PENDAHULUAN
1|Page
Laporan Eskursi Sedimentologi (STTMI)
1.3 Letak dan Kesampaian Daerah
2|Page
Laporan Eskursi Sedimentologi (STTMI)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Sedimen
a. Secara mekanik
Lingkungan pengendapan :
Secara umum lingkungan pengendapan dibedakan dalam tiga bagian yaitu:
Lingkungan Pengendapan Darat, Transisi dan Laut. Ketiga lingkungan pengendapan ini,
dimana batuan yang dibedakannya masing-masing mempunyai sifat dan ciri-ciri tertentu.
Pengangkutan (transportasi) :
Media transportasi dapat berupa air, angin maupun es, namun yang memiliki peranan
yang paling besar dalam sedimentasi adalah media air. Selama transportasi berlangsung,
terjadi perubahan terutama sifat fisik material-material sedimen seperti ukuran bentuk dan
roundness. Dengan adanya pemilahan dan pengikisan terhadap butir-butir sedimen akan
memberi berbagai macam bentuk dan sifat terhadap batuam sedimen.
Pengendapan :
Pengendapan terjadi bilamana arus/gaya mulai menurun hingga berada di bawah titik
daya angkutnya. Ini biasa terjadi pada cekungan-cekungan, laut, muara sungai, dll.
3|Page
Laporan Eskursi Sedimentologi (STTMI)
Kompaksi :
Kompaksi terjadi karena adanya gaya berat/grafitasi dari material-material sedimen
sendiri, sehingga volume menjadi berkurang dan cairan yang mengisi pori-pori akan
bermigrasi ke atas.
Diagenesis :
Diagenesis adalah perubahan yang terjadi setelah pengendapan berlangsung, baik tekstur
maupun komposisi mineral sedimen yang disebabkan oleh kimia dan fisika.
Terbentuk oleh proses-proses kimia dan kegiatan organisme atau akumulasi dari sisa
skeleton organisme. Sedimen kimia dan organik dapat terjadi pada kondisi darat, transisi, dan
lautan, seperti halnya dengan sedimen mekanik.
Masing-masing lingkungan sedimen dicirikan oleh paket tertentu fisik, kimia, dan
biologis parameter yang beroperasi untuk menghasilkan tubuh tertentu sedimemen dicirikan
oleh tekstur, struktur, dan komposisi properti. Kita mengacu kepada badan-badan khusus
seperti endapan dari batuan sedimen sebagai bentuk. Istilah bentuk mengacu pada unit
stratigrafik dibedakan oleh lithologic, struktural, dan karakteristik organik terdeteksi di
lapangan. Sebuah bentuk sedimen dengan demikian unit batu itu, karena deposisi dalam
lingkungan tertentu, memiliki pengaturan karakteristik properti. Lithofacies dibedakan oleh
ciri-ciri fisik seperti warna, lithology, tekstur, dan struktur sedimen. Biogfacies didefinisikan
pada karakteristik palentologic dasar. Inti penekanan adalah bahwa lingkungan depositional
4|Page
Laporan Eskursi Sedimentologi (STTMI)
menghasilkan bentuk sedimen. Karakteristik properti dari bentuk sedimen yang pada
gilirannya merupakan refleksi dari kondisi lingkungan deposional.
Stratigrafi adalah studi batuan untuk menentukan urutan dan waktu kejadian dalam
sejarah bumi. Dua subjek yang dapat dibahas untuk membentuk rangkaian kesatuan skala
pengamatan dan interpretasi. Studi proses dan produk sedimen memperkenankan kita
menginterpretasi dinamika lingkungan pengendapan. Rekaman-rekaman proses ini di dalam
batuan sedimen memperkenankan kita menginterpretasikan batuan ke dalam lingkungan
tertentu. Untuk menentukan perubahan lateral dan temporer di dalam lingkungan masa
lampau ini, diperlukan kerangka kerja kronologi.
