Anda di halaman 1dari 17

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Keberadaan unsur-unsur kimia di alam sangat banyak dan tersebar. Salah satu daerah
dengan keberadaan unsur kimia yang banyak adalah wilayah perairan. Dimana wilayah
perairan di bumi diketahui sangat luas dengan total 70% wilayahnya dari keseluruhan bumi.
Tentunya banyak juga kandungan unsur kimia yang ada di perairan, salah satunya adalah
fosfat. Fosfat merupakan unsur yang penting dalam daur organik suatu perairan karena
bersama-sama dengan karbon melalui proses fotosintesis membentuk jaringan tumbuh-
tumbuhan yang menjadi makanan bagi hewan dan akan menghasilkan zat organik jika
organisme tersebut mengalami kematian. Bahan mentah untuk memulai daur organik
dihasilkan setelah mereka mengalami proses pembusukan dan daur organik (Romimohtarto
dan Juwana, 2001).
Fosfat mempunyai peranan penting dalam perairan dimana fosfat merupakan salah satu
unsur penyusun nutrien yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan fitoplankton di perairan
laut. Meskipun mempunyai peranan penting tapi keberadaan fosfat yang berlebihan juga tidak
bagus karena akan meningkatkan produktivitas primer dan akan mempengaruhi kehidupan
biota perairan. Keberadaan fosfat di perairan dapat bersumber dari pelapukan batuan mineral
atau buangan limbah darat yang berasal dari muara sungai sehingga terbawa ke laut. Selain itu
sumber fosfat di perairan juga dapat berasal dari sisa metabolisme ikan dan biota lainnya.
Oleh sebab itu, pengukuran tentang fosfat menjadi penting karena pengaruhnya di
perairan begitu terlihat. Karena apabila kandungan fosfat yang terukur lebih dari batas
minimum akan mengakibatkan kerusakan lingkungan yang nantinya akan merugikan. Dengan
mengetahui batas minimum fosfat sehingga dapat melakukan pencegahan akan keberadaan
fosfat yang berlebihan dan pemanfaatan fosfat yang benar untuk lingkungan. Karena itu
praktikum kali ini mempunyai manfaat yang bagus untuk praktikan yang berada di bidang
oseanografi

1.2 Tujuan
1. Membuat larutan yang dibutuhkan dalam analisa Fosfat.
2. Menganalisis kandungan fosfat inorganik terlarut dalam sampel air dengan
menggunakan spektrofotometer.

1
1.3 Waktu dan Tempat Praktikum
Hari/ tanggal : Minggu, 23April 2016
Pukul : 08.00- 13.30 WIB
Tempat : Laboratorium Kimia, Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro.

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Fosfat


Menurut Indranuda (1994) fosfor merupakan bagian integral tanaman di bagian
penyimpanan (storage) dan pemin-dahan (transfer) energi. Fosfat di dalam tanah terdapat
dalam bentuk fosfat anorganik dan fosfat organik. Fosfat anorganik merupakan fosfor yang
tidak bergabung dengan material organik.
Terdapat 2 macam fosfat anorganik dalam perairan, yaitu ortofosfat dan polifosfat.
Polifosfat tidak stabil dan bisa berubah bentuk menjadi bentuk ortofosfat. Polifosfat sering
dimanfaaatkan untuk penanganan air ketel dan pada campuran bahan kimia detergen (Harry,
2004). Sedangkan untuk ortofosfat sering digunakan unuk kepentingan pertanian sebagai
pupuk. Fosfat organik adalah fosfat yang terikat pada jaringan tumbuhan atau jaringan
hewan. Materi organik yang berasal dari sampah tanaman mati dan membusuk kaya akan
sumber-sumber fosfor organik (Sutedjo, 1996). Fosfor selalu diserap oleh tanaman sebagai
H 2 4 , 42 dan 43 yang terutama berada di dalam larutan tanah. Sifat fisika dan
kimia dari unsur fosfor adalah sebagai berikut
Sifat fisik
Warna : tidak berwarna/ merah/putih
Wujud : padat
Titik didih : 550 K (2770C)
Titik leleh : 317,3 K (44,20C)
Massa jenis (fosfor merah) : 2,34 g/cm3
Massa jenis (fosfor putih) : 1,823 g/cm3
Massa jenis (fosfor hitam) : 2,609 g/cm3
Energi ionisasi (fosfor putih) : 1011,8 kj/mol
Secara umum fosfor membentuk padatan putih yang lengket yang memiliki bau yang
tak enak tetapi ketika murni menjadi tak berwarna dan transparan
Fosfor putih mudah menguap dan larut dalam pelarut nonpolar benzene
Fosfor merah tidak larut dalam semua pelarut.
Sifat Kimia Unsur Fosfor pada unsur fosfat adalah :
Fosfor putih bersifat sangat reaktif, memancarkan cahaya, mudah terbakar
di udara, beracun. Fosfor putih digunakan sebagai bahan baku pembuatan
asam fosfat di industri.
Fosfor merah bersifat tidak reaktif, kurang beracun. Fosfor merah

