Anda di halaman 1dari 212

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SD

NEGERI 21 PONTIANAK BARAT


KOTA PONTIANAK

BUDIARTI
NIM. F2211131014

Tesis Ditulis untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam


Mendapatkan Gelar Magister Program Pasca Sarjana Pendidikan
Guru Sekolah Dasar

PROGRAM PASCASARJANA S2
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2014
ABSTRAK
Taufik Abdullah. Implementasi Pendidikan Karakter di SMP
Muhammadiyah 1 Kota Temate. Tesis. Yogyakarta: Program Pascasarjana,
Universitas Negeri Yogyakarta, 2011

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi pendidikan


karakter di SMP Muhammadiyah 1 Kota Ternate dalam kaitannya dengan: (1)
kultur sekolah, (2) visi dan misi sekolah, (3) kegiatan ekstrakurikuler dan
intarkurikuler dan, (4) tata tertib sekolah.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Data di kumpulkan melalui
observasi, dokumentasi dan wawancara di lingkungan sekolah maupun di dalam
kelas. Subjek penelitian terdiri atas: guru, kepala sekolah, siswa dan orang tua
siswa serta pengurus Muhammadiyah Maluku Utara. Penentuan sampel dilakukan
dengan menggunakan purposive sampling dan snowball sampling. Purposive
sampling digunakan sesuai dengan kebutuhan atau pertimbangan tertentu dari
peneliti, sedangkan snowball sampling digunakan bila sumber-sumber data
pertama belum dapat memberikan informasi yang diharapkan, dengan mencari
informasi tambahan dari sumber berikutnya untuk melengkapi data yang
diperlukan. Objek penelitian adalah implementasi pendidikan karakter, yang
tercantum dalam: tata tertib sekolah, kultur sekolah, kegiatan ekstrakurikuler dan
interakurikuler. Instrumen penelitian adalah pedoman wawancara, lembar
observasi, dan catatan lapangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: pembentukan karakter siswa di SMP
Muhammadiyah 1 Kota Ternate dilasanakan dengan pembiasaan bersalaman
siswa dengan guru, membaca Al-Qur'an setiap pagi sebelum memulai pelajaran,
datang 15 menit sebelum jam 07.15 baik bagi siswa, guru, maupun kariyawan,
pembiasaan Shalat Dzuhur berjamaah, dan bagi siswa kelas VII dan VIII wajib
mengikuti Tapak Suci dan Hisbul J^athan.

Kata kunci: Pendidikan karakter, tata tertib sekolah, disiplin, kegiatan


ekstrakurikuler dan intrakurikuler, kultur sekolah.
ABSTRACT

Taufik Abdullah. The Implementation of Character Education at SMP


Muhammadiyah 1 Kota Ternate. Thesis. Yogyakarta: Graduate School,
Yogyakarta State University, 2011
This research aims to describe the implementation of character education at
SMP Muhammadiyah 1 Ternate in its relation to: (i) school culture, (2) vision and
mission of the school, (3) extracurricular and intra-curricular activities, and (4)
school discipline.
This study was qualitative research. Data collected through observation,
documentation and interview within the school and classroom. The subjects were
teachers, principals, students, parents and administrators of Muhammadiyah of
Maluku Utara. The sample was taken by using purposive sampling and snowball
sampling. The purposive sampling was used in accordance with specific needs or
considerations of the researcher, while the snowball sampling was used when the
primary data sources can not provide additional information, thus finding the data
from the other sample to complete the data needed. The object of this research is
the implementation of character education, which exists in the school code, school
culture, external and internal curricula activities of the school. Research
instrument is interview guides, observational sheets, and field notes.
The results show that the character building of students at SMP
Muhammadiyah 1 Ternate is conducted through the habits of greetings and
shaking hands to the teachers, reciting al Qur'an every morning before starting to
learn, being at school 15 minutes before 07.15 for students, teachers, and
administrative staff; saying midday prayers together; and students of seventh and
eighth grades joining the Tapak Suci and Hisbul Wathan/TN

Key words: Character education, school code, discipline, extracurricular and


intracurricular activities, school culture.
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Budiarti

N1M : F2211131014

Program Studi: Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Lembaga Asal: Universitas Tanjungpura

Dengan ini menyatakan bahwa tesis ini merupakan hasil karya saya sendiri dan
belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar keserjanaan di suatu pcrguruan
tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya dalam tesis ini tidak ada karya atau
pendapat orang lain, kecuali yang secara tertulis menjadi acuan dalam naskah ini
dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Pontianak, Juni 2014 Yang


menyatakan

IV
LEMBAR PENGESAHAN

IMPLEMENT ASI PENDIDIKAN KARAKTER


DI SD NEGERI 21 PONTIANAK BARAT KOTA
PONTIANAK

BUDIARTI
NIM F2211131014

Dipertahankan di depan Panitian Penguji Tesis


Program Pascasarjana Universitas Tanjungpura
Pontianak
Tanggal:

TIM PENGUJI

(Ketua/Penguji)

(Sekretaris/Penguj i)

(Pembimbing/Penguji)

(Penguji Utama)

Yogyakarta,...............
Program Pascasarjana
Universitas Negeri Yogyakarta
Direktur,

Prof, Soenarto, Ph.D NIP


19480804 197412 1 001

v
KATA PENGANTAR

Dengan Memanjatkan puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allahi


SWT atas berkat, rahmat, taufiq, hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan tesis yang berjudul "Implementasi Pendidikan Karakter
di SD Negeri 21 Pontianak Barat Kota Pontianak.

Penyelesaian tesis ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada yang terhormat:

1. Prof.Dr.H.Marzuki,M.Ed,MA.SH Zamroni, Ph.D selaku dosen pembimbing


mata kuliah Penelitian Kualitatif yang telah banyak mengarahkan,
membimbing, dan inemberikan dorongan sampai tesis ini terwujud.
2 Dr.Aswandi yang juga dosen pengampu mata kuliah Penelitian Kualitatif
yang banyak memberikan motivasi.
3. Dr.Aswandi selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Tanjungpura.
4. Dra.Hj.Sri Utami,M.Kes selaku ketua Pengelola Program Pasca
Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah memberikan motivasi
kepada mahasiswa.
5. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpura yang banyak
memberikan ilmu,motivasi,bantuan dan dukungan sehingga selesainya
proposal penelitian ini..
6. Ibu Julianti,S.Pd selakuKepela Sekolah SD Negeri 21 Pontianak
Barat yang telah mengijinkan,banyak membantu peneliti dalam melakukan
penelitian di SD Negeri 21 Pontianak Barat Kota Pontianak.
(
7. Dewan guru dan peserta didik yang sangat membantu selama peneliti
melakukan penelitian di SD Negeri 21 Pontianak Barat Kota Pontianak

VIII
7. Teman-teman mahasiswa Pascasarjana S2 Pendidikan Guru
Sekolah Dasar yang telah banyak memberikan
semangat,motivasi,dukungan,canda tawa serta doa-doanya.

Teriring doa semoga amal kebaikan bapak ibu para dosen sekalian yang
telah memberikan ilmunya,ibu Julianti Kepala Sekolah SD Negeri 21,para guru dan
peserta didik SD Negeri 21 serta teman-teman semua semoga mendapatkan pahala
yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amin.

Pontianak, Oktober
2014

IX
DAFTAR ISI

HALAMANJUDUL..................................................................................................i
ABSTRAK.................................................................................................................ii
ABSTRAK...................................................................................................................iii
PERNYATAAN..........................................................................................................iv
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN.............................................................................vii
KATA PENGANTAR................................................................................................viii
DAFTAR ISI..............................................................................................................ix
DAFTAR TABEL......................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................................xii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...........................,.............................................1
B. Fokus Penelitian.....................................................................................8
C. Rumusan Masalah .................................................................................8
D. Tujuan Penelitian....................................................................................8
E. Manfaat Penelitian..................................................................................9

BAB II KAJIAN PUSTAKA


A. Kajian Teori
1. Pendidikan Karakter...............................................................................11
a. Pengertian Pendidikan Karakter........................................................11
b. Tujuan Pendidikan Karakter..............................................................14
c. Nilai-nilai Pendidikan Karakter........................................................18
d. Kultur Sekolah..................................................................................24
B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan....................................................31
C. Kerangka Berpikir..................................................................................39
D. Pertanyaan Penelitian.............................................................................42

BAF III METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian.......................................................................................44
B. Tempat dan Waktu Penelitian.................................................................46
C. Subjek dan Objek Penelitian..................................................................46
D. Teknik Instrumen Pengumpulan Data....................................................48
1. Teknik Pengumpulan Data................................................................48
a. Observasi......................................................................................49
b. Wawancara....................................................................................51
c. Analisis Dokumen........................................................................52
2. Instrumen Pengumpulan Data...........................................................53

ix
E. Keabsahan data........................................................................................53
F. Teknik Analisis Data...............................................................................54

BAB IV HASIL PENELITIAN


A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.......................................................56
a. Lokasi SMP Muhammadiyah 1 Kota Ternate....................................56
b. Sejarah Berdirinya Sekolah
Muhammadiyah 1 Kota Ternate........................................................59
c. Sarana dan Prasarana.........................................................................62
1) Perpustakaan.................................................................................65
2) Keadaan Ruang Sekolah...............................................................67
d. Keadaan Siswa...................................................................................69
e. Keadaan Guru dalam Kelas...............................................................73
f. Visi dan Misi SMP Muhammadiyah 1 Kota Ternate.........................75
g. Tata Tertib Sekolah....................:......................................................77
h. Kultur Sekolah...................................................................................79
i. Struktur Sekolah................................................................................84
B. PEMBAHASAN
1. Pendidikan Karakter di SMP Muhammadiyah 1 Kota Ternate...............87
a. Proses Pembentukan Pendidikan Karakter Siswa.............................87
1) Baca Tulis Al-Qur'an (BTA).........................................................90
2) Shalat Dzuhur Berjamaah.............................................................91
3) Kegiatan Pramuka atau Hisbul Wathan........................................93
4) Tapak Suci.....................................................................................94
b. Program Pembelajaran Pendidikan Karakter Siswa di SMP
Muhammadiyah 1 Kota Ternate........................................................96
c. Partisipasi Pendidikan Karakter Mulalui
Belajar Mengajar Guru IPS...............................................................103
d. Proses Belajar Mengajar IPS dalam Penerapan
Pendidikan Karakter
1) Persiapan Guru IPS dalam belajar Mengajar................................108
2) Metode Pendekatan Pembelajaran IPS.........................................113
3) Karakter Siswa dalam Pembelajaran di Kelas..............................114
4) Sikap Guru dan Perilaku Individu................................................118
5) Tanggung Jawab...........................................................................119
e. Cara Penilain Guru dalam Penerapan Pendidikan Karakter..............120
f. Kurikulum yang Mendukung Pendidikan Karakter...........................123
2. Implementasi Pendidikan Karakter Di SMP Muhammadiyah 1
Kota Ternate
a. Peran Kepala Sekolah dalam Implementasi
Pendidikan Karakter.........................................................................127
b. Guru Menanamkan Implementasi Pendidikan Karakter...................131

x
c. Implementasi Pendidikan Karakter Dalam
Kegiatan Ekstrakurikuler...................................................................139
d. Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah.................................141
e. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi
Pendidikan Karakter..........................................................................144
1) Faktor Pendukung Implementasi Pendidikan Karakter.................144
2) Faktor Penghambat Implementasi Pendidikan Karakter...............146
f. Hasil yang dicapai Pendidikan Karakter Di SMP
Muhammadiyah 1 Kota Ternate........................................................149
g. Hasil Pengamatan Penelitian.............................................................151

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan..........................................................................................153
B. Implikasi...............................................................................................154
C. Keterbatasan Penelitian........................................................................156
D. Saran.............................................. A.................................,................157

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................160
LAMPIRAN.............................................................................................................165

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jumlah Sarana dan Prasarana......................................................................63

Tabel 2 Data Ruang Penunjang.................................................................................64

Tabel 3 Fasilitas Penunjang Perpusatkaan..............................................................67

Tabel 4 Jumlah Siswa Selama Lima Tahun Terakhir...............................................69

Tabel 5 Perolehan Kejuaran Akademik Lomba......................................................71

Tabel 6 Nilai Siswa di Kelas....................................................................................71

Tabel 7 Jumlah Guru Pegawai dan Swasta..............................................................74

Tabel 8 Prestasi Lomba MTQ Siswa......................................................................83

Tabel 9 Program Pembinaan Karakter Siswa........................................................100

Tabel 10 Contoh Penilaian Guru Agama Pada pendidikan Karakter......................123

Tabel 11 Pengebangan Kompetensi Profesionalisme Guru....................................135

Tabel 12 Prestasi Akademik Nilai Ujian Sekolah....................................................136

Tabel 13 Pembagian Tugas Bimbinag Konseling...................................................137

XII
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan media untuk mencerdaskan kehidupan bangsa

dan untuk membangun tatanan bangsa yang berbalut dengan nilai-nilai

kepintaran, kepekaan, jujur dan kepedulian terhadap kehidupan berbangsa

dan bernegara. Pendidikan merupakan tonggak kuat untuk mengentaskan

kemiskinan pengetahuan, menyelesaikan persoalan kebodohan, dan

menuntaskan segala permasalahan bangsa yang selama ini terjadi. Peran

pendidikan jelas merupakan hal yang signifikan dan sentral karena

pendidikan memberikan pembukaan dan perluasan pengetahuan sehingga

bangsa ini betul-betul melek terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara.

Pendidikan dihadirkan untuk mengantarkan bangsa ini menjadi bangsa yang

beradab dan berbudaya (Moh. Yamin, 2009:15).

Dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan

nasional pasal 3 menyatakan bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan


membantu watak serta peradaban bangsa bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.

Pandangan Draf Dikti (2010: 29). Pendidikan karakter diarahkan siswa

untuk beriman dan berakhlak mulia dan membangun pendidikan karakter

terencana untuk mewujudkan suasana serta proses pemberdayaan potensi

1
siswa guna membangun karakter pribadi atau kelompok yang unik sebagai

warga Negara.

Menurut (Tilaar, 20O2: 33-35) membangun pendidikan karakter

dikalangan siswa merupakan nilai pembelajaran untuk menghadapi

tantangan-tantangan pendidikan masa depan. Pendidikan karakter yang

dibangun suatu bangsa amat berkaitan erat dengan kekuatan bangsa itu

sendiri.

Pendidikan karakter bangsa yang dilaksanakan di tingkat sekolah akan

melahirkan masyarakat yang baik, dan memiliki hubungan dan norma-norna

perilaku yang menjiwai kehidupan bersama, dalam wujud trust (kepercayaan)

diantara sesama warga masyarakat, ini akan menimbulkan hubungan yang

saling mempercayai dalam segala aspek kehidupan.

Pendidikan karakter di sekolah dapat diintegrasikan dalam program

pembelajaran pada setiap mata pelajaran. Materi pembelajaran yang berkaitan

dengan norma atau nilai-nilai karakter pada setiap mata pelajaran perlu

dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-

hari. Jadi pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif,

tetapi menyentuh pada internal siswa dan pengalaman nyata dalam kehidupan

siswa sehan-hari dalam keluarga, sekolah maupun masyarakat.

Kegiatan ekstrakurikuler yang selama ini diselenggarakan di sekolah

m.rupakan salah satu media yang potensial untuk pembinaan karakter dan

peningkatan mutu akademik siswa. Kegiatan ekstakurikuler merupakan

kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran untuk membantu pengembangan

2
siswa sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat dan minat mereka melalui

kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh guru yang berkemampuan

dan berkewenangan di sekolah. Melalui kegiatan ekstrakurikuler diharapkan

dapat mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial, serta

potensi dan prestasi siswa.

Pendidikan karakter di sekolah juga sangat terkait dengan manajemen

atau pengelolaan sekolah. Pengelolaan yang dimaksud adalah bagaimana

pendidikan karakter direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan dalam

kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah secara memadai. Pengelolaan

tersebut antara lain meliputi, nilai-nilai yang perlu ditanamkan dalam

program kurikulum, kultur sekolah, pembelajaran, penilaian, tata tertib

sekolah, guru dan tenaga kependidikan, serta komponen terkait lainnya.

Dengan demikian manajemen sekolah merupakan salah satu media yang

efektif dalam pendidikan karakter di sekolah.

Penanaman pendidikan karakter di sekolah merupakan ruhnya

penyelenggaraan pendidikan. Oleh karenanya, pendidikan karakter

hendaknya mengembangan dan menyadarkan siswa terhadap nilai kebenaran,

kejujuran, kebajikan, kearifan dan kasih sayang sebagai nilai-nilai universal

yang harus dimiliki para guru. Pendidikan karakter juga berfungsi untuk

memperkuat keimanan dan ketakwaan secara spesifik sesuai keyakinan

agama masing-masing. Maka setiap pembelajaran yang dilakukan hendaknya

selalu diintegrasikan dengan nilai-nilai karakter, sehingga menghasilkan anak

didik yang berkepribadian utuh, dan diyakini mampu mengatasi berbagai

3
permasalahan hidup dan sistem kehidupan manusia. Pendidikan karakter

sebenarnya sudah lama diterapkan dalam proses pembelajaran di sekolah

bahkan dalam program kerja pemerintah seratus hari pertama. Depdiknas

menginstruksikan kepada sekolah-sekolah untuk menanamkan nilai-nilai

karakter dalam rangka pembangun mental bagi siswa. Nilai-nilai karakter itu

di antaranya kreatif, inovatif, problem solver berpikir kritis, dan entreprene-

urship atau di singkat KIPBE. Sayangnya, implementasi pendidikan karakter

itu tidak dapat berjalan optimal, karena adanya dua hal yaitu: (1) kurang

terampilnya para guru mengintegrasikan. pendidikan karakter. dalam proses

pembelajaran, (2) sekolah terlalu fokus mengejar target-target akademik

khususnya target lulus ujian nasional. Karena sekolah masih fokus pada

aspek-aspek kognitif atau akademik, baik secara nasional maupun lokal pada

masing-masing satuan pendidikan, maka pendidikan karakter justru

diabaikan.

Usia SD dan SMP adalah masa dominan dalam pembentukan karakter

dan kepribadian. Fase ini mulai dari periode kanak-kanak (late childhood), 5-

6 tahu hingga periode dewasa (early adulthood) 10-12 tahun. Pada fase ini,

anak memiliki kecenderungan untuk mengikuti prilaku di sekitarnya,

pengambilan pola prilaku dan nilai-nilai baru, serta tumbuhnya idealisme

untuk pemantapan identitas diri. Jika pada fase itu dilakukan proses

penanaman nilai-nilai moralitas yang terangkum dalam pendidikan karukter

secara sempurna, maka akan menjadi dasar sekaligus warna kepribadian

siswa ketika dewasa kelak.

4
Kegiatan siswa dalam bentuk ekstrakurikuler dan intrakurikuler di

sekolah, di asrama dan di lingkungan masyarakat, yang diatur dan di pantau

oleh guru-guru. Sementara aturan lembaga sekolah sarat dengan muatan nilai-

nilai moral. Selain itu program dari sekolah adalah character building

(membangun karakter) lebih menekankan pendidikan kemandirian dengan

berusaha menghindari dikotomi keilmuan (ilmu agama dan ilmu umum).

Dengan pembelajaran yang mengintegrasikan ilmu agama dan ilmu umum

diharapkan akan membentuk kepribadian yang utuh setiap siswanya.

Dengan pelayanan pendidikan karakter yang baik maka akan senantiasa

terbimbing antara guru dengan siswa selalu terjaga, masalah kesiswaan akan

selalu di ketahui siswa dan segala aktifiatas akan terselesaikan. Pembinaan

mental siswa secara khusus mudah dilaksanakan, seperti ucapan, perilaku dan

sikap siswa akan senantiasa terpantau, tradisi positif para siswa dapat

terseleksi secara wajar, terciptanya nilai-nilai kebersamaan dalam komunitas

siswa, komitmen siswa terhadap tradisi yang positif dapat tumbuh secara

leluasa, para siswa dan guru-gurunya dapat saling berwasiat mengenai

kesabaran kebenaran, dan kasih sayang, serta nilai-nilai kejujuran, toleransi,

tanggung jawab, kepatuhan, dapat terus-menerus diamati dan di pantau oleh

para guru/pembimbing. Oleh karena itu, sekolah harus meiakukan refleksi

peserta, jika semula pendidikan karakter hanya menjadi anak tiri, maka kini

harus dijadikan point utama. Artinya pendidikan karakter di sekolah tidak lagi

terpisah dengan pendidikan yang sifatnya kognitif. Pada tingkat pendidikan

dasar, pendidikan karakter tidak harus menjadi mata pelajaran sendiri, tetapi

5
menjadi salah satu bagian dari mata pelajaran secara terpadu (pendidikan

karakter terpadu).

Pendidikan karakter terpadu, bukan hanya dilaksanakan oleh guru tetapi

juga harus menjadi teladan bagi kepala sekolah dan guru yang diawasinya,

kepala sekolah menjadi teladan bagi guru dan kariyawan di sekolah.

Sementara guru menjadi teladan bagi siswanya. Keterpaduan ini akan

berkontribusi positif bagi proses perkembangan karakter siswa.

Berdasarkan fenomena tersebut perlu pemahaman yang mendalam

tentang konsep-konsep pendidikan karakter. Maka di perlukan beberapa hal

dalam pengembangan pendidikan karakter yaitu: (1) kultur perilaku kepala

sekolah, guru, siswa dan pegawai tata usaha berupaya untuk selalu disiplin,

menigkatkan kemampuan teknis, menaati tata tertib, menjalankan struktur

organisasi sekolah, jujur dalam menjalankan amanah. Kelengkapan

menggunakan metode dan media yang variatif, melengkapi dokumen

administrasi, mengikuti pendidikan dan pelatihan, rajin diskusi/kolaborasi,

maupun dan mau menulis artikel, melakukan tata karma yang baik, mengisi

presentasi, dengan tertib menerapkan budaya belajar, dan memberikan

pelayanan yang prima, (2) kultur artifak antara lain meningkatkan: penataan

dokumen, ruang kelas, perpustakaan sekolah, d, (3) kultur pesan-pesan verbal

antara lain, sosialisasi dan penerapan tata tertib sekolah, serta program

sekolah, (4) nilai-nilai yang terkandung dalam kultur sekolah terkait perilaku

antara lain: kepala sekolah, guru, dan kariyawan sebagai

6
contoh dalam penegakan disiplin dan memiliki kesadaran yang tinggi dalam

menerapkan tata tertib.

Dengan permasalahan tersebut, SD Negeri 21 Pontianak Barat , sebagai

sebuah institusi pendidikan memiliki tanggung jawab pendidikan karakter

untuk memperbaiki kualitas sumber daya manusia. Sebagai perwujudannya,

maka di SD Negeri 21 Pontianak Barat mulai tahun pelajaran 2011 sampai

saat ini menyelenggarakan pendidikan karakter di sekolah. SDN 21

Pontianak Barat menerapkan pendidikan karakter guna menumbuh

kembangkan peserta didik menjadi individu yang memiliki motivasi tinggi,

kreatif mampu mengekspresikan diri sesuai dengan potensinya masing-

masing, peka terhadap lingkungan, disiplin dan yang tak kalah penting

memiliki dasar keimanan Islami dan ketakwaan kepada Tuhan, jujur dan

bertanggung jawab.

SD Negeri 21 Pontianak Barat telah mengembangkan pendidikan

karakter dengan mempersiapkan siswa yang matang secara akademik,

berahlak mulia,beretika dan berjiwa sosial. Pendidikan karakter ini tidak

saja berlandaskan pada pengetahuan dan nilai universal mengenai gejala

alamiah dan sosial, melainkan juga pada moral agama sebagai penuntun

kehidupan dunia-akhirat.

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini ingin mengetahui

implementasi pendidikan karakter di SD Negeri 21 Pontianak Barat , yang

meliputi peran kepala sekolah dan guru dalam pendidikan karakter. Hal

7
ini penting dilakukan mengingat selama ini SD Negeri 21 Pontianak Barat

dikenal karena mutu pendidikan,kegiatan ekstra ,dan intra kurikuler yang

setiap tahun mengalami kemajuan.Hal ini terlihat pada hasil ujian dan

penghargaan-penghargaan yang didapat peserta didik pada setiap kegiatan

diluar sekolah ( LMP,O2SN,dan lain-lain ).

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang permasalahan, maka penelitian ini di

fokuskan pada: implementasi pendidikan karakter di SD Negeri 21 Pontianak

Barat.Hal-hal yang terkait dengan pendidikan karakter yaitu: tata tertib

sekolah, kultur sekolah, pembelajaran di kelas, program yang pendukung

pendidikan karakter, dan kegiatan ektrakurikuler.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan fokus penelitian tersebut, maka penelitian ini dapat

merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Implementasi Pendidikan Karakter di SD Negeri 21

Pontianak Barat Kota Pontianak ?

2. Bagaimana peran kepala sekolah dan guru dalam pembinaan

karakter siswa di SD Negeri 21 Pontianak Barat Kota Pontianak ?

3. Faktor-faktor apa yang menjelaskan implementasi program

pendidikan karakter di SD Negeri 21 Pontianak Barat Kota

Pontianak ?

4. Bagaimana kultur sekolah di SD Negeri 21 Pontianak Barat Kota

Pontianak ?

D. Tujuan Penelitian.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:


1. Untuk mengetahui Implementasi Pendidikan Karakter di SD

Negeri 21 Pontianak Barat Kota Pontianak

8
2. Untuk mengetahui peran kepala sekolah dalam pembinaan karakter

siswa di SD Negeri 21 Pontianak Barat Kota Pontianak.

3. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi program

implementasi pendidikan karakter di SD Negeri 21 Pontianak Barat Kota

Pontianak..

4. Untuk mengetahui kultur sekolah di SD Negeri 21 Pontianak

Barat Kota Pontianak.

E. Manfaat Penelitian Teoritis

Manfaat Penelitian Teoritis

1. Menjadi bahan rujukan dan bahan informasi untuk penelitian

yang sejenis dan di pergunakan masa yang akan datang.

2. Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang

pendidikan, terutama bidang kajian profesionalisme keguruan yang

membahas tentang pendidikan nilai dan karakter.

Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Hasil penelitian ini menjadi masukan dan pedoman

pembelajaran pendidikan karakter di sekolah agar menjadi semakin baik

di masa yang akan datang, dalam mendukung proses pembelajaran

pendidikan karakter yang efektif.

2. Hasil penelitian ini menjadi bahan informasi dan masukan guru

dan kepala sekolah guna menggunkan dengan baik.


9
3. Hasil penelitian ini menjadi bahan pertimbangan dalam upaya

pengembangan pendidikan karakter guru sekolah dasar.

4. Hasil penelitian ini menjadi sumber informasi dalam usaha

meningkatkan implementasi pendidikan karakter dan termuat dalam

kurikulum 2013.

10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pendidikan Karakter

a. Pengertian Pendidikan Karakter

Pengertian karakter menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008)

karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan,akhlak atau budi pekerti yang

membedakan seseorang dengan yang lain.Dengan demikian karakter

adalah nilai-nilai yang unik-baik yang terpatri dalam diri dan

terjewantahkan dalam perilaku (Kementerian Pendidikan

Nasional,2010).Nilai-nilai yang unik dimaknai sebagai tahu nilai

kebaikan,mau berbuat baik,dan nyata berkehidupan baik.Perilaku-

perilaku tidak jujur, kejam, atau rakus, tentulah orang tersebut

memanifestasikanperilaku buruk. Sebaliknya apabila seseorang

berperilaku jujur, sukamenolong, tentulah orang tersebut

memanifestasikan prilaku baik. Hal ini erat kaitannya dengan

personality seseorang bisa disebut "orang yangberkarakter" (a person

of character) apabila orang itu berprilaku baikyang sesuai kaidah

moral. Menurut Lickona (1991: 38) nilai utama moral

adalah:

Universal moral values-such as treating all people justly and


respecting their lives, liberty, and equalitybind all persons
everywhere because they affirm out fundamental human worth and
dignity. We have a right and even a duty to insist that all people behave
in accordance with these universal moral values.

Maksud dari pemikiran Lickona bahwa nilai utama moral universal


memperlakukan semua orang-orang dengan baik contohnya menghormati,

kebebasan, dan memperlakukan semua orang dengan baik dan menghormati

kehidupan, kebebasan, dan kesamaan.

Menurut Sa'dan Akbar (2008: 2), bahwa pendidikan karakter adalah

teori social-cognitive dan teori social-learning. Asumsi teori ini adalah

hakekat proses belajar berada pada latar alamiah yang hubungan

11
antara orang yang belajar dengan lingkungan. Dalam latar alamiah,

pembelajar meniru perilaku yang berfariasi dan seperangkat perilaku

yang abstrak dari aktivitas beberapa model. Ada asumsi bahwa para

pengamat dapat mengabstaksikan sejumlah informasi dari perilaku orang

lain dapat mengambil keputusan tentang prilaku yang diadopsi.

Pemikiran diatas menunjukan dimensi kemanusiaan yang

mencakup tiga hal paling mendasar yaitu, (1) efektif yang tercermin pada

kualitas keimanan, ketakwaan, dan kompetensi estetis, (2) kognitif yang

tercermin pada intelektualitas untuk menggali dan mengembangkan serta

menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dan, (3) psikomotorik yang

tercermin pada mengembangkan keterampilan teknis, kecakapan praktis,

dan kompetensi.

Dewey, John (Sjarkawi, 2006: 38), pendidikan karakter pada

hakikatnya dilakukan melalui penanaman nilai kejujuran tanggung

jawab, menghargai sesama. Pendidikan karakter menggunakan

pendekatan perkembangan kognitif, karena pendidikan karakter sebagai

pendidikan intelektual yang berpikir aktif dalam menghadapi isu-isu

moral yang menetapkan suatu keputusan baik dan buruknya moral, yang

merupakan refleksi dari pengalaman belajar siswa.

Menurut Azyumardi Azra (2001: 173) pendidikan karakter

merupakan upaya yang harus melibatkan semua pihak yaitu rumah

tangga, keluarga, warga sekolah dan lingkungan sekolah serta lebih luas

masyarakat. Karena itu, langkah pertama yang harus dilakukan adalah

12
menyambung kembali hubungan dan educational networks yang nyaris

terputus antara ketiga Iingkungan pendidikan ini. Pembentukan dan

pendidikan karakter tidak akan berhasil selama ketiga Iingkungan

pendidikan tidak ada kesinambungan dan harmonisasi.

Mega Wangi (Abdul Munip, 2009: 13-14) yang ditawarkan

kesembilan pendidikan karakter siswa di sekolah yaitu, (1) karakter cinta

Tuhan dan segenap ciptaan-Nya, (2) kemandirian dan tanggung jawab,

(3) kejujuran/amanah, diplomatis, (4) hormat dan santun, (5) dermawan,

suka tolong-menolong dan gotong royong/kerjasama, (6) percaya diri dan

pekerja keras, (7) kepemimpinan dan keadilan, (8) baik dan rendah hati,

dan, (9) karakter toleransi, kedamaian, dan kesatuan. Menurut Murphy,

(2009: 9) pendidikan karakter yaitu:

To develop his or her character, a person must understand core virtues,


care about them, and act upon them. This series of books aims to help
young readers want to become people of character. The books will help
young people understand such core ethical values as fairness, honesty,
responsibility, respect, tolerance of others, fortitude, self discipline,
team-work, and leadership.

Maksud dari pengertian diatas menjelaskan pengembangan karakter

seseorang untuk memahami kebaikan, dan peduli untuk menolong manusia

muda agar mengerti nilai etis seperti kejujuran, tanggung jawab, hormat,

toleransi orang lain, disiplin diri, kerjasama kelompok, dan kepemimpinan

yang baik.

Mengacu pada berbagai pengertian dan difinisi karakter diatas,serta

factor-faktor yang dapat mempengaruhi karakter,maka karakter dapat

dimaknai sebagai nilai dasar yang membangun pribadi


seseorang,terbentuk baik karena pengaruh heriditas maupun

pengaruh lingkungan,yang membedakannya dengan orang lain,serta

diwujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-

hari.

Dalam pengertian yang sederhana pendidikan karakter adalah hal

positif apa saja yang dilakukan guru dan berpengaruh pada siswa yang

diajarnya.Pendidikan karakter adalah upaya sadar dan sungguh-

sungguh dari seorang guru untuk mengajarkan nilai-nilai kepada para

peserta didiknya (Winton,2010).

Manusia Indonesia yang terbentuk melalui pendidikan karakter yang

berkelanjutan mulai dari tingkat TK sampai ke perguruan tinggi selayaknya

mampu mewujudkan keterpaduan nilai-nilai karakter yang terkandung dalam

empat prinsip yaitu olah pikir,olah hati,olah rasa/karsa,dan olah raga.

Sementara itu di dalam kebijakan nasional

13
Pendidikan karakter adalah tergantung pada keunggulan akademik

di sekolah, prestasi personal, watak dan kebiasaan siswa di sekolah

seperti menurut Winton, (2008: 45) sebagai berikut:

Traditional character education, the most prevalent approach, places a


primacy on behavioural habits and advocates the explicit teaching of
specific character virtues. These virtues are purported to be
"objectively good human qualities " that transcend "cultural
differences, ethnic differences, and socioeconomic differences ".

Maksud dari pengertian diatas yaitu pendidikan karakter adalah bagian

dari keunggulan pada adat kebiasaan perilaku yang tugas mendukung

pengajaran dari karakter. Secara obyektif kebaikan ini diakui seperti

perbedaan budaya, perbedaan kesukuan, dan perbedaan social ekonomi.

Dari pemikiran diatas maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan

karakter adalah upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara

sistematis, untuk membantu siswa memahami nilai-nilai perilaku manusia yang

berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sekolah, di keluarga,

lingkungan masyarakat, dan kebangsaan yang terwujud dalam nilai-nilai

karakter yaitu jujur, sikap, visoner, kerjasama, bertanggung jawab disiplin, dan

perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, sopan santun dan adat

istiadat. b. Tujuan Pendidikan Karakter

Tujuan pendidikan ka.akter ini adalah salah satu upaya pemerintah

untuk memperbaiki kinerja pendidikan, seperti situasi kemerosotan moral

diantaranya kejujuran, tanggung jawab, tolong-menolong, saling

menghargai,berkurangnya nilai-nilai berbudaya dan

14
percaya adanya Tuhan Yang Maha Esa, tujuannya adalah untuk

memperbaikan masyarakat yang berkarakter.

Foerster (Doni Koesoema 2010: 42) menyebutkan tujuan

pendidikan karakter adalah untuk membentuk prilaku seseorang yang

terwujud dalam kesatuan diri individu. Karakter merupakan sesuatu yang

menuwalifikasi seorang pribadi yang memberikan kesatuan dan kekuatan

atas keputusan diambilnya.

Tujuan pendidikan karakter lebih mengutamakan pertumbuhan

moral individu yang ada dalam , lembaga pendidikan. Untuk itu,

pendidikan karakter dan lembaga pendidikan merupakan satu kesatuan

paradigma yang tidak dapat dipisahkan, yaitu penanaman nilai karakter

dalam diri siswa di sekolah, dan pembaruan tata kehidupan bersama yang

lebih menghargai kebebasan individu, ini merupakan dua wajah

pendidikan karakter dalam suatu lembaga pendidikan. Dua wajah

tersebut, jika diintegrasikan akan menjadikan pendidikan karakter

sebagai pedagogi, artinya pendidikan karakter diajarkan pada proses

untuk membudayakan siswa khususnya penanaman nilai dan kebiasaan

prliku serta interaksi sosial anatara siswa dengan guru.

Dirasakan semakin mendesaknya implementasi pendidikan

karakter di Indonesia, Pusat Kurikulum Badan Pengembangan dan

Penelitian dalam publikasinya berjudul Pedoman Pelaksanaan

Pendidikan Karakter (2011) menyatakan bahwa pendidikan karakter

pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang

tangguh,kompetitif,berakhlakmulia,bermoral,bertoleran,bergotong

royong,berjiwa patriotic,berkembang dinamis,berorientasi ilmu


pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan

taqwa kepada Tuhan Yamg Maha Esa berdasarkan Pancasila.Tujuan

pendidikan karakter merupakan pembentukan pribadi individu yang

bermoral seperti yang di kemukakan oleh Arthur, (2003: 11) yaitu: The

aim of the institute was to 'improve the habits, dispositions and general

character' of the children. Tujuan pendidikan karakter

15
disebutkan Arthur adalah untuk memperbaiki kebiasaan, watak dan

karakter umum pada anak-anak.

Menurut Nurul Zuriah, (2008: 64-65), tujuan pendidikan karakter

yaitu memfasilitasi siswa agar mampu menggunakan pengetahuan,

mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasikan nilai,

mengembangkan keterampilan sosial yang memungkinkan tumbuh dan

berkembangnya nilai mulia dalam diri siswa serta mewujudkanya dalam

perilaku sehari-hari.

Esensi tujuan pendidikan karakter tersebut perlu dijabarkan dalam

pengembangan pembelajaran (instruksional) dan sumber belajar setiap

mata pelajaran yang relevan, tujuannya agar siswa mampu menggunakan

pengetahuan, nilai, ketrampilan mata pelajaran itu sebagai wahana yang

memungkinkan tumbuh dan berkembang serta terwujudnya sikap dan

perilaku siswa yang baik yaitu jujur toleransi, bertanggung jawab dan

lainya. Selain itu, tujuan di jabarkan secara instrumental dalam rangka

membangun tatanan dan iklim social budaya dan dunia persekolahan

yang berwawasan dan memancarkan akhlak mulia sehingga lingkungan

dan sekolah menjadi teladan atau model pendidikan karakter secara utuh.

Disamping itu tujuan pendidikan karakter dapat dikembalikan

kepada masyarakat, keluarga dan sekolah, oleh karena itu siswa memiliki

kemampuan dan kecakapan berpikir, untuk berguna dan bermanfaat bagi

anggota masyarakat dan keluarga. Sedangkan sekolah merupakan

harapan masyarakat dan keluarga mengenai tujuan pendidikan itu,

16
seperti tercantum dalam kurikulum yang dijadikan sebagai pedoman oleh

guru untuk menyusun tujuan pendidikan karakter.

