Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bioteknologi adalah cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan makhluk
hidup (bakteri, fungi, virus, dan lain-lain) maupun produk dari makhluk hidup
(enzim, alkohol) dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa.
Bioteknologi merupakan ilmu terapan yang menggabungkan berbagai cabang
ilmu dalam proses produksi barang dan jasa.
Penerapan bioteknologi di masa ini juga dapat dijumpai pada pelestarian
lingkungan hidup dari polusi. Sebagai contoh, pada penguraian minyak bumi
yang tertumpah ke laut oleh bakteri, dan penguraian zat-zat yang bersifat
toksik (racun) di sungai atau laut dengan menggunakan bakteri jenis baru.
Bioteknologi lingkungan penggunaannya banyak melibatkan
mikroorganisme untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup manusia dan
alam sekitarnya. Peningkatan kualitas lingkungan tersebut meliputi
pencegahan terhadap masuknya berbagai polutan agar lingkungan tidak
terpolusi; membersihkan lingkungan yang terkontaminasi oleh polutan; dan
membangkitkan serta memberdayakan sumber daya alam yang masih
memiliki nilai tambah untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia.
Penggunaan mikroorganisme untuk mengurangi polutan di lingkungan
merupakan bioremediasi.
Essensi kajian bioteknologi lingkungan sesungguhnya untuk
meningkatkan kesejahteraan taraf kehidupan manusia melalui pemberdayaan
lingkungan secara teknik. Bioteknologi lingkungan merupakan kajian yang
sangat menjanjikan terutama kesejahteraan dalam meningkatkan kehidupan
modern yang mengarah kepada kehidupan modern yang lebih baik lagi.
Perlakuan teknologi secara mikrobiologi telah dikembangkan sejak awal abad
ke-20an, seperti mengaktivasi berbagai kotoran (hewan dan juga manusia) dan
pencernaan anaerobik hewan, kotoran-kotoran lain yang berserakan di
lingkungan sekitar tempat tinggal.
Pada waktu yang sama, teknologi-teknologi baru secara konstan ditujukan
untuk memecahkan masalah-masalah yang sedang trend sekarang ini,
terutamamasalah lingkungan hidup, seperti detoksifikasi zat-zat kimia yang
berbahaya yang sudah banyak menyatu ke dalam berbagai tumbuhan dan
hewan peliharaan.
Beberapa perangkat penting yang sering digunakan untuk melihat
karakteristik dan proses pengontrolan polutan dalam teknologi lingkungan
juga telah dikembangkan secara bertahap sesuai dengan biaya yang tersedia.
Contoh: mengukur biomassa secara tradisional, seperti zat padat yang mudah
menguap, yang tidak memiliki relevansi berkurang atau hilang, meskipun
perangkat ini digunakan khusus untuk biologi molekuler guna mengeksplor
persebaran komunitas mikrobial.
Proses kerja bioteknologi lingkungan sesuai dengan prinsip kerja yang
sudah diaplikasikan pada bidang mikrobiologi dan rekayasa (engineering),
akan tetapi aplikasi prinsip-prinsip ini secara normal membutuhkan beberapa
tingkatan empirisme. Material yang diperlakukan dengan bioteknologi
lingkungan adalah sangat kompleks dan tidak dapat dipisahkan dalam
berbagai waktu dan tempat.
Prinsip-prinsip rekayasa mengarah kepada perangkat kuantitatif,
sedangkan prinsip-prinsip mikrobiologi seringkali mengarah kepada
observasi. Kuantifikasi merupakan essensi, jika proses ini handal (reliable)
dan hemat biaya (cost-efective). Kompleksitas dari komunitas mikrobial
terlibat dalam bioteknologi lingkungan. Kompleksitas ini seringkali berada di
luar deskripsi kuantitatif, tidak memiliki nilai observasi kuantitatif dari nilai
yang terbaik.
Kajian bioteknologi lingkungan berdasar pada prinsip-prinsip dan aplikasi
biologi, yang berkaitan dengan teknologi. Strategi dalam mengembangkan
bioteknologi lingkungan berbasis kepada konsep-konsep dasar dan perangkat
yang bersifat kuantitatif saja. Yang dimaksud dengan prinsip-prinsip dan
aplikasi biologi disini adalah memberdayakan semua proses mikrobiologikal
agar dapat dipahami, diprediksi, dan merupakan satu kesatuan pemahaman.
Setiap aplikasi bioteknologi lingkungan memiliki ciri-ciri khusus tersendiri
yang musti dipahami. Ciri khusus ini dilakukan secara bertahap.
Ilmu-ilmu pengetahuan yang terlibat kedalam kajian bioteknologi
lingkungan, di antaranya: dasar-dasar taksonomi makhluk hidup, dasar-dasar
mikrobiologi lingkungan, metabolisma, genetika, dan ekologi mikrobial. Di
samping itu, pengetahuan lain juga terlibat, seperti: stokiometri dan energetika
dari reaksi-reaksi mikrobial. Oleh karena itu, bioteknologi lingkungan
merupakan ilmu aplikatif yang harus ditumbuh kembangkan untuk
meningkatkan kesejahteraan taraf kehidupan manusia ke arah kemakmuran.
Bioteknologi lingkungan dibatasi pada yang secara langsung atau tidak
langsung menangani masalah-masalah lingkungan. Didalam makalah ini akan
dibahas biogas dan bioremediasi.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah Biogas itu?

Apakah Bioremediasi itu?

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui pengertian tentangan Biogas.

Untuk mengetahui pengertian tentang Bioremediasi.

