Suara tambahan

b. Cor
JVP : normal
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS 5 2 cm medial linea
midclavikula sinistra, pulsus parasternal (-), pulsus
epigastrium (-), sternal lift (-), thrill (+)
Perkusi :

vi
Batas kanan bawah jantung : ICS V linea sternalis dextra
Batas atas jatung : ICS II linea parasternal
sinistra
Batas pinggang jantung : ICS III linea parasternalis
sinistra
Batas kiri bawah jantung : ICS V 2 cm medial linea
midclavicula sinistra
Kesan : konfigurasi jantung dalam batas normal

Auskultasi:
Suara jantung murni: SI, SII (normal) reguler.
Suara jantung tambahan: gallop (-), bising (-)
9. Abdomen
Inspeksi : Perut cembung, kulit seperti warna sekitar, sikatrik
(+) di titik mc. burney, simetris (+), spider angioma
(-), venectasi (-)
Auskultasi : Bising usus (+) 20 kali/ menit, bruit (-)
Perkusi : Timpani seluruh regio abdomen, pekak sisi (+),
pekak alih (-), pekak hepar (+), lien timpani (+)
Palpasi :
Nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), defans muskuler (-), massa (-)
Hepar : tidak teraba, nyeri tekan (-)
Limpa : tidak teraba, nyeri tekan (-)
Ginjal : tidak teraba
10. Ekstremitas
Superior Inferior
Akral dingin (-/-) (-/-)
Edema (-/-) (-/-)
Capilary refill <2 <2
Reflek fisiologis +/+ +/+
Motorik 5/5 5/5
Sensorik eksteroseptik Raba dan nyeri Raba dan nyeri (+)
(+)

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah lengkap (17 September 2017
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Darah Lengkap (WB EDTA)
Lekosit H 13,50 103/ul 3,8-10,6
Eritrosit H 7,38 106 /ul 4,4-5,9
Hemoglobin 17,30 g/dl 13,2-17,3
Hematokrit H 53,7 % 40-52

vii
MCV 81,30 fL 80-100
MCH 26,30 pg 26-34
MCHC 32,2 g/dl 32-36
Trombosit 438 103/ul 150-440
RDW 14,4 % 11,5-14,5
PLCR %
Diff Count
Eosinofil Absolut 0,16 103 /ul 0,045- 0,44
Basofil Absolut 0,12 103 /ul 0-0,2
Netrofil Absolut H 10,25 103 /ul 1,8-8
Limfosit Absolut 1,82 103 /ul 0,9-5,2
Monosit Absolut H 1,15 103/ul 0,16-1
Eosinofil L 1,20 % 2-4
Basofil 0,9 % 0-1
Neutrofil H 75,9 % 50-70
Limfosit L 13,5 % 25-40
Monosit H 8,5 % 2-8
Kimia Klinik (Serum) B
Glukosa Sewaktu 92 Mg/dl < 125
Kalium 3,81 Mmol/ L 3,5-5,0
Natrium 136,8 Mmol/ L 135-145
Clorida 100,1 Mmol/ L 10,0-50,0

VI. DAFTAR ABNORMALITAS


Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan
Penunjang
1. BAB cair > 10 kali 13. TD 160/100 mmHg 18. Leukosit 13,5 (H)
2. BAB setelah makan lontong 14. Lingkar perut 115 cm 19. Eritrosit 7,38 (H)
berlendir 15. IMT 31,6 kg/m2 20. Hematokrit 53,7 (H)
3. Perut melilit 16. Bibir kering 21. Neutrofil absolut
4. Mual 17. Peristaltik 20x/menit 10,25 (H)
5. Lemas 22. Monosit absolut
6. Sedikit pusing 1,15 (H)
7. Riwayat darah tinggi 23. Eosinofil 1,20 (L)
8. Riwayat maag 24. Neutrofil 75,9 (H)
9. Ayah kandung riwayat 25. Limfosit 13,5 (L)
darah tinggi 26. Monosit 8,5(H)
10. Riwayat merokok sejak
SMP
11. Riwayat sering konsumsi
makanan berlemak
12. Riwayat jarang berolahraga
VII. DAFTAR MASALAH
No. Masalah Aktif
1. Diare akut dehidrasi sedang 1,2,3,4,5,6,11,16,17,18,19,20,21,23,25
2. Hipertensi stage II 6,9,10,11,12,13,14,15
3. Obesitas 11,12,14,15

viii
VIII. RENCANA PEMECAHAN MASALAH
1. Problem I : Diare Akut Dehidrasi Sedang
Assesment
Etiologi :
- Infeksi : Virus, Bakteri, Parasit
Faktor risiko :
Makan-makanan yang kurang bersih atau kurang matang
Tidak mencuci tangan saat makan
Komplikasi :
- Dehidrasi
- Gagal ginjal dengan atau tanpa asidosis metabolik
- Sepsis
Innitial Plan
Diagnosis : darah rutin, kimia darah (k, na, cl, ureum, creatinin), feses
rutin, urin output, kultur feces
Terapi :
a. Derajat dehidrasi Daldiyono
Penilaian Skor Hasil
Muntah 1

Voxs choleric 2
Kesadaran somnolen sampai koma 1
TD sistolik 90 mmHg 2
Nadi 120 x/ menit 1
Napas kusmaul (> 30 x/ menit) 1
Turgor kulit kurang 1
Facies cholerica 2
Ekstremitas dingin 1
Jari tangan keriput 1
Sianosis 2
Umur > 50 tahun -1
Umur > 60 tahun -2
b. Rehidrasi menurut Daldiyono
= Skor x 10% BB (Kg) x 1 Liter
15
= 1 x 10% (84) x 1 L
15
= 560 cc
c. Kebutuhan cairan
= Volume cairan infus x factor tetes normal
Lama pemberian x 60
= 560 x 20
2 jam x 60

ix
= 93 tpm
Terapi
- Infus NaCl 93 tpm/ 2 jam (maintenance 20 tpm)
- Loperamid (awal tab 4 mg, selanjutnya 2 mg tab setiap BAB
cair, maksimal 16 mg/24 jam).
- Paracetamol 4x 500 mg tab (jika demam)
- Metronidazol (250-500 mg QID 7-14 hari)
- Kotrimoksazol (2x 480 mg selama 5-7 hari)
Monitoring :
- Keadaan umum
- Tanda vital
- Monitoring tanda-tanda dehidrasi
Edukasi :
- Tirah baring
- Makanan rendah serat.
- Minum obat teratur, minum air putih

2. Problem : Hipertensi Stadium II


Assesment
Etiologi :
Hipertensi esensial (primer)
Faktor Resiko
Obesitas
Kurangnya aktivitas fisik
Umur
Genetik
Stress
Merokok
Komplikasi :
Kerusakan organ target
a. Jantung:
Hipertrofi ventrikel kiri
Angina atau infark miokardium
Gagal jantung
b. Otak
Stroke atau transient ischemic attack
c. Ginjal
Penyakit ginjal kronis
d. Mata
Retinopati
e. Penyakit arteri perifer
Initial plan

x
Diagnosis : Profil lipid, X-foto thorax, funduskopi, CT scan kepala,
darah rutin, TTV
Terapi
- Captopril 25 mg/ 8 jam
- Amlodipin 10 mg/ 24 jam
Monitoring :
- Keadaan umum
- Tanda tanda vital
- Efek samping obat (batuk-batuk, bengkak, susah BAB)
Edukasi
- Minum obat teratur
- Istirahat yang cukup
- Mengurangi makanan asin (mengandung garam natrium)
- Mengurangi stress

