Anda di halaman 1dari 28

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sedimentologi merupakan ilmu yang mempelajari batuan sedimen dan proses


pembentukannya, seperti klasifikasinya, originnya, dan interpretasinya. Sedimen merupakan
material lepas hasil rombakan batuan penyusun kerak bumi yang mengalami pengangkutan,
selanjutnya terkonsentrasi pada atau dekat permukaan bumi.
Sekitar 75% permukaan bumi ditutupi oleh batuan sedimen, yaitu batupasir,
batugamping, lanau, lempung, breksi, konglomerat, dan batuan sedimen lainnya. Batuan
tersebut terbentuk secara proses fisika, kimia, dan biologi yang terendapkan secara alamiah di
berbagai lingkungan pengendapan dan terus berjalan hingga saat ini. Kebutuhan hidup
manusia banyak berhubungan dengan batuan sedimen seperti dalam penentuan dan
pembelajaran batuan batuan sedimen purba atau yang berumur tua dalam skala waktu
geologi, Banyak mineral atau batuan yang bersifat ekonomis berasosiasi dengan batuan
sedimen.
Material sedimen memiliki ukuran yang berbeda-beda mulai dari bongkah sampai
lempung. Ukuran material ini dapat menjelaskan proses, tempat terbentuknya dan tempat
terdapatnya material sedimen ini, maka dari itu dapat disimpulkan bahwa sangatlah
diperlukan untuk melakukan praktikum sedimentologi dengan acara analisa ukuran butir.

1.2 Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan dari diadakannya praktikum ini adalah :


1. Mengetahui analisis ukuran butir sedimen pada daerah penelitian
2. Mengetahui perbedaan jenis jenis lingkungan pengendapan batuan sedimen.
Adapun manfaat dari diadakannya praktikum ini adalah untuk mengetahui proses
pembentukan, transportasi dan lingkungan pengendapan dari material sedimen tersebut.

1|Page
Laporan Eskursi Sedimentologi (STTMI)
1.3 Letak dan Kesampaian Daerah

Penenlitian dilakukan di Daerah Jembarwangi dan Sekitarnya, Kabupaten Sumedang,


Jawa Barat. Perjalanan dimulai dari kampus STTMI ,yang ditempuh menggunakan bus
pariwisata sebagai transportasi darat selama 3 jam dengan jarak tempuh sekitar 90 km dari
Kota Bandung ke daerah Jembarwangi Kabupaten Sumedang Jawa Barat.

1.4 Metode Penulisan


Penulis menggunakan metode penelitian deskriptif yaitu dengan mengamati sampel
yang ada pada ekskursi, kondisi geologi dari singkapan pada lokasi ekskursi, dan analisis dari
data yang diperoleh di lapangan. Penulis juga mencari informasi melalui internet.

2|Page
Laporan Eskursi Sedimentologi (STTMI)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Sedimen

Sedimentologi adalah ilmu yang mempelajari sedimen atau endapan Sedangkan


sedimen atau endapan pada umumnya diartikan sebagai hasil dari proses pelapukan terhadap
suatu tubuh batuan, yang kemudian mengalami erosi, tertansportasi oleh air, angin, dan pada
akhirnya terendapkan atau tersedimentasikan.
Sedimentasi adalah suatu proses pengendapan material yang ditransport oleh media air,
angin, es, atau gletser di suatu cekungan. Sedangkan batuan sedimen adalah suatu batuan
yang terbentuk dari hasil proses sedimentasi, baik secara mekanik maupun secara kimia dan
organik.

a. Secara mekanik

Terbentuk dari akumulasi mineral-mineral dan fragmen-fragmen batuan. Faktor-


faktor yang penting antara lain :

- Sumber material batuan sedimen :


Sifat dan komposisi batuan sedimen sangat dipengaruhi oleh material-material
asalnya. Komposisi mineral-mineral batuan sedimen dapat menentukan waktu dan jarak
transportasi, tergantung dari prosentasi mineral-mineral stabil dan nonstabil.

Lingkungan pengendapan :
Secara umum lingkungan pengendapan dibedakan dalam tiga bagian yaitu:
Lingkungan Pengendapan Darat, Transisi dan Laut. Ketiga lingkungan pengendapan ini,
dimana batuan yang dibedakannya masing-masing mempunyai sifat dan ciri-ciri tertentu.

Pengangkutan (transportasi) :
Media transportasi dapat berupa air, angin maupun es, namun yang memiliki peranan
yang paling besar dalam sedimentasi adalah media air. Selama transportasi berlangsung,
terjadi perubahan terutama sifat fisik material-material sedimen seperti ukuran bentuk dan
roundness. Dengan adanya pemilahan dan pengikisan terhadap butir-butir sedimen akan
memberi berbagai macam bentuk dan sifat terhadap batuam sedimen.

Pengendapan :
Pengendapan terjadi bilamana arus/gaya mulai menurun hingga berada di bawah titik
daya angkutnya. Ini biasa terjadi pada cekungan-cekungan, laut, muara sungai, dll.
3|Page
Laporan Eskursi Sedimentologi (STTMI)
Kompaksi :
Kompaksi terjadi karena adanya gaya berat/grafitasi dari material-material sedimen
sendiri, sehingga volume menjadi berkurang dan cairan yang mengisi pori-pori akan
bermigrasi ke atas.

Lithifikasi dan Sementasi :


Bila kompaksi meningkat terus menerus akan terjadi pengerasan terhadap material-
material sedimen. Sehingga meningkat ke proses pembatuan (lithifikasi), yang disertai
dengan sementasi dimana material-material semen terikat oleh unsur-unsur/mineral yang
mengisi pori-pori antara butir sedimen.

Replacement dan Rekristalisasi :


Proses replacement adalah proses penggantian mineral oleh pelarutan-pelarutan kimia
hingga terjadi mineral baru. Rekristalisasi adalah perubahan atau pengkristalan kembali
mineral-mineral dalam batuan sedimen, akibat pengaruh temperatur dan tekanan yang relatif
rendah.