Tujuan pendidikan karakter mencakup dua aspek yaitu hasil belajar

yang diharapkan dari siswa dan kemampuan siswa untuk mencapai

tujuan tersebut. Menurut Jarolimek & Foster yang di kutip Nurul Zuriah

ada beberapa cara untuk merumuskan tujuan pendidikan karakter yaitu

pertama pencapaian tujuan yang umum dan khusus, cara ini melahirkan

tujuan pembelajaran umum seperti pembelajaran dalam kelas mapun luar

kelas dan tujuan pembelajaran khusus seperti dalam kelas yang keduanya

menekankan pada karakter.

Sedangkan menurut Sjarkawi (2006: 39) mengatakan pendidikan

karakter bertujuan membina perilaku siswa yang baik bagi setiap orang.

Artinya, pendidikan karakter bukan sekedar memahami tentang aturan

benar dan salah atau mengetahui tentang ketentuan baik dan buruk, tetapi

harus benar-benar meningkatkan perilaku moral seseorang.

Berdasarkan kerangka pemikiran teori di atas, maka tujuan yang

dicapai pendidikan karakter adalah sebagai berikut, (1) siswa memahami

nilai-nilai karakter di lingkungan keluarga, masyarakat dan tingkat

nasional melalui adat istiadat, hukum, dan undang-undang, (2) siswa

mampu mengembangkan watak atau tabiatnya secara konsisten dalam

mengambil keputusan ditengah-tengah rumitnya kehidupan dimasyarakat

saat ini, (3) siswa mampu menghadapi masalah nyata dalam masyarakat

secara rasional bagi pengambilan keputusan yang terbaik setelah

17
melakukan pertimbangan sesuai dengan norma-norma sosisal, (4) siswa

mampu menggunakan pengalaman nilai dan tujuan karakter yang baik bagi

pembentukan kesadaran dan pola perilaku yang berguna dan bertanggung

jawab atas tindakannya.

Dengan demikian inti dari tujuan pendidikan karakter adalah untuk

mengembangkan nilai-nilai karakter siswa, merubah prilaku yang tidak baik

menjadi baik atau siswa bias membedakan baik dan buruk yang di milikinya. c.

Nilai-Nilai Pendidikan Karakter ,

Menurut Rahmat Mulyana (2004: 9) nilai adalah keyakinan yang

membuat seseorang bertindak atas dasar pilihannya. Definisi ini di

kemukakan oleh Gordon Allport (1964) sebagai mana di kutip oleh Rahmat

Mulyana bahwa, nilai terjadi pada wilayah psikologis yang disebut

keyakinan. Seperti hasrat, motif, sikap, keinginan, dan kebutuhan. Karena itu

keputusan benar-salah, baik buruk, indah atau tidak indah pada wilayah ini

merupakan hasil dari serentetan proses psikologis yang kemudian

mengarahkan individu pada tindakan dan perbuatan yang sesuai dengan nilai

pilihannya.

Nilai pendidikan karakter menjadi bagian dari nilai kejujuran,

tanggung jawab terhadap anak dan peduli perbuat baik, seperti yang di

ungkapkan Lickona (1991: 38) di bawah ini:

Volues are two kinds: moral and nonmoral. Moral values such as
honesty, responsibility, and fairness carry obligation. We feel
obligated to keep a promise, pay our bills, care for our children, and
be fair in our dealings with others. Moral values tell us what

18
we ought to do. We must abide by them even when we 'd rather not.
Non moral values carry no such obligation. They express what we want
or like to do. I might personally value listening to classical music, for
example, or reading a good novel. But clearly I am not obliged to do
so.

Pengertian Lickona diatas, terdapat dua macam nilai yakni nilai moral

dan non moral. Nilai moral antara lain jujur, tanggung jawab, kesungguhan

dalam mengemban kewajiban, menepati janji, membayar tagihan, peduli

pada anak-anak dan adil dalam membuat kesepakatan dengan pihak lain.

Nilai moral mengajarkan apa yang sehanisnya dikerjakan, meskipun kadang

kita tidak suka melakukannya. Sedangkan nilai non moral adalah nilai yang

tidak menuntut suatu kepatuhan, misalnya seseorang memberikan apresiasi

terhadap musik klasik, atau membaca novel yang bagus tetapi tidak ada

ketundukan/kepatuhan terhadap nilai musik tersebut.

Menurut Moh Shochib (1998: 34) merujuk pada sistem nilai karakter

Spranger, bahwa nilai-nilai karakter yang diupayakan bagi kepemilikan dan

pengembangan dasar-dasar disiplin diri mencangkup lima nilai yaitu nilai-

nilai ekonomis, social, politik, ilmiah, estetis dan agama. Hubungan antara

nilai ini merupakan konsep nilai karakter yang memungkinkan orang tua

uatuk membantu dalam memiliki dasar berdisiplin.

Nilai karakter merupakan tanggung jawab individu dan masyarakat

seperti menurut Lickona., Schaps., & Lewis, (2007:1) yaitu:

Character education asserts that the validity of these values, and our
responsibility to uphold them, derive from the fact that such

19
values affirm our human dignity, promote the development and welfare
of the individual person, serve the common good, meet the classical
tests of reversibility, (i.e., Would you want to be treated this way?) and
universality (i.e., Would you want all persons to act this way in a
similar situation?), and inform our rights and responsibilities in a
democratic society.

Pengertian diatas menunjukan bahwa validitas nilai-nilai pendidikan

karakter, adalah tanggung jawab kita untuk menegakkan martabat nilai-nilai

kemanusian, dan meninggatkan pembangunan dan kesejateraan individu,

melayani umum, dan memenuhi kebutuhan yang berasal dari kenyataan.

Zubaedi (2006: 12) menyebutkan bahwa nilai karakter adalah sebagai

acuan bertingkah laku dalam berinteraksi dengan sesama. Hal ini juga

dirumuskan Raven sebagaimana yang di kutip oleh Zubaedi, bahwa nilai-

nilai sosial merupakan seperangkat sikap individu yang dihargai sebagai

suatu kebenaran dan dijadikan standar bertingkah laku guna memperoleh

kehidupan masyarakat yang demokratis dan harmonis.

Doni Koesoema (2009: 147), menyebutkan nilai-nilai, sebagai pelaku

perubahan dari pendidik karakter, sedangkan guru sebagai pelaku perubahan

dan pendidik karakter sesungguhnya mengukuhkan dirinya sebagai individu

yang terbuka pada kekayaan pengalaman dan pengetahuan bam. Sebagai

individu yang senantiasa belajar, guru perlu memeriksa dan mengkritisi cara

berpikir (mental model) yang selama ini dimilikinya. Senge melihat bahwa

ada hubungan yang erat antara cara berpikir seseorang dengan praksis yang

dilakukannya. Oleh karena itu, untuk menjadi pembelajaran yang otentik dan

efektif seorang guru mesti

20
memiliki sikap kritis terhadap cara berpikir, asumsi, dan paradigma yang

selama ini dimilikinya tentang konsep-konsep dalam dunia pendidikan

yang mempengaruhi praksis harian sebagai guru.

Adapun beberapa nilai-nilai pendidikan karaker menurut Doni

Koesoema, (2010: 208-209) antara yaitu, (1) nilai keutamaan: manusia

memiliki keutamaan kalau ia menghayati dan melaksanakan tindakan-

tindakan baik seperti nilai jujur, tanggung jawab, menghargai tata tertib

sekolah dan nilai lainnya, (2) nilai keindahan: pada masa lalu, nilai

keindahan ini ditafsirkan terutama pada keindahan fisilq berupa hasil

karya seni, patung, bangunan, sastra dan lainnya. Nilai keindahan dalam

tataran yang lebih tinggi menyentuh dimensi interioritas manusia itu

sendiri yang menjadi penentu kualitas dirinya sebagai manusia, (3) nilai

cinta tanah air: (patriotism), pemahaman dan penghayatan nilai ini

banyak bersumber dari gagasan, ide dan perjuangan (kepahlawanan), (4)

nilai demokrasi: Nilai ini mewarisi pendidikan karakter. Nilai demokrasi

termasuk didalamnya kesediaan untuk berdialog, berunding, bersepakat

dan mengatasi permasalahan konflik dengan cara-cara damai, sesuai

ideologi bagi pembentukan tata masyarakat yang lebih baik, (5) nilai

kesatuan: Dalam konteks berbangsa dan bernegara di Indonesia, nilai

kesatuan ini menjadi dasar pendiri negara ini. Menghidupi nilai karakter

sebagai sebuah panggilan untuk merawat jiwa. Jiwa inilah yang

menentukan apakah seorang itu sebagai individu merupakan pribadi yang

baik atau tidak. Maka, nilai-nilai karakter ini sangatlah vital bagi

21
pendidikan karakter, (6) nilai-nilai kemanusiaan: Apa yang membuat

manusia sungguh-sungguh manusiawi, itu merupakan bagian dari

keprihatinan setiap orang contohnya menghayati nilai-nilai kemanusiaan,

tolong-menolong, plural dalam kultur agama, keadilan di depan hukum

kebebasan, dan lainya.

Menurut Darmiyati Zuchdi ed. D., dkk (2009: 11), nilai-nilai

pendidikan karakter yang dipelajari oleh siswa untuk mencapai

kesuksesan di sekolah dan dimasa mendatang. Hal ini dapat dipelajari

oleh orang tua maupun warga sekolah yang dinamakanya mega skills

yaitu meliputi: (1) percaya diri, (2) motifasi, (3) usaha, (4) tanggung

jawab, (5) insiatif, (6) kemauan tinggi, (7) kasih saying, (8) kerjasama,

(9) berpikir logis, (10) kemampuan memecahkan masalah, (11)

berkonsentrasi pada tujuan.

Darmiyati Zuchdi, (2009: 135) menjelaskan pengembangkan nilai-

nilai karakter yang fundamental sangat diperlukan dalam kehidupan

sosial, antara lain kasih sayang antar sesama umat, kemauan untuk

mencapai yang terbaik dengan cara-cara yang diridhoi oleh Allah Swt,

dan kesenangan bekerja sama untuk mencapai kemajuan bersama. Nilai-

nilai inilah yang merupakan prasyarat bagi terbangunnya sekolah yang

maju dan damai.

Nilai-nilai karakter positif yang hendak dikembangkan di sekolah

juga diprogramkan untuk pengembangkan dilingkungan keluarga.

Selanjutnya hal itu perlu disosialisasikan kepada seluruh orang tua murid.

22
Contohnya tidak harus lewat pertemuan tatap muka, tetapi dapat pula

lewat brosur-brosur sehingga dapat dibaca ulang oleh orang tua, atau

apabila memungkinkan lebih baik dibacakan oleh anak kepada orang

tuanya masing-masing.

Pembelajaran pendidikan karakter di sekolah harus memiliki nilai

kejujuran, tanggung jawab dan keadilan seperti di jelaskan oleh

Associates & Taxel (2005: 179) adalah:

Character education holds, as a starting philosophical principle, that


there are widely shared, pivotally important core ethical valuessuch
as caring, honesty^ fairness, responsibility and respect for self and
othersthat form the basis of good character. A school committed to
character education explicitly names and publicly stands for these
values; promulgates them to all members of the school community;
defines them in terms of behaviors that can be observed in the life of
the school; models these values; studies and discusses them; uses them
as the basis of human relations in the school; celebrates their
manifestations in the school and community; and upholds them by
making all school members accountable to standards of conduct
consistent with the core values.

Maksud dari pernyataan diatas adalah pendidikan karakter memegang

prinsip sebagai filosofis awal, bahwa ada banyak persamaan nilai-nilai etika

yang utama, sangat penting seperti merawat, kejujuran, tanggung jawab

keadilan, dan menghormati diri sendiri dan orang lain yang membentuk

karakter dasar yang baik. Scbuah sekolah berkomitmen untuk pendidikan

karakter secara eksplisit adalah singkatan dari nilai-nilai prilaku mereka,

mengumumk~n untuk semua anggota komunitas sekolah, menetapkan

mereka dalam hal yang dapat diamati kehidupan sekolah, model nilai-nilai

penelitian mereka dan mendiskusikan, dengan

23
menggunakan sebagai dasar hubungan manusia di sekolah, mereka

merayakan manifestasi di sekolah dan masyarakat, serta mereka

menjunjung tinggi dengan membuat semua anggota sekolah bertanggung

jawab kepada standar perilaku nilai-nilai intinya.

Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa eksistensialitas nilai

pendidikan karakter sangat terkait dengan manusia sebagai subjek moral

yang bertanggung jawab, memiliki keinginan untuk membentuk dan

membina serta mewujudkan nilai atas dasar kesadaran dan kemauannya.

Dan adanya tuntutan kewajiban dari subjek moral untuk bersedia

menunaikan nilai karakter itu dalam kehidupannya, sekalipun tuntutan

kewajiban itu ada kalanya datang dari luar diri subjek moral.

d. Knltur Sekolah

Kultur sekolah sebagai suatu pola pemahaman terhadap fenomena

sosial, yang terekspresikan secara eksplisit maupun implisit. kultur

sekolah dapat dideskripsikan sebagai pola nilai-nilai, norma-norma sikap,

ritual, mitos dan kebiasaan-kebiasaan yang dibentuk dalam perjalanan

panjang di sekolah. Kultur sekolah sekarang ini dipegang bersama baik

oleh kepala sekolah, guru, staf administrasi maupun siswa, sebagai dasar

mereka dalam memahami dan memecahkan berbagai persoalan yang

muncul di sekolah.

Kultur sekolah tidak terlepas dari prilaku kepala sekolah dan

stafnya seperti yang dikemukan oleh Allison., Robert., & Kline, (2004:

13) yaitu:

24
A school's culture was one where, despite the school's intention to
implement reforms or new curriculum, the conservative tendency
almost always won out. The culture of isolation and privacy generally
ensured that innovations were not really implemented. Despite a
school's official adoption of new programs, the reality behind the
classroom door was not innovative. Evidence indicated that only the
most partial, superficial implementation was occurring as teachers
found ways to twist the innovation right back into what they had
always done.

Dalam pengertian di atas disebutkan kultur sekolah adalah dimana

seseorang, terlepas dari niat sekolah untuk menerapkan reformasi atau

kurikulum baru, kecenderungan konservatif hampir selalu keluar. Kultur dari

pengasingan dan keleluasaan pribadi umumnya memastikan bahwa inovasi

penerapan kultur sekolah tidak terlepas dari sikap dan prilaku kepala sekolah.

Menurut Jamaluddin Basuni (2010: 1-2) kultur sekolah pada dasarnya

adalah suatu kondisi yang terbentuk dari seluruh sikap dan tindakan individu

atau kelompok dalam komunitas warga sekolah terutama kepala sekolah

yang cenderung untuk melakukan segala aktivitas berbasis belajar sehingga

menjadi ciri, watak dan kebiasaan yang dimiliki.

Kokohnya kultur sekolah diawali dengan membangun kesamaan

persepsi bahwa sekolah yang didalamnya terdapat anggota komunitas

kegiatan belajar mengajar yang memiliki tujuan untuk membangun kultur

sekolah, yang berbudaya dan berkeadaban (bermoral, beretika dalam wujud

karakter yang berakar kepada nilai-nilai agama tradisi, adat

25
istiadat dan kebiasaan positif demi mewujudkan cita-cita dan harapan

masa depan.

Dilain pihak studi yang dilakukan Leslie., Fyans., dan Martin,

yang dikemukakan oleh Jamaluddin Basuni menemukan adanya

pengaruh dari lima dimensi kultur sekolah yaitu tantangan akademik,

prestasi, penghargaan terhadap prestasi, komunitas sekolah, dan persepsi

tentang tujuan. Namun pada intinya penguatan kultur sekolah akan

bermuara pada efektivitas pembelajaran yang tidak hanya didasarkan

pada seberapa banyak ilmu pengetahyan dapat diserap oleh siswa, namun

lebih ditekankan pada manfaat oleh siswa dalam wujud kompetensi yang

teraplikasi kedalam bentuk kecakapan hidup {life skills) yang dapat

dipergunakan dalam kehidupan nyata.

Kultur sekolah memiliki sepuluh macam karakteristik yang

merupakan esensi kultur organisasi yaitu, (1) adanya insiatif individual

yang menunjukkan tingkat tanggung jawab, tingkat kebebasan, tingkat

ketergantungan yang dimiliki masing-masing individu, (2) toleransi

terhadap risiko yang menunjukkan keberanian guru untuk bertindak

agresif, inovatif, dan menghadapi risiko, (3) arahan menunjukkan

bagaimana sekolah membuat tujuan visi dan misi yang jelas, (4)

integrasi, menunjukkan tingkat bagaimana unit-unit didalam organisasi

sekolah, (5) dukungan manajemen sekolah yang menunjukkan tingkut

sejauh mana para manajer menyediakan sarana komunikasi yang jelas,

bantuan dan dukungan kepada kepala sekolah dan guru, (6) kontrol yang

26
menunjukkan peraturan dan regulasi serta pengawasan langsung yang

digunakan untuk mengawasi dan mengontrol karakter guru, (7) identitas

yang menunjukkan tingkat sejauh mana warga sekolah mengidentifikasi

para siswa yang memiliki karakter baik, (8) sistem penghargaan

menunjukkan tingkat pengalokasian pada kriteria kinerja warga sekolah

berdasarkan senioritas atau favoriditas, (9) toleransi konflik yang

menunjukkan tingkat sejauh mana guru didorong untuk memecahkan

konflik dan menerima kritik secara terbuka. Serta menunjukan sejauh

mana tingkat komunikasi antar sekolah, pemerintah dan masyarakat

setempat dalam rangka membangun kultur sekolah.

Jadi kultur sekolah yang baik adalah terdapat hubungan positif

antara kepala sekolah, guru dan kariyawan seperti adanya kesepakatan

dalam suatu program organisasi sekolah melalui visi dan misi sekolah,

yang akan menghasilkan kerja sama atas keputusan organisasi yang

diambil dalam komunikasi dan komitmen terhadap program yang sudah

disepakati.

Nurkholis (2003: 203-304), secara khusus menyebutkan kultur

sekolah adalah nilai-nilai karakter sekolah, norna-norna, sikap, ritual,

disiplin, mhos, dan kebiasaan-kebiasaan yang dibentuk dalam perjalanan

panjang sekolah. Cara dari kultur sekolah sebagai fondasi konseptual

yang tidak tampak dari nilai-nilai karakter, falsafah dan ideologi yang

berinteraksi dengan simbol-simbol dan ekspresi yang tampak.

27
Kultur sekolah dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain adalah

antusias guru mengajar dan penguasaan materi yang diajarkan,

kedisiplinan sekolah dan proses belajar mengajar, jadwal yang ditepati,

sikap guru terhadap siswa yang baik, kepemimpinan kepala sekolah yang

baik. Oleh karena itu, kepala sekolah harus menyadari bahwa hal itu

tidak lepas dari struktur dan pola atau gaya kepemimpinannya. Hal ini

akan menjadi perubahan budaya sekolah yang lebih sehat, baik dan

mandiri.

Kultur sekolah berkaitan erat dengan visi yang dijalankan oleh

kepala sekolah untuk masa depan sekolah yaitu, (1) kepala sekolah dapat

berperan sebagai pola kultur building, (2) mampu membangun kerja

sama tim, (3) belajar dari guru staf dan siswa, (4) harus memahami

kebiasaan yang baik dan untuk terus dikembangkan.

Sedangkan Menurut Zamroni (2000: 148-150) kultur sekolah

merupakan pandangan hidup yang diakui bersama oleh suatu kelorhpok

masyarakat, yang mencakup cara berfikir, perilaku, sikap, nilai yang

tercermin baik dalam ujud fisik maupun abstak.

Kultur sekolah ini berkaitan dengan karakter yaitu dapat dilihat

sebagai suatu perilaku, nilai-nilai, sikap hidup, warga sekolah dan cara

hidup untuk melakukan penyesuaian dengan lingkungan, dan sekaligus

cara untuk mer. ^ndang persolan untuk memecahkannya.

Kultur sekolah mengacu pada seperangkat nilai, norma

kepercayaan dan ritual yang menjadi pedoman bagi prilaku warga

28
sekolah. Adapun kultur sekolah yang bersifat positif maupun negative.

Kultur sekolah positif apabila kultur sekolah tersebut mendukung

pencapaian tujuan sekolah, sedangkan kultur sekolah negative apabiia

menghambat tujuan percapaian sekolah.

Kultur sekolah merupakan nilai berprilaku baik, kepercayaan diri

seperti yang di ungkapkan Barth, (2010: 1) adalah: The school culture is

a complex pattern of norms, attitudes, beliefs, behaviors, values,

ceremonies, traditions, and myths that are deeply ingrained in the very

core of the organization. Pengerian Barth menyebutkan bahwa kultur

sekolah adalah satu pola kompleks dari norma, sikap, kepercayaan,

perilaku, nilai, upacara, adat-istiadat, dan dongeng yang sangat

mendarah-daging pada organisasi.

Abu Ahmadi (2004: 187) mengatakan kultur sekolah ialah "a

complex set of beliefs values and traditions, way of thinking and

behaving, artinya kepercayaan dari satu kompleks yang menyikapi adat-

istiadat, dan cara berpikir. Kultur sekolah yang mempunyai beberapa

unsur penting yaitu: (1) letak lingkungan, dan prasarana fisik sekolah

(gedung sekolah, mebiler, dan perlengkapan yang lain), (2) kurikulum

sekolah yang memuat gagasan-gagasan maupun fakta-fakta yang menjadi

keseluruhan program pendidikan, (3) kepribadian baik dari warga

sekolah yang terdiri atas siswa, guru non teaching specialist, dan tenaga

administrasi, (4) nilai-nilai norma dari karakter siswa dan guru.

29
Tiap-tiap sekolah mempunyai kultur sendiri yang bersifat unik

yaitu memiliki aturan tata tertib, kebiasaan-kebiasaan, upacara-upacara

mars/hymne sekolah, pakaian seragam yang rapi dan lambang-lambang

yang lain yang memberikan corak khas kepada sekolah. Penelitian-

penelitian lain menunjukkan, bahwa kultur sekolah mempunyai pengaruh

yang mendalam pada proses dan cara belajar siswa seperti sikap dalam

belajar, sikap terhadap kewibawaan, sikap terhadap nilai-nilai, dan

sebagainya. Cara ini tidak berasal dari kurikulum sekolah yang bersifat

formal, melainkan dari karakter sekolah yang membudaya.

Menurut Zamroni (2007: 254) pengembangan kultur sekolah

adalah keberadaan kepemimpinan atau sekelompok orang yang memiliki

kesadaran, kemauan dan komitmen untuk mengembangkan gagasan-

gagasan bam yang kemudian dirumuskan kedalam visi, misi dan tujuan

sekolah yang diskripsikan secara jelas. Pemimpin harus berani

menjabarkan visi, misi dan tujuan kedalam langkah-langkah dan aksi

yang kongkrit.

Ada pun langkah-langkah pengembangan kultur sekolah, yang

dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:

1. Menerapkan kelompok yang bersama-sama memiliki

kesadaran, kemauan dan komitmen melakukan perubahan.

1. Rumusan visi, misi, dan tujuan sekolah, beserta harapan-harapanya.

2. Sikap sumber daya manusia dengan kemampuan, kesadaran

dan kebersamaan yang berkaitan dengan visi dan misi tersebut.

30
4. Memulai dengan langkah-langkah dan tindakan yang kongkrit.

5. Siapkan dua strategi simultan yaitu strategi level individu dan

level kelambagaan.

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh beberapa hal diatas dapat

disimpulkan bahwa membangun kultur sekolah merupakan pola asumsi dasar

yang dikembangkan nilai-nilai, norma-norma, keyakinan, kebiasaan, prilaku baik

dan buruk, persepsi dan tingkah laku yang dipegang teguh dan dianut serta

dikembangkan secara terus-menerus dalam suatu lingkungan sekolah untuk

meningkatkan kerjasama dan menghadapi berbagai permasalahan serta tatanan

yang muncul.

B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Ada beberapa hasil penelitian yang relevan di bawah ini, yang telah

dilakukan oleh peneliti terdahulu antara lain:

1. Darmiyati Zuchdi, dkk (2009) mengadakan penelitian dengan judul

pengembangan model pendidikan karakter terintegrasi dalam

pembelajaran bidang studi di sekolah dasar, (Diterbitkan dalam jurnal

cakrawala pendidikan) adapun hasil penelitian bahwa model pendidikan

karakter yang efektif adalah yang menggunakan pendekatan komprehensif.

Pembelajarannya tidak hanya melalui bidang studi tertentu, tetapi

diintegrasikan kedalam berbagai bidang studi. Metode dan strategi yang

digunakan bervariasi yang sedapat mungkin mencakup inkulkasi ^lawan

indoktrinasi), keteladan fasilitas nilai, dan perkembangan soft skills (antara

lain berpikir kritis, kreatif berkomunikasi efektif, dan dapat mengatasi

31
masalah). Tujuan penelitian ini meningkatkan sikap positif siswa sebagai

warga negara yang baik melalu pendidikan karakter yang terintegarasi.

Dalam upaya penelitian ini untuk memecahkan masalah pembelajaran

pendidikan karakter di sekolah dasar dalam penyimpulan penelitian ini

meningkatkan sikap positif siswa yang baik melalui integrasi terhadap

pendidikan karakter. Model pendidikan karakter yang efektif adalah

menggunakan pendeketan komprehensif. Pembelajaran tidak hanya

melalui bidang studi tertentu, tetapi di integrasikan kedalam berbagai

bidang studi.

2. Sabar Budi Rahaijo (2010) penelitian ini dengan judul pendidikan

karakter sebagai upaya menciptakan Akhlak mulia. (Diterbitkan dalam

jurnal pendidikan dan kebudayaan). Tujuan kajian ini adalah untuk

mengetahui bagaimana pendidikan karakter dapat mempengaruhi akhlak

mulia. Membangun karakter dan watak bangsa melalui pendidikan,

mutlak diperlukan secara integral dimulai dari lingkungan rumah tangga,

sekolah dan masyarakat. Karakter yang harus ditanamkan kepada peserti

didik di antaranya cinta kepada Allah dan alam semesta peserta isinya

dan bertanggung jawab, disiplin dan mandiri, kreatif kerja keras dan

pantang menyerah, keadilan dan kepemimpinan, baik dan rendah hati,

toleransi, cinta damai dan persatuan.

3.Sri Vvening (2007) dalam penelitian ini dengan judul pembentukan

karakter remaja awal melalui pendidikan nilai yang terkandung dalam

pendidikan konsumen. (Diterbitkan dalam jurnal penelitian dan evaluasi

pendidikan) adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan


dimensi pembentukan karakter nilai-nilai pada pendidikan konsumen,

33
mengeksplorasi dimensi pendidikan nilai, mengetahui faktor-faktor

lingkungan yang berpengaruh, dan pencapaian pembentukan karakter remaja

melalui pendidikan konsumen. Temuan penelitian ini adalah sebagai berikut,

(1) ada 17 nilai kehidupan dalam konsep pendidikan konsumen yang

berkaitan dengan dimensi pembentuk karakter, (2) pendidikan nilai di

rasakan sangat penting untuk dimiliki, (3) faktor lingkungan bersama dengan

pendidikan konsumen berpengaruh signifikan pada pembentukan karakter

siswa dan, (4) pembentukan karakter siswa dalam kelas-kelas melalui buku

cerita. lebih berpengaruh dibanding tanpa diberi buku cerita. 6. Rosada (2009)

mengadakan penelitian di SMP VI mataram, yang berjudul integritas

pendidikan karakter dalam pembelqjaran IPS untuk pengamalan nilai-nilai

moral siswa. (Tesis master tidak diterbitkan), adapun temuan penelitian adalah

guru mengupayakan pembentukan karakter siswa dengan melakukan berbagai

macam program antara lain diadakan oleh kepala sekolah dan guru kepada

siswa didalam kelas dengan cara, pertama mengintegarasikan pendidikan

karakter dalam pembelajaran IPS, kedua mengingatkan pembelajaran dengan

kehidupan sehari-hari, ketiga menggunakan metode dan motifasi belajar

siswa, dalam kegiatan intakurikuler dan ekstrakurikuler seperti upacara

bendera, kegiatan shalat berjamaah (intrakurikuler) sedangkan melalui

organisasi siswa intra sekolah, penyaluran bakat dan hobi (ekstrakurikuler).

34
4.Hasrdianto Rahman (2009) mengadakan penelitian yang berjudul pendidikan

karakter yang berintegarasi dalam pembelaiaran IPS. (Tesis master tidak

diterbitkan). Tujuan penelitian ini meningkatkan sikap positif siswa sebagai warga

Negara yang baik melalui pendidikan karakter yang terintegarasi. Dalam upaya

penelitian ini untuk memecahkan masalah pembelajaran pendidikan karakter di

sekolah dalam penyimpulan penelitian ini meningkatkan sikap positif siswa yang

baik melalui integrasi terhadap pendidikan karakter.

5.Triatmanto (2009) mengadakan penelitian dengan judul tantangan implementasi

pendidikan karakter di sekolah. (Diterbitkan dalam jurnal cakrawala pendidikan).

Jurnal ini mendiskusikan tantangan pendidikan karakter di sekolah dengan

mengintegrasikan ini kedalam tiap-tiap pelajaran. Pendidikan karakter terintegrasi

pada pelajaran pendidikan karakter dapat diterapkan pada materi intervi, proses,

dan evaluasi belajar. Implementasi selama pilihan dan sinkronisasi dari materi dan

jenis karakter yang dikembangkan agar mencegah pertentangan atau pemborosan.

6.Rahmani Abdi dalam hasil penelitiannya dengan judul adalah pengembangan

budaya sekalah di SMAN 3 tajung kabupaten tabalong, (Diterbitkan dalam jurnal

penelitian dan evaluasi) penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan

karakteristik dan upaya pengembangan budaya sekolah serta manajemen

pengembangan budaya sekolah. Budaya sekolah di SMAN 3 Tanjung, yang

terdiri dari atmosper sekolah, budaya

35
kerjasama, budaya disiplin, dan budaya bersih. Budaya kerjasama

dikembangkan melalui senam pagi bersama rapat MGMP, sosialisasi visi dan

misi sekolah.

7.Supriyanto Raharjo (2006) dalam hasil penelitian dengan judul pembentukan

karakter pengembangan kompetensi siswa pendidikan teknik di SMK Katolik Santo

Mikael Surakarta melalui penerapan total Quality management, (Tesis master

tidak di terbitkan) bertujuan untuk menggambarkan proses pembentukan karakter,

pengembangan kompetensi siswa pendidikan teknik. Dalam _ hasil analisis data

menunjukan pembentukan karakter di lakukan melalui empat hal, pertama

pelaksanaan proses pendidikan dan pelatihan berbasis produksi dan penerapan

manajemen mutu, kedua pelaksanaan kegiatan intrakulikuler (teori dan praktek)

dan kegiatan ekstrakulikuler mencangkup rekoleksi, olah raga musik, pencinta

alam dan bela diri, ketiga penerapan kurikulum SMK 2004 diorentasikan kepada

kebutuhan dunia usaha dan industri, keempat penerapan indikator mutu berbasis

pada kepuasan pelanggan dan standar mutu.

8.Muhaimin, (2003) dalam penelitian dengan judul Metode Pembelajaran Aqidah

Akhlak dengan Pendekatan Perkebangan Konetif. (Diterbitkan jurnal eL-

HIKMAH). Tujuan pendidikan karakter di sekolah dilihat dari segi agama yaitu

manusia menjalankan yang diperintahkan atau mengerjakan yang diperbolehkan

dan menjauhi yang dilarang agar hidup manusia selamat di dunia dan selamat di

akhirat. Berakhlak terhadap diri

36
sendiri berarti memenuhi kewajiban diri sebagai jasmani dan ruhani dengan

cara yang baik, termasuk memenuhi kewajiban terhadap orang yang menjadi

kewajibannya. Berakhlak terhadap sesama manusia berarti mematuhi adab

bergaul dengan sesama manusia sesuai nilai-nilai karakter yang digariskan

agama. Berakhlak terhadap lingkungan sekitarnya berarti mengembangkan

dan memelihara lingkungan secara seimbang di mana manusia itu hidup. 12.

Les Bell & Peter Kend (2010) dengan judul The cultura, A case study

exploring the ways in which sixth-formstudents perceive school cultural.

(journal of the British Educational leadership, management & administration

society) konsep budaya sekolah seperti berlaku untuk bagi yang

mendefinisikan dan bahkan mengkondisikan lebih keras untuk menerapkan

penelitian. Fokus artikel ini pada pengamatan terdahulu pada keenam kultur

sekolah dan pencarian untuk mengembangkan satu model yang akan

memperbolehkan peneliti untuk menggerakkan sejauh dari ilmu semantik dari

budaya organisasi sekolah dan untuk lebih mengeksplorasi, dengan mudah

konsep dari kultur sekolah melalui satu analisa dari fiagmented memaksa

pertolongan itu untuk membentuk kutlur sekolah. Awal artikel dengan

menguji kompleksitas ini dan luas kemana yang mereka telah hasilkan,

kelemahan yang tidak bisa dipisahkan pada banyak penelitian pada kultur

sekolah ini melanjutkan untuk mengajukan satu model baru dari budaya

sekolah terdiri dari lima unsur kunci tersebut, ketika dicocokkan potongan

bersama-sama seperti dari satu muzzin

37
gergaji, janjikan satu pendekatan menyeluruh dan terpadu untuk

menyekolahkan penelitian. Kemudian model adalah penggunaan teruji satu

studi kasus kekecilan dari berdasarkan kultur sekolah sebagian besar pada

perspektif murid, bentuk keenam dari budaya dari sesuatu sekolah. Data

dikumpulkan pada lima bagian dari gergaji ukir budaya melalui wawancara,

observasi dan angket. Analisa yang berikut mempertimbangkan keduanya

pengertian yang mendalam yang memuncul dari penggunaan gergaji ukir

budaya memodelkan eksplorasi perspektif murid pada budaya sekolah dan

keberhasilan dari model itu diri sebagai satu cara maju untuk teliti di area ini.

19.. Hasil penelitian Asri Budiningsih. (2008). Dengan judul Pembelajaran

Moral, Berpijak pada Karakteristik Siswa dan Budayannya. (Diterbitkan buku

2008). Dalam penelitiannya menyebutkan bahwa perkembangan moral

merupakan hasil kemampuan yang semakin berkembang untuk memahami

kenyataan social atau untuk menyusun dan mengintegrasikan pengalaman

social. Salah satu upaya mengatasi masalah-masalah moral dikalangan remaja

adalah mengembangkan teori-teori dan model-model strategi pembelajaran

moral yang berpijak pada karakter siswa dan budayanya. Karakater siswa

sebagai kemampuan awal yang telah dimiliki siswa untuk kpentingan

pembelajaran moral mencangkup aspek pemahaman moral, perasaan moral,

dan tindakan moral yang tercermin pada peran social. Guru perancang

pembelajaran karakter lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa

untuk mengambil peran moral, baik

38
didalam lingkungan keluarga, kelompok sebaya, sekolah, dan masyarakat

yang lebih luas. Penataan strategi pembelajaran seperti ini untuk

mendorong siswa melakukan kegiatan-kegiatan tersebut dan bagaimana

mengontrol serta menilai hasil kegiatan siswanya.

Ke 9 penelitian diatas di simpulkan bahwa pendidikan karakter yang

dikembangkan untuk membentuk pendidikan yang bisa membantu sikap etika,

moral dan tanggung jawab, memberikan kasih sayang kepada siswa dengan

menunjukan dan mengajarkan karakter yang positif. Proses pendidikan karakter

dalam pembelajaran dilahirkan dengan menanamkan nilai-nilai pembelajaran

karakter yang di sesuaikan dengan karakter siswa. Dengan demikian pendidikan

karakter dalam pembelajaran di sekolah dapat meningkatkan sikap warga negara

yang baik. Kultur Sekolah adalah tradisi sekolah yang tumbuh dan berkembang

sesuai dengan spirit dan nilai-nilai yang dianut sekolah. Tradisi itu mewarnai

kualitas kehidupan suatu sekolah yang berkarakter.

C. Kerangka Berpikir

Pendidikan karakter adalah sebagai bagian dari pendidikan nilai di

sekolah, yang membantu peserta didik mengenal dan menyadari nilai-nilai

karakter yang harus dijadikan panduan bagi sikap dan perilakunya sebagai

manusia yang terdidik, baik secara perorangan (siswa), bersama-sama (warga

sekolah) dan aplikasikan dalam masyarakat.

Pendidikan karakter mengajarkan kebiasaan berpikir dan berbuat baik,

tolong-menolong, jujur dan bekerja sama antara guru, keluarga, masyarakat,

39

*
dan bangsa. Dalam penerapan pendidikan karakter di sekolah, membutuhkan

pribadi guru yang memiliki nilai-nilai kejujuran, disiplin dan bertanggung

jawab. Tanpa peranan guru pendidikan karakter tidak akan berhasil dengan

baik. Selain dari itu, pendidikan karakter menanamkan kebiasaan tentang hal

yang baik sehingga siswa di didik untuk faham (domain kognitif) tentang

mana yang baik dan yang salah, mampu merasakan (domain afektif) apa yang

dia lakukan, dan memiliki kemampuan atau kreatifitas seni (domain

psikomotor).

Penerapan pendidikan karakter di, sekolah hams diperhatikan tiga hal

yaitu: (1) arah pendidikan karakter di sekolah mewujudkan dan meningkatkan

mutu pendidikan di sekolah pada setting kelas, utamanya peran guru

sedangkan pada setting sekolah diperankan oleh kepala sekolah, (2)

merancang kurikulum pembelajaran pendidikan karakter di sekolah yang

terpadu, (3) guru dan kariyawan mendukung program pendidikan karakter di

sekolah. Perwujudan tiga hal ini perlu dipecahkan melalui pedagogical

leadership oleh guru maupun kepala sekolah. Kemudian guru menunjukan

pengertian pada siswa dalam hal disiplin waktu, saling menghargai sesama,

jujur, bertanggung jawab dan lain-lainnya.