VII. PROGRESS NOTE


18 September 2017
S BAB cair > 10 kali perhari. BAB berwarna coklat kekuningan, konsistensi
cair tetapi masih ada ampasnya, tidak ada lendir maupun darah, tinja tidak
tampak berminyak, sekali BAB 1 gelas belimbing (150-200 cc), berbau
busuk, dan terasa menyemprot saat keluar disertai nyeri melilit pada
perutnya. Mual muntah.
KU : tampak lemas
O
TTV : TD = 162/98 mmHg, N = 87x/mnt, RR = 20x/mnt, S = 36,8oC
Mulut : kering
Abdomen : Bising usus (+) 45x/menit, hipertimpani
Lab :
1. Leukosit 13,5 (H)
2. Eritrosit 7,38 (H)
3. Hematokrit 53,7 (H)
4. Neutrofil absolut 10,25 (H)
5. Monosit absolut 1,15 (H)
6. Eosinofil 1,20 (L)
7. Neutrofil 75,9 (H)
8. Limfosit 13,5 (L)
9. Monosit 8,5(H)
Diare Akut Dehidrasi Sedang
- Infus RL 20 tpm

xi
- Inj ranitidin 2x1
A - Puralex 3x1
- Amlodipin 1x1
P - Zinc 2x1
- Metronidazol 3x1 tab
- Domperidone 3x1
19 September 2017
S Diare sudah berkurang, BAB sehari 2 kali, konsistensi mulai lembek, warna kuning,
sudah tidak mual dan muntah
O KU : tampak baik
TTV : TD = 140/82 mmHg, N = 82x/mnt, RR = 20x/mnt, S = 36,4oC
Bibir : kering
Abdomen: bising usus (+) normal
A Diare Akut Dehidrasi Sedang
- Infus RL 20 tpm
P
- Inj ranitidin 2x1
- Inj cefriaxon 2x1
- Puralex 3x1
- Amlodipin 1x1
- Zinc 2x1
- Metronidazol 3x1 tab
- Domperidone 3x1
- Vit b comp 3x1
- Paracetamol 3x1
20 September 2017
S Sudah tidak ada keluhan
KU : tampak baik
O TTV : TD = 157/94 mmHg, N = 89x/mnt, RR = 20x/mnt, S = 36,2oC
Bibir : kering
Abdomen: bising usus (+) normal
A Diare Akut Dehidrasi Sedang
- Puralex 3x1
P
- Amlodipin 1x1
- Omeprazol 2x1
- Vit B complek 3x1
- Metronidazol 3x1 tab
- Domperidone 3x1

xii
xiii
BAB II
PEMBAHASAN

I. ALUR PIKIR DIARE


Makanan basi (bakteri)

dimakan

Bakteri dimatikan oleh


asam lambung

Daya tahan bakteri kuat


dan jumlahnya banyak
Gaya hidup buruk genetik Usia tua (47 th)
Usus

merokok Konsumsi Aktifitas fisik Critical level atau


berlemak, asin kurang kenaikan dan
Mekanisme pertahanan Mensekresi
peningkatantoksin
resistensi
nikotin Leukositosis vascular secara cepat
Energi diubah jadi
Dikeluarkan lewat
lemak Stimulasi cAMP dan
Memacu hormon cGMP
adrenalin Uper GIT Kerusakan endotel
hiperlipidemia OBESITAS
Meningkatkan pompa Na
Kontraksi jantung
Mual Muntah
meningkat sumbatan vaskuler
Ganggaun transport
elektrolit
II. ALUR PIKIR HIPERTENSI Kerusakan organ
Hipertrofi Jaringan Iskemik jaringan target
ventrikel kekurangan O2 Gangguan absorpsi Meningkatkan
kiri tekanan hidrostatik
Insufusiensi
Memacu jantung renal
berkontraksi Hematokrit meningkat Pengeluaran air dari
plasma ke lumen usus

Lower GIT volume


Stroke Cardiac output Sekresi berlebih
naik naik
DIARE lemas
Tekanan Darah
naik dehidrasi

HIPERTENSI
otak xiv mata
Tekanan vaskuler
naik
stroke retinopati
xv
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

LATAR BELAKANG
Diare adalah perubahan pergerakan usus normal yang ditandai dengan
peningkatan jumlah air, volume, dan frekuensi buang air besar, diare juga
dicirikan dengan penurunan konsistensi tinja menjadi lunak maupun cair disertai
peningkatan frekuensi buang air besar tidak kurang dari tiga kali dalam satu
hari.1,2
Diare sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan, tidak saja di
negara berkembang tetapi juga di negara maju. WHO dan UNICEF mencatat
setidaknya terdapat dua juta kasus diare terjadi per tahun.3Pada penelitian lain,
disebutkan terdapat 2,5 juta kematian di seluruh dunia terkait dengan diare.2 Di
Amerika sendiri, tercatat 48 juta kasus diare terjadi per tahun terkait kontaminasi
makanan, dimana 128.000 kasus membutuhkan perawatan serius di rumah sakit
dan 3000 kasus berujung kepada kematian.2
Di negara berkembang, diare infeksi menyebabkan kematian sekitar 3 juta
penduduk setiap tahun. Di Afrika anak-anak terserang diare infeksi 7 kali setiap
tahunnya di banding di negara berkembang lainnya mengalami serangan diare 3
kali setiap tahun.2
Diare akut yang terjadi pada orang dewasa merupakan masalah kesehatan
yang sering terjadi. Penyebab tersering adalah infeksi bakteri, kemudian virus,
dan parasit.3 Pasien yang sering bepergian ke tempat-tempat tertentu, pasien yang
mempunyai faktor komorbid tertentu, maupun kontaminasi makanan merupakan
penyebab tersering dari diare.2
Kebanyakan orang yang terkena diare akut dapat sembuh sendiri dan

tidak memerlukan evaluasi medis.4 Pada pasien-pasien dengan diare berat disertai

kolitis atau demam, kontak dengan pusat kesehatan seperti rumah sakit, riwayat

16
penggunaan antibiotik tentunya mendapat perhatian klinis untuk dievaluasi lebih

lanjut.4 Evaluasi dimulai dari anamnesis, seperti riwayat bepergian jauh,

pengobatan antibiotik, kemoterapi sampai kebiasaan melakukan hubungan seks

bebas. Ciri dan bentuk dari feses juga diperhatikan, dan yang tidak kalah penting

adalah status dehidrasi dari pasien sendiri. 4

Banyak kasus diare terjadi karena kontak dengan orang yang sakit,
melalui makanan, serta air. Kemampuan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
penunjang saat ini diharapkan mampu memberikan penyelesaian terhadap
diagnostik, pengobatan klinis, dan sistem kesehatan masyarakat yang
baik.2Kebanyakan pasien justru tidak mebutuhkan pemeriksaan laboratorium
maupun tinja, fokus terapi adalah mencegah dan mengobati dehidrasi yang
terjadi.3 Namun, pada kasus dengan dehidrasi berat, demam yang persisten,
buang air besar dengan lendir darah, pasien dengan imunosupresan, maupun
kasus nosokomial, pemeriskaan lebih lanjut untuk diagnostik harus
dilakukan.3Terapi kausal tentunya diperlukan pada diare akibat infeksi, dan
rehidrasi oral maupunnya parenteral secara simultan dengan kausal memberikan
hasil yang baik terutama pada diare akut yang menimbulkan dehidrasi sedang
sampai berat. Seringkali juga diperlukan terapi simtomatik untuk menghentikan
diare atau mengurangi volume feses, karena berulang kali buang air besar
merupakan suatu keadaan atau kondisi yang mengganggu akitifitas sehari-hari.3
Pencegahan terhadap diare tidak kalah penting, meliputi: cuci tangan

yang benar, pengolahan makanan yang benar, akses air bersih yang memadai, dan

juga vaksin.3

DEFINISI
Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak atau
lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam. Sementara
untuk bayi dan anak-anak, diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja >10 g/kg/24