1.4 Manfaat

Untuk menambah ilmu pengetahuan tentang Biogas dan


Bioremidiasi.
BAB II

Tinjauan Pustaka

Bioteknologi kajian multidisiplin keilmuan yang mengupas isu global


permasalahan yang sedang dihadapi dalam kehidupan manusia. Dikatakan sebagai
multidisiplin karena bioteknologi merupakan suatu aktivitas ilmiah terarah yang
melibatkan banyak disiplin ilmu seperti biokimia, biologi rekayasa, kedokteran,
genetik, kimia, pertanian, lingkungan dan ekonomi. Beberapa teknik yang
mendukung perkembangan bioteknologi antara lain pengembangan
fotobioreaktor, manipulasi DNA rekombinan, kultur jaringan, fusi protoplas,
antibodi monoklonal, modifikasi struktur protein, enzim immobilisasi, katalis sel,
komputer yang berkaitan dengan proses reaktor dan desain reactor biokatalis.
Bioteknologi berasal dari kata bio yang berarti makhuk hidup dan teknologi
yang berarti cara untuk memproduksi barang atau jasa. Dari paduan dua kata
tersebut OECD (The organisation for Economic Cooperation and Development)
pada tahun 1981 mendefinisikan bioteknologi sebagai aplikasi prinsip ilmu
pengetahuan alam dan ilmu rekayasa pada organisme hidup, materi dan bagian-
bagiannya yang yang diterapkan pada makhluk hidup dan non hidup dan
bertujuan untuk menghasilkan pengetahuan, produk dan jasa .Pengertian materi
dapat meliuti materi organik dan non organic, sedangkan produk yang berupa
barang dan jasa meliputi pakan, pangan, minuman, obat-obatan, senyawa
biokimia, pengolahan limbah industri dan domestik,serta penjernihan air.
Bioteknologi sebenarnya sudah dikenal masyarakat sejak 8000 tahun yang lalu,
pada saat bangsa Mesir kuno menggunakan ragi untuk pembuatan anggur dan roti.
Ragi dapat mengubah glukosa dalam cairan anggur menjadi alkohol. Dalam
pembuatan roti, ragi akan menghasilkan gelembung gas pada proses fermentasi,
sehingga akan membuat tekstur roti menjadi empuk.
Di Indonesia,bioteknologi telah dikenal sejak zaman nenek moyang dengan
menggunakan ragi untuk membuat tape dan kapang Rhizopus untuk membuat
tempe.Dalam khasanah perkembangan ilmu-ilmu lingkungan, penerapan
bioteknologi masih sangat luas dalam kegiatan penelitian maupun penerapan hasil
penelitian tersebut di lapangan. Seperti juga sejarahnya, bioteknologi, karena
perkembangan ilmu pengetahuan, bioteknologi lingkungan menjadi hal yang
relatif baru (rejuvenile), sehingga semua orang tertarik dan mencoba menerapkan
kajian ini dalam beberapa permasalahan yang dihadapi manusia. Bioteknologi
dapat berperan dalam membantu mempertahankan sumberdaya alam dan
ekosistem. Disamping itu bioteknologi juga dapat mencegah kerusakan dan
merestorasi kerusakan lingkungan. Dengan menggunakan mikroorganisme hasil
rekayasa genetik melalui teknik rekombinan DNA, organisme hidup atau bagian-
bagiannya akan mampu mendekomposisi senyawa toksik dalam air, udara, tanah,
buangan padat dan buangan industri. Bioteknologi modern memberikan hasil yang
lebih baik dan murah dalam membersihkan deposit beracun dan pencemaran.
BIOTEKNOLOGI LINGKUNGAN DI INDONESIA

Upaya manusia untuk meningkatkan taraf hidup secara individu dan


kelompok dengan tanpa memperhatikan kaidah lingkungan yang ada ternyata
telah menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan.Kegiatan pertanian,
penebangan hutan, kegiatan perikanan dan industri telah menurunkan kualitas
lingkungan dan berpotensi untuk menimbulkan gangguan, kerusakan, dan bahaya
bagi semua makhluk hidup yang terikat dengan lingkungan tersebut. Kondisi ini
telah menyadarkan pemerintah Indonesia, sehingga pada tahun 1985 membentuk
Komisi Nasional Bioteknologi guna melaksanakan kebijakan pemerintah tentang
bioteknologi yang ditetapkan sebagai prioritas dalam pengembangan bangsa.
Bioteknologi merupakan revolusi ke tiga dalam pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi dunia. Dalam era biologi ini, peran teknologi hayati dalam berbagai
aktivitas manusia semakin nyata dan semakin diperlukan.
Pada pengatasan permasalahan lingkungan hidup, bioteknologi lingkungan
memanfaatkan mikroba serta jasad biologi yang lebih besar dalam kegiatan
pengolahan limbah (purifikasi/pemurnian kembali) pada khususnya serta untuk
memperbaiki kualitas lingkungan pada umumnya. Pemanfaatan jasad biologi ini
sangat diharapkan, karena dianggap lebih alami dan tidak membahayakan
dibandingkan dengan menggunakan bahan-bahan pemurni lain.
Dalam kegiatan praktis di lapangan, istilah bioteknologi lingkungan mash
kalah populer dibandingkan dengan istilah bioremediation, biologycal process),
atau technical microbiology, atau beberapa istilah lain. yang sebenarnya seringkali
merupakan tahap pemanfaatan jasad biologi dalam rangkaian pengolahan limbah
atau mengolah limbah.Pemanfaatan mikroorganisme untuk pengolahan limbah
pada awalnya ditemukan melalui pengamatan ekologi yang didukung oleh ilmu
dasar lainnya di bidang biologi, misalnya botani, biokimia, taksonomi, dll.
Temuan dari survey ini kemudian dibuat kultur dan diuji efektifitasnya untuk
kemudian dijadikan sediaan jika sewaktu-waktu diperlukan bantuannya untuk
menyelesaikan permasalahan lingkungan. Dalam pengolahan limbah, jasad
biologi pada awalnya bukan hal yang menarik bagi orang teknik, karena memang
bukan bidangnya. Namun ternyata mereka sangat membutuhkan mikroba tersebut
dalam kegiatan pengolahan limbah, terutama dalam kegitan pengolahan limbah
organik, untuk itulah bioteknologi secara perlahan dikembangkan di bidang
lingkungan.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Biogas
Biogas adalah gas mudah terbakar (flammable) yang dihasilkan oleh
proses fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob (bakteri yang
hidup dalam kondisi kedap udara) Komponen terbesar biogas adalah Methana
(CH4, 54-80%-vol) dan karbondioksida (CO2, 20-45%-vol) serta sejumlah kecil
H2, N2 dan H2S.
Pada umumnya semua jenis bahan organik bisa diproses untuk
menghasilkan biogas, namun demikian hanya bahan organik (padat, cair)
homogen seperti kotoran dan urine (air kencing) hewan ternak cocok untuk sistem
biogas sederhana. Di daerah yang banyak industri pemrosesan makaan antara lain
tahu, tempe, ikan, pindang atau brem bisa menyatukan saluran limbahnya ke
dalam sistem biogas, sehingga limbah industri tersebut tidak mencemari
lingkungan di sekitarnya. Hal ini memungkinkan karena limbah industri tersebut
diatas berasal dari bahan organik yang homogen.
Bahan bakar biogas tidak menghasilkan asap merupakan suatu pengganti
yang unggul untuk menggantikan bahan bakar minyak atau gas alam. Gas ini
dihasilkan dalam proses yang disebut pencernaan anaerob, merupakan gas
campuran metan (CH4), karbondioksida (CO2), dan sejumlah kecil nitrogen,
amonia, sulfur dioksida, hidrogen sulfida, dan hidrogen. Secara alami, gas ini
terbentuk pada limbah pembuangan air, tumpukan sampah, dasar danau atau
rawa. Mamalia termasuk manusia menghasilkan biogas dalam sistem
pencernaannya, bakteri dalam sistem pencernaan menghasilkan biogas untuk
proses mencerna selulosa. Biomassa yang mengandung kadar air yang tinggi
seperti kotoran hewan dan limbah pengolahan pangan cocok digunakan untuk
bahan baku pembuatan biogas.
Limbah peternakan merupakan salah satu sumber bahan yang dapat
dimanfaatkan untuk menghasilkan biogas, sementara perkembangan atau
pertumbuhan industri peternakan menimbulkan masalah bagi lingkungan karena
menumpuknya limbah peternakan. Polutan yang dihasilkan dari dekomposisi
kotoran ternak yaitu BOD (Biological Oxygen Demand) dan COD (Chemichal
Oxygen Demand), bakteri patogen, polusi air, debu, dan polusi bau. Di banyak
negara berkembang kotoran ternak, limbah pertanian, dan kayu bakar digunakan
sebagai bahan bakar. Hal inilah yang menjadi perhatian karena emisi metan dan
karbondioksida yang menyebabkan efek rumah kaca dan mempengaruhi
perubahan iklim global.
Jika dilihat dari segi pengolahan limbah, proses anaerob juga memberikan
beberapa keuntungan yaitu menurunkan nilai COD dan BOD, total solid, volatile
solid, nitrogen nitrat, dan nitrogen organik. Bakteri caliform dan patogen lainnya,
telur insek, parasit, bau juga dihilangkan atau menurun. Di daerah pedesaan yang
tidak terjangkau listrik, penggunaan biogas memungkinkan untuk belajar dan
melakukan kegiatan komunitas di malam hari.
Komponen terbesar biogas adalah Methana (CH4, 54-80%-vol) dan
karbondioksida (CO2, 20-45%-vol) serta sejumlah kecil H2, N2, dan H2S.
Komposisi biogas bervariasi tergantung dengan asal proses anaerobik yang
terjadi. Pada literatur lain komposisi biogas secara umum ditampilkan dalam tabel
berikut :