Diagenesis :
Diagenesis adalah perubahan yang terjadi setelah pengendapan berlangsung, baik tekstur
maupun komposisi mineral sedimen yang disebabkan oleh kimia dan fisika.

b. Secara Kimia dan Organik

Terbentuk oleh proses-proses kimia dan kegiatan organisme atau akumulasi dari sisa
skeleton organisme. Sedimen kimia dan organik dapat terjadi pada kondisi darat, transisi, dan
lautan, seperti halnya dengan sedimen mekanik.

2.2 Asal Usul Batuan Sedimen

Masing-masing lingkungan sedimen dicirikan oleh paket tertentu fisik, kimia, dan
biologis parameter yang beroperasi untuk menghasilkan tubuh tertentu sedimemen dicirikan
oleh tekstur, struktur, dan komposisi properti. Kita mengacu kepada badan-badan khusus
seperti endapan dari batuan sedimen sebagai bentuk. Istilah bentuk mengacu pada unit
stratigrafik dibedakan oleh lithologic, struktural, dan karakteristik organik terdeteksi di
lapangan. Sebuah bentuk sedimen dengan demikian unit batu itu, karena deposisi dalam
lingkungan tertentu, memiliki pengaturan karakteristik properti. Lithofacies dibedakan oleh
ciri-ciri fisik seperti warna, lithology, tekstur, dan struktur sedimen. Biogfacies didefinisikan
pada karakteristik palentologic dasar. Inti penekanan adalah bahwa lingkungan depositional
4|Page
Laporan Eskursi Sedimentologi (STTMI)
menghasilkan bentuk sedimen. Karakteristik properti dari bentuk sedimen yang pada
gilirannya merupakan refleksi dari kondisi lingkungan deposional.
Stratigrafi adalah studi batuan untuk menentukan urutan dan waktu kejadian dalam
sejarah bumi. Dua subjek yang dapat dibahas untuk membentuk rangkaian kesatuan skala
pengamatan dan interpretasi. Studi proses dan produk sedimen memperkenankan kita
menginterpretasi dinamika lingkungan pengendapan. Rekaman-rekaman proses ini di dalam
batuan sedimen memperkenankan kita menginterpretasikan batuan ke dalam lingkungan
tertentu. Untuk menentukan perubahan lateral dan temporer di dalam lingkungan masa
lampau ini, diperlukan kerangka kerja kronologi.
Ilmu bumi secara tradisional telah dibagi kedalam sub-disiplin ilmu yang terfokus
pada aspek-aspek geologi seperti paleontologi, geofisika, mineralogi, petrologi, geokimia,
dan sebagainya. Di dalam tiap sub-disiplin ilmu ini, ilmu pengetahuan telah dikembangkan
sebagai teknik analitik baru yang telah diaplikasikan dan dikembangkannya teori-teori
inovatif. Diwaktu yang sama karena kemajuan-kemajuan di lapangan, maka
diperkenalkannya integrasi kombinasi ide-ide dan keahlian dari berbagai disiplin ilmu yang
berbeda-beda. Geologi adalah ilmu multidisiplin yang sangat baik dipahami jika aspek-aspek
berbeda terlihat berhubungan antara satu dengan lainnya. Sedimentologi perhatiannya tertuju
pada pembentukan batuan sedimen. Kemudian batuan sedimen dibahas hubungan waktu dan
ruangnya dalam rangkaian stratigrafi di dalam cekungan-cekungan sedimen. Tektonik
lempeng, petrologi dan paleontologi adalah topik tambahan.

Metode-metode yang digunakan oleh sedimentologi untuk mengumpulkan data dan bukti
pada sifat dan kondisi depositional batuan sedimen meliputi;

Mengukur dan menggambarkan singkapan dan distribusi unit batu;


o Menggambarkan formasi batuan, proses formal mendokumentasikan
ketebalan, lithology, singkapan, distribusi, hubungan kontak formasi lain
o Pemetaan distribusi unit batu, atau unit
Deskripsi batuan inti (dibor dan diambil dari sumur eksplorasi selama hidrokarbon)
Sequence stratigraphy
o Menjelaskan perkembangan unit batu dalam baskom
Menggambarkan lithology dari batu;

5|Page
Laporan Eskursi Sedimentologi (STTMI)
o Petrologi dan petrography; khususnya pengukuran tekstur, ukuran butir,
bentuk butiran (kebulatan, pembulatan, dll), pemilahan dan komposisi
sedimen

Menganalisis geokimia dari batu

Geokimia isotop, termasuk penggunaan penanggalan radiometrik, untuk menentukan usia


batu, dan kemiripan dengan daerah sumber.
Sedimen yang di jumpai di dasar lautan dapat berasal dari beberapa sumber yang menurut
Reinick (Dalam Kennet, 1992), dibedakan menjadi empat yaitu :

1. Lithougenus sedimen yaitu sedimen yang berasal dari erosi pantai dan material hasil erosi
daerah up land. Material ini dapat sampai ke dasar laut melalui proses mekanik, yaitu
tertransport oleh arus sungai dan atau arus laut dan akan terendapkan jika energi
tertransforkan telah melemah.

2. Biogeneuos sedimen yaitu sedimen yang bersumber dari sisa-sisa organisme yang hidup
seperti cangkang dan rangka biota laut serta bahan-bahan organik yang mengalami
dekomposisi.

3. Hidreogenous sedimen yaitu sedimen yang terbentuk karena adanya reaksi kimia di dalam
air laut dan membentuk partikel yang tidak larut dalam air laut sehingga akan tenggelam ke
dasar laut, sebagai contoh dan sedimen jenis ini adalah magnetit, phosphorit dan glaukonit.

