Anda di halaman 1dari 23

BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Keperawatan Kesehatan Komunitas


Tujuan pembangunan kesehatan nasional adalah untuk mencapai hidup sehat bagi
setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang
optimal. Dengan demikian, pembangunan dibidang kesehatan mempunyai arti
penting dalam kehidupan nasional khususnya dalam memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang erat kaitannya dengan
pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia sebagai salah satu modal
dasar pembangunan nasional.

Berdasarkan pembangunan nasional yang ingin dicapai oleh pemerintah


Indonesia, maka direncanakanlah suatu strategi pendekatan untuk menggalang
potensi yang ada pada masyarakat sehingga masyarakat dapat berperan aktif
dalam upaya meningkatkan derajat kesehatannya secara mandiri melalui
perawatan kesehatan komunitas.

Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk


menetapkan, merencanakan dan melaksanakan pelayanan keperawatan dalam
rangka membantu klien untuk mencapai dan memelihara kesehatannya seoptimal
mungkin. Tindakan keperawatan tersebut dilaksanakan secara berurutan, terus
menerus, saling berkaitan dan dinamis. Selanjutnya menetapkan langkah proses
keperawatan sebagai proses pengumpulan data, pengkajian, perencanaan dan
pelaksanaan (Wolf, Weitzel dan Fuerst, 2007). Jadi, proses keperawatan
komunitas adalah metode asuhan keperawatan yang bersifat ilmiah, dinamis,
sistematis, kontinu, dan berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah
kesehatan dari individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat yang langkah-
langkahnya dimulai dari (1) pengkajian: pengumpulan data, analisis data, dan
penentuan masalah, (2) diagnosis keperawatan, perencanaan tindakan
keperawatan, pelaksanaan, dan evaluasi tindakan keperawatan (Wahit, 2005).

Proses keperawatan komunitas mencakup individu, keluarga dan kelompok


khusus yang memerlukan pelayanan asuhan keperawatan. Dalam perawatan
kesehatan komunitas keterlibatan kader kesehatan, tokoh masyarakat formal dan

7
informal, sangat diperlukan dalam setiap tahap pelayanan keperawatan secara
terpadu dan menyeluruh sehingga masyarakat benar-benar mampu dan mandiri
dalam setiap upaya pelayanan kesehatan dan keperawatan yang diberikan.

Keperawatan komunitas perlu dikembangkan di tatanan pelayanan kesehatan


dasar yang melibatkan komunitas secara aktif, sesuai keyakinan keperawatan
komunitas secara aktif, sesuai keyakinan keperawatan komunitas. Sedangkan
menurutAmerican Nurses Association (ANA, 1980) didasarkan pada asumsi :
2.1.1 Sistem pelayanan kesehatan bersifat kompleks.
2.1.2 Pelayanan kesehatan primer, sekunder dan tersier merupakan komponen
pelayanan kesehatan.
2.1.3 Keperawatan merupakan sub system pelayanan kesehatan , di mana hasil
pendidikan dan penelitian melandasi praktek.
2.1.4 Fokus utama adalah keperawatan primer sehingga keperawatan komunitas
perlu dikembangkan di tatanan kesehatan utama.

Adapun unsur-unsur perawatan kesehatan mengacu kepada asumsi-asumsi dasar


mengenai perawatan kesehatan masyarakat, yaitu :
2.1.1 Bagian integral dari pelayanan kesehatan khususnya keperawatan.
2.1.2 Merupakan bidang khusus keperawatan.
2.1.3 Gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu
sosial (interaksi sosial dan peran serta masyarakat).
2.1.4 Sasaran pelayanan adalah individu, keluarga, kelompok khusus dan
masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit.
2.1.5 Ruang lingkup kegiatan adalah upaya promotif, preventif, kuratif
rehabilitatif dan resosiliatif dengan penekanan pada upaya preventif dan
promotif.
2.1.6 Melibatkan partisipasi masyarakat.
2.1.7 Bekerja secara tim.
2.1.8 Menggunakan pendekatan pemecahan masalah dan perilaku.
2.1.9 Menggunakan proses keperawatan sebagai pendekatan ilmiah.
2.1.10 Bertujuan untuk meningkatkan hidup sehat dan derajat kesehatan
masyarakat secara keseluruhan.

8
2.2 Tujuan dan Fungsi Perawatan Kesehatan Komunitas
2.2.1 Tujuan
2.2.1.1 Tujuan umum
Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat
sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal agar dapat
menjalankan fungsi kehidupan sesuai dengan kapasitas yang
mereka miliki.
2.2.1.2 Tujuan khusus
Untuk meningkatkan kemampuan individu, keluarga, kelompok
khusus dan masyarakat dalam hal :
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan yang
dihadapi.
b. Menetapkan masalah kesehatan/keperawatan dan prioritas
masalah.
c. Merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah
kesehatan/keperawatan.
d. Menanggulangi masalah kesehatan/keperawatan yang mereka
hadapi.
e. Penilaian hasil kegiatan dalam memecahkan masalah
kesehatan atau keperawatan.
f. Mendorong dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
pelayanan kesehatan/keperawatan.
g. Meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan
secara mandiri (self care).
h. Menanamkan perilaku sehat melalui upaya pendidikan
kesehatan.
i. Lebih spesifik lagi adalah untuk menunjang fungsi
puskesmas dalam menurunkan angka kematian bayi, ibu dan
balita serta diterimanya norma keluarga kecil bahagia dan
sejahtera.
j. Tertanganinya kelompok-kelompok risiko tinggi yang rawan
terhadap masalah kesehatan.
2.2.1.3 Fungsi
a. Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan
ilmiah bagi tenaga kesehatan masyarakat dan keperawatan

