Anda di halaman 1dari 67

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Pengertian Umum


Geologi berasal dari kata Yunani: ge yang berarti bumi dan logos
yang berarti ilmu oleh Bailey, 1939. Jadi dari asal katanya geologi
adalah Ilmu yang mempelajari material bumi secara menyeluruh,
termasuk asal mula, struktur, penyusun kerak bumi, proses - proses
yang berlangsung selama dan atau setelah pembentukannya, dan yang
sedang berlangsung, hingga menjadikan keadaan bumi seperti saat ini
secara garis besarnya adalah ilmu yang mempelajari bumi. Akan tetapi
pengertian bumi sendiri dapat mencakup selubung gas yang mengitari
planet bumi yaitu atmosfer, akumulasi air di permukaan bumi dan di
dalam kerak bumi yaitu hidrosfer, serta bagian padat dari planet bumi
itu sendiri (litosfer). Pada mulanya orang berusaha memahami semua
gejala alam yang ada disekitarnya. Upaya untuk mengetahui secara
mendalam gejala alam yang ada di sekitar manusia diawali oleh para
filosof yang uraiannya berupa tinjauan filsafati sehingga dikenallah
istilah Filsafat Alamiah yang kemudian menjelma menjadi Ilmu
Pengetahuan Alam yang ditunjang oleh ilmu Matematika, Fisika,
Kimia, Astronomi dan Geologi Emmons, 1960. Dengan demikian
ilmu geologi berada dalam deretan ilmu pengetahuan alam.Semula
geologi mempelajari bumi dalam pengertian luas yang mencakup
atmosfer, hidrosfer dan litosfer, namun belakangan karena
berkembangnya spesialisasi, geologi terfokus pada litosfer saja.

1
Spesialisasi berkembang karena pada hakekatnya manusia adalah
makhluk terbatas di mana tak seorangpun mampu memahami bumi
dalam pengertian luas secara mendalam. Karena itu timbul
pembatasan ruang lingkup kajian sehingga bumi dalam pengertian
luas dipelajari berbagai ilmu seperti Meteorologi dan Klimatologi
mempelajari gejala alam di Atmosfer, Hidrologi dan Oseanografi
mempelajari gejala alam di hidrosfer sedang litosfer dipelajari dalam
ilmu Geologi. Ruang lingkup kajian geologi yang sudah dibatasi pada
litosfer saja masih sangat luas sehingga terjadi spesialisasi lebih lanjut
menghasilkan berbagai sub-bidang geologi/cabang-cabang geologi,
bahkan cenderung untuk berdiri sendiri. Spesialisasi ini sejalan
dengan meningkatnya jumlah penduduk dan kemajuan peradaban
sehingga kebutuhan manusia juga meningkat. Orang tidak merasa
puas lagi dengan hanya memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan
papan melainkan ke kebutuhan tingkat tinggi dan sangat kompleks
seperti kebutuhan berbagai asesori, hiburan, pendidikan dan
sebagainya. Semua itu membutuhkan berbagai bahan baku yang
gudang utamanya di bumi, sehingga untuk mendapatkannya perlu
mempelajari sumbernya secara mendalam. Muncullah berbagai
cabang geologi antara lain Geologi Pertambangan yang dapat dipecah
lagi menjadi Geologi Minyak dan Gas Bumi, Geologi Batubara dan
seterusnya, Geologi Teknik, Mineralogi dan sebagainya.

1.2. Ruang Lingkup Geologi


Ilmu Geologi memiliki beberapa cabang ilmu lain yang lebih
spesifik, antara lain:

2
1. Mineralogi
Studi tentang mineral secara megaskopis dan menentukan nama
mineral dari hasil deskripsi (sifat fisik, belahan, goresan, warna, kilap,
dll).
2. Petrologi
Studi tentang batuan, asal mula pembentukannya, klasifikasinya,
tempat pembentukan dan pengendapannya, serta penyebarannya baik
di dalam maupun di luar perut bumi.
3. Geologi Struktur
Studi mengenai perubahan bentuk2 kerak bumi yg diakibatkan oleh
gaya sehingga menghasilkan struktur geologi berupa lipatan, patahan,
kekar, dll.
4. Geomorfologi
Studi tentang bentang alam dan proses2 yg mempengaruhinya.
5. Stratigrafi
Studi tentang perlapisan batuan, komposisi, ketebalan, penyebaran,
umur dan korelasi lapisan batuan.
6. Geokimia
Pada dasarnya adalah studi mengenai komposisi kimia bumi.
mempelajari keberadaan unsur-unsur isotop di bumi, dll.
7. Paleontologi
Studi tentang segala aspek kehidupan masa lampau berupa fosil baik
makro ataupun mikro yg di temukan dalam batuan.