Ilmu bumi secara tradisional telah dibagi kedalam sub-disiplin ilmu yang terfokus
pada aspek-aspek geologi seperti paleontologi, geofisika, mineralogi, petrologi, geokimia,
dan sebagainya. Di dalam tiap sub-disiplin ilmu ini, ilmu pengetahuan telah dikembangkan
sebagai teknik analitik baru yang telah diaplikasikan dan dikembangkannya teori-teori
inovatif. Diwaktu yang sama karena kemajuan-kemajuan di lapangan, maka
diperkenalkannya integrasi kombinasi ide-ide dan keahlian dari berbagai disiplin ilmu yang
berbeda-beda. Geologi adalah ilmu multidisiplin yang sangat baik dipahami jika aspek-aspek
berbeda terlihat berhubungan antara satu dengan lainnya. Sedimentologi perhatiannya tertuju
pada pembentukan batuan sedimen. Kemudian batuan sedimen dibahas hubungan waktu dan
ruangnya dalam rangkaian stratigrafi di dalam cekungan-cekungan sedimen. Tektonik
lempeng, petrologi dan paleontologi adalah topik tambahan.
Metode-metode yang digunakan oleh sedimentologi untuk mengumpulkan data dan bukti
pada sifat dan kondisi depositional batuan sedimen meliputi;
5|Page
Laporan Eskursi Sedimentologi (STTMI)
o Petrologi dan petrography; khususnya pengukuran tekstur, ukuran butir,
bentuk butiran (kebulatan, pembulatan, dll), pemilahan dan komposisi
sedimen
1. Lithougenus sedimen yaitu sedimen yang berasal dari erosi pantai dan material hasil erosi
daerah up land. Material ini dapat sampai ke dasar laut melalui proses mekanik, yaitu
tertransport oleh arus sungai dan atau arus laut dan akan terendapkan jika energi
tertransforkan telah melemah.
2. Biogeneuos sedimen yaitu sedimen yang bersumber dari sisa-sisa organisme yang hidup
seperti cangkang dan rangka biota laut serta bahan-bahan organik yang mengalami
dekomposisi.
3. Hidreogenous sedimen yaitu sedimen yang terbentuk karena adanya reaksi kimia di dalam
air laut dan membentuk partikel yang tidak larut dalam air laut sehingga akan tenggelam ke
dasar laut, sebagai contoh dan sedimen jenis ini adalah magnetit, phosphorit dan glaukonit.
4. Cosmogerous sedimen yaitu sedimen yang berasal dari berbagai sumber dan masuk ke laut
melalui jalur media udara/angin. Sedimen jenis ini dapat bersumber dari luar angkasa,
aktifitas gunung api atau berbagai partikel darat yang terbawa angin. Material yang berasal
dari luar angkasa merupakan sisa-sisa meteorik yang meledak di atmosfir dan jatuh di laut.
Sedimen yang berasal dari letusan gunung berapi dapat berukuran halus berupa debu
volkanik, atau berupa fragmen-fragmen aglomerat. Sedangkan sedimen yang berasal dari
partikel di darat dan terbawa angin banyak terjadi pada daerah kering dimana proses eolian
dominan namun demikian dapat juga terjadi pada daerah subtropis saat musim kering dan
angin bertiup kuat. Dalam hal ini umumnya sedimen tidak dalam jumlah yang dominan
dibandingkan sumber-sumber yang lain.
(http://alfonsussimalango.blogspot.com, 2010)
6|Page
Laporan Eskursi Sedimentologi (STTMI)
Dalam suatu proses sedimentasi, zat-zat yang masuk ke laut berakhir menjadi
sedimen. Dalam hal ini zat yang ada terlibat proses biologi dan kimia yang terjadi sepanjang
kedalaman laut. Sebelum mencapai dasar laut dan menjadi sedimen, zat tersebut melayang-
layang di dalam laut. Setelah mencapai dasar lautpun, sedimen tidak diam tetapi sedimen
akan terganggu ketika hewan laut dalam mencari makan. Sebagian sedimen mengalami erosi
dan tersuspensi kembali oleh arus bawah sebelum kemudian jatuh kembali dan tertimbun.
Terjadi reaksi kimia antara butir-butir mineral dan air laut sepanjang perjalannya ke dasar
laut dan reaksi tetap berlangsung penimbunan, yaitu ketika air laut terperangkap di antara
butiran mineral. (http//disfaslanal.wordpress.com)
Anggota ilmuan yang selalu menyakinkan dunia tentang kemajuan ilmiah Challenger
adalah John Murray, warga Kanada kelahiran Skotlandia. Sampel-sampel yang dikumpulkan
oleh Murray merupakan penyelidikan awal tentang sedimen laut dalam.