9
dalam memecahkan masalah klien melalui asuhan
keperawatan.
b. Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal
sesuai dengan kebutuhannya dalam kemandiriannya di
bidang kesehatan.
c. Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan
pemecahan masalah, komunikasi yang efektif dan efisien
serta melibatkan peran serta masyarakat.
d. Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan
dengan permasalahannya atau kebutuhannya sehingga
mendapatkan penanganan dan pelayanan yang cepat dan pada
akhirnya dapat mempercepat proses penyembuhannya.

2.3 Sasaran
Sasaran perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga kelompok dan
masyarakat, baik yang sehat maupun yang sakit yang mempunyai masalah
kesehatan/perawatan.
2.3.1 Individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu tersebut
mempunyai masalah kesehatan atau keperawatan karena ketidakmampuan
merawat diri sendiri oleh suatu hal dan sebab, maka akan dapat
mempengaruhi anggota keluarga lainnya baik secara fisik, mental maupun
sosial
2.3.2 Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas kepala
keluarga, anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam
suatu rumah tangga karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau
adopsi, satu dengan lainnya saling tergantung dan berinteraksi. Bila salah
satu atau beberapa anggota keluarga mempunyai masalah
kesehatan/keperawatan, maka akan berpengaruh terhadap anggota
keluarga lainnya dan keluarga-keluarga yang ada di sekitarnya.
2.3.3 Kelompok Khusus
Kelompok Khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan
jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang
sangat rawan terhadap masalah kesehatan. Termasuk di antaranya adalah:

10
2.3.3.1 Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat
perkembangan dan pertumbuhannya, seperti: 1) ibu hamil; 2) bayi
baru lahir; 3) balita; 4) anak usia sekolah; serta 5) usia lanjut.
2.3.3.2 Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan
pengawasan dan bimbingan serta asuhan keperawatan, di
antaranya adalah: 1) penderita penyakit menular, seperti: TBC,
lepra, AIDS, penyakit kelamin dan lainnya; 2) penderita dengan
penyakit tidak menular, seperti: penyakit diabetes mellitus,
jantung koroner, cacat fisik, gangguan mental dan lain
sebagainya.
2.3.3.3 Kelompok yang mempunyai risiko terserang penyakit, di
antaranya: 1) wanita tuna susila; 2) kelompok penyalahgunaan
obat dan narkoba; 3) kelompok-kelompok pekerja tertentu; dan
lain-lain.
2.3.3.4 Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, di antaranya adalah:
1) panti werdha; 2) panti asuhan; 3) pusat-pusat rehabilitasi (cacat
fisik, mental dan sosial); serta 4) penitipan balita.
2.3.4 Masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup dan bekerja sama
cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap
diri mereka sebagai satu kesatuan sosial dan batas-batas yang telah
ditetapkan dengan jelas. Masyarakat merupakan kelompok individu yang
saling berinteraksi, saling tergantung, dan bekerja sama untuk mencapai
tujuan. Dalam berinteraksi sesama anggota masyarakat akan muncul
banyak permasalahan, baik permasalahan sosial, kebudayaan,
perekonomian, politik, maupun kesehatan khususnya.

2.4 Ruang Lingkup Perawatan Kesehatan Komunitas


Ruang lingkup praktek keperawatan masyarakat meliputi: upaya-upaya
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pemeliharaan
kesehatan, pengobatan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif), dan
mengembalikan serta memfungsikan kembali baik individu, keluarga, kelompok,
dan masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakatnya (resosialisasi).
Dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas, kegiatan yang ditekankan
adalah upaya preventif dan promotif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif,
rehabilitatif, dan resosiliatif.

11
2.4.1 Upaya Promotif
Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu,
keluarga, keluarga, kelompok, dan masyarakat dengan jalan memberikan :
2.4.1.1 Penyuluhan kesehatan
2.4.1.2 Peningkatan gizi
2.4.1.3 Pemeliharaan kesehatan perseorangan
2.4.1.4 Pemeliharaan kesehatan lingkungan
2.4.1.5 Olahraga secara teratur
2.4.1.6 Rekreasi
2.4.1.7 Pendidikan seks
2.4.2 Upaya Preventif
Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan
gangguan terhadap kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat melalui kegiatan :
2.4.2.1 Imunisasi massal terhadap bayi, balita, dan ibu hamil.
2.4.2.2 Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu,
puskesmas, maupun kunjungan rumah.
2.4.2.3 Pemberian vitamin A dan yodium melalui posyandu, puskesmas,
ataupun di rumah.
2.4.2.4 Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas, dan menyusui.
2.4.3 Upaya Kuratif
Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota-anggota
keluarga, kelompok, dan masyarakat yang menderita penyakit atau
masalah kesehatan, melalui kegiatan :
2.4.3.1 Perawatan orang sakit di rumah (HomeNursing).
2.4.3.2 Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari
puskesmas dan rumah sakit.
2.4.3.3 Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu
bersalin, dan nifas.
2.4.3.4 Perawatan payudara.
2.4.3.5 Perawatan tali pusat bayi baru lahir.
2.4.4 Upaya Rehabilitatif
Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita-
penderita yang dirawat di rumah, maupun terhadap kelompok-kelompok
tertentu yang menderita penyakit yang sama, misalnya kusta, TBC, cacat
fisik dan lainnya, dilakukan melalui kegiatan :