4. Cosmogerous sedimen yaitu sedimen yang berasal dari berbagai sumber dan masuk ke laut
melalui jalur media udara/angin. Sedimen jenis ini dapat bersumber dari luar angkasa,
aktifitas gunung api atau berbagai partikel darat yang terbawa angin. Material yang berasal
dari luar angkasa merupakan sisa-sisa meteorik yang meledak di atmosfir dan jatuh di laut.
Sedimen yang berasal dari letusan gunung berapi dapat berukuran halus berupa debu
volkanik, atau berupa fragmen-fragmen aglomerat. Sedangkan sedimen yang berasal dari
partikel di darat dan terbawa angin banyak terjadi pada daerah kering dimana proses eolian
dominan namun demikian dapat juga terjadi pada daerah subtropis saat musim kering dan
angin bertiup kuat. Dalam hal ini umumnya sedimen tidak dalam jumlah yang dominan
dibandingkan sumber-sumber yang lain.

(http://alfonsussimalango.blogspot.com, 2010)

6|Page
Laporan Eskursi Sedimentologi (STTMI)
Dalam suatu proses sedimentasi, zat-zat yang masuk ke laut berakhir menjadi
sedimen. Dalam hal ini zat yang ada terlibat proses biologi dan kimia yang terjadi sepanjang
kedalaman laut. Sebelum mencapai dasar laut dan menjadi sedimen, zat tersebut melayang-
layang di dalam laut. Setelah mencapai dasar lautpun, sedimen tidak diam tetapi sedimen
akan terganggu ketika hewan laut dalam mencari makan. Sebagian sedimen mengalami erosi
dan tersuspensi kembali oleh arus bawah sebelum kemudian jatuh kembali dan tertimbun.
Terjadi reaksi kimia antara butir-butir mineral dan air laut sepanjang perjalannya ke dasar
laut dan reaksi tetap berlangsung penimbunan, yaitu ketika air laut terperangkap di antara
butiran mineral. (http//disfaslanal.wordpress.com)
Anggota ilmuan yang selalu menyakinkan dunia tentang kemajuan ilmiah Challenger
adalah John Murray, warga Kanada kelahiran Skotlandia. Sampel-sampel yang dikumpulkan
oleh Murray merupakan penyelidikan awal tentang sedimen laut dalam.

Distribusi Sedimen Laut :


Sedimen yang masuk ke dalam laut dapat terdistribusi pada :

1. Daerah perairan dangkal, seperti endapan yang terjadi pada paparan benua (Continental
Shelf) dan lereng benua (Continental Slope).

2. Daerah perairan dalam, seperti endapan yang terjadi pada laut dalam.

Endapan Sedimen pada Perairan Dangkal :


Pada umumnya Glacial Continental Shelf dicirikan dengan susunan utamanya
campuran antara pasir, kerikil, dan batu kerikil. Sedangkan Non Glacial Continental Shelf
endapannya biasanya mengandung lumpur yang berasal dari sungai. Di tempat lain
(continental shelf) dimana pada dasar laut gelombang dan arus cukup kuat, sehingga material
batuan kasar dan kerikil biasanya akan diendapkan.

Sebagian besar pada Continental slope kemiringannya lebih terjal sehingga sedimen
tidak akan terendapkan dengan ketebalan yang cukup tebal. Daerah yang miring pada
permukaannya dicirikan berupa batuan dasar (bedrock) dan dilapisi dengan lapisan lanau
halus dan lumpur. Kadang permukaan batuan dasarnya tertutupi juga oleh kerikil dan pasir.

Endapan Sedimen pada Perairan Laut Dalam


Sedimen laut dalam dapat dibagi menjadi 2 yaitu Sedimen Terigen Pelagis dan
Sedimen Biogenik Pelagis.

1. Sedimen Biogenik Pelagis

7|Page
Laporan Eskursi Sedimentologi (STTMI)
Dengan menggunakan mikroskop terlihat bahwa sedimen biogenik terdiri atas
berbagai struktur halus dan kompleks. Kebanyakan sedimen itu berupa sisa-sisa fitoplankton
dan zooplankton laut. Karena umur organisme plankton hannya satu atau dua minggu, terjadi
suatu bentuk hujan sisa-sisa organisme plankton yang perlahan, tetapi kontinue di dalam
kolam air untuk membentuk lapisan sedimen. Pembentukan sedimen ini tergantung pada
beberapa faktor lokal seperti kimia air dan kedalaman serta jumlah produksi primer di
permukaan air laut. Jadi, keberadan mikrofil dalam sedimen laut dapat digunakan untuk
menentukan kedalaman air dan produktifitas permukaan laut pada zaman dulu.

2. Sedimen Terigen Pelagis

Hampir semua sedimen Terigen di lingkungan pelagis terdiri atas materi-materi yang
berukuran sangat kecil. Ada dua cara materi tersebut sampai ke lingkungan pelagis. Pertama
dengan bantuan arus turbiditas dan aliran grafitasi. Kedua melalui gerakan es yaitu materi
glasial yang dibawa oleh bongkahan es ke laut lepas dan mencair. Bongkahan es besar yang
mengapung, bongkahan es kecil dan pasir dapat ditemukan pada sedimen pelagis yang
berjarak beberapa ratus kilometer dari daerah gletser atau tempat asalnya.