Komponen Presentase
Metana (CH4) 55 - 75%
Karbondioksida (CO2) 25 - 45%
Nitrogen (N2) 0 - 0,3%
Hidrogen (H2) 1 - 5%
Hidrogen Sulfide (H2S) 0 - 3%
Oksigen (O2) 0,1 0,5%
Tabel 1.1 Komposisi biogas secara umum

Biogas berasal dari fermentasi bahan-bahan organik diantaranya :


a. Limbah tanaman : tebu, rumput-rumputan, jagung, dan lain-lain;
b. Limbah dan hasil produksi : minyak, gas, penggiling padi, limbah sagu;
c. Hasil samping industri : tembakau, limbah pengolahan buah-buahan dan
sayuran, dedak, kain dari tekstil, ampas tebu dari industri gula dan tapioka,
limbah cair industri tahu;
d. Limbah Perairan : tumbuh-tumbuhan air, eceng gondok;
e. Limbah Peternakan : kotoran sapi, kotoran kerbau, kotoran kambing,
kotoran unggas.

No. Bahan Organik Jumlah (Kg) Biogas (lt)

1 Kotoran Sapi 1 40
2 Kotoran Kerbau 1 30
3 Kotoran Babi 1 60
4 Kotoran Ayam 1 70
Tabel 1.2 Produksi Biogas dari Berbagai Bahan Organik

3.1.1 Sumber Bahan Baku Biogas


Sumber bahan baku biogas yang prospektif di Indonesia diperkirakan ada 3
jenis bahan baku yang prospektif untuk dikembangkan sebagai bahan baku biogas
di Indonesia, antara lain:

a. Kotoran ternak dan Manusia


Ketersediaan kotoran ternak di Indonesia cukup melimpah. Berdasarkan
hasil estimasi, seekor sapi dalam satu hari dapat menghasilkan kotoran sebanyak
10-30 Kg, seekor ayam menghasilkan kotoran sebanyak 25 g/hari, dan seekor babi
dewasa dengan berat 60-120 kg dapat memproduksi kotoran 4,5-5,3 kg/hari.
Berdasarkan hasil riset yang pernah ada diketahui bahwa setiap 10 kg kotoran
ternak sapi berpotensi menghasilkan 360 liter biogas dan 20 kg kotoran babi
dewasa bisa menghasilkan 1,379 liter biogas. Dengan jumlah populasi ternak yang
demikian tinggi, dapat dibayangkan berapa jumlah biogas yang dapat dihasilkan.
Pengolohan kotoran hewan menjadi biogas memberikan dampak positif berganda.
Selain dihasilkannya biogas sebagai energi alternatif, dalam proses ini dihasilkan
juga bahan sisa fermentasi yang dapat digunakan langsung untuk memupuk
tanaman. Pupuk sisa proses fermentasi memiliki kualitas yang baik dibandingkan
dengna pupuk hasil pengomposan biasa, karena bakteri patogen dan biji tanaman
gulma dalam kotoran ternak mati selaa proses fermentasi.
b. Sampah organik
Sampah organik berasal dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan
yang diambil dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan, rumah
tangga, dan industri. Berdasarkan hasil penelitian, pembuatan biogas dari sampah
organik menghasilkan biogas dengan komposisi metana 51,53-58,18% dan gas
CO2 41,82-48,67%.
c. Limbah Cair
Limbah cair adalah sisa pembuangan yang dihasilkan dari sutau proses yang
sudah itdak digunakan kembali, biasanya dapat kita peroleh dari kegiatan industri,
rumah tangga, peternakan, dan pertanian. Tidak semua limbah cair yang dapat
digunakan, hanya limbah cair organik yang bisa digunakan untuk pembuatan
biogas.
Dari dua kasus pencemaran udara diatas sumber bahan baku biogas yang
digunakan merupakan kotoran ternak itu sendiri.