3
8. Geologi Terapan
Penerapan Geologi untuk kepentingan manusiapada bidang tertentu.
Misal: Geologi Pertambangan, Geologi batubara, Geologi Minyak dan
Gas bumi, Hidrogeologi, dsb

1.3. Hubungan Geologi Dengan Ilmu Lain


Kaitan ilmu geologi dengan ilmu sipil
Geologi Teknik, yang dimaksud disini yaitu penggunaan geologi pada
kerekayasaan Cabang yang mempelajari struktur dan sifat berbagai
macam tanah dalam menopang suatu bangunan yang akan berdiri di
atasnya. Cakupannya dapat berupa investigasi lapangan yang
merupakan penyelidikan keadaan-keadaan tanah suatu daerah dan
diperkuat dengan penyelidikan laboratorium erat hubunganya dengan
ilmu rekayasa di teknik sipil.
Kaitan ilmu geologi dengan ilmu geodesi
Geologi adalah ilmu yang mempelajari tentang pengukuran bumi, oleh
karena itu geologi termasuk ilmu yang berhungungan dengan ilmu
geologi. Dan memiliki dua definisi

Definisi klasik dan definisi modern :


Definisi klasik geodesi
Ilmu yang mempelajari tentang pengukuran dan pemetaan bumi yang
juga termasuk permukaan dasar laut.
Definisi modern geodesi
Ilmu yang mempelajari pengukuran dan penampakan dari bumi dan
benda-benda langit lainnya.

4
Kaitan ilmu geologi dengan ilmu planologi
Planologi adalah salah satu cabang ilmu tehnik yang mempelajari
penataan wilayah tentang bagaiman cara mendesain perdesaan,
wilayah dan kota. Penerapan geologi erat hubungannya dengan
penataan dan pengembangan wilayah. Pola cangkupan berbagai aspek
yang saling terkait satu sama lain secara fisik , ekonomi maupun
social, membutuhkan penaganan yang terpadu. Oleh karena itu
perkembangan wilayah mencakup penataan lingkungan tersebut yang
baik dilakukan dalam membangun tanpa merusak (development with
out destruction).Yang di tinjau secara geologi yang muncul sebagai
tulang punggung dalam menangani masalah tata lingkungan.

Kaitan ilmu geologi dengan ilmu elektro


Elektronika adalah ilmu yang mempelajari alat listrik arus lemah yang
dioperasikan dengan cara mengontrol aliran elektron atau partikel
bermuatan listrik dalam suatu alat seperti komputer, peralatan
elektronik, termokopel, semikonduktor, dan lain sebagainya.

5
BAB II
TERJADINYA BUMI

2.1 Macam Macam Teori

1. Teori Kabut (Nebula)

Sejak jaman sebelum Masehi, para ahli telah memikirkan proses


terjadinya Bumi. Salah satunya adalah teori kabut (nebula) yang
dikemukakan oleh Immanuel Kant (1755) dan Piere De
Laplace(1796).Mereka terkenal dengan Teori Kabut Kant-Laplace.
Dalam teori ini dikemukakan bahwa di jagat raya terdapat gas yang
kemudian berkumpul menjadi kabut (nebula). Gaya tarik-menarik
antar gas ini membentuk kumpulan kabut yang sangat besar dan
berputar semakin cepat. Dalam proses perputaran yang sangat cepat
ini, materi kabut bagian khatulistiwa terlempar memisah dan memadat

6
(karena pendinginan). Bagian yang terlempar inilah yang kemudian
menjadi planet-planet dalam tata surya.Teori nebula ini terdiri dari
beberapa tahap,yaitu

Matahari dan planet-planet lainnya masih berbentuk gas, kabut


yang begitu pekat dan besar. Kabut tersebut berputar dan berpilin
dengan kuat, dimana pemadatan terjadi di pusat lingkaran yang
kemudian membentuk matahari. Pada saat yang bersamaan materi
lainpun terbentuk menjadi massa yang lebih kecil dari matahari yang
disebut sebagai planet, bergerak mengelilingi matahari. Materi-materi
tersebut tumbuh makin besar dan terus melakukan gerakan secara
teratur mengelilingi matahari dalam satu orbit yang tetap dan
membentuk Susunan Keluarga Matahari.

2. Teori Planetisimal

7
Pada awal abad ke-20, Forest Ray Moulton, seorang ahli
astronomi Amerika bersama rekannya Thomas C.Chamberlain,
seorang ahli geologi, mengemukakan teori Planetisimal Hypothesis,
yang mengatakan matahari terdiri dari massa gas bermassa besar
sekali, Pada suatu saat melintas bintang lain yang ukurannya hampir
sama dengan matahari, bintang tersebut melintas begitu dekat
sehingga hampir menjadi tabrakan. Karena dekatnya lintasan
pengaruh gaya gravitasi antara dua bintang tersebut mengakibatkan
tertariknya gas dan materi ringan pada bagian tepi.
Karena pengaruh gaya gravitasi tersebut sebagian materi terlempar
meninggalkan permukaan matahari dan permukaan bintang. Materi-
materi yang terlempar mulai menyusut dan membentuk gumpalan-
gumpalan yang disebut planetisimal. Planetisimal- Planetisimal lalu
menjadi dingin dan padat yang pada akhirnya membentuk planet-
planet yang mengelilingi matahari.

