Anda di halaman 1dari 15

KEBIJAKAN, PANDUAN, SPO

SECOND OPINION

RUMAH SAKIT BERSALIN SENTOSA


MAKASSAR
2015
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT BERSALIN SENTOSA
NOMOR : .TAHUN 2015
TENTANG
KEBIJAKAN SECOND OPINION
RUMAH SAKIT BERSALIN SENTOSA

DIREKTUR RUMAH SAKIT BERSALIN SENTOSA MAKASSAR

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka meningkatkan partisipasi pasien dan keluarga di


Rumah Sakit Bersalin Sentosa Makassar, maka dalam pemberian
pelayanan pasien dan keluarga dilibatkan.
b. Bahwa agar partisipasi pasien dan keluarga dalam pelayanan dapat
terlaksana dengan baik, perlu dibuat Keputusan Direktur RSB Sentosa
Makassar sebagai landasan penyelenggaraan second opinion.
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dilihat pada butir a dan b
perlu ditetapkan dalam bentuk Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit
Bersalin Sentosa Makassar.

Mengingat : 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor.Tentang


Perlindungan Konsumen.
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1,
tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063.
3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
153. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072).
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor.. Tahun 1996
Tentang Tenaga Kesehatan.

Memutuskan

Menetapkan :
Pertama : Keputusan Direktur Rumah Sakit Bersalin Sentosa Makassar tentang
kebijakan Second Opinion di Rumah Sakit Bersalin Sentosa Makassar.
Kedua : Kebijakan Second Opinion Rumah Sakit Bersalin Sentosa sebagaimana
tercantum dalam lampiran Keputusan ini.
Ketiga : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan Second Opinion Rumah Sakit
Bersalin Sentosa Makassar dilaksanakan oleh Semua Petugas Rumah Sakit
Bersalin Sentosa Makassar dalam hal ini Bidan dan Perawat.
Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal di tetapkannya dan apabila di kemudian
hari terdapat kekeliruan dalam keputusan ini, maka diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya

Ditetapkan : Di Makassar
Pada Tanggal :

Direktur Rumah Sakit Bersalin Sentosa

dr. Natalia Howarto


Lampiran Kebijakan Menyampaikan Komplain / Keluhan

Kebijakan
1. Semua Pasien di Rumah Sakit Bersalin Sentosa Makassar yang memerlukan pendapat:
a. Terhadap tindakan diagnose penyakit
b. Terhadap tindakan yang akan dilakukan
2. Rumah Sakit Bersalin Sentosa menginformasikan kepada pasien sebelum tindakan
dilakukan, tentang Resiko tindakan dan komplikasi yang mungkin akan terjadi,
prognosis terhadap tindakan yang dilakukan apabila pasien Rumah Sakit Bersalin
Sentosa Makassar membutuhkan Second Opinion.

Direktur Rumah Sakit Bersalin Sentosa

dr. Natalia Howarto


Kebijakan Second Opinion

Kebijakan :
Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) / Perawat yang memberikan Penjelasan
Panduan Meminta Pendapat Lain (Second Opinion)

A. Definisi
1. Opini Medis adalah pendapat, pikiran atau pendirian dari seorang dokter atau ahli medis
terhadap suatu diagnose, terapi dan rekomendasi medis lain terhadap penyakit
seseorang.
2. Meminta pendapat lain (Second Opinion) adalah pendapat medis yang diberikan oleh
dokter lain terhadap suatu diagnose atau terapi maupun rekomendasi medis lain terhadap
penyakit yang diderita pasien. Mencari pendapat lain bisa dikatakan sebagai
upayapenemuan sudut pandang lain dari dokter kedua setelah pasien mengunjungi atau
berkonsultasi dengan dokter pertama. Second opinion hanyalah istilah, karena dalam
realitanya dilapangan, kadang pasien bisa jadi menemui lebih dari dua dokter untuk
dimintakan pendapat medisnya.
Meminta pendapat lain atau Second Opinion juga diatur dalam Undang-undang No. 44
Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, bagian empat pasal 32 poin H tentang hak pasien,
disebutkan bahwa Setiap pasien memiliki hak meminta konsultasi tentang penyakit yang
dideritanya kepada dokter lain yang mempunyai Surat Izin Praktek (SIP) baik didalam
maupun di luar Rumah Sakit.