1. Daerah perairan dangkal, seperti endapan yang terjadi pada paparan benua (Continental
Shelf) dan lereng benua (Continental Slope).
2. Daerah perairan dalam, seperti endapan yang terjadi pada laut dalam.
Sebagian besar pada Continental slope kemiringannya lebih terjal sehingga sedimen
tidak akan terendapkan dengan ketebalan yang cukup tebal. Daerah yang miring pada
permukaannya dicirikan berupa batuan dasar (bedrock) dan dilapisi dengan lapisan lanau
halus dan lumpur. Kadang permukaan batuan dasarnya tertutupi juga oleh kerikil dan pasir.
7|Page
Laporan Eskursi Sedimentologi (STTMI)
Dengan menggunakan mikroskop terlihat bahwa sedimen biogenik terdiri atas
berbagai struktur halus dan kompleks. Kebanyakan sedimen itu berupa sisa-sisa fitoplankton
dan zooplankton laut. Karena umur organisme plankton hannya satu atau dua minggu, terjadi
suatu bentuk hujan sisa-sisa organisme plankton yang perlahan, tetapi kontinue di dalam
kolam air untuk membentuk lapisan sedimen. Pembentukan sedimen ini tergantung pada
beberapa faktor lokal seperti kimia air dan kedalaman serta jumlah produksi primer di
permukaan air laut. Jadi, keberadan mikrofil dalam sedimen laut dapat digunakan untuk
menentukan kedalaman air dan produktifitas permukaan laut pada zaman dulu.
Hampir semua sedimen Terigen di lingkungan pelagis terdiri atas materi-materi yang
berukuran sangat kecil. Ada dua cara materi tersebut sampai ke lingkungan pelagis. Pertama
dengan bantuan arus turbiditas dan aliran grafitasi. Kedua melalui gerakan es yaitu materi
glasial yang dibawa oleh bongkahan es ke laut lepas dan mencair. Bongkahan es besar yang
mengapung, bongkahan es kecil dan pasir dapat ditemukan pada sedimen pelagis yang
berjarak beberapa ratus kilometer dari daerah gletser atau tempat asalnya.
8|Page
Laporan Eskursi Sedimentologi (STTMI)
pengendapan. Struktur berhubungan dengan kenampakan batuan yang lebih besar, paling
bagus diamati di lapangan misal pada perlapisan batuan.
9|Page
Laporan Eskursi Sedimentologi (STTMI)
partikel sedimen oleh Friedman dan Sanders (1978) dapat dibedakan menjadi 2 kelompok :1.
Hasil rombakan atau hancuran padat dari endapan tua. 2. material yang bukan merupakan
hasil rombakan atau hancuran padat yang terdiri dari material yang dikeluarkan lewat
semburan gunung berapi dan material terlarut di air yang ditransportasikandan diendapkan
pada tempat akumulasi pengendapan oleh sekresi biologis atau proses pengendapan secara
kimia. Sumber sedimen dapat berasal dari berbagai tempat. Drake (1978) menerangkan
bahwa terdapat 3sumber dari material sedimen yang ditemukan pada permukaan dasar laut
yaitu sumber dari daratan yang menyuplai material hancuran dan material terlarut sumber asli
dari laut dan material angkasa luar. Setelah proses pelapukan terjadi selanjutnya sedimen asal
mengalami proses transportasi dan lithifikasi. (Drake, 1978).
pada proses transportasi, dibawah kondisi normal, erosi menghasilkan nilai (rate) yang
sama dengan pelapukan batuan. Faktor yang mempengaruhinya adalah:
a.Kecepatan pengendapan
b.Arus aliran fluidac.
Gelombang Hasil sedimentasi yang telah berlangsung lama akan mengalami
konsolidasi atau lithifikasi (pembatuan). Sedimen yang terlithifikasi disebut batuan sedimen.
