Anda di halaman 1dari 5

Nama : I Gede Patria Prastika

NIM : P07120215059
Kelas : 3B DIV Keperawatan

TERAPI OKSIGEN

A. Jenis Pemberian Oksigen dan Indikasi Pemberian


1. Nasal Kanul
Pemberian oksigen pada klien yang memerlukan oksigen secara kontinyu
dengan kecepatan aliran 1-6 liter/menit serta konsentrasi 20-40%, dengan cara
memasukan selang yang terbuat dari plastik ke dalam hidung dan mengaitkannya di
belakang telinga. Panjang selang yang dimasukan ke dalam lubang dihidung hanya
berkisar 0,6 1,3 cm. Pemasangan nasal kanula merupakan cara yang paling mudah,
sederhana, murah, relatif nyaman, mudah digunakan cocok untuk segala umur, cocok
untuk pemasangan jangka pendek dan jangka panjang, dan efektif dalam
mengirimkan oksigen. Pemakaian nasal kanul juga tidak mengganggu klien untuk
melakukan aktivitas, seperti berbicara atau makan. (Aryani, 2009:54)
Indikasi : Klien yang bernapas spontan tetapi membutuhkan alat bantu nasal kanula
untuk memenuhi kebutuhan oksigen (keadaan sesak atau tidak sesak). (Suparmi,
2008:67)
2. Masker Oksigen
Pemberian oksigen kepada klien dengan menggunakan masker yang dialiri
oksigen dengan posisi menutupi hidung dan mulut klien. Masker oksigen umumnya
berwarna bening dan mempunyai tali sehingga dapat mengikat kuat mengelilingi
wajah klien. Bentuk dari face mask bermacam-macam. Perbedaan antara rebreathing
dan non-rebreathing mask terletak pada adanya vulve yang mencegah udara ekspirasi
terinhalasi kembali. (Aryani, 2009:54)
Macam Bentuk Masker :
a. Simple face mask mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen 40-60% dengan
kecepatan aliran 5-8 liter/menit.
b. Rebreathing mask mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen 60-80% dengan
kecepatan aliran 8-12 liter/menit. Memiliki kantong yang terus mengembang baik
saat inspirasi maupun ekspirasi. Pada saat inspirasi, oksigen masuk dari sungkup
melalui lubang antara sungkup dan kantung reservoir, ditambah oksigen dari
kamar yang masuk dalam lubang ekspirasi pada kantong. Udara inspirasi sebagian
tercampur dengan udara ekspirasi sehingga konsentrasi CO2 lebih tinggi daripada
simple face mask. (Tarwoto&Wartonah, 2010:37)
Indikasi : klien dengan kadar tekanan CO2 yang rendah. (Asmadi, 2009:33)
c. Non rebreathing mask mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen sampai 80-100%
dengan kecepatan aliran 10-12 liter/menit. Pada prinsipnya, udara inspirasi tidak
bercampur dengan udara ekspirasi karena mempunyai 2 katup, 1 katup terbuka
pada saat inspirasi dan tertutup saat pada saat ekspirasi, dan 1 katup yang
fungsinya mencegah udara kamar masuk pada saat inspirasi dan akan membuka
pada saat ekspirasi. (Tarwoto&Wartonah, 2010:37)
Indikasi : klien dengan kadar tekanan CO2 yang tinggi. (Asmadi, 2009:34)

Secara umum, indikasi pemberian oksigen adalah ::


1. Gagal nafas
Ketidakmampuan tubuh dalam mempertahankan tekanan parsial normal O2 dan CO2
di dalam darah, disebabkan oleh gangguan pertukaran O2 dan CO2 sehingga sistem
pernapasan tidak mampu memenuhi metabolisme tubuh.
2. Gangguan jantung (gagal jantung)
Ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan jaringan terhadap nutrien dan oksigen.
3. Kelumpuhan alat pernafasan
Suatu keadaan dimana terjadi kelumpuhan pada alat pernapasan untuk memenuhi
kebutuhan oksigen karena kehilangan kemampuan ventilasi secara adekuat sehingga
terjadi kegagalan pertukaran gas O2 dan CO2.
4. Perubahan pola napas
Hipoksia (kekurangan oksigen dalam jaringan), dyspnea (kesulitan bernapas, misal
pada pasien asma), sianosis (perubahan warna menjadi kebiru-biruan pada permukaan
kulit karena kekurangan oksigen), apnea (tidak bernapas/ berhenti bernapas),
bradipnea (pernapasan lebih lambat dari normal dengan frekuensi kurang dari
16x/menit), takipnea (pernapasan lebih cepat dari normal dengan frekuensi lebih dari
24x/menit (Tarwoto&Wartonah, 2010:35)
5. Keadaan gawat (misalnya : koma)
Pada keadaan gawat, misal pada pasien koma tidak dapat mempertahankan sendiri
jalan napas yang adekuat sehingga mengalami penurunan oksigenasi.
6. Trauma paru
Paru-paru sebagai alat penapasan, jika terjadi benturan atau cedera akan mengalami
gangguan untuk melakukan inspirasi dan ekspirasi.
7. Metabolisme yang meningkat : luka bakar
Pada luka bakar, konsumsi oksigen oleh jaringan akan meningkat dua kali lipat
sebagai akibat dari keadaan hipermetabolisme.
8. Post operasi
Setelah operasi, tubuh akan kehilangan banyak darah dan pengaruh dari obat bius
akan mempengaruhi aliran darah ke seluruh tubuh, sehingga sel tidak mendapat
asupan oksigen yang cukup.
9. Keracunan karbon monoksida
Keberadaan CO di dalam tubuh akan sangat berbahaya jika dihirup karena akan
menggantikan posisi O2 yang berikatan dengan hemoglobin dalam darah.
(Aryani, 2009:53)