B. Ruang Lingkup
Perbedaan diagnosis dan penatalaksanaan penyakit oleh dokter sering terjadi
dibelahan dunia manapun. Di Negara yang paling maju dalam bidang kedokteranpun, para
dokter masih saja sering terjadi perbedaan dalam diagnosis maupun proses terapi, sehingga
menimbulkan keraguan pada pasien dan keluarganya. Begitu juga di Indonesia, perbedaan
pendapat para dokter dalam mengobati penderita adalah hal yang biasa terjadi.perbedaan
dalam penentuan diagnosis dan penatalaksanaan mungkin tidak menjadi masalah serius bila
tidak menimbulkan konsekuensi yang berbahaya dan merugikan bagi penderita. Tetapi bila
hal itu menyangkut kerugian biaya yang besar dan ancaman nyawa maka harus lebih
dicermati. Sehingga sangatlah penting bagi pasien dan keluarga untuk mendapatkan second
opinion dokter lain tentang permasalahan kesehatannya sehingga mendapatkan hasil
pelayanan kesehatan yang maksimal.
Dengan semakin meningkatnya informasi dan teknologi maka semakin terbuka
wawasan ilmu pengetahuan dan informasi tentang berbagai hal dalam kehidupan ini.
Demikian juga dalam pengetahuan masyarakat tentang wawasan dan pengetahuan tentang
permasalahan kesehatannya. Informasi yang sepotong-sepotong atau salah dalam
menginterpretasikan informasi seorang pasien akan berakibat pasien atau keluarganya
merasa tindakan dokter salah atau tidak sesuai standar. Hal ini juga membuat pasien dan
keluarganya mempertahankan informasi yang didapat tanpa mempertimbangkan masukan
dari dokter tentang fakta yang sebenarnya terjadi.
1. Pentingnya second opinion untuk pasien adalah:
a). Kesalahan diagnosis dan penatalaksanaan pengobatan dokter sering terjadi di
belahan dunia manapun, termasuk di Indonesia.
b). Perbedaan pendapat para dokter dalam mengobati penderita adalah hal yang biasa
terjadi, dan hal ini mungkin tidak menjadi masalah serius bila tidak menimbulkan
konsekuensi yang berbahaya dan merugikan bagi penderita.
c). Second opinion dianjurkan bila menyangkut ancaman nyawa, kerugian biaya atau
dampak financial yang besar.
2. Permasalahan kesehatan yang memerlukan Second Opinion:
a). Keputusan dokter tentang tindakan operasi, apalagi yang akan membuat perubahan
anatomis permanen pada tubuh pasien dan tindakan operasi lainnya.
b). Keputusan dokter tentang pemberian obat jangka panjang lebih dari 2 minggu,
misalnya pemberian obat TBC jangka panjang, pemberian antibiotika jangka
panjang dan pemberian obat-obat jangka panjang lainnya.
c). Keputusan dokter dalam pemberian obat yang sangat mahal : baik obat minum,
antibiotika, susu mahal atau pemberian imunisasi yang sangat mahal
d). Kebiasaan dokter memberikan terlalu sering antibiotika berlebihan pada kasus
yang tidak seharusnya diberikan: seperti infeksi saluran nafas, diare, muntah,
demam virus, dan sebagainya. Biasanya dokter memberikan diagnosis infeksi virus
tetapi selalu diberi antibiotika.
e). Keputusan dokter dalam pemeriksaan laboratorium dengan biaya sangat besar.
f). Keputusan dokter tentang suatu penyakit yang berulang diderita, misalnya:
penyakit tifus berulang.
g). Keputusan diagnosis dokter yang meragukan: biasanya dokter tersebut
menggunakan istilah gejala seperti gejala tifus, gejala ADHD, gejala demam
berdarah, gejala usus buntu. Atau diagnosis autis ringan, ADHD ringan dan
gangguan perilaku lainnya.
h). Ketika pasien didiagnosis penyakit serius seperti kanker, maka pasien pun biasanya
diizinkan meminta pendapat lain.
i). Keputusan pemeriksaan dan pengobatan yang tidak direkomendasikan oleh
institusi kesehatan nasional atau internasional: seperti pengobatan dan terapi
bioresonansi, terapi antibiotika yang berlebihan dan tidak sesuai dengan indikasi.
3. Dalam rangka membantu pasien untuk mendapatkan second opinion, Rumah Sakit perlu
memberikan beberapa pertimbangan kepada pasien atau keluarga, sebagai berikut:
a). Second opinion sebaiknya didapat dari dokter yang sesuai kompetensinya atau
keahliannya.
b). Rekomendasi atau pengalaman keberhasilan pengobatan teman atau keluarga
terhadap dokter tertentu dengan kasus yang sama sangat penting untuk dijadikan
referensi. Karena, pengalaman yang sama tersebut sangatlah penting dijadikan
sumber referensi.
c). Carilah informasi sebanyak-banyaknya di internet tentang permasalahan kesehatan
tersebut. Jangan mencari informasi sepotong-sepotong, karena seringkali
akurasinya tidak dapat dipertanggung jawabkan. Carilah sumber informasi internet
dari sumber yang kredibel seperti: WHO, CDC, IDAI, IDI, atau organisasi resmi
lainnya.
d). Bila keadaan emergensi atau kondisi tertentu maka keputusan second opinion juga
harus dilakukan dalam waktu singkat.
e). Mencari second opinion diutamakan kepada dokter yang dapat menjelaskan dengan
mudah, jelas, lengkap dan dapat diterima dengan logika. Dokter yang beretika
tidak akan pernah menyalahkan dokter yang sebelumnya atau tidak pernah
menjelekkan pendapat dokter yang sebelumnya atau menganggap dirinya yang
paling benar.
f). Bila melakukan second opinion sebaiknya tidak menceritakan pendapat dokter
sebelumnya atau mempertentangkan pendapat dokter sebelumnya, agar dokter
terakhir tersebut dapat obyektif dalam menangani kasusnya, kecuali dokter tersebut
menanyakan pengobatan yang sebelumnya pernah diberikan atau pemeriksaan
yang telah dilakukan.
g). Bila sudah memperoleh informasi tentang kesehatan jangan menggurui dokter yang
anda hadapi karena informasi yang anda dapat belum tentu benar. Tetapi sebaiknya
anda diskusikan informasi yang anda dapat dan mintakan pendapat dokter tersebut
tentang hal itu.
h). Bila pendapat lain dokter tersebut berbeda, maka biasanya penderita dapat
memutuskan salah satu keputusan berdasarkan argument yang dapat diterima
secara logika. Dalam keadaan tertentu disarankan mengikuti advis dari dokter yang
terbukti terdapat perbaikan bermakna dalam perjalanan penyakitnya. Bila hal itu
masih membingungkan tidak ada salahnya melakukan pendapat ketiga. Biasanya
dengan berbagai pendapat tersebut penderita akan dapat memutuskannya. Bila
pendapat ketiga tersebut masih sulit dipilih biasanya kasus yang dihadapi adalah
kasus yang sangat sulit.
i). Keputusan second opinion terhadap terapi alternative sebaiknya tidak dilakukan
karena pasti terjadi perbedaan pendapat dengan pemahaman tentang kasus yang
berbeda dan latar belakang ke ilmuan yang berbeda.
j). Kebenaran ilmiah di bidang kedokteran tidak harus berdasarkan senioritas dokter
atau gelar yang disandang. Tetapi berdasarkan kepakaran dan landasan
pertimbangan ilmiah berbasis bukti penelitian di bidang kedokteran (Evidance
Base Medicine).

