PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
Tinjauan Pustaka
PEMBAHASAN
3.1 Biogas
Biogas adalah gas mudah terbakar (flammable) yang dihasilkan oleh
proses fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob (bakteri yang
hidup dalam kondisi kedap udara) Komponen terbesar biogas adalah Methana
(CH4, 54-80%-vol) dan karbondioksida (CO2, 20-45%-vol) serta sejumlah kecil
H2, N2 dan H2S.
Pada umumnya semua jenis bahan organik bisa diproses untuk
menghasilkan biogas, namun demikian hanya bahan organik (padat, cair)
homogen seperti kotoran dan urine (air kencing) hewan ternak cocok untuk sistem
biogas sederhana. Di daerah yang banyak industri pemrosesan makaan antara lain
tahu, tempe, ikan, pindang atau brem bisa menyatukan saluran limbahnya ke
dalam sistem biogas, sehingga limbah industri tersebut tidak mencemari
lingkungan di sekitarnya. Hal ini memungkinkan karena limbah industri tersebut
diatas berasal dari bahan organik yang homogen.
Bahan bakar biogas tidak menghasilkan asap merupakan suatu pengganti
yang unggul untuk menggantikan bahan bakar minyak atau gas alam. Gas ini
dihasilkan dalam proses yang disebut pencernaan anaerob, merupakan gas
campuran metan (CH4), karbondioksida (CO2), dan sejumlah kecil nitrogen,
amonia, sulfur dioksida, hidrogen sulfida, dan hidrogen. Secara alami, gas ini
terbentuk pada limbah pembuangan air, tumpukan sampah, dasar danau atau
rawa. Mamalia termasuk manusia menghasilkan biogas dalam sistem
pencernaannya, bakteri dalam sistem pencernaan menghasilkan biogas untuk
proses mencerna selulosa. Biomassa yang mengandung kadar air yang tinggi
seperti kotoran hewan dan limbah pengolahan pangan cocok digunakan untuk
bahan baku pembuatan biogas.
Limbah peternakan merupakan salah satu sumber bahan yang dapat
dimanfaatkan untuk menghasilkan biogas, sementara perkembangan atau
pertumbuhan industri peternakan menimbulkan masalah bagi lingkungan karena
menumpuknya limbah peternakan. Polutan yang dihasilkan dari dekomposisi
kotoran ternak yaitu BOD (Biological Oxygen Demand) dan COD (Chemichal
Oxygen Demand), bakteri patogen, polusi air, debu, dan polusi bau. Di banyak
negara berkembang kotoran ternak, limbah pertanian, dan kayu bakar digunakan
sebagai bahan bakar. Hal inilah yang menjadi perhatian karena emisi metan dan
karbondioksida yang menyebabkan efek rumah kaca dan mempengaruhi
perubahan iklim global.
Jika dilihat dari segi pengolahan limbah, proses anaerob juga memberikan
beberapa keuntungan yaitu menurunkan nilai COD dan BOD, total solid, volatile
solid, nitrogen nitrat, dan nitrogen organik. Bakteri caliform dan patogen lainnya,
telur insek, parasit, bau juga dihilangkan atau menurun. Di daerah pedesaan yang
tidak terjangkau listrik, penggunaan biogas memungkinkan untuk belajar dan
melakukan kegiatan komunitas di malam hari.
Komponen terbesar biogas adalah Methana (CH4, 54-80%-vol) dan
karbondioksida (CO2, 20-45%-vol) serta sejumlah kecil H2, N2, dan H2S.
Komposisi biogas bervariasi tergantung dengan asal proses anaerobik yang
terjadi. Pada literatur lain komposisi biogas secara umum ditampilkan dalam tabel
berikut :
Komponen Presentase
Metana (CH4) 55 - 75%
Karbondioksida (CO2) 25 - 45%
Nitrogen (N2) 0 - 0,3%
Hidrogen (H2) 1 - 5%
Hidrogen Sulfide (H2S) 0 - 3%
Oksigen (O2) 0,1 0,5%
Tabel 1.1 Komposisi biogas secara umum
1 Kotoran Sapi 1 40
2 Kotoran Kerbau 1 30
3 Kotoran Babi 1 60
4 Kotoran Ayam 1 70
Tabel 1.2 Produksi Biogas dari Berbagai Bahan Organik
21
3. Bioremediasi Intrinsik :Bioremediasi jenis ini terjadi secara alami di dalam air
atau tanah yang tercemar (Yusuf,2008). Beberapa kriteriayang harus dipenuhi
untuk penggunaan tindakan bioremediasi adalah:
1. Berdasarkan lokasi
Ada dua jenis bioremediasi berdasarkan lokasi, yaitu in-situ (atau on-site) dan
ex-situ (atau off-site). Pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi.
Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri dari pembersihan, venting
(injeksi), dan bioremediasi. Sementara bioremediasi ex-situ atau pembersihan off-
side dilakukan dengan cara tanah atau air yang tercemar diambil dan dipindahkan
ke dalam penampungan yang lebih terkontrol, kemudian diberi perlakuan khusus
dengan menggunakan mikroba. Bioremediasi ex-situ dapat berlangsung lebih
cepat, mampu me-remediasi jenis kontaminan yang lebih beragam, dan lebih
mudah dikontrol dibanding dengan bioremediasi in-situ. (Budianto,2009)
Contoh:
22
a. Bioremediasi in situ: Sumur Ekstraksi : Untuk mengeluarkan air tanah yang
kemudian ditambah nutrisi dan oksigen dan dimasukkan kembali ke dalam
tanah melalui sumur injeksi.