Angin merupakan alat transportasi penting untuk memindahkan materi langsung ke


laut. Lempung pelagis yang ada di laut dibawa terutama oleh tiupan angin (aeolian). Ukuran
lempung ini
Komponen utama debu yang terbawa angin adalah kuarsa dan mineral lempung. Pada
skala global, jumlah masuknya materi Vulkanologi ke sedimen laut dalam adalah kecil.
Letusan besar dapat mengeluarkan abu dan debu dalam jumlah yang banyak dengan
ketinggian 15-50 km, dan partikel terkecil berukuran 1-<1m>.
Selain pengertian sedimen di atas ada pengertian lain tentang sedimen yaitu batuan
sedimen adalah batuan yang terbentuk oleh proses sedimentasi. Sedangkan sedimentasi
adalah proses pengendapan sediemen oleh media air, angin, atau es pada suatu cekungan
pengendapan pada kondisi P dan T tertentu.
Dalam batuan sedimen dikenal dengan istillah tekstur dan struktur. Tekstur adalah
suatu kenampakn yang berhubungan erat dengan ukuran, bentuk butir, dan susunan kompone
mineral-mineral penyusunnya. Studi tekstur paling bagus dilakukan pada contoh batuan yang
kecil atau asahan tipis.
Struktur merupakan suatu kenampakan yang diakibatkan oleh proses pengendapan dan
keadaan energi pembentuknya. Pembentukannya dapat pada waktu atau sesaat setelah

8|Page
Laporan Eskursi Sedimentologi (STTMI)
pengendapan. Struktur berhubungan dengan kenampakan batuan yang lebih besar, paling
bagus diamati di lapangan misal pada perlapisan batuan.

2.3 Butiran Sedimen


Analisa granulometri merupakan suatu metoda analisa yang menggunakan ukuran butir
sebagai materi analisa. Analisa ini umum digunakan dalam bidang keilmuan yang
berhubungan dengan tanah atau sedimen. Dalam analisa ini tercakup beberapa hal yang biasa
dilakukan seperti pengukuran rata-rata, pengukuran sorting atau standar deviasi, pengukuran
skewness dan kurtosis. Masing-masing pengukuran tersebut mempunyai rumus-rumus yang
berbeda dan mempunyai batasan-batasan untuk menggambarkan keadaan dari butiran yang
diamati atau dianalisa. Batasan- batasan tersebut biasa disebut dengan verbal limit. Analisa
granulometri dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu dengan metode grafis dan metode
statistik, dimana metode grafis memuat berbagaimacam grafik yang mencerminkan
penyebaran besar butir, hubungan dinamika aliran dan cara transportasi sedimen klastik,
sedangkan metode statistik menghasilkan nilai rata-rata, deviasistandar, kepencengan dan
kemancungan kurva. Pilihan atau Sortasi dapat menunjukkan batas ukuran butir atau
keanekaragaman ukuran butir, tipedan karakteristik serta lamanya waktu sedimentasi dari
suatu populasi sedimen (Folk, 1968). Menurut Friedman dan Sanders (1978), sortasi atau
pemilahan adalah penyebaran ukuran butir terhadap ukuran butir rata-rata. Sortasi dikatakan
baik jika batuan sedimen mempunyai penyebaran ukuran butir terhadap ukuran butir rata-rata
pendek. Sebaliknya apabila sedimen mempunyai penyebaran ukuran butir terhadap rata-rata
ukuran butir panjang disebut sortasi jelek. Ada hubungan antara ukuran butir dan sortasi
dalam batuan sedimen. Hubungan ini terutama terjadi pada batuan sedimen berupa pasir
kasar sampai pasir sangat halus. Pasir dari berbagai macam lingkungan air menunjuk bahwa
pasir halus mempunyai sortasi yang lebih baik daripada pasir sangat halus. Sedangkan pasir
yang diendapkan oleh angin sortasi terbaik terjadi pada ukuran pasir sangat halus.
Kepencengan (SKEWNESS) adalah penyimpangan distribusi ukuran butir terhadap
distribusi normal. Distribusi normal adalah suatu distribusi ukuran butir dimana pada bagian
tengah dari sampel mempunyai jumlah butiran paling banyak. Butiran yang lebih kasar serta
lebih halus tersebar disisi kanan dan kiri dalam jumlah yang sama. Apabila dalam suatu
distribusi ukuran butior berlebihan partikel kasar, maka kepencengannya bernilai negatif
(Folk, 1974).Besar butir rata-rata merupakan fungsi ukuran butir dari suatu populasi sedimen
(missal pasir kasar, pasir sedang, dan pasir halus). Besar butir rata-rata dapat juga
menunjukkan kecepatan turbulen/sedimentasi dari suatu populasi sedimen. Adapun partikel-

9|Page
Laporan Eskursi Sedimentologi (STTMI)
partikel sedimen oleh Friedman dan Sanders (1978) dapat dibedakan menjadi 2 kelompok :1.
Hasil rombakan atau hancuran padat dari endapan tua. 2. material yang bukan merupakan
hasil rombakan atau hancuran padat yang terdiri dari material yang dikeluarkan lewat
semburan gunung berapi dan material terlarut di air yang ditransportasikandan diendapkan
pada tempat akumulasi pengendapan oleh sekresi biologis atau proses pengendapan secara
kimia. Sumber sedimen dapat berasal dari berbagai tempat. Drake (1978) menerangkan
bahwa terdapat 3sumber dari material sedimen yang ditemukan pada permukaan dasar laut
yaitu sumber dari daratan yang menyuplai material hancuran dan material terlarut sumber asli
dari laut dan material angkasa luar. Setelah proses pelapukan terjadi selanjutnya sedimen asal
mengalami proses transportasi dan lithifikasi. (Drake, 1978).
pada proses transportasi, dibawah kondisi normal, erosi menghasilkan nilai (rate) yang
sama dengan pelapukan batuan. Faktor yang mempengaruhinya adalah:
a.Kecepatan pengendapan
b.Arus aliran fluidac.
Gelombang Hasil sedimentasi yang telah berlangsung lama akan mengalami
konsolidasi atau lithifikasi (pembatuan). Sedimen yang terlithifikasi disebut batuan sedimen.
Faktor yang mempengaruhi terhadap proses lithifikasi antara lain proses fisika, proses
kimiawi dan proses biologi. Ukuran butiran berpengaruh terhadap sifat-sifat dari butiran
tersebut. Krumbrein dan Sloss (1963), menyatakan bahwa pada butiran sedimen , ukuran
sedimen berhubungan dengan dinamika transportasi dan deposisi. Ukuran butiran akan
mencerminkan resistensi butiran terhadap proses pelapukan, erosi dan abrasi, Pada proses
transportasi berpengaruh terhadap bentuk, ukuran butir, kebolaan maupun sifat-sifat dari
kumpulan butiran seperti sortasi, kepencengan dan kepuncakan akibat dari gesekan antara
butiran dengan butiran maupun dengan batuan dasar. Besar kecilnya partikel penyusun tanah
tersebut akan menentukan kemampuan dalam hal menahan air, mengurung tanah, dan
produksi bahan organic (Dwijoseputro,1987). Dalam klasifikasi sedimen berdasarkanukuran
dapat menggunakan skala wentworth (Kusumadinata,1980).
2.4 Oseanografi dan Sedimen
2.4.1 Pasang Surut
Pasang surut merupakan gerakan naik turunnya air laut yang disebabkan oleh gaya tarik
bulan dan matahari dan gaya sentrifugal bumi. Permukaan air laut perlahanlahan akan naik
sampai ketinggian maksimum, peristiwa ini dinamakan asang tinggi, setelah akan turun
samapi ada titik minimum atau pasang rendah, sifat khas atau fenomena ini terjadi dalam satu