Selain dari warga sekolah menerapkan pendidikan karakter di sekolah

yang berhasil dengan baik, juga dibutuhkan orang tua yang benar-benar

berkomitmen tinggi mendidik anak-anak mereka. Karena orang tua adalah

pendidik di rumah, oleh karena itu, guru dan orang tua adalah bagian dari

40
pendidikan formal dan non formal demi untuk membentukan karakter siswa

yang sejak dim.

Implementasi pendidikan karakter di sekolah diintegrasikan melalui

pembelajaran siswa di kelas contohnya bentuk nasehat, bersalaman, membaca

Al-Qur'an dengan benar dan sopan santun pada guru. Selain itu,

implementasi pendidikan karakter melalui kultur sekolah dan visi, misi

sekolah. Visi dan misi tersebut diharapkan mampu mencetak siswa yang

unggul dan berakhlak mulia, Islami, berdisiplin, jujur serta bertanggung

jawab.

Sedangkan dalam upaya untuk meningkatkan karakter siswa yang

optimal, maka penyajian materi pendidikan karakter di sekolah hendaknya

dilaksanakan secara terpadu dengan semua pelajaran. Strategi dan pola

pembelajaran terpadu, dengan melibatkan semua guru, kepala sekolah, orang

tua murid, tokoh-tokoh masyarakat sekitar.

Pengembangan pendidikan karakter dengan pendekatan terpadu,

diperlukan analisis kebutuhan (needs assessment), yaitu antara lain: (1)

mengidentifikasikan isu-isu sentral yang bermuatan nilai karakter dalam

masyarakat untuk dijadikan bahan kajian dalam proses pembelajaran di kelas

dengan pola klarifikasi nilai, (2) mengidentifikasi dan menganalisis siswa

dalam pembelajaran agar tercapai kematangan nilai karakter yang

komprehensif seperti keanekaragaman dalam pengetahuan karakter, dan

tindakan moral, (3) mengidentifikasi masalah yang dihadapi oleh para guru di

sekolah dan orang tua murid di rumah, (4) mengidentifikasi nilai-nilai

karakter yang
41
inti dan universal, sebagai bahan kajian dalam proses pendidikan karakter, (5)

mengidentifikasi sumber-sumber lain yang relevan dengan kebutuhan

pembelajaran pendidikan karakter.

Dalam membentuk karakter, guru hendaknya menguasai metode

pendidikan karakter atau materi pelajaran yang terkait dengan karakter, serta

mengembangkan nilai-nilai karakter siswa, hal ini akan sangat menentukan hasil

belajar yang dicapai oleh siswa. Salah satu hal yang harus diperhatikan oleh guru

ialah nilai Ketuhanan, nilai kejujuran, tanggung jawab, teladan dan berprilaku

baik terhadap orang lain. Melalui cara demikian guru harus menerapkan

berbagai metode penerapan pendidikan karakter sebagai bekal dalam

melaksanakan tugas mengajar, sehingga guru mampu menerapkan apa yang dia

inginkan. D. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir yang telah dikemukakan

diatas, maka disajikan beberapa pertanyaan dalam penelitian ini sebagai

berikut:

1. Bagaimana implementasi pendidikan karakter di sekolah?

2. Faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam pembinaan


pendidikan karakter di sekolah?

3. Bagaimana peran guru dan kepala sekolah terhadap pembinaan


pendidikan karakter?

4. Bagaimana proses pembentukan karakter siswa di sekolah?

5. Bagaimana kurikulum yang dipakai dalam pembelajaran pendidikan


karakter?

42
6. Bagaimana kultur sekolah dalam implementasi pendidikan karakter
di SD Negeri 21 Pontianak Barat Kota Pontianak?

7. Bagaimana visi dan misi SD Negeri 21 Pontianak Barat Kota Pontianak?

43
BAB III

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif naturalistik yaitu

menafsirkan fenomena yang ditemuinya dilapangan, dan tidak memanipulasi.

Penelitian naturalistik menekankan prilaku individu-individu siswa, guru,

kepala sekolah dan karyawan. Fokus penelitian ini pada siswa, guru dan

kepala sekolah dalam rangka melihat implementasi pendidikan karakter yang

selama di sekolah. Dengan demikian, observasi penelitian ini adalah guru,

kepala sekolah dan siswa dalam kaitan kegiatan ektstakurikuler dan

intrakurikuler, kultur sekolah, tata tertib sekolah maupun visi dan misi

sekolah.

Penelitian kualitatif naturalistik adalah penyelidikan dengan cara

peneliti mendatangi subjek hendak diteliti, mengamati dan berinteraksi.

Menurut Bogdan, dan Tymiz sebagaimana yang di kutip Sukardi (2006: 2)

penelitian kualitatif naturalistik adalah untuk mengetahui aktualitas, realitas

sosial dan persepsi manusia melalui pengakuan mereka yang mungkin tidak

dapat diungkap melalui penonjolan pengukuran formal atau pertanyaan

penelitian yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Para peneliti kualitatif

naturalistik meyakini bahwa untuk memahami gejala sosial yang paling tepat

adalah apabila orang mampu memperoleh fakta pendukung yang sumbernya

berasal dari persepsi dan ungkapan dari para pelaku itu sendiri.

44
Adapun alasan penelitian menggunakan pendekatan kualitatif

naturalistik adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini berhubungan langsung dengan masalah prilaku

manusia atau prilaku sosial didalam setting alamiah. Sehingga suatu

konteks kebulatan menyeluruh yang tidak akan dapat dipahami jika

lepas satu sama lainnya. Artinya satu fenomena hanya dapat ditangkap

maknanya dalam keseluruhan dan merupakan suatu bentuk hasil peran

timbal balik.

2. Penelitian sebagai humanis instrument. Artinya sifat natularistik

menuntut agar diri sendiri atau^ orang lain menjadi instrument

pengumpulan data atas kemampuanya menyesuaikan diri dengan

berbagai ragam realitas.

3. Data yang diutamakan adalah data primer dari tangan pertama atau

orang yang terlibat langsung dengan permasalahan yang sedang diteliti.

4. Dalam menentukan sasaran penelitian sebagai informan digunakan

purposive sampling. Sifat naturalistik menghindari sampel yang

bersifatnya acak dan menekankan kemungkinan munculnya kasus

penyampingan, dan hal pada kasus-kasus yang ekstrim sehingga tampilan

menonjol dan lebih mudah dicari maknanya.

5. Dalam proses menemukan kesimpulan digunakan cek ulang dari

berbagai sudut pandang yang diperoleh dari beberapa informan dengan

teknik trianggulasi.

6. Analisis data diadakan sejak awal penelitian dan akan terus dilakukan

sepanjang penelitian berlangsung sampai data mengalami kejenuhan


45
dalam artian tidak ada data lagi yang dianalisis dan akan dijadikan

sebagai kesimpulan akhir. 7. Makna tindakan pemakai bahasa pada

prinsipnya tidak dilepas dari

konteks kultur sekolah dan dilingkungan sekolahnya.

Tempat dan Waktu Penelitian

Sesuai dengan permasalahan penelitian ini, maka peneliti memfokuskan

di Maluku Utara khususnya di SD Negeri 21 Pontianak Barat Kota Pontianak,

dengan pertimbangan dilakukan penelitian adalah, (1) berdasarkan hasil

wawancara kepaia sekolah SD Negeri 21 Pontianak Barat Kota Pontianak

(pra survey) bahwa pendidikan karakter sedang berjalan, (2) semua siswa,

guru dan kariyawan di SD Negeri 21 Pontianak Barat Kota Pontianak sangat

mendukung penerapan pendidikan karakter disekolahnya (3) SD Negeri 21

Pontianak Barat Kota Pontianak sangat terlihat menonjol dalam

mengimplementasikan pendidikan karakter di sekolahnya.. Sedangkan waktu

penelitian ini ditetapkan pada bulan September 2014 sampai November 2014.

Subjek dan Objek Peneliti

Subjek penelitian yang dimaksud adalah orang yang mengetahui

informasi permasalahan penelitian yaitu guru, kepaia sekolah, dan siswa oleh

karena itu peneliti memfokuskan guru, kepaia sekolah dan siswa yang berada

di lingkungan sekolah SD Negeri 21 Pontianak Barat Kota Pontianak.

Pt::entuan sampel dilakukan dengan menggunakan purposive sampling

dan snowball sampling, purposive sampling digunakan sesuai dengan

kebutuhan atau pertimbangan tertentu dari penelitian sedangkan snowball

46
sampling digunakan bila sumber-sumber data pertama belum dapat

memberikan informasi tambahan dari sampel berikutnya untuk melengkapi

data yang diperlukan.

Sedangkan objek penelitian adalah memfokus apa yang menjadi

sasaran. Sasaran penelitian tidak tergantung pada judul dan topik penelitian,

tetapi secara tergambarkan dalam rumusan masalah penelitian. Dengan

demikian berdasarkan rumusan masalah yang telah dirancang, dapat diketahui

objek dalam penelitian ini adalah implementasi pendidikan karakter di SD

Negeri 21 Pontianak Barat Kota P ontianak., peran kepala sekolah dan guru

dalam pembinaan karakter siswa di SD Negeri 21 Pontianak Barat Kota

Pontianak,dan implementasi program pendidikan karakter di SD Negeri 21

Pontianak Barat Kota Pontianak.

Setelah penelitian melakukan survei sekalian berdialog dengan kepala

sekolah, guru bagian kurikulum, kesiswaan dan guru-guru lainya dan dengan

fokus permasalahannya adalah implementasi pendidikan karaker, di SD

Negeri 21 Pontianak Barat Kota Pontianak, diantaranya tata tertib sekolah,

kultur sekolah, pembelajaran di kelas, program kurikulum pendidikan

karakter, kegiatan ektrakurikuler, dan lainnya yang berhubungan dengan

pendidikan karakter.

Penentu subjek dalam penelitian ini dilahirkan secara langsung di

lapangan dengan mempertimbangkan kesiapan subjek, setuasi yang ada pada

saat penelitian dilaksanakan, dengan mempertimbangkan kemungkinan

47
penggalian data secara mendalam di sekolah SD Negeri 21

Pontianak Barat Kota Pontianak.

Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling

utama dalam penelitian, maka tujuan utama dari penelitian ini

adalah mendapatkan data, melalui teknik wawancara digunakan

pedoman wawancara, untuk teknik observasi digunakan

pedoman observasi, sedangkan untuk dokumen digunakan

analisis dukumen. Ada pun instrument lain yang digunakan

untuk mendukung pengumpulan data adalah catatan lapangan

dan catatan observasi.

Proses pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan

buku catatan, dan alat perekam untuk memperoleh data yang akurat.

Alat bantuk ini untuk di gunakan secara tepat, dapat

memaksimalkan proses pengumpulan data. Strategi dalam

pengumpulan data di lokasi penelitian ini adalah sebagai berikut:,

(1) melakukan pendekatan secara informal di SDNegeri 21

Pontianak Barat Kota Pontianak yaitu untuk menemui kepala

sekolah, guru dan staf administrasi terlebih dahulu,

memperkenalkan diri serta mengutarkan maksud dan tujuan

melaksanakan penelitian di sekolah SD Negeri 21 Pontianak Barat

Kota Pontianak yang berkaitan dengan implementasi pendidikan

karakter, (2) tahap berikutnya adalah melakukan pendekatan secara

formal, terlebih dahulu menyampaikan maksud kedatangan

penelitian. Pendekatan secara formal ini disertai izin resmi, sehingga

betul-betul peneliti mendapatkan data yang sahih tentang


48

visi dan misi sekolah, kultur sekolah serta data yang

berhubungan dengan penelitian.

Observasi yang dilakukan adalah proses belajar

mengajar di kelas dari awal sampai akhir dengan memakai

rekaman dan di foto untuk mengetahui pembelajaran karakter

siswa dalam penerapan pendidikan karakter yang bertujuan

mengetahui implementasi pendidikan karakter.

Menurut Spradley (Sugiyono, 2009: 310) observasi terdiri

atas tiga komponen yaitu:

a) Place atau tempat dimana intaksi dalam setuasi sosial

sedang berlangsung seperti dalam kelas dan luar kelas.

b) Aktor, pelaku atau orang-orang yang sedang

memainkan peranan tertentu seperti guru, kepala sekolah,

dan kariyawan.

c) Activity atau kegiatan yang dilakukan oleh aktor dalam

setuasi sosial yang sedang berlangsung seperti kegiatan

belajar mengajar dan ekstarkurikuler.

Dalam melakukan observasi, ada tindakan yang

dilakukan yaitu mengumpulkan data yang terjadi dilapangan

khususnya di SD Negeri 21 Pontianak Barat Kota Pontianak.

Observasi ini dikhususkan orang yang masih aktif di sekolah.

Peneliti berada di sekolah dan kemudian memantau

implementasi pendidikan karakter di sekolah sejak awal sampai

akhir, setelah itu menganalisis keadaan dan melihat

kesenjangan antara
50
keadaan nyata dan keadaan yang diinginkan, merumuskan

rencana dan memantau kemudian melaporkan hasil penelitian. .

Wawancara

Wawancara merupakan serangkaian proses bertatap

muka antara peneliti dan responden, yang direncanakan untuk

mendapatkan informasi yang diperlukan. Teknik wawancara

yang digunakan untuk melengkapi data yang diperoleh ketika

melakukan observasi sebagai bentuk triangulasi data.

Penelitian ini digunakan pedoman wawancara baik terstruktur

maupun wawancara tidak terstruktur. Wawancara ini ditujukan

kepada kepala sekolah, guru, dan siswa dilingkungan

sekolah serta sebagian orang tua siswa dalam rangka

mengetahui implementasi pendidikan karakter di sekolah.

Wawancara yang dilakukan berangsur-angsur seperti untuk

mengetahui profil sekolah, keadaan guru, keadaan siswa,

kreativitas siswa, prilaku guru terhadap siswa, prilaku siswa

dalam pembelajaran di kelas, penerapan kultur sekolah, tata

tertib sekolah dan lainnya.

Dalam lokasi penelitian sebelumnya menanyakan secara

umum, kemudian dilanjutkan permasalahan yang

berhubungan dengan implementasi pendidikan karakter di SD

Negeri 21 Pontianak Barat Kota Pontianak. Apa bila

responden belum menjawab lebih detail maka peneliti

menanyakan responden lainnya sehingga jawaban benar-

benar falid. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi

wawancara seperti gambar dibawa ini.

51
Setuasi Wawancara
Waktu
Tempat
Kehadiran orang lain
Sikap warga sekolah

Wawancara Pewawancara
Karakteristik social Karakteristik sosial
Keterampilan Keterampilan

i'
Motivasi menangkap pertanyaan
Rasa aman Kemampuan menjawab
pertanyaan

Isi Wawancara
Peka untuk ditanyakan
Suka untuk di tanyakan
Sumber dikhawatirkan

Analisis Dokumen

Pengumpulan data dengan teknik analisis dokumen

untuk melengkapi data yang di peroleh dari hasil pengamatan

dan catatan lapangan. Dengan analisis dokumen dapat

dilakukan dengan melihat secara langsung implementasi

pendidikan karakter di sekolah, dan Iain-lain yang

berhubungan dengan penelitian.

Studi dokumen yaitu dokumen resmi seperti program

pembelajar pendidikan karakter, silabus, RPP, catatan harian,

surat izin kegiatan guru dan siswa yang berhubungan dengan

penelitian, surat izin kepala sekolah dalam mengikuti pelatihan

pengembangan karakter, foto-foto kegiatan

ekstrakurikuler/intrakurikuler dan dokumen lainnya yang

terkait penelitian ini.

52
2. Tnstrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

disesuaikan dengan teknik pengumpulan data yaitu: (1) pedoman

observasi, ini digunakan sebagai alat pengumpulan data yang diperoleh

dari hasil observasi dan catat lapangan dan dikumpulkan kemudian

dilakukan analisis lebih lanjut, (2) pedoman wawancara terstruktur dan

pedoman wawancara tidak terstruktur atau bebas, ini khusus

dipergunakan untuk mengumpulkan data yang diperoleh dari hasil

wawancara yang dilakukan peneliti saat melakukan pengumpulan data

di s lapangan, (3) dokumenter, antara lain photo, dan rekaman.

E. Keabsahan Data

Dalam penelitian ini, keabsahan data sangat penting artinya

karena dengan keabsahan data berarti sebagai salah satu langkah

awal kebenaran dari analisis data yang akan dilakukan oleh peneliti

yaitu teknik trianggulasi. Trianggulasi merupakan proses menemukan

kesimpulan dengan mengadakan cek dan ricek dari berbagai sudut

pandang atau strategis. Dalam teknik trianggulasi dimaksud untuk

mengumpulan sumber informasi yang diperoleh dari beberapa

sumber untuk mengecekan data.

Trianggulasi dilakukan dengan jalan menggunakan lebih dari

satu teknik untuk memperoleh informasi yang sama, sehingga di

peroleh data yang lebih terpercaya dan proses untuk menemukan

kesimpulan dengan meng^cek ulang dari berbagai sudut pandang.

Validitas data adalah untuk membuktikan apakah hasil pengamatan

yang diperoleh tentang implementasi pendidikan

53
karakter, sesuai dengan kenyataan siswa, guru dan kepala sekolah

dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk mengetahui penjelasan yang diberikan informan tersebut

sesuai dengan keadaan yang sebenarnya atau tidak terjadi, maka

pembuktian menggunakan cek silang data baik antara guru kepala

sekolah dengan siswa di sekolah. Selain itu dilakukan pengkajian

kembali instrumen yang digunakan, pertanyaan yang terkait langsung

dengan penelusuran data implementasi pendidikan karakter di sekolah

telah dapat di jawab secara tuntas oleh semua informan sesuai dengan

keadaan sesungguhnya di SD Negeri 21 Pontianak Barat Kota Pontianak.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif pada waktu berada

dilokasi penelitian dan setelah penelitian meninggalkan lokasi

penelitian. Data dari lapangan dianalisis dengan cara direduksi,

dirangkum, dan difokuskan, pada data penting, tema dan hubungan

yang sering terjadi, sehingga kesimpulan itu akan lebih mendasar, jadi

kesimpulan yang dibuat harus selalu di verifikasi selama penelitian

berlangsung.

Jadi penelitian kualitatif dengan analisis data lebih terfokus

selama dilapangan untuk mengumpulkan data. Daiam kenyataan

analisis data kualitatif berlangsung selama proses pengumpulan data.

Adapun analisis data sebelum dilokasi penelitian dan selanjutnya di

lapangan yaitu, (1) analisi sebelum dilapangan yaitu analisis dilakukan

terhadap data hasil studi pendahuluan atau data sekunder, yang akan

digunakan untuk menentukan fokus penelitian, (2)

54
analisis data dilapangan yaitu analisis data pada saat pengumpulan

data dilapangan melalui wawancara dan catatan lapangan, peneliti

sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang di wawancarai.

Sedangkan secara umum analisi data dilapangan dilakukan melalui

pertahapan adalah sebagai berikut:

1. Mencatat semua temuan dilapangan baik melalui pengamatan

wawancara dan dokumentasi dalam bentuk catatan lapangan

2. Menelah kembali hasil catatan lapangan, wawancara dan

studi dokumentasi, serta memisahkan data yang dianggap

penting dan tidak penting, pekerjaan ini di ulangi kembali untuk

memeriksa kemungkinan klasifikasi.

3. Mendiskripsikan data yang telah diklsifikasikan untuk

kepentingan penelahan lebih lanjut dengan memperhatikan

fokus dan tujuan penelitian.

4. Membuat analisis akhir yang memungkinkan dalam laporan

untuk kepentingan tesis.

55
BABIV HASIL PENELITIAN A.

Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini telah memperoleh serangkaian data atau

informasi mengenai implementasi pendidikan karakter pada SMP

Muhammadiyah 1 Kota Ternate. Hasil penelitian ini dideskripsikan

adalah sebagai berikut:

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

a. Lokasi SMP Muhammadiyah 1 Kota Ternate

SMP Muhammadiyah 1 Kota Ternate terletak di jalan Melati

Kelurahan Bastiong Karance/Kota Ternate Selatan. Di tinjau dari

letaknya, SMP Muhammadiyah 1 Kota Ternate berada di ujung

selatan dari Kota Ternate tepatnya pada Kecamatan Ternate

selatan. Jarak dari ibu Kota Ternate dengan sekolah ini

sepanjang 60 kilo meter. Jalur sekolah ini bila di telusuri mulai

dari tengah Kota Ternate melalui jalur selatan Kota Ternate,

mulalui jalan revolusi, belok arah barat terdapat jalan Mononutu

menuju kearah selatan sampai pada perbatasan kelurahan

Bastiong dengan kelurahan Kayumerah belok ke arah barat

sekitar 100 meter akan terdapat kompleks sekolah SMP

Muhammadiyah 1 Kota Ternate.

Di SMP Muhammadiyah 1 Kota Ternate terdapat di

Kelurahan Bastong, pada arah barat yang bersebelahan

Kelurahan Ubo-ubo dengan perbatasan Kelurahan Bastiong, dari

arah utara Kota Ternate terdapat

56
Kelurahan Kayumerah ditemukan sekolah SMP Muhammadiyah.

SMP Muhammadiyah 1 Kota Ternate letak di tengah

perkampungan antara perbatasan kelurahan Bastiong dengan

Kelurahan Ubo-ubo, yang masyarakatnya santun menyebabkan

suasana belajar di sekolah cukup tenang. Keuntungan lain di

depan sekolah sekitar jarak 2 meter dari jalan raya, menyebabkan

sekolah ini mudah dijangkau oleh transportasi umum sehingga

untuk guru dan kariyawan yang tidak memiliki kendaraan pribadi

bukan masalah, karena mereka dapat berjalan kaki bagi yang

rumahnya dekat sedangkan rumahnya berjahuan dari sekolah

mereka bisa naik agkutan umum.

Setiap kali pulang sekolah terlihat siswa berlomba-lomba

menuju ke jalan raya untuk menunggu angkutan yang dapat

mengantar mereka pulang ke rumah masing-masing.

Sedangkan ada yang menunggu jemputan dari orang tua/wali

dan ada yang sebagian lagi pulang dengan berjalan kaki karena

rumahnya tidak jauh dari sekolah.

Di SMP Muhammadiyah 1 Kota Ternate didirikan atas tanah

seluas 4.500 m2, SMP dalam satu lokasi atau satu kompleks

dengan perkampungan yang hanya dibatasi pagar beton. Adapun

di lihat batas-batas wilayah sekolah SMP Muhammadiyah 1 kota

Ternate secara rinci adalah sebagai berkut:

a. Sebelah utara jalan umum berdekatan dengan toko foto copy,

kai.tin

siswa dan sampingnya sekolah SD I Bastiong.

b. Sebelah selatan Kelurahan Falajawa dua.

57
c. Sebelah barat pekuburan perbatasan Kelurahan

Bastiong dan

Kelurahan Ubo-ubo.

d. Sebelah timur kelurahan bastiong yang masuk dalam lokasi

SMP

Muhamadiyah 1 Kota Ternate.

SMP Muhammadiyah 1 Kota Ternate, mulai dari jam 07.00

pagi dan jam 13.00 WIT, siang hari jalan melati dipadati siswa,

kariyawan, guru serta masyarakat. Disepanjang jalan tersebut ada

beberapa rumah penduduk dan sekolah SD I dan didepannya

terdapat toko, tempat foto copy sampingnya menjual makanan

kecil seperti nasi, pisang goreng, minuman dan lainya yang

mempermudah siswa atau guru sewaktu pulang sekolah mampir

di tempat tersebut, pada waktu jam istirahat guru sering membeli

makanan di tempat itu untuk makan bersama-sama di kantor.

Adapun dilihat dari site plan SMP Muhammadiyah 1 Kota

Ternate di bawah ini.

Site Plan
SMP Muhammadiyah 1 Kota Ternate

58
Keterangan:
1. Kantor 4. Lab 7. MCK
2. RuangGuru 5. Mushalla 8. Dapur
3. Ruang Kelas 6. Perpus 9. Tempat Wudhu
10. Rm. Penjaga
Sekolah

b. Sejarah Berdirinya Sekolah Muhammadiyah Kota Ternate

Muhammadiyah ialah suatu organisasi perkumpulan yang

berasaskan agama Islam, sosial dan kebangsaan. Salah satu

organisasi Islam yang terbesar di Indonesia sebelum perang

dunia ke-II. Muhammadiyah di dirikan oleh KH. Ahmad Dahlan,

pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H atau bertepatan dengan tanggal

8 November 1912 di Kampung Kauman Yogyakarta.

Sebelum tahun 1917 M, ruang gerak organisasi

Muhammadiyah hanya sebatas daerah Yogyakarta, tetapi

setelah tahun 1917 Masehi, daerah operasional organisasi

Muhammadiyah meluas ke daerah lain, hal ini berhubung adanya

tawaran-tawaran dari berbagai tempat di Jawa. Guna memenuhi

tawaran tersebut, maka pada tahun 1920 Masehi, organisasi

Muhammadiyah mengadakan perubahan anggaran dasarnya,

untuk berlaku bagi seluruh pulau Jawa. Tahun berikutnya yakni

tahun 1921 Masehi, organisasi Muhammadiyah berlaku juga

seluruh Hindia Belanda atau di selurun Indonesia bagian barat

dan tengah, maka hal ini merupakan langkah yang tepat dalam

upaya mempropagandakan gagasan-gagcjanya untuk keluar,

khususnya Indonesia bagian timur.

Organisasi Muhammadiyah masuk di timur Indonesia

khususnya di Maluku Utara yaitu di Halmahera Utara pada tahun

1928 dengan berkat

59
jasa dari tiga tokoh penting yang pantas dicatat dalam sejarah

karena dengan jasanya, mereka mampu melawan tantangan

Zending Belanda di Maluku Utara. Ketiga tokoh ini masing-

masing adalah Hi Abdullah Hoatseng (1874-1970), seorang

wiraswasta dan agen perusahan pelayaran Belanda KPM

(Komingkyk paketraart Maatsehappy) yang menjabat Imam

(Distrik Tobelo) Hi Muhammad Amal (1880-1960), seorang

pedagang hasil bumi yang menjabat imam (Distrik Galela) dan Hi

umar Jamaa (1898-1979) seorang pedagang dan menjabat

imam (Distrik Morotai).

Kesadaran itu juga muncul di Ternate sebagai organisasi

keagamaan memiliki sejarah yang lebih jelas. Oleh karena itu,

organisasi Muhammadiyah kemudian di bentuk di Ternate sekitar

1933, dengan tokoh-tokoh pendiri Muhammadiyah adalah, (1) A.

M. Petrana, (2) Arifin Patty, (3) Boci (Hasan Esa), (4) Ibrahim

Tolangara dan, (5) Luth Hi. Ibrahim. Masuknya Muhammadiyah

di Ternate untuk menjelaskan ummat Islam yang mempercayai

hal-hal sirik, dan Muhammadiyah masuk di Ternate merupakan

hal yang sangat positif, guna membantu para sangaji yang

didistrik Tobelo, Galela dan Morotai (sekarang kabupaten

Halmahera Utara), dalam rangka menyebarkan organisasi Islam.

Tidak mengherankan, Muhammadiyah mulai mengalami

perkembangan pada tingkat pendidikan karena pendidikan

merupakan aspek penting upaya setiap orang untuk menjalani

pendidikannya dimana

60
saja jika cabang gerakan ini tidak menyediakan pendidikan yang

di butukan oleh masyarakat. Oleh karena itu Muhammadiyah

Ternate juga mengirimkan murid-murid ke sekolah

Muhammadiyah di lembaga yang lain, dalam hal kerja sama

dengan pendidikan Islam di Makasar dengan Ternate untuk

memudahkan realisasi usaha Muhammadaiyah di bidang

pendidikan.

Pada tahun 1938 organisasi Muhammadiyah di Ternate

mulai berkembang di seluruh wilayah Maluku Utara dan beberapa

pengurus bermufakat dan mendirikan sekolah Muhammadiyah

yang pertama. Sekolah itu di beri nama BAPMAN, (entah dari

apa singkatannya), sekolah ini bertempat di santiong (sekarang

Kec Kota Ternate tengah) berdirinya sekolah Muhammadiyah

pertama di Ternate dengan para tokoh pendirinya adalah M.

Arsad Hanafi dan bapak Hi Jafar. (M. Adnan Amal, 2007: 411)

Dalam perkembangan dari masa kemasa

pendidikan

Muhammadiyah mengalami perkembangan, seperti ungkapan

M. A

Bailusi pada hari minggu tanggal 10 februari 2011, jam 19.35

WIT

adalah

Pendidikan Muhammadiyah di Ternate mulai mengalami


perkembangan pada tahun 1966 yang telah mendirikan
lembaga-lembaga Muhammadiyah, seperti TK Aisah, SD
Al-lslamiah bahkan ditingkat SMP Muhammadiyah Ternate.
SMP Muhammadiyah yang pertama di bangun bertempat di
Gamalama Ternate atau di samping Mesjid Muttakin Ternate
(sekarang pusat Kota Ternate) sampai pada tahun 1982 di
SMP Muhammadiyah di pindahkan ke Bastiong jalan melati
(sekarang SMP Muhammadiyah 1 Kota Ternate). SMP
Muhammadiyah pindahkan

61
dan saya di tunjuk menjadi kepala sekolah yang pertama dan
paling terlama dimulai 1982-2004

Tokoh-tokoh pendiri pendidikan SMP Muhammadiyah di

Temate antara lain: (1) M. A Bailusi, (kepala sekolah pertama

Muhamadiyah Temate), (2) Syiarif Syafin, (3) Adam Laher, (4) Ibu

Halima, (5) Din Senen, (6) Amrullah Abdulkarim dan, (7) Asis.

c. Sarana dan Prasarana

SMP Muhammadiyah 1 Kota Temate masih memiliki

sejumlah peimasalahan diantaranya masalah sarana prasarana

yang belum lengkap seperti ruang multi media, ruang

Laboratorium IPA serta Perpustakaan yang representativ begitu

pula perangkap computer masih kurang dalam menunjang

kegiatan belajar pada mata pelajaran IPA. Namun secara

geografis di SMP Muhammadiyah 1 Kota Temate yang

kedudukannya sangat strategis, maka di tunjuk sebagai sekolah

binaan Penyiaran Televisi Edukasi dalam proses pembelajaran di

kelas, serta jumlah guru yang selalu optimis untuk maju. Gum

yang selalu optimis untuk bekerja sama dalam memenuhi dan

melengkapi sarana dan prasarana pendidikan.

Sekolah merupakan sebuah organisasi kerja yang

diselenggarakan oleh sejumlah personil dalam bentuk kerja sama

untuk mencapai tujuan program sekolah. Kerjasama ini meliputi

seluruh kegiatan baik yang bersifat kegiatan ekstrakurikuler

maupun intrakuriukuler. Untuk dapat melaksanakan program itu,

maka diperlukan berbagai alat kelengkapan yang berguna untuk

mencapai pendidikan yang maksimal.

62
Alat kelengkapan pendidikan sangatlah penting karena

tanpa adanya alat kelengkapan ini, kegiatan belajar mengajar di

sekolah tidak dapat terlaksana dengan baik. Dalam istilah yang

lebih umum alat kelengkapan ini biasannya disebut dengan

sarana dan prasarana pendidikan. Hal ini sebagai mana

disebutkan dalam pasal 45 ayat 1 UU No. 20 tahun 2003, tentang

sisdiknas bahwa "setiap satuan pendidikan formal dan non formal

menyediakan sarana dan pra sarana yang memenuhi keperluan

pendidikan".

Sebagai institusi pendidikan formal di SMP

Muhammadiyah 1 Kota Ternate telah menyediakan berbagai

fasilitas sarana dan prasarana yang menunjang proses belajar

dan mengajar di kelas. Pemenuhan sarana dan prasarana ini

tentunya didasarkan pada kebutuhan agar dalam pemanfaatanya

dapat berfungsi secara maksimal.

SMP Muhammadiyah 1 Kota Ternate memiliki beberapa

gedung yang dibangun secara bertahap yang terdiri dari ruang

belajar yang di pakai sebanyak 9 lokal, 1 ruang perpustakaan

dengan ukuran (6><8), 1 ruang gudang ukuran (3x2), 2 buah

km/wc guru (2x2), 4 km/wc siswa ukuran (2x2), praktek

computer, 1 ruangan praktek mengetik, (sementara proses di

bangun) dan lainya. (Hasil catatn lapangan)

Tabel 1
Jumlah Sarana dan Prasarana
SMP r/uhammadiya 1 Kota Ternate
No Sarana/prasarana Jumlah Ket.

1. Ruangan Kepala Sekolah 1 Unit Baik

2. Ruangan Guru 1 Unit Baik

63
3. Ruang Belajar Siswa 9 Unit Baik
4. Perpustakaan 1 Unit Baik
5. Mading dan 2 Buah Baik
Papan
6. Masjid lUnit Baik
8. Komputer dan Akses Internet 7 Unit Rusak
10. Laboratorium Komputer lUnit Rusak
11. Unit Kegiatan Siswa (UKS) lUnit Baik
Sumber: Profil SMP Muhammadiyah 1 Kota Ternate tahun 2010-2011

Tabel2 Data
Ruang Penunjung

Jenis Ruang Jumlah Ukuran


(buah) (pxl)
1. Gudang 1 3x2
2. Dapur 1 3x2
4. KM/WC Guru 2 2x2
5. KM/WC Siswa 4 2x2
Sumber: Profil SMP Muhammadiyah Tahun 2010-2011

Idealnya sarana dan prasarana pendidikan memang harus

lengkap, sehingga kebutuhan pendidikan dan pelatihan siswa

dapat terpenuhi karena biaya sekolah saat ini yang sangat mahal.

Oleh karena itu, penting untuk diperhatikan adalah jenis peralatan

sarana dan prasarana sekolah dan pengelolaannya. Hal ini

mempunyai pengaruh besar terhadap proses belajar mengajar,

dan sebaliknya apabila sarana dan prasarana tidak memadai

maka akan menghambat proses pembelajaran.

Proses belajar mengajar diharapkan akan semakin sukses

bila ditunjukan dengan sarana dan prasaran pendidikan yang

memadai, maka dari itu, pemerintah dan para pengelolah

pendidikan (yayasan) harus terus menerus berupaya untuk

memenuhi dan melengkapi kebutuhan sarana-dan prasarana

sekolah. Di samping hal tersebut juga penting untuk

64
di perhatikan adalah kesadaran seluruh komponen yang ada

untuk ikut memanfaatkan fasilitas secara maksimal, efektif,

efesien, dan dengan penuh tanggung jawab.

Pengadaan sarana dan prasarana adalah untuk membantu

percapaian belajar siswa, sarana dan prasarana pendidikan yang

di adakan di sekolah harus memenuhi kriteria kependidikan

kesehatan keamananan, kebutuhan, kegunaan, dan keuangan.

Sarana dan prasarana yang lebih lengkap seperti di utarakan

dibawah ini:

1) Perpustakaan

Ruang Perpustakaan di SMP Muhammdaiyah 1 Kota Ternate

saat ini masih cukup sederhana, ruangannya masih

bersebelahan dengan ruang guru, ruangan ini juga sering

dijadikan sebagai ruang mahasiswa PPL. Dalam ruangan

perpustakaan terdapat 8 buah lemari kaca tempat buku, 6

buah meja dan 17 buah kursi tempat baca pengunjung.

Jumlah buku perpustakaan adalah 320 eksemplar. Saat ini

ruangan perpustakaan seluas 6x8 meter, dalam

perpustakaan terdapat tata tertib dan peraturan perpustakaan

seperti di bawah ini.

Peraturan Ketertiban Perpustakaan Sekolah

Peraturan yang harus diperhatikan

a) Siswa, guru dan kariyawan serta pengunjung yang


memasuki ruangan perpustakaan diharapkan melapor
kepada pengelolah/petugas perpustakaan dan mengisi
daftar hadir.
b) Di dalam ruangan perpustakaan harap menjaga
ketertiban dan kesopanan supaya tidak mengganggu orang
lain yang membaca atau belajar.

65
c) Setiap peminjaman buku, majalah surat kabar dan Iain-
lain harus memiliki kartu anggota perpustakaan.
d) Setiap peminjaman diperboiehkan mengambil sendiri
buku-buku, majalah, surat kabar yang akan di pinjamkan
dan melaporkan petugas perpustakaan
e) Selalu membaca buku, majalah, surat kabar dan Iain-lain
harus di kembalikan tempat semula.
f) Setiap peminjaman harus dikembalikan sesuai dengan
waktu yang ditetapkan petugas perpustakaan.
g) Bila ada jam kosong siswa/siswi di perbolehkan belajar
di perpustakaan setelah melapor petugas perpustakaan.
h) Menjaga dan merawat buku, majalah, surat kabar dan Iain-
lain di
pinjamkan dari perpustkaan supaya tidak rusak atau kotor.
i) Apabila buku, majalah, surat kabar dan Iain-lain
yang di
pinjamkan rusak atau hilang harap segera melapor
pengelola
perpustakaan. j) Jaga kebersihan dan tidak
membuang sampah sembarangan
didalam rungan perpustakaan, untuk mengharapkan
kenyamanan
bersama.

Larangan yang Perlu di Perhatikan

(1)Tidak di benarkan memakai topi, serta membawah tas


kedalam perpustakaan.
(2)Di larang membawa makanan/minuman serta benda-
benda lain yang dapat berhubungan keperluan
perpustakaan.
(3)Di larang membawah makanan/minuman, merokok atau
hal-hal lain yang menodai barang-barang di dalam rangka
perpustakaan, serta membuat udara dalam rungan tidak
nyaman.
(4)Di larang mencoret-coret menggunting, menyobek buku-
buku, majalah, surat kabar dan Iain-lain milik perpustakaan
(5)Di larang bermain atau bergurau atau mengganggu
orang lain yang sedang membaca/belajar.
(6)Tidak di benarkan menggunakan ruang perpustakaan
untuk keperluan lain, selain sebagai sarana pendidikan di
sekolah serta untuk meningkatkan efektifitas belajar-
mengajar.
(7)Tidak dibenarkan menukar buku-buku, majalah, surat
kabar tanpa seizin pengelolah perpustakaan dengan buku
lain tanpa walaupun judul penggangan yang lain.