3.1.2 Proses Pencernaan Anaerob


Proses pencernaan anaerob, yang merupakan dasar dari reaktor biogas
yaitu proses pemecahan bahan organik oleh aktivitas bakteri metanogenik dan
bakteri asidogenik pada kondisi tanpa udara. Bakteri ini secara alami terdapat
dalam limbah yang mengandung bahan organik, seperti kotoran binatang,
manusia, dan sampah organik rumah tangga. Proses anaerob dapat berlangsung di
bawah kondisi lingkungan yang luas meskipun proses yang optimal hanya terjadi
pada kondisi yang terbatas.
Pembentukan biogas meliputi tiga tahap proses yaitu :
a. Hidrolisis, pada tahap ini terjadi penguraian bahan-bahan organik mudah
larut dan pencernaan bahan organik kompleks menjadi sederhana;
b. Pengasaman, pada tahap pengasaman komponen monomer yang terbentuk
pada tahap hidrolisis akan menjadi bahan makanan bakteri asam. Produk
akhir dari perombakan gula-gula sederhana ini yaitu asam asetat,
propionat, format, laktat, alkohol, dan sedikit butirat, gas karbondioksida,
hidrogen dan amonia.
c. Metanogenik, pada tahap ini terjadi proses pembentukan gas metan.
Bakteri pereduksi sulfat juga terdapat dalam proses ini, yaitu untuk
mereduksi sulfat dan komponen sulfur lainnya menjadi hidrogen sulfida.

Bakteri yang berperan dalam proses pencernaan anaerobik yaitu bakteri


hidrolitik yang memecah bahan organik menjadi gula dan asam amino, bakteri
fementatif yang mengubah gula dan asam amino menjadi asam organik, bakteri
asidogenik merubah asam organik menjadi hidrogen, karbondioksida dan asam
asetat, dan bakteri metanogenik yang menghasilkan gas metan dari asam asetat,
hidrogen, dan karbondioksida. Bakteri metanogenik akan menghasilkan biogas
yang bagus (kandungan gas metan tinggi) pada suhu 25o-30o C. Di dalam digester
biogas terdapat dua jenis bakteri yang sangat berperan yaitu bakteri asidogenik
dan bakteri metanogenik. Kedua bakteri ini harus dipertahankan jumlahnya
seimbang. Bakteri-bakteri inilah yang merubah bahan organik menjadi gas metan
dan gas lainnya dalam siklus hidupnya.
Kandungan gas metan dalam biogas yang dihasilkan tergantung pada jenis
bahan baku yang dipakai. Kegagalan proses pencernaan anaerobik dalam digester
biogas bisa dikarenakan tidak seimbangnya populasi bakteri metanogenik
terhadap bakteri asam yang menyebabkan lingkungan menjadi sangat asam (pH
kurang dari 7) yang selanjutnya menghambat kelangsungan hidup bakteri
metanogenik. Kondisi keasaman yang optimal pada pencernaan anaerobik yaitu
sekitar pH 6,8 sampai 8, laju pencernaan akan menurun pada kondisi pH yang
lebih tinggi atau rendah.
Bakteri yang terlibat dalam proses anaerobik membutuhkan beberapa
elemen sesuai dengan kebutuhan organisme hidup seperti sumber makanan dan
kondisi lingkungan yang optimum. Bakteri anaerob mengkonsumsi karbon sekitar
30 kali lebih cepat dibanding nitrogen. Hubungan antara jumlah karbon dan
nitrogen dinyatakan dengan rasio karbon/nitrogen (C/N), rasio optimum untuk
digester anaerobik berkisar 20 - 30. Jika C/N terlalu tinggi, nitrogen akan
dikonsumsi dengan cepat oleh bakteri metanogen untuk memenuhi kebutuhan
pertumbuhannya dan hanya sedikit yang bereaksi dengan karbon akibatnya gas
yang dihasilnya menjadi rendah. Sebaliknya jika C/N rendah, nitrogen akan
dibebaskan dan berakumulasi dalam bentuk amonia (NH 4) yang dapat
meningkatkan pH. Jika pH lebih tinggi dari 8,5 akan menunjukkan pengaruh
negatif pada populasi bakteri metanogen. Kotoran ternak sapi mempunyai rasio
C/N sekitar 24. Hijauan seperti jerami atau serbuk gergaji mengandung persentase
karbon yang jauh lebih tinggi, dan bahan dapat dicampur untuk mendapatkan
rasio C/N yang diinginkan.

3.1.3 Teknologi Digester


Saat ini berbagai bahan dan jenis peralatan biogas telah banyak
dikembangkan sehingga dapat disesuaikan dengan karakteristik wilayah, jenis,
jumlah dan pengelolaan kotoran ternak. Secara umum terdapat dua teknologi yang
digunakan untuk memperoleh biogas. Pertama, proses yang sangat umum yaitu
fermentasi kotoran ternak menggunakan digester yang didesain khusus dalam
kondisi anaerob. Kedua, teknologi yang baru dikembangkan yaitu dengan
menangkap langsung gas metan dari lokasi tumpukan sampah tanpa harus
membuat digester khusus. Peralatan dan proses pengolahan dan pemanfaatan
biogas ditampilkan pada gambar berikut
Gambar 1.1 Peralatan dan proses pengolahan dan pemanfaatan biogas

Beberapa keuntungan kenapa digester anaerobik lebih banyak digunakan


antara lain :
1. Keuntungan pengolahan limbah
a. Digester anaerobik merupakan proses pengolahan limbah yang alami
b. Membutuhkan lahan yang lebih kecil dibandingkan dengan proses kompos
aerobik ataupun penumpukan sampah
c. Memperkecil volume atau berat limbah yang dibuang
d. Memperkecil rembesan polutan
2. Keuntungan energi
a. Proses produksi energi bersih
b. Memperoleh bahan bakar berkualitas tinggi dan dapat diperbaharui
c. Biogas dapat dipergunakan untuk berbagai penggunaan
3. Keuntungan lingkungan .
a. Menurunkan emisi gas metan dan karbondioksida secara signifikan
b. Menghilangkan bau
c. Menghasilkan kompos yang bersih dan pupuk yang kaya nutrisi
d. Memaksimalkan proses daur ulang
e. Menghilangkan bakteri coliform sampai 99% sehingga memperkecil
kontaminasi sumber air
4. Keuntungan ekonomi
Lebih ekonomis dibandingkan dengan proses lainnya ditinjau dari siklus
ulang proses. Bagian utama dari proses produksi biogas yaitu tangki tertutup
yang disebut digester. Desain digester bermacam-macam sesuai dengan jenis
bahan baku yang digunakan, temperatur yang dipakai dan bahan konstruksi.
Digester dapat terbuat dari cor beton, baja, bata atau plastik dan bentuknya
dapat berupa seperti silo, bak, kolam dan dapat diletakkan di bawah tanah.
Sedangkan untuk ukurannya bervariasi dari 4-35 m3. Biogas dengan ukuran
terkecil dapat dioperasikan dengan kotoran ternak 3 ekor sapi, 7 ekor babi atau
500 ekor unggas.