3
digunakan sebagai bahan campuran pembuatan pasir halus dan bidang gesek korek api.
(Millero, 1996 dalam Fonny dan Hanif, 2011)

2.2 Sumber fosfat di laut


Sumber alami fosfor di perairan adalah pelapukan batuan mineral seperti fluorapatite
[Ca(PO4)3F], hydroxylapatite [Ca5(PO4)3OH], strengite [Fe(PO4)2H 2O], whitlockite
[Ca3(PO4)2], dan berlinite [AlPO4], disamping itu juga berasal dari dekomposisi bahan
organik (Effendi, 2003). Limpasan dari daerah pertanian yang menggunakan pupuk
jugamemberikan kontribusi yang cukup besar bagi keberadaan fosfor di perairan
(Idham,2006). Sumber fosfat di perairan laut pada wilayah pesisir dan paparan benua adalah
sungai. Karena sungai membawa hanyutan sampah maupun sumber fosfat daratan lainnya,
sehingga sumberfosfat di muara sungai lebih besar dari sekitarnya. Fosfat yang terdapat
dalam air laut (terlarut maupun tersuspensi) umumnya berasal dari dekomposisi organisme
yang sudah mati dan terdapat dalam bentuk anorganik (orthofosfat dan polifosfat), maupun
organik (senyawa gula fosfat dan hasil oksidasinya, nucleoprotein dan
fosfoprotein).Beberapa senyawa fosfat tidak dapat dideteksi keberadaannya di laut dalam,
diantaranya asam fosfat difosfat (H4P2O7) dan semua asam polifosfat dengan ikatan P O
P, tetapi banyak ditemukan dalam perairan yang tercemar oleh deterjen.Sentawa fosfat
organic yang terkandung dalam air laut umumnya berada dalam bentuk ion (orto) asam
fosfat H3PO4.Kira-kira 10% dari fosfat anorganik terdapat sebagi ion PO43- dan sebagian
besar (90%) dalam bentuk HPO42- (Nybakken, 1988 dalam Marojahan, 2007).

2.3 Siklus fosfat di laut


Daur fosfor terlihat akibat aliran air pada batu-batuan akan melarutkan bagian
permukaan mineral termasuk fosfor akan terbawa sebagai sedimentasi ke dasar laut dan
akan dikembalikan ke daratan. Nilai kelarutan fosfat dalam air ditentukan oleh jenis mineral
fosfat, mineral hidroksiapatit merupakan mineral fosfat yang mempunyai kelarutan tinggi,
dengan demikian idealnya untuk pupuk alam digunakan endapan fosfat yang kandungan
mineral hidroksiapatitnya cukup tinggi (Hutagalung et al, 1997).Materi yang menyusun
tubuh organisme berasal dari bumi. Materi yang berupa unsur-unsur terdapat dalam senyawa
kimia yang merupakan materi dasar makhluk hidup dan tak hidup. Siklus biogeokimia atau
siklus organik anorganik adalah siklus unsur atau senyawa kimia yang mengalir dari
komponen abiotik ke biotik dan kembali lagi ke komponen abiotik. Siklus unsur-unsur