3. Teori Pasang Surut Gas (Tidal)

8
Teori ini dikemukakan oleh James Jeans dan Harold Jeffreys pada
tahun 1918, yakni bahwa sebuah bintang besar mendekati matahari
dalam jarak pendek, sehingga menyebabkan terjadinya pasang surut
pada tubuh matahari, saat matahari itu masih berada dalam keadaan
gas. Terjadinya pasang surut air laut yang kita kenal di Bumi,
ukuranya sangat kecil. Penyebabnya adalah kecilnya massa bulan dan
jauhnya jarak bulan ke Bumi (60 kali radius orbit Bumi). Tetapi, jika
sebuah bintang yang bermassa hampir sama besar dengan matahari
mendekat, maka akan terbentuk semacam gunung-gunung gelombang
raksasa pada tubuh matahari, yang disebabkan oleh gaya tarik bintang
tadi. Gunung-gunung tersebut akan mencapai tinggi yang luar biasa
dan membentuk semacam lidah pijar yang besar sekali, menjulur dari
massa matahari dan merentang ke arah bintang besar itu.

Dalam lidah yang panas ini terjadi perapatan gas-gas dan akhirnya
kolom-kolom ini akan pecah, lalu berpisah menjadi benda-benda
tersendiri, yaitu planet-planet. Bintang besar yang menyebabkan
penarikan pada bagian-bagian tubuh matahari tadi, melanjutkan
perjalanan di jagat raya, sehingga lambat laun akan hilang
pengaruhnya terhadap-planet yang berbentuk tadi. Planet-planet itu
akan berputar mengelilingi matahari dan mengalami proses
pendinginan. Proses pendinginan ini berjalan dengan lambat pada
planet-planet besar, seperti Yupiter dan Saturnus, sedangkan pada
planet-planet kecil seperti Bumi kita, pendinginan berjalan relatif
lebih cepat.

9
4. Teori Bintang Kembar
Teori ini dikemukakan
oleh seorang ahli
Astronomi R.A Lyttleton.
Menurut teori ini, galaksi
berasal dari kombinasi
bintang kembar. Salah
satu bintang meledak
sehingga banyak material
yang terlempar. Karena
bintang yang tidak
meledak mempunyai gaya
gravitasi yang masih kuat,
maka sebaran pecahan ledakan bintang tersebut mengelilingi bintang
yang tidak meledak itu. Bintang yang tidak meledak itu sekarang
disebut dengan matahari, sedangkan pecahan bintang yang lain adalah
planet-planet yang mengelilinginya.

5. Teori Big Bang

10
Berdasarkan Theory Big Bang, proses terbentuknya bumi berawal dari
puluhan milyar tahun yang lalu. Pada awalnya terdapat gumpalan
kabut raksasa yang berputar pada porosnya. Putaran tersebut
memungkinkan bagian-bagian kecil dan ringan terlempar ke luar dan
bagian besar berkumpul di pusat, membentuk cakram raksasa. Suatu
saat, gumpalan kabut raksasa itu meledak dengan dahsyat di luar
angkasa yang kemudian membentuk galaksi dan nebula-nebula.
Selama jangka waktu lebih kurang 4,6 milyar tahun, nebula-nebula
tersebut membeku dan membentuk suatu galaksi yang disebut dengan
nama Galaksi Bima Sakti, kemudian membentuk sistem tata surya.
Sementara itu, bagian ringan yang terlempar ke luar tadi mengalami
kondensasi sehingga membentuk gumpalan-gumpalan yang
mendingin dan memadat. Kemudian, gumpalan-gumpalan itu
membentuk planet-planet, termasuk planet bumi.

Dalam perkembangannya, planet bumi terus mengalami proses secara


bertahap hingga terbentuk seperti sekarang ini. Ada tiga tahap dalam
proses pembentukan bumi, yaitu: Awalnya, bumi masih merupakan
planet homogen dan belum mengalami perlapisan atau perbedaan
unsur. Pembentukan perlapisan struktur bumi yang diawali dengan
terjadinya diferensiasi. Material besi yang berat jenisnya lebih besar
akan tenggelam, sedangkan yang berat jenisnya lebih ringan akan
bergerak ke permukaan. Bumi terbagi menjadi lima lapisan, yaitu inti

11
dalam, inti luar, mantel dalam, mantel luar, dan kerak bumi.

Bukti penting lain bagi Big Bang adalah jumlah hidrogen dan helium
di ruang angkasa. Dalam berbagai penelitian, diketahui bahwa
konsentrasi hidrogen-helium di alam semesta bersesuaian dengan
perhitungan teoritis konsentrasi hidrogen-helium sisa peninggalan
peristiwa Big Bang. Jika alam semesta tak memiliki permulaan dan
jika ia telah ada sejak dulu kala, maka unsur hidrogen ini seharusnya
telah habis sama sekali dan berubah menjadi helium.
Segala bukti meyakinkan ini menyebabkan teori Big Bang diterima
oleh masyarakat ilmiah. Model Big Bang adalah titik terakhir yang
dicapai ilmu pengetahuan tentang asal muasal alam semesta.

