Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Kami selaku penulis mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha
Esa, karena telah diberikan kesehatan sampai sekarang ini sehingga dapat
membuat makalah yang sederhana ini.
Kerusakan hutan merupakan sesuatu yang sangat berdampak buruk bagi
kehidupan manusia maupun makhluk hidup lainnya sehingga kita semua perlu
menjaganya dengan sebaik-baiknya agar hutan kita tetap terjaga kondisinya,
adapun tujuan dari penulisan makalah ini untuk lebih memahami lagi
bagaimana cara menjaga hutan agar tetap baik dari ancaman apapun.
Kami juga mengucapkan terima kasih juga kepada pihak-pihak yang telah
bersangkutan dan juga dukungan yang telah diberikan kepada kami semua dan
kami siap menerima kritik dan saran apabila terjadi kesalahan dalam penulisan
ini dan dalam penulisan ini kami berharap anda semua mencintai hutan yang
telah diberikan kepada sang pencipta dan menjaganya dengan baik

1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar....................................................................................1
Daftar Isi.............................................................................................2
Pendahuluan........................................................................................3
I. Sumber Terjadi Kebakaran Hutan...................................................4
II. Jenis Polutan yang Diakibatkan Kebakaran Hutan.....................5-6
III. Proses Terjadinya Kebakaran Hutan..........................................7-8
IV. Dampak dari Kebakaran Hutan................................................9-11
V. Upaya atau Solusi dari Kebakaran Hutan.................................12-13
Penutup...............................................................................................14
Daftar Pustaka.....................................................................................15

2
PENDAHULUAN

Hutan di Indonesia merupakan sebuah fenomena, hutan sebagai karunia dan


amanah Tuhan Yang Maha Esa yang dianugerahkan kepada bangsa Indonesia
telah menempatkan Indonesia dikenal sebagai salah satu negara pemilik hutan
tropika terbesar di dunia setelah Brazil dan Zaire. Suatu hal yang patut
disyukuri dan bangga sebagaiwarga bangsa Indonesia, mengingat hutan dapat
memberikan manfaat ekonomis sebagai penyumbang devisa bagi kelangsungan
pembangunan di Indonesiaserta memberikan jasa-jasa lingkungan untuk menop
ang kehidupan di muka bumi. Tetapi dilain pihak, hutan yang seharusnya diurus
dan dimanfaatkan secara optimal dengan memperhatikan aspek kelestarian telah
mengalami degradasi dan deforestasi yang cukup mencengangkan bagi dunia
Internasional, ini satu lagi prestasi Indonesia yang bikin hati miris, Indonesia
masuk dalam daftar rekor dunia guiness yang dirilis oleh Greenpeace sebagai
negara yang mempunyai tingkat laju deforestasi tahunan tercepat di dunia.
Sebanyak 72 persen dari hutan asli Indonesia telah musnah dengan 1.8 juta
hektar hutan dihancurkan per tahun antara tahun 2000 hingga 2005, sebuah
tingkat kehancuran hutan sebesar 2% setiap tahunnya atau 51 km2 per hari atau
dalam satu jam luas hutan Indonesia yang hancur setara dengan 300 lapang
an sepakbola. Disaat upaya untuk menjajaki memulihkan dan mempertahankan
kondisi hutan melalui mekanisme jasa hutan sebagai penyerap karbon
dilakukan, sebuah prestasi Internasional tercatat kembali bagi bangsa Indonesia
karena hutan yang dimiliki. Kebakaran hutan di Indonesia telah menempatkan
Indonesia sebagai negara yang termasuk dalam deretan negara penyumbang
emisi CO2 terbesar di dunia. Kebakaran hutan merupakan sebuah tradisi
tahunan yang terjadi di Indonesia pada saat musim kemarau dan hal ini
merupakan sebuah fakta yang tidak bisa dipungkiri. Mengapa kebakaran hutan
di Indonesia terus tetap terjadi meski trilyunan rupiah telah dihabiskan untuk
mengatasi kejadian kebakaran ini baik melalui proyek dalam negeri maupun
dari proyek luar negeri. Berdasarkan hal ini, sangat diperlukan memahami
bagaimana kebakaran hutan itu terjadi dan faktor apa yang mempengaruhinya
sehingga tindakan ataupun strategi yang diambil untuk mencari solusi terhadap
permasalahan kebakaran tidak salah sasaran. Berkaitan dengan hal tersebut
maka dalam makalah ini diuraikan beberapa teori yang mendasari bagaimana
kebakaran hutan itu terjadi seperti segitiga api, proses terjadinya kebakaran
hutan dan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kebakaran hutan