4
tersebut tidak hanya melalui organisme, tetapi juga melibatkan reaksi-reaksi kimia dalam
lingkungan abiotik sehingga disebut siklus biogeokimia (Effendi, 2003).
Di dalam siklus fosfor banyak terdapat interaksi antara tumbuhan dan hewan, senyawa
organik dan inorganik, dan antara kolom perairan, permukaan, dan substrat. Contohnya
beberapa hewan melepaskan sejumlah fosfor padat di dalam kotoran mereka(Sanusi, 2006).

Gambar 1. Siklus Fosfor di Alam

Gambar 2. Siklus Fofat di Laut

2.4 Baku Mutu Fosfat Di Perairan


Besar konsentrasi rata rata fosfat dalam air laut adalah 2 gr.Dalam perairan laut
yang normal, rasio N/P adalah sebesar 15:1. Ratio N/P yang meningkat potensial
menimbulkan blooming atau eutrofikasiperairan, dimana terjadi pertumbuhan fitoplankton
yang tidak terkendali. Eutrofikasi potensial berdampak negatif terhadap lingkungan, karena
berkurangnya oksigen terlarut yang mengakibatkan kematian organisme akuatik lainnya
(asphyxiation), selain keracunan karena zat toksin yang diproduksi oleh fitoplankton (genus
Dinoflagelata). Fitoplankton mengakumulasi N, P, dan C dalam tubuhnya, masing masing

5
dengan nilai CF (concentration factor) 3 x 104 untuk P, 16(3 x 104) untuk N dan 4 x 103
untuk C (Sanusi, 2006).
Sulaeman (2005), Mengemukakan pembagian tipe perairan berdasarkan kandungan
fosfat di perairan sebagai berikut :
Tabel 1. penggolongan kesuburan perairan berdasarkan kandungan fosfatnya

No Kandungan Fosfat Tingkat Kesuburan


1 <5 ppm Kesuburan sangat rendah
2 5 10 ppm Kesuburan rendah
3 11 15 ppm Kesuburan sedang
4 16 20 ppm Kesuburan baik sekali
5 >21 ppm Kesuburan sangat baik

2.5 Peranan Fosfat di Laut


Di perairan, bentuk fosfor berubah secara terus-menerus akibat adanya proses
dekomposisi dan sintesis antara bentuk organic dan bentuk inorganic yang dilakukan oleh
mikroba. Pada perairan, unsur ini menjadi faktor pembatas bagi tumbuhan dan algae akuatik.
Selain itu, unsur ini sanat mempengaruhi tingkat produktivitas periaran karena unsur ini
merupakan unsur yang esensial bagi tumbuhan tingkat tinggi dan juga algae. Keberadaan dari
kandungan fosfat di perairan dapat digunakan sebagai dasar klasifikasi perairan. Dasar
klasifikasi tersebut adalah kadar ortofasfat dan juga kadar fosfor total dalam perairan (Effendi,
2003).
Di laut dalam kebanyakan P berbentuk inorganik. Di musim dingin hampir semua P
adalah inorganik. Variasi di perairan pantai terjadi karena proses upwelling dan kelimpahan
fitoplankton. Pencampuran yang terjadi dipermukaan pada musim dingin dapat disebabkan
oleh bentuk linear di air dangkal. Setelah musim dingin dan musim panas kelimpahan fosfat
akan sangat berkurang (Effendi, H. 2003).