Masih sangat banyak teori lainnya yang Dikemukakan oleh para ahli
seperti:

Teori Buffon dari ahli ilmu alam Perancis George Louis Leelere
Comte de Buffon. Beliau mengemukakan bahwa dahulu kala terjadi
tumbukan antara matahari dengan sebuah komet yang menyebabkan
sebagian massa matahari terpental ke luar. Massa yang terpental ini
menjadi planet.

Teori Kuiper atau Teori kondensasi dikemukakan oleh Gerald


P.Kuiper mengemukakan bahwa pada mulanya ada nebula besar
berbentuk piringan cakram. Pusat piringan adalah protomatahari,

12
sedangkan massa gas yang berputar mengelilingi promatahari adalah
protoplanet.Pusat piringan yang merupakan protomatahari menjadi
sangat panas, sedangkan protoplanet menjadi dingin. Unsur ringan
tersebut menguap dan menggumpal menjadi planet planet.Dalam
teorinya beliau juga mengatakan bahwa tata surya pada mulanya
berupa bola kabut raksasa. Kabut ini terdiri dari debu, es, dan gas.
Bola kabut ini berputar pada porosnya sehingga bagian-bagian yang
ringan terlempar ke luar, sedangkan bagian yang berat berkumpul di
pusatnya membentuk sebuah cakram mulai menyusut dan
perputarannya semakin cepat, serta suhunya bertambah, akhirnya
terbentuklah matahari.

Teori Weizsaecker dimana pada tahun 1940, C.Von Weizsaecker,


seorang ahli astronomi Jerman mengemukakan tata surya pada
mulanya terdiri atas matahari yang dikelilingi oleh massa kabut gas.
Sebagian besar massa kabut gas ini terdiri atas unsur ringan, yaitu
hidrogen dan helium. Karena panas matahari yang sangat tinggi, maka
unsur ringan tersebut menguap ke angkasa tata surya, sedangkan unsur
yang lebih berat tertinggal dan menggumpal. Gumpalan ini akan
menarik unsur unsur lain yang ada di angkasa tata surya dan
selanjutnya berevolusi membentuk palnet planet, termasuk bumi.

Teori Whipple oleh seorang ahli astronom Amerika Fred L.Whipple,


mengemukakan pada mulanya tata surya terdiri dari gas dan kabut
debu kosmis yang berotasi membentuk semacam piringan. Debu dan
gas yang berotasi menyebabkan terjadinya pemekatan massa dan

13
akhirnya menggumpal menjadi padat, sedangkan kabutnya hilang
menguap ke angkasa. Gumpalan yang padat saling bertabrakan dan
kemudian membentuk planet planet.

Menurut seorang astronom asal inggris,pada pertengahan abad 20


yang bernama Sir Fred Hoyle mengemukakan suatu teori yang
disebut Steady-State.Teori steady-state menyatakan bahwa alam
semesta berukuran tak hingga dan kekal sepanjang masa. Dengan
tujuan mempertahankan paham materialis, teori ini sama sekali
berseberangan dengan teori Big Bang, yang mengatakan bahwa alam
semesta memiliki permulaan. Mereka yang mempertahankan teori
steady-state telah lama menentang teori Big Bang. Namun, ilmu
pengetahuan justru meruntuhkan pandangan mereka.

Pada tahun 1948, Gerge Gamov muncul dengan gagasan lain


tentang Big Bang. Ia mengatakan bahwa setelah pembentukan alam
semesta melalui ledakan raksasa, sisa radiasi yang ditinggalkan oleh
ledakan ini haruslah ada di alam. Selain itu, radiasi ini haruslah
tersebar merata di segenap penjuru alam semesta. Bukti yang
'seharusnya ada' ini pada akhirnya diketemukan. Pada tahun 1965, dua
peneliti bernama Arno Penziaz dan Robert Wilson menemukan
gelombang ini tanpa sengaja. Radiasi ini, yang disebut 'radiasi latar
kosmis', tidak terlihat memancar dari satu sumber tertentu, akan tetapi
meliputi keseluruhan ruang angkasa. Demikianlah, diketahui bahwa
radiasi ini adalah sisa radiasi peninggalan dari tahapan awal peristiwa
Big Bang. Penzias dan Wilson dianugerahi hadiah Nobel untuk

14
penemuan mereka.Pada tahun 1989, NASA mengirimkan satelit
Cosmic Background Explorer. COBE ke ruang angkasa untuk
melakukan penelitian tentang radiasi latar kosmis. Hanya perlu 8
menit bagi COBE untuk membuktikan perhitungan Penziaz dan
Wilson. COBE telah menemukan sisa ledakan raksasa yang telah
terjadi di awal pembentukan alam semesta. Dinyatakan sebagai
penemuan astronomi terbesar sepanjang masa, penemuan ini dengan
jelas membuktikan teori Big Bang.

