PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Membuat larutan yang dibutuhkan dalam analisa Fosfat.
2. Menganalisis kandungan fosfat inorganik terlarut dalam sampel air dengan
menggunakan spektrofotometer.
1
1.3 Waktu dan Tempat Praktikum
Hari/ tanggal : Minggu, 23April 2016
Pukul : 08.00- 13.30 WIB
Tempat : Laboratorium Kimia, Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro.
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
3
digunakan sebagai bahan campuran pembuatan pasir halus dan bidang gesek korek api.
(Millero, 1996 dalam Fonny dan Hanif, 2011)
4
tersebut tidak hanya melalui organisme, tetapi juga melibatkan reaksi-reaksi kimia dalam
lingkungan abiotik sehingga disebut siklus biogeokimia (Effendi, 2003).
Di dalam siklus fosfor banyak terdapat interaksi antara tumbuhan dan hewan, senyawa
organik dan inorganik, dan antara kolom perairan, permukaan, dan substrat. Contohnya
beberapa hewan melepaskan sejumlah fosfor padat di dalam kotoran mereka(Sanusi, 2006).
5
dengan nilai CF (concentration factor) 3 x 104 untuk P, 16(3 x 104) untuk N dan 4 x 103
untuk C (Sanusi, 2006).
Sulaeman (2005), Mengemukakan pembagian tipe perairan berdasarkan kandungan
fosfat di perairan sebagai berikut :
Tabel 1. penggolongan kesuburan perairan berdasarkan kandungan fosfatnya
6
III. MATERI METODE
3.1 Materi
3.1.1 Alat
Tabel 2. Alat- alat yang dibtutuhkan pada praktikum
Nama Gambar Keterangan
7
Tabung Reaksi Sebagai wadah larutan standar
dan air sampel yang telah
diencerkan sebelum
dituangkan ke dalam cuvet.
3.1.2 Bahan
Tabel 3. Bahan- bahan Praktikum
NamaBahan Gambar Fungsi
8
Sebagai sampel.
Sampel Air Laut
3.2 Metode
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Mengambil air sampel dan menuangkan ke dalam gelas beker.
3. Menyaring air sampel dengan filter holder yang telah diberi kertas saring dan telah
dihubungkan dengan vacump pump.
4. Mengambil air sampel yang telah disaring sebanyak 10 ml ke tabung reaksi.
5. Mengambil larutan standar fosfat sebanyaj 0.2 ppm, 0.4 ppm, 0.6 ppm dan larutan blank
masing- masing sebanyak 10 mL.
6. Memasukkan masing- masing larutan ke dalam erlenmeyer dan menambahkan 1 mL
larutan reagen.
7. Menggoyang erlenmeyer (larutan standar + larutan reagen) selama 15 menit kemudian
pindahkan ke dalam tabung reaksi.
8. Memindahkan semua larutan ke dalam tabung reaksi.
9. Menuangkan larutan standar, blank dan sampel ke dalam cuvet hingga batas tera.
10. Mengukur nilai absorbansi larutan dengan spektrofotometer menggunakan panjang
gelombang 885 nm.
11. Mencatat nilai absorbansi.
12. Mencari nilai regresi dengan Ms. Excel.
13. Menghitung nilai konsentrasi larutan.
9
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1.Nilai konsentrasi fosfat
Tabel 4. Nilai konsentrasi fosfat
No Panjang Gelombang (nm) Konsentrasi (N) Absorbansi
Laporan Blank 885 0 0
Larutan Standar 1 885 0.012 0.017
Larutan Standar 2 885 0.024 0.043
Larutan Standar 3 885 0.072 0.259
Stasiun 1 885 0.010895787 0.019
Stasiun 2 885 0.016197874 0.039
Stasiun 3 885 0.015402561 0.036
Stasiun 4 885 0.010100475 0.016
Stasiun 5 885 0.012751518 0.026
Stasiun 6 885 0.291641261 1.078
Stasiun 7 885 0.112165637 0.401
Stasiun 8 885 0.017523395 0.044
Stasiun 9 885 0.111900533 0.4
Stasiun 10 885 0.125155749 0.45
Stasiun 11 885 0.053047374 0.178
Stasiun 12 885 0.023090586 0.065
10
4.1.2 Grafik nilai konsentrasi fosfat
Grafik 1. Nilai konsentrasi fosfat
11
Larutan Standar 3
V1 = 5 mL V2 = 10 mL
N1 = 0.072 N N2 = ?