Faktor yang mempengaruhi terhadap proses lithifikasi antara lain proses fisika, proses
kimiawi dan proses biologi. Ukuran butiran berpengaruh terhadap sifat-sifat dari butiran
tersebut. Krumbrein dan Sloss (1963), menyatakan bahwa pada butiran sedimen , ukuran
sedimen berhubungan dengan dinamika transportasi dan deposisi. Ukuran butiran akan
mencerminkan resistensi butiran terhadap proses pelapukan, erosi dan abrasi, Pada proses
transportasi berpengaruh terhadap bentuk, ukuran butir, kebolaan maupun sifat-sifat dari
kumpulan butiran seperti sortasi, kepencengan dan kepuncakan akibat dari gesekan antara
butiran dengan butiran maupun dengan batuan dasar. Besar kecilnya partikel penyusun tanah
tersebut akan menentukan kemampuan dalam hal menahan air, mengurung tanah, dan
produksi bahan organic (Dwijoseputro,1987). Dalam klasifikasi sedimen berdasarkanukuran
dapat menggunakan skala wentworth (Kusumadinata,1980).
2.4 Oseanografi dan Sedimen
2.4.1 Pasang Surut
Pasang surut merupakan gerakan naik turunnya air laut yang disebabkan oleh gaya tarik
bulan dan matahari dan gaya sentrifugal bumi. Permukaan air laut perlahanlahan akan naik
sampai ketinggian maksimum, peristiwa ini dinamakan asang tinggi, setelah akan turun
samapi ada titik minimum atau pasang rendah, sifat khas atau fenomena ini terjadi dalam satu
10 | P a g e
Laporan Eskursi Sedimentologi (STTMI)
hari adalah dua kali sehari terdapat dua periode pasang tinggi dan dua kali periode pasang
rendah (Hutabarat, 2001).
Pasang surut merupakan salah satu gejala laut yang besar pengaruhnya terhadap biota
laut khususnya di wilayah pantai. Proses terjadinya pasang surut banyak dijelaskan di dalam
buku-buku tentang oseanografi. Pasang surut pertama terjadi karena adanya gaya tarik bulan
bumi berputar bersama kolam air dipermukaannya dan menghasilkan dua kali pasang dan dua
kali surut selama 24 jam (Romimohtarto dan Juwana, 2001).
Pengaruh gaya pasang surut mempengaruhi peristiwa abrasi dan sedimentasi. Wilayah
pantai yang mengalami peristiwa pasang surut harian ganda atau pasut surut tipe campuran
condong ke ganda memiliki pengaruh yang berbeda dengan wilayah pantai yang hanya
mengalami pasang surut harian tunggal, dimana wilayah yang memiliki pasang surut tipe
harian ganda dan campuran condong ke ganda mengalami proses transportasi sedimen yang
lebih dinamis jika dibandingkan dengan pasang surut harian tunggal.
Selain tipe pasang surut, perbedaan lama waktu antara pasang dan surut juga
mempengaruhi peristiwa abrasi sedimentasi. Kawasan pantai yang mengalami proses pasang
yang cenderung lebih lama dari waktu surut, akan berakibat memberikan peluang waktu yang
lebih banyak bagi gelombang untuk mengabrasi wilayah daratan (Hutabarat dan Evans,
2001).
2.4.2 Arus
Arus adalah gerakan massa air yang sangat luas yang terjadi pada seluruh permukaan
air laut di dunia. Gerakan air di permukaan laut terutama disebabkan oleh adanya angin factor
lain yang menyebabkan terjadinya arus adalah bentuk toografi dasar laut dan pulau-pulau
yang berada disekitarnya, sehingga akan terjadi gaya coriolis dan arus ekman.
Berbeda dengan ombak yang bergerak maju ke arah pantai, arus laut, terutama yang
mengalir sepanjang pantai merupakan penyebab utama yang lain dalam membentuk
morfologi pantai. Arus laut terbentuk oleh angin yang bertiup dalam selang waktu yang lama,
dapat pula terjadi karena ombak yang membentur pantai secara miring. Berbeda dengan
peran ombak yang mengangkut sedimen tegak lurus terhadap arah ombak, arus laut mampu
membawa sedimen yang mengapung maupun yang terdapat di dasar laut. Pergerakan
sedimen searah dengan arah pergerakan arus, umumnya menyebar sepanjang garis pantai.