C. Tata Laksana
Second opinion atau mencari pendapat lain yang berbeda merupakan hak seorang
pasien dalam memperoleh jasa pelayanan kesehatannya. Hak yang dipunyai pasien ini
adalah hak mendapatkan pendapat lain (second opinion) dari dokter lainnya. Untuk
mendapatkan pelayanan yang optimal, pasien tidak usah ragu untuk mendapatkan second
opinion tersebut. Memang biaya yang dikeluarkan akan menjadi banyak, tetapi paling tidak
bermanfaat untuk mengurangi resiko kemungkinan komplikasi atau biaya yang lebih besar
lagi yang akan dialaminya. Misalnya, pasien sudah direncanakan operasi Caesar atau
operasi usus buntu tidak ada salahnya melakukan permintaan pendapat dokter lain.
Dalam melakukan second opinion tersebut sebaiknya dilakukan terhadap dokter
yang sama kompetensinya. Misalnya, tindakan operasi Caesar harus minta second opinion
kepada sesama dokter kandungan bukan ke dokter umum. Bila pemeriksaan laboratorium
yang dianjurkan dokter sangat banyak dan mahal, tidak ada salahnya minta pendapat ke
dokter lain yang kompeten. Hak pasien untuk meminta konsultasi tentang penyakit yang
dideritanya kepada dokter lain yang mempunya Surat Izin Praktek (SIP) baik didalam
maupun luar Rumah Sakit.
Manfaat yang bisa didapatkan dari Second Opinion adalah pasien lebih teredukasi
mengenai masalah kesehatan yang dihadapinya. Terdapat kondisi yang meragukan bagi
pasien pada saat meminta pendapat lain, misalnya ketika dokter pertama menyarankan
operasi, tidak mengherankan jika pendapat dari dokter lain akan berbeda, oleh karena setiap
penyakit memiliki gejala klinis yang berbeda ketika hadir di ruang periksa sehingga
mempengaruhi keputusan dokter.
Untuk mendapatkan second opinion, pasien dan keluarganya menghubungi
perawat atau langsung kepada dokter yang merawatnya kemudian mengemukakan
keinginannya untuk mendapatkan pendapat lain atau second opinion. Dokter yang merawat
berkewajiban menerangkan kepada pasien dan keluarganya hal yang perlu dipertimbangkan
dalam mendapatkan second opinion (terdapat dalam panduan ini). Apabila keputusan
mengambil pendapat lain disepakati, maka formulir permintaan pendapat lain (Second
Opinion) diisi oleh pasien atau walinya dan diketahui oleh dokter (DPJP) serta saksi.