V1.N1 = V2.N2
(5) (0.072) = (10) . N2
0.36 = 10.N2
N2 = 0.036 N
Larutan Sampel 1
Absorbansi = 0.019
Konsentrasi = (0.019 + 0.0221) / 3.7721
Konsentrasi = 0.010895787
Larutan Sampel 2
Absorbansi = 0.039
Konsentrasi = (0.039 + 0.0221) / 3.7721
Konsentrasi = 0.016197874
Larutan Sampel 3
Absorbansi = 0.036
Konsentrasi = (0.036 + 0.0221) / 3.7721
Konsentrasi = 0.015402561
Larutan Sampel 4
Absorbansi = 0.016
Konsentrasi = (0.016 + 0.0221) / 3.7721
Konsentrasi = 0.010100475
Larutan Sampel 5
Absorbansi = 0.026
Konsentrasi = (0.026 + 0.0221) / 3.7721
Konsentrasi = 0.012751518
Larutan Sampel 6
Absorbansi = 1.078
Konsentrasi = (1.078 + 0.0221) / 3.7721
Konsentrasi = 0.291641261
Larutan Sampel 7
Absorbansi = 0.401
Konsentrasi = (0.401 + 0.0221) / 3.7721
12
Konsentrasi = 0.112165637
Larutan Sampel 8
Absorbansi = 0.02
Konsentrasi = (0.02 + 0.0221) / 3.7721
Konsentrasi = 0.011160892
Larutan Sampel 9
Absorbansi = 0.031
Konsentrasi = (0.031 + 0.0221) / 3.7721
Konsentrasi = 0.014077039
Larutan Sampel 10
Absorbansi = 0.037
Konsentrasi = (0.037 + 0.0221) / 3.7721
Konsentrasi = 0.015667665
Larutan Sampel 11
Absorbansi = 0.15
Konsentrasi = (0.15 + 0.0221) / 3.7721
Konsentrasi = 0.045624453
Larutan Sampel 12
Absorbansi = 0.119
Konsentrasi = (0.119 + 0.0221) / 3.7721
Konsentrasi = 0.037406219
4.2 Pembahasan
4.1.1 Perbandingan sampel semua kelompok (12 stasiun)
Sampel air yang diuji konsentrasi fosfatnya diambil di perairan daerah pekalongan,
dari uji sampel yang diambil dari 12 stasuin yang berbeda menunjukan adanya konsentrasi
fosfat yang sangat beragam, dari hasil yang diperoleh tersebut maka dapat diketahui
kualitas perairan di daerah tersebut. Baku mutu yang ditetapkan oleh pemerintah adalah
0.015 mg/L, Dari hasil perhitungan Fosfat di dapatkan konsentrasi fosfat yang mendekati
nilai yang sesuai dengan baku mutu yang sudah ditetapkan pemerintah adalah stasiun
2,3,9,10 yaitu dengan konsentrasi fosfat yang dimiliki yaitu antara 0.14 0.16 mg/l. Dan
untuk kadar fosfat yang berada di bawah baku mutu yang sudah ditetapkan yaitu pada
stasiun 1,4,5,7,8 dengan sedikitnya kadar fosfat di perairan tersebut maka menendakan
terhambatnya pertumbuhan fitoplankton sehingga tingkat kesuburan perairannya menurun
13
dan ikan di daerah tersebut juga sedikit, begitu pula sebaliknya jika kadar fosfat di
perairan berlebihan maka seperti pada stasiun 6,11,12 maka akan menyebabkan adanya
blooming dan akhirnya akan terjadi kematian ikan secara massal.
Berdasarkan hasil tersebut, nilai fosfat terbesar adalah pada stasiun 6. Hal ini dapat
terjadi karena kemungkinan fosfat yang ada tidak banyak digunakan oleh biota yang ada
di area stasiun 6. Karena suhu dai stasiun 6 relatif lebih rendah dibanding stasiun lainnya.