12
2.4.4.1 Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti
penderita kusta, patah tulang, maupun kelainan bawaan.
2.4.4.2 Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit
tertentu, misalnya TBC: latihan nafas dan batuk; penderita stroke:
fisioterapi manual yang mungkin dilakukan oleh perawat.
2.4.5 Upaya Resosiliatif
Upaya resosiliatif adalah upaya mengembalikan individu, keluarga, dan
kelompok khusus ke dalam pergaulan masyarakat, di antaranya adalah
kelompok-kelompok yang diasingkan oleh masyarakat karena menderita
suatu penyakit, misalnya kusta, AIDS, atau kelompok-kelompok
masyarakat khusus seperti khusus Wanita Tuna Susila (WTS), tuna wisma,
dan lain-lain. Disamping itu, upaya resosiliatif meyakinkan masyarakat
untuk dapat menerima kembali kelompok yang mempunyai masalah
kesehatan tersebut dan menjelaskan secara benar masalah kesehatan yang
mereka derita. Hal ini tentunya membutuhkan penjelasan dengan
pengertian atau batasan-batasan yang jelas dan dapat dimengerti.

2.5 Kegiatan Praktek Keperawatan Komunitas


Kegiatan praktek keperawatan komunitas yang dilakukan perawat mempunyai
lahan yang luas dan tetap menyesuaikan dengan tingkat pelayanan kesehatan
wilayah kerja perawat, tetapi secara umum kegiatan praktek keperawatan
komunitas adalah sebagai berikut :
2.5.1 Memberikan asuhan keperawatan langsung kepada individu, keluarga,
kelompok khusus, baik di rumah (home nursing), di sekolah (school health
nursing), di perusahaan, di posyandu, di polindes, dan daerah binaan
kesehatan masyarakat.
2.5.2 Penyuluhan/pendidikan kesehatan masyarakat dalam rangka merubah
perilaku individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
2.5.3 Konsultasi dan pemecahan masalah kesehatan yang dihadapi.
2.5.4 Bimbingan dan pembinaan sesuai dengan masalah yang mereka hadapi.
2.5.5 Melaksanakan rujukan terhadap kasus-kasus yang memerlukan
penanganan lebih lanjut.
2.5.6 Penemuan kasus pada tingkat individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat.
2.5.7 Sebagai penghubung antara masyarakat dengan unit pelayanan kesehatan.

13
2.5.8 Melaksanakan asuhan keperawatan komunitas, melalui pengenalan
masalah kesehatan masyarakat, perencanaan kesehatan, pelaksanaan dan
penilaian kegiatan dengan menggunakan proses keperawatan sebagai suatu
usaha pendekatan ilmiah keperawatan.
2.5.9 Mengadakan koordinasi di berbagai kegiatan asuhan keperawatan
komunitas.
2.5.10 Mengadakan kerja sama lintas program dan lintas sektoral dengan instansi
terkait.
2.5.11 Memberikan keteladanan yang dapat dijadikan panutan oleh individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat yang berkaitan dengan keperawatan
dan kesehatan.

2.6 Prinsip Dasar


Perawatan kesehatan masyarakat merupakan bidang khusus dalam ilmu
keperawatan, yang merupakan gabungan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan, dan
ilmu sosial (WHO, 1959). Suatu bidang dalam keperawatan yang merupakan
perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran
serta masyarakat (Rapat Kerja Keperawatan Kesehatan Masyarakat, 1989).
Dengan demikian ada 3 teori yang menjadi dasar ilmu perawatan kesehatan
masyarakat yaitu : (1). Ilmu keperawatan, (2). Ilmu kesehatan masyarakat, dan
(3). Ilmu sosial (peran serta masyarakat).
2.6.1 Ilmu keperawatan
Konsep keperawatan dikarakteristikkan oleh 4 komponen konsep pokok
yang menjadi paradigma dalam keperawatan, dimana menggambarkan
hubungan teori-teori yang membentuk susunan yang mengatur teori-teori
tersebut berhubungan satu dengan lainnya, yaitu : konsep manusia, konsep
kesehatan, konsep masyarakat, dan konsep keperawatan. (Christine
Ibrahim, 1986).
2.6.2 Ilmu kesehatan masyarakat
Dalam mengaplikasikan praktek asuhan keperawatan dalam komunitas
diperlukan pengetahuan penunjang yang berkaitan dengan kesehatan
masyarakat, dalam melihat perspektif proses terjadinya masalah kesehatan
masyarakat yang erat kaitannya dengan ilmu epidemiologi, ilmu statistik
kesehatan sehingga masalah tersebut diketahui faktor penyebab dan
alternatif pemecahannya. Termasuk juga diperlukan pemahaman tentang
konsep puskesmas, PHC atau Posyandu, dan untuk merubah perilaku