D. Dokumentasi
1. Panduan Hak & Kewajiban Pasien
2. Formulir permintaan Pendapat Lain (Second Opinion)
RUJUKAN

1. Undang-undang RI No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit


2. Kementerian Kesehatan RI. Standard Akreditasi Rumah Sakit Tahun 2011
RUMAH SAKIT BERSALIN KONSULTASI TENTANG MASALAH
SENTOSA PENYAKIT DARI PASIEN KEPADA
DOKTER LAIN (SECOND OPINION)
JL. JENDERAL SUDIRMAN NO. 52,
MAKASSAR 90113
No. Dokumen No. Revisi Halaman
TELEPON : (0411) 3612720, 3624248
FAX : (0411) 3619711
EMAIL : rsbsentosa@gmail.com

Tanggal Terbit Ditetapkan Direktur


Standar Prosedur Operasional

dr. Natalia Howarto

Pegertian : Konsultasi tentang masalah penyakit dari pasien kepada dokter lain
(Second Opinion) adalah permintaan dari pasiem dan atau keluarga
untuk mendapatkan informasi atau masukan lain terkait dengan
diagnosis, rencana tindakan dan pengobatan dari penyakitnya
kepada dokter lain didalam atau diluar Rumah Sakit tempat pasien
dirawat

Tujuan : 1. Pemenuhan hak pasien dan keluarga terkait dengan penyakit


dari pasien
2. Mendapatkan informasi yang lebih lengkap tentang masalah
penyakit dari pasien dan pilihan pengobatan

Kebijakan : SK direktur RSB Sentosa tentang hak dan kewajiban pasien beserta
keluarga di RSB Sentoa

Prosedur :
1. Pasien dan keluarga pasien menyampaikan permohonan
dengan cara mengisi format second opinion secara tertulis
kepada DPJP yang merawat pasien tersebut untuk
mendapatkan surat pengantar second opinion ke dokter yang
dituju di Luar maupun di dalam Rumah Sakit
2. Pasien dan keluarga menyerahkan hasil second opinion
kepada DPJP yang merawat pasien
3. Dokter DPJP yang merawat pasien berhak menerima atau
menolak untuk menggunakan pendapat dari dokter yang
memberikan second opinion dalam proses penegakan
diagnosis, rencana tindakan dan pengobatan yang diberikan
kepada pasien
4. Apabila DPJP menolak hasil second opinion maka pasien
berhak untuk melanjutkan atau tidak proses perawatan dan
pengobatan dengan DPJP
RUMAH SAKIT BERSALIN KONSULTASI TENTANG MASALAH
SENTOSA PENYAKIT DARI PASIEN KEPADA
DOKTER LAIN (SECOND OPINION)
JL. JENDERAL SUDIRMAN NO. 52,
MAKASSAR 90113
No. Dokumen No. Revisi Halaman
TELEPON : (0411) 3612720, 3624248
FAX : (0411) 3619711
EMAIL : rsbsentosa@gmail.com