Sehingga cahaya yang masuk ke perairan lebih sedikit dan proses fotosintesis menjadi
terganggu. Kandungan fosfat dalam perairan umumnya juga berkaitan dengan DO,
dimana semakin tinggi nilai DO suatu perairan maka nilai konsentrasi fosfat akan semakin
rendah.
14
fotosintesis yang nantinya akan berpengaruh pada keberadaan fitoplankton dan tentunya
menjadi indicator keberadaan nutrient yang dalam hal ini adalah nutrient fosfat.
Salinitas perairan juga mempengaruhi konsentrasi fosfat dimana apabila salinitas
perairan semakin tinggi, maka konsentrasi fosfat akan semakin rendah. Hal ini dapat
terjadi karena ketika salinitas semakin tinggi, maka jumlah ion Cl- akan semakin banyak
sehingga mengurangi reaksi ion orthofosfat HPO4-. DO juga mempengaruhi konsentrasi
fosfat, dimana semakin tinggi fosfat maka DO semakin rendah karena fosfat cenderung
terdapat di perairan yang banyak mengandung sedimen tersuspensi, sehingga organisme
autotrof menghasilkan oksigen yang rendah karena terhambatnya fotosintesis karena
adanya kekeruhan dan intensitas sinar matahari yang sedikit.
15
V. KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
1. Larutan yang dibutuhkan dalam analisa fosfat adalah larutan KH2PO4 dan mix reagen
yang dibuat dengan mencampurkan larutan ammonium molybdate, larutan asam sulfat,
larutan asam askorbit dan larutan potassium antimoniltartat dengan perbandingan 2:5:2:1.
2. Nilai ratarata konsentrasi fosfat di perairan Pekalongan termasuk yaitu sekitar 0.2092
ppm
5.2 Saran
1. Praktikan datang tepat waktu supaya tidak mengganggu jadwal selanjutnya
2. Praktikan diharapkan lebih tertib agar praktikum berjalan lancar.
16
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad F, Harry. 2004. Penentuan Fosfat Berdasarkan Panjang Pita Warna Menggunakan
Silika Gel yang Dilapisi Setil Trimetil Amonium Bromida.IPB. Bogor
Ardiansyah S,Idham. 2006. Keberadaan Unsur Haradalam Media Air Laut
BersubstratZeocretepada Tingkat Konsentrasi P Berbeda. IPB. Bogor
Effendi, H. 2003.TelaahKualitas Air: Bagi PengelolaanSumberdayadanLingkunganPerairan.
PenerbitKanisius. Yogyakarta.
Hutagalung, Horas P, Deddy Setiapermana, dan Hadi Riyono. 1997. Metode Analisis Air
Laut, Sedimen, dan Biota. Jakarta : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Indranuda, H. K. 1994. Pengelolaan Kesuburan Tanah. Cetakan ke-3. BumiAksara. Bandung
Jones - Lee, A., and G.F. Lee. 2005. Eutrophication (Excessive Fertilization).Water
Encyclopedia: Surface and Agricultural Water. Wiley, Hoboken, NJ.p 107-114.
Millero, F.J. 1996.Chemical Oceanography.Second edition. CRC Press Boca Raton, Boston
London. New York Washington D.C.
Muchtar, Muswerry. 2012. Distribusi Zat Hara Fosfat, Nitrat Dan Silikat Di Perairan
Kepulauan Natuna. Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia: Jakarta
Nixon, S.W. 1995. Coastal marine eutrophication: a definition, sosial causes, and future
concerns. Ophelia, 41:199-219.Penerbit Djambatan. Jakarta.
Romimohtarto, K.S. Juwana. 2001. Biologi Laut Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut.
Sanusi, Harpasis. 2006. Kimia Laut Proses Fisik Kimia Dan Interaksinya Dengan
Lingkungan. Institut Pertanian Bogor : Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan.
Sutedjo MM, Kartasapoetra AG, Sastroatmodjo RDS. 1996. Mikrobiologi Tanah.
Jakarta.PT.Rineka Cipta.
17