6
III. MATERI METODE

3.1 Materi
3.1.1 Alat
Tabel 2. Alat- alat yang dibtutuhkan pada praktikum
Nama Gambar Keterangan

Laptop Sebagai alat penyaring sampel


yang terlarut dalam air.

Corong Kaca Untuk menyedot air hasil


penyaringan dari filter holder

Gelas Ukur Untuk mengukur larutan


dalam volue tertentu.

Labu Ukur Wadah untuk melakukan


pengenceran

Pipet Untuk mengambil larutan


standar yang akan diencerkan

Gelas Beker Memudahkan pemindahan


larutan standar yang telah
diencerkan dari labu ukur ke
botol sampel.

7
Tabung Reaksi Sebagai wadah larutan standar
dan air sampel yang telah
diencerkan sebelum
dituangkan ke dalam cuvet.

Botol Sampel Sebagai wadah larutan standar


dan air sampel yang telah
diencerkan sebelum
dituangkan ke dalam cuvet.

Cuvet Sebagai wadah larutan standar


saat di uji dalam
Spektrofotometer

Spektrofotometer Untuk menghitung nilai


absorbansi larutan standar
berdasarkan panjang
gelombangnya

3.1.2 Bahan
Tabel 3. Bahan- bahan Praktikum
NamaBahan Gambar Fungsi

Larutan Standart Fosfat Sebagai larutan standar.


(30 m)

Aquadest Sebagai pengencer larutan

8
Sebagai sampel.
Sampel Air Laut

Sebagai indikator untuk


Larutan Mix Reagen menganalisa adanya fosfat
dalam suatu larutan
sampel.

3.2 Metode
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Mengambil air sampel dan menuangkan ke dalam gelas beker.
3. Menyaring air sampel dengan filter holder yang telah diberi kertas saring dan telah
dihubungkan dengan vacump pump.
4. Mengambil air sampel yang telah disaring sebanyak 10 ml ke tabung reaksi.
5. Mengambil larutan standar fosfat sebanyaj 0.2 ppm, 0.4 ppm, 0.6 ppm dan larutan blank
masing- masing sebanyak 10 mL.
6. Memasukkan masing- masing larutan ke dalam erlenmeyer dan menambahkan 1 mL
larutan reagen.
7. Menggoyang erlenmeyer (larutan standar + larutan reagen) selama 15 menit kemudian
pindahkan ke dalam tabung reaksi.
8. Memindahkan semua larutan ke dalam tabung reaksi.
9. Menuangkan larutan standar, blank dan sampel ke dalam cuvet hingga batas tera.
10. Mengukur nilai absorbansi larutan dengan spektrofotometer menggunakan panjang
gelombang 885 nm.
11. Mencatat nilai absorbansi.
12. Mencari nilai regresi dengan Ms. Excel.
13. Menghitung nilai konsentrasi larutan.

9
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1.Nilai konsentrasi fosfat
Tabel 4. Nilai konsentrasi fosfat
No Panjang Gelombang (nm) Konsentrasi (N) Absorbansi
Laporan Blank 885 0 0
Larutan Standar 1 885 0.012 0.017
Larutan Standar 2 885 0.024 0.043
Larutan Standar 3 885 0.072 0.259
Stasiun 1 885 0.010895787 0.019
Stasiun 2 885 0.016197874 0.039
Stasiun 3 885 0.015402561 0.036
Stasiun 4 885 0.010100475 0.016
Stasiun 5 885 0.012751518 0.026
Stasiun 6 885 0.291641261 1.078
Stasiun 7 885 0.112165637 0.401
Stasiun 8 885 0.017523395 0.044
Stasiun 9 885 0.111900533 0.4
Stasiun 10 885 0.125155749 0.45
Stasiun 11 885 0.053047374 0.178
Stasiun 12 885 0.023090586 0.065