Gambar 1.2 Beberapa macam digester

Biogas yang dihasilkan dapat ditampung dalam penampung plastik atau


digunakan langsung pada kompor untuk memasak, menggerakan generator
listrik, patromas biogas, penghangat ruang/kotak penetasan telur dll.

3.1.4 Proses Pengelolahan Biogas

Prinsip terjadinya biogas adalah fermentasi anaerob bahan organik yang


dilakukan oleh mikroorganisme sehingga menghasilkan gas yang mudah terbakar
(flammable). Secara kimia, reaksi yang terjadi pada pembuatan biogas cukup
panjang dan rumit, meliputi tahap hidrolisis, tahap pengasaman, dan tahap
metanogenik. Meskipun dalam praktiknya, pembuatan biogas relatif mudah
dilakukan. Biogas bisa dibuat jika memenuhi beberapa syarat sebagai berikut.

a. Ada Bahan Pengisi


Bahan pengisi digester berupa bahan organik, terutama limbah pertanian dan
peternakan. Selama ini limbah yang paling umum digunakan sebagai bahan
pengisi adalah kotoran sapi. Hal ini disebabkan potensi limbah dari peternakan
sapi (dihitung per ekor) lebih banyak sehingga dengan memelihara 5-10 ekor sapi
menghasilkan limbah yang cukup banyak.
Aktivitas mikroorganisme dalam merombak bahan organik dipengaruhi juga
oleh kompenen kimia bahan organik tersebut. Parameter yang sering digunakan
untuk menentukan layak tidaknya bahan organik digunakan sebagai bahan pengisi
digester adalah imbangan karbon (C) dan nitrogen (N) atau rasio C/N. Bakteri
metanogenik akan bekerja optimal pada nilai rasio C/N sebesar 25-30.

b. Ada Instalasi Biogas


Komponen utama instalasi biogas adalah digester yang dilengkapi lubang
pemasukan dan pengeluaran, penampung gas, dan penampung sludge (sisa
buangan). Pembangunan instalasi ini harus memenuhi beberapa persyaratan.

c. Terpenuhinya Faktor Pendukung


Banyak faktor yang mempengaruhi produksi biogas yang dihasilkan.
Kuantitas biogas dipengaruhi oleh faktor dalam (dari digester) dan faktor luar.
Faktor dalam meliputi imbangan C/N, pH, dan struktur bahan isian
(kehomogenan). Faktor luar yang paling memengaruhi kuantitas biogas adalah
fluktuasi suhu. Bakteri perombak akan bekerja pada suhu optimum (25-28 0C).
Karena itu, tata letak bangunan instalasi biogas harus benar-benar diperhatikan.
Jangan sampai terkena sinar matahari terlalu banyak. Untuk menjaga suhu tetap
stabil, banyak instalasi biogas yang dibangun dengan memberikan naungan atau
menguburnya di dalam tanah.Proses pembentukan biogas dalam digester model
kontinu akan melalui beberapa tahapan sebagai berikut:

a. Menampung Kotoran Sapi di Bak Penampungan Sementara


Kotoran sapi dari kandang yang bercampur dengan air cucian kandang
ditampung di dalam bak penampungan sementara. Bak penampungan sementara
ini berfungsi untuk mehomogenkan bahan makanan.
Dalam bak penampungan ini kotorn sapi yang menggumpal dihancurkan
dan diaduk dengan perbandingan air dan kotoran sapi 1:2. Pengadukan harus
dilakukan secara merata sehingga bentuknya menjadi lumpur kotran sapi. Bentuk
lumpur seperti ini akan mempermudah proses pemasukannya ke dalam digester.
Selain itu, kotoran sapi yang berbentuk lumpur juga sangat menguntungkan
karena dapat menghindari terbentuknya kerak di dalam digester yang bisa
menghambat pembentukan biogas.
b. Mengalirkan Kotoran Sapi ke Digester
Lumpur kotoran sapi dialirkan ke digester melalui lubang pemasukan. Pada
pengisian pertama, kran pengeluaran gas yang ada di puncak kubah sebaiknya
tidak disambungkan dulu ke pipa. Kran tersebut dibuka agar udara dalam digester
terdesak keluar sehingga proses pemasukan lumpur kotoran sapi lebih mudah.
c. Menambahkan Starter
Pada pemasukan pertama diperlukan lumpur kotoran sapi dalam jumlah
banyak sampai lubang digester terisi penuh. Untuk membangkitkan proses
fermentasi bakteri anaerob pada pengisian pertama ini perlu menambahkan starter
(berupa starter komersial yang banyak dijual di pasar) sebanyak 1 liter dan isi
rumen segar dari rumah potong hewan (RPH) sebanyak 5 karung untuk kapasitas
digester 3,5-5,0 m3.
Setelah digester penuh, kran pengatur gas yang ada di puncak kubah ditutup
dan biarkan digester memulai proses fermentasi. Lubang permukaan sementara
ditutup agar tidak ada penambahan lumpur kotoran sapi.

d. Membuang Gas yang Pertama Dihasilkan


Dari awal hingga hari ke-8, kran yang di atas kubah dibuka dan gasnya
dibuang. Pembuangan gas ini disebabkan gas awal yang terbentuk didominasi
CO2. Pada hari ke-10 hingga hari ke-14 pembentukan gas CH 4 semakin meningkat
dan CO2 menurun, pada saat komposisi CH 4 54% dan CO2 27% maka biogas akan
menyala. Selanjutnya biogas dapat dimanfaatkan untuk menyalakan kompor gas
di dapur.

e. Memanfaatkan Biogas yang Sudah Jadi


Pada hari ke-14, gas sudah mulai terbentuk dan bisa digunakan untuk
menghidupkan nyala api pada kompor , mulai hari ke-14 kita sudah bisa
menghasilkan energi biogas yang selalu terbarukan. Biogas ini tidak berbau
seperti bau kotoran sapi.
Selanjutnya, digester terus diisi lumpur kotoran sapi secara kontinu
sehingga dihasilkan biogas yang optimal. Selain menghasilkan biogas, proses
pembuatan biogas juga menghasilkan sisa buangan lumpur yang bisa digunakan
sebagai pupuk organik. Sisa buangan lumpur ini dapat dipisahkan menjadi bagian
padatan dan cairan yang selanjutnya dapat dijadikan pupuk organik padat dan
pupuk organik cair.