17
jam, sedangkan rata-rata pengeluaran tinja normal bayi sebesar 5-10 g/kg/ 24 jam
(Juffrie, 2010).
Menurut Simadibrata (2006) diare adalah buang air besar (defekasi) dengan
tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih
banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam.
Sedangkan menurut Boyle (2000), diare adalah keluarnya tinja air dan elektrolit
yang hebat. Pada bayi, volume tinja lebih dari 15 g/kg/24 jam disebut diare. Pada
umur 3 tahun, yang volume tinjanya sudah sama dengan orang dewasa, volume >200
g/kg/24 jam disebut diare. Frekuensi dan konsistensi bukan merupakan indikator
untuk volume tinja.
EPIDEMIOLOGI
Diare akut merupakan penyebab serius dari mortalitas dan morbiditas di seluruh
dunia.5 Telah terjadi 2,5 juta kematian tiap tahunnya terkait dengan diare.3 Diare
sendiri merupakan penyebab kematian tersering ketujuh di negara berkembang,
setelah penyakit jantung iskemik, stroke, HIV AIDS, masalah perinatal dan penyakit
paru obstruktif kronik.5
Sebuah survei di Amerika Serikat tentang diare akut, menunjukkan kasus diare
berkembang pada masing-masing individu sebanyak 0,72 kali dan menghasilkan 200
juta kasus penyakit tiap tahunnya.5Dari penelitian ini, didapatkan dari 41 juta kasus
diare akut yang berobat, terdapat 6,6 juta kasus yang melakukan tes tinja untuk
penegakan diagnosisnya, dan terdapat 3,6 juta kasus yang harus dirawat di rumah
sakit.5
Data dari World Gastroenterology Organisation 2008, menyebutkan diare
merupakan masalah kesehatan serius, bahkan di negara maju walaupun tidak
memiliki angka mortalitas yang tinggi, namun meningkatkan angka rawat inap dan
biaya kesehatan. 6

Tabel 1. Epidemiologi diare di negara maju dan negara berkembang 6


Kejadian tiap Estimasi kasus diare Rawat inap Kematian

18
tahun akut

Amerika serikat 375 juta kasus 900.000 kasus 6.000 kasus

Negara 1,5 juta kasus 1,5-2 juta


berkembang kasus terutama
pada anak < 5
tahun

Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara


berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-nya yang masih
tinggi. 7 Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan
dari tahun 2000 sampai 2010 terlihat kecenderungan insidens naik. 7 Pada tahun 2000
insidensi penyakit diare 301/ 1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374 /1000
penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423 /1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi
7
411/1000 penduduk. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi.
Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69 Kecamatan dengan jumlah kasus 8133 orang,
kematian 239 orang. 7 Tahun 2009 terjadi KLB di 24 Kecamatan dengan jumlah kasus
5.756 orang, dengan kematian 100 orang, sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di
33 kecamatan dengan jumlah penderita 4204 dengan kematian 73 orang. 7
Prevalensi diare klinis adalah 9,0% (rentang: 4,2% - 18,9%), tertinggi di
Provinsi NAD (18,9%) dan terendah di DI Yogyakarta (4,2%). Beberapa provinsi
mempunyai prevalensi diare klinis >9% (NAD, Sumatera Barat, Riau, Jawa Barat,
Jawa Tengah, Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tengara Timur, Kalimantan
7
Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Papua Barat dan Papua)

ETIOLOGI3,6
Etiologi Diare Akut
A. Infeksi
Di negara berkembang, penyebab tersering adalah infeksi, dengan
prevalensi infeksi bakteri dan parasit yang lebih tinggi daripada infeksi
virus, terutama pada puncak musim kemarau.

19
1. Bakteri:
a. Escherichia coli tersebar di seluruh negara, namun tipe
enterohemorrhagic E. colilebih banyak menjadi penyebab diare di
negara maju. Golongan ini terdiri dari:
a. Enterotoxigenic E. coli (ETEC)
b. Enterotoxigenic E. coli (EPEC)
c. Enteroinvasive E. coli (EIEC)
d. Enterohemorrhagic E. coli (EHEC)
b. Campilobacter
Infeksi asimtomatik sering terjadi di negara berkembang. Diare
dengan infeksi Campilobacter memilki ciri tinja yang cair, dan
berlendir darah pada kasus serius.Infeksi Campilobacter sering
terjadi pada daerah pertenakan, dimana faktor risiko terjadinya
adalah kotoran hewan peternakan itu sendiri.
Manusia terinfeksi melalui kontak langsung dengan hewan
(unggas, anjing, kucing, domba dan babi) atau dengan feses hewan
melalui makanan yang terkontaminasi seperti daging ayam dan air.
Kadang-kadang infeksi dapat menyebar melalui kontak langsung
person to person. C.jejuni mungkin menyebabkan diare melalui
invasi kedalam usus halus dan usus besar.
c. Shigella spesies
Diare akut dengan infeksi jenis bakteri ini sebanyak 160 juta
kasus per tahunnya di negara berkembang, terutama pada anak.
S. sonnei menyebabkan diare ringan.
S. flexneri menyebabkan diare endemik dengan tingkat
diare berat dan persisten.
S. dysenteriae type 1 (Sd1) jenis serotoip yang
menghasilkan Shiga toxin yang menyebabkan diare
endemik berat pada beberapa wilayah seperti Asia, Afrika,
dan Amerika tengah

20
Shigella menginvasi dan multiplikasi didalam sel epitel kolon,
menyebabkan kematian sel mukosa dan timbulnya ulkus.
Shigella jarang masuk kedalam alian darah. Faktor virulensi
termasuk :smooth lipopolysaccharide cell-wall antigen yang
mempunyai aktifitas endotoksin serta membantu proses invasi
dan toksin (Shiga toxin dan Shiga-like toxin) yang bersifat
sitotoksik dan neurotoksik dan mungkin menimbulkan watery
diarrhea.
d. Vibrio cholerae
Infeksi kolera banyak terjadi di negara berkembang. Ciri tinja cair,
tidak berwarnaa, dan bercampur lendir merupakan ciri khusus diare
infeksi kolera.V. Cholerae grup O1 dan O139 cepat menyebabkan
kehilangan cairan dan berujung kepada syok hipovolemik dan kematian.
Keluhan penyerta biasanyaadalah mual dan muntah.
Air atau makanan yang terkontaminasi oleh bakteri ini akan
menularkan kolera. Penularan melalui person to person jarang
terjadi.V.cholerae melekat dan berkembang biak pada mukosa usus
halus dan menghasilkan enterotoksin yang menyebabkan diare. Toksin
kolera ini sangat mirip dengan heat-labile toxin (LT) dari ETEC.
Penemuan terakhir adanya enterotoksin yang lain yang mempunyai
karakteristik tersendiri, seperti accessory cholera enterotoxin (ACE) dan
zonular occludens toxin (ZOT). Kedua toksin ini menyebabkan sekresi
cairan kedalam lumen usus.
e. Salmonella
Semua serotip Salmonella bersifat patogen terhadap manusia. Gejala
berupa demam lebih dari seminggu, keluhan buang air besar berupa
konstipasi maupun diare. Binatang merupakan reservoir infeksi dan
manusia sebagai perantara. Mual, muntah biasa terjadi. Morfologi tinja
bisa beragam dimulai dari tinja cair sampai berlendir dan berdarah.