Bentuk morfologi spit, tombolo, beach ridge atau akumulasi sedimen di sekitar jetty dan
tanggul pantai menunjukkan hasil kerja arus laut. Pola arus pantai ditentukan terutama oleh
11 | P a g e
Laporan Eskursi Sedimentologi (STTMI)
besarnya sudut yang dibentuk antara gelombang yang datang dengan garis pantai. Jika sudut
datang itu cukup besar, maka akan terbentuk arus menyusur pantai (longshore current) yang
disebabkan oleh perbedaan tekanan hidrostatik. Jika sudut datang relatif kecil atau sama
dengan nol (gelombang yang datang sejajar dengan pantai), maka akan terbentuk arus
meretas pantai (rip current) dengan arah menjauhi pantai di samping terbentuknya arus
menyusur pantai. Diantara kedua jenis arus pantai ini, arus menyusur pantailah yang
mempunyai pengaruh lebih besar terhadap transportasi sedimen pantai.
(Dahuri, 1996).
Berdasarkan gerakannya arus terjadi atas arus vertikal dan arus horizontal, serta arus
campuran/vertikal dan horizontal. Arah arus dipengaruhi oleh perbedaan tinggi, tempat angin,
pasang surut dan gelombang (Hutabarat, 2001).
2.4.3 Gelombang
Gelombang adalah naik turunnya permukaan air laut yang disebabakan angin dan arus.
Bentuk dari gelombang ideal yakni menunjukkan bagian-bagian uncak gelombang, lembah
dan panjang gelombang serta tinggi gelombang. Ada tiga faktor yang menentukan besarnya
gelombang yang disebabkan angin yakni kuatnya hembusan angin, lamanya hembusan angin
dan jarak temuh angin (Nontji, 2005).
Gelombang selalu menimbulkan sebuah ayunan air yang bergerak tanpa henti-hentinya
pada lapisan permukaan laut jarang dalam keadaan diam, hembusan angin sepoi-sepoi pada
cuaca yang tenang sekalipun sudah cukup untuk dapat menggerakkan gelombang riak.
Sebaliknya dalam keadaan dimana terjadi badai yang besar dapat menimbulkan suatu
gelombang besar yang dapat mengakibatkan kerusakan kapal. Susunan gelombang dilautan
baik bentuk mauppun macamnya bervariasi hal ini mengakibatkan gelombang tidak dapat
terurai (Hutabarat, 2001).
Sedimentasi merupakan proses pergerakan arus dan gelombang yang membawa
partikel-partikel substrat baik berupa partikel pasir maupun lumpur sehingga
mengalami pengendapan didaerah intertidal pengendapan tersebut dipengaruhi oleh arus dan
ukuran dimana partikel yang lebih besar akan lebih cepat mengendap dibandingkan dengan
partikel kecil, pengendapan ini terjadi berjuta-juta tahuun (Wikipedia, 2010).
Era oseanografi secara sistematis telah dimulai ketika HMS Challenger kembali ke
Inggris pada tanggal 24 Mei 1876 membawa sampel, laporan, dan hasil pengukuran selama
ekspedisi laut yang memakan waktu tiga tahun sembilan bulan. Anggota ilmuan yang selalu
12 | P a g e
Laporan Eskursi Sedimentologi (STTMI)
menyakinkan dunia tentang kemajuan ilmiah Challenger adalah John Murray, warga Kanada
kelahiran Skotlandia. Sampel-sampel yang dikumpulkan oleh Murray merupakan
penyelidikan awal tentang sedimen laut dalam.
Sedimen laut dalam dapat dibagi menjadi 2 yaitu Sedimen Terigen Pelagis dan
Sedimen Biogenik Pelagis :
1. Sedimen Biogenik Pelagis
Dengan menggunakan mikroskop terlihat bahwa sedimen biogenik terdiri atas berbagai
struktur halus dan kompleks. Kebanyakan sedimen itu berupa sisa-sisa fitoplankton dan
zooplankton laut. Karena umur organisme plankton hannya satu atau dua minggu, terjadi
suatu bentuk hujan sisa-sisa organisme plankton yang perlahan, tetapi kontinue di dalam
kolam air untuk membentuk lapisan sedimen. Pembentukan sedimen ini tergantung pada
beberapa faktor lokal seperti kimia air dan kedalaman serta jumlah produksi primer di
permukaan air laut. Jadi, keberadan mikrofil dalam sedimen laut dapat digunakan untuk
menentukan kedalaman air dan produktifitas permukaan laut pada zaman dulu.