14
masyarakat diperlukan pengetahuan yang berkaitan dengan pendidikan
kesehatan masyarakat. (Soekidjo Notoadmojo, 2003).
2.6.3 Ilmu sosial
Pengetahuan sosial kemasyarakatan penting untuk dipahami oleh seorang
perawat kesehatan masyarakat dalam menjalankan tugasnya, sebab akan
berhadapan dengan kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat.
Pengetahuan sosial yang dimaksud adalah ilmu pengembangan dan
pengorganisasian masyarakat, pendekatan edukatif dan teori tentang
pendekatan perubahan perilaku. Hal ini bisa dirasakan oleh petugas
kesehatan saat menjalankan tugas, peran, dan fungsinya dalam keluarga,
kelompok, atau masyarakat dengan berbagai latar belakang agama,
budaya, pendidikan, ekonomi, norma, adat istiadat, dan aturan-aturan yang
berlaku dalam masyarakat. (Nasrul Effendi, 1999). Dengan memahami
pengetahuan ilmu sosial petugas kesehatan masyarakat dapat melakukan
pendekatan untuk merubah perilaku masyarakat ke arah yang positif dalam
memelihara kesehatan keluarga, kelompok, dan masyarakat sehingga
menuju kemandirian (self care), di mana mereka diharapkan dapat
mengenal dan merumuskan masalah kesehatan yang mereka hadapi,
memprioritaskan dan mencari alternatif pemecahan masalah melalui
perencanaan bersama, kemudian melaksanakan kegiatan bersama
berdasarkan perencanaan yang mereka buat serta menilai hasil yang telah
dicapai.

2.7 Model Pendekatan


Pendekatan yang digunakan perawat dalam memecahkan masalah kesehatan
masyarakat yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
secara keseluruhan adalah pendekatan pemecahan masalah (problem solving
approach) yang dituangkan dalam proses keperawatan dengan memanfaatkan
pendekatan epidemiologi yang dikaitkan dengan upaya kesehatan dasar (PHC).

Pendekatan pemecahan masalah dimaksudkan bahwa setiap masalah yang


dihadapi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat akan dapat diatasi oleh
perawat melalui keterampilan melaksanakan intervensi keperawatan sebagai
bidang keahliannya dalam melaksanakan profesinya sebagai perawat kesehatan
masyarakat.

15
Bila kegiatan perawatan komunitas dan keluarga menggunakan pendekatan
terhadap keluarga binaan disebut sebagai family approach, maka bila pembinaan
keluarga berdasarkan atas seleksi kasus yang datang ke puskesmas yang dinilai
memerlukan tindak lanjut disebut dengan case approach, sedangkan bila
pendekatan yang digunakan adalah pendekatan yang dilakukan terhadap
masyarakat daerah binaan melalui survei mawas diri dengan melibatkan
partisipasi masyarakat disebut community approach.

2.8 Langkah-langkah Proses Keperawatan


Langkah-langkah dalam proses keperawatan di antaranya adalah sebagai berikut :
2.8.1 Proses keperawatan terbagi dalam empat tahap yaitu: identifikasi,
pengumpulan data, rencana dan kegiatan, serta penilaian (Depkes RI).
2.8.2 Proses keperawatan terbagi dalam enam tahap yaitu: membina hubungan
saling percaya dengan klien, pengkajian, penentuan tujuan bersama,
merencanakan tindakan bersama klien, melaksanakan kegiatan sesuai
dengan rencana, dan hasil evaluasi (Freeman).
2.8.3 Proses keperawatan terbagi dalam empat tahap yaitu: pengkajian,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi (SG Bailon).

Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya
langkah-langkah dalam proses keperawatan komunitas adalah :
2.8.1 Pengkajian
2.8.2 Diagnosis keperawatan
2.8.3 Perencanaan atau intervensi
2.8.4 Pelaksanaan atau implementasi
2.8.5 Evaluasi atau penilaian

Langkah-langkah dalam proses keperawatan di atas akan dibahas satu persatu dan
lebih mendalam.
2.8.1 Pengkajian (assessment)
Pengkajian adalah merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan
sistematis terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga
masalah yang dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga, atau
kelompok yang menyangkut permasalahan pada fisiologis, psikologis,
sosial ekonomi, maupun spiritual dapat ditentukan. Kegiatan-kegiatan
yang dilakukan perawat kesehatan masyarakat dalam mengkaji masalah

16
kesehatan baik di tingkat individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
adalah :
2.8.1.1 Pengumpulan Data
Tujuan pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh
informasi mengenai masalah kesehatan yang dihadapi individu,
keluarga, kelompok khusus, masyarakat melalui wawancara,
observasi, studi dokumentasi dengan menggunakan instrumen
pengumpulan data dalam menghimpun informasi, sehingga dapat
ditentukan tindakan yang harus diambil untuk mengatasi masalah
tersebut yang menyangkut aspek fisik, psikologis, sosial ekonomi,
dan spiritual serta faktor lingkungan yang mempengaruhinya.
Oleh karena itu, data yang dikumpulkan harus akurat dan dapat
dilakukan analisa data untuk pemecahan masalah.