2. Virus

21
Infeksi virus terkait diare menjadi predominan pada musim dingin
ataupun pada musim hujan baik pada negara maju mapun negar
berkembang.
a. Rotavirus

Penyebab satu dari pertiga kasus diare yang butuh dirawat.

Penyebab dari 500.000 kematian setiap tahunnya.

b. Human calcivirus (HuCVs)

Virus kedua terbanyak sebagai penyebab diare setelah

rotavirus.Dikenal dengan istilah Norwalk-like viruses dan

Sapporo-like viruses.

c. Adenovirus

Kebanyakan adenovirus menyebabkan infeksi pada saluran

pernafasan, namun terdapat beberapa kasus pada beberapa stereotip

menyebabkan gastroenterittis.

3. Protozoa
a. Giardia lamblia.
Parasit ini menginfeksi usus halus. Mekanisme patogenesis masih
belum jelas, tapi dipercayai mempengaruhi absorpsi dan
2
metabolisme asam empedu. Transmisi melalui fecal-oral route.
Interaksi host-parasite dipengaruhi oleh umur, status
nutrisi,endemisitas, dan status imun. Didaerah dengan endemisitas
yang tinggi, giardiasis dapat berupa asimtomatis, kronik, diare
persisten dengan atau tanpa malabsorpsi. Di daerah dengan
endemisitas rendah, dapat terjadi wabah dalam 5 8 hari setelah
terpapar dengan manifestasi diare akut yang disertai mual, nyeri

22
epigastrik dan anoreksia. Kadang-kadang dijumpai malabsorpsi
dengan faty stools,nyeri perut dan kembung.

b. Entamoeba histolytica.
Prevalensi Disentri amoeba ini bervariasi, namun
penyebarannya di seluruh dunia. Insiden nya meningkat dengan
bertambahnya umur,dan terbanyak pada laki-laki dewasa. Kira-
kira 90% infeksi asimtomatik yang disebabkan oleh E.histolytica
non patogenik (E.dispar). Amebiasis yang simtomatik dapat
berupa diare yang ringan dan persisten sampai disentri yang
fulminant.
c. Cryptosporidium
Dinegara yang berkembang, cryptosporidiosis 5 15% dari
kasus diare pada anak. Infeksi biasanya siomtomatik pada bayi
dan asimtomatik pada anak yang lebih besar dan dewasa. Gejala
klinis berupa diare akut dengan tipe watery diarrhea, ringan dan
biasanya self-limited. Pada penderita dengan gangguan sistim
kekebalan tubuh seperti pada penderita AIDS, cryptosporidiosis
merupakan reemerging disease dengan diare yang lebih berat dan
resisten terhadap beberapa jenis antibiotik.
4. Helminths
a. Strongyloides stercoralis
Kelainan pada mucosa usus akibat cacing dewasa dan larva,
menimbulkan diare.
b. Schistosoma spp
Cacing darah ini menimbulkan kelainan pada berbagai organ
termasuk intestinal dengan berbagai manifestasi, termasuk diare dan
perdarahan usus.
c. Capilaria philippinensis

23
Cacing ini ditemukan di usus halus, terutama jejunu, menyebabkan
inflamasi dan atrofi vili dengan gejala klinis watery diarrhea dan
nyeri abdomen.
d. Trichuris trichuria
Cacing dewasa hidup di kolon, caecum, dan appendiks. Infeksi
berat dapat menimbulkan bloody diarrhea dan nyeri abdomen.
Tabel 2. Penyebab Infeksi Diare Akut pada Dewasa
3
Bakteri Virus Parasit

Diarrheagenic Escherichia Rotavirus Protozoa


coli
Norovirus Cryptosporidium
Campylobacter jejuni (calicivirus) parvum

Vibrio cholerae O1 Adenovirus Giardia intestinalis


(serotype
V. cholerae O139 Microsporida
40/41)
Shigella species Entamoeba histolytica
Astrovirus
V. parahaemolyticus Isospora belli
Cytomegalovirus
Bacteroides fragilis Cyclospora
cayetanensis
C. coli
Dientamoeba fragilis
C. upsaliensis
Blastocystis hominis
Nontyphoidal Salmonellae
Helminths
Clostridium difficile
Strongyloides
Yersinia enterocolitica stercoralis
Y. pseudotuberculosis Angiostrongylus
costaricensis

Schistosoma mansoni,

S. japonicum

24
B. NONINFEKSI8,9
1. Gangguan fungsional usus , diare menjadi gejala dari iritable bowel
syndrome .
2. Kelainan/penyakit usus, pada beberapa kelainan, seperti inflammatory
bowel disease, kolitis ulserativa, maupun chron,s disease mempunyai
manifestasi klinis berupa diare.
3. Intoleransi makanan dan sensitivitas, contoh pada kasus orang-orang
yang tidak bisa mengonsumsi laktosa yaitu glukosa pada produk susu
ataupun orang-orang yang tidak bisa mengonsumsi gula pengganti
dalam jumlah yang banyak.
4. Reaksi obat-obatan, beberapa obat dari golongan antibiotik, anti-
kanker, maupun antasida dapat menyebabkan diare.
5. Tindakan tertentu seperti gastrektomi, gastroenterostomidapat
menyebabkan diare disebabkan pasase makanan yang lebih cepat.

2.3 Patogenesis5,9,10
Diare disebabkan oleh suatu maupun lebih dari patomekanisme berikut:
1) Osmolaritas intraluminal yang meninggi, disebut diare osmotik ; 2) Sekresi
cairan dan elektrolit meninggi, disebut diare sekretorik ; 3) Malabsorpsi asam
empedu,malabsorpsi lemak ; 4) defek pertukaran anion/ transport elektrolit aktif
di enterosit ; 5) Motilitas dan waktu transit usus abnormal ; 6) Gangguan
permeabilitas usus ; 7) Inflamasi dinding usus, disebut usus inflamatorik meliputi
enteritis dan kolitis ; 8) Infeksi dinding usus disebut diare infeksi. 9) Diare
Psikogenik

Diare Osmotik
Diare osmotik yaitu tipe diare dengan mekanisme peningkatan tekanan
osmotik intralumen dari suatu usus halus. Diare jenis ini disebabkan oleh obat-
obat/zat kimia yang hiperosmotik seperti MgSO4, golongan antasida,
malabsorpsi umum dan defek dalam absorpsi mukosa usus misal pada defisiensi

25
disakaridase, ataupun laktosa intoleransi menyebabkan fermentasi oleh bakteri
usus dan menjadi bahan yang bersifat hiperosmotik.