4.1.1.1.Parameter Kualitas Perairan


Tabel 5. Parameter kualitas perairan Pekalongan
Suhu Salinitas DO Kecerahan
Stasiun pH
(oC) (%0) (mg/l) (cm)
Stasiun 1 30.5 30 7.98 4.87 30
Stasiun 2 30.7 31 7.32 4.96 40
Stasiun 3 29.8 33 7.54 5.16 100
Stasiun 4 29.6 35 7.58 4.53 120
Stasiun 5 30.2 34 7.69 4.32 105
Stasiun 6 29.1 33 7.45 4.62 90
Stasiun 7 29.3 35 7.65 4.36 100
Stasiun 8 29.5 35 7.73 4.4 110
Stasiun 9 29.2 35 7.84 4.2 150
Stasiun 10 29.4 35 7.92 3.55 165
Stasiun 11 29.8 36 7.98 3.07 200
Stasiun 12 30 36 8.04 3.25 220

10
4.1.2 Grafik nilai konsentrasi fosfat
Grafik 1. Nilai konsentrasi fosfat

Grafik 2. Nilai konsentrasi vs absorbansi fosfat larutan sampel

4.1.3.Perhitungan kadar fosfat terlarut


Larutan Standar 1
V1 = 1 mL V2 = 10 mL
N1 = 0.012 N N2 = ?
V1.N1 = V2.N2
(1) (0.012) = (10) . N2
0.012 = 10.N2
N2 = 0.0012 N
Larutan Standar 2
V1 = 3 mL V2 = 10 mL
N1 = 0.024 N N2 = ?
V1.N1 = V2.N2
(3) (0.024) = (10) . N2
0.072 = 10.N2
N2 = 0.0072 N

11
Larutan Standar 3
V1 = 5 mL V2 = 10 mL
N1 = 0.072 N N2 = ?
V1.N1 = V2.N2
(5) (0.072) = (10) . N2
0.36 = 10.N2
N2 = 0.036 N
Larutan Sampel 1
Absorbansi = 0.019
Konsentrasi = (0.019 + 0.0221) / 3.7721
Konsentrasi = 0.010895787
Larutan Sampel 2
Absorbansi = 0.039
Konsentrasi = (0.039 + 0.0221) / 3.7721
Konsentrasi = 0.016197874
Larutan Sampel 3
Absorbansi = 0.036
Konsentrasi = (0.036 + 0.0221) / 3.7721
Konsentrasi = 0.015402561
Larutan Sampel 4
Absorbansi = 0.016
Konsentrasi = (0.016 + 0.0221) / 3.7721
Konsentrasi = 0.010100475
Larutan Sampel 5
Absorbansi = 0.026
Konsentrasi = (0.026 + 0.0221) / 3.7721
Konsentrasi = 0.012751518
Larutan Sampel 6
Absorbansi = 1.078
Konsentrasi = (1.078 + 0.0221) / 3.7721
Konsentrasi = 0.291641261
Larutan Sampel 7
Absorbansi = 0.401
Konsentrasi = (0.401 + 0.0221) / 3.7721

12
Konsentrasi = 0.112165637
Larutan Sampel 8
Absorbansi = 0.02
Konsentrasi = (0.02 + 0.0221) / 3.7721
Konsentrasi = 0.011160892
Larutan Sampel 9
Absorbansi = 0.031
Konsentrasi = (0.031 + 0.0221) / 3.7721
Konsentrasi = 0.014077039
Larutan Sampel 10
Absorbansi = 0.037
Konsentrasi = (0.037 + 0.0221) / 3.7721
Konsentrasi = 0.015667665
Larutan Sampel 11
Absorbansi = 0.15
Konsentrasi = (0.15 + 0.0221) / 3.7721
Konsentrasi = 0.045624453
Larutan Sampel 12
Absorbansi = 0.119
Konsentrasi = (0.119 + 0.0221) / 3.7721
Konsentrasi = 0.037406219