3
I. SUMBER

Faktor Penyebab Kebakaran Hutan


Kebakaran hutan terjadi karena faktor alam dan faktor manusia. Faktor alam biasa
terjadi pada musim kemarau ketika cuaca sangat panas. Namun, sebab utama dari
kebakaran hutan adalah pembukaan lahan yang meliputi:

1. Pembakaran lahan yang tidak terkendali sehingga merembet ke lahan lain


Pembukaan lahan tersebut dilaksanakan baik oleh masyarakat maupun
perusahaan. Namun bila pembukaan lahan dilaksanakan dengan pembakaran
dalam skala besar, kebakaran tersebut sulit terkendali.
Pembukaan lahan dilaksanakan untuk usaha perkebunan, HTI, pertanian lahan
kering, sonor dan mencari ikan. pembukaan lahan yang paling berbahaya
adalah di daerah rawa/gambut.
2. Penggunaan lahan yang menjadikan lahan rawan kebakaran, misalnya di lahan
bekas HPH dan di daerah yang beralang-alang.
3. Konflik antara pihak pemerintah, perusahaan dan masyarakat karena status
lahan sengketa Perusahaan-perusahaan kelapa sawit kemudian menyewa tenaga
kerja dari luar untuk bekerja dan membakar lahan masyarakat lokal yang
lahannya ingin diambil alih oleh perusahaan, untuk mengusir masyarakat.
Kebakaran mengurangi nilai lahan dengan cara membuat lahan menjadi
terdegradasi, dan dengan demikian perusahaan akan lebih mudah dapat
mengambil alih lahan dengan melakukan pembayaran ganti rugi yang murah
bagi penduduk asli.
4. Dalam beberapa kasus, penduduk lokal juga melakukan pembakaran untuk
memprotes pengambil-alihan lahan mereka oleh perusahaan kelapa sawit.
5. Tingkat pendapatan masyarakat yang relatif rendah, sehingga terpaksa memilih
alternatif yang mudah, murah dan cepat untuk pembukaan lahan
6. Kurangnya penegakan hukum terhadap perusahaan yang melanggar peraturan
pembukaan lahan

Penyebab Lain kebakaran hutan, diantaranya:

1. Sambaran petir pada hutan yang kering karena musim kemarau yang panjang.
Kecerobohan manusia antara lain membuang puntung rokok secara
sembarangan dan lupa mematikan api di perkemahan.
2. Aktivitas vulkanis seperti terkena aliran lahar atau awan panas dari letusan
gunung berapi.
3. Kebakaran di bawah tanah/ground fire pada daerah tanah gambut yang dapat
menyulut kebakaran di atas tanah pada saat musim kemarau

Hutan-hutan tropis basah yang belum terganggu umumnya benar-benar tahan terhadap
kebakaran dan hanya akan terbakar setelah periode kemarau yang berkepanjangan.
Sebaliknya, hutan-hutan yang telah dibalak, mengalami degradasi, dan ditumbuhi semak
belukar, jauh lebih rentan terhadap kebakaran

4
II. JENIS POLUTAN
Ada beberapa bahan polutan dari pembakaran yang dapat mencemari udara,
diantaranya adalah bahan polutan primer, seperti: hidrokarbon dan karbon oksida,
karbon dioksida, senyawa sulphur oksida, senyawa nitrogen oksida dan nitrogen
dioksida. Adapun polutan berbentuk partikel adalah asap berupa partikel karbon yang
sangat halus bercampur dengan debu hasil dari proses pemecahan suatu bahan.

1. Hidrokarbon
Hidrokarbon tidak dipertimbangkan kriteria polutan udara meskipun jejak hidrokarbon
dapat berdampak terhadap kualitas udara (mengurangi pandangan) dan kesehatan
manusia. Hidrokarbon yang berhubungan dengan kualitas udara dan kesehatan
manusia adalah aldehid dan Polynuclear Aromatic Hydrocarbon (PAH). Aldehid yang
terdapat di dalam asap akan menyebabkan iritasi mata, hidung, dan perut. Aldehid
juga dapat mempengaruhi penampilan pemadam kebakaran melalui depresi laju
pernapasan. Produksi aldehid dalam kebakaran berkisar antara 0,6 persen hingga 2,5
persen dari berat bahan bakar.