Diare Sekretorik
Diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari
usus, menurunnya absorpsi. Diare ini memiliki khas yaitu tinja dengan volume
yang banyak sekali disertai perut keram dengan atau tanpa demam. Diare tipe ini
tetap berlangsung walaupun dipuasakan. Penyebab dari diare tipe ini adalah
infeksi Vibrio cholerae, Escherichia coli, reseksi ileum.
Diare yang disebabkan oleh toksin kolera secara langsung menstimulasi
sekresi elektrolit dan cairan yang berlebihan dari kripta ileum dan kolon. Jumlah
ciaran bisa mencapai 10 sampai 12 liter per hari, dimana kolon biasanya hanya
dapat merearbsorbsi maksimum sampai 8 liter per hari.
Malabsorpsi Asam Empedu dan Lemak
Diare tipe ini didapatkan pada gangguan pembentukan/ produksi micelle
empedu dan penyakit-penyakit saluran bilier dan hati.
Defek Sistem Pertukaran Anion/ Transpor Elektrolit Aktif di Enterosit
Diare ini disebabkan adanya hambatan mekanisme transport aktif Na+
K+ ATPase di enterosit dan absorpsi Na+ dan air yang abnormal.Diare jenis
sekretorik juga menunjukkan kelainan elektrolit, dengan ditemukannya ion
natrium dan kalium di dalam feses.
Motilitias dan Waktu Transit Usus Abnormal
Diare tipe ini disebabkan hipermotilitas dan iregularitas motilitas usus
sehingga menyebabkan absorpsi yang abnormal di usus halus.Penyebab
gangguan ini antara lain: diabetes melitus, pasca vagotomi, hipertiroid.
Gangguan Permeabilitas Usus
Diare tipe ini disebabkan permeabilitas usus yang abnormal disebabkan
adanya kelainan morfologi membran epitel spesifik pada usus halus.
Inflamasi Dinding Usus (Diare Inflamatorik)
Diare tipe ini disebabkan adanya kerusakan mukosa usus karena proses
inflamasi, sehingga terjadi produksi mukus yang berlebihan dan eksudasi air dan

26
elektrolit ke dalam lumen, gangguan absorpsi air-elektrolit. Penyebabnya bisa
dari infeksi seperti Shigella maupun noninfeksi seperti kolitis ulseratif.
Enteritis yang merupakan peradangan yang biasanya terjadi pada traktus
intestinalis, terutama usus besar dan pada ujung distal ileum. Mukosa menjadi
teriritasi dan kecepatan sekresinya menjadi sangat tinggi dan motilitas dinding
usus meningkat. Hal ini menyebabkan sejumlah cairan mendorong agen infeksi
tersapu ke arah anus.dan pada saat yang sama terdapat gerakan yang kuat
mendorong cairan ini ke depan.
Pada kasus kolitis ulserativa yang telah terjadi peradangan dan ulserasi
yang meluas pada usus besar, motilitas dari kolon begitu besar, sehingga
pergerakan massa terjadi terus menerus, dimana pada keadaan normal pergerakan
terjadi dalam rentang 10 sampai 30 menit.
Diare Infeksi
Infeksi oleh bakteri merupakan penyebab tersering dari diare. Dari sudut
kelainan usus, diare oleh bakteri dibagi atas non-invasif (tidak merusak mukosa)
dan invasif (merusak mukosa). Bakteri non-invasif menyebabkan diare karena
toksin yang disekresi oleh bakteri tersebut yang disebut diare toksigenik seperti
kuman V. cholerae.
Patogenesis yang berperan adalah faktor kausal dan faktor pejamu. Faktor
pejamu adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan diri terhadap
organisme yang dapat menimbulkan diare akut, terdiri dari faktor imunitas
seperti keasaman lambung, motilitas usus, dan mikroflora usus. Faktor kausal
yaitu daya penetrasi yang dapat merusak sel mukosa, kemampuan produksi
toksin.
Diare Psikogenik
Diare yang terjadi saat seseorang merasa tegang, disebabkan oleh
stimulasi berlebihan dari sistem saraf parasimpatis sehingga mengaktifkan
motilitas dan sekresi mukus yang berlebihan pada kolon distal.

2.4 Manifestasi Klinis6,8,9

27
Pasien dengan diare akut datang dengan berbagai gejala klinik tergantung
penyebab penyakit dasarnya.Keluhan diare berlangsung kurang dari 15 hari.
Diare karena penyakit usus halus biasanya berjumlah banyak, diare air, dan
sering berhubungan dengan malabsorpsi, dan dehidrasi sering didapatkan.
Diare karenakelainan kolon seringkali berhubungan dengan tinja berjumlah kecil,
tapi sering, bercampur darah, dan ada sensasi ingin ke belakang.Pasien dengan
diare akut infektif datang dengan gejala khas yaitu: nausea, muntah, nyeri
abdomen, demam, dan tinja yang sering, bisa air, malabsorpsif, atau berdarah
tergantung bakteri patogen yang spesifik.

Tabel 3. Manifestasi Klinistergantung Patogen Penyebab8

Patogen Demam Nyeri Perut Mual dan Tinja Berdarah


Muntah

Bakteri

Campilobacter Umum Terjadi Umum terjadi Umum terjadi Ada

Clostridium Ada Ada Tidak umum Ada


defficile terjadi

Salmonella Umum terjadi Umum terjadi Umum terjadi Ada

Shiga-Toxin Tidak umum Umum terjadi Ada Umum terjadi


Escherichia coli terjadi

Shigella Umum terjadi Umum terjadi Umum terjadi Ada

Vibrio Bervariasi Bervariasi Bervariasi Bervariasi

Yernisia Umum terjadi Umum terjadi Ada Ada

Parasit

Cryptosporidium Bervariasi Bervariasi Ada Tidak umum


terjadi

Cyclospora Bervariasi Bervariasi Ada Tidak umum

28
terjadi

Entamoeba Ada Ada Bervariasi Bervariasi


histolytica

Giardia Tidak umum Sering Ada Tidak umum


terjadi terjadi

Virus

Norovius Bervariasi Umum terjadi Umum terjadi Tidak umum


terjadi

Muntah
Pasien diare akut banyak yang mengalami muntah.Muntah merupakan gejala dengan
presentasi besar dalam diare akut.2 Gejala muntah yang terjadi bisa menjadi
kecurigaan penyebab diare adalah bakteri karena virus maupun toksinbakteri yang
tertelan lewat makanan (keracunan makanan.2
Keracunan makanan yang terjadi dapat diinduksi oleh bakteri seperti jenis
Clostridium perfringens maupun Staphylococcus aureus.2

Diare cair
Tinja dengan dengan penurunan konsistensi, bisa menjadi semisolid, lembek
maupun cair tanpa adanya darah.3 Diare ini biasa bisa sembuh sendiri. Diare ini bisa
juga dikaitkan dengan jenis diare yang diinduksi oleh enterotoksin, seperti golongan
Vibrio, Enterotxigenic E. coli, Enteropatogenic E. coli.2

Diare berdarah
Diare dimana secara makroskopis terlihat darah yang bercampur dengan tinja.
Secara mikroskopis, terlihat banyak sel darah merah dan sel darah putih. Diare
berdarah mencerminkan kolitis bakteri yang berat, yang disebabkan oleh patogen
yang invasif seperti Shigella, Salmonella, Yersinia, Campilobacter jejuni,
Enteroinvasive E.coli, Enterohemorragic E. coli, Entamoeba histolitica.5
Dehidrasi