Pengkajian yang diperlukan adalah inti komunitas beserta faktor


lingkungannya. Elemen pengkajian komunitas menurut Anderson
dan Mc Forlane (1958) terdiri dari inti komunitas yaitu meliputi
demografi, populasi, nilai-nilai keyakinan, dan riwayat individu
termasuk riwayat kesehatan. Sedangkan faktor lingkungannya
adalah lingkungan fisik, pendidikan, keamanan dan transportasi,
politik dan pemerintahan, pelayanan kesehatan dan sosial,
komunikasi, ekonomi serta rekreasi.

Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subjektif dan
objektif. Data subjektif adalah data yang diperoleh dari keluhan
atau masalah yang dirasakan oleh individu, keluarga, kelompok,
dan komunitas yang diungkapkan secara langsung melalui lisan.
Sedangkan data objektif merupakan data yang diperoleh melalui
suatu pemeriksaan, pengamatan, dan pengukuran.

Sumber data yang dikumpulkan dalam tahap pengkajian dapat


berupa data primer atau data sekunder. Data primer adalah data
yang dikumpulkan oleh pengkaji yang dalam hal ini mahasiswa
atau perawat kesehatan masyarakat dari individu, keluarga,
kelompok, dan komunitas berdasarkan hasil pemeriksaan atau
pengkajian. Sedangkan data sekunder merupakan data yang

17
diperoleh dari sumber yang tepercaya misalnya : kelurahan,
catatan riwayat kesehatan klien, atau medical record (Wahit,
2005).

Ada berbagai cara dalam pengumpulan data yaitu sebagai berikut:


a. Wawancara atau anamnesa
Wawancara adalah kegiatan komunikasi timbal balik yang
berbentuk tanya jawab antara perawat dengan pasien atau
keluarga pasien, maupun masyarakat tentang hal yang
berkaitan dengan masalah kesehatan pasien. Wawancara
harus dilakukan dengan ramah, terbuka, menggunakan
bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh pasien atau
keluarga pasien dan selanjutnya hasil wawancara atau
anmnesa dicatat dalam format proses keperawatan
b. Pengamatan
Pengamatan dalam keperawatan komunitas dilakukan
meliputi aspek fisik, psikologis, dan sikap dalam rangka
menegakkan diagnosis keperawatan. Pengamatan dilakukan
dengan menggunakan panca indera dan hasilnya dicatat
dalam format proses keperawatan.
c. Pemeriksaan fisik
Dalam keperawatan komunitas di mana salah satunya asuhan
keperawatan yang diberikan adalah asuhan keperawatan
keluarga, maka pemeriksaan fisik yang dilakukan dalam
upaya membantu menegakkan diagnosis keperawatan dengan
cara : inspeksi (yaitu melakukan pengamatan pada bagian
tubuh pasien atau keluarga yang sakit), palpasi (yaitu
pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara meraba pada
bagian tubuh yang mengalami gangguan), auskultasi (yaitu
pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan
bunyi bagian tubuh tertentu dan biasanya perawat komunitas
menggunakan stetoskop sebagai alat bantu untuk
mendengarkan denyut jantung, bising usus, suara paru, dan
sebagainya), dan perkusi (adalah cara pemeriksaan fisik yang
dilakukan dengan cara mengetukkan jari telunjuk atau alat
reflexhammer pada bagian tubuh yang diperiksa).

18
2.8.1.2 Pengolahan data
Setelah data diperoleh, kegiatan selanjutnya adalah pengolahan
data dengan cara sebagai berikut :
a. Klasifikasi data atau kategorisasi data dengan cara :
1. Karakteristik demografi
2. Karakteristik geografi
3. Karakteristik sosial ekonomi
4. Sumber dan pelayanan kesehatan (Anderson & MC
Farlene 1988).
5. Perhitungan presentase cakupan dengan menggunakan
Telly.
6. Tabulasi data
7. Interpretasi data
2.8.1.3 Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan untuk mengaitkan data dan
menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki
sehingga dapat diketahui tentang kesenjangan atau masalah yang
dihadapi oleh masyarakat apakah itu masalah kesehatan atau
masalah keperawatan. Tujuan dari analisa data adalah sebagai
berikut :
a. Menetapkan kebutuhan komunitas
b. Menetapkan kekuatan
c. Mengidentifikasi pola respons komunitas
d. Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan
kesehatan.
Analisa data dilaksanakan berdasarkan data yang telah diperoleh
dan disusun dalam suatu format yang sistematis. Dalam
menganalisa data memerlukan pemikiran yang kritis.
Data yang terkumpul kemudian dianalisa seberapa besar faktor
stresor yang mengancam dan seberapa berat reaksi yang timbul di
komunitas. Selanjutnya dirumuskan masalah atau diagnosa
keperawatan. Menurut Mueke (1987) masalah tersebut terdiri dari:
1) masalah sehat-sakit; 2) karakteristik populasi; serta 3)
karakteristik lingkungan.

