Anda di halaman 1dari 4

2.

2 Jenis Pemeriksaan Sputum


1. Pewarna gram :
Pemeriksaaan dengan pewarnaan gram dapat memberikan informasi tentang jenis
mikroorganisme untuk menegakkan diagnosis presumatif.

2. Kultur Sputum :
Pemeriksaan kultur sputum dilakukan untuk mengidentifikasi organisme spesifik guna
menegakkan diagnosis definitif.
3. Sensitifitas :
Pemeriksaan sensitivitas berfungsi sebagai pedoman terapi antibiotik dengan
mengidentifikasi antibiotik yang mencegah pertumbuhan organisme yang terdapat dalam
sputum.
4. Basil tahan asam (BTA) :
Pemeriksaan BTA dilakukan untuk menentukan adanya Mycobacterium tuberculosa,
yang setelah dilakukan pewarnaan bakteri ini tidak mengalami perubahan warna oleh alkohol
asam
5. Sitologi :
Pemeriksaan sitologi ditujukan untuk mengidentifikasi adanya keganasan (karsinoma)
pada paru-paru. Sputum mengandung runtuhan sel dari percabangan trakheobronkhial;
sehingga mungkin saja terdapat sel-sel malignan. Sel-sel malignan menunjukkan adanya
karsinoma, tidak terdapatnya sel ini bukan berarti tidak adanya tumor atau tumor yang
terdapat tidak meruntuhkan sel.
6. Tes Kuantitatif :
Pengumpulan sputum selama 24 sampai 72 jam. Pemeriksaan kualitatif harus sering
dilakukan untuk menentukan apakah sekresi merupakan saliva, lendir, pus, atau bukan. Jika
bahan yang diekspektorat berwarna kuning-hijau biasanya menandakan infeksi parenkim
paru (pneumonia). Untuk pemeriksaan kualitatif, klien diberikan wadah khusus untuk
mengeluarkan sekret. Wadah ini ditimbang pada akhir 24 jam. Jumlah serta karakter isinya
dicatat dan diuraikan.

2.3 Cara Pemeriksaan Sputum


Perlengkapan :
1. Wadah spesimen steril dengan penutup,
2. Sarung tangan disposable (bila membantu klien),
3. Disinfektan dan alat pengusap, atau sabun cair dan air,
4. Handuk kertas,
5. Label yang berisi lengkap,
6. Slip permintaan laboratorium yang terisi lengkap,
7. Obat kumur.

Persiapan
Tentukan metode pengumpulan dan kumpulkan peralatan yang sesuai.
Pelaksanaan
1. Jelaskan kepada klien apa yang akan Anda lakukan, mengapa hal tersebut
perlu dilakukan dan bagaimana klien dapat bekerja sama. Diskusikan
bagaimana hasilnya akan digunakan untuk perawatan atau terapi selanjutnya.
Berikan informasi dan instruksi berikut pada klien:

a. Tujuan pemeriksaan, perbedaan antara sputum dan saliva, dan cara mendapatkan
spesimen sputum,
b. Jangan menyentuh bagaian dalam wadah spesimen,
c. Untuk mengeluarkan sputum langsung ke dalam wadah sputum,
d. Untuk menjaga bagian luar wadah tidak terkena sputum, bila memungkinkan,
e. Cara memeluk bantal secara kuat pada insisi abdomen bila klien merasa nyeri saat batuk,
f. Jumlah sputum yang diperlukan (biasanya 1-2 sendok the (5-10 ml) sputum cukup
analisis),
g. Cuci tangan dan observasi prosedur pengendalian infeksi lain yang sesuai.