29
Diare dapat menyebabkan dehidrasi.8 Kehilangan cairan dan elektrolit selama
dehidrasi dapat mempengaruhi aktivitas otot dan fungsi organ dalam tubuh. Dehidrasi
sangat berbahaya untuk anak-anak, orang lanjut usia maupun orang dengan sistem
imun yang lemah.8
Gejala dehidrasi pada orang dewasa:8
Haus
Penurunan jumlah urin dari biasa
Urin berwarna pekat
Kulit kering
Lelah
Pusing
Kepala terasa ringan
Turgor kulit menurun

Derajat dehidrasi:9
1. Dehidrasi ringan (hilang cairan 2-5 % BB)
Gambaran klinisnya turgor kurang, suara serak, pasien belum jatuh dalam
presyok.
2. Dehidrasi sedang (hilang cairan 5-8 % BB)
Turgor buruk, suara serak, pasien jatuh dalam presyok atau syok, nadi cepat,
napas cepat dan dalam.
3. Dehidrasi berat (hilang cairan 8-10 % BB)
Tanda dehidrasi sedang ditambah kesadaran menurun (apatis sampai koma),
otot-otot kaku, dan sianosis.

2.5 Diagnosis
Anamnesis
Untuk menegakkan diagnosis dari diare akut dapat menggunakan
beberapa kombinasi dari manifestasi klinis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang, dan lain-lain. Adanya gejala klasik diare berupa peningkatan
frekuensi tidak kurang dari tiga kali dalam sehari, peningkatan volume dan
konsistensi cair yang ditemukan melalui anamnesis yang cermat merupakan
patokan diagnosis. 1
Anamnesis yang cermat dapat membantu ke arah mana diare akut yang terjadi
pada pasien.2

30
Tabel 4. Petunjuk DiagnosisDiare Akut2
Riwayat Patogen Potensial/ Etiologi

Tidak demam, nyeri perut dengan diare berdarah Shiga toxin Escherichia coli

Tinja berdarah Salmonella, Shigella, Yersinia,


campilobacter, Clostridium
defficile, Entamoeba
histolitica, Shiga toxin E. Coli

Riwayat berkemah, mengonsumsi air yang tidak Giardia


bersih

Mengonsumsi makanan yang terkontaminasi

Nasi goreng Bacillus cereus

Daging sapi mentah atau biji kecambah Shiga toxin E. coli

Susu mentah Salmonella, Campilobacter,


Shiga toxin E. coli

Makanan laut, terutama kerang mentah atau Vibrio cholerae, Vibrio


setengah matang haemoliticus

Daging sapi, babi, ungas yang setengah matang Staphylococcus


aureus,Clostridium
perfringens, salmonella,
Listeria, Shia toxin E. coli,
Camplilobacter, Yersinia, B.
cereus

Paparan ke tempat kesehatan Rotavirus, Giardia,


Cryptosporidium, Shigella

Kontak seksual fekal-oral Shigella, Salmonella,


Campilobacter, Protozoa

Imunosupresi,Imunodefisiensi Cryptosporidium, Microsporida,


Isospora, Cytomegalovirus,

31
Mycobacterium avium-
intracellulare complex,
Listeria

Kondisi medis terkait diare Endokrin: Hipertiroid,


insufisiensi adrenokortikal
tumor karsinoid, kanker tiroid
medular
Gastrointestinal: kolitis ulseratif,
Crohn disease, irritable bowel
syndrome, celiac disease,
Intoleransi laktosa, kolitis
iskemik, kanker kolorektal,
short bowel syndrome,
malabsorpsi, gastrinoma,
VIPoma, sumbatan usus
Lain:Appendisitis,divertikulitis,
Imunodefisiensi,infeksi
sitemik, amyloidosis, adneksitis

Terapi medis terkait diare Antibiotik Spektrum luas,


laksatif, kemoterapi, terapi
radiasi pelvis,kolkisin

Jarang terjadi: golongan PPI,


manitol,NSAID, litium, agen
penurun kolesterol

Diare persisten dengan penurunan berat badan Giardia, cyclospora,


cryptosporidium

Kehamilan Listeria

Riwayat penggunaan antibiotik C. defficile

Praktik seksua anal dengan atau tanpa nyeri Herpes simpleks,


rektal/ proktitis Chlamydia,Gonorrhea,
Syphllis

Nyeri rektal atau proktitis Campilobacter, Salmonella,

32
Shigella, E. histolitica, C.
Difficile, Giardia

Tinja seperti air cucian beras Vibrio cholerae

Beberapa orang dengan onset akut dan paparan Keracunan makanan


makanan
Onset 6 jam: Staphylococcus,
B. Cereus

Onset dalam 8-16 jam:C.


Perfringens type A

Riwayat bepergian Enterotoxigenic E. coli

Patogen lain bisa ada,


disebabkan oleh sumber air
yang terkontaminasi, makanan
yang tidak bersih

Pemeriksaan fisik
Pada pasien dewasa yang terkena diare, sangat penting untuk menilai tanda
9
dehidrasi. Pemeriksaan yang dilakukan termasuk denyut nadi, tekanan darah, ,
turgor kulit, mukosa kering, kelopak mata yang cekung dan capillary refill.3
Pemeriksaan abdomen wajib diperiksa untuk setiap pasien.3 Palpasi superfisial
maupun dalam dikerjakan hati-hati untuk menyingkirkan tanda peritonitis, walaupun
nyeri lepas minimal ada pada palpasi dalam pasien dengan disentri.2 Pemonitoran
pasien bisa dipertimbangkan, pada beberapa kasus yang membutuhkan pembedahan
seperti appendisitis, diverticulitis, adneksitis, pankreatitis, maupun kolitis yang
iskemik bisa ditandai dengan diare akut pada awalnya.2
Pada akut diare, perut yang keras (defence muscular) dan nyeri lepas
seharusnya tidak ada.2 Jika tanda ini ada, pemeriksaan dan investigasi lebih lanjut
harus dilakukan. Pemeriksaan colok dubur seharusnya menjadi pemeriksaan awal
untuk menilai darah, mukosa rektum, dan konsistensi feses.2

33
Pemeriksaan Tinja (Mikroskopik)
Pemeriksaan mikroskopik tinja seharusnya dilakukan pada setiap kasus. 4
Dalam kenyataannya, pemeriksaan ini mungkin tidak selalu dapat dipraktikkan,
mengingatkan penegakan kausa pasti dari diare termasuk mahal, dan kebanyakan
kasus diare yang tidak berat tidak butuh pemeriksaan tinja. Pemeriksaan ini haruslah
dilakukan pada pasien dengan risiko tinggi dimana identifikasi patogen menjadi
penting. Di sisi lain, terdapat kriteria pemeriksaan seperti: diare dengan demam tidak
kurang dari 38,5 0 C, riwayat perawatan di rumah sakit dengan pemakaian antibiotik,
pasien dengan dehidrasi, kecurigaan kolera dan disentri. Pemeriksaan tinja harus
dilakukan cepat setelah tinja sampel tinja dikumpulkan. Pemeriksaan mikroskopik
membutuhkan 4 jam maksimal untuk dilakukan, sedangkan kultur dengan medium
memiliki waktu 12 jam untuk pemeriksaan yang standar .mengingat diare akut hanya
ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik saja.5
Deteksi mikroskopik sel darah merah dan sel darah putih lebih dari 20 per
lapangan pandang besar merupakan nilai prediksi positif awal pada kasus-kasus diare
berdarah.4 Pada kasus diare berdarah yang bersifat kasar, pemeriksaan tinja dapt
membedakan penyebab antara patogen Shigella atau Amoeba.4
Pasien yang telah mendapat pengobatan antibiotik dalam 3 bulan sebelumnya
atau mengalami diare di rumah sakit sebaiknya diperiksa tinja untuk pengukuran
toksin clostridium defficile.9