Tanggal Terbit Ditetapkan Direktur


Standar Prosedur Operasional

dr. Natalia Howarto

5. Apabila DPJP menerima hasil second opinion dan


menggunakan dalam pengobatan pasien maka segala resiko
yang timbul atas proses pengobatanmenjadi tanggung jawab
DPJP
6. Hasil second opinion baik diterima maupun ditolak,
salinannya harus disimpan dalam Rekam medis pasien
7. Segala biaya yang timbul dari permintaan second opinion
menjadi tanggung jawab pasien atau keluarga

Unit terkait : 1. Dokter DPJP / dokter yang merawat


2. Instalasi Rekam Medis
3. Semua Instalasi Rawat Inap
4. Bagian Humas
5. ICU
CONTOH PROSEDUR SECOND OPINION

1. Pasien / keluarga menginginkan Pendapat Lain

2. Siapkan formulir Permintaan Pendapat Lain / Second opinion

3. Siapkan berkas rekam medis pasien

4. Jelaskan kepada pasien/ keluarga tentang hal yang perlu dipertimbangkan dalam meminta

pendapat lain (terdapat dalam panduan)

5. Berikan kesempatan kepada pasien / keluarga untuk bertanya

6. Persilahkan pasien / keluarga untuk membubuhkan tanda tangan

7. Simpan formulir Permintaan Pendapat Lain ke dalam berkas rekam medis pasien
PERSETUJUAN PERMINTAAN PENDAPAT LAIN (SECOND OPINION)

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya, nama ,tgl lahir: .


Alamat:

dengan ini menyatakan permintaan untuk mendapat second opinion


atas :

Saya memahami perlunya dan manfaat second opinion tersebut sebagaimana telah dijelaskan
kepada saya.
Saya telah mendapat kesempatan untuk bertanya dan telah mendapat jawaban yang memuaskan.
Saya juga menyadari bahwa oleh karena ilmu kedokteran bukanlah ilmu pasti dan selalu
berkembang, maka perbedaan pendapat ahli adalah biasa terjadi dalam dunia kedokteran.
Saya menyadari beban biaya second opinion menjadi tanggung jawab saya.

tgl
Saksi:
Pasien/Wali**)

*) Coret yang tidak perlu


**) Bila pasien tidak kompeten atau tidak mau menerima informasi, maka wali atau seseorang
yang diberi hak untuk menyetujui tindakan terhadap pasien tersebut.
SURAT PERMINTAAN SECOND OPINION

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : (L/P)

Nomor kartu identitas: ..(Umur: )

Alamat :

Diri sendiri / Suami / Isteri / Ayah / Ibu / Anak / Kakak / Adik / teman / kerabat dari pasien :

Nama : .(L/P)

Tgl Lahir : ..

No RM : .

Dengan ini menyatakan dengan sadar dan sesungguhnya bahwa :


1. Telah menerima dan memahami informasi mengenai kondisi terhadap diri saya / pasien dan
tindakan penanganan awal yang telah dilakukan dari pihak Rumah Sakit.
2. Meminta kepada pihak Rumah Sakit untuk diberikan kesempatan mencari second opinion
terhadap alternative diagnosis / pengobatan diri saya / pasien ke
dokter..di Rumah Sakit.
3. Segalasarana, biaya maupun fasilitas untuk mencari second opinion adalah tanggung jawab
diri saya / pasien / keluarga.
4. Untuk keperluan tersebut diatas, meminjam hasil pemeriksaan penunjang kesehatan saya /
pasien berupa :
-
-

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.


Semarang, .................................
Petugas, Saksi, Saya yang menyatakan,

(...........................) (.) (.....................................)

Tanggal/Waktu Pengembalian Dokumen yang dipinjam : ............

Petugas Peminjam

(.................................) (.)

Anda mungkin juga menyukai