Methane adalah gas rumah kaca ketiga terbesar berlimpah yang didistribusikan
terhadap pemanasan global. Kira-kira 10 persen methane dilepaskan ke dalam
atmosfer setiap tahun datang dari pembakaran biomassa (Andreae, 1991). Semua
hidrokarbon lain yang dilepaskan kedalam atmosfer pada laju kira-kira 70 persen dari
emisi methane.

2. Nitrogen Oksida

Nitrogen oksida diklasifikasikan sebagai polutan udara, dan sebagai tambahan adalah
berfungsi sebagai perintis jalan pada pembentukan ozon, polutan udara yang
lain.Senyawa nitrogen lain yang dilepaskan dari kebakaran termasuk ammonia, nitrit
berat molekul rendah, hidrogen sianida, acetronitrile, asam nitrik, asam amino, dan
senyawa N heterosiklik.

5
3. Sulfur Oksida

Sulfur oksida membuat S sebagai emisi utamadari kebakaran.Sementara itu,SO adalah


polutan udara, tetapi tidak begitu dipertimbangkan, sebagian besar karena dia
membuat fraksi yang relatif kecil penyusun asap. Antara 40 persen hingga 60 persen
dari S dalam bahan bakar yang dikonsumsi tertinggal dalam abu setelah kebakaran.

4. Karbondioksida

Emisi terbesar yang dilepaskan ke atmosfer sebagai hasil dari pembakaran adalah
CO2.Bersamadengan uapair, CO2 mencapai 90 persen dari emisi atmosfer dari
kebakaran, dan sebagian besar (80-90 persen) adalahemisi C.Karbon dioksida
merupakan 99 persen dari emisi C dalam kebakaran yang efisien, yaitu pembakaran
yang menghabiskan sebagian besar bahan bakar

5. Karbonmonoksida

Karbon monoksida (CO) umumnya dihasilkan melalui pembakaran tidak sempurna


dari bahan bakar yang lembab (basah), dan termasuk polutan udara. Jumlah CO yang
dilepaskan oleh api adalah fungsi efisiensi pembakaran, meningkat bila efisiensi jatuh
(tidak efisien).

Dampak CO terhadap kesehatan manusia sebagian besar bergantung pada lamanya


penyebaran, konsentrasi CO dan tingkatan aktivitas fisik. Pemadam kebakaran yang
terlibat langsung dalam kegiatan pemadaman atau pembangunan sekat bakar dekat
lokasi pembakaran, harus berhati-hati terhadap dampak CO, yaitu pusing, lelah/lesu,
dan kehilangan konsentrasi dan orientasi.

6. Nitrogendioksida

NO dan NO2 berbahaya bagi manusia. Penelitian menunjukkan bahwa NO2 empat kali
lebih beracun daripada NO. Selama ini belum pernah dilaporkan terjadinya keracunan
NO yang mengakibatkan kematian. Diudara ambien yang normal, NO dapat
mengalami oksidasi menjadi NO2 yang bersifat racun. NO2 bersifat racun terutama
terhadap paru.

6
III. Proses Terjadinya Kebakaran Hutan
Untuk api dapat menyala dibutuhkan tiga hal utama, yaitu bahan bakar, panas dan
oksigen atau udara. Ketiga komponen tersebut sering disebut dengan fire triangle
(Davis, 1959).

Bahan bakar di hutan dapat berupa humus, jatuhan daun di lantai hutan, akar, batang,
cabang, ranting pohon dan sebagainya yang semuanya merupakan hasil fotosintesa
daripada tanaman dalam jangka waktu yang panjang. Sedangkan panas
biasanya datang dari kondisi iklim yang berubah ekstrim, dimana penyinaran
matahari yang lama dengan jumlah hari hujan yang sangat minim pada setiap bulan
dan tahun. Makin terbukanya hutan akibat jalan-jalan logging akan menyebabkan
semakin mantapnya aliran udara di dalam hutan, sehingga dengan sendirinya
menciptakan kondisi yang mudah terbakar.
Secara sederhana proses pembakaran hutan dapat digambarkan sebagai kebalikan
daripada proses fotosintesa tanaman sebagai berikut:

Pembakaran:
Sellulosa + Oksigen + Energi CO2 + Air + Energi

Fotosintesa:
CO2 + Air + Energi Sellulosa + Oksigen

Secara teoritis proses pembakaran dapat dijelaskan melalui beberapa tahapan, yaitu
Konveksi (aliran), radiasi (pancaran) dan Konduksi (hantaran).