10 | P a g e
Laporan Eskursi Sedimentologi (STTMI)
hari adalah dua kali sehari terdapat dua periode pasang tinggi dan dua kali periode pasang
rendah (Hutabarat, 2001).
Pasang surut merupakan salah satu gejala laut yang besar pengaruhnya terhadap biota
laut khususnya di wilayah pantai. Proses terjadinya pasang surut banyak dijelaskan di dalam
buku-buku tentang oseanografi. Pasang surut pertama terjadi karena adanya gaya tarik bulan
bumi berputar bersama kolam air dipermukaannya dan menghasilkan dua kali pasang dan dua
kali surut selama 24 jam (Romimohtarto dan Juwana, 2001).
Pengaruh gaya pasang surut mempengaruhi peristiwa abrasi dan sedimentasi. Wilayah
pantai yang mengalami peristiwa pasang surut harian ganda atau pasut surut tipe campuran
condong ke ganda memiliki pengaruh yang berbeda dengan wilayah pantai yang hanya
mengalami pasang surut harian tunggal, dimana wilayah yang memiliki pasang surut tipe
harian ganda dan campuran condong ke ganda mengalami proses transportasi sedimen yang
lebih dinamis jika dibandingkan dengan pasang surut harian tunggal.
Selain tipe pasang surut, perbedaan lama waktu antara pasang dan surut juga
mempengaruhi peristiwa abrasi sedimentasi. Kawasan pantai yang mengalami proses pasang
yang cenderung lebih lama dari waktu surut, akan berakibat memberikan peluang waktu yang
lebih banyak bagi gelombang untuk mengabrasi wilayah daratan (Hutabarat dan Evans,
2001).

2.4.2 Arus
Arus adalah gerakan massa air yang sangat luas yang terjadi pada seluruh permukaan
air laut di dunia. Gerakan air di permukaan laut terutama disebabkan oleh adanya angin factor
lain yang menyebabkan terjadinya arus adalah bentuk toografi dasar laut dan pulau-pulau
yang berada disekitarnya, sehingga akan terjadi gaya coriolis dan arus ekman.
Berbeda dengan ombak yang bergerak maju ke arah pantai, arus laut, terutama yang
mengalir sepanjang pantai merupakan penyebab utama yang lain dalam membentuk
morfologi pantai. Arus laut terbentuk oleh angin yang bertiup dalam selang waktu yang lama,
dapat pula terjadi karena ombak yang membentur pantai secara miring. Berbeda dengan
peran ombak yang mengangkut sedimen tegak lurus terhadap arah ombak, arus laut mampu
membawa sedimen yang mengapung maupun yang terdapat di dasar laut. Pergerakan
sedimen searah dengan arah pergerakan arus, umumnya menyebar sepanjang garis pantai.
Bentuk morfologi spit, tombolo, beach ridge atau akumulasi sedimen di sekitar jetty dan
tanggul pantai menunjukkan hasil kerja arus laut. Pola arus pantai ditentukan terutama oleh

11 | P a g e
Laporan Eskursi Sedimentologi (STTMI)
besarnya sudut yang dibentuk antara gelombang yang datang dengan garis pantai. Jika sudut
datang itu cukup besar, maka akan terbentuk arus menyusur pantai (longshore current) yang
disebabkan oleh perbedaan tekanan hidrostatik. Jika sudut datang relatif kecil atau sama
dengan nol (gelombang yang datang sejajar dengan pantai), maka akan terbentuk arus
meretas pantai (rip current) dengan arah menjauhi pantai di samping terbentuknya arus
menyusur pantai. Diantara kedua jenis arus pantai ini, arus menyusur pantailah yang
mempunyai pengaruh lebih besar terhadap transportasi sedimen pantai.
(Dahuri, 1996).
Berdasarkan gerakannya arus terjadi atas arus vertikal dan arus horizontal, serta arus
campuran/vertikal dan horizontal. Arah arus dipengaruhi oleh perbedaan tinggi, tempat angin,
pasang surut dan gelombang (Hutabarat, 2001).