66
Tata Tertib Perpustakaan
(a) Pengunjung tidak di benarkan membawa tas dan
buku ke ruang baca.
(b) Pengunjung di larang membawa makanan atau
makan di ruang baca
(c) Pengunjung tertib bila masuk ke ruang baca.
(d) Pengunjung tidak di benarkan rebut di dalam ruang baca.
(e) Pengunjung meminjamkan buku harus
memperlihatkan kartu anggotanya kepada petugas
perpustakaan.
(f) Buku di kembalikan sesuai dengan waktu yang di tetapkan.
(g) Buku yang di kembalikan lewat dengan waktunya
akan di berikan denda/sangsi.
(h) Apabila memperpanjang waktunya melapor kepada
petus
perpustakaan. (i) Buku di kembalikan dalam keadaan
baik dan tidak ada coretan
apapun. (j) Buku yang hilang harus atau hilang
menggantikannya dengan
buku yang sama dengan harga yang sama.
Tabel 3 Fasilitas
Penunjang perpustakaan
No Jenis Jumlah/ukuran
1. Komputer 1
2. Ruang baca 1
3. TV 2
4. LCD 1
5. VCD/DVD player 1
6. Lainnya...........
Sumber: profil SMP Muhammadiyah 1 Kota Ternate tahun 2010-2011

2) Keadaan Ruang Sekolah

Diruang tamu terdapat satu buah televisi, dari arah barat

ruangan terdapat gambar visi dan misi sekolah, struktur

organisasi sekolah. Dari arah selatan ruangan terdapat daftar

guru dan kenaikan pangkat, dari arah utara satu buah lemari

yang berisi piala penghargaan, satu

67
buah sofa dan lima buah kursi tamu, satu buah jam dinding, dan

satu buah dispenser.

Ruang kepala sekolah dengan ukuran 4x3 cm didalam

ruangan terdapat 1 buah meja dan kursi kepala sekolah, dari

arah timur rungan kepala sekolah terdapat gambar presiden,

gambar burung garuda dan gambar wakil presiden, (belakang

tempat duduk kepala sekolah) dari samping gambar logo

Muhammadiyah, dan satu buah asse merek Samsung. Dari

arah selatan ruangan terdapat daftar jadwal kegitan kepala

sekolah, profil kepala sekolah, program kinerja kepala sekolah,

dari arah barat ruangan, jadwal kegiatan sekolah, jadwal

program kerja tahunan dan satu buah almanac, 1 buah lemari

yang berisi buku-buku sekolah, 4 kursi sofa, 1 buah computer,

satu buah lemari filing cabinet yang berisi arsip sekolah, mesin

ketik dan terdapat OHP PRINT.

Diruang guru berukuran 8^8 meter, dari arah selatan

ruangan guru, terdapat papan gambar sepulu kemampuan

dasar guru, gambar fungsi dan pengelola sekolah, gambar

presiden dan wakil presiden, gambar burung garuda, gambar

papan informasi, satu buah televis, tape caraoke, v^CD, dan

dispenser. Dari arah utara ruangan satu buah jam dinding,

gambar KH. Ahmad Dahlan, 3 buah lemari (yang berisi 2 bual.

buku paket, 1 buah arsip), 20 buah meja dan 20 buah kursi, 4

buah kipas angin, 4 buah bola bumi, alat-alat biologi dan juga

terdapat piling dan gelas.

68
Diruang kurikulum berukuran 3x3 m, didalam ruangan

terdapat 2 buah lemari (1 lemari buku paket siswa dan baju

olahraga dan 1 lemari berisi buku kurikulum), 3 buah meja (1

meja tempat duduk kaur kurikulum, 2 meja untuk berkas atau

arsip) dan 3 buah kursi untuk tamu, ruangan ini terdapat satu

kipas angin, kalender kurikulum, dan jadwal pelajaran.

Di ruang TU berukuran 3*4 meter, dalam ruangan terdapat

daftar angka kredit, daftar keadaan siswa tahun ajaran 2004/2005,

daftar statistik presenatase lulusan SMP Muhammadiyah 1 Kota

Ternate, daftar statistik murid, satu buah kalender pendidikan, daftar

unit kepangkatan, 4 buah meja (1 meja arsip, 2 buah meja

computer dan 1 buah meja kepala TU), 2 buah lemari (1 buah berisi

fail surat kelur-masuk, dan 1 buah berisi arsip/izasa dll).

d. Keadaan Siswa

Perkembangan keadaan siswa di SMP Muhammadiyah 1

Kota Ternate pada tahun 2006/2010, jumlah keseluruhan siswa

adalah sebanyak 1179, adapun perkebangan jumlah siswa di

SMP Muhammadiyah 1 Kota Ternate selama lima tahun terakhir

dapat dilihat dengan perincian sebagai mana dalam tabel

berikut:

Tabel 4 lun lir


Jumlah Siswa Selama Lima Terakl
Tahun Ta
Jumlab Kelas Kelas Kelas Jumlah
Ajaran Pendaftar VII VIII IX Kls
Siswa VII+VIII+I
X)
Jml Siswa Jml Jml Jml
Siswa Siswa Siswa

69
2006- 2007 llOorg 118org 104 org 107 org 329 org
2007-2008 llOorg 109 org 114 org 107 org 330 org
2008-2009 75org 75org llOorg 107 org 292 org
2009-2010 75org 61 org 60 Org 107 org 228 org
Sumber: Profil SMP Muhammadiyah 1 Kota Ternate tahun 2010-2011

Didalam sekolah SMP Muhammadiyah 1 Kota Ternate terdiri dari

9 kelas. Setiap kelas terdapat 20-25 orang. Di setiap kelas berbagai

macam sifat dan karakter yang kita temukan di lapangan seperti siswa

malas mengerjakan tugas, siswa brisik dalam kelas, main, tidur dan lain

sebagainya. Keadaan seperti ini ungkapan salah seorang guru Ibu

Herniati diruangannya pada hari rabu tanggal 2 februari 2011, Jam 11.16

WIT adalah:

Anak-anak sudah seperti biasanya mereka main-main, tetapi kita bisa berusaha
mengatasi dengan menegur siswa yang main-main karena inikan kewajiban kita
untuk menegur dan kita berusaha menguasai kelas semaksimal mungkin untuk
mengurangi kurang perhatiannya terhadap siswa.

Selama peneliti mengamati pada pelajaran IPA, IPS, seperti

biasanya siswa yang main-main, tidur, hal ini anggapan siswa bahwa

biasa-biasa saja mereka main karena menghilangkan ngantuk, kemudian

siswa merasa senang semua pelajaran, IPA, Bahasa maupun IPS karena

siswa menggap muda di ajarkan oleh gurunya. Adapun pernyataan yang

disampaikan salah seorang siswa (Safitri) kelas DC adalah: "Kami semua

senang mata pelajaran IPA, Bahasa dan IPS karena guru mengajar bisa

mengerti, humor, cerita lucu-lucu, sedangkan materi yang lebih

mempermudah itu IPS karena tidak mempersulit dan guru menerangkan

cepat mengerti".

70
Tabel 5 Perolehan
Kejuruan/Prestasi Akademik Lomba-Lomba

No. Nama Tahun 2008/2009


Lomba Juara Tingkat
Kab/ Propinsi Nasional
Kota
1. Olimpiade 2 V - -
Matematika
2. Olimpiade 3 V - -
Fisika
3. Pidato 1 V - -
Bahasa
Inggris
Sumber: Kepala Sekolah SMP Muhammadiyah 1 Kota Ternate

Tabel 6 Nilai
Siswa di Kelas

No Nama Siswa Kelas Juara Nilai

1 Desi Eka Candrawati IX-B 1 3552

2 Nurdin A. R IX-B 2 3142

3 Fitriani Hadi IX-B 3 2933

4 Dalfianto IX-C 1 2981

5 Nurbaida Folasimo IX-C 2 2784

6 Irawati Hafel IX-C 3 2707

Sumber: Dari ibu Mahani tahun 2010

1) Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Siswa

Kriteria ketuntasan minimal berdasarkan pada beberapa

pertimbangan diantaranya input siswa, tingkat esensial dari

masing-masing kompetensi dasar, kemampuan daya dukung

dan kompleksitas tiap-tiap mata pelajaran. Siswa yang belum

dapat mencapai KKM harus mengikuti program remidial

sampai mencapai ketuntasan

71
belajar yang dipersyaratkan, sampai siswa mencapai

ketuntasan belajar dan bisa mengikuti program pengayaan.

2) Kriteria Kenaikan Kelas Pada Siswa

Kenaikan kelas dilaksanakan pada akhir tahun pelajaran,

siswa dinyatakan naik kelas apabila memenuhi syarat sebagai

berikut:

a) Menyelesaikan seluruh program pembelajaran pada

dua semester di kelas.

b) Memiliki nilai belum tuntas (kurang) dan yang

banyak 3 mata pelajaran.

c) Ketidak hadiran kurang dari 5 % (hari efektif

semester yang bersangkutan).

d) Kepribadian minimum cukup.

e) Kegiatan pengembangan diri minimum cukup.

3) Kriteria Kelulusan Siswa

Siswa di SMP Muhammadiyah 1 Kota Ternate dinyatakan

lulus setelah:

a) Menyelesaikan seluruh program pembelajaran.

a) Memperoleh nilai tuntas minimal pada penilaian

akhir untuk seluruh mata pelajaran.

b) Lulus ujian sekolah.

c) Lulus ujian National.

72
e. Keadaan Guru dalam Kelas

Guru adalah salah satu faktor penentu keberhasilan

pendidikan khususnya dalam meningkatkan sumber daya

manusia yang dihasilkan dari pendidikan. Dengan demikian,

dalam sebuah lembaga pendidikan di sekolah, guru merupakan

kunci keberhasilan seorang siswa. Guru merupakan fakor

pertama dan utama yang akan menentukan kemajuan dan

kemunduran sebuah pendidikan di sekolah. Oleh karena itu,

untuk dapat menjadi pendidikan yang maju dan berkualitas, maka

tenaga kependidikan yang ada hendak juga benar-benar

memenuhi kualifikasi sebagai seorang pendidik yang memiliki

kapasitas keilmuan, komprehensif di bidangnya, memiliki

komitmen dan dedikasi yang tinggi serta professional. Dengan

adanya tenaga kependidikan seperti ini diharapkan proses

kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan baik dan lancar

yang dapat menghasilkan output yang berkualitas.

Salah satu faktor pendukung agar pembelajaran menjadi

menarik dan menyenangkan adalah mengelola kelas yang

kondusif dan dapat mengaktifkan siswa, upaya guru dalam

mengelola kelas adalah membentuk kelompok-kelompok kecil,

tujuannya adalah pengelompokan untuk menjalin interaksi antar

siswa dan guru. Upaya guru dalam memberikan kenyamanan

didalam kelas dengan cara memberikan kebebasan kepada

siswa untuk memilih teman sebangkunya menurut dia cocok.

Menurut ungkapan Ibu Manawia pada hari senin tanggal 2

februari 2011 jam 08. 30 WIT

73
Dengan pilihan siswa dalam menentukan teman sebangkunya dapat memberikan
motivasi dan terjalin komunikasi yang baik antara siswa, tetapi kadang disatu sisi
pada memilih teman supaya mempermudah mereka main-main, oleh karena itu kita
sebagai guru harus menguasai kelas supaya siswa main-main kita bisa kontrol.

Salah satu bentuk yang unik dan menarik pada saat peneliti

melakukan pengamatan di kelas IX-A dan VII-A membiarkan siswa

dengan mencari tempat duduk sendiri dalam mengerjakan tugas

kelompok didalam kelas, siswa yang merasa nyaman jika melakukan

akti vitas dengan gaya sendiri. Menurut wawancara ibu Mahani Assagaf

pada rabu tanggal 2 februari jam 11.00 WIT:

Tidak melarang siswa yang melakukan aktivitas belajar maupun bertanya bentuk apa
saja maunya siswa yang penting siswa tidak boleh main sampai melanggar aturan.
Karena hal seperti ini akan menggangu teman lain yang mengerjakan tugas.

Pada masa kepemimpinan bapak Umar, selama peneliti mengamati

guru selalu aktif dalam kelas, menurut ungkapan kepala sekolah SMP

Muhammadiyah 1 Kota Ternate pada hari selasa tanggal 15 februari jam

12.00 WIT diruang kerjanya mengatakan bahwa:

Saya benar-benar berusahan mendorong guru untuk mengajar sesuai dengan


profesionalismennya serta berdisplin dalam proses belajar mengajar di kelas dan
saya selalu berkomunikasikan langsung dengan kaur kurikulum yang menyangkut
dengan guru mata pelajar jadi saya selalu tahu perkebangan guru dalam
mengajarkan siswa di kelas.

Tabel 7 Jumlah Guru Pegawai dan Swasta

Jumlah SMP Jumlah SMP Ke


Guru/Staf Negeri Guru/Staf Swasta t
Guru Tetap Orang Guru tetap 22 Orang
Yayasan+PNS (DPK)
Guru Honorer Orang Guru Honorer 5 orang

74

T>aBfe ^~ """- "v*a*P


Staf Tata Usaha Orang Staf Tata Usaha 2 Orang
Penjaga Sekolah Orang Penjaga Sekolah 1 Orang
Cleaning Cervice Orang Cleaning Cervice 1 Orang
Sumber: Pedoman kerja guru dan pegawai tahun 2010

f. Visi dan Misi SMP Muhammadiyah 1 Kota Ternate

Visi ini untuk tujuan jangka panjang, jangka menengah dan

jangka pendek. Visi ini menjiwai warga sekolah untuk selalu

mewujudkannya setiap saat dan berkelanjutan dalam mencapai

tujuan sekolah. Setiap sekolah memiliki visi dan misi berbeda, karena

kenginginkan sekolah itu hidup sesuai dengan langkah dan tujuan

yang diinginkan, agar supaya tercapai tujuan sekolah, maka visi

sekolah adalah mefupakan tujuan utama sekolah untuk membentuk

karakter siswa sehingga tujuan pendidikannya yang di inginkan itu

tercapai, oleh karena itu visi di SMP Muhammadiyah 1 Kota Ternate

adalah citra kemandirian menuju keunggulan kompotitif.

Misi di SMP Muhammadiyah 1 Kota Ternate adalah, (1)

keislaman, (2) keindonesiaan, (3) keilmuan, (4) kemandirian,

(5)

ketrampilan. Umumnya visi dan misi untuk meningkatkan

mutu

pembelajaran keagamaan yang betul-betul mampu bersaing di

sekolah

dan lingkungan masyarakat, ada pun ungkapan kepala sekolah pada

hari

sabtu tanggal 5 februari 2011, jam 08. 45. WIT adalah sebagai berikut:

Visi dan misi saya sekarang ini, adalah perdayakan siswa betul-
betul sadar keislaman, mampu bersaing dalam kegiatan lomba
keagamaan di tingkat Kota maupun provinsi, dan memiliki
keahlian ketrampilan yang cukup sedangkan guru, saya
mendorong displin, memiliki profesionalisme ilmu yang cukup
untuk mengajarkan siswanya.

75
Dengan visi dan misi sekolah di SMP Muhammadiyah 1

Kota Ternate, yang sesuai dengan tujuan perguruan

Muhammadiyah, yaitu mengantarkan siswa untuk:

1) Mampu melaksanakan, mengamalkan ibadah dengan

tertib dan membaca al-qur'an dengan baik dan lancar.

2) Terbiasa melaksanakan ibadah serta tertib

sesuai tarjih Muhammadiyah.

3) Memiliki kemampuan Baca Tulis Al-Qur'an

4) Menghafal surat-surat pendek Al-Qur'an

5) Menjadi imam Shalat bagi teman sebayanya

6) Trampil menjadi anggota pengibaran benderah

7) Dapat melakukan atau menguasai bahasa inggris yang

benar dan mampu menguasai Iptek pribadi Imtak

8) Mampu melakukan tugas pribadi dan mandiri

9) Mampu menguasai keterampilan lokal yang dipilih dan

dibutuhkan sekolah

10) Mempunyai kreatifitas seni dan olah raga

11) Rata-rata nilai UN setiap tahun ada kenaikan 0.05

12)Mengoptimalkan proses pembelajaran dengan

pendekatan

pembelajaran yang berpusat pada siswa serta layanan

bimbingan dan Konseling

76
13)Menjadikan siswa memiliki kesadaran terhadap kelestarian

lingkungan hidup di sekitarnya. (Dokumen SMP Muhammadiyah 1

Kota Ternate).

Tujuan umum dan khusus visi dan misi pendidikan adalah,

(l)tujuan umum pendidikan yaitu meletakkan dasar kecerdasan,

pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup

mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut, (2). Tujuan khusus adalah

sesuai dengan visi dan misi sekolah.

g. Tata Tertib Sekolah

Suatu aturan sekolah yang ditetapkan oleh warga sekolah, kepada

siswa, guru, kariyawan dan kepala sekolah. Maka semua warga sekolah

harus berpatisipasi penuh untuk mendukung dan menjalankan tata tertib

yang sudah disepakati bersama. Untuk mengetahui secara lebih

mendalam tentang tata tertib, seperti ungkapan Hj. Endang pada hari

sabtu tanggal 5 februari 2011, jam 09.30. WIT yaitu

Pada awal penetapan tata tertib siswa, kami mengundang kepada siswa yang
mewakili Osis, orang tua/wali dalam rangka kita godok tata tertib. Jadi tata
tertib di keluarkan itu sudah ada kesepakatan dan setelah itu kami
mensosialisasi melalui orentasi siswa baru pada awal masuk di sekolah,
dalam tata tertib ini juga kita memperkenalkan siswa tentang lingkungan
sekolah dan keislaman.

Dalam pembinaan siswa baru di SMP Muhammadiyah 1 Kota

Ternate maka, sekolah bekerja sama dengan Osis, untuk menertibkan

aturan yang sudah disepakati, tujuanya adalah agar siswa memiliki

pengetahuan dan pemahaaman tata tertib dilingkunagan sekolah.

77
Tujuan utama pembinaan siswa baru dengan rangkaian kegiatan pengenalan

program sekolah seperti diperkenalkan siswa tentang tata tertib, kegiatan

keagamaan, serta pembiasaan-pembiasaan disiplin siswa di lingkungan SMP

Muhammadiyah 1 Kota Ternate dan di harapkan penerimaan siswa baru, juga

mampu membaca tulis Al-Qur'an.

Dalam orenatasi siswa baru di sekolah pada umumnya dianggap

seperti kekerasan atau tertekan yang akan membebani siswa sehingga

siswa takut dalam mengikuti orentasi siswa, oleh karena itu kepala

sekolah dan guru-guru di SMP Muhammadiyah 1 Kota Ternate

berinsiatif untuk merubah tata tertib orentasi siswa baru dengan cara

pembinaan membaca Al-Quran dan kegiatan yang bersifat keislamann

lainnya. Adapun ungkapan Bapak kepala sekolah pada hari selasa tanggal

1 februarijam 11.15 WIT

Penerimaan siswa baru kami lebih cendrung pembinaan atau memperkenalkan


keislaman, tata tertib, displin dan lainnya sedangkan siswa pada umumnya
melanggar aturan tata tertib kami tidak lagi melakukan hukuman fisik tetapi
dengan cara apabila siswa melanggar mengurangi nilai, misalnya siswa
mempunyai nilai seratus dari kelakuan, kerajinan dan ketrampilan, maka kami
ambil dari 10 persen poin tergantung pelanggarnya.

Penetapan tata terib sekolah berdasarkan kesepakatan kepala

sekolah dan semua guru dan orang tua wali murid. Adapun proses

tersebut dilaksanakan dengan cara, materi pembiasaan disiplin yang akan

ditetapkan berdasarkan hasil rapat semua pihak, serta persetujuan kepala

sekolah dan guru-guru lainya. Pada saat penyerahan siswa baru di

78
sekolah di undang kepada masing-masing wali murid di sekolah

untuk menyampaikan tata tertib sekolah.

h. Kultur Sekolah

Kultur sekolah adalah tradisi sekolah yang tumbuh dan

berkembang sesuai dengan spirit dan nilai-nilai yang dianut

sekolah. Tradisi itu mewarnai kualitas kehidupan sebuah

sekolah, yang ditunjukkan dari yang paling sederhana, misalnya

kembangkan visi dan misi sekolah, membiasakan siswa untuk

disiplin.

Cara memasang hiasan di dinding-dinding ruangan, serta

kebersihan dalam kelas, situasi proses pembelajaran di ruang-

ruang kelas, cara kepala sekolah memimpin rapat bersama staf,

merupakan bagian integral dari sebuah kultur sekolah.

Kultur sekolah juga wajib memperhatikan program visi dan

misi sekolah karena dijalankan visi dan misi sekolah adalah bagian

dari kultur sekolah, sebab visi dan misi itu dikembangkan akan

menjadi sebuah kebiasaan sekolah, kebiasaan itulah yang

menjadi kultur sekolah.

Kultur sekolah tidak terlepas dari visi dan misi sekolah,

dimana visi dan misi itu untuk mengembangkan kultur sekolah

yaitu, ketika kita melihat guru-guru saling bersalaman setiap hari,

kita melihat sikap siswa-siswa yang dijumpai di luar kelas penuh

dengan sopan santun dan berjiwa keislaman, disiplin dalam

menjalankan shalat berjamaah du.i sebagainnya, ini merupakan

sikap kepala sekolah dan stafhya dalam mengembangkan visi

dan misi sekolahnya.

79
Terkait dengan hal diatas maka visi SMP Muhammadiyah 1

Kota Temate adalah citra kemandirian menuju keunggulan

kompotitif. Misi SMP Muhammadiyah 1 Kota Temate adalah, (1)

keislaman, (2) keindonesiaan, (3) keiimuan, (4) kemandirian, (5)

ketrampilan, SMP Muhammadiyah 1 Kota Temate berusaha

mencetak siswanya agar memiliki keunggulan, ibadah serta tertib

sesuai tarjih Muhammadiyah, memiliki kemampuan Baca Tulis

Al-Qur'an, menghafal surat-surat pendek Al-Qur'an, mampu

bekerja sama dengan keluarga sekolah dan masyarakat dalam

kegiatan sosial, menguasai konsep dasar IPTEK dan IMTAQ,

memberikan bimbingan khusus seni beladiri (Tapak Suci) pada

siswa dengan mendatangkan pelatih yang professional dan

mewujudkan amalan ibadah serta dapat mempertanggung

jawabkan seluruh aspek kegiatannya. Untuk melaksanakan visi

dan misi tersebut, sekolah mencoba menerapkan pendekatan

kultur sekolah kedisiplian/tata tertib, pengembangan IPTEK dan

IMTAQ dan keunggulan prestasi siswa.

Pengembangan kultur sekolah di SMP Muhammadiyah 1

Kota Temate berupa kultur fisik sekolah seperti di lihat dari

pelengkapan sarana prasarana seperti gedung sekolah

dilengkapi dengan pagar beton, membudayakan keberishan di

sekolah maupun dalam kelas serta membudayaankan siswa dan

guru yang Islami. Kultur SMP Muhammadiyah merupakan

seLolah yang mempunyai dasar keagamaan/relegi yang cukup

kuat sesuai dengan visi sekolah yang Islami.

80
Dalam rangka mewujudkan visi dan misi sekolah tersebut maka,

setiap pagi guru dan siswa saling bersalaman dan membiasakan salam,

senyum sapa. Seperti ungkapan kepala sekolah dalam hasil

wawancaranya pada hari selasa tanggal 1 februarijam 10.15 WITadalah.

Selain kegiatan rutin bersalaman yang dilakukan waktu pagi hari, ada juga
kegiatan keagamaan yang mendukung terwujudnya visi Islami, yaitu kegiatan itu
antaranya, shalat berjamaah yang di isi dengan ceramah atau kultum, jakat
fitrah, pengajian keliling, tarawih bersama, baca tulsi Al-Qur'an, arissan guru-
guru di isi dengan ceramah keagamaan. Arissan ini di lakukan di seorang guru
setiap bulan, dengan cara ini untuk menciptakan hubungan keakraban guru
dan kepala sekolah di sekolah ataupun di luar sekolah.

Di SMP Muhammadiyah 1 Kota Ternate lebih cendrung

menjalankan kultur disiplin, keislaman dan kebersihan. Dilaksanakan

kultur sekolah ini diwujudkan dengan berbagai hal, kedisiplinan kepala

sekolah ditunjukan dengan datang ke sekolah lebih awal atau sebelum

jam 07.15 WIT, guru diwujudkan dengan ketetapan jam mengajar di

kelas dan ketetapan seragam yang di kenakan, pada setiap hari senin

sampai hari kamis warna seragamnya putih biru, hari jum'at baju

olahraga hari sabtu diwajibkan memakai pramuka dengan atribut

kemuhammadiyaan. Aturan pemakaian seragam tidak ada perbedaan,

semuannya guru sama saja baik guru tetap maupun guru tidak tetap

(honor) untuk meningkatkan kedisiplinan guru maka, kepala sekolah

n.engajak gun dan kariyawan mematuhi peraturan dan memberikan

contoh pada siswa dan yang suda dilakukan biasanya diadakan rapat

evaluasi satu bulan sekali untuk memperbaiki kinerja. Kultur keislaman,

81
membiasakan siswa membaca Al-Quraan dan shalar beijamaah serta

bersalaman, sedangkan kultur kebersihan, yaitu menyediakan tempat

sampan di setiap kelasnya msing-masing.

Kultur sekolah disiplin, di tunjukan kepada siswa dengan mematuhi tata

tertib yang telah ditetapkan oleh sekolah. Misalnya datang sebelum pukul

07.15 WIT mengenakan seragam dan atribut sekolah atau pakain seragam

warna putih biru seperti yang di singgu diatas, meskipun demikian masih

ada sejumlah siswa yang terlambat datang diberikan sangsi sesuai dengan

ketentuan yang ada dalam tata tertib sekolah. Selama peneliti mengamati

bagi siswa yang terlambat guru piket memanggil siswa dan mencubit

telinganya serta biasanya laki-laki cara memakai baju yang tidak sesuai

dengan aturan maka, di panggil oleh guru piket untuk memperbaiki

bajunya.

Sekolah juga memberikan sangsi pada warga sekolah yang tidak

disiplin, untuk guru dan kariyawan yang tidak disiplin ada peringatan

teguran dari kepala sekolah. Sedangkan untuk siswa, sangsi yang

diberikan sekolah seperti yang tercantum dalam tata tertib sekolah.

Ungkapan wawancara Ibu Hj. Endang hari sabtu tanggal 5 februari 2011,

jam 12.00 WIT adalah

Bagi guru dan kariyawan terlambat atau tidak masuk mengajar tiga kali
berturut-turut diberi teguran oleh kepala sekolah dan mereka
menghiraukan teguran itu maka kepala sekolah membuat surat
teguran tembusan ke dinas pendidikan Kota dan pimpinan wilayah
Muhammadiyah untuk menindak lanjuti.

82
Sekolah sering menyelenggarankan beberapa event atau

ajang siswa berprestasi dan berkompetisi di kalangan siswa

sekolah maupun di luar sekolah. Hal ini dilakukan sebagai

memupuk tumbuhnya semangat berprestasi dan berkompetisi

dikalangan Tmtak dan Tptek. Selain itu pihak sekolah juga sering

mengirimkan siswa/siswinya mengikuti berbagai lomba di luar

sekolah agar mereka mampu berkompetisi dengan siswa dari

sekolah lain. Siswa/siswi sudah banyak mengukir prestasi dan

menjadi juara dalam berbagai perlobaan di tingkat Kota maupun

Provinsi. Hal ini ditujukan dengan banyaknya piala yang

dipajang di depan ruangan tamu serta piagam yang didapatkan.

Adapun prestasi siswa dilihat dalam tabel di bawah ini.

Tabel 8 Prestasi
Lomba MTQ Siswa

No Nama Peserta Juara Jumlah Nilai Kelas

1 Muslihudin 1 7. 36 VII-B

2 Risaldi Yasin 2 7.34 VII-B

3 Nurul Muzahida 3 7.20 IX-A

Sumber: Dari Mahani Assagaf tahun 2010

Dengan pembentukan kultur sekolah, diharapkan para guru

dan siswa merasa senang dan nyaman berada di sekolah

sehingga cita-cita SMP Muhammadiyah 1 Kota Ternate akan

sadar dengan adanya kultur sekolah. Berdasarkan pengamatan

peneliti serta hasil observasi di SMP Muhammadiyah 1 Kota

Ternate, kultur sekolah yang dihubungkan pembentukan karakter

yang benar-benar dapat dijumpai di sekolah

83
adalah keramah-tamahan dan suasana kekeluargaan sesam guru, yang

setiap hari mereka ngumpul, saling bercanda, bergurau sambil minum

teh, dan makan.

Peneliti melakukan observasi di perpustakaan, kebutulan

perpustakaan berdekatan dengan ruang guru, oleh karena itu peneliti

melihat jarang sekali siswa masuk ruang perpustakaan melakukan

kegiatan membaca baik buku pelajaran maupun bacaan yang lainnya.

Menurut hasil wawancara kepala sekolah tanggal 5 februari jam 07.20

WIT

Kultur sekolah dan karakter yang kita terapkan saat ini adalah
membiasakan guru displin pada menjalankan tugas, menaati tata terib
sekolah, kebiasaan guru dan siswa saling bersalaman serta menjaga
kebrsihan di lingkungan sekolah maupuh di kelas dengan menjalankan
kultur sekolah tersebut maka kita akan lebih senang melihatnya.

Pengembangan kultur sekolah tidak hanya di tandai dengan

teridentifikasinya spirit dan nilai-nilai dan juga tidak hanya kepala sekolah

mengeluarkan perintah tetapi pengembangan kultur sekolah akan berhasil jika

seluruh spirit guru, kariyawan dan siswa ikhlas menjalankanya serta

termanifesstasikan dalam berbagai kebijakan dan peraturan sekolah. Struktur

Sekolah

Perjalanan sebuah lembaga atau organisasi akan mengalami

kekacauan dan kegagalan untuk mencapai tujuan apabila lembaga atau

organisasi tersebut tidak terkordinasi dengan baik. Sekolah sebagai sebuah

lembaga pendidikan sudah semestinya mempunyai sistem

84
organisasi yang baik. Organisasi sekolah yang baik menghendaki

agar tugas-tugas dan tanggung jawab dalam menjalankan

penyelenggaraan sekolah untuk mencapai tujuannya dibagi

secara merata dengan baik sesuai dengan kemampuan, fungsi

dan wewenang yang telah ditentukan. Oleh karena itu perlu di

bentuk sebuah strukur kepengurusan yang akan menjalankan

sekaligus mengendalikan perjalanan lembaga atau organisasi

tersebut.

Adanya sebuah struktur yang diharapkan akan dapat

membantu kinerja kepala sekolah SMP Muhammadiyah 1 Kota

Ternate lebih baik. Struktur tersebut adalah sebagai berikut:

Struktur Organisasi SMP


Muhammadiyah 1 Kota Ternate

Komite Keoala
Sekola 1 Sekolah
r

Kepala
Tata Usah

i
' '

Kaur Kaur Kaur Kaur


Kurkulum Sapras Kesiswaan Humas

1 '
1 '

Wali kelas MGMP Guru


BP/BK

Siswa

85
Semua jabatan kepala urusan seperti sturktur organinasi

diatas merupakan perpanjangan tangan dari kepala sekolah

sebagai bentuk pembagian tugas dan tanggung jawab agar tidak

terjadi tumpang tindih antara pekerjaan yang satu dengan yang

lainnya.

86
B. Pembahasan

1. Pendidikan Karakter di SMP Muhammadiyah 1 Kota Ternate a.

Proses Pembentukan Pendidikan Karakter Siswa

Proses pembentukan karakter siswa di SMP Muhammadiyah 1

Kota Ternate adalah cara yang dilakukan pihak sekolah yaitu dengan

wawancara kepala sekolah pada haru kamis tanggal 3 februari jam 08.30

WIT.

Saya sebagai kepala sekolah bertanggung jawab untuk membentuk


karakter siswa maka saya memulai pembiasaan siswa bersalaman
sesama guru dan kariyawan pada setiap apel pagi di sekolah,
membiasakan shalat berjamaah, datang tepat pada waktu, tolong
menolong sesama pada teman yang sakit, displin pada datang
sekolah maupun masuk di kelas, dan pembiasaan membaca Al-
Qur'an yang benar melalui kurikulum local.

Selain pembentukan karakter diatas, kita juga mengupayakan baca Al-

Qur'an pada saat menerima siswa baru, kegiatan pesantrin kilat (guru dan

siswa di wajibkan mengikuti pesantrin kilat pada bulan puasa), memberikan

bimbingan khusus seni beladiri (Tapak Suci) pada siswa dengan

mendatangkan pelatih yang professional, tadarusan bersama dalam bulan

suci Ramadhan, forum IPM Muhammadiyah berkerja sama dengan osis

melaksanakan kajian rutin tentang Islam, menjalankan amalan ibadah

lainnya pada bulan puasa serta dapat mempertanggung jawabkan seluruh

aspek kegiatan dalam bulan puasa.

Pembentukan karakter siswa di SMP Muhammadiyah 1 Kota Ternate

seperti di tambahkan hasil wawancara ibu Hj. Endang Hermanto pada hari

senin tanggal 7 februari 2011 jam 09.20 WIT.

87
Dalaro pembentukan pendidikan karakter di sekolah, semua warga
sekolah harus dilibatkan, termasuk penjaga sekolah dan kaur
sekolah, keterlibatan warga sekolah ini supaya mereka betul-betul
belajar dengan memberikan contoh, penanganan atau pengelolaan
mata pelajaran, kegiatan ekstrakurikuler, pemberdayaan sarana
prasarana, dan mampu melaksanakan tugas seluruh warga sekolah di
lingkungannya. Dalam pembentukan pendidikan karakter di sekolah
ini di utamakan disiplin guru dan siswa.

Membentuk karakter siswa seperti displin, kerja sama, tolong

menolong, menghargai guru, orang tua, ini memang memberikan

keteladanan yang baik pada siswa, serta guru dan staf-staf lainnya. Kalu

kita tidak memulai dari hal kecil akan sulit merubah karakter kita,

terutama pada tingkat siswa di SMP, karena siswa SMP pada masa

perkembangan sangat cepat terpengaruh dengan hal negatif, hal ini kalu

tidak di terapkan dengan baik tanpa diberikan contoh oleh guru maka

akan tidak mendapat hasil yang maksimal. Hal ini menurut Piaget

sebagaimana di kutip (Darmiyati Zuchdi; 2009: 12) pada usia 4 dan 5

tahun, anak-anak cenderung memperhatikan aturan-aturan yang

dicontohkan oleh orang-orang yang lebih dewasa, kendati pada usia-usia

ini anak-anak juga cenderung melanggar aturan-aturan tersebut. Pada

usia-usia berikutnya, antara 10 sampai 11 tahun, aturan-aturan permainan

dianggap sebagai hukum yang dihasilkan dari kesepakatan bersama,

kendati mereka melihat aturan tersebut sebagai sesuatu yang dapat saja

dimodifikasi. Konsepsi anak mengenai aturan pada dasarnya tidak hanya

terbatas kepada sesuatu yang dianggap berubah-ubah pada dua tahapan

yang berbeda, yaitu antara tahap realism moral dan independensi moral.

88
Membentuk karakter anak baik atau tidak tergantung pembinaan

keluarga dan lingkungan sekitarnya seperti teori yang disampaikan Maria

Montessori (2008: 349-350) bahwa semua persoalan ini dapat

dipecahkan jika kita memahami rangkaian aktivitas konstruktif yang

semestinya dilalui dengan baik dan secara alami oleh setiap anak. Kini

sudah jelas bahwa setiap cacat karakter anak diakibatkan oleh perlakuan

guru yang tidak baik pada anak itu sehari-hari. Jika anak-anak telah

ditelantarkan di rumah, maka pikiran mereka pun kosong karena tidak

memiliki kesempatan untuk mengisinya. Oleh karena itu peran warga

sekolah untuk membentuk karakter siswa sejak dini.

Pembentukan karakter siswa di SMP Muhammadiyah 1 Kota

Ternate melalui setiap masuk sekolah selalu bersalaman siswa dengan

guru, guru mengajarkan siswa tata cara shalat (khususnya mata pelajaran

agama), siswa terlambat dipanggil dan dinasehati, begitu juga upacara

terlambat berturut-turut di panggil mencubit telinga dan dinasehatinya,

peneliti banyak temuan terdapat ketidak samaan siswa berprilaku tidak

baik bahkan terkesan kurang sopan, oleh karena itu guru setiap saat

selalu mengontrol siswa yang pada waktu jam istirahat dan waktu shalat

berjamaah. Dalam waktu istirahat siswa bermain melampawi batas

sesama teman dan main berlari-lari, kemudian guru memanggil siswa

tersebut untuk di berikan huku.nan atau berura nasehat.

Dalam pembentukan karakter anak akan lebih baik selalu

memberikan perhatian dan nasehat kepada anak tersebut seperti menurut

89
James Arthur (2003: 22) bahwa membentuk karakter siswa

adalah kebiasaan baik pada anak-anak bersama-sama dengan

sifat-sifat yang tepat untuk membangun karakter. Dia tidak

mempercayai bahwa para guru atau pendidik memberikan

perhatian yang cukup terhadap pembentukan karakter anak.

Sekolah independen terus menerus memberikan perhatian

terhadap pembentukan karakter, menekankan ketertarikan yang

berlanjut pada sekolah swasta dalam pendidikan karakter.