B. Rumus Pemberian Terapi Oksigen


MV = VT x RR

Keterangan:
MV = Minute Ventilation, udara yang masuk ke sistem pernapasan setiap menit
VT = Volume Tidal, 6-8 ml/kg bb
RR = Respiration Rate
Misalnya:
Berat Badan 45 kg, RR 30x/menit

MV= VT x RR
= (45 kg (6-8 ml)) . 30x/menit
= (270 360) . 30
= 810010800 ml/menit
= 8,1-10,8 liter/menit
Jadi, pemberian oksigen pada pasien dengan berat badan 45 kg dan respirasi 30 kali per
menit adalah 8,1-10,8 liter per menit.

C. Penyapihan Oksigen
Pasien yang mendapat bantuan ventilasi mekanik dapat dilakukan penyapihan bila
memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Kapasitas vital 10-15 ml/kg BB
2. Volume tidal 4-5 ml/kg BB
3. Kekuatan inspirasi 20 cm H2O
4. RR < 20 kali/menit
5. PaCO2 normal
6. PaO2 60-70 mmHg
7. pH normal dengan semua keseimbangan elektrolit diperbaiki

D. Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pemberian Oksigen


1. Perhatikan jumlah air steril dalam humidifier, jangan berlebih atau kurang dari batas.
Hal ini penting untuk mencegah kekeringan membran mukosa dan membantu untuk
mengencerkan sekret di saluran pernafasan klien
2. Pada beberapa kasus seperti bayi premature, klien dengan penyakit akut, klien dengan
keadaan yang tidak stabil atau klien post operasi, perawat harus mengobservasi lebih
sering terhadap respon klien selama pemberian terapi oksigen
3. Pada beberapa klien, pemasangan masker akan memberikan tidak nyaman karena
merasa terperangkat. Rasa tersebut dapat di minimalisir jika perawat dapat
meyakinkan klien akan pentingnya pemakaian masker tersebut.
4. Pada klien dengan masalah febris dan diaforesis, maka perawat perlu melakukan
perawatan kulit dan mulut secara extra karena pemasangan masker tersebut dapat
menyebabkan efek kekeringan di sekitar area tersebut
5. Jika terdapat luka lecet pada bagian telinga klien karena pemasangan ikatan tali nasal
kanul dan masker. Maka perawat dapat memakaikan kassa berukuran 4x4cm di area
tempat penekanan tersebut.
6. Akan lebih baik jika perawat menyediakan alat suction di samping klien dengan terapi
oksigen
7. Pada klien dengan usia anak-anak, biarkan anak bermain-main terlebih dahulu dengan
contoh masker.
8. Jika terapi oksigen tidak dipakai lagi, posisikan flow meter dalam posisi OFF
9. Pasanglah tanda : dilarang merokok : ada pemakaian oksigen di pintu kamar klien,
di bagian kaki atau kepala tempat tidur, dan di dekat tabung oksigen. Instrusikan
kepada klien dan pengunjung akan bahaya merokok di area pemasangan oksigen yang
dapat menyebabkan kebakaran.
(Aryani, 2009:53)

E. Komplikasi dan Efek Samping Pemberian Oksigen


Salah satu resiko terapi oksigen adalah keracunan oksigen. Hal ini dapat terjadi
bila oksigen diberikan dengan fraksi lebih dari 50% terus-menerus selama 1-2 hari.
Kerusakan jaringan paru terjadi akibat terbentuknya metabolik oksigen yang merangsang
sel PMN dan H2O2 melepaskan enzim proteolotikdan enzim lisosom yang dapat merusak
alveoli. Sedangkan resiko yang lain seperti retensi gas karbondioksida dan atelektasis.
Oksigen 100% menimbulkan efek toksik, tidak saja pada hewan, namun juga pada
bakteri, jamur, biakan sel hewam dan tanaman. Apabila O2 80-100% diberikan kepada
manusia selama 8 jam atau lebih, saluran pernafasan akan teriritasi, menimbulkan distres
substernal, kongesti hidung, nyeri tenggorokan dan batuk. Pemajanan selama 24-48 jam
mengakibatkan kerusakan jaringan paru.
Pemberian O2 100% pada tekanan yang lebih tinggi berakibat tidak hanya iritasi
trakeobronkial, tetapi juga kedutan otot, bunyi berdering dalam telinga, rasa pening,
kejang dan koma. Pajanan terhadap O2 tekanan tinggi (oksigenasi hiperbarik) dapat
menghasilkan peningkatan jumlah O2 terlarut dalam darah

Komplikasi yang mungkin muncul :


1. Kerusakan pada paru : Tergantung konsentrasi oksigen yang diberikan , Tergantung
pada lama pemberian
2. Efek neurologi : Kejang kejang karena tekanan intrakranial meningkat
3. Fibro plasia retrolental : Kebutaan pada bayi prematur yang mendapat terapi oksigen

Anda mungkin juga menyukai