2.4.3 Gelombang
Gelombang adalah naik turunnya permukaan air laut yang disebabakan angin dan arus.
Bentuk dari gelombang ideal yakni menunjukkan bagian-bagian uncak gelombang, lembah
dan panjang gelombang serta tinggi gelombang. Ada tiga faktor yang menentukan besarnya
gelombang yang disebabkan angin yakni kuatnya hembusan angin, lamanya hembusan angin
dan jarak temuh angin (Nontji, 2005).
Gelombang selalu menimbulkan sebuah ayunan air yang bergerak tanpa henti-hentinya
pada lapisan permukaan laut jarang dalam keadaan diam, hembusan angin sepoi-sepoi pada
cuaca yang tenang sekalipun sudah cukup untuk dapat menggerakkan gelombang riak.
Sebaliknya dalam keadaan dimana terjadi badai yang besar dapat menimbulkan suatu
gelombang besar yang dapat mengakibatkan kerusakan kapal. Susunan gelombang dilautan
baik bentuk mauppun macamnya bervariasi hal ini mengakibatkan gelombang tidak dapat
terurai (Hutabarat, 2001).
Sedimentasi merupakan proses pergerakan arus dan gelombang yang membawa
partikel-partikel substrat baik berupa partikel pasir maupun lumpur sehingga
mengalami pengendapan didaerah intertidal pengendapan tersebut dipengaruhi oleh arus dan
ukuran dimana partikel yang lebih besar akan lebih cepat mengendap dibandingkan dengan
partikel kecil, pengendapan ini terjadi berjuta-juta tahuun (Wikipedia, 2010).
Era oseanografi secara sistematis telah dimulai ketika HMS Challenger kembali ke
Inggris pada tanggal 24 Mei 1876 membawa sampel, laporan, dan hasil pengukuran selama
ekspedisi laut yang memakan waktu tiga tahun sembilan bulan. Anggota ilmuan yang selalu

12 | P a g e
Laporan Eskursi Sedimentologi (STTMI)
menyakinkan dunia tentang kemajuan ilmiah Challenger adalah John Murray, warga Kanada
kelahiran Skotlandia. Sampel-sampel yang dikumpulkan oleh Murray merupakan
penyelidikan awal tentang sedimen laut dalam.

Sedimen laut dalam dapat dibagi menjadi 2 yaitu Sedimen Terigen Pelagis dan
Sedimen Biogenik Pelagis :
1. Sedimen Biogenik Pelagis
Dengan menggunakan mikroskop terlihat bahwa sedimen biogenik terdiri atas berbagai
struktur halus dan kompleks. Kebanyakan sedimen itu berupa sisa-sisa fitoplankton dan
zooplankton laut. Karena umur organisme plankton hannya satu atau dua minggu, terjadi
suatu bentuk hujan sisa-sisa organisme plankton yang perlahan, tetapi kontinue di dalam
kolam air untuk membentuk lapisan sedimen. Pembentukan sedimen ini tergantung pada
beberapa faktor lokal seperti kimia air dan kedalaman serta jumlah produksi primer di
permukaan air laut. Jadi, keberadan mikrofil dalam sedimen laut dapat digunakan untuk
menentukan kedalaman air dan produktifitas permukaan laut pada zaman dulu.
2. Sedimen Terigen Pelagis
Hampir semua sedimen Terigen di lingkungan pelagis terdiri atas materi-materi yang
berukuran sangat kecil. Ada dua cara materi tersebut sampai ke lingkungan pelagis. Pertama
dengan bantuan arus turbiditas dan aliran grafitasi. Kedua melalui gerakan es yaitu materi
glasial yang dibawa oleh bongkahan es ke laut lepas dan mencair. Bongkahan es besar yang
mengapung, bongkahan es kecil dan pasir dapat ditemukan pada sedimen pelagis yang
berjarak beberapa ratus kilometer dari daerah gletser atau tempat asalnya. Angin merupakan
alat transportasi penting untuk memindahkan materi langsung ke laut. Lempung pelagis yang
ada di laut dibawa terutama oleh tiupan angin (aeolian).(Grabau, AW. 1904).

13 | P a g e
Laporan Eskursi Sedimentologi (STTMI)
BAB III

GEOLOGI REGIONAL

3.1 Fisiografi

Fisiografi Jawa Barat menurut Van Bemmelen (1949) terbagi menjadi enam zona yaitu
sebagai berikut:
1. Zona Gunungapi Kuarter,
2. Zona Dataran Aluvial Jawa Barat Utara
3. Zona Antiklinorium Bogor,
4. Kubah dan Punggungan pada Zona Depresi Tengah,
5. Zona Depresi Tengah Jawa Barat.
6. Zona Pegunungan Selatan Jawa Barat.

Peta fisiografi Jawa Barat (modifikasi dan digitasi dari van Bemmelen, 1949)

14 | P a g e
Laporan Eskursi Sedimentologi (STTMI)
3.2 Stratigrafi Regional

Stratigrafi Regional Daerah PenelitianDari beberapa penulis (tanpa skala)


(Dalam Djuhaeni & Soejono. M, 1989)

Formasi Citalang

Formasi Citalang terletak selaras di atas Kaliwangu (Djuhaeni dan Martodjodjo,


1989). Formasi ini merupakan hasil endapan darat sistem sungai meander dan menganyam.
Litologi terdiri atas batupasir tufaan, lempung tufaan dan konglomerat. Di dalam lapisan
batupasir halus kadag dijumpai fosil kayu, fosil daun dan fragmen lignit. Umur Formasi ini
adalah Pliosen Atas (Djuri, 1973) atau Pliosen Bawah (Djuhaeni dan Martodjodjo, 1989).
Pada beberapa singkapan disungai cisaar, dijumpai adanya fosil vetebrata dismaping fosil
moluska lingkungan darat (Zaim, ITB, 1999, Komuikasi lisan). Dengan demikian bahwa
Formasi Citalang adalah Plistosen.

15 | P a g e
Laporan Eskursi Sedimentologi (STTMI)
Formasi Kaliwangu

Formasi Kaliwangu berumur Pliosen Bawa, mendidih secara selaras di atas Formasi
subang (Djuhaeni dan Martodjodjo, 1989), dan tidak selaras menurut Djuri (1973), Formasi
ini terdiri atas litologi batulempung dengan sisipan batupasir tufaan, konglomerat,, batupasir
gampingan dan batugamping. Formasi ini diendapkan pada lingkungan transisi, dengan
dijumpai adanya lignit dan kandungan fosil moluska yang berlimpah, dijumpai siderit.
Yang umum terjadi pada lingkungan transisi. Umur formasi ini adalah Pliosen Atas
(Djuhaeni dan Martodjodjo, 1989), atau Pliosen bawah menurut Djuri (1973).