Pembangunan kepercayaan diri, kapasitas kepemimpinan,

kesetiaan dan keterampilan sosial adalah seluruh bagian dari

retorika pendidikan karakter. Warga sekolah tentunya memiliki

kesempatan yang unik untuk membantu membangun karakter

siswa, karena kenyataan bahwa siswa di sekolah terpisah dari

orang tua mereka oleh karena itu, sekolah bertanggung jawab

untuk mendidik siswa dengan baik, karena pengaruh siswa yang

semakin luas bisa berakibat fatal dalam pembentukan karakter

siswa. 1) Baca Tulis Al-Qur'an (BTA)

Baca tulis Al-Qur'an (BTA) dilaksanakan setiap hari

rabu, kamis dan sabtu, dimulai jam pertama pada pukul 07.15

dipantau oleh guru yang mengajar mata pelajaran lokal secara

serempak dimasing-masing kelas. Peneliti mengamati disetiap

kelas semua anak-anak membra Al-Qur'an dimulai dengan

surat Al-Fatiha dan surat berikutnya yang ditentukan oleh guru

pembimbing, sesekali guru menghentikan anak dalam

membaca Al-Qur'an karena ada yang

90
membacanya salah. Selanjutnya guru tersebut membenarkan cara

membaca yang benar, guru langsung memberikan contoh.

SMP Muhammadiyah sebagai sekolah yang mencirikan

Islam, maka para siswa dituntut untuk memiliki kemampuan lebih

mendalam, dan pengalaman tentang agama Islam oleh karena itu,

di SMP Muhammadiyah 1 kota Ternate, memprogramkan baca tulis

Al-Qur'an (BTA) sebagai kurikulum lokal. Karena kemampuan BTA

adalah bagian dari kompetensi dasar pada mata pelajaran

keislaman, program baca tulis Al-Qur'an (BTA) diwajibkan bagi

siswa di SMP Muhammadiyah 1 kota Ternate. Hal itu seperti

menurut wawancara ungkapan kepala sekolah pada hari kamis

tanggal 3 februari 2011, jam 08.00 WIT.

Baca tulis Al-Qur'an melalui mata pelajaran lokal, wajib di


ikuti oleh siswa karena tujuannya untuk mengetahui
kemampuan siswa dalam membaca Al-Qur'an dan memiliki
keunggulan bidang keagamaan, kalau siswa belum mahir
dalam membaca Al-Qur'an, maka guru memisahkan untuk
membina sampai siswa itu benar-benar faseh membaca Al-
Qu'an.

2) Shalat Dzuhur Berjamaah.

Shalat Dzuhur berjamaah di SMP Muhammadiyah 1 Kota

Ternate dilaksanakan setiap hari pada waktu jam pulang tepat,

pada jam 12.30 WIT, pelaksanaan shalat Dzuhur diatur pergantian

laki-laki dan perempuan, selesai laki-laki shalat setelah itu

perempuan, hal ini dikarenakan daya tampung Mussalla yang

terbatas sedangkan jumlah

91
siswa sangatlah banyak. Oleh karena itu pelaksanaannya dibuat

bergantian yang didampingi oleh guru-guru.

Dalam upaya pelaksanaan shalat dzuhur berjamaah, peneliti

mengamati dengan melibatkan secara langsung shalat berjamaah di

Mussalla lantai dua di SMP Muhammadiyah 1 kota Ternate, dengan

tertib, pada saat siswa mengambil air wudhu, guru selalu

mengawasinya. Peneliti ngobrol seorang guru yang namannya Nurjana

Saleh, menyebutkan:

Kalau kita tidak mengawasi pada laki-laki mereka pada lari pulang, ini
hanya terjadi pada laki-laki sedangkan perempuan kami tidak lagi
mengawasi, dan laki-laki setiap waktu shalat mereka main-main sampai
selesai waktu shalat, bahkan ada yang tidak mengikuti shalat oleh karena
itu, beberapa guru perempuan setiap saat mengawasai sampai selesai
shalat. Ya maklumlah dari awal kita hams paksakan mereka, dan
Alhamdulillah sekarang ini siswa mulai sadar dan budaya lari pulang
sudah mulai berkurang.

Pelaksanaan shalat berjamaah di SMP Muhammadiyah pada selesai mata

pelajaran yaitu jam 12.30 WIT. Pada waktu shalat siswa yang lain pada lari

pulang, peneliti mencoba menghampiri sala seorang siswa laki-laki yang

kebutulan belum mengambil air wudhunya, peneliti menanyakan "kenapa adik-

adik pada lari diwaktu shalat?" siswa itu menjawab sambil berjalan, "lapar, baru

shalat terlau lama pak". (cacatan lapangan)

Sedangkan peneliti mengamati dalam pelaksanaan shalat dzuhur berjalan

dengan lancar dan baik, hal ini juga didukung kerja sama yang baik oleh guru-

guru di sekolah, sebelum memulai shalat dzuhur,

92
pembimbing shalat berdiri di depan menghadap siswa untuk mengatur

shaf dibantuh oleh penjaga sekolah (pak Sumardi), pembimbing shalat

mengingatkan anak yang belum shalat sunnat untuk segera

mengerjakan kemudian dilanjutkan kultum sambil menunggu siswa

lain yang masih berwuduh, waktu selesai shalat berjamaah siswa

diabsen satu persatu sebagaimana di ungkapkan pak Sumardi di ruang

Musalla.

Kami setiap hari selalu mengapsen siswa, supaya siswa tidak


mengikuti shalat kita bisa mengetahui shalat atau tidak. Dengan
cara ini, siswa itu takut alpannya sehingga siswa rajin shalat, dan
tiga kali alpa kami panggil di rungan untuk memberikan
peringatan dan menasehati, dengan melakukan cara seperti ini
supaya siswa pada rajin shalat.

Membaca Al-Qur'an dan menjalankan ibada Shalat berjamaah seperti

di sampaikan diatas. Hal ini sebagaimana dikemukakan H. Abuddin Nata

(2008: 219), orang sering membaca Al-Qur'an adalah orang yang

membuktikan keimanan dalam bentuk amal saleh, bersikap jujur,

amanah, berbuat adil, kepedulian sosial, dan sebagianya. Hal ini juga,

sebagaimana di sebutkan dalam Al-Qur'an surat Al-Baqrah, 2:183. Yaitu

perintah shalat agar manusia semakin menyadari keagungan Tuhan, timbul

rasa tunduk, serta menjauhi perbuatan yang keji dan munkar.

3) Kegiatan Pramuka atau Hisbul Wathan

Gerakan pramuka dalam menunaikan tugas pokoknya selalu

berusaha untuk meningkatkan mutu dan mencari jalan yang praktis

serta menyesuaikan keadaan, perkembangan di masyarakat pada

93
umumnya dan anggota gerakan pramuka khususnya di

SMP Muhammdiyah 1 Kota Ternate.

Kegiatan pramuka di SMP Muhammadiyah 1 Kota Ternate

dilaksankan dua minggu sekali dilingkungan sekolah di SMP

Muhammadiyah 1 Kota Ternate mulai pada setiap hari sabtu

sore jam 16.00 atau jam 4 WIT, pramuka merupakan kegiatan

wajib yang di ikuti oleh siswa kelas VII dan VIII.

Dengan kegiatan pramuka ini, siswa dilatih hidup sederhana

(bersahaja), disiplin, kerjasama dan mandiri. Mereka dilatih untuk

mampu mengatasi permasalahan kehidupan yang akan dihadapi

siswa, hal ini dilaksanakan melalui kegiatan perkemahan baik

berupa persemi, lomba gerak jalan, dan tingkat kegiatan

penggalang lainnya. Melalui kegiatan pramuka ini, siswa

ditanamkan nilai-nilai karakter seperti gotong royong, tolong

menolong, bekerja sama dan disiplin. Dilihat dari aspek prestasi

baik ditingkat kecamatan sampai ditingkat provinsi, bisa

mengambil piala kejuaraan yang dicapai melalui lomba tingkat

kwartir ranting dan kwartir cabang, ini membuktikan bahwa

kegiatan pramuka yang dilaksanakan telah mengangkat citra

nama baik sekolah.

4) Tapak Suci

Tapak Suci putra Muhammadiyah atau disingkat tapak

suci, adalah sebuah aliran, perguruan, dan organisasi pencak

silat yang merupakan anggota IPSI (Ikatan Pencak Silat

Indonesia). Tapak suci

94
tennasuk dalam 10 Perguruan Historis IPSI, yaitu perguruan

yang menunjang tumbuh dan berkembangnya IPSI sebagai

organisasi. Tapak suci berasas Islam, bersumber pada Al

Qur'an dan As-Sunnah, berjiwa persaudaraan, berada

dibavvah naungan Persyarikatan Muhammadiyah sebagai

organisasi otonom. Tapak suci berdiri pada tanggal 10 Rabiul

Awal 1383 H, atau bertepatan dengan tanggal 31 Juli 1963 di

Kauman Yogyakarta. Motto dari tapak suci adalah dengan Iman

dan Akhlak menjadi kuat, tanpa Iman dan Akhlak kita akan

menjadi lemah.

Program tapak suci yang dilaksanakan di SMP

Muhammadiyah 1 Kota Ternate setiap hari jum'at dan sabtu

sore pukul 16.00 atau jam 4 sore WIT, terlaksananya tapak suci

dalam rangka program SMP Muhamadiyah 1 Kota Ternate,

untuk membina siswa yang berakhlak mulia, bertanggung

jawab, berjiwa Islam, disiplin dan mampu menyelesaikan

masalah.

Tapak suci di SMP Muhammadiyah 1 Kota Ternate

diwajibkan bagi kelas VII dan VIII. Tujuan dari tapak suci

adalah, (1) mendidik serta membina ketangkasan dan

keterampilan pencak silat sebagai beladiri, seni, olahraga, dan

budaya bangsa Indonesia, (2) memelihara dan

mengembangkan kemurnian pencak silat atau tapak suci

sebagai budaya Bangsa yang luhur dan bermoral, yang tidak

menyimpang dari ajaran Islam serta bersih dari syirik dan

menyesatkan, (3) mendidik

95
dan membina anggota untuk menjadi kader Muhammadiyah yang

militant.

Sebagaimana diungkapan Mahdi Sagaf (pelatih dan Guru

Penjas) pada hari sabtu tanggal 12 februari 2011 jam 17.35 WIT.

Kami melatih siswa dalam rangka mampu mengalahkan lawan


dalam perlombaan pencaksilat dan kami arahkan siswa untuk
disiplin, bertanggung jawab, dan berakhlak baik. Artinya apa bila
siswa terlambat dan siswa itu sendiri berteriak siap saya tidak
mengulangi lagi dan setiap terlambat kami perintahkan set up,
setelah itu kami menyuruh berdoa untuk bergabung barisan tapak
suci.

b. Program Pembelajaran Pendidikan Karakter Siswa di SMP

Muhammadiyah 1 Kota Ternate

Program merupakan langkah pertama yang menyangkut aspek

perencanaan. Didalam tahap perencanaan ini diuraikan garis-garis besar

mengenai hal-hal lain yang berkaitan dengan kegiatan sekolah. Program

merupakan pelayanan bantuan kepada pelaksana untuk memberikan input

bagi pengambilan keputusan tentang kelangsungan program tersebut.

Oleh karena itu, pelaksana program harus memahami seluk beluk

program yang dinilai. Selanjutnya perencana program kerja itu

diimplementasikan kegiatan-kegiatan sekolah contoh pembelajaran baca

tulis Al-Qur'an di wajibkan bagi siswa di sekolah.

Menurut James Arthur (2003: 114) dalam menelaah program

pendidikan karakter, mengidentifikasi enam metoda pengajaran. Metode

tersebut adalah:, (1) instruksi nilai-nilai dan kebaikan dasar, (2) kode

perilaku ditegakkan dan dilaksanakan, (3) memberitahukan sejarah

96
pelajaran moral, (4) memberikan model (tauladan) sifat-sifat dan nilai

yang diinginkan, (5) memegang teguh para tauladan moral yang ada

dalam sejarah, literatur, agama, dan memuji sifat-sifat mereka, (6)

menyediakan kesempatan yang luas di sekolah dan komunitas (proyek

jasa) yang melalui murid-murid, dapat melatih sifat-sifat yang baik dan

mengejar nilai-nilai baik.

Program ini sesuai dengan ungkapan Bapak kepala sekolah pada

hari kamis tanggal 3 tahun 2011, jam 11.30 WIT menyebutkan bahwa:

Pada awal tahun ajaran biasanya rapat kerja yang isinya menyusun program
kerja selama 1 (satu) tahun, yang hadir dalam rapat itu, ya semua kaur dan
guru, sedangkan rapat guru yang ingin mengusulkan sesuatu terkait
dengan program kerja, di terimah dan di diskusikan para kaur. Pada rapat itu
salah satu agenda adalah membahas tentang program pembelajaan di
sekolah yaitu program jangka panjang, menengah dan jangka pendek.
(catatan lapangan).

SMP Muhammadiyah 1 Kota Ternate menyelenggarakan program

pendidikan dengan menggunakan sistem paket yang telah disesuaikan dengan

situasi dan kondisi sekolah serta lingkungan masyarakat di sekolah. Sistem

paket adalah sistem penyelenggaraan program pendidikan di SMP diwajibkan

siswa mengikuti seluruh program pembelajaran yang sudah ditetapkan disetiap

kelas sesuai dengan struktur kurikulum yang berlaku pada lingkungan sekolah,

setiap mata pelajaran pada sistem paket dinyatakan dalam satuan jam

pembelajaran.

Menurut ungkapan kepala sekolah tentang program paket

pembalajaran pendidikan karakter di sekolah adalah

Kemampuan guru belum merata merencanakan dan melaksanakan proses


pembelajaran pendidikan karakter yang sesuai dengan

97
program, tetapi beberapa guru sudah mampu membuat
program pembelajaran pendidikan karakter dengan baik
namun sebagian belum mampu, contohnya membiasakan
membaca Al-Qur'an sebelum memulai pelajaran. Dan saya
selalui mengarahahkan guru untuk pembinaan siswa
melalui program pendidikan karakter secara terpadu, tetapi
budaya malas guru itu masih sebagian yang melekat diri
mereka, tetapi Tnsa Allah lama kelamaan mereka akan
berubah.

Selain program paket di SMP Muhammadiyah 1 Kota

Ternate, siswa juga mengikuti program pembelajaran melalui

sistem tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri

tidak terstruktur. Kegiatan tatap muka adalah kegiatan

pembelajaran yang berupa proses interaksi antara siswa dengan

guru.

Kegiatan belajar IPS tatap muka per jam di SMP

Muhammadiyah 1 Kota Ternate ditetapkan berlangsung selama 40

menit dengan jumlah jam pembelajaran tatap muka per minggu 40

jam pelajaran. Tatap muka keseluruhan di SMP Muhammadiyah

1 Kota Ternate adalah sebagai berikut:

a. Satu jam pembelajaran tatap muka 40 menit


b. Jumlah jam pembelajaran per minggu 40 jam pelajaran
c. Minggu efektif dalam satu tahun 38 minggu
d. Waktu pembelajaran dalam satu tahun 1520 jam pelajaran
sama
dengan 60800 menit
e. Jumlah jam pertahun (60 menit) sama dengan 1013 jam
Penugasan terstruktur adalah kegiatan pt rnbelajaran yang

berupa pendalaman materi oleh siswa yang dirancang pada guru

untuk mencapai standar kompetensi d?n kemampuan lainnya.

Waktu penyelesaian penugasan terstruktur ditentukan oleh

guru. Penugasan terstruktur termasuk kegiatan perbaikan, dan

pengayaan.

98
Kegiatan tidak terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang berapa

pendalaman materi oleh siswa yang di desain pada guru untuk menunjang

pencapaian tingkat kompetensi mata pelajaran lintas mata pelajaran atau

kemampuan lainnya yang waktu penyelesaiannya diatur sendiri oleh siswa.

Waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan tidak terstruktur siswa

maksimum 50 % dari jumlah kegiatan tatap muka dari program pelajaran

pada siswa. Penyelesaian program pendidikan dengan menggunakan

sistem paket di SMP Muhammadiyah 1, Kota Ternate sudah berjalan 3

tahun.(dokumen SMP Muhammadiyah 1 Kota Ternate)

Jalan atau tidaknya suatu program pembelajaran siswa, tergantung

kerja sama semua warga sekolah, serta ikhlas dalam melaksanakan

program. Menurut ungkapan ibu Manawia pada hari sabtu tanggal 12

februari 2011 jam 11.15 WIT yaitu:

kaur.
Kita mau melaksanakan program pendidikan karakter tetapi guru betul-
betul ikhlas menjalankannya, apa lagi guru-guru sekarang ini pada malas
menjalankan programnya yang sudah disepakati, jadi kepala sekolah
selalu mengefaluasi setiap bulan sekali dalam rangka untuk
mengoptimalkan programnya masing-masing.

Selain program paket dan tatap muka juga di upayakan mengikuti

prinsip-prinsip sebagai berikut:

1) Penentuan pimpinan atau bidang sejauh mana tingkat keterlibatannya

terhadap visi, misi, tujuan, sasaran, dan strategi utama sekolah dengan

rencana program.

99
2) Koordinasi program hanya pada program kerja yang

sangat penting saja.

3) Rencana program hendaknya sederhana, dan yang

mudah dilaksanakan oleh masing-masing bidang mata

pelajaran.

4) Setiap pimpinan atau wakil masing-masing bidang

memberikan konstribusinya dengan mengajukan rencana

programnya masing-masing.

Prinsip program diatas dibuat dengan memperhatikan

dalam pencapaian visi, misi sekolah. Dengan program visi dan

misi SMP Muhammadiyah 1 Kota Ternate. Maka akan

menghasilkan program kerja yang baik. Adapun kegiatan

terprogam pengembangan pendidikan karakter di SMP

Muhammadiyah 1 Kota Ternate dapat dilihat tabel di bawah ini.

Tabel 9
Program Pembinaan Karakter Siswa
No Nama Kegiatan Alokasi Waktu/Jadwal
1 Bimbingan dan 40 Menit (1 Jam Pelajaran)

Konseling (pembiasaan)
2 Kompetensi Bahasa Indonesia 40 Menit (1 Jam Pelajaran)
3 Kompetensi Bahasa Inggris 40 Menit (1 Jam Pelajaran)
4 Pandu Hisbul Wathan 1 Minggu Sekali (90 Menit)
(HW)
5 Baca tulis Al-Qur'an 3 Minggu Sekali (90 Menit)
6 PMR 3 Kali Seminggu
7 Les Mata Pelajaran Kelas VIII 1 Minggu Sekali (90 Menit)
8 dan IX 1 Minggu Sekali (90 Menit)
9 Praktek IPA Tiap Hari Senin
10 Upacara Setiap hari

100
11 Sholat Dzuhur berjamaah Setiap hari
12 Tadarus Al-Qur'an sebelum jam pertama
13 MIPA Menghadapi Lomba
14 Pesantren kilat, dan tadarusan Bulan Ramadhan
15 Tapak suci 2 sekali seminggu
16 Pengajian kelas 1 Semester sekali
17 Peringatan hari besar Islam Setiap memperingati hari
besar Islam
18 Perkemahan 1 Semester sekali
Life Skill (Kecakapan Hidup) 3 kali seminggu

Sumber: dokumen Kurikulum sekolah SMP Muhammadiyah 1 Kota Temate tahun


2009

Untuk mewujudkan program sekolah dibutuhkan kepala

sekolah yang berkualitas. Langkah selanjutnya kepala sekolah

membuat program-program yaitu membuat perencanaan

program baik program jangka pendek, jangka menengah dan

jangka panjang. Ada pun rincian program tersebut dibawah ini:

a. Program Jangka Pendek

1) Memberikan bimbingan khusus seni beladiri (Tapak Suci)

pada

siswa dengan mendatangkan pelatih yang professional.

2) Mengintensifkan kegiatan program kecakapan Hidup (PKH)

3) Melaksanakan kegiatan pembiasaan shalat

berjamaah secara terjadwal

b. Program Jangka Menengah

1) Memiliki satu klub olahraga yang dapat menjadi juara

ditingkat kabupaten/ kota

1) Mendirikanjasa grafika sablon

101
3) Memiliki satu sanggar kesenian yang dapat diandalkan ditingkat

Kabupaten/ Kota c. Program Jangka Panjang

1) Menjadi sekolah swasta yang dapat menjadi contoh bagi

sekolah swasta lain di tingkat Kota

2) Memiliki keunggulan bidang keagamaan yang diharapkan

seperti fasih membaca Al-Qur'an dan tertib beribadah berdasarkan

sunnah Nabi SAW.

3) Keunggulan dalam bidang kebangsaan yang diharapkan dan

terbina kelompok paskibraka pada masing masing kelas.

4) Keunggulan bidang akademik diharapkan untuk setiap nilai

ujian nasional berada pada standar nilai 7,00

5) Dalam bidang kebahasaan diharapkan siswa dapat

menguasai kaidah-kaidah dan bisa berbahasa Inggris dengan jumlah

minimal kosakata lebih dari 1.900 kata harus dikuasai. (dokumen

Kurikulum sekolah SMP Muhammadiyah 1 Kota Ternate tahun 2009).

Dengan perencanaan program sekolah diatas, menjadi dasar dan

acuan dalam menjabarkan keseluruhan kegiatan dan yang di duKung oleh

guru dan kariyawan sesuai dengan latar belakang pendidikan.

Sebagaimana diungkapan Bapak kepala sekolah pada hari senin tanggal 7

februari 2011, jam 11.45.

Melalui program ini khususnya pembinaan karakter diharapkan


guru, kariyawan dan siswa SMP Muhammadiyah 1 Kota Ternate

102
memiliki keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, kompetensi akademik yang utuh dan
terpadu, sekaligus memiliki kepribadian yang baik sesuai
yang tercantum tata tertib sekolah dan visi dan misi
sekolah.

c. Partisipasi Pendidikan Karakter Meialui Belajar Mengajar

Guru IPS.

Pendidikan karakter meialui belajar mengajar dilaksanakan

oleh guru dalam pelajaran kepada siswa di kelas, yang sesuai

dengan mata pelajaran masing-masing. Oleh karena itu semua

guru diharuskan memberikan pembinaan karakter siswa dalam

pembelajan di kelas, tetapi kenyataan yang terjadi berdasarkan

pengamatan peneliti, bahwa pendidikan karakter hanya diajarkan

pada beberapa mata pelajaran saja seperti mata pelajaran

Agama, Bahasa Inggris, seni dan budaya, IPS dan Pkn.

Didalam mata pelajaran, kepala sekolah menguji coba

character buelding didalam dua mata pelajaran yaitu mata

pelajaran Agama dan Pkn, menguji coba dua mata pelajaran ini

sudah cukup baik, contohnya setiap guru masuk di kelas selalu

mengingatkan siswa untuk berbuat baik,(nasehat) memberi

salam, membaca surat Al-Fatiha dan Al-Asri, tolong menolong

sesama teman yang sakit, mengajarkan kejujuran serta

berpakaian yang rapi.

Pendidikan karakter didalam kelas dilakukan meialui

persiapan pembelajaran (RPP). Didalam RPP secara eksplisit

mencantumkan nilai-nilai afaktif yang akan diberikan kepada

siswa. Keberhasilan proses

103
belajar mengajar di kelas sangat ditentukan oleh kemampuan guru dalam

mengajar mata pelajaran.

Dalam pelaksanaan pembelajaran ada tiga tahap kegiatan pokok yang

harus diperhatikan guru yaitu pendahuluan, kegiatan pembelajaran inti dan

pembelajaran penutup. Namun peneliti mengamati dilapangan menunjukkan

bahwa tidak semua guru IPS melaksanakan ketiga tahap tersebut, pada saat

melakukan pembelajaran di kelas.

Peneliti mengamati proses pembelajaran di kelas pada umumnya

memakai metode ceramah, dan metode pembiasaan, sedangkan metode

praktek jarang digunakan. Metode pembiasaan mengarahkan kepada

upaya untuk memudahkan pemahaman karakter pada siswa. Metode

pembiasaan ini berperan sebagai latihan yang terus menerus dilakukan

siswa sehingga akan lebih terbiasa dalam pembentukan karakternya,

misalnya dalam pelajaran agama guru membiasakan untuk membaca Al-

Qura'an atau ayat-ayat Al-Qura'an lainnya dan membiasakan masuk di

kelas memberi salam serta datang tepat pada waktu. Di sinilah diperlukan

bahwa metode pembiasaan pada siswa akan lebih baik dalam kehidupan

sehari-hari.

Tanggapan siswa kelas 1X-B dalam metode pengajaran

Metode mengajar guru IPS selalu ceramah dan kami kurang suka,
sebaikannya guru mengajar sesuai dengan setuasi di kelas atau bentuk
tanya jawab supaya kami berpikir apa yang di ajarkan guru dan bila perlu
mata pelajaran sejarah dengan mengunjungi objek sejarah supaya
membuat kita semangat untuk belajar.

104
Selain proses belajar mengajar guru di kelas, juga diupayakan

partisipasi guru untuk pengembangan pendidikan karakter dalam proses

belajar mengajar, maka beberapa bentuk partisipasi guru antara lain.

a. Partisipasi guru di sekolah dapat di lihat upaya mereka untuk selalu

mengkaji dan memahami pendidikan karakter secara benar,

contohnya ketika peneliti berada di sekolah guru-guru selalu

bertanya dan berdiskusi dengan peneliti tentang metode penerapan

pendidikan karakter di kelas. Upaya kongkrit guru diantaranya

melibatkan diri dalam acara pengajian-pengajian, tadarusan,

mengikuti acara MTQ tingkat Kota maupun Provinsi, mengikuti

diklat-diklat atau seminar yang dapat menambah wawasan dalam

pendidikan karakter diri guru. Usaha yang dilakukan guru ini

mempunyai tujuan agar tidak terjadi kesalahan dalam menanamkan

pengertian maupun pembelajaran pendidikan karakter kepada siswa.

Disamping itu dengan dilakukannya pengajian rutin guru-guru tiap

bulan puasa dan arissan tiap 1 bulan sekali yang di isi ceramah

keagamaan.

b. Partisipasi guru dalam pendidikan karakter di sekolah juga dapat

dilihat dari upaya guru memberikan penanaman konsep tentang

pendidikan karakter, penanaman konsep pendidikan karakter guru

pada awal pelajaran atau sebelum guru memulai pelajaran

diharuskan membaca surat Al-Fatiha, doa belajar dan membaca surat

Al-Asri, setelah selesai pelajaran di kelas, kemudia guru

105
memberikan pesan pada karakter kesaharian yang harus

dilaksanakan oleh siswa atau berupa nasehat contohnya sesampai

rumah jangan lupa shalat, membantu orang tua bekerja di rumah,

ketika akan berangkat ke sekolah hendaknya siswa berpamitan dulu

pada orang tua, berjabat tangan dan mengucapkan salam kepada

orang tua, setelah sampai di sekolah hendaknya bersalaman kepada

guru, teman, maupun tamu yang berkunjung ke sekolah dan Iain-

lain. Peneliti melakukan pengamatan di kelas di jumpai bahwa pesan-

pesan yang sama juga di berikan pada hari berikutnya tetapi tidak

semua mata pelajaran. Pada saat penelitian mewawancarai Mahani

Assagaf pada hari sabtu 12 februari tahun 2011, jam 08.15, beliau ini

memegang mata pelajaran agama.

Semakin sering siswa memberikan pesan-pesan atau nasehat


moral dengan baik maka perilaku siswa akan lebih terjaga. Jadi
saya setiap masuk kelas selalu mengingatkan shalat, berbuat
baik kepada orang, menghargai orang tua karena anak-anak ini
kalu kita tidak mengingatkan berulang-ulang mereka akan
menghiraukan atau cuek.

c. Partisipasi guru dalam pengajaran pendidikan karakter di sekolah

juga bisa dilihat dari upaya guru dalam pembelajaran yaitu

bersalaman kepada sesama teman guru, kebanyakan siswa meniru

sikap dan prilaku guru, bagi guru dan siswa merupakan figur utama

di sekolah. Guru di SMP Muhammdiyah 1 Kota Ternate diharapkan

mempunyai kepribadian yang baik sehingga mereka dapat dijadikan

panutan siswa baik ketika berada di sekolah maupun dilingkungan

106
masyarakat dan di rumah, seperti ungkapan Ibu H. Lily Lai Lawaty

pada hari kamis tanggal 3 februari 2011 jam 11.15 WIT.

Sebelum saya memulai pelajaran membiasakan membaca Al-


Fatiha, surat Al-Asri selesai membaca baru kita memulai
pelajaran supaya anak itu terkonsentarsi pelajaran dan jangan
terpengaruh serta jahukan dari gaguan iblis dalam diri siswa dan
hal-hal negativ lainnya.

d. Partisipasi pendidikan karakter dalam belajar mengajar di kelas juga

dapat dilihat dari pemantauan dan pemeriksaan pekerjaan rumah,

pemeriksaan hp dan tugas kelompok, guru menanyakan siswa yang

bolos dan apabila tiga kali siswa bolos guru datangi orang tua untuk

menanyakan langsung kepada orang tuanya. ungkapan Mahani

Assagaf pada hari sabtu 12 februari 2011, jam 09.00 WIT

Pelajaran agama saya selesai menanyakan tugas-tugas dan saya


memeriksa buku-buku pelajaran siswa yang saya berikan, dan
saya memeriksa semua siswa yang membawa tas apa bila
kedapatan mereka membawa hp, saya ambil kemudian
menyuruh orang tua datang ambil di sekolah sedangkan siswa
bolos atau tidak masuk sekolah selama tiga kali berturut-turut
saya suru orang tua menghadap di sekolah supaya kita
tanyakan langsung orang tuanya.

e. Guru dalam pembelajaran di kelas juga dapat dilihat pingisian

absensi guru sala satu perangkat pembelajaran yaitu buku nilai,

menilai prestasi akademik siswa dan juga berisi nilai kinerja,

pengisian buku sebagai laporan guru mengenai perkembangan

karakter siswa selama belajar mengajar di kelas.

107

~^r~ Wt ""^ '" -dhta^^


d. Proses Belajar Mengajar IPS Dalam Penerapan Pendidikan

Karakter

1) Persiapan Guru Dalam Belajar Mengajar di Kelas

Rancangan guru dalam proses belajar mengajar di sekolah adalah

guru bertanggung jawab pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran

(RPP) yaitu rencana menggambarankan prosedur dan pengorganisasian

pembelajaran. Selama penelitian melakukan pengamatan dilapangan

ditemukan semua guru telah membuat RPP. Dalam RPP memuat tujuan

pembelajaran, tujuan pelajaran, metode pembelajaran, sumber belajar

dan penilaian hasil belajar.

Guru yang membuat perangkat pembelajaran seperti silabus,

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dalam pembuatan RPP di

SMP Muhammadiyah 1 Kota Ternate dengan dibuat sendiri tergantung

guru bersangkutan. Sedangkan silabus diberikan petunjuk dari diknas.

Penyusunan RPP secara mandiri ini demi untuk memunculkan pikiran

dan gagasan baru dengan berusaha mencari informasi diberbagai

sumber yang tidak hanya dari buku paket, dengan cara ini agar siswa

setiap saat mengetahui perkembangan sosial masyarakat.

Dalam RPP yang diajarkan guru IPS contohnya, (1)

perkembangan lembaga internasional, kerja sama internasional dan

peran Indonesia dalam kerja sama dan perdagangan internasional,

serta dampaknya terhadap perekonomian Indonesia, (2) faktor-faktor

108
penyebab terjadinya gempa bumi dan akibat yang ditimbulkannya, (3)

memahami proses interaksi dan sosialisasi dalam pembentukan

kepribadian manusia, (4) proses kebangkitan nasional, usaha persiapan

kemerdekaan, mempertahankan kemerdekaan, dan mempertahankan

Negara Kesatuan Republik Indonesia, (5) upaya penanggulangan

permasalahan kependudukan dan lingkungan hidup dalam pembangunan

berkelanjutan, (6) perubahan sosial-budaya dan tipe-tipe perilaku

masyarakat dalam menyikapi perubahan, (7) menunjukkan sikap positif

terhadap norma-norma kebiasaan, adat istiadat, dan peraturan, dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara.

Proses belajar mengajar RPP yang mendukung pendidikan

karakter melalui standar kompetensi mata pelajaran diantaranya

adalah:

a) Pendidikan Agama Islam:, (1) menerapkan tata cara membaca Al-

qur'an menurut tajwid, mulai dari cara membaca Al- Syamsiyah dan

Al- Qomariyah sampai kepada menerapkan hukum bacaan mad dan

waqaf, (2) meningkatkan pengenalan dan keyakinan terhadap aspek-

aspek rukun iman mulai dari iman kepada Allah sampai kepada iman

pada Qadha dan Qadar serta Asmaul Husna, (3) menjelaskan dan

membiasakan perilaku terpuji seperti qanaah dan tasawuh dan

menjauhkan diri dari perilaku tercela seperti ananiah, hasad, ghadab

dan namimah, (4) menjelaskan tata cara mandi wajib dan shalat-shalat

munfarid dan berjamaah baik shalat wajib, (5)

109
memahami dan meneladani sejarah Nabi Muhammad dan para

shabat serta menceritakan sejarah masuk dan berkembangnya Islam di

nusantara.

b) Pendidikan Kewarganegaraan: (1) memahami dan menunjukkan

sikap positif terhadap norma-norma kebiasaan, adat istiadat, dan

peraturan, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, (2)

menjelaskan makna proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia

sesuai dengan suasana kebatinan konstitusi pertama, (3)

menghargai perbedaan dan kemerdekaan dalam mengemukakan

pendapat dengan bertanggung jawab, (4) menampilkan perilaku yang

baik sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar

1945, (5) menunjukkan sikap positif terhadap pelaksanaan kehidupan

demokrasi dan kedaulatan rakyat, (6) menjelaskan makna otonomi

daerah, dan hubungan antara pemerintahan pusat dan daerah, (7)

menunjukkan sikap kritis dan apresiatif terhadap dampak globalisasi,

(8) memahami prestasi diri untuk berprestasi sesuai dengan

keindividuannya

c) Ilmu Pengetahuan Sosial: (1) mendeskripsikan keanekaragaman

bentuk muka bumi, proses pembentukan, dan dampaknya terhadap

kehidupan, (2) memahami proses interaksi dan sosialisasi dalam

pembentukan kepribadian manusia, (3) membuat sketsa dan peta

wilayah serta menggunakan peta, atlas, dan globel untuk

mendapatkan informasi keruangan, (4) Mendeskripsikan gejala-

110
gejala yang terjadi di geosfer dan dampaknya terhadap kehidupan,

(5) mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan

pemerintahan sejak Pra-Aksara, Hindu Budha, sampai masa

Kolonial Eropa, (6) mengidentifikasikan upaya penanggulangan

permasalahan kependudukan dan lingkungan hidup dalam

pembangunan berkelanjutan, (7) memahami proses kebangkitan

nasional, usaha persiapan kemerdekaan, mempertahankan

kemerdekaan, dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik

Indonesia, (8) mendeskripsikan perubahan sosial-budaya dan tipe-tipe

perilaku masyarakat dalam menyikapi perubahan, serta

mengidentifikasi berbagai penyakit sosial sebagai akibat

penyimpangan sosial dalam masyarakat, dan upaya pencegahannya,

(9) mengidentifikasi region-region di permukaan bumi berkenaan

dengan pembagian permukaan bumi atas benua dan samudera,

keterkaitan unsur-unsur geografi dan penduduk, serta ciri-ciri

negara maju dan berkembang, (10) mendeskripsikan perkembangan

lembaga internasional, kerja sama internasional dan peran

Indonesia dalam kerja sama dan perdagangan internasional, serta

dampaknya terhadap perekonomian Indonesia, (11)

mendeskripsikan manusia sebagai makhluk sosial dan ekonomi

serta mengidentifikasi tindokan ekononr berdasarkan motif dan

prinsip ekonomi dalam memenuhi kebutuhannya, (12)

mengungkapkan gagasan kreatif dalam tindakan ekonomi berupa

111
kegiatan konsumsi, produksi, dan distribusi barang/jasa untuk

mencapai kemandirian dan kesejahteraan (Dokumen kurikulum

SMP Muhammadiyah 1 Kota Ternate tahun 2010)

Dari contoh RPP tersebut diatas, maka guru memberikan

informasi kepada siswa lebih dulu, sebelum memulai pelajaran agar

siswa memperisapkan berbagai sumber letiratur seperti buku paket

agama dan IPS yang bisa dipinjam diperpustakaan sekolah, kemudian

dari perpustakaan daerah dan buku pribadi, sehingga siswa dapat

memahami materi yang akan di pelajari.

Pelajaran IPS merupakan mata pelajaran yang memiliki materi

yang sangat luas, sehingga guru dituntut untuk berusaha mencari

berbagai macam sumber buku. Dari hasil pengamatan mata pelajaran

IPS diantaranya Pkn, Geografi, Sejarah, Ekonomi, dan Sosiologi,

dalam belajar mengajar yang berlangsung di kelas dengan

mempersiapkan RPP terlebih dahulu.

Pengusaan materi pembelajaran IPS dalam pendekatan pelajaran

terpadu juga guru belum menerapkannya, alasanya adalah belum ada

panduan teknis pelaksanaan pembelajaran terpadu, pelajaran IPS

secara rinci dan later belakang keilmuan guru yang berasal dari bidang

studi yang berbeda, oleh karena itu guru merasa kesulitan untuk

menerap! 'ui pembelajaran keterpaduan, seperti ungkapan ibu Nursina

Hi. Hasan pada hari jumat tanggal 25 februari jam 08.00 WIT

Proses belajar mengajar di kelas kita mengajarkan terpisah,


belum terpadu karena kami pikir profesi bidang kita berbeda

112
dan kita masih bingung menerapkan metode IPS terpadu, apa lagi
di sekolah kitakan guru IPS masih sangat terbatas jadi kita bagi
mata pelajan IPS, saya memegang dua mata pelajar yaitu sosiologi
dan sejarah, ibu Manawia pegang mata pelajaran Geografi dan
Ekonomi sedangkan Pak Taib mata pelajaran Pkn jadi agak
susahlah menerapkan terpadu.