2. Berikan privasi klien.


3. Berikan bantuan yang diperlukan untuk mengumpulkan spesimen :
a. Bantu klien mengambil posisi berdiri atau duduk (mis., posisi Fowler-tinggi atau- semi atau
pada tepi tempat tidur atau kursi). Posisi ini memungkinkan ventilasi dan ekspansi paru yang
maksimum.
b. Minta klien untuk memegang bagian luar wadah sputum, atau, untuk klien yang tidak dapat
melakukannya, pasang sarung tangan dan pegang bagian luar wadah tersebut untuk klien.
c. Minta klien untuk bernapas dalam dan kemudian membatukan sekresi. Inhalasi yang dalam
memberikan udara yang cukup untuk mendorong sekresi keluar dari jalan udara ke dalam
faring.
d. Pegang wadah sputum sehingga klien dapat mengeluarkan sputum ke dalamnya, pastikan
sputum tidak kontak dengan bagian luar wadah. Memasukan sputum ke dalam wadah akan
mencegah penyebaran mikroorganisme ke tempat lain.
e. Bantu klien untuk mengulang batuksampai terkumpul jumlah sputum yang cukup.
f. Tutup wadah segera setelah sputum berada di dalam wadah. Menutup wadah akan mencegah
penyebaran mikroorganisme secara tidak sengaja ke tempat lain.
g. Bila sputum mengenai bagian luar wadah, bersihkan bagian luar dengan disinfektan.
Beberapa institusi menganjurkan untuk membersihkan seluruh bagian luar wadah dengan
sabun cair dan air dan kemudian mengeringkannya dengan handuk kertas.
h. Lepas dan buang sraung tangan.
4. Pastikan klien merasa nyaman :
a. Bantu klien untuk membersihkan mulutnya dengan obat kumur, bila dibutuhkan.
b. Bantu klien mengambil posisi nyaman yang memungkinkan ekspansi paru secara maksimal,
bila diperlukan.
5. Beri label dan bawa spesimen ke laboratorium.
a. Pastikan informasi yang benar tertulis pada label dan slip permintaan laboratorium.
Tempelkan label dan lampirkan perimintaan laboratorium pada wadah spesimen. Identifikasi
dan/atau informasi yang tidak akurat pada wadah spesimen dapat membuat kesalahan
diagnosis atau terapi.
b. Atur agar spesimen dikirim segera ke laboratorium atau di dinginkan. Kultur bakteri harus
segera dimulai sebelum organisme yang mengkontaminasi tumbuh dan berkembang baik
sehingga memberikan hasil positif palsu.
6. Dokumentasikan semua informasi yang relevan.
Dokumentasikan pengumpulan spesimen sputum pada catatan klien.
Pendokumentasian meliputi jumlah, warna, konsistensi (kental, lengket, atau encer), adanya
hemoptisis (darah pada sputum), bau sputum, tibdakan yang perlu dilakukan untuk
mendapatkan sputum (mis., drainase postural), jumlah sputum yang dihasilkan secara umum,
adanya ketidaknyamanan yang dialami klien.