Formasi Subang

Formasi subang menindih secara selaras diatas Formasi Halang. Formasi ini berumur
Miosen Atas (Djuari, 1973) atau Pliosen Bawah Djuhaeni dan Martodjodjo, 1989). Formasi
subang terdiri atas batulempung gampingan dengan sisipan batupasir tufaan. Batulempung
gampingan berwarna abu-abu hingga abu-abu kehijauan, menyerpih, berlapis tebal. Di dalam
formasi ini sering dijumpai nodul batulempung gampingan dan mengandung mineral besi
hasil oksidasi. Seperti yang dijumpai dilokasi pertama, pas turun ke sungai. Bahkan dijumpai
pula di Sungai cipelang, Sungai Cikandung dan Sungai Cipanas. Singkapan yang baik dari
formasi ini di jumpai di Sungai Cikandung. Tanjungkreta, disusun oleh batupasir tufaan yang
tebal dengan sisipan batulempung. Endapan ini dinamakan sebagai Anggota Cikandung,
Formasi subang. Berdasarkan sifat fisik batuannya, Formasi subang ini diendapkann
dilingkungan laut dalam hingga laut dangkal (Djuhaeni dan Martodjojo 1989).

16 | P a g e
Laporan Eskursi Sedimentologi (STTMI)
BAB IV
PENGAMATAN LAPANGAN DAN ANALISA

4.1 PENGAMATAN LAPANGAN


Lokasi 1
Hari/Tgl: Sabtu, 6 Agustus 2016

Cuaca : Cerah

Lokasi : Sungai Cisaar daerah Jembarwangi (KabupatenSumedang)

Deskripsi
Batupasir memiliki warna abu-abu dengan kondisi segar, besar butir pasir sangat
halus sampai halus, kemas terbuka , porositas buruk, pemilahan baik, sementasi
silikaan.
Pasir Konglomerat memiliki warna abu-abu, terdapat fragmen batuan beku, ukuran
kerikil-kerakal, masadasar batupasir dengan warna agak kecoklatan dan sementasi
berupa silika.

17 | P a g e
Laporan Eskursi Sedimentologi (STTMI)
Batulanau memiliki warna abu-abu kehijauan, besar butir lanau , kemas tertutup,
pemilahan baik, porositas baik,permabilitas baik dan sementasi berupa silika.
Batulempung memiliki warna abu-abu kehitaman, kemas tertutup, pemilahan baik,
porositas baik, permabilitas baik, sementasi berupa karbonatan.

Lokasi 2

Deskripsi

Batupasir memiliki warna kemerah-merahan dengan kondisi segar,besar butir pasir


halus-kasar, kemas terbuka , porositas buruk, pemilahan baik, sementasi berupa
silikaan.
Batupasir memiliki warna abu-abu terang dengan kondisi, besar butir pasir sangat
halus sampai halus, kemas terbuka , porositas buruk, pemilahan baik, sementasi
silikaan.
Batulanau memiliki warna abu-abu kehijauan, besar butir lanau (0,004-0,0625 mm) ,
kemas tertutup, pemilahan baik, porositas baik, permabilitas baik dan terdapat fosil
cangkang moluska.

Lokasi 3

18 | P a g e
Laporan Eskursi Sedimentologi (STTMI)
Deskripsi

Batulempung dengan batupasir yang tebal dengan warna abu-abu kehitaman, kemas
tertutup, pemilahan baik, porositas baik, permabilitas baik, dengan kedudukan lapisan
N 35o E/ 27o sementasi karbonatan (CaCo3) struktur menyerpih.
Batupasir tipis dengan besar butir halus-kasar, kemas terbuka, porositas buruk,
permabilitas buruk, sementasi silika, struktur sedimen berupa pararel laminasi.

Lokasi 4

Deskripsi

Batubara sisipan batulempung dengan jenis batubara lignit , warna hitam, rapuh,
menyerpih dan batulempung warna hitam, kemas tertutup, pemilahan baik, porositas
baik, permabilitas baik.

19 | P a g e
Laporan Eskursi Sedimentologi (STTMI)
Lokasi 5

Deskripsi

Batupasir memiliki warna segar abu-abu terang, besar butir pasir sangat halus sampai
halus, kemas terbuka , porositas buruk, pemilahan baik, sementasi silikaan, fosil
vetebrata, struktur sedimen Cross bedding planar.
Konglomerat memiliki warna abu-abu, fragmen batuan beku, ukuran krikil-bongkah,
masadasar batupasir dengan warna agak kecoklatan dan sementasi berupa silika.

Lokasi 6

20 | P a g e
Laporan Eskursi Sedimentologi (STTMI)
Deskripsi

Batupasir memiliki warna segar abu-abu terang, besar butir pasir sangat halus sampai
halus, kemas terbuka , porositas buruk, pemilahan baik, sementasi silikaan, ditemukan
pumice dan tuff struktur sedimen Cross bedding planar.
Konglomerat memiliki warna abu-abu, fragmen batuan beku, ukuran kerikil-bongkah,
masa dasar batupasir yg memiliki warna agak kecoklatan terdapat tuff dan pumice
dengan sementasi berupa silika.

Lokasi 7

Deskripsi

Batulempung dengan batupasir yang memiliki warna abu-abu, besar butir sangat
halus, pemilahan baik, kemas tetutup, porositas baik, permabilitas baik, terdapat
gastropoda, semen silika dengan kedudukan lapisan N320oE/35o struktur sedimen
pararel laminasi.
Batu lempung tipis, dengan warna abu-abu kehitaman, pemilahan baik, kemas
tertutup, porositas baik, permabilitas baik. Struktur menyerpih.