2) Metode Pendekatan Pembelajaran IPS

Hasil belajar mengajar IPS yang diamati peneliti adalah bahwa

proses pengajarannya masih memakai metode monoton yaitu metode

cerama yang menyebabkan siswa lekas jenuh tidak kreatif cendrung

hanya mendengar, cara ini ternyata semua guru. Selain metode

ceramah, juga dipakai metode tanya jawab dalam pembelajarannya yaitu

selesai guru memberikan materi di kelas dipersilahkan siswa bertanya

materi yang diberikan guru, dengan cara ini juga menarik perhatian siswa

agar konsetrasi materi yang disampaikan guru.

Pembelajaran IPS jarang peneliti menemukan guru mengaitkan

materi dengan dunia nyata sehingga siswa memahami hanya sebatas di

kelas saja. Dalam metode pembelajaran guru IPS dengan berbagai

macam metode seperti memberikan tugas untuk kerjakan di ruma

setelah itu di diskusikan bersama.

Dalam hasil pengamatan di kelas IX-A, setiap guru masuk di kelas

melakukan tanya jawab dengan siswa yang terkait dengan pelajaran

minggu lalu seperti pembahasan permukaan bumi, laut dan daratan,

menurut ungkapan ibu Manawia "tanya jawab ini untuk mengingatkan

kembali siswa pada materi yang lalu, di sini akan kita tahu siswa belajar

atau tidak".

113
Tanya jawab siswa dengan guru sangat antusias. Guru bertanya

siswa serempak menjawab bersama-sama, setelah itu guru langsung

meminta satu orang siswa yang menjawab misalnya apa pengertian

dari daratan, siswa tersebut diam (tidak menjawab). Hal ini

menggambarkan guru yang mempunya keinginan untuk menciptakan

suasana kelas menyenangkan siswa atau menghilangkan ngantuk,

bukan menakutkan siswa. ungkapan seorang siswa Nurul Muzahida

kelas IX-A bahwa:

Kita senang dengan materi tanya jawab karena menghilangkan


ngantuk, dan membuat kita untuk berpikir memecahkan masalah
sedangkan materi ceramah kami bosan mendengarakan dan cepat
rasa ngantuk, kita belajar materi IPS itu harus banyak diskusi supaya
kita mengetahui kehidupan skarang ini.

3) Karakter Siswa Dalam Pembelajaran di Kelas

Siswa merupakan sala satu komponen dalam proses belajar

mengajar, tanpa siswa proses belajar mengajar tidak akan terlaksana.

Sedangkan kebiasaan siswa di kelas biasanya dapat dilihat adalah

karakter siswa yang ditunjukan selama proses pembelajaran, seperti siswa

tidak memperhatikan ketika guru menjelaskan materinya, sebagian siswa

main-main, tertawa dan sebagian memperhatikanya. Selain itu, siswa juga

memperhatikan teman disampingnya yang sedang menyampaikan

pertanyaan, dan disampingnya siswa cerita, tertawa dan mereka tidak

memperhatikan pada temannya bertanya.

Karakter anak dalam kelas banyak mendapatakan pengaruh yang

beraneka ragam seperti dari teman-teman sebangku. Hal ini

114
diungkapkan Winfred, (2010: 3) adalah anak-anak mendapatkan

pengaruh dari beranekaragam aspek yang ada di kelas. Mereka belajar

banyak hal dari para guru, termasuk hal-hal yang tidak dirumuskan

dalam kurikulum dan hal-hal yang tidak disadari oleh guru dan murid itu

sendiri. Mereka juga belajar dari buku-buku, dari sesama teman-teman,

dan dari tatanan fisik sekolah mereka. sebagian dari yang mereka

pelajari bisa diukur dengan amat teliti seperti kadar pengetahuan dan

keterampilan, sementara sebagian lainnya berwujud perubahan yang

tidak kentara namun dramatis, seperti sikap emosi, perilaku sosial dan

berbagai reaksi lainnya.

Pembiasaan siswa memberikan pertanyaan atau menjawab

setiap pertanyaan yang diajukan guru, sebagaimana peneliti

mengamati di kelas IX-A yang aktif bertanya hanya gunawan dan Mulis

sedangkan di kelas VII-B Desi Eka Candrawati. Materi-materi yang

diberikan guru sebagian besar mencatat materi yang disampaikan guru,

siswa disuru bertanya jarang memberikan pertanyaan atau menjawab

pertanyaan terkecuali guru menunjuk baru mereka menjawab.

Dilihat dari nilai karakter siswa didalam kelas yaitu sopaii terhadap

guru contohnya guru menunjuk siswa menjawab pertanyaan, secara tidak

langsung menjawab dan me.iyuruh kede^n untuk menghapus papan

tulis, siswa tersebut langsung berdiri dan menghapus papan tulis.

Kemudian di waktu guru mulai masuk kelas

115
siswa semua mengucapkan salam kepada guru serta siswa

memakai pakaian yang rapi.

Selama penelitian melakukan pengamatan dalam pembelajaran

di kelas hanya beberapa guru saja yang memberikan contoh-contoh

kebaikan berupa nasehat yang di berikan guru kepada siswa saat

berada dalam kelas (data pengamatan Lapangan). Ada pun dialog

singkat peneliti dengan siswa kelas IX-C di bawah ini:

Peneliti: masuk di kelas IX-C menyampaikan salam "Asslamu


Alakum Wr.Wb. Siswa : menjawab "Waalaikummussalam
Wr.Wb Peneliti: peneliti langsung memperkenalkan diri. Saya minta
waktu
sedikit ya, adik-adik? Siswa : ya pak. Peneliti: adik-adik
selama mengikuti pelajaran IPS, apakah guru
sering menerapan karakter adik-adik atau semacam
menasehati dan kalu menasehat adik-adik seperti apa? Siswa
: ada pak, tetapi tidak semua guru IPS, mereka menasehati
hanya sum belajar supaya jadi orang baik-baik, membantu
orang tua di rumah, jang lupa shalat hanya itu saja pak.
Peneliti: saya tanya satu pertanyaan lagi boleh? Siswa : ya Pak
dengan bersama-sama Peneliti: bagaiman guru IPS awal masuk di
kelas, apakah adik-adik
di suru baca Al-Fatiha atau disurat lainya? Siswa : di suruh
tapi hanya Pkn, agama, dan seni budaya yang sering
menyuruh kita pak dan mata pelajaran lain hanya salam saja
pak. Peneliti: trimaksih ya adik-adik (Asslamu
Alakum Wr.Wb) Siswa : ya pak (Waalaikum Wr.Wb)

Dengan dialog diatas menunjukan bahwa guru IPS dalam belajar

mengajar di kelas sudah mulai nampak proses pembelajaran karakter

terhadap siswa, yang dilihat dari bersalaman setiap masuk di kelas,

menasehati dan lainya.

116
Dari aspek penilaian pendidikan karakter di kelas yaitu cara

penilain dilakukan oleh guru IPS dengan mengadakan tes tertulis dan

tanya jawab langsung kepada siswa dalam proses belajar mengajar.

Hal ini untuk mengetahui pemahaman prilaku dan pengalaman siswa

sehari-hari di kelas.

Menurut Hamzah B. Uno (2008: 59) kemampuan karakter siswa

di defenisikan tujuh perolehan penilaian yaitu (1) pengetahuan

bermakna tidak terorganisasi, sebagai tempat mengaitkan pengetahuan

hafalan (yang tidak bermakna) untuk memudahkan retensi, (2)

pengetahuan analogis, yang mengaitkan pengetahuan baru dengan

pengetahuan lain yang amat serupa, (3) pengetahuan tingkat yang

lebih tinggi, yang dapat berfungsi sebagai kerangka bagi pengetahuan

baru, (4) pengetahuan setingkat, yang dapat memenuhi fungsinya

sebagai pengetahuan asosiatif dan/atau komparatif, (5) pengetahuan

tingkat yang lebih rendah, yang berfungsi untuk mengkonkritkan

pengetahuan baru atau juga menyediakan contoh-contoh, (6)

pengetahuan dan pengalaman yang memiliki fungsi pengetahuan yang

lebih rendah, (7) strategi kognetif, yang menyediakan cara-cara

mengelolah pengetahuan baru.

Berkaitan dengan karakter siswa diatas akan diskripsikan prilaku

beberapa siswa yang dijadikan fokus pengamatan peneliti yaitu

pertama adalah prilaku siswa yang sebagian aktif mengajukan

pertanyaan di kelas dan setiap pertemuan siswa itu sering bertanya,

117
dari sisi penampilan siswa sudah cukup bagus sopan, yang bagi

perempuan dan laki-laki seragamnya serasi sangat sesuai dengan aturan

sekolah, kedua sikap siswa terhadap mata pelajaran seperti siswa

bermotifasi belajar contohnya setiap diberikan tugas mereka bertanggung

jawab mengerjakannya, kesungguhan siswa ketika guru menerangkan

didepan kelas, walaupun sebagian kecil orang yang bertanya tetapi sangat

antusias mendengarkannya.

4) Sikap Guru dan Prilaku Individu

Percaya bahwa individu mampu menjadi pembawaan guru dan harus

memiliki pemahaman counter cultural terhadap pendekatan adulturisme

sebagai mana terjadi dibanyak sekolah. Aduturisme adalah sebuah

keyakinan yang percaya bahwa anak-anak merupakan sosok yang belum

dewasa, oleh karena itu prilaku individu masih diproses dalam pembelajar

karakter di sekolah. Prilaku individu siswa maupun guru yang terdapat di

SMP Muhammadiyah 1 Kota Ternate merupakan kemampuan yang harus

dimiliki seseorang untuk melakukan suatu tugas atau pekerjaan yang

didasari atas pengetahuan, keterampilan, sikap dan tingkah laku yang

berbeda karena didalam sekolah terdapat berbagai macam etnis dan kultur

yang berbeda juga.

Menurut Oemar Hamalik (2001: 180) adalah prilaku individu adalah

suatu kesatuan yang masing-masing memiliki ciri khasnya, satu dengan

yang lainnya ini dapat disebut sebagai suatu kepastian dan kenyataan.

Perbedaan individual dapat dilihat dari dua segi, yakni segi

118
horizontal dan segi vertikal. Perbedaan dari segi horizontal

setiap prilaku individu berbeda dengan individu lainnya dalam

aspek mental, seperti tingkat kecerdasan, abilitas, minat,

ingatan, emosi, kemauan dan sebagainya. Perbedaan dari segi

vertikal seperti bentuk, ukuran, kekuatan dan daya tahan tubuh.

5) Tanggung Jawab

Tanggung jawab berarti serius mengerjakan pekerjaan,

menjaga, melakukan sesuatu dengan sebaik-baiknya,

bertanggung jawab pekerjaan yang di tugaskan, dan lainnya.

Sedangkan tanggung jawab guru di SMP Muhammadiyah 1

Kota Ternate adalah untuk mimbingan siswa agar mereka

memperoleh keterampilan, perkembangan intelaktual,

membiasakan displin, dan menjalankan program sekolah

dengan baik. Hasil pengamatan peneliti yang menemukan

beberapa tanggung jawab guru dalam proses pembelajaran di

kelas, antara lain sebagai berikut: (1) merencanakan

menyediakan (Silabus dan RPP), dan menilai siswa dalam

pembelajaran sesuai dengan petunjuk, (2) disiplin mengajar,

artinya datang tepat waktu yang sesuai dengan jadwal

pelajaran, (3) merasa bertanggung jawab terhadap pembinaan

pendidikan karakter, (4) membantu siswa memecahkan

berbagai masalah di sekolah maupun di rumah, (5) menjalankan

program sesuai dengan kesepakatar. bersama, (6)

mengadakan hubungan dengan orang tua murid penuh saling

119
pengertian dan tanggung jawab secara kontinu dan berusaha

sedapat-dapatnya dan, (7) menaati tata tertib sekolah.

Menurut K. Bertens (2007: 135) tanggung jawab adalah tugas

organisasi sekolah yang dijalankan dengan baik dan jujur.

Sedangkan pengertian umum tanggung jawab adalah perbuatan

yang dilakukan seseorang, seperti tanggung jawab lembaga

sekolah, tanggung jawab diri sendiri kepada masyarakat luas dan

tanggung jawab kepada tuhan Yang Maha Esa.

e. Cara Penilaian Guru Dalam Penerapan Pendidikan

Karakter

Penilaian adalah istilah khusus yang digunakan untuk

menggambarkan aktivitas-kativitas yang dilakukan seorang guru

untuk memperoleh informasi tentang pengetahuan, keahlian,

sikap dan tingkah laku dari murid-muridnya. Pedoman penilaian di

SMP Muhammadiyah 1 Kota Ternate berdasarkan Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia nomor 19 tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan Bab IX pasal 63, dan pasal 64.

1) Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan

secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan,

dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian, ulangan

tengah semester, ulangan akhir semester.

2) Penilaian digunakan untuk: menilai pencapaian

kompetensi siswa, bahan penyusunan laporan kemajuan hasil

belajar dan memperbaiki proses pembelajaran.

120
3) Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran Agama dan akhlak

mulia serta kelompok mata pelajaran Kewarganegaraan dan

kepribadian dilakukan melalui pendidikan Karakter yaitu

a) Pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai

perkembangan afeksi dan keperibadian siswa.

b) Ujian, ulangan, dan/atau penugasan untuk mengukur aspek

kognitif siswa.

4) Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan

dan teknologi diukur melalui ulangan, penugasan, atau bentuk lain

yang sesuai dengan karakteristik materi yang dinilai.

5) Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran estetika dilakukan

melalui pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk

menilai perkembangan efeksi dan ekspresi psikomotorik siswa.

6) penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga

dan kesehatan dilakukan melalui:

a) Pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk


menilai perkembangan psikomotorik dan efeksi siswa.

b) Ulangan atau penugasan untuk mengukur aspek kognitif


siswa. (Dokumen Kurikulum SMP Muhammadiyah 1 Kota Ternate)

Dalam hasil pengamatan peneliti bahwa cara penilaian guru

terhadap siswa umumnya dilihat dari penilaian kognetif, afektif dan

psikomotorik, didasarkan pada pengamatan peneliti selama dilapangan

dan membandingkan penilaian guru masih banyak menggunkan penilaian

121
kognetif, sedangkan mata pelajaran IPS dan Pkn, agama dan

Kemuhammadiyaan sudah menggunakan aspek afektif yaitu meliputi

pengembangan nilai-nilai karakter contohnya menghargai guru tolong

menolong sesama teman yang sakit, cara berpakaian yang raping dan

datang tepat pada waktunya. Sedangkan penilaian ketrampilan

(psikomotorik) belum terlalu mendalam, selain mata pelajaran Budaya daerah

lebih cendrung penilaian ke psikomotorik yaitu siswa membuat kerajinan

contohnya membuat atribut Muhammadiyah, kerajinan daerah (bahasa

daerah disebut sosiru), membuat hiasan bunga untuk sekolah dan tempat

sampan.

Kemudian mata pelajaran Agama dan Pkn menggunakan cara lain yang

dilakasanakan dalam penilaian siswa adalah menilai hasil belajar dalam

penerapan pendidikan karakter di kelas dan di luar kelas. Penilaian kelas yaitu

kegiatan sehari-hari dilaksanakan siswa di kelas contohnya aktif

mengajukan pertanya, datang di kelas tepat waktu, bersikap baik pada

sesama selama berada didalam kelas dan sopan santun sedangkan di luar

kelas yaitu aktifitas siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler,

contohnya siswa mengikuti Tapak Suci, Hisbul Wathan dan mengikuti

kegiatan lomba atas nama sekolah.

Keberhasilan seorang guru dalam menilai karakter siswa seperti yang

disebutkan diatas. Maka beberapa hal menurut Sukardi adalah, guru dapat

memulai dari menghafal karakter para siswanya, seperti nama, alamat,

pengalaman sekolah, organisasi, hobi, pekerjaan orang tua dan

122
sebagainya. Nama-nama siswa perlu dihafal agar merasa dekat,

hal ini kemudian diamati agar kita lebih mengetahui karaktemya,

kemudan guru pun dapat memahami kondisi sosial ekonomi,

tingkah laku siswa dan lainya sebagainya. (Sukardi, 2010: 19)

Tabel 10 Contoh Cara Penilaian


Guru Agama Pada Karakter Siswa

No Nama Kedisiplinan Kebersihan Sopan Hubungan Ket


Siswa Santun Sosial
BS B K BS K B BS B K BS B K

Sumber: Ibu Mahani Assagaf tahun 2009

f. Kurikulum yang Mendukung Pendidikan Karakter

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan

mengenai tujuan isi dan bahan pelajaran serta cara yang

digunakan sebagai pedoman peyelenggaraan kegiatan

pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Kerangka dasar kurikulum adalah rambu-rambu yang ditetapkan

dalam peraturan pemerintah Repoblik Indonesia nomor 19 tahun

2005 tentang standar nasional pendidikan untuk dijadikan

pedoman dalam penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan

dan silabusnya pada setiap satuan pendidikan. Kurikulum tingkat

satuan pendidikan adalah kurikulum oprasional yang disusun

oleh dan dilaksanakan dimasing-masing satuan pendidikan.

Kurikulum sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti

kurikulum guru, serta sarana dan prasarana, dimana

keseluruhan faktor tersebut

123
saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Dalam

mengimplementasikan kurikulum terletak pada kepemimpinan kepala

sekolah, sikap guru, fasilitas belajar mengajar, serta intraksi dalam proses

belajar mengajar di kelas.

Kurikulum di SMP Muhammadiyah 1 Kota Ternate disusun tanpa

meninggalkan ciri khas sekolah Muhammadiyah seperti yang tercantum

dalam surat keputusan pimpinan pusat Muhammadiyah tentang Qaidah

pendidikan dasar dan menengah Muhammadiyah (Bab I pasal 3) yang

mengatakan pendidikan dasar dan menengah Muhammadiyah bertujuan:

Membentuk manusia muslim yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia,

cakap, percaya pada diri sendiri, berdisiplin, bertanggung jawab, cinta

tanah air, memajukan dan memperkembangkan ilmu pengetahuan dan

keterampilan, dan beramal menuju terwujudnya masyarakat utama, adil

dan makmur yang diridhai Allah Subhanahuwata'ala. Berdasarkan hal

tersebut diatas, maka menurut ungkapan kepala sekolah pada hari sabtu

pada tanggal 5 februari 2011, jam 10.00 WIT adalah

Dalam struktur kurikulum di SMP Muhammadiya 1 Kota Ternate, pada


dasarnya setiap mata pelajaran memuat materi-materi yang berkaitan
dengan karakter. Secara subtantif, setidaknya terdapat dua mata
pelajaran yang terkait langsung dengan pengembangan pendidikan
karakter, yaitu pendidikan Agama dan PKn. Kedua mata pelajaran
tersebut merupakan mata pelajaran yang secara langsung (eksplisit)
mengenalkan nilai-nilai karakter, dan sampai imlementasinya.
Mengimplementasikan nilai-nilai karakter terhadap siswa pada dua
matu-mata pelaj~ran di SMP Muhammadiyah mengarah pada nilai-
nilai didalam tingkah laku siswa sehari-hari yang melalui pembelajaran
di kelas maupun di luar kelas.

124
Pendidikan karakter di SMP Muahammadiyah 1 Kota

Ternate memiki kurikulum yang mendukung pendidikan karakter

adalah mata pelajaran kemuhammadiyaan, bahasa Arab, Muatan

lokal, Agama dan Pkn.

Kelompok kurikulum mata pelajaran pendidikan agama

Islam, kemuhammadiyahan dan bahasa arab dimaksudkan untuk

membentuk siswa menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa

kepada Allah SWT, berahklak mulia/berbudi pekerti luhur yang

tercermin dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa

dan bernegara, memahami, menghayati dan mengamalkan

ajaran agamanya, serta mampu menghormati paham agama

dan agama lain dalam rangka kerukunan intern dan antar umat

beragama, memahami kemuhammadiyahan, mampu berperan

serta dalam kegiatan persyarikatan Muhammadiyah, dan

memiliki kemampuan dasar berbahasa Arab.

Sedangkan pengembangan kurikulum mata pelajaran Pkn

dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran dan wawasan siswa

akan status, hak, dan kewajibannya dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta peningkatan

kualitas dirinya sebagai manusia. Kesadaran dan wawasan

termasuk wawasan kebangsaan, jiwa dan patriotisme bela

negara, penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia,

kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup, kesetaraan

gender, demokrasi, tanggung jawab sosial, ketaatan pada

hukum,

125
ketaatan membayar pajak, dan sikap serta perilaku anti korupsi, kolusi dan

nepotisme.

Kurikulum yang mendukung pendidikan karakter yang disebutkan diatas,

maka kerikulum tingkat satuan pendidikan dikembangkan oleh sekolah dan

komite sekolah dengan berpedoman pada standar kompetensi luiusan (SKL)

dan standar isi (SI) serta panduan penyusunan kurikulum tingkat satuan

pendidikan yang dibuat oleh BSNP dengan prinsip sebagai berikut:

1) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan

siswa dan dilingkungannya.

1) Beragam dan terpadu.

2) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.

2) Relevan dengan kebutuhan kehidupan.

3) Menyeluruh dan berkesinambungan.

4) Belajar sepanjang hayat.

5) Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.

Melaksanakan pendidikan karakter di SMP Muhammadiya 1 Kota Ternate

hams membuat strategi pembelajaran antara lain dengan cara-cara menjadikan

mata pelajaran sendiri sesuai dengan kurikulum nasional yaitu pendidikan moral

dan agama yang tergabung dalam mata pelajaran ISMUBA dan program

kegiatan ekstrakurikuler.

126
Kurikulum yang diterapkan di SMP Muhatnmadiyah 1 Kota Ternate

seperti yang disebutkan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kurikulum


tersebut telah dapat mengidentifikasi sejumlah kebutuhan yang diperlukan

di sekolah. Kebutuhan-kebutuhan tersebut antara lain: kebutuhan belajar

yang mengarah pada nilai karakter siwa dan petunjuk-petunjuk praktek

yang mempermudah dalam pengembangan pembelajaran nilai karakternya.

(dokumen KTSP SMP Muhammadiyah 1 Kota Ternate)

2. Implementasi Pendidikan Karakter di SMP Muhammadyah 1 Kota

Ternate. a. Peran Kepala Sekolah Dalam Implementasi Pendidikan

Karakter.

Kepala sekolah menjadi sala satu syarat penting sukses tidaknya

implementasi pendidikan karakter, karena kepala sekolah harus mampu

membimbing, mendorong, dan mengorganisasikan staf dengan baik.

Dukungan staf dan pihak terkait sangat penting dalam mengelola

perubahan, cara memperoleh dan mempertahankan dukungan yang

demokrasi, transparansi dan partisipatif dapat mendorong dan

meningkatkan kinerja para guru dan pegawainya untuk mencapai tujuan

sekolah yang telah di programkan, ini berarti kepala sekolah memainkan

peranan penting dalam menentukan arah, proses, dan hasil implementasi

penerapan pendidikan karakter di sekolah.

menurut Doni Koesoema (2010: 303-304) corak kepemimpinan

kepala sekolah mampu membawa setiap individu dalam lingkungan

127
pendidikan sekolah untuk dapat memiliki rasa saling percaya satu sama

lain bahwa tujuan pendidikan yang tercapai melaiui optimisme kepala

sekolah. Kepala sekolah adalah pendidik karakter dapat membawa

kemajuan dan meningkatkan potensi siswa dalam sekolahnya.

Kepemimpinan kepala sekolah yang perlu di perhatikan adalah

sebagai berikut: (1) kepemimpinan dalam sekolah akan membantu

meningkatkan prestasi siswa, (2) kepemimpinan kepala sekolah mesti

dipraktekan oleh kepala sekolah dan guru dalam penerapan karakter, (3)

ciri-ciri kepemimpinan yang berkarakter di sekolah maupun

dimasyarakat, (4) pemimpin berhasil di lingkungan pendidikan yang

multikultur.

sedangkan menurut Gene Klann (2007: 7) adalah perilaku

kepemimpinan menunjuk sebagian besar untuk mengendali keberadaan

orang lain yaitu aksi, komentar, sinyal nonverbal, dan lagak pribadi,

seperti pada umumnya sikap, kelakuan, dan comportment. Menyukai

siapapun selain itu, para pemimpin dapat berkelakuan dengan sangat

buruk atau mereka dapat mengendali diri mereka sendiri dengan baik dan

yang sesuai. Para pemimpin dapat membangun prilaku positif dan

negativ yang bersifat destruktif. Dimanapun mereka tayangkan, perilaku

mereka akan dipahami sebagai satu pemantulan dari siapa mereka itu.

Kepemimpinan kepala sekolah di SMP Muhammadiyah 1 Kota

Ternate, seperti peneliti mengamati sangat terbuka dan

mengomonikasikan persoalan-persoalan yang dihadapi sekolah dengan

128
para guru dan kariyawan tergantung dari masalah yang dihadapi, oleh

karena itu menyebabkan penyelesaian suatu masalah diputuskan bersama

sehingga menguntungkan semua pihak baik guru maupun kariyawan,

guru maupun kariyawan akan merasa memiliki tanggung jawab bersama

dalam melaksanakan tugas yang di emban. Menurut hasil wawancara

Taib Jen pada hari sabtu tanggal 12 februari 2011 jam 10.40 WIT

mengatakan bahwa:

Kepala sekolah selalu terbuka manajemennya dan setiap rapat


beliau selalu menanyakan tugas mengajar guru, dan selalu
menanyakan setiap masalah perilaku siswa yang kami hadapi
terkait dengan program, kepala sekolah terlebih dahulu
menyampaikan kepada kami untuk mempertimbangkan dan juga
kalu beliau dipanggil kepala dinas/PWM atau urusan dinas beliau
harus memberitahukan kepada kami, jadi kepala sekolah yang
sangat terbuka, itu yang membuat kami senang sekali dengan
beliau.

Peran kepala sekolah di SMP Muhammadiyah Kota Ternate selaku

pimpinan di sekolah tidak lepas dari program kerja kepala sekolah.

Secara umum program yang dilaksanakan meliputi pembangunan

sarana/prasarana dan program pelaksanaan yaitu proses belajar mengajar

(PBM). Menurut ungkapan kepala sekolah pada hari rabu tanggal 2

maret 2011, jam 11.35 WIT.

Implementasi pendidikan karakter sudah dilaksanakan sejak saya


masuk tahun 2004-2005 melalui kegiatan intrakurikuler (PBM) dan
ekstrakurikuler, tetapi waktu itu bersalaman, shalat berjamaah
belum optimal tidak seperti sekarangan ini. Pada saat ini sudah
nampak pendidikan karaktc siswa, seperti saya sampaikan
sebelumnya. Ketika saya menjadi kepala sekolah, program yang
saya lakukan pertama adalah displin. Dan proses belajar mengajar
disetiap pertemuan selalu saya tekankan untuk menanamkan
karakter siswa dengan mata pelajaran yang mereka ampuh.

129
Kepala sekolah dalam mengimplementasi pendidikan karakter

selalu mengarahkan guru, pegawai dan siswa mulai bersalaman, displin,

mengukuti Shalat berjamaah, Baca tulis Al-Qur'an (BTA) yang diawasi

oleh guru, kegiatan rutin dalam bulan puasa dan kegiatan lain yang

mendorong karakter siswa maupun guru. Kemudian karakter kepala

sekolah di SMP Muhammadiya 1 Kota Ternate, seperti ungkapan siswa

kelas IX-C pada hari selasa tanggal 8 maret 2011, jam 10.15 WIT.

Kepala sekolah cukup baik, tidak galak, kepala sekolah selalu


memberi arahan nasehat kepada kami, memberikan kesempatan
kepada kami untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler seperti lomba-
lomba poisi, percakapan bahas inggris, olahraga, pramuka, dan tapak
suci, kalau kami salah atau melanggar aturan sekolah beliau tidak
marah, paling-paling kepala sekolah memanggil guru lain untuk
mengurus kami, sedangkan kami terlambat bayar SPP selama tiga
bulan paling tidak di tanya dan sum orang tua datang menghadap
kepala sekolah.

Kepala sekolah berperan mengendalikan dan pembinaan para guru

dalam pembelajaran. Adapun tugas dan fungsi kepala sekolah adalah

sebagai berikut: Merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan,

mengkoordinasikan, dan mengevaluasi selumh proses pendidikan di

sekolah antara lain:

1) Mengatur proses balajar mengajar


2) Menyusun programa tahunan, semester, berdasakan pendidikan.
1) Menyusun jadwal pelajaran sesuai dengan kondisi dan
kelengkapan gum serta membagi dan menetapkan jenis mata
pelajaran yang dianjurkan/bidang pengajaran dan keterampilan.
2) Mengkoordinir pelaksanaan program satuan pelajaran, jurnal
pembelajaran (teori dan peraktek) sesuai dengan tuntutan kurikulum
yang berlaku

130
5) Mengevaluasi kegiatan belajar mengajar sesuai
dengan jadwal yang ditentukan dengan kalender pendidikan
yang berlaku
6) Merencanakan jenis kriteria pelaksanaan tes
(Ulangan harian, ulangan semester, dan ujian Nasional)
7) Penyusunan norma dan kriteria penilian sesuai
dengan kurikulum yang berlaku
5) Menentukan syarat-syarat kenaikan kelas dan kelulusan
6) Pemeriksaan hasil belajar siswa setiap akhir semester.
7) Menyusun diskripsi tugas
8) Mengatur ketertiban sekolah secara keseluruhan
9) Mengatur administrasi sekolah
10) Mengatur administrasi siswa
11) Mengatur administrasi pegawai
12) Mengatur administrasi perlengkapan
13) Mengatur administrasi keuangan
14) Mengatur hubungan dan kerjasama dengan masyarakat
8) Menerima dan menetapkan kebijakan berdasarkan
informasi yang diterima atas azas kekeluargaan
15) Melaksanakan program 7K
16) Menyelesaikan masalah-masalah sekolah
17) Membuat pencatatan lengkap untuk arsip/dokumen sekolah
(Sumber data Majelis pendidikan dasar dan menengah Pimpinan
daerah Muhammadiyah Kota Ternate,tahun 2010).

b. Guru Menanamkan Implementasi Pendidikan Karakter.

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama

mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,

menilai, dan mengevaluasi siswanya. Guru merupakan key

persons dan ujung tombak yang menentukan tingkat keberhasilan

implementasi pendidikan karakter

131
didalam kelas maupun di luar kelas. Oleh karena itu, guru harus memiliki

dan menguasai metode belajar dan bertanggung jawab dalam

merencanakan program pembelajaran. Hal ini diungkapan seorang siswa

tentang guru dalam proses pembelajaran karakter di kelas yaitu

Guru mengajarankan kami mudah mengerti terutama pelajaran IPS


karena IPS itu materi hafalan dan guru selalu menggunkan metode
tanya jawab jadi cepat mengerti, dan guru mengajar bikin kita tertawa
yang terkait dengan pembinaan karakter setiap masuk di kelas kami
disuru membaca Al-Fatiha, surat Al-Asri dan doa menuntut ilmu, tetapi
sebagian guru tidak menyuruh, sedangkan mata pelajaran
kemuhammadiyaan kami kurang suka karena materinya moton, bikin
kita cepat ngantuk.

Guru sebagai pendidik profesional yang memiliki" tugas begitu banyak

terkait dengan kegiatan dinas maupun pengambdian untuk mendidik siswa,

dengan kesabaran mendidik prilaku siswa tidak baik menjadi baik, mereka

merubah prilaku yang dulunya tidak sopan, tidak beramanah dan sampai hal

itu menjadi baik, hal itu kemudian peneliti mengamati di sekolah SMP

Muhammadiyah 1 Kota Ternate menunujukan siswa menanamkan prilaku

sopan santun terhadap guru dan orang lain termasuk peneliti sudah cukup

baik.

Ini menunjukan guru mampu menanamkan karakter pada siswa, maka

di perlukan sosok guru berprilaku baik dan mampu melaksanakan tanggung

jawabnya seperti menurut Murqon Hidayatullah (2010: 30) yaitu (1), guru

berprilaku menarik, terutama tanpak pada penampilan wajah yang berseri-

seri, selalu tersenyum setiap bertemu dengan muridnya. Kondisi ini

mencerminkan karakter guru yang memiliki pribadi yang baik, (2) mampu

berkomunikasi dengan baik. Ucapannya

132
enak di dengar, jelas (pesan tersampaikan dengan tepat), menyejukkan,

memotivasi, dan memberikan inspirasi, walaupun dalam konteks tertentu

guru bisa berkata tegas, (3) semua aktifltasnya dilaksanakan dengan

sepenuh hati. Perasaan dan emosi, bahkan secara spritual guru

melibatkan diri secara penuh dalam melaksanakan tugas pendidikannya, (4)

selalu memberikan pelayanan maksimal. Guru selalu peduli dan proaktif

dalam memberikan pelayanan kepada siswanya.

Pengertian diatas menunjukan guru harus mengenal karakter

internal maupun ekseternal siswa. Internal siswa yaitu keadaan karakter

dalam diri siswa itu sendiri, sedangkan kondisi eksternal yaitu keadaan

lingkungan diluar belajar siswa, dengan keadaan seperti ini guru salalu

mengontrol siswa dalam aktifitasi kesehariannya. Kedua hal tersebut

sangat besar sekali pengaruhnya terhadap keberhasilan guru dalam

menerapkan karakter siswa melalui proses belajar mengajar, karena

keberhasilan karakter siswa dalam pembelajar sebagai bagian utama

peran guru yang tidak lepas dari metode pembelajaran yang digunakan.

Salah satu metode pembelajaran guru adalah metode monoton dan

tanya jawab. Metode Tanya jawab dengan cara bahwa guru memberikan

materi seperti dipersilahkan siswa bertanya dengan guru, dengan cara ini

juga menarik perhatian siswa agar konsetrasi materi yang disampaikan

guru. Sedangkan metode diskusi kelompok selain peneliti mangamati tidak

semua guru mata pelajaran IPS melakukannya. dengan metode ini penilaian

mempermudah implementasi pendidikan karakter siswa dalam

133
pembelajaran di kelas, dan menilai kemampuan siswa dalam

keaktifan belajar.

Guru memiliki peran penting dalam tanggung jawab

menjalankan tugas mengajar yang tidak mengenal lelah serta

ikhlas dalam menjalankanya, menurut Sjarkawih (2006: 60) guru

harus berperan sebagai pembelajar sekaligus sebagai pendidik,

dan melaksanakan pembelajaran untuk mengubah cara siswa

memandang dirinya sendiri dan makhluk insani lain, sistem sosial

dan struktur masyarakat kearah yang sesuai dengan tujuan

pendidikan. Jika berhasil, pembelajaran akan mampu mengubah

cara berpikir moral siswa sehingga siswa mampu berkompetisi

didunia IPTEK, bertanggung jawab, dan penuh perhatiar. pada

semuanya. Untuk itu, guru perlu menciptakan persyaratan,

meletakkan moral yang baik, dan menyediakan kesempatan

interaksi antar guru dan siswa secara terus-menerus dalam

berbagi pengalaman dan pengetahuan.

Guru dalam mengembangkan implementasi pendidikan

karakter siswa berperan sebagai instruktur, fasilitator dan

kolaborator. Sebagai instruktur guru memberikan tugas atau

perintah kepada siswa untuk mengimplementasikan pendidikan

karakter. Sebagai fasilotator guru membantu dan membimbing

siswa dalam mengimplementasikan nilai-nilai pendidikai. karakter

dan sedangkan kolaborator guru bergabung atau mengikut

sertakan bersama siswa melaksankan kegiatan-kgiatan yang

134
mendukung implementasi pendidikan karakter contohnya tadarusan

bersama, Hisbul Wathab dan Tapak Suci

Tabel 11 Kompetensi
Profesionalisme Guru

No Jenis Jumlah uru yang telah


pengembangan mengikuti
kompetensi kegiatan pengembangan
kom petensi/profesionalisme
Laki-laki Perempuan Jumlah
1. Penataran metode 1 1
pembelajaran (termasuk
CTL)
2. Penataran karya tulis ilmiah 2 2
3. Sertifikasi profesi/kompetensi 2 4 6
4. Penataran lainnya.

Sumber: Dokumen guru dan pegawai tahun 2010

Guru mengimplementasikan pendidikan karakter dalam kegiatan

intrakurikuler dan ekstrakurikuler di sekolah seperti menurut hasil

wawancara Hj. Endang pada hari senin tanggal 7 februari 2011 jam 10. 55

WIT.

Pendidikan karakter melalui kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler,


kita menjalankan sesuai dengan kesepakatan dalam program kerja
sekolah dan kami diutus untuk mendampingi kegiatan seperti tapak
suci, pramuka (Hisbul Watan) dan shalat berjamaan juga kami
mendampingi shalat berjamaah bersama dan Baca tulis Al-Qur'an
(BTA). Selain itu dalam bulan puasa kami bersama siswa mengikuti
pesantrin kilan dan tadarusan.

Proses guru mengembangkan pendidikan karakter kepada siswa di

sekolah mengalami peningkatan yaitu dilihat dari nilai mata pelajaran

khusus agama, IPS, kemuhammadiyaan dan Pkn seperti dilihat tabel di

bawah ini:

135
Tabel 12 Prestasi Akademik Nilai
Ujian Sekolah

No. Mata Pelajaran Rata-rata US


2007/2008 2008/2009
1. Agama 6.95 7.22
2. PKn 6.18 7.00
3. IPS 6.33 7.25
6. Kemuhammadiyahan 6.98 7.18
Sumber: Dokumen Profil sekolah SMP Muhammadiyah tahun 2010

Guru mengimplementasikan pendidikan karakter di sekolah melalui

beberapa kegiatan keagamaan seperti Shalat dzuhur berjamaah, baca tulis

Al-Qur'an (BTA), Arissan dengan ceramah keagamaan, bersalaman

sesama siswa, mendapingi siswa dalam kegiatan keagamaan, dan

kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan tersebut sangat efektif untuk

menanamkan nilai kebersamaan, kesadaran dan keyakinan terhadap

ajaran agama Islam.