4.2 Pembahasan
4.1.1 Perbandingan sampel semua kelompok (12 stasiun)
Sampel air yang diuji konsentrasi fosfatnya diambil di perairan daerah pekalongan,
dari uji sampel yang diambil dari 12 stasuin yang berbeda menunjukan adanya konsentrasi
fosfat yang sangat beragam, dari hasil yang diperoleh tersebut maka dapat diketahui
kualitas perairan di daerah tersebut. Baku mutu yang ditetapkan oleh pemerintah adalah
0.015 mg/L, Dari hasil perhitungan Fosfat di dapatkan konsentrasi fosfat yang mendekati
nilai yang sesuai dengan baku mutu yang sudah ditetapkan pemerintah adalah stasiun
2,3,9,10 yaitu dengan konsentrasi fosfat yang dimiliki yaitu antara 0.14 0.16 mg/l. Dan
untuk kadar fosfat yang berada di bawah baku mutu yang sudah ditetapkan yaitu pada
stasiun 1,4,5,7,8 dengan sedikitnya kadar fosfat di perairan tersebut maka menendakan
terhambatnya pertumbuhan fitoplankton sehingga tingkat kesuburan perairannya menurun

13
dan ikan di daerah tersebut juga sedikit, begitu pula sebaliknya jika kadar fosfat di
perairan berlebihan maka seperti pada stasiun 6,11,12 maka akan menyebabkan adanya
blooming dan akhirnya akan terjadi kematian ikan secara massal.
Berdasarkan hasil tersebut, nilai fosfat terbesar adalah pada stasiun 6. Hal ini dapat
terjadi karena kemungkinan fosfat yang ada tidak banyak digunakan oleh biota yang ada
di area stasiun 6. Karena suhu dai stasiun 6 relatif lebih rendah dibanding stasiun lainnya.
Sehingga cahaya yang masuk ke perairan lebih sedikit dan proses fotosintesis menjadi
terganggu. Kandungan fosfat dalam perairan umumnya juga berkaitan dengan DO,
dimana semakin tinggi nilai DO suatu perairan maka nilai konsentrasi fosfat akan semakin
rendah.

4.1.2 Pengaruh kualitas perairan terhadap konsentrasi fosfat


Pengukuran fosfat di air digunakan untuk menentukan sifat dari perairan tersebut,
apakah perairan tersebut tergolong subur atau tidak. Selain itu, pengukuran fosfat disuatu
perairan dapat menjadi parameter tentang jumlah limbah yang dibuang dilaut dan cara
mencegah serta membatasi limbah yang masuk ke perairan agar kualitas perairan terjaga
dengan baik. Berdasarkan kadar fosfat total, perairan diklasifikasikan menjadi tiga
yaitu: perairan dengan tingkat kesuburan rendah yang memiliki kadar fosfat total
berkisarantara 0 0.02 mg/liter; perairan dengan tingkat kesuburan sedang memiliki
kadar fosfat 0.021 0.05 mg/liter; dan perairan dengan tingkat kesuburan tinggi,
memiliki kadar fosfat total 0.051 0.1 mg/liter. Dimana dari hasil pengukuran fosfat di
perairan Pekalongan, tingkat kesuburannya sangat bervariatif dimana tingkat kesuburan
tertinggi terletak pada stasiun 6 dan kesuburan terendah terdapat pada stasiun 4.

4.1.3 Pengaruh faktor hidro-oseanografi terhadap sebaran fosfat


Persebaran fosfat di perairan sangat berhubungan dengan parameter oseanografi.
Fosfat cenderung terakumulasi didaerah muara, dimana Arus dan gelombang sangat
berpengaruh. Pada stasiun terletak di dekat muara, arusnya cenderung lebih kecil
dibanding stasiun yang terletak menjorok ke arah pantai. Kedalaman dan kecerahan
perairan yang terdapat pada masing-masing stasiun juga akan mempengaruhi nilai fosfat.
Kedalaman dan kecerahan akan mempengaruhi penetrasi intensitas cahaya matahari ke
dalam perairan. Semakin tinggi kecerahan maka intensitas cahaya matahari yang masuk
ke dalam perairan akan semakin besar. Hal ini tentunya berkaitan dengan proses