Gambar 1.3 Skema Pembuatan Biogas


Gambar 1.4 Tangki Pengolahan Biogas

3.1.5 Manfaat Biogas


Dalam perkembangannya Biogas di Indonesia mulai banyak dikembangkan
oleh penduduk desa mereka memanfaatkan seperti limbah pertanian dan
peternakan yang mereka miliki menjadi bahan bakar gas. Pada
umumnya,biogasdimanfaatkan pada skala rumah tangga, namun tidak menutup
kemungkinan untuk dimanfaatkan pada skala yang lebih besar (komunitas).
Beberapa keuntungan bagi rumah tangga dan komunitas antara lain:
a. Mengurangi penggunaan bahan bakar lain (minyak tanah, kayu, dsb) oleh
rumah tangga atau komunitas;
b. Menghasilkan pupuk organik berkualitas tinggi sebagai hasil sampingan;
c. Menjadi metode pengolahan sampah (raw waste) yang baik dan mengurangi
pembuangan sampah ke lingkungan (aliran air/sungai);
d. Meningkatkan kualitas udara karena mengurangi asap dan jumlah
karbodioksida akibat pembakaran bahan bakar minyak/kayu bakar;
e. Secara ekonomi, murah dalam instalasi serta menjadi investasi yang
menguntungkan dalam jangka panjang.
Manfaat Pembuatan Biogas Dari Kotoran Ternak Antara Lain :
a. Gas yang dihasilkan dapat mengganti fuel seperti LPG atau natural
gas. Pupuk sapi yang dihasilkan dari satu sapi dalam satu tahun dapat
dikonversi menjadi gas metana yang setara dengan lebih dari 200 liter
gasoline;
b. Gas yang dihasilkan dapat digunakan untuk sumber energi menyalakan
lampu, dimana 1 m3 biogas dapat digunakan untuk menyalakn lampu 60
Watt selama 7 jam. Hal ini berarti bahwa 1 m 3 biogas menghasilkan
energi = 60 W x 7 jam = 420 Wh = 0,42 kWh;
c. Limbah digetser biogas, baik yang padat maupun cair dapat
dimanfaatkan sebagai pupuk organic.

3.1.6 Kelebihan dan Kekurangan Biogas


Selain bermanfaat sebagai pengganti bahan bakar, ada sejumlah
kelebihan yang dapat diperoleh dari biogas terhadap lingkungan, antara lain :
Masyarakat tak perlu menebang pohon untuk dijadikan kayu
bakar;
Proses memasak jadi lebih bersih, dan sehat karena tidak
mengeluarkan asap.
Kandang hewan menjadi semakin bersih karena limbah kotoran
kandang langsung dapat diolah;
Sisa limbah yang dikeluarkan dari biodigester dapat dijadikan
pupuk sehingga tidak mencemari lingkungan;
Dapat berkontribusi menurunkan emisi gas rumah kaca melalui
pengurangan pemakaian bahan bakar kayu dan bahan bakar
minyak;
Realatif lebih aman dari ancaman bahaya kebakaran;
Mengurangi penggunaan bahan bakar lain (minyak tanah,
kayu, dsb) oleh rumah tangga atau komunitas;
Menghasilkan pupuk organik berkualitas tinggi sebagai hasil
sampingan;
Menjadi metode pengolahan sampah (raw waste) yang baik dan
mengurangi pembuangan sampah ke lingkungan (aliran air/sungai);
Meningkatkan kualitas udara karena mengurangi asap dan
jumlah karbodioksida akibat pembakaran bahan bakar
minyak/kayu bakar;
Secara ekonomi, murah dalam instalasi serta menjadi investasi
yang menguntungkan dalam jangka panjang.
Adapun kekurangannya adalah :
Memerlukan dana tinggi untuk aplikasi dalam bentuk instalasi
biogas;
Tenaga kerja tidak memiliki kemampuan memadai
terutama dalam proses produksi;
Belum dikenal masyarakat;
Tidak dapat dikemas dalam bentuk cair dalam tabung.
3.2 Bioremediasi
Bioremediasi merupakan penggunaan mikroorganisme untuk mengurangi
polutan di lingkungan. Saat bioremediasi terjadi, enzim-enzim yang diproduksi
oleh mikroorganisme memodifikasi polutan beracun dengan mengubah struktur
kimia polutan tersebut, sebuah peristiwa yang disebut biotransformasi. Pada
banyak kasus, biotransformasi berujung pada biodegradasi, dimana polutan
beracun terdegradasi, strukturnya menjadi tidak kompleks, dan akhirnya menjadi
metabolit yang tidak berbahaya dan tidak beracun. Sejak tahun 1900an, orang-
orang sudah menggunakan mikroorganisme untuk mengolah air pada saluran air.
Saat ini, bioremediasi telah berkembang pada perawatan limbah buangan yang
berbahaya (senyawa-senyawa kimia yang sulit untuk didegradasi), yang biasanya
dihubungkan dengan kegiatan industry (anonim,2010). Bioremediasi dapat
melalui cara seperti berikut :
1. Biostimulasi : Nutrien dan oksigen, dalam bentuk cair atau gas, ditambahkan
ke dalam air atau tanah yang tercemar untuk memperkuat pertumbuhan dan
aktivitas bakteri remediasi yang telah ada di dalam air atau tanah tersebut.

2. Bioaugmentasi: Mikroorganisme yang dapat membantu membersihkan


kontaminan tertentu ditambahkan ke dalam air atau tanah yang tercemar. Cara
ini yang paling sering digunakan dalam menghilangkan kontaminasi di suatu
tempat. Namun ada beberapa hambatan yang ditemui ketika cara ini
digunakan. Sangat sulit untuk mengontrol kondisi situs yang tercemar agar
mikroorganisme dapat berkembang dengan optimal. Para ilmuwan belum
sepenuhnya mengerti seluruh mekanisme yang terkait dalam bioremediasi,
dan mikroorganisme yang dilepaskan ke lingkungan yang asing kemungkinan
sulit untuk beradaptasi.