Kesadaran diri merupakan salah satu indikator dari implementasi

pendidikan karakter yang ditanamkan oleh guru. Menurut wawancara

kepala sekolah pada hari selasa tanggal 8 maret 2011, jam 08.15 WIT

bahwa:

Kepedulian nilai-nilai karakter terhadap sesama sudah ditanamkan


oleh siswa maupun guru, seperti menaati tata tertib, disiplin, merasa
tanggung jawab, dan kalau guru melanggar tata tertib yang sudah
disepakati maka saya menegurnya sampai tiga kali teguran, dan kalau
mereka tidak menaati juga, saya buat surat dalam bentuk teguran dari
kepala sekolah langsung tembusan ke wilayah dan ke dinas
pendidikan.

Peran guru sangat penting dalam pembentukan karakter siswa

melalu implementasi pendidikan karakter. Pembahasan dari setiap

pernyataan membuktikan implementasi pendidikan karakter telah

136
dilaksanakan baik melalui kegiatan ekstarkurikuler maupun

intrakurikuler.

Peneliti mengamati dalam pembelajaran guru IPS pada khususnya

guru wali kelas suda menanamkan pendidikan karakter siswa seperti

sudah disebutkan sebelmunya. Dan juga guru bertanggung jawab

bimbingan konseling yaitu membantu siswa dalam pembelajaran

contohnya siswa kurang minat belajar.

Tabel 13
Pembagian Tugas Guru Bimbingan Konseling (bk)
dan Kegiatan Pembiasaan SMP Muhammadiyah 1 Kota Ternate
Tahun pelajaran 2010/2011

No Nama guru Jabata Tugas bimbingan ke


n t
1. Hj. Mahani Assagaf, S.PdI. Guru Koordinator BP/ BK
NIP. 19610815 199103 2
004
2. Nailul Author, Guru Koordinator
S.PdI NIP. - kegiatan
pembiasaan
3. M. Zen N. Guru Pembantu BP/BK
Imam NIP. -

Sumber: Diskripsi guru dan pegawai tahun 2010

Guru mempunya tugas dan tanggung jawab dalam pembelajaran karakter anak

merupakan sangat penting yaitu, (1) guru harus memahami dan melaksanakan

kurikulum sekolah serta menguasai pelajaran yang di berikan, (2) guru harus

memiliki daftar dan jadwal mengajar, (3) guru harus membuat persiapan program

pembelajaran harian (peiungkat pembelajaran) harian, mingguan dan semester, (4)

guru wajib memberikan ulangan harian sekurang-kurangnya tiga kali setiap

137
semester, (5) guru wajib ikut berusaha menyelamatkan

perkembangan kehidupan karakter siswa, dari tindak kriminal

berupa perkelahian (tawuran) dan penyalagunaan narkoba, (6)

guru wajib mengutamakan tugas dan kewajiban sekolah dimana

ia menjadi guru tetap, (7) guru wajib menjadi contoh

pengembangan karakter yang baik dan dapat diteladani dalam

tingkah laku, tutur kata dan penampilan, (8) guru wajib

melaksanakan tugasnya dengan tertib, rapih dan penuh tanggung

jawab, (9) guru wajib menjunjung tinggi nama dan martabat

profesinya, (10) guru wajib menjunjung tinggi visi dan misi

sekolah.

Guru mempunyai tugas pokok melakukan proses

pembelajaran di sekolah, disamping mempunyai tugas lain yang

telah ditunjuk oleh kepala Sekolah. Adapun tugas dan tanggung

jawab guru dalam mata pelajaran adalah sebagai berikut:

1) Membuat program pembelajaran (program

tahunan/program semester)

2) Membuat perangkat pembelajaran (Silabus dan RPP)

3) Mengkoordinir batasan pembelajaran pada setiap tatap muka

4) Membuat satuan pembelajaran (jurnal)

5) Membuat pendataan siswa setiap jenjang kelas

yang dilakukan pembelajaran

6) Melakukai. praktek sesu.: dengan sarana yang tersedia

7) Membuat laporan kapada wali kelas tentang hasil

kemajuan dan kemunduran siswa setiap akhir pokok

bahasan
138
8) Menyusun perangkat tes yang telah dipublikasikan secara

terpadu, terencana dan dapat di pertanggung jawabkan

9) Membuat kisi-kisi soal

10) Membuat media belajar yang relevan

11) Membuat dan menyusun referensi buku yang dapat dipakai

dalam PBM

12) Mengelolah kelas secara baik

13) Menguasai metodologi yang tepat, jelas dan terorganisir

14) Melakukan pengelolaan administrasi kelas

15) Mengelolah hasil ulangan secara baik profesional

16) Melaksanakan tugas ekstrakurikuler yang tepat, efektif dan efisien

c. Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Kegiatan

Ekstrakurikuler

Ekstrakurikuler dapat diartikan sebagai kegiatan pendidikan yang

dilakukan diluar jam pelajaran dengan tatap muka. Kegiatan tersebut

dilaksanakan didalam atau di luar lingkungan sekolah dalam rangka

memperluas pengetahuan, meningkatkan keterampilan, dan

menjinternalisasi nilai-nilai atau aturan-aturan agama serta norma-norma

sosial baik lokal, nasional, maupun global.

Kegiatan ekstrakurikuler di sekolah SMP Muhammadiyah 1 Kota

Ternate merapakan tuntutan dalam kurikulum dan sebagai penunjang

kegiatan ekstrakurikuler, akan tetapi kegiatan ekstrakurikuler mempunyai

makna yang amat strategis bagi keberlangsungan pembinaan yang

139
dilakukan di sekolah, seperti kegiatan tadarusan, praktek shalat,(Khusus

mata pelajaran agama) pengajian oleh ibu-ibu dan kegiatan siswa di

sekolah, yaitu tapak suci, shalat berjamaah, pramuka dan kegiatan lainya

yang dapat mempengaruhi pendidikan karakter siswa. Hal ini di

ungkapan Ibu Mahani Assagaf pada hari rabu pada tanggal 2 maret 2011,

09.00 WIT seperti berikut:

Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan diluar mata


pelajaran dan dalam rangka untuk membantu pengembangan siswa
sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui
kegiatan tapak sucu, pramuka, tadarusan dan lainnya. Kami
mengharapkan dengan adanya kegiatan ini, siswa mampu
mengambil makna dan pengalaman diluar dari perhbelajaran di
kelas sehingga mengimplementasikan nilai karakter dilingkungan
masyarakat dan orang tuanya.

Jadi ekstrakurikuler menurut Triatmanto (2009: 193) potensi, bakat

dan minat siswa, serta tumbuhnya kemandirian dan kebahagiaan siswa

yang berguna untuk diri sendiri, keluarga dan masyarakat dapat

dikembangkan dalam kegiatan ekstrakulikuler. Implementasi pendidikan

karakter dalam kegiatan ekstrakurikuler yang dinilai sangat strategis

diharapkan dapat berfungsi sebagai berikut:

1) Pengembangan yaitu: kemampuan dan kreativitas peserta didik

dapat dikembangkan sesuai dengan potensi, bakat dan minat mereka.

2) Sosial yaitu: kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial peserta

didik dapat kembangkan.

140
3) Rekreasi yaitu: pengembangan suasana rileks, mengembirakan

dan menyenangkan bagi peserta didik yang menunjang proses

perkembangan.

4) Persiapan karir yaitu: pengembangan kesiapan karir peserta didik.

d. Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah

Secara umum pendidikan karakter yang dilaksanakan di sekolah sudah

berjalan cukup baik dalam hasil penerapan pendidikan karakter dapat

dirasakan langsung ketika peneliti berada dilingkungan sekolah, contohnya

siswa sudah terbiasa bersalaman dan berjabat tangan kepada siapapun yang

berada dilingkungan sekolah termasuk peneliti, dan juga kegiatan tapak suci,

baca tulis Al-Qur'an (BTA), sedangkan kegiatan bulan puasa siswa

diwajibkan mengikuti pesantrin kilat, tarawih bersama dengan guru di isi

dengan ceramah keagamaan.

Menurut ungkapan Bapak Taib Jen di ruangan kerjanya pada hari sabtu

tanggal 12 februari 2011, jam 10.15 WIT, " dalam rangka kegiatan keagamaan

ini untuk mendekatkan diri kita kepada Allah, dan menjaukan diri dari hal-hal

yang tidak baik. serta memperkuat tali persaudaranan guru dan siswa di

sekolah dengan baik".

Implementasi pendidikan karaskter siswa sebagian besar sudah

mampu menjalankan ibadah shalat berjamaah dengan baik dan tertib,

mengikuti kegiatan Tapak Sici dan Hisbul Wathan dengan cukup baik/tertib

dan sampai di rumah dapat dirasakan sebagian orang tua,

141
seperti peneliti mewancarai orang tua dari siswa Asrul Moloku pada hari

jumat malam tanggal 18 februari 2011, jam 17. 20 WIT.

Anak saya setiap pergi kesekolah harus memberi salam, pulang


sekolah juga memberi salam, anak saya pulang dari sekolah tidak
pernah main-main dilingkungan masyarakat, tetapi membantu
orang tua di rumah sampai tiba waktu shalat magrib dia berangkat
shalat dan menunggu sampai waktu shalat isyah kebutulan mesjid
tidak jauh dari rumah, selesai shalat isyah belajar tanpa saya
menyuruh, dan kalu dia berangkat ke sekolah maupun pulang selalu
selalu memberi salam kepada orang tua.

Implementasi pendidikan karakter didalam kelas membiasakan

membaca surat Al-fatiha, surat Al-Asri dan surat lainnya, menghargai

guru dalam kelas, siswa sopan dalam cara berpakaian^ serta tingkat

kepatuhan siswa terhadap tata tertib sekolah yang sudah disepakati, tetapi

ada sebagian siswa laki-laki yang melanggar aturan atau tata tertib tetapi

peneliti mengamati jumlahnya sangat sedikit.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar

perilaku siswa di SMP Muhammadiyah 1 Kota Ternate sudah

mencerminkan perilaku atau karakter yang sudah cukup baik.

Kesimpulan ini didasarkan beberapa indikator diatas misalnya kebiasaan

siswa untuk bersalaman bertemu dengan guru, kepala sekolah dan

kariyawan maupun tamu dan bahkan peneliti.

Permasalahan diatas ditinjau dari pendidikan karakter yaitu

tindakan yang merupakan hasil dari keputusan secara sadar, dalam

melakukan tindakan tersebut selaras dengan keyakinan pada siswa atau

sesorang yang harus melakukan, kewajiban seseorang itu benar dan baik

142
adalah yang tidak melanggar hukum dalam arti secara universal

diatur oleh alam kehidupan manusia dalam masyarakat.

Implementasi pendidikan karakter dalam suatu sistem

pendidikan adalah keterkaitan antara program pembelajaran di

sekolah yang mengandung nilai-nilai karakter, dapat dilakukan

siswa sehari-hari di sekolah khusunya di SMP Muhammadiyah 1

Kota Ternate atau saling berhubungan antara siswa dengan guru,

guru dengan kepalas sekolah.

Peneliti menyimpukan hasil observasi dan pengamatan

lapangan serta wawancara. Bahwa implementasi pendidikan

karakter di SMP Muhammadiyah 1 Kota Ternate adalah

digambarkan di bawah ini:

Intrakurikuler Ekstrakurikuler

Shalat IMPLEMENTASI
Berjamaa PENDIDIKAN
h KARAKTER DI SMP Bersalama
MUHAMMADIYAH n
1 KOTA TERNATE

Baca Tuhs Al- Tata Tertib & Visi &


Qur'an Misi

143
e. Faktor Pendukung dan Penghamabatan Implementasi

Pendidikan Karakter

Perjalanan pendidikan tentu akan menemukan adanya faktor-

faktor yang menjadi pendukung dan faktor-faktor yang menjadi

penghambat. Adanya faktor pendukung sudah tentu dampak

positif karena akan sangat membentuk pencapai tujuan proses

pendidikan, sedangkan faktor penghambat adalah faktor yang

sedapat mungkin hams diatasi dan dicarikan solusi, agar tidak

menggangu proses pendidikan begitu juga dalam pelaksanaan

implementasi pendidikan karakter di SMP Muhammadiyah 1

Kota Ternate. Hasil penelitian ini dilakukan ada beberapa faktor

yang menjadi pendukung dan faktor yang menjadi penghambat

seperti penjelasan di bawah ini:

1) Faktor Pendukung Implementasi Pendidikan Karakter

Faktor pendukung meliputi faktor intern dan ekstern,

faktor intern meliputi kultur sekolah dan pembinaan pendidikan

karakter di SMP Muhammdiyah 1 Kota Ternate, sedangkan

faktor ekstern merupakan hubungan luar sekolah.

Faktor intern, pertama peraturan tata tertib, kultur sekolah

dan pembinaan karakter siswa. Sedangkan warga sekolah

melanggar tata tertib dan tidak disiplin akan mendapatkan

sangsi sesuai dengan aturan yang disepakati, kedua

dukungan dan kerja sama yang baik antara kepala sekolah

dengan staf beserta kaur lainnya dalam mendukung program

kerja sekolah, ketiga otonomi sekolah dalam

144
mengelolah dan membuat keputusan, kelima pembinaan

pendidikan karakter siswa merasa senang dan nyaman dan,

keenam dukungan orang tua murit sangat baik.

Keberhasilan sekolah di SMP Muhammadiyah 1 Kota

Ternate dalam menentukan kebijakan sendiri, mengatur,

merencanakan program dalam segala hal sesuai dengan

kebutuhan sekolah.

Faktor eksternal adalah kerja sama pihak sekolah dengan

pihak luar dan masyarakat sekitarnya. Faktor pendukung

dalam pemberdayaan guru perlu dikembangkan dan

dipertahankan oleh kepala sekolah atau warga sekolah, cara

mempertahankan daya dukung tersebut adalah

pengembangan kerja sama kepala sekolah dengan guru. Daya

dukung tersebut menunjukan kepala sekolah SMP

Muhammadiyah 1 Kota Ternate sangat transparansi program

terhadap guru dan kariyawannya. Selain itu, orang tua siswa

sangat mendukung program penerapan karakter yang

menghasilkan sekolah yang berkarakter Islami.

Selain itu, di SMP Muhammadiyah 1 Kota Ternate

secara geografis yang kedudukannya sangat strategis atau

berada di ujung ujung kota, oleh karena itu telah ditunjuk

sebagai sekolah binaan Penyiaran Televisi Edukasi dalam hal

membantu pembinaan pembelajaran di kelas, maka hal ini

membuat seluruh komponen satuan pendidikan termasuk

stakeholder senantiasa berusaha untuk

145
selalu bekeija sama dalam memenuhi dan melengkapi sarana dan

prasarana pembelajaran pendidikan.

Dukungan yayasan, dalam hal ini Majelis Dikdasmen

Muhammadiyah memberikan apresiasi positif terhadap

pengembangan pendidikan karakter di sekolah, memprogramkan

materinya bernuansa Islami pada pengembangan karakter, hal ini

ungkapan Pimpinan Muhammadiyah Maluku Utara Bapak Jafar Umar

pada haru senin tanggal 7 maret 2011, jam 19.15 WIT

Kami memberikan otonomi untuk menjalankan program


sekolahnya, kalau menurut kepala sekolah Bagus silahkan
menjalankan, seperti penerapan pendidikan karakter itu, kami
sangat setujuh karena keberhasilan penerapan pendidikan
karakter siswa di SMP Muhammadiyah 1 Kota Ternate
sebagai bagian gerakan sosial keagamaan, yang telah
membawa pengaruh yang besar tidak saja terbatas pada siswa
saja tetapi juga dapat dirasakan oleh masyarakat dan
keluarganya.

2) Faktor Penghambat Implementasi Pendidikan Karakter

Pembelajaran di sekolah dengan pendekatan implementasi

pendidikan karakter di SMP Muhammadiyah 1 Kota Ternate pada

umumnya, sudah dapat dilaksankan namun masih terdapat beberapa

hambatan/kendala dalam menunjang pembelajaran pendidikan

karakter diantaranya sebagai berikut: a) Sarana dan prasarana

Selain itu SMP Muhammadiyah 1 Kota Ternate masih memiliki

sejumlah permasalahan diantaranya masalah sarana dan

prasarana yang belum lengkap seperti ruang multimedia, ruang

Laboratorium

146
IPA serta Perpustakaan sekolah yang belum representativ, begitu

pula perangkap computer yang masih kurang dalam menunjang

kegiatan belajar pada mata pelajaran IPA, peralatan-peralatan lain

walaupun memang ada tetapi beberapa peralatan yang sudah rusak,

ruang belajar beberapa diantaranya perlu diperbaiki. Ruang

kesenian dapat dijadikan daya tarik tersendiri bagi calon siswa

baru, tetapi sampai sekarang belum terealisasi di sekolah. Sekolah

memiliki fasilitas seperti Musalla yang masih sederhana dan ruang

belajar juga masih terbatas padahal siswa dalam jumlah yang

banyak. Hal ini di simpulkan bahwa, sarana dan prasarana SMP

Muhammadiyah 1 Kota Ternate belum cukup.

b) Dana dan Pembiayaan

Selama ini dana yang di perlukan untuk pengembangan sarana dan

prasaran dalam hal ini tempat pengajian dan life skills masih

ditanggung oleh sekolah walaupun ada bantuan dana dari

pemerintah tetapi minimnya bantuan dana, faktor dana ini secara

tidak langsung berakibat pada ketercapaian pelaksanaan program

pendidikan karakter yang tidak maksimal dan juga kelancaran

proses penyelenggaraan penuidikan di sekolah.

c) Program Pembelajaran

Dibuluhkan waktr yang cukup lama dapat melihat hasil dari

pelaksanaan program pendidikan karakter dan life skills, begitu juga

dalam proses pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas

147
karena alokasi waktu yang ditentukan dirasakan masih kurang

khususnya pelajaran IPS, akan tetapi kecil kemungkinan untuk

menambah aloksi waktu yang ada sehingga yang dilakukan adalah

kreativitas dan kemampuan melakukan inovasi terhadap metode

pada proses pembelajaran, metode mengajar sebagian guru yang

masih kurang kreatif dan inovasi, juga pelaksanaan kurikulum mata

pelajaran yang berhubungan dengan karakter masih sebagian

dilakukan sehingga belum semua mengimplementasikan

pendidikan karakter. d) Pembinaan Karakter

Tidak semua guru atau kariyawan menjadi contoh pembinaan

karakter siswa dan bahkan guru kurang aktif membantu kegiatan

pembinaan karakter siswa terutama kegiatan ekstrakurikuler dan

intrakurikuler. Contohnya tidak semua guru mengikuti shalat

berjamaah dimesjid, tentunya dapat menjadi contoh bagi siswa.

Dan juga guru sebagian melakukan pembinaan karakter siswa

masih sangat rendah yang hanya peduli beberapa guru saja. Latar

belakang karakter siswa yang tidak sama, maka siswa

membutuhkan perhatian penuh dari pihak sekolah untuk membina

karakter anak tersebut, pembinaan karakter masih sangat kurang,

karena sebagian siswa malas belajar dan mengikuti kegiatan

sekolah termasuk sebagian guru malas memberikan pembinaan

karakter sehingga lingkungan sekolah hanya ngobrol. Budaya

148
malas guru ini juga mengakibatkan lambatnya pengembangan

karakter anak di sekolah. e) Buku Penunjang

Kurang buku-buku penunjang terutama panduan pendidikan

karakter dan untuk buku keagamaan dikatakan sudah sangat

maksimal sehingga guru agama tidak lagi repot mencari buku.

f. Hasil yang Dicapai Pendidika Karakter di SMP Muhammadiyah 1

Kota Ternate

Dari kenyataan dilapangan penerapan pendidikan karakter masih

sangat bervariasi, artinya bahwa semua mata pelajaran yang peneliti

mengamati di kelas ternyata penerapan pendidikan karakternya berbeda-

beda seperti ada yang bentuk bersalaman saja dan ada juga bentuk

nasehat, dan pembiasaan membaca surat Al-Fatiha, Al-Asri dan surat

lainnya.

Secara umum pelaksanaan pendidikan karakter dilaksanakan di

sekolah sudah berjalan dengan cukup baik, hal ini dapat dirasakkan

langsung oleh kepala sekolah dan guru dengan bukti peneliti selama

berada dilingkungan sekolah, tampaknya siswa sudah terbiasa diwaktu

apel masuk dengan bersalaman kepada sesama teman dan guru atau

siapapun yang berada di lingkungan sekolah. Siswa melaksanakan shalat

berjamaah suda cukup baik dan datang tepat pada waktu. Dan dirumah

pun dirasakan sebagian orang tua yang menurut mereka bahwa anak-

anak

149
sudah bisa diatur dengan mudah. Hal ini yang diungkapan orang tua

Sisilia Yasin pada hari minggu tanggal 6 februari 2011, jam 20.00 WIT

Anak saya sekarang tidak bandel lagi, dulu anak saya disuruh shalat
baru dia pergi shalat, sekarang waktu shalat kita tidak suru lagi, dia
langsung pergi shalat dan setiap hari ke sekolah dan pulang sekolah
selalu memberi salam kepada orang tua. Kalu di waktu pulang
sekolah, ya maklumlah kadang anak makan habis bermain sampai
pulang sore, setelah itu mandi menunggu waktu shalat magrib tanpa
kita menyuruhnya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar perilaku

siswa di SMP Muhammadiyah 1 Kota Ternate sudah mencerminkan

perilaku atau karakter yang sudah cukup baik, contohnya kebiasaan siswa

untuk bersalaman dengan warga sekolah maupun tamu, kebiasaan siswa ini

setiap pagi pada waktu apel dan pada waktu mata pelajaran lokal mereka

membiasakan baca tulis Al-Qur'an (BTA) kalu guru pembimbing tidak

sempat datang mereka sendiri mengambil Al-Qur'an untuk baca. Selain itu

siswa selalu menaati tata tertib yang sudah disepakati bersama. Adapun inti

hasil pencapaian implementasi pendidikan karakter di sekolah adalah :

1) Peneliti mengamati Implementasi pendidikan karakter dapat berjalan

dengan cukup baik.

2) Pembentukan pendidikan karakter siswa pada kepala sekolah, guru,

dan sudah mengupayakan pembiasaan-pembiasaan dalam kehidupan

sehari-hari di sekolah.

3) Keseriusan pihak sekolah di SMP Muhammadiyah (majilis

DIKDASMEN Muhammadiyah, komite sekolah, Kepala sekolah,

150
kariyawan dan Guru) dalam meningkatkan pembelajaran pendidikan

karakter siswa. 4) Kurikulum pendidikan karakter yang memprogramkan

kegiatan pembelajaran dengan melalui kurikulum lokal, mata pelajaran

Agama, Pkn, dan kemuhammadiyaan. Pembelajaran di kelas pada umunya

menggunakan salaman, nasehat, membaca Al-Qur'an dan displin

berpakaian. g. Hasil Pengamatan Penelitian

Pengamatan yang dilakukan oleh peneliti selama penelitian

berlangsung dan hasil diskusi dengan warga sekolah memberikan

kesimpulan sementara bahwa guru-guru mengakui pendidikan karakter

diprogramkan dengan baik, tetapi belum bisa dilakukan dengan optimal

oleh guru dengan berbagai macam alasan. Mengingat bahwa memang

banyak sekali faktor yang turut menentukan, diantaranya sistem

pengawasan baik dari sekolah maupun dari pengawas diknas maupun

pimpinan wilayah Muhammadiyah itu sendiri. Oleh karena itu,

pengawasan kurang mampu memberikan bimbingan dan pengarahan

dalam penerapan karakter siswa, contohnya pada saat pengawas

datang di sekolah tidak ditanyakan bagaimana pelaksanaan shalat

berjamaah, baca tulis Al-Qur'an, bagaimana hubungan guru dengan

siswa, bagaiman kegiatan kesehariaannya, hal seperti ini tidak

dilakukan jadi sebagian guru mengaanggap pendidikan karakter tidak

terlalu penting.

151
Hasil pengamatan implementasi pendidikan karakter dalam

pembelajaran di kelas khususnya IPS, dalam hal ini guru

memberikan motivasi belajar, nasehat kepada siswa sudah cukup

baik dan sangat sederhana. Namun demikian masih ada

sebagian guru yang belum menerapkan secara baik, penerpanan

karakter didalam pembelajaran ini sebagian besar sudah

menjalankan sesuai dengan hasil kesepakatan bersama.

152
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Beberapa kesimpulan yang didapat pada hasil penelitian implementasi

pendidikan karakter di SMP Muhammadiyah 1 Kota Ternate. Maka penelitian

menarik kesimpulan adalah sebagai berikut:

1 Implementasi pendidikan karakter di SMP Muhammadiyah 1 Kota

Ternate diataranya membiasakan siswa bersalaman, membaca Al-Qur'an

dengan tertib, guru menjalankan tugas tepat pada waktunya (disiplin),

kegiatan ekstrakurikuler contohnya tapak suci dan hisbul wathan.

2 Peran kepala sekolah, guru dan kariyawan dalam pembinaan

karakter siswa di SMP Muhammadiyah 1 Kota Ternate yaitu guru

berpartisipasi kegiatan pada Bulan suci Ramadhan tadarusan bersama,

shalat tarawih berjamaan serta mengikuti pesantrin kilat di lingkungan

sekolah. Sebelum memulai belajar, guru membiasakan siswa membaca

surat Al-fatiha, surat Al-Asri dan surat lainnya.

3 Faktor-faktor yang menjelaskan implementasi program

pendidikan karakter di SMP Muhammadiyah 1 Kota Ternate yaitu setiap

apel pagi membiasakan bersalaman sesama guru dan siswa, baca Tulis

Al-Qur'an serta program kurikulum pendidikan karakter dalam hal ini,

kurikulum muatan local, Agama dan Pkn.

4 Kultur sekolah di SMP Muhammadiyah 1 Kota Ternate yaitu disiplin,

menjaga kebersihan di sekolah, dalam hal ini membiasakan membuang

153
sampah di tempat yang sudah di sediakan masing-masing di depan kelas, dan

selalu menjalin silaturahmi warga sekolah serta mebiasakan menaati tata

tertib sekolah.

Implikasi

Berdasarkan kesimpulan yang ditemukan diatas, menunjukan adanya

implikasi yaitu melalui kegiatan ekstrakulikuler dan intrakulikuler dengan

perencanaan yang matang dan pelaksanaan dilapangan yang konsisten supaya

membawa hasil yang maksimal khususnya implementasi pendidikan karakter,

oleh karena itu sekolah hams lebih menyadari bahwa kegiatan pendidikan

karakter adalah dukungan dari berbagai kalangan mulau dari masyarakat,

orang tua serta dari sekolah.

Dukungan membentuk karakter siswa membutuhkan kerja keras warga

sekolah di SMP Muhammadiyah 1 Kota Ternate yang memiliki pengetahuan,

kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai

karakter tersebut. Dalam penerapan pendidikan karakter di sekolah, semua

komponen harus diikuti, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan

penilaian, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah,

kegiatan ekstrakurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan

kinerja seluruh warga sekolah dilingkungannya.

Komponen sekolah tidak berjalan atau tidak konsisten untuk

menjalankannya maka, pendidikan karakter itu akan tidak berarti sama sekali,

atau kurang memberikan konstribusi yang siknifikan. Jika komponen program

pendidikan karakter ini semua dilaksanakan, maka sangat menguntungkan

154
bagi sekolah, Diknas dan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah. Sukses atau tidak

dalam pembinaan karakter siswa dibutuhkan kerja keras kepala sekolah,

kariyawan dan guru, sebagai komponen penting dalam pembentukan karakter

yang memberikan sumbangan berharga bagi nilai-nilai kebaikan pada siswa.

Kepala sekolah, guru dan kariyawan mengimplementasi pendidikan

karakter pada siswa dapat dilaksanakan antara lain: pembiasaan disiplin,

menaati tata tertib sekolah, menjalankan visi misi sekolah dan teriibat kegiatan

ketrampilan siswa contohnya membuat atribut Muhammadiyah, pot bunga dan

kegiatan seni lainnya. Pihak sekolah juga mendukung dan memberikan

penghargaan kepada siswa yang memiliki kreatifitas seni, merahi prestasi

kelas dan aktif mengikuti kegiatan ekstrakulikuler untuk memajukan sekolah

yang lebih baik kedepan. Hal ini kalu dijalankan dengan baik maka kualitas

siswa akan lebih baik dan optimal.

Peneliti mengamati proses pembelajaran di SMP Muhamadiyah 1 Kota

Ternate di katakan cukup kondusif tetapi cara guru mengajar masih bentuk gaya

lama yaitu tampak monoton, dan sebagian guru sudah kreatif tinggi dalam

mengimplementasikan pembelajaran pendidikan karakter dalam kelas maupun di

sekolah contoh memberikan nasehat, membiasakan membaca Al-Qur'an dan

disiplin berpakaian. Dengan kreaiifiatas guru, maka akan siswa lebih senang

tidak akan bosan mendengarkan dan akan mengikuti apa yang disampaikan.

Oleh karona itu, kepak sekolah harus lebih objektif mengontrol guru yang

menjalankan tugas, baik dalam kelas maupun di luar kelas.

155
Dengan demikian, guru dapat mengembangkan potensi dan dengan

penuh tanggung jawab, dengan itu guru memiliki peran yang sangat penting

dalam menentukan kualitas dan kuantitas pengembangan karakter siswa, guru

berperan mengelolah proses belajar mengajar di sekolah yang bertindak

sebagai fasilitator yang berusaha untuk memberikan contoh pembentukan

karakter siswa. Oleh karena itu, guru harus lebih pengalaman pembelajaran

karakter di sekolah maupun di luar dalam rangangka megimplementasikan

kehidupan sehari hari.

Keterbatasan Penelitian

Dalam proses penelitian ini, masih memiliki keterbatasan dan

kekurangan. Adapun keterbatasan proses penelitian ini adalah:

1. Peneliti belum maksimal melakukan penelitian dikarenakan keterbatasan

waktu dan kalu waktu yang lebih lama, maka akan mendapatkan hasil

yang maksimal.

2. Penelitian tidak dapat melihat secara umum pembelajaran di kelas di

karenakan sebagian besar siswa kelas tiga konsentrasi ulangan. Dan PPL

mahasiwa dari universitas Khairun Ternate di sekolah ini. Dengan

demikian informasi diperoleh terbatas pada informan dan dokumentasi

yang ada di sekolah.

3. Peneliti ingin mewancarai guru-guru pada alasan yang bervariasi seperti

kesibukan buat RPP, urusan keluarga, urusan dinas dan lainnya, maka

hanya ini yang dapat peneliti sajikan dalam tesis.

156
Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan yang dihasilkan dari penelitian ini, maka

dikemukakan saran-saran sebagai berikut:

1. Pemerintah dapat memfasilitasi guru-guru untuk mengembangkan bentuk

pembelajaran pendidikan karakter dan memfasilitasi lewat pelatihan-

pelatihan yang dapat mengembangkan kreativitas guru dalam

pengembangan karakter.

2. Hubungan sosial yang sudah dibangun dengan baik antara kepala

sekolah, guru, dan kariyawan, terus ditingkatkan.

3. Dalam usaha mengembangkan pendidikan karakter siswa di SMP

Muhammadiyah 1 Kota Ternate, maka peran warga sekolah dan yayasan

Muhammadiyah memiliki arti penting, oleh karena itu, PAW dan kepala

sekolah lebih mempertegas dengan cara terus memberikan motifasi

kepada guru seperti dengan memberikan kesempatan untuk mengikuti

pelatihan-pelatihan dan mengikutkan kegiatan ekstrakurikuler sehingga guru

mampu memberikan layanan yang maksimal kepada siswa yang pada

akhirnya dapat meningkatkan mutu produk yang ada pada SMP

Muhammadiyah 1 Kota Ternate itu sendiri.

4. Seluruh warga sekolah SMP Muhammadiyah 1 Kota Ternate setiap saat

mengontrol siswa dilingkungan sekolah dan guru berniat baik untuk

membina karakter siswa seperti guru mengurus anaknya sendiri.

5. Pihak sekolah membentuk tim pengembangan pendidikan karakter dan

life skills yang secara khusus mengadakan perencanaan, dan penyusunan

157
program kerja dan setelah itu memantau, mengevaluasi program tersebut.

Dengan demikian program pendidikan karakter dapat memberikan

manfaat secara langsung yang dapat dirasakan siswa lebih efektif dan

terarah.

6. Visi dan misi SMP Muhammadiyah 1 Kota Ternate yang diprogramkan

maka, sumber daya guru sebaiknya ditingkatkan dengan memberikan

pembekalan khusus.

7. Kepala sekolah mensosialisasikan bentuk kultur sekolah kepada guru,

kariyawan dan siswa di SMP Muhammadiyah 1 Kota Ternate, melalui

brosur dan papan pengumuman.

8. Implementasi pendidikan karakter sangat tergantung pada visi dan misi

sekolah, maka diharapkan kepala sekolah, guru dan kariyawan serius

dalam menjalankannya, dan kalau perlu kepala sekolah mengevaluasi

setiap dua minggu sekali.

9. Pembiasaan-pembiasaan pembelajaran pendidikan karakter siswa belum

maksimal dilaksanakan oleh guru, maka penting guru mengoptimalkan dan

memberikan contoh sebagai pendidik karakter.

10. Program-program sekolah patut menghargai bahwa

implementasi pendidikan karakter merupakan sebagian pedoman yang

bagus, namun ada kekurangan dan kelebihannya oleh karena itu, semua

warga sekolah selalu berusaha melaksanakan kinerja yang sudah

diprogramkan.

11.Melihat kendala-kendala yang terjadi dalam pelaksanaan program

pendidikan karakter dan mengidentifikasi masalah yang ada, dan


158
selanjutnya mencari solusi yang komprehensif agar program

pendidikan karakter dapat tercapai.

12.Pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah lebih ditingkatkan

upaya-upaya penanganan maksimal terhadap siswa yang bolos

terutama pada shalat berjamaah, dan baca tulis Al-Qur'an.

13.Meningkatkan para guru masing-masing bidang studi

mensukseskan program pendidikan karakter keagamaan

159
DAFTAR PUSTAKA

Allison, Z., Robert, K., & Everett, K. (2004). Transforming Schools


Creating A Culture of Continuous Improvement. United States of
America: Association for Supervision and Curriculum
Development Alexandria, Virginia USA

Arthur, J. (2003). Education with Character, the moral economy of


schooling. New York AS: 11 New Fetter Lane, London EC4P 4EE.

Asri Budinigsih. (2008). Pembelajaran Moral, berpijakpada karakteristik


siswa dan budayannya. Jakarta: Rineka Cipta.

Associates, E., L. (2005). The Discourse of Character Education,


Culture Wars in the Classroom. United States of America: Joel
Taxel.

Azyumardi Azra. (2002). Paradigma Baru Pendidikan Nasional,


Rekonstruksi dan Demokratisasi. Jakarta: Buku Kompas.

Barth, R. S. (2010). The Culture Builder. Diambil pada tanggal 26 Juli


2010, dari htt: //iournals.ema.sagapuh.com

Bell, L., & Kent, P. (2010). The cultura, A case study exploring the ways
in which sixth-formstudents perceive school cultural. Journal of
the British Educational Leadership, management & Administration
Society, 8-32: 351663

Bertens, K. (2007). Etika. Gramedia pustaka utama: Jakarta.

Bohlin, K. E. (2005). Teaching Character Education through Literature.


London And New York: USA and Canada by Routledge Falmer.

160
Doni Koesoema. (2009). Pendidik Karakter di Jaman Keblinger.
Jakarta: Gramedia

_______. (2010). Pendidikan Karakter, Strategi Mendidik Anak di


Zaman
Global. Jakarta: Grasindo.

Darmiyati zuchdi. (2008). Humanisme Pendidikan. Yogyakarta: Bumi


aksara

Darmiyati zuchdi, dkk. (2009). Pendidikan Karakter: Grand Desain dan


Nilai-Nilai Target. Yogyakarta: Uny Press.

Darmiyati zuchdi., Zuhdan Kun Prasetya., & Muhsinatun Siasah.


(2010). Pengembangan Model Pendidikan Karakter Terintegrasi
Dalam Pembelajaran Bidang Studi di Sekolah Dasar. Jurnal
Cakrawala Pendidikan, 0216-1370.

Depdiknas. (2003). Undang-undang RJ Nomor 20, tahun 2003, tentang


Sistem Nasional Pendidikan.

Draft. (2010). Desain Induk Pendidikan Karakter. Kementrian


pendidikan nasional 2010.

Furqon Hidayatullah. (2010). Pendidikan Karakter: Membangun


Peradaban Bangsa. Surakarta: Yuma Pustaka.

Gene K. (2007). Character Strengthening the Heart of Good


Leadership. Printed in the United States of America: by jossey
bass

Hamzah B.,U. (2008). Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi


Aksara

Hasrdianto Rahman. (2009). Pendidikan karakter yang berintegarasi


dalam pembelaiaran IPS. Tesis master, tidak diterbitkan,
Universitas Negeri Yogyakarta.

Jamaluddin Basuni. (2010). Mengokohkan Kultur Sekolah. Diambil


pada
tanggal 21 Juli 2010,
dari
http://iamesaddin.wordpress.com/2010/05/09/

Kurotul Aeni Sudaryanto (2005). Proses Pendidikan Budi Pekerti di


taman Muda Majelis lbu Pawiyatan Taman Siswa Yogyakarta.
Jurnal penelitian dan evalusi, 1410-4725

Lickona, T., Schaps, E., & Lewis, C. (2007). Eleven Principles of


Effective Character Education Partnership. New York: Catherine
Lewis

161
Lickona, T. (1991). Educating for Character: How Our Schools Can
Teach Respect and Responsibility. New York: Bantam Books.