Konveksi adalah proses rambatan kalor (panas) dalam suatu zat yang disertai dengan
perpindahan massa. Bagian udara di lantai hutan akan naik suhunya pada suatu
kebakaran bawah yang berakibat massa jenisnya berkurang. Perbedaan massa jenis
udara bagian bawah dan atas menyebabkan adanya pertukaran massa. Ini

7
menyebabkan adanya aliran massa yang membawa panas.
Radiasi adalah perpindahan kalor tanpa memerlukan medium. Kalor dalam proses ini
dipancarkan dalam bentuk gelombang elektromagnet pembawa panas (sinar infra
merah). Peristiwa pancaran kalor dari matahari sampai ke bumi adalah suatu proses
radiasi.
Sedangkan konduksi adalah proses rambatan kalor dalam zat yang tidak disertai
perpindahan massa. Pemanasan pada pangkal batang pohon yang terbakar akan
menaikkan kalor/suhu pada bagian pohon yang lain.
Melalui ketiga proses fisika inilah bagaimana api dalam suatu kebakaran dapat
menyala, muncul dan merambat dengan cepatnya. Angin yang kencang tentu akan
sangat memainkan peranan yang besar dalam menyebarkan panas dengan proses
konveksi, sehingga keadaan mudah terbakar akan semakin mungkin.
Pemanasan global dari sinar matahari menyebabkan bahan bakar menjadi kering,
sehingga mudah dilalap api dari satu bagian ke bagian lainnya (konduksi).
Dari keadaan yang disebutkan di atas dapat menimbulkan api secara alami, bilamana
pemanasan telah cukup tinggi dan lama. Belum lagi jika memang sumber api berasal
dari para peladang yang bekerja di hutan ataupun kelalaian para pekerja hutan

8
IV. Dampak Kebakaran Hutan
Dampak yang ditimbulkan kebakaran hutan ternyata sangat kompleks. Kebakaran
hutan tidak hanya berdampak terhadap ekologi dan mengakibatkan kerusakan
lingkungan saja. Namun dampak dari kebakaran hutan ternyata mencakup bidang-
bidang lain.

Menurut Rully Syumanda (2003), menyebutkan ada 4 aspek yang terindikasi sebagai
dampak dari kebakaran hutan. Keempat dampak tersebut mencakup dampak terhadap
kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi, dampak terhadap ekologis dan kerusakan
lingkungan, dampak terhadap hubungan antar negara, serta dampak terhadap
perhubungan dan pariwisata.

Dampak Terhadap Sosial, Budaya, dan Ekonomi. Kebakaran hutan memberikan


dampak yang signifikan terhadap kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi yang
diantaranya meliputi:

1. Terganggunya aktivitas sehari-hari; Asap yang diakibatkan oleh kebakaran


hutan secara otomatis mengganggu aktivitas manusia sehari-hari, apalagi bagi
yang aktivitasnya dilakukan di luar ruangan.
2. Menurunnya produktivitas; Terganggunya aktivitas manusia akibat kebakaran
hutan dapat mempengaruhi produktivitas dan penghasilan.
3. Hilangnya sejumlah mata pencaharian masyarakat di dan sekitar hutan; Selain
itu, bagi masyarakat yang menggantungkan hidup dari mengolah hasil hutan,
dengan terbakarnya hutan berarti hilang pula area kerja (mata pencarian).
4. Meningkatnya hama; Kebakaran hutan akan memusnahkan sebagian spesies
dan merusak kesimbangan alam sehingga spesies-spesies yang berpotensi
menjadi hama tidak terkontrol. Selain itu, terbakarnya hutan akan membuat
sebagian binatang kehilangan habitat yang kemudian memaksa mereka untuk
keluar dari hutan dan menjadi hama seperti gajah, monyet, dan binatang lain.
5. Terganggunya kesehatan; Kebakaran hutan berakibat pada pencemaran udara
oleh debu, gas SOx, NOx, COx, dan lain-lain dapat menimbulkan dampak
negatif terhadap kesehatan manusia, antara lain infeksi saluran pernafasan,
sesak nafas, iritasi kulit, iritasi mata, dan lain-lain.
6. Tersedotnya anggaran negara; Setiap tahunnya diperlukan biaya yang besar
untuk menangani (menghentikan) kebakaran hutan. Pun untuk merehabilitasi
hutan yang terbakar serta berbagai dampak lain semisal kesehatan masyarakat
dan bencana alam yang diambilkan dari kas negara.
7. Menurunnya devisa negara. Hutan telah menjadi salah satu sumber devisa
negara baik dari kayu maupun produk-produk non kayu lainnya, termasuk
pariwisata. Dengan terbakarnya hutan sumber devisa akan musnah. Selain itu,
menurunnya produktivitas akibat kebakaran hutan pun pada akhirnya
berpengaruh pada devisa negara.