Pemeriksaan laboratorium
Pada pasien yang mengalami dehidrasi atau toksisitas berat atau diare yang
berlangsung lebih dari beberapa hari, diperlukan beberapa pemeriksaan penunjang,
berupa pemeriksaan darah tepi lengkap (hemoglobin, hematokrit, leukosit, hitung
jenis leukosit), kadar elektrolit serum, ureum dan kreatinin.9
Pasien dengan diare karena virus, biasanya memiliki jumlah dan hitung jenis leukosit
yang normal atau limfositosis.9 Pasien dengan infeksi bakteri terutama pada infeksi
bakteri yang invasif ke mukosa, memiliki leukositosis dengan kelebihan leukosit
muda. Sedangkan, pada kasus salmonellosis, bisa terjadi neutropenia.9

34
Ureum dan kreatinin diperiksa untuk memeriksa adanya kekurangan volume
cairan dan mineral dalam tubuh.9

Tes Berpuasa
Tes ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada intoleransi maupun alergi
makanan yang menyebabkan pasien mengalami diare.8 Pemeriksa akan menganjurkan
pasien menghindari makanan tertentu yang mengandung karbohidrat, laktosa, padi-
padian, ataupun bahan makanan lain untuk melihat apakah ada perbaikan diare
terhadap perubahan diet.8
Sigmoidoskopi/ kolonoskopi
Pada pasien dengan kasus diare berdarah dengan pengobatan antibiotik
empiris tapi tidak mengalami perbaikan penggunaan sigmoidoskopi maupun
kolonoskopi seharusnya dilakukan.4
Pada pasien AIDS yang mengalami diare, kolonoskopi dipertimbangkan
karena kemungkinan penyebab infeksi atau limfoma di daerah kolon. Biopsi mukosa
sebaiknya dilakukan jika mukosa terlihat inflamasi berat.9

Gambar 1. Algoritme untuk Evaluasi Pasien dengan Diare Akut 9

Anamnesis
Lama Karakteristik Nyeri abdomen Penyakit lain
Epidemiologi tinja Kolitis akut Obat-obat
Bepergian Air Penyakit
Makanan berdarah usus/inflamasi
Air

Pemeriksaan
fisik

Umum Abdomen Pemeriksaan


Keseimbangan Nyeri tekan rektal
Cairan Distensi Fecal occult
Panas blood test
Nutrisi

35
Toksik Nontoksik Terapi simtomatik
Penyakit berjalan Lama penyakitCairan rehidrasi oral
terus sebentar Obat antidiare
Darah di tinja Tidak berdarah
Dehidrasi Tidak nyeri tekan Tidak Respon
respon

Replesi
cairan/elektrolit

Evaluasi
laboratorium
Pemeriksaan darah tepi lengkap Kimia darah Pemeriksaan tinja
Hemokonsentrasi Elektrolit Pemeriksaan telur
Diferensial leukosit Ureum dan parasit
Kreatinin Antigen Giardia
Sigmoidoskopi atau
Serologi amoeba Toksin Clostridium
kolonoskoopi degan
biopsi defficile

Terapi antibiotik2.6 Tatalaksana


empirik
Terapi spesifik
a. Rehidrasi
Tatalaksana awal untuk akut diare adalah rehidrasi, dan sebaiknya
diberikan melalui oral.3 Bila keadaan umum baik tidak dehidrasi, asupan
cairan yang adekuat dapat dicapai dengan minuman ringan, sari sup
buah,ataupun keripik asin.8 Bila pasien kehilangan cairan yang banyak dan
dehidrasi, penatalaksanaan yang agresif seperti cairan intravena atau rehidrasi
oral dengan cairan istonotik yang mengandung elektrolit dan gula pati harus
diberikan.2 Akumulasi cairan yang hilang (dihitung dari selisih berat badan
pasien normal dan saat sekarang sakit diare) harus dipertimbangkan.2
Kemudian, fokus diarahkan kepada banyaknya cairan hilang yang sedang
berlangsung, kemudian baru terapi cairan maintenance.2 Cairan rehidrasi oral

36
dapat diberikan, pada tahun 2002 WHO sudah mengeluarkan cairan dehidrasi
oral baru dengan osmolaritas yang lebih rendah sehingga dapat menurunkan
frekuensi diare, mual muntah, kemungkinan pasien jatuh ke fase syok tanpa
menyebabkan hiponatremia bila dibandingkan dengan cairan dehidrasi oral
yang sebelumnya.2 Komposisi cairan rehidrasi oral baru ini bisa dibuat sendiri
dengan satu liter air, setengah sendok teh garam, dan enam sendok teh gula.2

Cairan intravena yang diberikan seperti ringer laktat diberikan 50


200 ml/kgBB/24 jam tergantung kebutuhan dan status hidrasi. 9 Prinsip
menentukan jumlah cairan yang akan diberikan yaitu sesuai dengan jumlah
cairan yang keluar dari tubuh.8 Macam-macam pemberian cairan:


Berat jenis plasma dengan rumus:
Kebutuhan cairan: BJ plasma -1,025 x berat badan x 4ml
0,001

Metode Pierce berdasarkan klinis:
Dehidrasi ringan, kebutuhan cairan = 5 % x berat badan (kg)
Dehidrasi sedang, kebutuhan cairan = 8 % x berat badan (kg)
Dehidrasi berat, kebutuhan cairan = 10 % x berat badan (kg)

Metode Daldiyono berdasarkan skor klinis9
Kebutuhan cairan = skor x 10 % x KgBB x 1 liter
15

Tabel 5. Skor Penilaian Klinis Dehidrasi 9

Klinis Skor

Rasa haus/ muntah 1

Tekanan darah sistolik 60-90 1


mmHg

Tekanan darah sistolik < 60 2


mmHg

37
Frekuensi nadi . 120 kali/menit 1

Kesadaran apatis 1

Kesadaran somnolen, stupor, 2


atau koma

Frekuensi napas > 30 1


kali/menit

Fasies Cholerica 2

Vox Cholerica 2

Turgor kulit menurun 1

Washers woman hand 1

Ekstremitas dingin 1

Sianosis 2

Umur 50-60 tahun -1

Umur > 60 tahun -2

Bila skor kurang dari 3 dan tidak ada syok, maka hanya diberikan cairan
peroral (sebanyak mungkin sedikit demi sedikit).9 Bila skor lebih atau sama 3
disertai syok diberikan cairan per intravena.9