2. Sedimen Terigen Pelagis
Hampir semua sedimen Terigen di lingkungan pelagis terdiri atas materi-materi yang
berukuran sangat kecil. Ada dua cara materi tersebut sampai ke lingkungan pelagis. Pertama
dengan bantuan arus turbiditas dan aliran grafitasi. Kedua melalui gerakan es yaitu materi
glasial yang dibawa oleh bongkahan es ke laut lepas dan mencair. Bongkahan es besar yang
mengapung, bongkahan es kecil dan pasir dapat ditemukan pada sedimen pelagis yang
berjarak beberapa ratus kilometer dari daerah gletser atau tempat asalnya. Angin merupakan
alat transportasi penting untuk memindahkan materi langsung ke laut. Lempung pelagis yang
ada di laut dibawa terutama oleh tiupan angin (aeolian).(Grabau, AW. 1904).
13 | P a g e
Laporan Eskursi Sedimentologi (STTMI)
BAB III
GEOLOGI REGIONAL
3.1 Fisiografi
Fisiografi Jawa Barat menurut Van Bemmelen (1949) terbagi menjadi enam zona yaitu
sebagai berikut:
1. Zona Gunungapi Kuarter,
2. Zona Dataran Aluvial Jawa Barat Utara
3. Zona Antiklinorium Bogor,
4. Kubah dan Punggungan pada Zona Depresi Tengah,
5. Zona Depresi Tengah Jawa Barat.
6. Zona Pegunungan Selatan Jawa Barat.
Peta fisiografi Jawa Barat (modifikasi dan digitasi dari van Bemmelen, 1949)
14 | P a g e
Laporan Eskursi Sedimentologi (STTMI)
3.2 Stratigrafi Regional
Formasi Citalang
15 | P a g e
Laporan Eskursi Sedimentologi (STTMI)
Formasi Kaliwangu
Formasi Kaliwangu berumur Pliosen Bawa, mendidih secara selaras di atas Formasi
subang (Djuhaeni dan Martodjodjo, 1989), dan tidak selaras menurut Djuri (1973), Formasi
ini terdiri atas litologi batulempung dengan sisipan batupasir tufaan, konglomerat,, batupasir
gampingan dan batugamping. Formasi ini diendapkan pada lingkungan transisi, dengan
dijumpai adanya lignit dan kandungan fosil moluska yang berlimpah, dijumpai siderit.
Yang umum terjadi pada lingkungan transisi. Umur formasi ini adalah Pliosen Atas
(Djuhaeni dan Martodjodjo, 1989), atau Pliosen bawah menurut Djuri (1973).
Formasi Subang
Formasi subang menindih secara selaras diatas Formasi Halang. Formasi ini berumur
Miosen Atas (Djuari, 1973) atau Pliosen Bawah Djuhaeni dan Martodjodjo, 1989). Formasi
subang terdiri atas batulempung gampingan dengan sisipan batupasir tufaan. Batulempung
gampingan berwarna abu-abu hingga abu-abu kehijauan, menyerpih, berlapis tebal. Di dalam
formasi ini sering dijumpai nodul batulempung gampingan dan mengandung mineral besi
hasil oksidasi. Seperti yang dijumpai dilokasi pertama, pas turun ke sungai. Bahkan dijumpai
pula di Sungai cipelang, Sungai Cikandung dan Sungai Cipanas. Singkapan yang baik dari
formasi ini di jumpai di Sungai Cikandung. Tanjungkreta, disusun oleh batupasir tufaan yang
tebal dengan sisipan batulempung. Endapan ini dinamakan sebagai Anggota Cikandung,
Formasi subang. Berdasarkan sifat fisik batuannya, Formasi subang ini diendapkann
dilingkungan laut dalam hingga laut dangkal (Djuhaeni dan Martodjojo 1989).
16 | P a g e
Laporan Eskursi Sedimentologi (STTMI)
BAB IV
PENGAMATAN LAPANGAN DAN ANALISA
Cuaca : Cerah
Deskripsi
Batupasir memiliki warna abu-abu dengan kondisi segar, besar butir pasir sangat
halus sampai halus, kemas terbuka , porositas buruk, pemilahan baik, sementasi
silikaan.