19
2.8.1.4 Perumusan Masalah Kesehatan
Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan
keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat, sekaligus dapat
dirumuskan yang selanjutnya dilakukan intervensi. Namun
demikian masalah yang telah dirumuskan tidak mungkin dapat
diatasi sekaligus. Oleh karena itu, diperlukan prioritas masalah.
Dalam menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat dan
keperawatan perlu mempertimbangkan berbagai faktor sebagai
kriteria, di antaranya adalah :
a. Perhatian masyarakat
b. Prevalensi kejadian
c. Berat ringannya masalah
d. Kemungkinan masalah untuk diatasi
e. Tersedianya s
f. umber daya masyarakat
g. Aspek politis
Prioritas masalah juga dapat ditentukan berdasarkan hierarki
kebutuhan menurut Abraham H. Maslow yaitu sebagai berikut :
a. Keadaan yang mengancam kehidupan
b. Keadaan yang mengancam kesehatan
c. Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan

Dalam menyusun atau mengurut masalah atau diagnosis


komunitas sesuai dengan prioritas (penapisan) yang digunakan
dalam keperawatan komunitas adalah format penapisan menurut
Mueke, dengan format yaitu sebagai berikut :

20
Kriteria Penapisan
Tersedia Sumber

Kemungkinan untuk pendidikan kesehatan


Sesuai dengan peran perawat komunitas

Sesuai dengan program pemerintah


Diagnosa

Kemungkinan untuk diatasi


Keperawatan

Sumber daya peralatan


Komunitas
Jumlah yang berisiko

JUMLAH SKORE
Sumber daya tempat
Sumber daya waktu

Sumber daya orang


Sumber daya dana
Minat masyarakat
Besarnya risiko

Menetapkan skala prioritas dilakukan untuk menentukan tindakan


yang lebih dahulu ditanggulangi karena dianggap dapat
mengancam kehidupan masyarakat secara keseluruhan dengan
mempertimbangkan: 1) masalah spesifik yang mempengaruhi
kesehatan masyarakat; 2) kebijaksanaan nasional dan wilayah
setempat; 3) kemampuan dan sumber daya masyarakat, dan 4)
keterlibatan, partisipasi, dan peran serta masyarakat.
Kriteria skala prioritas :
a. Perhatian masyarakat, meliputi: pengetahuan, sikap,
keterlibatan emosi masyarakat terhadap masalah kesehatan
yang dihadapi dan urgensinya untuk segera ditanggulangi.
b. Prevalensi menunjukkan jumlah kasus yang ditemukan pada
suatu kurun waktu tertentu.
c. Besarnya masalah adalah seberapa jauh masalah-masalah
tersebut dapat menimbulkan gangguan terhadap kesehatan
masyarakat.
d. Kemungkinan masalah untuk dapat dikelola dengan
mempertimbangkan berbagai alternatif dalam cara-cara
pengelolaan masalah-masalah yang menyangkut biaya,
sumber daya, sarana yang tersedia dan kesulitan yang
mungkin timbul (Effendi Nasrul, 1995).

21
2.8.1.5 Diagnosis keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah respons individu pada masalah
kesehatan baik yang aktual maupun potensial. Masalah aktual
adalah masalah yang diperoleh pada saat pengkajian sedangkan
masalah potensial adalah masalah yang mungkin timbul. Jadi,
yang dimaksud dengan diagnosis keperawatan adalah suatu
pernyataan yang jelas, padat, dan pasti tentang status dan masalah
kesehatan pasien yang dapat diatasi dengan tindakan
keperawatan. Dengan demikian diagnosis keperawatan ditetapkan
berdasarkan masalah yang ditemukan. Diagnosis keperawatan
akan memberikan gambaran tentang masalah dan status kesehatan
masyarakat baik yang nyata (aktual) maupun yang mungkin akan
terjadi (potensial). Dasar penentuan masalah keperawatan
kesehatan masyarakat antara lain : 1) masalah yang ditetapkan
dari data umum; b) masalah yang dianalisa dari kesenjangan
pelayanan kesehatan. Diagnosis keperawatan mengandung
komponen utama yaitu sebagai berikut :
a. Problem (masalah)
Problem merupakan kesenjangan atau penyimpangan dari
keadaan normal yang seharusnya terjadi.
b. Etiologi (penyebab)
Menunjukkan penyebab masalah kesehatan atau keperawatan
yang dapat memberikan arah terhadap intervensi keperawatan
yang meliputi :
1. Perilaku individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
2. Lingkungan fisik, biologis, psikologis, dan sosial.
3. Interaksi perilaku dan lingkungan.
c. Sign atau symptom (tanda dan gejala)
Merupakan informasi yang perlu untuk merumuskan
diagnosa atau serangkaian petunjuk timbulnya suatu masalah.
Perumusan diagnosis keperawatan dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu sebagai berikut :
1. Dengan rumus PES (Problem + Etiologi + Symptom)
2. Dengan rumus PE (Problem + Etiologi)