14
fotosintesis yang nantinya akan berpengaruh pada keberadaan fitoplankton dan tentunya
menjadi indicator keberadaan nutrient yang dalam hal ini adalah nutrient fosfat.
Salinitas perairan juga mempengaruhi konsentrasi fosfat dimana apabila salinitas
perairan semakin tinggi, maka konsentrasi fosfat akan semakin rendah. Hal ini dapat
terjadi karena ketika salinitas semakin tinggi, maka jumlah ion Cl- akan semakin banyak
sehingga mengurangi reaksi ion orthofosfat HPO4-. DO juga mempengaruhi konsentrasi
fosfat, dimana semakin tinggi fosfat maka DO semakin rendah karena fosfat cenderung
terdapat di perairan yang banyak mengandung sedimen tersuspensi, sehingga organisme
autotrof menghasilkan oksigen yang rendah karena terhambatnya fotosintesis karena
adanya kekeruhan dan intensitas sinar matahari yang sedikit.

15
V. KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
1. Larutan yang dibutuhkan dalam analisa fosfat adalah larutan KH2PO4 dan mix reagen
yang dibuat dengan mencampurkan larutan ammonium molybdate, larutan asam sulfat,
larutan asam askorbit dan larutan potassium antimoniltartat dengan perbandingan 2:5:2:1.
2. Nilai ratarata konsentrasi fosfat di perairan Pekalongan termasuk yaitu sekitar 0.2092
ppm

5.2 Saran
1. Praktikan datang tepat waktu supaya tidak mengganggu jadwal selanjutnya
2. Praktikan diharapkan lebih tertib agar praktikum berjalan lancar.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad F, Harry. 2004. Penentuan Fosfat Berdasarkan Panjang Pita Warna Menggunakan
Silika Gel yang Dilapisi Setil Trimetil Amonium Bromida.IPB. Bogor
Ardiansyah S,Idham. 2006. Keberadaan Unsur Haradalam Media Air Laut
BersubstratZeocretepada Tingkat Konsentrasi P Berbeda. IPB. Bogor
Effendi, H. 2003.TelaahKualitas Air: Bagi PengelolaanSumberdayadanLingkunganPerairan.
PenerbitKanisius. Yogyakarta.
Hutagalung, Horas P, Deddy Setiapermana, dan Hadi Riyono. 1997. Metode Analisis Air
Laut, Sedimen, dan Biota. Jakarta : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Indranuda, H. K. 1994. Pengelolaan Kesuburan Tanah. Cetakan ke-3. BumiAksara. Bandung
Jones - Lee, A., and G.F. Lee. 2005. Eutrophication (Excessive Fertilization).Water
Encyclopedia: Surface and Agricultural Water. Wiley, Hoboken, NJ.p 107-114.
Millero, F.J. 1996.Chemical Oceanography.Second edition. CRC Press Boca Raton, Boston
London. New York Washington D.C.
Muchtar, Muswerry. 2012. Distribusi Zat Hara Fosfat, Nitrat Dan Silikat Di Perairan
Kepulauan Natuna. Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia: Jakarta
Nixon, S.W. 1995. Coastal marine eutrophication: a definition, sosial causes, and future
concerns. Ophelia, 41:199-219.Penerbit Djambatan. Jakarta.
Romimohtarto, K.S. Juwana. 2001. Biologi Laut Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut.
Sanusi, Harpasis. 2006. Kimia Laut Proses Fisik Kimia Dan Interaksinya Dengan
Lingkungan. Institut Pertanian Bogor : Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan.
Sutedjo MM, Kartasapoetra AG, Sastroatmodjo RDS. 1996. Mikrobiologi Tanah.
Jakarta.PT.Rineka Cipta.

17

Anda mungkin juga menyukai