9
Dampak Terhadap Ekologis dan Kerusakan Lingkungan. Kebakaran hutan
memberikan dampak langsung terhadap ekologi dan lingkungan yang diantaranya
adalah:

1. Hilangnya sejumlah spesies; selain membakar aneka flora, kebakaran hutan


juga mengancam kelangsungan hidup sejumlah binatang. Bebrabagai spesies
endemik (tumbuhan maupun hewan) terancam punah akibat kebakaran hutan.
2. Erosi; Hutan dengan tanamannya berfungsi sebagai penahan erosi. Ketika
tanaman musnah akibat kebakaran hutan akan menyisakan lahan hutan yang
mudah terkena erosi baik oleh air hujan bahkan angin sekalipun.
3. Alih fungsi hutan; Kawasan hutan yang terbakar membutuhkan waktu yang
lama untuk kembali menjadi hutan. Bahkan sering kali hutan mengalami
perubahan peruntukan menjadi perkebunan atau padang ilalang.
4. Penurunan kualitas air; Salah satu fungsi ekologis hutan adalah dalam daur
hidrologis. Terbakarnya hutan memberikan dampak hilangnya kemampuan
hutan menyerap dan menyimpan air hujan.
5. Pemanasan global; Kebakaran hutan menghasilkan asap dan gas CO2 dan gas
lainnya. Selain itu, dengan terbakarnya hutan akan menurunkan kemampuan
hutan sebagai penyimpan karbon. Keduanya berpengaruh besar pada perubahan
iklim dan pemansan global.
6. Sendimentasi sungai; Debu dan sisa pembakaran yang terbawa erosi akan
mengendap di sungai dan menimbulkan pendangkalan.
7. Meningkatnya bencana alam; Terganggunya fungsi ekologi hutan akibat
kebakaran hutan membuat intensitas bencana alam (banjir, tanah longsor, dan
kekeringan) meningkat.

Dampak Terhadap Hubungan Antar Negara; Asap hasil kebakaran hutan menjadi
masalah serius bukan hanya di daerah sekitar hutan saja. Asap terbawa angin hingga
ke daerah lain bahkan mencapai berbagai negara tetangga seperti Singapura, Malaysia,
dan Brunei Darussalam.

10
Dampak Terhadap Perhubungan dan Pariwisata; Kebakaran hutan pun berdampak
pada pariwisata baik secara langsung ataupun tidak. Dampaknya seperti ditutupnya
obyek wisata hutan dan berbagai sarana pendukungnya, terganggunya transportasi,
terutama transportasi udara. Kesemunya berakibat pada penurunan tingkat wisatawan
secara nasional.

Mengingat sedemikian kompleknya dampak yang diakibatkan oleh kebakaran hutan


sudah selayaknya kita semua mewaspadai. Sekalipun tinggal jauh dari hutan,
menumbuhkan kesadaran akan bahaya kebakaran hutan mungkin salah satunya.

11
V. Upaya Yang Harus Dilakukan
Dengan melihat berbagai penyebab terjadinya kebakaran hutan dan lahan, maka dapat
diupayakan tindakan pencegahan secara dini, sehingga kebakaran hutan dan lahan
tidak terulang setiap tahun dalam skala besar seperti yang terjadi setiap tahun.