Dan menurut gagasan kuno yang mengatakan bahwa alam semesta


itu kekal. Gagasan yang umum di abad 19 adalah bahwa alam semesta
merupakan kumpulan materi berukuran tak hingga yang telah ada
sejak dulu kala dan akan terus ada selamanya. Selain meletakkan
dasar berpijak bagi paham materialis, pandangan ini menolak
keberadaan sang Pencipta dan menyatakan bahwa alam semesta tidak
berawal dan tidak berakhir.

Materialisme adalah sistem pemikiran yang meyakini materi sebagai


satu-satunya keberadaan yang mutlak dan menolak keberadaan
apapun selain materi. Berakar pada kebudayaan Yunani Kuno, dan
mendapat penerimaan yang meluas di abad 19, sistem berpikir ini
menjadi terkenal dalam bentuk paham Materialisme dialektika Karl
Marx.Para penganut materalisme meyakini model alam semesta tak
hingga sebagai dasar berpijak paham ateis mereka. Misalnya, dalam
bukunya Principes Fondamentaux de Philosophie, filosof materialis
George Politzer mengatakan bahwa "alam semesta bukanlah sesuatu

15
yang diciptakan" dan menambahkan: "Jika ia diciptakan, ia sudah
pasti diciptakan oleh Tuhan dengan seketika dan dari ketiadaan".
Ketika Politzer berpendapat bahwa alam semesta tidak diciptakan dari
ketiadaan, ia berpijak pada model alam semesta statis abad 19, dan
menganggap dirinya sedang mengemukakan sebuah pernyataan
ilmiah. Namun, sains dan teknologi yang berkembang di abad 20
akhirnya meruntuhkan gagasan kuno yang dinamakan materialisme
ini.

Ledakan raksasa yang menandai permulaan alam semesta ini


dinamakan 'Big Bang', dan teorinya dikenal dengan nama tersebut.
Perlu dikemukakan bahwa 'volume nol' merupakan pernyataan teoritis
yang digunakan untuk memudahkan pemahaman. Ilmu pengetahuan
dapat mendefinisikan konsep 'ketiadaan', yang berada di luar batas
pemahaman manusia, hanya dengan menyatakannya sebagai 'titik
bervolume nol'. Sebenarnya, 'sebuah titik tak bervolume' berarti
'ketiadaan'. Demikianlah alam semesta muncul menjadi ada dari
ketiadaan. Dengan kata lain, ia telah diciptakan.

2.2 Teori Tektonik Lempeng

Berdasarkan sudut pandang Old Geology.

Menurut Carles Leyll (1830), benua dan samudera tidak mengalami


perubahan / tidak bergerak ( fixis ) perubahan hanya terjadi di bagian
permukaan yang berlangsung evolusioner sampai yang kita lihat
sekarang

16
Berdasarkan Sudut Pandang New Geology

Mc. Kenzie dan Robert Paker (1968), ahli geofisika inggris


memunculkan pandangan baru bahwa benua dan samudera mengalami
pergerakan (mobile). Teorinya disebut tektonik lempeng sebagai
paradigma baru dalam bidang ilmu kebumian.

Dasar Teori Tektonik Lempeng

1. Continental Drift, Oleh Taylor (1910), Alfred Wegener (1912)

Alfred Wegener, mengemukakan teori tentang apungan dan pergeseran


benua dalam bukunya The Origin of Continents and Oceans, ia
mengemukakan bahwa :

The continents had once been stitched together, as parts off a super
land mass he called PANGEA (all earth). Then ; said Wegener
several hundred million years ago Pangea ruptured and the
continents drifted to their present positions, plowing like shallow rafts
through the sea of rock thats makes up the floors of the oceans.

a. Titik Tolak Teori : Adanya persamaan mencolok antara garis kontur


pantai timur benua Amerika Utara dan Selatan dengan garis kontur
pantai barat Eropa dan Afrika. Kedua garis yang sama tersebut
sebenarnya dahulu adalah daratan yang berimpitan Itu sebabnya
formasi geologi di bagian-bagian yang bertemu itu sama.

b. Adanya persamaan flora dan fauna di tempat yang bertemu tersebut.

17
2. Convection Current Teory, Vening Meinesz - Hery Hess

Perpecahan benua dan pergerakan lempeng itu disebabkan oleh


adanya energi yang menggerakan lempeng tersebut, energi itu berasal
dari arus konveksi di dalam astenosfer bumi. Arus konveksi adalah
perpindahan energi panas pada fluida, energi tersebut disebabkan oleh
adanya:

- Peluruhan unsur-unsur radioaktif, U Pb + E= mc2

- Gradien Geotermis

- Karena adanya serangan benda asing

- Panas yang tersimpan pada saat pembentukan planet

3. Sea Floor Growth (1963)

Pergerakan lempeng yang saling menjauh mengakibatkan


terbentuknya punggungan yang memanjang di tengah dasar samudera.

18
Peta Punggungan Tengah Samudra (MID OCEANIC RIDGE)

Pergerakan Lempeng Tektonik.