22
Jadi, menegakkan diagnosa keperawatan minimal harus
mengandung dua komponen tersebut di atas, di samping
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
1. Kemampuan masyarakat untuk menanggulangi masalah
2. Sumber daya yang tersedia dari masyarakat
3. Partisipasi dan peran serta masyarakat
d. Perencanaan (intervensi) keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana
tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk
mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis keperawatan
yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan
pasien. Jadi, perencanaan asuhan keperawatan kesehatan
masyarakat disusun berdasarkan diagnosa keperawatan yang
telah ditetapkan dan rencana asuhan keperawatan disusun
harus mencakup: perumusan tujuan, rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan, dan kriteria hasil untuk
menilai pencapaian tujuan.
e. Perumusan tujuan
Dalam merumuskan tujuan harus memenuhi kriteria yaitu
sebagai berikut :
1. Berfokus pada masyarakat
2. Jelas dan singkat
3. Dapat diukur dan diobservasi
4. Realistik
5. Ada target waktu
6. Melibatkan peran serta masyarakat

Dalam pencapaian tujuan dengan menggunakan formulasi


kriteria yang mencakup yaitu sebagai berikut :
T = S + P + K.1 + K.2
Keterangan :
T = Tujuan
S = Subjek
P = Predikat
K.1 = Kondisi
K.2= Kriteria

23
Selain itu dalam perumusan tujuan :
1. Dibuat berdasarkan goal = sasaran dibagi hasil akhir
yang diharapkan
2. Perilaku yang diharapkan berubah
S = Spesifik
M = Measurable atau dapat diukur
A = Attainable atau dapat dicapai
R = Relevant/Realistic atau sesuai
T = Time-Bound atau waktu tertentu
S = Sustainable atau berkelanjutan
f. Rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan
Langkah-langkah dalam perencanaan keperawatan kesehatan
masyarakat yaitu sebagai berikut :
1. Identifikasi alternatif tindakan keperawatan.
2. Tetapkan teknik dan prosedur yang akan digunakan.
3. Melibatkan peran serta masyarakat dalam menyusun
perencanaan melalui kegiatan musyawarah masyarakat
desa atau lokakarya mini.
4. Pertimbangkan sumber daya masyarakat dan fasilitas
yang tersedia.
5. Tindakan yang akan dilaksanakan harus dapat memenuhi
kebutuhan yang sangat dirasakan masyarakat.
6. Mengarah kepada tujuan yang akan dicapai.
7. Tindakan harus bersifat realistik.
8. Disusun secara berurutan.
g. Kriteria hasil untuk menilai pencapaian tujuan
Penentuan kriteria dalam perencanaan keperawatan
komunitas adalah sebagai berikut :
1. Menggunakan kata kerja yang tepat.
2. Dapat dimodifikasikan.
3. Bersifat spesifik :
a) Siapa yang melakukannya ?
b) Apa yang dilakukan ?
c) Di mana dilakukan ?
d) Kapan dilakukan ?
e) Bagaimana melakukan ?

24
f) Frekuensi melakukan ?
h. Pelaksanaan (implementasi) keperawatan
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan
keperawatan yang telah disusun. Dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan perawat kesehatan masyarakat harus bekerja
sama dengan anggota tim kesehatan lainnya, dalam hal ini
melibatkan pihak Puskesmas, bidan desa, dan anggota
masyarakat. Prinsip yang umum digunakan dalam
pelaksanaan atau implementasi pada keperawatan komunitas
adalah sebagai berikut :
1. Inovatif
Perawat kesehatan masyarakat harus mempunyai
wawasan luas dan mampu menyesuaikan diri dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
dan berdasarkan iman dan takwa (IMTAQ).
2. Integrated
Perawat kesehatan masyarakat harus mampu bekerja
sama dengan sesama profesi, tim kesehatan lain,
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
berdasarkan asas kemitraan.
3. Rasional
Perawat kesehatan masyarakat dalam melakukan asuhan
keperawatan harus menggunakan pengetahuan secara
rasional demi tercapainya rencana program yang telah
disusun.
4. Mampu dan mandiri
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan mempunyai
kemampuan dan kemandirian dalam melaksanakan
asuhan keperawatan serta kompeten.
5. Ugem
Perawat kesehatan masyarakat harus yakin dan percaya
atas kemampuannya dan bertindak dengan sikap optimis
bahwa asuhan keperawatan yang diberikan akan tercapai.
Dalam melaksanakan implementasi yang menjadi fokus
adalah : program kesehatan komunitas dengan strategi
komunitas organisasi dan partnerships in community.

25
Selain prinsip di atas, prinsip lain yang perlu diperhatikan
adalah :
1. Berdasarkan respons masyarakat.
2. Disesuaikan dengan sumber daya yang tersedia pada
masyarakat.
3. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
pemeliharaan diri sendiri serta lingkungannya.
4. Menekankan pada aspek peningkatan kesehatan dan
pencegahan penyakit.
5. Mempertimbangkan kebutuhan kesehatan dan perawatan
masyarakat secara essential.
6. Memperhatikan perubahan lingkungan masyarakat.
7. Melibatkan partisipasi dan peran serta masyarakat dalam
pelaksanaan perawatan.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan yaitu :


a. Keterpaduan antara: biaya, tenaga, waktu, lokasi, sarana
dan prasarana dengan pelayanan kesehatan maupun
lintas sektor lainnya.
b. Keterlibatan petugas kesehatan lain, kader, dan tokoh
masyarakat dalam rangka alih peran.
c. Tindakan keperawatan yang dilakukan dicatat dan
didokumentasikan.
d. Adanya penyelenggaraan sistem rujukan baik medis
maupun rujukan kesehatan.