Upaya tindak lanjut yang perlu ditempuh Pemerintah dalam mengatasi masalah
kebakaran hutan dan lahan ini adalah :

1. Pemberdayaan masyarakat dan lembaga masyarakat adat terutama yang berada


di sekitar kawasan hutan
2. Menetapkan suatu batas kawasan dan redeliniasi dengan melibatkan tokoh
masyarakat, tokoh adat, sehingga batas kawasan tersebut betul-betul diakui
sepenuhnya oleh masyarakat
3. Menggalakkan program Pemerintah dalam pemanfaatan hutan oleh masyarakat
di sekitar kawasan hutan lindung yang telah banyak memberi hasil yan positif
4. Perlu ada suatu pola pengelolaan kawasan hutan lindung dan hutan produksi
terbatas yang merupakan zone penyangga bagi taman nasional dengan
melibatkan masyarakat
5. Meningkatkan kegiatan rehabilitasi lahan di luar kawasan hutan dengan
berorientasi kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat dimasa yang akan
datang
6. Meningkatkan pendapatan masyarakat dengan berbagai pola seperti pola hutan
rakyat dengan sistem kerjasama dengan masyarakat
7. Kegiatan lain yang tujuannya untuk mensejahterakan masyarakat namun
berpihak kepada aspek pencegahan kebakaran hutan.

Mitra kehutanan yang bergerak dibidang pengendalian kebakaran hutan masih


tergolong sedikit dan pesan aktif dari mitra yang sudah ada juga belum maksimal,
sehingga dirasakan perlu untuk menentukan pola yang tepat dalam operasional dari
mitra dan akhirnya peran mitra dapat membantu kestabilan gangguan terhadap hutan
khususnya kejadian kebakaran hutan dan lahan yang setiap tahun terjadi.

Berbagai upaya pengendalian kebakaran hutan yang Pemerintah telah lakukan dalam
menggalang kekuatan diantaranya adalah kerja sama dengan pihak luar, baik atas
nama pemerintah negara tertentu maupun organisasi yang bergerak di dunia
internasional, dimana beberapa diantaranya telah beberapa lama melakukan kegiatan
pengendalian kebakaran hutan di Indonesia.

Berbagai negara maupun organisasi telah mengambil bagian dalam pengendalian


kebakaran hutan di Indonesia sejak lama dan beberapa diantaranya sudah memberikan
hasil yang nyata dan cukup menggembirakan, diantaranya JICA Jepang di TN Gunung

12
Palung, Way Kambas, Berbak, Bukit Tiga Puluh serta pengadaan sapras di berbagai
propinsi, GTZ di Kalimantan Timur, Uni Eropa di Sumatera Selatan, Kalimantan
Selatan, Kalimantan Tengah, UNDP, ADB di berbagai propinsi, USDA, EU, CIDA
Canada di Kalimantan Barat, ITTO di TN Betung Kerihun, Kalimantan Barat dan
berbagai organisasi lainnya.

Bentuk-bentuk kegiatan yang telah dilakukan adalah berupa penyediaan sarana dan
pra sarana pengendalian kebakaran hutan seperti pembangunan satelit pemantauan hot
spot maupun asap yang banyak membantu selama ini, pengadaan sarana pemadaman
kebakaran, peningkatan kuantitas dan kualitas petugas, pembinaan kepada
masyarakat khususnya masyarakat sekitar hutan, penyuluhan pada media massa
maupun pada sekolah-sekolah, pilot project pencegahan kebakaran hutan pada
beberapa daerah rawan kebakaran, kegiatan penelitian dan kegiatan pencegahan dini
kebakaran hutan serta berbagai kegiatan yang lain yang pada intinya akan mencegah
dan menanggulangi kejadian kebakaran hutan di Indonesia.

Beberapa jenis kegiatan yang telah dilakukan oleh pihak luar yang patut ditiru oleh
para pengambil kebijakan di tanah air yang diyakini mampu mencegah terjadinya
kebakaran hutan diantaranya peningkatan peran serta masyarakat dalam mengelola
hutan serta pemberdayaan masyarakat dalam mengelola lahan mereka. Bentuk
kegiatan yang disponsori oleh pihak luar khususnya yang langsung terkait dengan
masyarakat sekitar hutan adalah :

1. Pembuatan jalur hijau yang membatasi kawasan hutan dengan lahan miliknya
dengan menanam tanaman yang bermanfaat ganda seperti tanaman pinang,
sengon, lamtoro, asam yang dapat membatasi meluasnya kebakaran dan dapat
pula dimanfaatkan tumbuhannya
2. Pembuatan parit tanggul yang berfungsi sebagai penghalang meluasnya
kebakaran dan dapat pula sebagai sumber air untuk mengaliri kebun mereka
3. Pembuatan pagar pengaman yang berfungsi sebagai pengaman hama binatang
agar tanaman masyarakat terhindar dari serangan hama
4. Pemberian bantuan berbagai macam bibit yang dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat, sehingga masyarakat tidak tergantung kepada hutan yang sudah
barang tentu resiko terjadinya kebakaran cukup tinggi