1. Divergen ( Pergerakan saling menjauh )

19
New ocean plate is created by the solidification of mantel material
rising from below those corresponding to ocean trenches and young
continental mountains range ( mid-ocean ridge ).Pergerakan saling
menjauh, menyebabkan terbentuknya / memekarnya dasar samudra
dan terbentuknya punggungan tengah samudera ( mid-ocean ridge ),
serta aktivitas vulkanisme laut dalam yang menghasilkan lava basa
berstruktur basalts.

2. Convergen ( Pergerakan saling mendekat ) When oceanic plat


pushes a continent, its the ocean floor which is nevitably forced

20
back down in to the mantle subduction plate- volcanic and
earthquakes activity along convergent plate boundaries result from
energy released in or along the subducting. Pergerakan saling
mendekat antar kerak samudera, menyebabkan kerak samudera
menujam kedalam mantel sehingga terbentuk palung / zona
subduksi, dan terbentuk pegunungan vulkanik dasar laut dengan
magma yang cair karena mengandung sedikit kuarsa (SiO2),
pembentuk batuan basaltis

3. Transform Fault

21
Di daerah pergerakan saling berpapasan, terdapat aktivitas
vulkanisme yang lemah disertai gempa yang tidak kuat.

Akibat dari pergerakan lempeng-lempeng tersebut terjadilah aktivitas


geologi, seperti: Vulkanisme, Gempa bumi, Mineralisasi, dan
Pengangkatan Pegunungan

BAB III

22
MINERAL DAN BATUAN

3.1. PengertianUmum Mineral Dan Batuan

Mineral adalah padatan senyawa kimia homogen, non-organik, yang


memiliki bentuk teratur (sistemkristal) dan terbentuk secara
alami.mineral dalam arti geologi adalah zat atau benda yang terbentuk
oleh proses alam, biasanya bersifat padat serta tersusun dari komposisi
kimia tertentu dan mempunyai sifat-sifat fisik yang tertentu pula.
Mineral terbentuk dari atom-atom serta molekul-molekul dari
berbagai unsur kimia, dimana atom-atom tersebut tersusun dalam
suatu pola yang teratur. Batuan adalah kumpulan-kumpulan atau
agregat dari mineral-mineral yang sudah dalam kedaan
membeku/keras. Batuan adalah salah satu elemen kulit bumi yang
menyediakan mineral-mineral anorganik melalui pelapukan yang
selanjutnya menghasilkantanah. Batuan mempunyai komposisi
mineral, sifat-sifat fisik, dan umur yang beraneka ragam.

3.2. Bagaimana Terjadinya Mineral dan Batuan

1. Mineral

Berdasarkan senyawa kimianya, mineral dikelompokkan menjadi


mineral Silikat dan Non-silikat. Dari 2000 jenis mineral yang dikenal,
hanya beberapa yang terlibat dalam pembentukan batuan. Mineral-
mineral tersebut dinamakan Mineral Pembentuk Batuan atau Rock
Forming Minerals, yang merupakan penyusun utama batuan kerak
dan mantel Bumi.

23
Mineral pembentuk batuan dikelompokkan menjadi empat yaitu
Silikat, Oksida, Sulfida, Karbonat dan Sulfat:

1. Mineral Silikat

90% mineral pembentuk batuan adalah dari kelompok ini, yang


merupakan persenyawaan antara silikon dan oksigen dengan beberapa
unsur metal. Silikat merupakan bagian utama yang membentuk batuan
baik itu seperti batuan beku maupun batuan malihan. Silikat
pembentuk batuan dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok
ferromagnesium dan non-ferromagnesium.

1. Mineral ferromagnesium :

Umumnya mempunyai warna gelap atau hitam dan berat jenis yang
besar.

1. Olivine: warnanya yang olive. Berat jenis 3.27- 3.37, tumbuh


sebagai mineral yang mempunyai bidang belah yang kurang
sempurna.
2. Augitite: warnanya sangat gelap hijau hingga hitam. Berat jenis
berkisar antara 3.2 3.4 dengan bidang belah yang berpotongan
hampir tegak lurus.
3. Hornblende: warnanya hijau hingga hitam; Berat jenis 3.2 dan
mempunyai bidang belah yang berpotongan dengan sudut
antara 56 dan 124 yang sangat membantu dalam cara
mengenalnya.

24
4. Biotite: mineral mika berbentuk pipih yang dengan mudah
dapat terkelupas. Dalam keadaan tebal, warnanya hijau tua
hingga coklat-hitam. Berat jenis 2.8 3.2.

1. Mineral non-ferromagnesium
2. Muskovit : Disebut mika putih karena warnanya yang terang,
kuning muda, coklat, hijau atau merah. Memiliki Berat jenis 2,8
3,1.

Kelompok Mineral Non-Silikat

1. Felspar : Mineral pembentuk batuan yang paling banyak.


Dalam bahasa Jerman Feld adalah lapangan, didalam kerak
bumi jumlahnya hampir 54%. Terdapat dua nama yang
diberikan kepada felspar yaitu Plagioklas dan ortoklas. Dari
nama Plagioklas tersebut dibagi lagi menjadi dua yaitu albit dan
anorthit. Dimana arti nama Orthoklas mengandung Kalium,
albit mengandung Natrium dan Anorthit mengandung Kalsium.
2. Orthoklas : mempunyai warna yang khas yaitu abu-abu atau
merah jambu dengan Berat jenis 2,57.
3. Kuarsa : Dapat disebut dengan silika, terbentuk dari senyawa
silikon dengan oksigen. Terkadang berwarna smooky, atau
berwarna ungu. Nama kuarsa yang seperti itu amethyst. Warna
yang bermacam-macam terjadi karena terdapat unsur yang tidak
bersih.