21
3. Bioremediasi Intrinsik :Bioremediasi jenis ini terjadi secara alami di dalam air
atau tanah yang tercemar (Yusuf,2008). Beberapa kriteriayang harus dipenuhi
untuk penggunaan tindakan bioremediasi adalah:

a. Organisme yang digunakan harus mempunyai aktivitas metabolisme yang


dapat mendegradasi kontaminan dengan kecepatan memadai sehingga
dapat membuat konsentrasi kontaminan padatingkat/ambang batas aturan
yang ada.
b. Kontaminan yang dijadikan sasaran harus bioavailable(tersedia untuk
proses biologi)
c. Tempatdilakukan bioremediasi harus mempunyai kondisi yang kondusif
untuk pertumbuhan mikroba atau tanaman atau untuk aktivitas enzim
d. Biaya bioremediasi harus lebih murah dari biaya pengunaan teknologi lain
yang juga dapat mendetoksifikasi kontaminan (Budianto,2009)

3.2.1 Bioremidiasi dapat dibedakan berdasarkan lokasi, tempat pencemaran dan


bahan pencemar:

1. Berdasarkan lokasi
Ada dua jenis bioremediasi berdasarkan lokasi, yaitu in-situ (atau on-site) dan
ex-situ (atau off-site). Pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi.
Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri dari pembersihan, venting
(injeksi), dan bioremediasi. Sementara bioremediasi ex-situ atau pembersihan off-
side dilakukan dengan cara tanah atau air yang tercemar diambil dan dipindahkan
ke dalam penampungan yang lebih terkontrol, kemudian diberi perlakuan khusus
dengan menggunakan mikroba. Bioremediasi ex-situ dapat berlangsung lebih
cepat, mampu me-remediasi jenis kontaminan yang lebih beragam, dan lebih
mudah dikontrol dibanding dengan bioremediasi in-situ. (Budianto,2009)
Contoh:

22
a. Bioremediasi in situ: Sumur Ekstraksi : Untuk mengeluarkan air tanah yang
kemudian ditambah nutrisi dan oksigen dan dimasukkan kembali ke dalam
tanah melalui sumur injeksi.

b. Bioremediasi eksitu: melalui Slurry Phase yaitu bejana besar digunakan


sebagai bio-reactor yang mengandung tanah, air, nutrisi dan udara untuk
membuat mikroba aktif mendegradasi senyawa pencemar (Irfan,tanpa
tahun)

2. Berdasarkan Jenis Bahan Pencemar


a. Bioremediasi Senyawa Organik yaitu Proses mengubah senyawa pencemar
organik yang berbahaya menjadi senyawa lain yang lebih aman dengan
memanfaatkan organisme. Melibatkan proses degradasi. Biodegradasi yaitu
pemecahan cemaran organik oleh aktivitas mikroba yang melibatkan

serangkaian reaksi enzimatik (Irfan,tanpa tahun).

23
Umumnya terjadi karena senyawa tersebut dimanfaatan sebagai sumber
makanan (substrat). Biodegradasi yang lengkap disebut juga sebagai
mineralisasi, dengan produk akhirnya berupa karbondioksida dan air. Proses
ini dipakai dalam pengolahan limbah untuk menjadi CO2 dan air.Ko-
metabolisma (co-metabolism) yaitu kemampuan mikroba dalam mengoksidasi
atau metabolisasi suatu senyawa tetapi energi yang dihasilkan tidak dapat
digunakan sebagai sumber energi untuk pertumbuhan. Contohnya
Biodegradasi Fenantren Menjadi 1-naftalenololeh Bakteri Pseudomonas sp
Kalp3b22 (Santosa,2009)
b. Bioremediasi senyawa Anorganik yaitu pemanfaatan organisme untuk
mengubah, menyerap atau memanfaatkan senyawa anorganik yang
mencemari lingkungan. Proses ini bisa melalui bioleaching yaitu proses
ekstraksi dan pemecahan logam menggunakan bakteri contohnya oksidasi besi
dan belerang menggunakan bakteri Acidithiobacillus Thiobacillus dan
thiooxidans Acidithiobacillus dengan proses FeAsS (s) Fe 2+ (aq) + As 3+
(aq) + S 6+ (aq) . Selain itu Bioremediasi senyawa anorganik bisa dilakukan
dengan biobsorsi yaitu proses penyerapan logam pada permukaan sel akibat
interaksi anion dan kation (Irfan,tanpa tahun)

3. Berdasarkan Tempat Pencemaran

24
a. Bioremediasi Tanah, Bioremediasi tanah tercemar logam berat sudah banyak
dilakukan dengan menggunakan mikoriza dan bakteri pereduksi logam berat
sehingga tidak dapat diserap oleh tanaman. Hasil-hasil penelitian
menunjukkan bahwa cendawan memiliki kontribusi yang lebih besar dari
bakteri, dan kontribusinya makin meningkat dengan meningkatnya kadar
logam berat (Fleibach, dkk. 1994 dalam Barchia,2009). Mikoriza dapat
melindungi tanaman dari ekses unsur tertentu yang bersifat racun seperti
logam berat (Killham, 1994 dalam Barchia,2009). Mekanisme perlindungan
terhadap logam berat dan unsur beracun yang diberikan mikoriza dapat
melalui efek filtrasi, menonaktifkan secara kimia atau penimbunan unsur
tersebut dalam hipa cendawan. Tanaman yang berkembang dengan baik di
lahan limbah batubara ditemukan adanya oil droplets dalam vesikel akar-

mikoriza. Hal ini menunjukkan bahwa ada mekanisme filtrasi, sehingga


bahan beracun pada limbah yang diserap mikoriza tidak sampai diserap oleh
tanaman inangnya.

Cendawan ektomikoriza dapat meningkatkan toleransi tanaman terhadap


logam beracun dengan mengakumulasi logam-logam dalam hipa
ekstramatrik dan extrahyphae slime (Aggangan, dkk. 1998 dalam Barchia,
2009) sehingga mengurangi serapannya ke dalam tanaman inang.
Pemanfaatan cendawan mikoriza dalam bioremediasi tanah tercemar,
disamping dengan akumulasi bahan tersebut dalam hipa, juga dapat melalui

25
mekanisme pembentukan komplek logam tersebut oleh sekresi hipa eksternal
(Khairani-Idris, 2008 dalam Barchia 2009). Perlakuan mikoriza pada tanah
yang tercemar oleh polisiklik aromatik hidrokarbon dari limbah industri
berpengaruh terhadap pertumbuhan clover, dimana dengan
pemberianmikoriza laju penurunan hasil clover karena senyawa aromatik ini
dapat ditekan (Joner dan Leyval, 2001 dalam Barchia,2009).
Bioremediasi dengan penerapan mikroorganisme untuk mempercepat
transformasi karbon dan penggunaan tanaman yang dapat menimbun karbon
dalam jaringannya telah menampakkan beberapa hasil yang cukup
memberikan harapan dalam penanggulangan pencemaran pestisida ini.
Transformasi kimia dari bahan pencemar pestisida melalui proses
bioremediasi ini meliputi beberapa proses, yaitu 1) detoksikasi, 2) degradasi,
3) konjugasi, pembentukan senyawa kompleks atau reaksi penambahan, 4)
aktivasi, 5) defusi/pemecahan, dan 6) perubahan spektrum toksisitas .
Detoksikasi yaitu konversi dari molekul yang bersifat toksik menjadi produk

yang tidak bersifat toksik, 2) degradasi, yaitu transformasi dari substrat


kompleks menjadi produk yang lebih sederhana (Barchia,2009)