2.4 Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pemeriksaan Sputum


Pengambilan sputum sebaiknya dilakukan pada pagi hari, dimana kemungkinan untuk
mendapat sputum bagian dalam lebih besar.
Waktu yang diperlukan untuk pengambilan sputum adalah 3 kali pengambilan sputum
dalam 2 kali kunjungan, yaitu Sputum sewaktu (S), yaitu ketika penderita pertama kali
datang; Sputum pagi (P), keesokan harinya ketika penderita datang lagi dengan membawa
sputum pagi (sputum pertama setelah bangun tidur), Sputum sewaktu (S), yaitu saat penderita
tiba di laboratorium, penderita diminta mengeluarkan sputumnya lagi.
Pengambilan sputum pada pasien tidak boleh menyikat gigi. Agar sputum mudah
dikeluarkan, dianjurkan pasien mengonsumsi air yang banyak pada malam sebelum
pengambilan sputum. Sebelum mengeluarkan sputum, pasien disuruh untuk berkumur-kumur
dengan air dan pasien harus melepas gigi palsu (bila ada). Sputum diambil dari batukkan
pertama (first cough). Cara membatukkan sputum dengan Tarik nafas dalam dan kuat
(dengan pernafasan dada) batukkan kuat sputum dari bronkus trakea mulut wadah
penampung. Wadah penampung berupa pot steril bermulut besar dan berpenutup (Screw Cap
Medium).
Periksa sputum yang dibatukkan, bila ternyata yang dibatukkan adalah air liur/saliva,
maka pasien harus mengulangi membatukkan sputum. Sebaiknya, pilih sputum yang
mengandung unsur-unsur khusus seperti : darah dan unsur-unsur lain. Bila sputum susah
keluarkan lakukan perawatan mulut Perawatan mulut dilakukan dengan obat glyseril
guayakolat (expectorant) 200 mg atau dengan mengonsumsi air teh manis saat malam
sebelum pengambilan sputum.
Teknik lain untuk mengeluarkan sputum bila sputum juga tidak bisa didahakkan,
sputum dapat diambil secara:
a. Aspirasi transtracheal (transtracheal aspirasi atau cuci transtracheal).
Teknik untuk mengumpulkan sampel dari eksudat bronkial untuk pemeriksaan
histologis dan mikrobiologi. Sebuah jarum dimasukkan melalui kulit di atasnya trakea dan
melalui ligamentum krikotiroid. Sebuah kateter dimasukkan ke dalam trakea dan diteruskan
ke tingkat bifurkasi trakea. Indikasi :
Injeksi Transtracheal dilakukan untuk memblokir saraf laring berulang untuk
laringoskopi terjaga, serat optik dan atau intubasi retrograd. Penghapusan tanggapan gag
refleks atau hemodinamik untuk laringoskopi atau bronkoskopi. Digunakan untuk membantu
menghindari Valsava seperti tegang yang dapat mengikuti yang lain "terjaga" intubasi
(pasien dibius dan ventilasi spontan).
b. Bronchial lavage (Bronchoalveolar lavage)
Bronchoalveolar lavage (BAL) merupakan prosedur medis dimana bronkoskop
dilewatkan melalui mulut atau hidung ke paru-paru dan cairan yang disemprotkan ke bagian
kecil dari paru-paru. Biasanya dilakukan untuk mendiagnosa penyakit paru- paru. Secara
khusus, umumnya digunakan untuk mendiagnosa infeksi pada orang dengan masalah sistem
kekebalan tubuh, pneumonia pada orang pada ventilator, beberapa jenis kanker paru-paru,
dan jaringan parut pada paru-paru (penyakit paru interstitial). cara paling umum untuk
sampel komponen cairan lapisan epitel (ELF) dan untuk menentukan komposisi protein
saluran udara paru, dan sering digunakan dalam penelitian imunologi sebagai sarana sel
sampling atau tingkat patogen di paru-paru. Contoh ini termasuk sel T dan tingkat populasi
virus influenza.
c. Lung biopsy
Biopsi paru adalah prosedur untuk mendapatkan sampel kecil jaringan paru-paru untuk
pemeriksaan. Jaringan biasanya diperiksa di bawah mikroskop, dan dapat dikirim ke
laboratorium mikrobiologi untuk kultur. Pemeriksaan mikroskopis dilakukan oleh ahli
patologi. Biopsi adalah pengambilan jaringan tubuh untuk pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan jaringan tersebut bertujuan untuk mendeteksi adanya penyakit atau
mencocokkan jaringan organ sebelum melakukan transplantasi organ. Resiko yang dapat
ditimpulkan oleh kesalahan proses biopsi adalah infeksi dan pendarahan. Jaringan yang akan
diambil untuk biopsi dapat berasal dari bagian tubuh manapun, di antaranya kulit, perut,
ginjal, hati , dan paru- paru.

2.5 Interpretasi Pemeriksaan Sputum


Sputum yang dikeluarkan oleh seorang pasien hendaknya dapat dievaluasi sumber,
warna, volume, dan konsistensinya karena kondisi sputum biasanya memperlihatkan secara
spesifik proses kejadian patologik pada pembentukan sputum itu sendiri.
Klasifikasi bentukan sputum dan kemungkinan penyebabnya :
1. Sputum yang dihasilkan sewaktu membersihkan tenggorokan, kemungkinan berasal dari
sinus, atau saluran hidung, bukan berasal dari saluran napas bagian bawah.
2. Sputum yg terbentuk perlahan & terus meningkat tanda bronkhitis/ bronkhiektasis
3. Sputum kekuning-kuningan proses infeksi.
4. Sputum hijau proses penimbunan nanah. Warna hijau ini dikarenakan adanya
verdoperoksidase yg dihasikan oleh PMN dalam sputum. Sputum hijau ini sering ditemukan
pada penderita bronkhiektasis karena penimbunan sputum dalam bronkus yang melebar dan
terinfeksi.
5. Sputum merah muda&berbusa tanda edema paru akut.
6. Sputum berlendir, lekat, abu-abu/putih tanda bronkitis kronik.
7. Sputum berbau busuk tanda abses paru/ bronkhiektasis.

Sedangkan bagi interpretasi untuk penyakit TBC, berdasar hasil pemeriksaan dahak
(BTA), TB paru dibagi atas:
1. Tuberkulosis paru BTA (+) adalah:
a. Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA positif
b. Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan kelainan radiologik
menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif
c. Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan biakan positif
2. Tuberkulosis paru BTA (-)
a. Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran klinik dan kelainan
radiologik menunjukkan tuberkulosis aktif
b. Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan M. tuberculosis
positif

Anda mungkin juga menyukai