Muhaimin. (2003). Metode Pembelajaran Aqidah Akhlak dengan


Pendekatan Perkebangan Konetif. Jurnal pendidikan Yogyakarta.
Volume 1 no 1.

Maria, M. (2008). The Absorbent, Pemikiran yang Mudah Menyerap.


Penerjemah Dariyatno. New York: Fifth Avenue.

Murphy, M. M. (2009). character education, overcoming Prejudice. New


York: Chelsea House An imprint of Infobase Publishing.

Moh. Yamin. (2009). Menggugat Pendidikan di Indonesia. Yogyakarta :


Ar-Ruzz Media

Moh. Shochib. (1998). Pola Asuh Orang Tua Dalam Membangun Anak
Mengembangkan Displin Disiplin Dari. Jakarta: Rineka Cipta.

Nurul Zuriah. (2008). Pendidikan Moral dan Budi Pekerti, dalam


PerspektifPerubahan Sosial. Jakarta: Bumi Aksara

Nurkolis. (2006). Manajemen Berbasis Sekolah. Teori Model dan


Aplikasi Jakarta: Grasindo

Oemar Hamalik. (2001). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi


Aksara

Rahmat Mulyana. (2004). Mengartikulasikan Pendidikan Nilai.


Bandung: Alfabeta

Rahmani Abdi. (2007). Pengembangan Budaya Sekalah di SMAN 3


Tajung Kabupaten Tabalong Kalimantan Selatan, Jurnal
penelitian danevaluasi, 1410-4725.

Revell, L & Arthur, L (2007: 80) Character education in schools and the
education of teachers. Journal of Moral Education Vol. 36, No. 1

Rosada. (2009). Integritas pendidikan karakter dalam pembelajaran


IPS untuk pengamalan nilai-nilai moral siswa. Tesis magister,
tidak diterbitkan, Universitas Negeri Yogyakarta.

Sa'dun Akbar .(2008). Pengembangan Model Pembelajaran Nilai dan


Karakter untuk Sekolah Dasar Berbasis Model Pendidikan Nilai
dan Karakter di Pesantren Daarut-Tauhied Bandung. Proposal
Lokakarya di ambil pada tanggal 19 Juli. dari
http://dosen.fip.um.ac.id/sadun/2009/08/

162
Sabar Budi Raharjo. (2010). Pendidikan karakter sebagai upaya
menciptakan akhlak mulia. Jurnal pendidikan dan kebudayaan,
0215-2673.

Slamet Riyanto. (2009). Pendidikan Akhlak Mulia Siswa di SD


Muhammdiyah Sapen Kota Yogyakarta. Tesis magister, tidak
diterbitkan, Universitas Negeri Yogyakarta.

Sri Wening. (2007). Pembentukan Karakter Remaja Awal melalui


Pendidikan Nilai yang Terkandung dalam Pendidikan Konsumen:
Kajian Evaluasi Reflektif Kurikulum SMP di Yogyakarta, Disertasi,
tidak di terbitkan, UNY Yogyakarta, 1410-4725.

Sjarkawi. (2006). Pembentukan kepribadian Anak. Peran Moral,


Intelektual, Emosional, dan Sosial Sebagai Wuiud Integritas
Membangunfati Diri. Jakarta: Bumi Aksara.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan


Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukardi. (2010). Evaluasi Pendidikan, Prinsip & Operasional.


Yogyakarta: Bumi Aksara.

________. (2006). Penelitian Kualitatif-Naturalistik Dalam Pendidikan.


Yogyakarta: Usaha Keluarga.

Supriyanto Raharjo. (2006). Pembentukan karakter pengembangan


kompetensi siswa pendidikan teknik di SMK Katolik Santo Mikael
Surakarta melalui penerapan total Quality management, Tesis
magister, tidak di terbitkan, Universitas Negeri Yogyakarta.

Triatmanto. (2010). Tantangan Implementasi Pendidikan Karakter di


Sekolah. Jurnal Cakrawala Pendidikan, 0216-1370

Tilaar. H.A.R. (2002). Pendidikan untuk Masyarakat Indonesia Baru.


Jakarta: Grasindo.

Winton, S. (2008). Character Education: Implications for Critical


Democracy. International Critical Childhood Policy Studies, Vol 1.

Winfred, F.F. (2010). Theories of Learning: Curvey of Psychological


Interpretations. Penerjemah M. Khozim. Bandung: Nusa Media.

Zubaedi. (2006). Pendidikan Berbasis Masyarakat Upaya Menawarkan


Solusi Terhadap Berbagai Problem Sosial. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar

163
Zamroni. (2000). Paradigma Masa Depart. Yogyakarta:
BIGRAF Publishing.

_______. (2007). Pendidikan dan Demokrasi dalam Transisi.


Jakarta: PAP
Muhammadiyah.

164
LAMPIRAN -
LAMPIRAN
KISI-KISI INSTRUMENT JPENGUMPULAN DATA
IMPLEMENTASI PENDIDEKAN KARAKTER

No Tema Aspek Alat/Instrumen Sumber Informasi


1 Lingkungan Sekolah a. Struktur Format dokumen Kepala Sekolah
organisasi sekolah
b. Kondisi sekolah Lembar pengamatan Kepala sekolah &
guru
c. Sejarah berdirinya Pedoman wawancara Lembaga
Muhammadiyah Muhammadiyah
d. Kurikulum Lembar pengamatan Wakasek Kurikum
e. Kegiatan siswa Pedoma wawancara Kepala Sekolah

f. Sarana dan prasarana Lembar pengamatan Kepala Sekolah


sekolah
g. Visi dan misi sekolah Pedoman wawancara Kepala Sekolah &
Guru
h. Hubungan siswa Pedoman wawancara Guru &Wali Kelas
Guru
i. Hubungan guru Pedoman wawancara Kepala Sekolah &
kepaladengan
sekolah Guru

165
2. Dasar Pemikiran Pendidikan a. Maksud dan tujuan
Karakter penelitian Pedoman
b. Catatan perjalanan
peneliti wawancara
a. Pendidikan karakter Pedoman
melalui belajar mengajar
wawancara
b. Pola pendidikan
karakter di SMP Pedoman
Muhammadiyah 1 Kota wawancara
Ternate Pedoman
c. Kegiatan wawancara

ekstrakurikuler Pedoman
dan intrakurikuler
wawancara
d. Bimbingan siswa
Pedoman
e. Pembentukan kultur
sekolah wawancara

Pedoman
3. Implementasi Pendidikan Karakter a. Peran guru dan Pedoman Kepala Sekolah &
wawancara Guru
di SMP Muhammadyah 1 Kota kepala Pedoman Kepala Sekolah &
Ternate sekolah wawancara Guru
b. Implementasi

166
Pendidikan Karakter
c. Faktor pendukung Pedoman Wawancara Kepala Sekolah &
Guru
dan penghamabatan
implementasi
pendidikan karakter Lembar pengamatan Kepala Sekolah &
Guru
d. Hasil yang dicapai
pendidika karakter di
SMP Muhammadiyah 1

kota Ternate e. Lembar pengamatan Kepala Sekolah &


Guru
metode yang dipakai
dalam keberhasilan
pendidikan karakter

4 Kendala dalam proses a. ada tidaknya kendala Pedoman Kepala Sekolah &
penerapan pendidikan b. cara mengatasi wawancara Guru
karakter Lembar pegamatan

167
Pedoman Observasi dan Wawancara
Di Sekolah

1. Seperti apakah Implementasi pendidikan karakter di sekolah

2. Apakan bapak/Ibu sudah merasa puas dengan Implementasi


pendidikan karaketer di sekolah SMP Muhammadiyah I kota Ternate?

3. Menurut Bapak/ibu apakah nilai-nilai Implementasi pendidikan


karakter suda nampak pada siswa di SMP Muhammadiyah?

4. Bagaimana strategi yang dilakukan guru dan pihak sekolah dalam


pembinaan pendidikan karakter pada siswa?

5. Bagaiman peran bapak/ibu atau kepala sekolah dalam usaha


pembentukan pendidikan karakter di sekolah?

6. Bagaimana kurikulum pendidikan karakter yang digunakan oleh


pihak sekolah?

7. Bagaimana sistem evaluasi pendidikan karakter yang di terapkan di


sekolah?

8. Siapakah yang menyusun tata tertib sekolah?

9. Jika terjadi pelanggaran tata tertib sekolah, sangsi apa sajakah yang
pernah dilakukan di sekolah?

10. Bagaimana bentuk pelanggaran tata tertib sekolah di SMP


Muhammadiyah 1 Kota Ternate?

11. Pernahkah pihak sekolah mengeluarkan siswa, karena penerapan


sangsi tata tertib sekolah?

12. Berdasarkan pengalaman Bapak/ibu, faktor apa sajakah yang


mendukung dan menghambat keberhasilan Implementasi pendidikkan
karakter siswa?

13. Menurut bapak/ibu, apakah dengan Implementasi pendidikan


karakter >ang dilakukan disekolah ini sudah menunjukan kearah yang
lebih baik di bandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya?

14. Menurut Bapak/ibu/, apakah semua guru bidang studi selama ini ikut
berperan serta secara aktif dalam pembelajaran pendidikan karakter
siswa?

168
15. Menurut Bapak/Ibu apakah visi dan misi sekolah sesuai dengan
pendidikan karakter di sekolah?

16.Hal-hal apa saja yang masih diperlukan untuk perbaikan sekolah


SMP Muhammadiyah I Kota Ternate khusunya yang berkaitan dengan
pembelajaran pendidikan karakter siswa?

17.Menurut pemantauan bapak/ibu apakah pengaruh dari luar


lingkungan sekolah terhadap kualitas karakter siswa?

18.Menurut Bapak/Ibu bagaimana bentuk kegiatan ekstrakurikuler di


sekolah yang berhubungan dengan pendidikan karakter dan kultur
sekolah

19.Apakah Bapak/Ibu dalam keterlibatan kegiatan ekstra kurikuler siswa


disekolah?

20.Menurut pengalaman bapak/Ibu, apa sajakah penerapkan kultur


sekolah dilingkungan sekolah SMP Muhammadiyah 1 kota Ternate?

21.Menurut bapak/Ibu, apa hubungan kultur sekolah dengan penerapan


karakter di sekolah?

22. Bagaimana konsep bapak/Ibu tentang penerapan kultur sekolah?

Pedoman Wawancara Siswa

1. Apakah anda masuk sekolah di SMP Muhammadiyah 1 Kota


Ternate, berdasarkan pilihan sendiri atau dorongan orang tua/wali?

2. Bagaimana pendapat anda mengenai semua aturan dan tata tertib


yang berlaku di sekolah ini?

3. Bagaimana pendapat anda dengan adanya penerapan sangsi bagi


yang melanggar tata tertib sekolah SMP Muhammadiyah 1 Kota Ternate
ini?

4. Selama mengikuti pelajaran apakah anda sering datang terlambat ?

5. Bagaimana sikap guru di saat anda datang terlabat?

169
6. Pada waktu jam pelajaran dimulai apakah guru sering datang
terlambat dan bagaiaman sikap anda?

7. Selama anda sekolah di SMP Muhammadiyah 1 Kota Ternate ini,


bagaimana suasana belajar diruangan kelas ketika bapak/ibu guru
sedang memberikan materi pelajaran?

8. Bagaimana sikap anda saat guru memberikan materi pelajaran,


kemudian ada teman yang kurang perhatian?

9. Apakah bapak/ibu disini selalu memberikan contoh tauladan dalam


bersikap dan berprilaku pada saat sedang memberikan materi didalam
kelas?

10.Pada saat Bapak/ibu guru memberikan materi pelajaran di kelas,


apakah selalu memberikan pengarahan dan pemahaman nilai-nilai
karakter bagi anda?

11. Selama proses belajar mengajar, apakah guru selalu memberikan


pertanyaan untuk pendalaman materi yang pernah diajarkan minggu
lalu, dan yang diajarkan pada hari ini?

12.Kegiatan apa sajakah yang sering anda ikut diluar jam pelajaran tapi,
dilaksanakan dilingkungan sekolah?

13.Jika anda mengikuti kegiatan disekolah, maka kegiatan apasajakah


yang anda ikuti?

14.Apakah anda mengikuti kegiatan bakti sosial yang diselenggarakan


oleh pihak sekolah?

15. Jika diantara teman-teman anda yang terkena musiba, bagaimana sikap

anda?

16. Hal-hal apa saja yang anda sukai kagum terbadap para guru di sini?

17. Hal-hal apa saja yang anda tidak sukai guru disini?

18.Pada saat jam pelajaran kosong (guru tidak masuk kelas), kegiatan
apa saja yang anda lakukan bersama teman-teman?

19.Anda sebagai siswa SMP sebutkan hal-hal apa saja yang menjadi
kebanggaan kelebihan sekolah SMP Muhammadiyah 1 Kota Ternate ini
dibanding sekolah lainnya?

170
20. Apakah keteladanan kedisiplinan, suritauladan, dan kepribadian
yang dicontohkan guru, kepala sekolah staf administasi pada anda?

Pedoman Observasi Di Sekolah Dalam


Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran Di
Kelas

1. Dalam memulai mengajar mata pelajaran, biasannya selalu


menanyakan tentang keadaan siswa apa tidak?

2. Selama pembelajaran, suasana kelas, tenang, murid penuh


perhatian. Secara umum bagaimana adab murid terhadap guru? Sopan
atau kurang sopan?

3. Selama dalam proses pembelajaran, apakah guru tersebut pemah


menyebutkan ucapan yang berkaitan dengan karakter siswa dan
pembelajaran nilai karakter anak didik?
4. Pada saat menyebutkan pesan moral tersebut apakah dikaitkan
dengan pokok bahasan materi pelajaran tersebut?

5. Pesan-pesan apa yang diucapkan/disampaikan guru pada saat


menghadirkan mata pelajaran di kelas?

6. Apakah guru di samping mengajar mata pelajaran, juga ikut


membantu dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolah ini.

7. Kegiatan ekstrakurikuler apa sajakah yang dilakukan di sekolah?

8. Apakah guru juga ikut membina kegiatan untuk memakmurkan


masjid/mushola di sokolah.

9. Apakah guru bidang studi ikut menganjarkan agar anak didiknya, di


samping aktif mengikuti mata pelajaran di kelas, juga agar mereka aktif
mengukuti pengajian atau ceramah agama atau lainnya yang
diselenggarakan disekolah.

10. Proses pelajaran berlangsung apakah guru sering datang terlambat?

11. Apakah guru sering terlambat mengikuti upacara atau pertemuan di


sekolah?

12.Apakah guru bidang studi dan kariawan dapat dijadikan sebagai


contoh karakter yang baik di sekolah?

13.Pemanfaatan musallah/masjid di sekolah untuk shalat berjamaah


dan kegiatan keagamaan lainnya?

171
14. Berapakah Jumlah siswa yang melanggar tata tertib sekolah dan jumlah
siswa yang melakukan tindakan kriminal. Faktor-faktor apasaja yang
mendukung dan menghambat pembelajaran pendidikkan karakter
siswa?

Pedoman Wawancara Guru Dan Kepala Sekolah

1. Bagaimana guru kepala sekolah dalam penerapan pendidikan


karakter di sekolah ?

2. Model pendidikan karakter apa sajakah yang dipakai dalam


pembelajaran siswa?

3. Apakah faktor-faktor pendukung guru dalam implementasi


pendidikan karakter di sekolah?

4. Bagaimana proses pembentukan karakter siswa di sekolah ?

5. Bagaimana peran guru dalam pembentukan karakter siswa di sekolah?


6. Bagaimana strategi yang dilakukan guru dan kepala sekolah dalam
penerapan pendidikan karakter pada siswa?

7. Bagaiman pendekatan guru kepala sekolah dalam membentuk


karakter siswa di sekolah?

8. Bagaimana peraturan nilai-nilai karakter pada siswa?

9. Seperti apakah kurikulum yang di pakai dalam pembelajaran


pendidikan karakter?

10. Bagamana reaksi siswa dalam penerapan pendidikan karakter di


sekolah?

11. Apakah keteladanan kedisiplinan, suritauladan, dan kepribadian


yang di contohkan guru, kepala sekolah staf administrasi berpengaruh
terhadap kualitas karakter siswa di sekolah?

12. Bagaimana pendekatan kepala sekolah membentuk karakter guru


dan karyawan?

Bagaimana tanggung jawab guru dan kepala sekolah terhadap


penarapan pendidikan karakter ?

172
13.Bagaiman peran kepala sekolah dalam usaha membangun
pendidikan karakter di sekolah?

14.Bagaimana implementasi pendidikan karakter di sekolah?

15.Apakah penerapan pendidikan karakter SMP Muhammadiyah 1 Kota


Ternate berhubungan dengan kultur sekolah?

16.Bagaimana pengaruh dari luar lingkungan sekolah terhadap kultur


sekolah?

17.Apakah visi dan misi pengaruh terhadap guru dan kariawan di sekolah?

18.Bagaimana faktor penghambat dan pendukung dalam upaya


pembentukan implementasi pendidikan karakter?

Dokumentasi dan Data Pendukung Lainnya

1. Dokumen tentang monografi sekolah


2. Dokumen tentang peraturan tata tertib sekolah
3. Dokumen tentang daftar nama-nama guru dan pengawas
4. Dokumen tentang jadwal mata pelajaran
5. Dokumen tentang visi dan misi sekolah
6. Dokumen tentang sejarah berdirinya Muhammadiyah
7. Dokumen tentang kurikulum dan silabus
8. Dokumen tentang program pembinaan karakter siswa
9. Dokumen tentang surat pelatihan atau Sk kepala sekolah
10.Dokumen tentang jadwal kegiatan pembinaan agama dan
kegiatan ekstrakurikuler/mtrakurikuler
11. Dokumen tentang tindak kriminal siswa
12. Dokumen tentang nilai hasil belajar siswa
13. Dokumen tentang pengembangan kultur sekolah
14. Dokumen tentang siswa berprestasi
15. Dan dokumen lainya yang dianggap perlu.

173
PEMBAGIAN TUGAS
MENGAJAR TAHUN PELAJARAN
2010/2011

No NAMA LENGKAP PANGKAT/GOL/ MATA KELAS JML. JAM


RUANG PELAJARAN VIII IX MENGAJAR
vn
1 Drs. Umar M. Sadjim Pembina IV/a IPA-Kimia 6 6
NIP. 19681217 199412 1 004
2 Abdurrahim Mataheruella, Pembina IV/a PKn 6 6 6 18
S.Pd. NIP. 19690505 199512
3 Hj. Zubeda Marasabessy Pembina IV/a PKn/IPS 6 6 12
NIP. 19590908 198301 2
4 Hj. Endang Y. Hermanto, Pembina IV/a B. Inggris 12 12
S.Pd. NIP. 132 114 977
5 Mahani Assagaf, S.PdI. Pembina IV/a PAI/BTA 8 6 14
NIP. 19610815 199103 2
6 Rabia Albaar, Pembina IV/a Matematika 10 15 25
S.Pd. NIP.132
7 Nursina Hi. Hasan PenataTk.l III/D IPS 12 12
NIP. 19620919 19803 2 007
8 Yahya S. Dengo PenataTk.l IH/D B. Indonesia 15 15
NIP. 19630511 199303 1009
9 Herniati, S.Pd. PenataTk.l III/D IPA-Fisika 20 20
NIP. 19700310 199303 2 008
10 Nurjana Saleh, S.Pd. PenataTk.1 III/D IPA-Biologi 18 18
NIP. 19750806 200008 2 001
11 Hadjer Mustari, S.Pd Penata III/c IPA-Biologi '' 15 15
NIP. 19760309 200312 2 005
12 Hafsa Latif, Penata IH/c PAI/BTA 16 16
S.PdI. NIP. 150
13 RaufHi. Ahmad, S.Pd. NIP. Penata III/c B. Inggris 12 12
19670208 199801 1 003
14 Rusmini Muhammad, S.Pd. Penata Muda IH/b Matematika 5 15 20

174
NIP. 19771015 200501 2 014 Tk.l
15 Ona Raiyani Rahman, Penata Muda Ill/b B. Inggris 15 15
S.Pd. NIP. 19800723 Tk.l
16 2005012
Manawia015Hi. Saban, S.Pd. Penata Muda Ill/b IPS 20 20
NIP. 19680116 2005012 Tk.l
17 Rahmawati Bakri, b.Ag. Penata Muda Ill/a Kemuh/BTA 6 6 12
NIP. 19781216 2005012
18 004
Masita Abbas, S.Ag. Penata Muda Ill/a B. Arab/BTA 3 4 9 16
NIP. 19770327 200604 2 013
19 Taib Jen, S.Pd. Penata Muda Ill/a IPS 20 20
NIP. 19710407 200701 1 022
20 Idham S. Usman, S.Pd. Penata Muda Ill/a IPA-Fisika 15 15
NIP. 19751228 200701
21 Faujia Salmin, S.Pd. Penata Muda Ill/a B. Inggris 15 15
NIP. 19770727 200701 2 040
22 Gamaria Ishak, Penata Muda Ill/a B. Indonesia 15 15
S.Pd. NIP. 970 013
23 M. Zen N. - Kemuh 6 6
Imam NIP-
24 Nailul Author, - TIK/Kemuh 12 6 6 24
S.PdI. NIP-
25 Nurhayati Samsudin, - B. Indonesia 15 15
S.Pd. NIP-
26 Gafur Ahmad, B. Indonesia 15 15
S.Pd. NIP-
Struktur Kurikulum SMP M
uhammadiyah 1 Kota Ternate

No Komponen Kelas dan Alokasi Waktu


Kelas VII Kelas VII Kela IX
A. Kurikulum
Kemuhammadiyahan (ISMUBA)
1. a. Al-Islam 2 2 2
b. Kemuhammadiyahan 2 2 2
c. Bahasa Arab 1 1 1
B. Kurikulum Nasional
1. PPKn 2 2 2
2. Bahasa Indonesia 5 5 5
3. Bahasa Inggris 4 4 4
4. Matematika 5 5 5
5. IPA 5 5 5
6. IPS 4 4 4
7. BudayaDaerah 2 2 2
8. Penjaskes 2 2 2
9. Tikom 2 2 2
C. Muatan Lokal
10. BTA (Baca Tulis Al Qur-an) 2 2 2
D. Pengembangan Diri
11. Tapak Suci 2 2 2
Jumlah Jam Pelajaran 40 40 40

176
Tabel Pembagian Tugas
Mengajar Guru

No Nama Lengkap Mata Kelas Jml. Jam


Pelajaran VI I VIII IX Mengajar

1 Drs. Umar M. Sadjim IPA-Kimia 6 6


NIP. 19681217 199412
1 004
2 Abdurrahim Mataheruella, PKn 6 6 6 18
S.Pd.
NIP. 19690505 199512 1
003
3 Hj. Zubeda PKn/IPS 6 6 12
Marasabessy NIP.
19590908 198301 2 001
4 Hj. Endang Y. Hermanto, B. Inggris 12 12
S.Pd.
NIP. 132 114 977
5 Mahani Assagaf, S.PdI. PAI/BTA 8 6 14
NIP. 19610815 199103
2 004
6 Rabia Albaar, Matematika 10 15 25
S.Pd. NIP. 132 170
7 Nursina Hi. Hasan NIP. IPS 12 12
19620919 198803 2 007

8 Yahya S. Dengo B. Indonesia 15 15


NIP. 19630511 199303 1
009
9 Herniati, S.Pd. IPA-Fisika 20 20
NIP. 19700310 199303 2
008
10 Nurjana Saleh, S.Pd. IPA-Biologi 18 18
NIP. 19750806 200008
2 001
11 Hadjer Mustari, S.Pd IPA-Biologi 15 15
NIP. 19760309 200312
2 005
12 Hafsa Latif, S.PdI. PAI/BTA 16 16
NIP. 150 256 155
13 Rauf Hi. Ahmad, S.Pd. B. Inggris 12 12

177
NIP. 19670208 199801
1 003
14 Rusmini Muhammad, Matematika 5 15 20
S.Pd.
NIP. 19771015 200501 2
014
15 Ona Raiyani Rahman, B. Inggris 15 15
S.Pd.
NIP. 19800723 200501 2
015
16 Manawia Hi. Saban, IPS 20 20
S.Pd. NIP. 19680116
2005012 004
17 Rahmawati Bakri, S.Ag. Kemuh/BTA 6 6 12
NIP. 19781216 2005012
004
18 Masita Abbas, S.Ag. B. Arab/BTA 3 4 9 16
NIP. 19770327 200604
2 013
19 Taib Jen, S.Pd. IPS 20 20
NIP. 19710407 200701 1
022
20 Idham S. Usman, S.Pd. IPA-Fisika 15 15
NIP. 19751228 200701
1 013
21 Faujia Salmin, S.Pd. B. Inggris 15 15
NIP. 19770727 2007012
040
22 Gamaria Ishak, B. Indonesia 15 15
S.Pd. NIP. 970 013
23 M. Zen N. Imam Kemuh 6 6
NIP-
24 Nailul Author, S.PdI. TIK/Kemuh 12 6 6 24
NIP-
25 Nurhayati Samsudin, B. Indonesia 15 15
S.Pd. NIP-
26 Gafiir Ahmad, B. Indonesia 15 15
S.Pd. NIP-

178
SURAT KEPUTUSAN
KEPALA SMP MUHAMMADIYAH 1 KOTA TERNATE
NOMOR : 110 / 824/SK-SMPM.l/ 2010

TENTANG

Pembagian Tugas Guru dalam proses belajar mengajar dan Bimbingan


Penyuluhan / Konseling
Tahun Pelajaran 2010/2011

Menimbang Bahwa dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di SMP


Muhammadiyah 1 Kota Temate maka dipandang perlu adanya
pembagian tugas.

Mengingat 1. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga


Muhammadiyah
2. Surat Kepututsan Muhammadiyah Nomor : 65/SK-
PP/III.A/2B/1997 tentang Kaidah Majelis Dikdasmen
3. Surat Keputusan Majelis Dikdasmen Muhammadiyah
Pusat Nomor : 007/SK.MPDM-PPM/ IILA.2.B/1998. tentang
pokok-pokok kepegawaian dalam lingkungan Dikdasmen
Muhammadiyah.
4. Keputusan Hasil Rapat KerjaSekolah Tahun 2010

Memperhatikan Hasil Rapat Dewan Guru SMP Muhammadiyah 1 Kota Temate


tangga!21 Juni2010
MEMUTUSKAN
Menetapkan
PERTAMA Pembagian tugas guru pada tahun pelajaran 2010/2011,
tercantum dalam lampiran 1 (satu) Surat Keputusan ini.
KEDUA Menugaskan guru sebagai pembantu Kepala Sekolah pada
Tahun Pelajaran 2010/2011 tercantum dalam lampiran 2 (dua)
Surat Keputusan ini.
KETIGA Menugaskan guru untuk Bimbingan Konseling (BK) dan
Koordinator kegiatan Pembiasaan pada Tahun Pelajaran
2009/2010 tercantum dalam lampiran 3 (tiga) Surat Keputusan
ini.
KEEMPAT Menugaskan guru sebagai wali kelas pada Tahun Pelajaran
2010/2011 tercantum dalam lampiran 4 (empat) Surat
Keputusan ini.
KELIMA Memutuskan guru untuk tugas piket pada Tahun Pelajaran
2010/2011 tercantum dalam lampiran 5 (Lima) Surat Keputusan
ini.

179

KEENAM Masing-masing guru yang telah diberikan tugas


agar
KETUJUH melaporkan secara berkala kepada Kepala Sekolah.
Segala biaya yang timbul akibat pelaksanaan ini
KEDELAPAN dibebankan
kapada anggaran yang sesuai.
: Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan
apabila hari terdapat kekeliruan, maka akan
dikemudian diperbaiki sebagaimana mestinya.

180 Ditetapkan di: Teraate Pada tanggal :30Juni2010 Kepala


Sekolah,

Drs. UMAR M. SADJIM, M.Pdl NIP. 19681217199412 1 004


DAFTAR PEMBAGIAN TUGAS PEMBANTU KEPALA SEKOLAH
SMP MUHAMMADIYAH 1 KOTA TERNATE
TAHUN PELAJARAN 2010/2011

NO NAMA/NIP JABATAN TUGAS KET

1 Drs. Umar M. Sadjim Kepala 1. Koordinator Umum


NIP.19681217 199412 Sekolah 2. Pembimbing
1004 Pramuka
3. Koordinator BP/BK
2 Hj. Endang Y. Guru 1. Kaur Kurikulum/
Hermanto, S.Pd. Sapras
NIP. 132 114 977 2. Koordinator
Mata
3 Abdurrahim Guru 1. Kaur Kesiswaan/
Mataheruella, S.Pd. Hubmas
NIP. 19690505 2. Pembina OSIS/IPM
199512 1003 3. Koor. Kegiatan
4 Hj. Mahani Assagaf, Guru Siswa
1. Koordinator BP/BK
S.PdI. 2. KetuaMGMPPAI
NIP. 19610815 199103
2 004
5 Rabia Albaar, Guru 1. Pembantu
S.Pd. NIP. 132 170 Kurikulum/
100 Sapras
2. KetuaMGMP
6 Nurjana Saleh, S.Pd. Guru 1. Pembantu
NIP. 19750805 Kurikulum/
200008 2 001 Sapras
7 Taib Jen, Guru 1. Pembantu
S.Pd. Kesiswaan/
NIP.197104 Humas
8 Idham S. Usman, Guru 1. Pembantu
S.Pd. NIP. 19751228 Kesiswaan dan humas
200701 1013
9 Herniati, S.Pd. Guru 1. Bandahara Komite
NIP. 19700310 199303 2. Pengelola
2 008 Laboratorium IPA
10 Hadjer Mustari, S.Pd. 1. Pengelola UKS
2. Pembantu
Pengelola
Lab. IPA
TATA TERTIB KEPALA SEKOLAH DAN WAKIL KEPALA SEKOLAH
GURU DAN PEGAWAI SMP
MUHAMMADIYAH 1 KOTA TERNATE
Setiap Guru / Pegawai Patut Mengikuti dan Mantaati Hal-Hala Berikut:

1. Hadir sebelum pelajar atau kegiatan dimulai

2. Buku persiapan program tahunan dijabarkan menjadi persiapan

semester dan persiapan bulanan dibuat pada awal tahun dijabarakan

menjadi persiapan semester dan persiapan bulanan dibuat pada awal

tahun pelajaranan dan diperiksa oleh Kepala Sekolah

3. Buku persiapan mingguan dijabarkan menjadi persiapan

harian untuk diperiksa oleh Kepala Sekolah

4. Kehadiran tepat waktu pada setiap hari kerja dan wajib berada

disekolah sejak Jam 07.30 s/d. 13.30 WIT

5. Guru/ Pegawai yang berhalangan dan tidak sempat hadir, maka

dapat meminta ijin kepada Kepala Sekolah dengan cara

memberitahukan sehari sebelumnya

6. Guru yang tidak mengajar diberi tugas Kepala Sekolah; misalnya :

- Mengadakan eksperimen di laboratorium

- Membaca buku Perpustakaan

- Mempelajarai kecakapan khusus tertentu

- Kegiatan-kegiatan sekolah lainnya

7. Guru wajib mengadakan evaluasi dan test secara tertentu

8. Guru wajib mengevaluasi cara dan jam mengajar

9. Guru wajib mengadakan koreksi tentang jumlah dan bobot

pembelajaran

182
10. Guru wajib mengewvaluasi tentang perkembangan anak di

dalam maupun di luar kelas

11. Membuat evaluasi tentang kegiata Ekstra Kurikuler

12. Guru yang sedang mengajar tidak dibenarkan meninggalkan

anak didiknya dikelas dalam waktu yang cukup lama

13. Semua guru ikut bertanggung jawab terhadap ketertiban

sekolah, diluar jam pelajaran yang diatur oleh Kepala Sekolah.

183
TATA TERTIB SISWA SMP
MUHAMMADIYAH 1 KOTA TERNATE

I. HAL MASUK SEKOLAH


1. Pelajaran dimulai pukul 07.15 WIT
2. semua siswa harus hadir disekolah selambat-lambatnya 5
menit (lima) sebelum pelajaran dimulai
3. Siswa yang terlambat sempai dengan 10 menit (sepuluh)
menit atau lebih setelah tanda masuk bel di bunyikan, tidak
diperkenangkan langsung masuk kelas melainkan harus melapor
pada bapak/ibu guru piket
4. Siswa yang tidak masuk hanya dibenerkan bila sunggu-
sunggu sakit atau keperluan lain yang sangat penting dan harus
ada surat keterangan Dokter atau surat keterangan dari orang
tua /wali.

II. Kewajiban Siswa


1. mentaati semua peraturan sekolah, taat kepada Guru dan
staf / kepala sekolah
2. Ikut bertanggung jawab atas terpeliharanya gedung
sekolah / kelas / lingkungan sekolah, semua perabot dan
peralatan sekolah
3. Ikut bertanggung jawab atas keamanan, kebersihan dan
ketertiban kelas / sekolah pada umumnya.
4. Membantu kelancaran pelajaran baik dikelas maupun
disekolah pada umumnya.
5. Ikut menjaga nama baik sekolah, Guru dan siswa pada
umumnya, baik didalam maupun diluar sekolah.
6. Menghormati kepala sekolah, Guru staf kariawan maupun sesama
teman
7. Membayar uang administrasi sekolah sesuai ketetapan
selambat-lambatnya tanggal 10 setiapbulan.
8. Melengkapi alat keperluan sekolah bagi diri sendiri
9. Berpakaian seragam lengkap sesuai ketentuan yang
berlaku, rapi, bersih,kameja dimasukkan dan tidak dilipat-lipat.

184
10. Bagi siswa yang membawa kendaraan sepeda / sepeda
motor agar memarkirnya ditempat yang disediakan dalam
keadaan terkunci dan tunduk pada aturan perparkiran.
11. Bersedia mendatangkan Orang Tua / wali sewaktu-waktu
apabila sekolah memerlukan (mengambil raport / panggilan
konsultasi masalah putra-putrinya).
12. Mengikuti minimal satu jenis kegiatan ektrakulikuler yang
ditetapkan sekolah.
Hak-hak Siswa
13. Siswa Berhak mengikuti pelajaran selama tidak melanggr
tata tertib yang telah di tetapkan.
14. Siswa dapat meminjam buku diperpustakaan sekolah
tanpa dipungut biayah dengan mentaati peraturan perpustakaan
yang berlaku.
15. Siswa berhak mendapat perlakuan yang sama dengan
menerima layanan pendidikan dan pelajaran dari seluruh bidang
studi yaqng telah ditetapkan dari Sekolah yang berlaku.
16. Siswa berhak untuk memilih, mengikuti, melaksanakan
kegiatan ekstra kurikuler yang ditetapkan oleh sekolah.
17. Siswa berhak menggunakan fasilitas yang ada disekolah
(perpustakaan,Labolaturum, UALAH Dll) yang dapat membantu
kelancaran kegiatan siswa. Dengan catatan telah mendapat izin
penggunaan dari Waksek Sarana dan prasarana dan bersedia
menjaga kebersihan dan keamanan sarana prasarana Sekolah.
18. Siswa berhak mengikuti ulangan harian, ulangan umum,
EBTA / EPTANAS sesuai jadwal yang telah ditetapkan dengan
catatan siswa telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan
panitia / sekolah.
HLKETENTUAN SERAGAM SEKOLAH
1. SERAGAM SEKOLAH
Setiap hari siswa diwajibkan berpakaian seragam sekolah yang
rapih dan sopan serta sesuai dengan ketentuan seragam sekolah.

185
a. Senin sampai Kamis: Seragam putih biru dengan badge Osis
lengkap,
sepatu hitam kaos kaki putih.
b. Juma'at sampai Sabtu: Seragam batik biru lengkap dengan
atribut
sepatu hitam kaos kaki putih.
c. Upacara bendera: seragam putih biru lengkap atributnya
dengan
memakai topi Osis SMP.
d. Perhiasan Tidak Berlebihan
> Putri : hanya diperbolehkan memakai
giwang/anting-anting dan jam tangan dan tidak
diperbolehkan bermake UP Berkebihan
> Putra: hanya diperbolehkan memakai jam tangan
dan tidak perkenankan memakai perhiasan/asesoris
lainnya serta topi selain topi sekolah.
2. HAL SIKAP DAN PRILAKU
Siswa di larang:
a. Bertindak tidak sopan terhadap guru atau personil sekolah.
b. Menyerang guru atau pegawai sekolah.
c. Berkelahi dilingkungan sekolah.
d. Terlibat tawuran antar sekolah.
e. Melakukan tindakan asusila.
f. Bertindak tidak senonoh terhadap teman.
g. Melakukan pemerasan terhadap orang lain.
h. Membawa / mengedarkan / memakai; miras, obat terlarang,
VCD
porno. i. Membawa dan atau merokok dilingkungan
sekolah. j. Membawa senjata tajam. k. Membawa /
menyembunyikan petasan. 1. Merusak sarana dan
prasarana sekolah. m. Mencoret dinding, meja, kursi,
pagar dll. n. Menyalagunakan uang iuran komite o.
Nongkrong di kantin / waning / koperasi di dalam / di luar
sekolah pada saat jam-jam pelajaran.

186
p. Menyalagunakanuangjuran BP3
q. Tidur, sikap acuh, bicara pada saat guru
menjelaskan /
memberikanpelajaran
r. Memalsukan surat keterangan dari orang tua /
wali
s. Meninggalkan kelas tanpa ijin pada saat jam
pelajaran
t. Membuang sampah disembarang tempat
u. Mencuri barang milik orang lain atau sekolah
v. Mengunakan Hp pada saat KBM

187
t Gamb
ar: 1 SMP

Muhammadiyah 1
Kota Temate

Ga
mbar: 2
Kegiatan
Shalat Dzuhur
Berjamaah
Gambar: 5 Kegiatan
Pembelajam Geografi

Gambar: 6 Kegiatan
Praktek Mata Pelajaran Budaya Daerah

Anda mungkin juga menyukai