21 | P a g e
Laporan Eskursi Sedimentologi (STTMI)
Lokasi 8

Deskripsi

Tuff, dengan warna putih, terdapat cangkang fosil gastropoda dan pecahan cangkang
fosil bivalvia, dengan ciri berlapis tebal. Interpretasi dilokasi delapan merupakan
batuan dari hasil erupsi gunung api yang menandakan adanya tuff.

Lokasi 9

Deskripsi

Batu gamping dengan warna putih kecoklatan, terlihat mengkristalisasi, dan jika batu
tersebut dipecahkan maka akan tercium sedikit bau minyak yang bisa diindikasikan
sebagai jebakan minyak.

22 | P a g e
Laporan Eskursi Sedimentologi (STTMI)
Lokasi 10

Deskripsi

Batulempung dengan warna abu-abu kehijauan,


pemilahan baik, kemas terutup, porositas baik,
permabilitas baik, banyak mengandung foraminifera.

23 | P a g e
Laporan Eskursi Sedimentologi (STTMI)
4.2 Analisa

Lokasi 1

Dijumpai nodul batulempung gampingan dan mengandung mineral besi hasil oksidasi yang
menjadikan suatu fragmen, dan masa dasarnya merupakan batupasir berwarna abu-abu
kehijauan dengan bentuk butir dari halus ke sangat halus, artinya daerah ini merupakan
lingkungan pengendapan daerah transisi dan laut dangkal.

Lokasi 2,3 dan 4

Singkapan ini lebih muda dari yg lokasi 1. Lapisan batuannya berwarna gelap. Terlihat
adanya batas antara lapisan batu lempung hitam dan pasir halus. Lingkungan
pengendapannya bisa sebagai endapan rawa ataupun danau. Kondisi di sekitar singkapan
mengalir arus sungai yang tenang. Ada sebagian lapisan yang mengalami reduksi,
dikarenakan adanya mineral pyrit (FeS). Terlihat pula adanya warna kemerahan berupa karat
karena kontak dengan udara. Tidak terdapat fosil dan terdapat banyak nodul. Dari besar butir
yang terlihat di singkapan dapat ditentukan kemiringan lapisannya. Di tempat yang berbeda,
20 m dr singkapan sebelumnya, terdapat singkapan berupa lapisan batu lempung dan batu
lanau. Ada perbedaan fisik litologi yang memperlihatkan batas lapisan yang tegas. Lapisan
yang berwarna hitam kaya akan karbon adalah batu bara muda (lignit). Juga terdapat tufa,
yang berarti ada letusan gunung api pada saat pengendapannya. Lingkungan pengendapannya
adalah linkungan darat.

Lokasi 5 dan 6

Terdapat singkapan yang berupa lapisan konglomerat dan pasir. Singkapan ini berasal dari
lingkungan pengendapan sungai, buktinya adalah penemuan fosil vertebrata. Terjadinya
penggerusan karena arus yang kuat, hasilnya berupa scooring antara lapisan konglomerat dan
pasir.

Lokasi 7

Lapisan batuannya berwarna gelap. Terlihat adanya batas antara lapisan batu lempung hitam
dan pasir halus. Lingkungan pengendapannya bisa sebagai endapan rawa ataupun danau

24 | P a g e
Laporan Eskursi Sedimentologi (STTMI)
Lokasi 8

Terdapat singkapan yang berupa perlapisan batu lempung. Kondisi dari fosil di singkapan ini
bervariasi, ada yang utuh dan juga yang sudah terhancurkan. Termasuk moluska kelas
gastropoda.

Lokasi 9

Terdapat singkapan Batugamping yang mana bisa kami interpretasikan sebagai daerah
pengendapan laut dangkal.

Lokasi 10

Terdapat singkapan Batulempung dengan keterdapatan mineralisasi Pyrite. Kemudian


terdapat suatu endapan laut dalam (slump)

25 | P a g e
Laporan Eskursi Sedimentologi (STTMI)
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Ukuran butir batuan menentukan aliran arus airnya, bila butirnya halus maka aliran
berarus tenang, begitu juga sebaliknya.
Lingkungan pengendapan yang terdapat di lokasi 1 sampai 10 bervariasi, dari
lingkungan marine sampai non-marine.
Lingkungan pengendapan darat terdapat di lokasi 2 sampai 8 dengan ditemukan
adanya fosil vertebrata dan juga adanya hasil endapan rawa dan danau. Kami juga
menginterpretasikan Formasi Citalang masuk kriteria lingkungan pengendapan darat.
Lingkungan pengendapan transisi dan laut dangkal di lokasi 1 dan 9 dengan
ditemukan adanya endapan batupasir, konglomerat, dan batugamping. Kami juga
menginterpretasikan Formasi kaliwangu masuk kriteria lingkungan pengendapan
transisi dan laut dangkal
Lingkungan pengendapan laut dalam di lokasi 10 dengan ditemukan adanya hasil
longsoran (slump) batulempung. Kami juga menginterpretasikan Formasi subang
masuk kriteria lingkungan pengendapan laut dalam.

26 | P a g e
Laporan Eskursi Sedimentologi (STTMI)
DAFTAR PUSTAKA

Syarif.Paleontologi Invertebrata.2000.Bandung
https://earthfactory.wordpress.com/.../fisiografi-regional-jawa-bagian-barat-van-
bemeell
www.academia.edu/9536099/BAB_II_KERANGKA_GEOLOGI_REGIONAL

27 | P a g e
Laporan Eskursi Sedimentologi (STTMI)
Lampiran
Kolom Stratigrafi Daerah Penelitian

28 | P a g e
Laporan Eskursi Sedimentologi (STTMI)

Anda mungkin juga menyukai