b.Pemberian Makanan

38
Pemberian makanan dari awal membuktikan menurunkan permeabilitas
usus yang disebabkan oleh infeksi, menurunkan durasi penyakit, dan
memperbaiki gizi pasien.2 Hal ini sangat penting, mengingat faktor komorbid
status nutrisi yang buruk yang sering mendasari kasus diare akut pada negara-
negara berkembang.2
Walaupun diet BRAT (banana, rice, apple juice,toast) yang terdiri dari :
pisang, beras, jus apel, roti tawar serta menghindari konsumsi produk susu
direkomendasikan, namun data pendukung terhadap intervensi ini masih
terbatas.2 Perintah untuk membatasi pasien makan makanan keras dalam 24
jam, juga tidak terlalu berpengaruh terhadap penyakit diare itu sendiri.2
c.Obat Antidiare
Obat antimotilitas seperti loperamid terbukti menurunkan gejala diare dan
penyembuhan secara klinis dalam 24 sampai 48 jam dengan disertai
pemberian antibiotik pada kasus tertentu seperti travelers diarrhea.
Loperamid merupakan opiat sintetik yang bekerja pada otot polos usus yang
menyebabkan perlambatan dari gerakan usus sehingga memberikan waktu
lebih untuk rearbsorbsi air dan elektrolit.5 Pemberian loperamid dimulai dari
4mg kemudian dilanjutkan 2 mg setiap kali diare dengan dosis maksimum 8
mg sehari.5Loperamid memiliki beberapa kontraindikasi pemberian, yaitu
pada kasus diare berlendir darah, pada pasien dengan sistem imun menurun,
risiko sepsis maupun orang lanjut usia dengan penyakit paru kronik. 1
Pemberian loperamid dikombinasikan dengan simetikon terbukti dengan cepat
mengurangi gejala pada kasus-kasus diare akut nonspesifik dengan tuntas.1
d. Antibiotik
Kebanyakan kasus diare akut dapat sembuh sendiri, sehingga penggunaan
antibiotik rutin tidak direkomendasikan pada kasus diare ringan. Penggunaan
antibiotik yang berlebihan justru menyebabkan resistensi, dapat membunuh
flora normal usus, memperpanjang durasi penyakit (pada Clostridium
defficile) dan tentunya meningkatkan biaya pengobatan.2

39
Indikasi pemberian antibiotik adalah diare akibat infeksi kolera, demam
tifoid maupun paratifoid, shigelosis, diare pada pasien defisiensi imun, dan
terkait infeksi protozoa. 1
Antibiotik golongan florokuinolon merupakan golongan antibiotik yang
sering digunakan untuk diare infeksi pada dewasa. Pada sebuah studi kasus
kontrol perbandingan penggunaan plasebo dan ciprofloxacin terhadap kasus
diare, penggunaan florokuinolon terbukti efektif menurunkan durasi diare
pada pasien diare berat.5
Kasus diare terkait dengan perjalanan juga diberikan obat antibiotik. Studi
membuktikan tiga jenis obat berikut efektif menanggulangi kasus diare terkait
perjalanan, yaitu: rifaximin 200 mg selama 3 hari, golongan florokuinolon
selama 3 hari, dan azitromisin dosis 500 mg sehari sekali selama 3
hari.Azitromisin bahkan dapat digunakan pada kasus diare yang sudah resisten
terhadap ciprofloxacin.5
e. Agen antimikroba spesifik1

Rifaksimin
Antibiotik jenis ini efektif mengurangi diare yang disebakan oleh
bakteri enteropatogen yang noninvasif, yang tidak disertai demam
maupun gejala disentri.

Azitromisin
Antibiotik jenis ini menyerang semua jenis bakteri enteropatogen yang
menyebabkan diare termasuk pada kasus Campylobacter yang resisten
terhadap ciprofloxacin maupun kasus Shigella.

Nitazoksanida
Nitazoksanida tergolong efektif dan terbukti untuk pengobatan
protozoa seperti giardia dan kriptospora Obat ini juga mampu
membunuh bakteri Clostridium defficile sehingga diare dan kolitis
terkait organisme ini dengan efektif mampu disembuhkan.
f. Probiotik
Probiotik mempunyai manfaat berupa menstimulasi sistem imun dan
berkompetisi pada binding site di sel epitel usus. Walaupun banyak jenis
spesies yang tergolong probiotik, namun butuh penelitian lebih lanjut untuk

40
mengetahui efek probiotik dengan strain yang lebih spesifik lagi yang efektif
pada kasus diare dewasa.1,5
g. Suplementasi Seng
Penelitian pada anak menyarankan suplementasi seng (20 mg sehari
selama 10 hari) sangat bermanfaat untuk penyembuhan dan pencegahan diare
akut, khususnya pada negara berkembang.Penelitian ini juga butuh dievaluasi,
tentang pemakaian suplementasi seng pada populasi dewasa.5

BAB III

3.1 KESIMPULAN

Diare adalah pengeluaran tinja yang lembek, cair dengan frekuensi tiga kalia
tau lebih.Diare akut terjadi pada seluruh populasi.8Peringkat penyakit pada
negarabarat termasuk Amerika Serikat , kasus diare terkait dengan kontaminasi

41
makanan dan minuman, sedangkan pada negara berkembang diare merupakan
penyebab kematian yang masih tinggi pada bayi yang tinggal di daerah dengan
tingkat kebersihan yang kurang dan status gizi buruk.5
Penyebab tersering diare adalah infeksi terutama infeksi bakteri, virus, dan
parasit. Penyebab noninfeksi berupa gangguan fungsi usus, penyakit pada usus,
intoleransi makanan, dan juga reaksi terhadap obat-obatan. 8Tingkat pengetahuan
tentang pentingnya penyebab diare dan pendekaan klinik serta pengobatan yang tepat
merupakan inti dari pelayanan kesehatan primer.5 Diare dapat menyebabkan dehidrasi
yang berbahaya bila tidak ditangani, terutama pada bayi, orang lanjut usia, dan pasien
dengan defisiensi imun.8
Pasien dengan diare diharapkan mendatangi pusat kesehatan jika terdapat
tanda-tanda berikut: dehidrasi, diare lebih dari dua hari, disertai demam, tinja disertai
darah, maupun lendir.8
Penanganan awal diare meliputi dehidrasi cairan dan elektrolit yang sudah
hilang selama serangan diare. Kasus diare dengan demam dan gejala disentri serta
diare sedang hingga berat memerlukan terapi antibiotik.. Obat-obatan baru yang
dipertimbangkan dipakai pada kasus diare meliputi probiotik dan seng.8

42
DAFTAR PUSTAKA

1. Chamberlain Jeffrey L. Acute Diarrhea in Adults.N Engl J Med2014; 2,26-7.


2. Barr Windy, Smith Andrew.Acute Diarrhea in Adults. Lawrence Family
Medicine Residency 2013; 1-5.
3. Farthing M., Salam M., Lindberg G. Acute Diarrhea in Adult and Childern:
A global Perspective. World Gastroenterology Organisation Global Guidelines2012;
3-8.
4. Dupont Hebert L.Acute Infectious Diarrhea in Immunocompetent Adults. N Engl J
Med2014;2-4.
5. Caeiro Juan Pablo, Dupont Hebert L. Diarrhea in Adults.N Engl J Med 2014:1-2,5-8.
6.Farthing M, Lindberg G. Acute Diarrhea. World Gastroenterology Organisation
Practice Guidelines2008; 2-3,5-7.

7. Agtini Magdarina Destri, Soenarto Sri Suparyati.Situasi Diare di Indonesia.


Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 2011;4-5.

8. National Digestive Diseases Information Clearinghouse.Diarrhea. American College


Gastroenterology 2011; 1-4.

9. Sudoyo Aru W, Setiyohadi Bambang, Alwi Irus. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta: Interna Publishing 2009;352-5.

10.Guyton ArthurC, Hall John E.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Jakarta: EGC


2007;864.

43

Anda mungkin juga menyukai