Anda di halaman 1dari 2

Latar Belakang Infeksi Post Partum

Dinegara maju, kebanyakan perempuan hamil dalam keadaan sehat dan bergizi baik. Mereka
melahirkan bayinya dirumah sakit atau rumah sakit bersalin dan sedikit yang menjadi subjek dari
berbagai prosedur diagnostic yang infasif seperti dialami oleh kebanyakan pasien rumah sakit.
Bahkan untuk mereka yang memerlukan secsio sesarea, pembedahannya berlangsung singkat
(kurang dari satu jam), biasanya tidak ada komplikasi, kateterisasi urin, kalau perlu sebentar (1-2
hari), dan jarang sekali memerlukan bantuan ventilasi pasca bedah. Disamping itu, kebanyakan
perempuan hamil tidak menggunakan antibiotic sistemik dan tidak memerlukan perawatan lama
sebelum persalinan (Tietjen, L, Bossemeyer, D & McIntosh, N, 2004).

Dinegara-negara yang sedang berkembang infeksi pasca persalinan tetap menjadi nomor dua
dari perdarahan pasca persalinan yang menjadi penyebab kematian maternal, dan menjadi
penyebab utama komplikasi maternal dari persalinan. Hal ini masih tetap terjadi sekalipun lebih
dari 150 tahun yang lalu. Semmelweis dan holmes secara terpisah mengatakan bahwa tidak
hanya demam anak, sepsis puerperalis, juga disebarkan dari perempuan lain keperempuan dari
tangan dokter (Tietjen, L, Bossemeyer, D & McIntosh, N, 2004).

Morbiditas postpartum dikatakan ada bila seorang ibu bersalin mengalami demam yang bersuhu
sekurangnya 380C (100,4F) pada dua kesempatan atau lebih dalam masa 10 hari setelah
melahirkan, tidak termasuk 24 jam pertama (Rayburn,WF& Carey, JC, 2001).

Infeksi pascapartum terjadi pada sekitar 6 % kelahiran di Amerika serikat dan kemungkinan besar
merupakan penyabab utama morbiditas dan mortalitas maternal diseluruh dunia. Organism
yang paling sering menginfeksi ialah organisme streptococcus dan bakteri anaerobic. Infeksi
staphylococcus aureus, gonococcus, koliformis, dan klosrtidia lebih jarang terjadi, tetapi
merupakan organism pathogen serius yang menyebabkan infeksi pascapartum.

Insidensi morbiditas demam berpariasi besar, berkisar dari 1% untuk wanita yang tergolong tidak
miskin yang melahirkan melalui vagina sampai setinggi 87% untuk wanita miskin yang
melahirkan melalui bedah sesar. Factor-faktor yang secara pasti telah dikenali dan yang dapat
meninggikan resiko infeksi adalah bedah sesar darurat, persalinan darurat, dan ketuban pecah
sudah 6 jam atau lebih, dan status sosio ekonomi yang rendah. Factor-faktor lain yang bisa
mempengaruhi risiko infeksi tetapi yang korelasinya terbukti kurang kuat adalah anemia,
anastesia umum, keadaan gizi yang buruk, obesitas, dan banyak kali mengalami pemeriksaan
melalui vagina. Semua factor-faktor lain serupa, pemakaian monitoring janin secara internal
tampaknya tidak mempengaruhi risiko infeksi rahim (Rayburn,WF & Carey, JC, 2001).

Seratus tahun yang lalu sekitar satu dalam 50 wanita yang melahirkan dirumah sakit, meninggal
karena infeksi yang biasanya terjadi pada masa puerperium. Hal ini sekarang sudah jauh
berkurang, pertama akibat pengertian asepsis dan antisepsis yang lebih baik dan kedua karena
diperkenalkannya kemoterapi dan antibiotika (Chamberlain,G & Dewhurst, SJ, 1994).

Anda mungkin juga menyukai