1) Proses defusi/pemecahan (Flavobacterium)

26
2) Aktivasi (tanah)

3) Detoksinasi (Arthrobacter, tanah)

4) Reaksi penambahan (Arthrobacter)

5) Degradasi (Pseudomonas, tanah) (Barchia,2009)

b. Bioremediasi Air, Meningkatnya aktivitas manusia di rumah tangga


menyebabkan semakin besarnya volume limbah yang dihasilkan dari waktu ke
waktu.
Volume limbah rumah tangga meningkat 5 juta m3 pertahun, dengan
peningkatan kandungan rata-rata 50% Konsekuensinya adalah beban badan
air yang selama ini dijadikan tempat pembuangan limbah rumah tangga
menjadi semakin berat, termasuk terganggunya komponen lain seperti saluran
air, biota perairan dan sumber air penduduk. Keadaan tersebut menyebabkan
terjadinya pencemaran yang banyak menimbulkan kerugian bagi manusia dan
lingkungan. Dalam kondisi demikian, diperlukan suatu sistem pengolahan
limbah rumah tangga yang selain murah dan mudah diterapkan, juga dapat
memberi hasil yang optimal dalam mengolah dan mengendalikan limbah
rumah tangga sehingga dampaknya terhadap lingkungan dapat dikurangi
(Yusuf,2008)
Bioremediasi air dapat menggunakan bakteri atau tanaman air.
Penggunaan bakteri sering digunakan seperti Bacillus sp untuk bahan
pencemar minyak bumi, Pseudomonas pseudomallei ICBB 1512 untuk
menghilangkan senyawa merkuri beracun yang terlarut dalam air limbah dan
Desulfotomaculum orientis ICBB 1204, Desulfotomaculum sp ICBB 8815 dan
ICBB 8818 yang mengubah sulfat dalam air asam tambang menjadi hidrogen
sulfida dan kemudian bereaksi dengan logam berat setelah reaksi belangsung
pH (keasaman) air asam tambang yang mula-mula berkisar dari 2 - 3

27
meningkat mendekati netral (6-7). Sementara logam berat yang terdapat air
asam tambang mengendap (Santosa,2009)
Selain itu bisa juga digunakan berbagai tanaman air yang memiliki
kemampuan secara umum untuk menetralisir komponen-komponen tertentu di
dalam perairan. Reed (2005) bahwa proses pengolahan limbah cair dalam
kolam yang menggunakan tanaman air terjadi proses penyaringan dan
penyerapan oleh akar dan batang tanaman air, proses pertukaran dan
penyerapan ion, dan tanaman air juga berperan dalam menstabilkan pengaruh
iklim, angin, cahaya matahari dan suhu. (Yusuf,2008)

Kelebihan dari bioremidiasi

Proses alami.

Mengubah molekul senyawa organic.

Biaya paling murah dibandingkan cara lain.

Hasil akhir degradasi adalah gas karbondioksida,air dan senyawa


senyawa sederhana ramah lingkungan.

Kekurangan dari bioremediasi

28
Tidak seluruh polutan mampu di degrdasikan oleh mikroba.

Akumulasi senyawa toksik yang merupakan metabolit sekunder selama


proses bioremediasi tidak dapat dihindari.

Proses perombakan akan mengalami kesulitan apabila polutan logam berat


bercampur dengan polutan organic.

29
BAB IV
SMPULAN

4.1 Simpulan

Biogas merupakan gas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik atau


fermentasi dari bahan-bahan organik termasuk diantaranya : kotoran
manusia dan hewan, limbah domestik (rumah tangga), sampah
biodegradable atau setiap limbah organik yang biodegradable dalam
kondisi anaerobik. Biogas dapat diandalkan sebagai bahan bakar
hayati/terbarukan karena juga ramah terhadap lingkungan.
Bioremediasi merupakan penggunaan mikroorganisme untuk mengurangi
polutan di lingkungan. Saat bioremediasi terjadi, enzim-enzim yang
diproduksi oleh mikroorganisme memodifikasi polutan beracun dengan
mengubah struktur kimia polutan tersebut, sebuah peristiwa yang disebut
biotransformasi.

30
DAFTAR PUSTAKA

Barchia,Muhhamad.2009.Bioremediasi. http://faizbarchia.blogspot.com/, Diakses


tanggal 28 Maret 2017.
Yusuf,Guntur.2008. Bioremediasi Limbah Rumah Tangga Dengan Sistem Simulasi
Tanaman Air. Jurnal Bumi Lestari, Vol. 8 No. 2, Agustus 2008. hal. 136-144 .
Anonim.2010.Bioremediasi.http://www.wikipedia.org, Diakses tanggal 28 Maret
2017.
Budianto,2009. Perbaikan Lahan Terkontaminasi Minyak Bumi Secara Bioremediasi,
http://www.iec.co.id/artikel/perbaikan-lahan-terkontaminasi-minyak-bumi-
secara- bioremediasi, Diakses tanggal 28 Maret 2017.
Irfan.2015.Bioremediasi Senyawa Irfan.2015.Bioremidiasi Senyawa
pencemar.faperta.ugm.ac.id/newbie/mikro/irfan_dp/.../BioremSenyPolutan.ppt,
Diakses tanggal 28 Maret 2010.
Santosa,Dwi.2009. Teknologi Bioremediasi Pulihkan Lingkungan
Tercemar.http://jurnal.ipb.ac.id/, Diakses tanggal 28 Maret 2017.
Widodo, Teguh Wikan, A. Asari, Ana N.dan Elita, R. 2009. Bio Energi Berbasis
Jagung dan Pemanfaatan Limbahnya. http://www.rudyct.com/PPS702-
ipb/02201/wm_nalley.htm. Diakses tanggal 25 Maret 2017.
Martomijdijo, Russami. 2009. Bioteknologi Lingkungan.
.http://bioteknews.blogspot.com/ . Diakses tanggal 25 Maret 2017.
Anonim. 2010. Bioteknologi . http://www.bioteknologi.com/wiki/. Diakses tanggal 25
Maret 2017.

31

Anda mungkin juga menyukai