4. Mineral Oksida

25
Terbentuk dari persenyawaan langsung dari oksigen dan tertentu.
Dengan susunan lebih sederhana lebih sederhana dari silikat kemudian
mineral oksida lebih keras dibanding mineral lainnya kecuali silikat
dan lebih berat kecuali sulfida. Adapun mineral-mineral oksida yang
paling umum adalah korondum (Al2O3), es (H2O), hematit (Fe2O3) dan
kassiterit (SnO2)

5. Mineral Sulfida

Terbentuk dari persenyawaan antara unsur sulfida seperti perak,


tembaga dan merkuri. Beberapa mineral ini memiliki nilai yang
ekonomis seperti pirit (FeS2), galena (PbS), dan sphalerit (ZnS).

6. Mineral-Mineral Karbonat dan Sulfat

Persenyawaan dari ion (CO3)2- atau yang disebut dengan karbonat.


Misal CaCO yang biasa disebut kalsit. Mineral ini merupakan
penyusun utama dari mineral sedimen.

26
Gambar 3.1 Proses Terjadinya Mineral

2. Batuan

dalam daur batuan tersebut terjadi oleh pendinginan dan pembekuan


magma yang berupaka lelehan silikat yang dapat terjadi di bawah atau
di atas permukaan bumi melalui erupsi gunung berapi. Saat batuan
beku tersingkap di permukaan, maka akan bereaksi dengan atmosfir
dan hidrosfir sehingga terjadi proses pelapukan.

27
Batuan akan mengalami proses penghancuran dan kemudian akan
terpindahkan atau tergerak oleh berbagai macam proses alam seperti
aliran alir, hembusan angin, gelombang pantai, maupun gletser. Media
pengangkut tersebut dikenal sebagai alat pengikis, yang dapat
membawa fragmen atau bahan yang larut ke tempat-tempat tertentu
berupa sedimen dan berupaya untuk meratakan permukaan bumi.
Kemudian terjadi perubahan dari batuan lepas menjadi batuan yang
keras melalui pembebanan dan perekatan oleh senyawa mineral dalam
larutan menjadi batuan sedimen. Batuan-batuan tersebut akan
menyesuaikan dengan lingkungan yang baru sehingga terbentuklah
batuan malihan atau metamorfis.

3.3. Identifikasi Mineral dan Batuan


Sifat sifat mineral terdapatdua cara untuk dapat mengenal
suatu mineral, yang pertama adalah dengan cara mengenal sifat
fisiknya. Yang termasuk dalam sifat fisik mineral adalah :
1. Bentuk kristalnya
Apabila suatu mineral mendapat kesempatan untuk berkembang
tanpa mendapat hambatan, maka ia akan mempunyai bentuk
kristalnya yang khas. Tetapi apabila dalam perkembangannya ia
mendapat hambatan, maka bentuk kristalnya juga akan
terganggu. Setiap mineral akan mempunyai sifat bentuk
kristalnya yang khas, yang merupakan perwujudan kenampakan
luar, yang terjadi sebagai akibat dari susunan kristalnya
didalam.
2. Berat jenis

28
Setiap mineral mempunyai berat jenis tertentu. Besarnya
ditentukan oleh unsur-unsur pembentuknya serta kepadatan dari
ikatan unsur unsur tersebut dalam susunan
kristalnya.Umumnya mineral-mineral pembentuk batuan
mempunyai berat jenis sekitar 2.7, meskipun berat jenis rata-
rata unsur metal didalamnya berkisar antara 5. Emas murni
umpamanya, mempunyai berat jenis 19.3.
3. Bidang belah
Mineral mempunyai kecenderungan untuk pecah melalui suatu
bidang yang mempunyai arah tertentu. Arah tersebut ditentukan
oleh susunan dalam dari atom-atomnya. Dapat dikatakan bahwa
bidang tersebu tmerupakan bidang lemah yang dimiliki oleh
suatu mineral.
4. Warna
Warna mineral memang bukan merupakan penciri utama untuk
dapat membedakan antara mineral yang satu dengan lainnya.
Namun paling tidak ada warna-warna yang khas yang dapat
digunakan untuk mengenali adanya unsur tertentu didalamnya.
Sebagai contoh warna gelap dipunyai mineral, mengindikasikan
terdapatnya unsur besi.Disisi lain mineral dengan warna terang,
diindikasikan banyak mengandung aluminium.

5. Kekerasan
Salah satu kegunaan dalam mendiagnosa sifat mineral adalah
dengan mengetahui kekerasan mineral. Kekerasan adalah sifat

29
resistensi dari suatu mineral terhadap kemudahan mengalami
abrasi (abrasive) atau mudah tergores (scratching).