Pasir Konglomerat memiliki warna abu-abu, terdapat fragmen batuan beku, ukuran
kerikil-kerakal, masadasar batupasir dengan warna agak kecoklatan dan sementasi
berupa silika.
17 | P a g e
Laporan Eskursi Sedimentologi (STTMI)
Batulanau memiliki warna abu-abu kehijauan, besar butir lanau , kemas tertutup,
pemilahan baik, porositas baik,permabilitas baik dan sementasi berupa silika.
Batulempung memiliki warna abu-abu kehitaman, kemas tertutup, pemilahan baik,
porositas baik, permabilitas baik, sementasi berupa karbonatan.
Lokasi 2
Deskripsi
Lokasi 3
18 | P a g e
Laporan Eskursi Sedimentologi (STTMI)
Deskripsi
Batulempung dengan batupasir yang tebal dengan warna abu-abu kehitaman, kemas
tertutup, pemilahan baik, porositas baik, permabilitas baik, dengan kedudukan lapisan
N 35o E/ 27o sementasi karbonatan (CaCo3) struktur menyerpih.
Batupasir tipis dengan besar butir halus-kasar, kemas terbuka, porositas buruk,
permabilitas buruk, sementasi silika, struktur sedimen berupa pararel laminasi.
Lokasi 4
Deskripsi
Batubara sisipan batulempung dengan jenis batubara lignit , warna hitam, rapuh,
menyerpih dan batulempung warna hitam, kemas tertutup, pemilahan baik, porositas
baik, permabilitas baik.
19 | P a g e
Laporan Eskursi Sedimentologi (STTMI)
Lokasi 5
Deskripsi
Batupasir memiliki warna segar abu-abu terang, besar butir pasir sangat halus sampai
halus, kemas terbuka , porositas buruk, pemilahan baik, sementasi silikaan, fosil
vetebrata, struktur sedimen Cross bedding planar.
Konglomerat memiliki warna abu-abu, fragmen batuan beku, ukuran krikil-bongkah,
masadasar batupasir dengan warna agak kecoklatan dan sementasi berupa silika.
Lokasi 6
20 | P a g e
Laporan Eskursi Sedimentologi (STTMI)
Deskripsi
Batupasir memiliki warna segar abu-abu terang, besar butir pasir sangat halus sampai
halus, kemas terbuka , porositas buruk, pemilahan baik, sementasi silikaan, ditemukan
pumice dan tuff struktur sedimen Cross bedding planar.
Konglomerat memiliki warna abu-abu, fragmen batuan beku, ukuran kerikil-bongkah,
masa dasar batupasir yg memiliki warna agak kecoklatan terdapat tuff dan pumice
dengan sementasi berupa silika.
Lokasi 7
Deskripsi
Batulempung dengan batupasir yang memiliki warna abu-abu, besar butir sangat
halus, pemilahan baik, kemas tetutup, porositas baik, permabilitas baik, terdapat
gastropoda, semen silika dengan kedudukan lapisan N320oE/35o struktur sedimen
pararel laminasi.
Batu lempung tipis, dengan warna abu-abu kehitaman, pemilahan baik, kemas
tertutup, porositas baik, permabilitas baik. Struktur menyerpih.
21 | P a g e
Laporan Eskursi Sedimentologi (STTMI)
Lokasi 8
Deskripsi
Tuff, dengan warna putih, terdapat cangkang fosil gastropoda dan pecahan cangkang
fosil bivalvia, dengan ciri berlapis tebal. Interpretasi dilokasi delapan merupakan
batuan dari hasil erupsi gunung api yang menandakan adanya tuff.
Lokasi 9
Deskripsi
Batu gamping dengan warna putih kecoklatan, terlihat mengkristalisasi, dan jika batu
tersebut dipecahkan maka akan tercium sedikit bau minyak yang bisa diindikasikan
sebagai jebakan minyak.
22 | P a g e
Laporan Eskursi Sedimentologi (STTMI)
Lokasi 10
Deskripsi
23 | P a g e
Laporan Eskursi Sedimentologi (STTMI)
4.2 Analisa
Lokasi 1
Dijumpai nodul batulempung gampingan dan mengandung mineral besi hasil oksidasi yang
menjadikan suatu fragmen, dan masa dasarnya merupakan batupasir berwarna abu-abu
kehijauan dengan bentuk butir dari halus ke sangat halus, artinya daerah ini merupakan
lingkungan pengendapan daerah transisi dan laut dangkal.