Level pencegahan dalam praktek keperawatan komunitas


terdiri atas :
a. Pencegahan Primer
Pencegahan yang terjadi sebelum sakit atau
ketidakfungsinya dan diaplikasikannya ke dalam
populasi sehat pada umumnya dan perlindungan khusus
terhadap penyakit.

26
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder menekankan diagnosa diri dan
intervensi yang tepat untuk menghambat proses
patologis, sehingga memperpendek waktu sakit dan
tingkat keparahan.
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dimulai pada saat cacat atau terjadi
ketidakmampuan stabil atau menetap atau tidak dapat
diperbaiki sama sekali. Rehabilitasi sebagai pencegahan
primer lebih dari upaya menghambat proses penyakit
sendiri, yaitu mengembalikan individu kepada tingkat
berfungsi optimal dari ketidakmampuannya.
i. Penilaian/Evaluasi
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan
tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat
dengan membandingkan antara proses dengan pedoman atau
rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan
dilihat dengan membandingkan antara tingkat kemandirian
masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan tingkat
kemajuan kesehatan masyarakat komunitas dengan tujuan
yang telah ditetapkan atau dirumuskan sebelumnya. Evaluasi
dilakukan atas respons komunitas terhadap program
kesehatan. Hal-hal yang perlu dievaluasi adalah masukan
(input) pelaksanaan (proses) dan hasil akhir (output).
Penilaian yang dilakukan berkaitan dengan tujuan yang akan
dicapai, sesuai dengan perencanaan yang telah disusun
semula. Ada 4 dimensi yang harus dipertimbangkan dalam
melaksanakan penilaian yaitu : a) daya guna; b) hasil guna; c)
kelayakan; serta d) kecukupan. Kegiatan yang dilakukan
dalam penilaian menurut Narul Effendy, 1998 adalah sebagai
berikut :
1. Membandingkan hasil tindakan yang dilaksanakan
dengan tujuan yang telah ditetapkan.
2. Menilai efektifitas proses keperawatan mulai dari tahap
pengkajian sampai dengan pelaksanaan.

27
3. Hasil penilaian keperawatan digunakan sebagai bahan
perencanaan selanjutnya apabila masalah belum teratasi.
4. Perlu dipahami bersama oleh perawat kesehatan
masyarakat bahwa evaluasi dilakukan dengan melihat
respons komunitas terhadap program kesehatan. Macam
evaluasi: (1) formatif dan summatif, (2) input, procces,
dan output.

Fokus evaluasi adalah :


a. Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada
dengan pelaksanaan.
b. Perkembangan atau kemajuan proses.
c. Efisiensi biaya.
d. Efektivitas kerja.
e. Dampak : apakah status kesehatan meningkat/menurun,
dalam jangka waktu berapa.

Perubahan ini dapat diamati seperti gambar di bawah ini :


Gambar 2.1 Peran memandirikan klien dalam menanggulangmasalah kesehatan
Keterangan:

: Peran
Masyarakat

: Peran
Perawat
Pada gambar di atas dapat dijelaskan alih peran untuk memandirikan klien
dalam menanggulangi masalah kesehatan. Pada awalnya peran perawat lebih
besar dari pada klien dan berangsur-angsur peran klien lebih besar dari pada
perawat. Kegunaan evaluasi adalah sebagai berikut :
a. Menentukan perkembangan keperawatan kesehatan masyarakat yang
diberikan.
b. Menilai hasil guna, daya guna, dan produktivitas asuhan keperawatan yang
diberikan.
c. Menilai asuhan keperawatan dan sebagai umpan balik untuk memperbaiki
atau menyusun rencana baru dalam proses keperawatan.

28
Dalam hasil evaluasi, terdapat tiga kemungkinan yaitu :
a. Tujuan tercapai
Apabila individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat telah menunjukkan
kemajuan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
b. Tujuan tercapai sebagian
Apabila tujuan itu tidak tercapai secara maksimal, sehingga perlu dicari
penyebab dan cara memperbaikinya atau mengatasinya.
c. Tujuan tidak tercapai
Apabila individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat tidak menunjukkan
perubahan kemajuan sama sekali bahkan timbul masalah baru. Dalam hal ini
perlu dikaji secara mendalam apakah terdapat problem dalam data, analisis,
diagnosis, tindakan, dan faktor-faktor yang lain yang tidak sesuai sehingga
menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan.

Tujuan akhir dari perawatan komunitas adalah kemandirian keluarga yang


terkait dengan lima tugas keluarga yaitu : mengenal masalah kesehatan,
mengambil keputusan tindakan kesehatan, merawat anggota keluarga,
menciptakan lingkungan yang dapat mendukung upaya peningkatan
kesehatan keluarga serta memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang
tersedia, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pemecahan masalah
keperawatan yaitu melalui proses keperawatan.

29

Anda mungkin juga menyukai