23
Umumnya terjadi karena senyawa tersebut dimanfaatan sebagai sumber
makanan (substrat). Biodegradasi yang lengkap disebut juga sebagai
mineralisasi, dengan produk akhirnya berupa karbondioksida dan air. Proses
ini dipakai dalam pengolahan limbah untuk menjadi CO2 dan air.Ko-
metabolisma (co-metabolism) yaitu kemampuan mikroba dalam mengoksidasi
atau metabolisasi suatu senyawa tetapi energi yang dihasilkan tidak dapat
digunakan sebagai sumber energi untuk pertumbuhan. Contohnya
Biodegradasi Fenantren Menjadi 1-naftalenololeh Bakteri Pseudomonas sp
Kalp3b22 (Santosa,2009)
b. Bioremediasi senyawa Anorganik yaitu pemanfaatan organisme untuk
mengubah, menyerap atau memanfaatkan senyawa anorganik yang
mencemari lingkungan. Proses ini bisa melalui bioleaching yaitu proses
ekstraksi dan pemecahan logam menggunakan bakteri contohnya oksidasi besi
dan belerang menggunakan bakteri Acidithiobacillus Thiobacillus dan
thiooxidans Acidithiobacillus dengan proses FeAsS (s) Fe 2+ (aq) + As 3+
(aq) + S 6+ (aq) . Selain itu Bioremediasi senyawa anorganik bisa dilakukan
dengan biobsorsi yaitu proses penyerapan logam pada permukaan sel akibat
interaksi anion dan kation (Irfan,tanpa tahun)
24
a. Bioremediasi Tanah, Bioremediasi tanah tercemar logam berat sudah banyak
dilakukan dengan menggunakan mikoriza dan bakteri pereduksi logam berat
sehingga tidak dapat diserap oleh tanaman. Hasil-hasil penelitian
menunjukkan bahwa cendawan memiliki kontribusi yang lebih besar dari
bakteri, dan kontribusinya makin meningkat dengan meningkatnya kadar
logam berat (Fleibach, dkk. 1994 dalam Barchia,2009). Mikoriza dapat
melindungi tanaman dari ekses unsur tertentu yang bersifat racun seperti
logam berat (Killham, 1994 dalam Barchia,2009). Mekanisme perlindungan
terhadap logam berat dan unsur beracun yang diberikan mikoriza dapat
melalui efek filtrasi, menonaktifkan secara kimia atau penimbunan unsur
tersebut dalam hipa cendawan. Tanaman yang berkembang dengan baik di
lahan limbah batubara ditemukan adanya oil droplets dalam vesikel akar-
25
mekanisme pembentukan komplek logam tersebut oleh sekresi hipa eksternal
(Khairani-Idris, 2008 dalam Barchia 2009). Perlakuan mikoriza pada tanah
yang tercemar oleh polisiklik aromatik hidrokarbon dari limbah industri
berpengaruh terhadap pertumbuhan clover, dimana dengan
pemberianmikoriza laju penurunan hasil clover karena senyawa aromatik ini
dapat ditekan (Joner dan Leyval, 2001 dalam Barchia,2009).
Bioremediasi dengan penerapan mikroorganisme untuk mempercepat
transformasi karbon dan penggunaan tanaman yang dapat menimbun karbon
dalam jaringannya telah menampakkan beberapa hasil yang cukup
memberikan harapan dalam penanggulangan pencemaran pestisida ini.
Transformasi kimia dari bahan pencemar pestisida melalui proses
bioremediasi ini meliputi beberapa proses, yaitu 1) detoksikasi, 2) degradasi,
3) konjugasi, pembentukan senyawa kompleks atau reaksi penambahan, 4)
aktivasi, 5) defusi/pemecahan, dan 6) perubahan spektrum toksisitas .
Detoksikasi yaitu konversi dari molekul yang bersifat toksik menjadi produk
26
2) Aktivasi (tanah)
27
meningkat mendekati netral (6-7). Sementara logam berat yang terdapat air
asam tambang mengendap (Santosa,2009)
Selain itu bisa juga digunakan berbagai tanaman air yang memiliki
kemampuan secara umum untuk menetralisir komponen-komponen tertentu di
dalam perairan. Reed (2005) bahwa proses pengolahan limbah cair dalam
kolam yang menggunakan tanaman air terjadi proses penyaringan dan
penyerapan oleh akar dan batang tanaman air, proses pertukaran dan
penyerapan ion, dan tanaman air juga berperan dalam menstabilkan pengaruh
iklim, angin, cahaya matahari dan suhu. (Yusuf,2008)
Proses alami.
28
Tidak seluruh polutan mampu di degrdasikan oleh mikroba.
29
BAB IV
SMPULAN
4.1 Simpulan
30
DAFTAR PUSTAKA
31