Singkapan ini lebih muda dari yg lokasi 1. Lapisan batuannya berwarna gelap. Terlihat
adanya batas antara lapisan batu lempung hitam dan pasir halus. Lingkungan
pengendapannya bisa sebagai endapan rawa ataupun danau. Kondisi di sekitar singkapan
mengalir arus sungai yang tenang. Ada sebagian lapisan yang mengalami reduksi,
dikarenakan adanya mineral pyrit (FeS). Terlihat pula adanya warna kemerahan berupa karat
karena kontak dengan udara. Tidak terdapat fosil dan terdapat banyak nodul. Dari besar butir
yang terlihat di singkapan dapat ditentukan kemiringan lapisannya. Di tempat yang berbeda,
20 m dr singkapan sebelumnya, terdapat singkapan berupa lapisan batu lempung dan batu
lanau. Ada perbedaan fisik litologi yang memperlihatkan batas lapisan yang tegas. Lapisan
yang berwarna hitam kaya akan karbon adalah batu bara muda (lignit). Juga terdapat tufa,
yang berarti ada letusan gunung api pada saat pengendapannya. Lingkungan pengendapannya
adalah linkungan darat.
Lokasi 5 dan 6
Terdapat singkapan yang berupa lapisan konglomerat dan pasir. Singkapan ini berasal dari
lingkungan pengendapan sungai, buktinya adalah penemuan fosil vertebrata. Terjadinya
penggerusan karena arus yang kuat, hasilnya berupa scooring antara lapisan konglomerat dan
pasir.
Lokasi 7
Lapisan batuannya berwarna gelap. Terlihat adanya batas antara lapisan batu lempung hitam
dan pasir halus. Lingkungan pengendapannya bisa sebagai endapan rawa ataupun danau
24 | P a g e
Laporan Eskursi Sedimentologi (STTMI)
Lokasi 8
Terdapat singkapan yang berupa perlapisan batu lempung. Kondisi dari fosil di singkapan ini
bervariasi, ada yang utuh dan juga yang sudah terhancurkan. Termasuk moluska kelas
gastropoda.
Lokasi 9
Terdapat singkapan Batugamping yang mana bisa kami interpretasikan sebagai daerah
pengendapan laut dangkal.
Lokasi 10
25 | P a g e
Laporan Eskursi Sedimentologi (STTMI)
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Ukuran butir batuan menentukan aliran arus airnya, bila butirnya halus maka aliran
berarus tenang, begitu juga sebaliknya.
Lingkungan pengendapan yang terdapat di lokasi 1 sampai 10 bervariasi, dari
lingkungan marine sampai non-marine.
Lingkungan pengendapan darat terdapat di lokasi 2 sampai 8 dengan ditemukan
adanya fosil vertebrata dan juga adanya hasil endapan rawa dan danau. Kami juga
menginterpretasikan Formasi Citalang masuk kriteria lingkungan pengendapan darat.
Lingkungan pengendapan transisi dan laut dangkal di lokasi 1 dan 9 dengan
ditemukan adanya endapan batupasir, konglomerat, dan batugamping. Kami juga
menginterpretasikan Formasi kaliwangu masuk kriteria lingkungan pengendapan
transisi dan laut dangkal
Lingkungan pengendapan laut dalam di lokasi 10 dengan ditemukan adanya hasil
longsoran (slump) batulempung. Kami juga menginterpretasikan Formasi subang
masuk kriteria lingkungan pengendapan laut dalam.
26 | P a g e
Laporan Eskursi Sedimentologi (STTMI)
DAFTAR PUSTAKA
Syarif.Paleontologi Invertebrata.2000.Bandung
https://earthfactory.wordpress.com/.../fisiografi-regional-jawa-bagian-barat-van-
bemeell
www.academia.edu/9536099/BAB_II_KERANGKA_GEOLOGI_REGIONAL
27 | P a g e
Laporan Eskursi Sedimentologi (STTMI)
Lampiran
Kolom Stratigrafi Daerah Penelitian
28 | P a g e
Laporan Eskursi Sedimentologi (STTMI)