13
PENUTUP

Kesimpulan
Sebagai penutup tulisan ini dapat dikemukakan beberapa hal sebagai berikut:

1) Hutan merupakan sumberdaya alam yang tidak ternilai harganya karena


didalamnya terkandung keanekaragaman hayati sebagai sumber plasma nutfah,
sumber hasil hutan kayu dan non-kayu, pengatur tata air, pencegah banjir dan
erosi serta kesuburan tanah, dan sebagainya. Karena itu pemanfaatan dan
perlindungannya diatur oleh Undang-undang dan peraturan pemerintah.

2) Kebakaran dan penebangan liar merupakan salah satu bentuk gangguan


terhadap sumberdaya hutan dan akhir-akhir ini makin sering terjadi. Kebakaran
dan penebangan hutan menimbulkan kerugian yang sangat besar dan
dampaknya sangat luas, bahkan melintasi batas negara. Di sisi lain upaya
pencegahan dan pengendalian yang dilakukan selama ini masih belum
memberikan hasil yang optimal. Oleh karena itu perlu perbaikan secara
menyeluruh, terutama yang terkait dengan kesejahteraan masyarakat pinggiran
atau dalam kawasan hutan.

3) Berbagai upaya perbaikan yang perlu dilakukan antara lain dibidang


penyuluhan kepada masyarakat khususnya yang berkaitan dengan faktor-faktor
penyebab kebakaran hutan, peningkatan kemampuan aparatur pemerintah
terutama dari Departemen Kehutanan, peningkatan fasilitas untuk mencegah
dan menanggulagi kebakaran hutan, dan penebangan liar ,pembenahan bidang
hukum dan penerapan sangsi secara tegas

4) Akibat penebangan hutan,2100 mata air mengering dan akibat dari penebangan
juga mengakibatkan kerusakan sumber air (mata air) akan semakin cepat.

Saran
Bagi para pembaca makalah ini dan juga semua orang bahwa hutan merupakan
sumber kehidupan bagi manusia apabila hutan sudah tidak ada lagi maka kehidupan
manusia akan berubah dan kemiskinan akan terjadi. Maka dari itu menjaga kelestarian
hutan jangan lah dianggap mudah.

Dan bagi para pecinta alam ,teruskanlah usaha penjagaan itu dengan sebaik-baiknya
dan juga tingkatkan kewaspadaan terhadap orang-orang yang mau merusaknya, cegah
agar tidak terjadi kerusakan dihutan kita ini.

14
DAFTAR PUSTAKA
http://laporanlengkappraktikumkimia.blogspot.co.id/2012/11/contoh-makalah-
kerusakan-hutan.html?m=1

- See more at: http://duniabaca.com/faktor-penyebab-terjadinya-kebakaran-


hutan.html#sthash.VMlNmG3G.dpuf

http://airveronmental.blogspot.co.id/2015/02/parameter-pencemar-udara-kriteria-
dan.html

http://www.unisosdem.org/article_detail.php?aid=2979&coid=1&caid=56&gid=5

http://multi-46.blogspot.co.id/2013/02/pengertian-penyebab-proses-terjadinya.html

alamendah.wordpress.com/2009/09/15/ulang-tahun-kebakaran-hutan

http://www.greenpeace.org/seasia/id/press/releases/kebakaran-hutan-indonesia-menj/

http://www.greenradio.fm/news/latest/5028-miliaran-rupiah-hilang-akibat-kebakaran-
hutan-

Schweithelm, J. dan D. Glover, 1999. Penyebab dan Dampak Kebakaran. Dalam


Mahalnya Harga Sebuah Bencana: Kerugian Lingkungan Akibat Kebakaran dan Asap
di Indonesia. Editor: D. Glover & T. Jessup

Soeriaatmadja, R.E. 1997. Dampak Kebakaran Hutan Serta Daya Tanggap


Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Sumberdaya Alam Terhadapnya. Prosiding
Simposium: Dampak Kebakaran Hutan Terhadap Sumberdaya Alam dan
Lingkungan.

Gambar: padang-today.com

http://www.ksdasulsel.org/artikel/karhut/338-membangun-kemitraan-solusi-
kebakaran-hutan-dan-lahan

15

Anda mungkin juga menyukai