Skala kekerasan mineral dari yang terlunak (skala 1) hingga terkeras


(skala 10) diajukan oleh Mohs dan dikenal sebagai Skala Kekerasan
Mohs.

Kekerasan (Hardness) Mineral


1 Talc
2 Gypsum
3 Calcite
4 Fluorite
5 Apatite
6 Orthoclase
7 Quartz
8 Topaz
9 Corundum
10 Diamond

6. Goresan
Beberapa jenis mineral mempunyai goresan pada bidangnya,
seperti pada mineral kuarsa dan pyrit, yang sangat jelasdan
khas.
7. Kilap
Kilap adalah kenampakan atau kualitas pantulan cahaya dari
permukaan suatu mineral. Kilap pada mineral ada 2 (dua) jenis,
yaitu KilapLogam dan Kilap Non-Logam. Kilap Non-logam
antara lain, yaitu: kilap mutiara, kilap gelas, kilap sutera, kilap
resin, dan kilap tanah.

30
Adapun cara yang kedua adalah melalui analisa kimiawi atau
analisa difraksisinar X, cara ini pada umumnya sangat mahal
dan memakan waktu yang lama.

Macam macam Batuan.


Secara umum jenis-jenis batuan dibagi menjadi 3, yaitu batuan
beku, batuan sedimen, dan batuan metamorfik.
1. Batuan bekuadalah batuan hasil pendinginan dari magma
(batupijar)
2. Batuansedimen adalah batuan berlapis hasil proses
pengendapan berbagai partikel mineral yang berasal dari
batuan yang telah ada sebelumnya,
3. Batuan metamorf atau disebut juga batuan malihan adalah
batuan yang berasal dari batuan beku atau batuan sedimen
namun telah mengalami perubahan secara fisik dan kimiawi
akibat adanya panas dan tekanan yang tinggi.

BAB IV
PROSES-PROSES GEOLOGI

4.1. Proses Eksogen

Tenaga eksogen merupakan tenaga yang berasal dari luar bumi.


Tenaga ini berbeda dari tenaga endogen yang berasal dari dalam bumi.
Tenaga eksogen dihasilkan dari faktor-faktor dari luar bumi seperti

31
suhu, gerakan air, angin, dan lain sebagainya. Tenaga ini bersifat
merusak meskipun akhirnya membentuk batuan bentukan baru.

Pada prinsipnya tenaga eksogen pada intinya dibagi menjadi tiga,


yakni gradasi,degradasi dan agradasi.

1.1 Proses Gradasi

Istilah gradasi (gradation) awalnya digunakan oleh Chamberin dan


Solisbury (1904) yaitu semua proses dimana menjadikan permukaan
litosfir menjadi level yang baru. Kemudian gradasi tersebut dibagi
menjadi dua proses yaitu degradasi (menghasilkan level yang lebih
rendah) dan agradasi (menghasilkan level yang lebih tinggi).

Tiga proses utama yang terjadi pada peristiwa gradasi yaitu :

Pelapukan, dapat berupa disentrigasi atau dekomposisi batuan


dalam suatu tempat, terjadi di permukaan, dan dapat merombak
batuan menjadi klastis. Dalam proses ini belum termasuk
transportasi.
Perpindahan massa (mass wasting), dapat berupa perpindahan
(bulk transfer) suatu massa batuan sebagai akibat dari gaya
gravitasi. Kadang-kadang (biasanya)efek dari air mempunyai
peranan yang cukup besar, namun belum merupakan suatu
media transportasi.
Erosi, merupakan suatu tahap lanjut dari perpindahan dan
pergerakan masa batuan. Oleh suatu agen (media) pemindah.

32
Secara geologi (kebanyakan) memasukkan erosi sebagai bagian
dari proses transportasi.

Secara umum, series (bagian/tahapan) proses gradisional sebagai


berikut landslides (dicirikan oleh hadirnya sedikit air, dan perpindahan
massa yang besar), earthflow (aliran batuan/tanah), mudflows (aliran
berupa lumpur), sheetfloods, slopewash, dan stream (dicirikan oleh
jumlah air yang banyak dan perpindahan massa pada ukuran halus
dengan slope yang kecil).

a. Pelapukan batuan

Pelapukan merupakan suatu proses penghancuran batuan manjadi


klastis dan akan tekikis oleh gaya destruktif. Proses pelapukan terjadi
oleh banyak proses destruktif, antara lain :

Proses fisik dan mekanik (desintegrasi) seperti pemanasan,


pendinginan, pembekuan; kerja tumbuh-tumbuhan dan binatang
, serta proses-proses desintegrasi mekanik lainnya
Proses-proses kimia (dekomposisi) dari berbagai sumber seperti
: oksidasi, hidrasi, karbonan, serta pelarutan batuan dan tanah.
Proses dekomposisi ini banyak didorong oleh suhu dan
kelembaban yang tinggi, serta peranan organisme (tumbuh-
tumbuhan dan binatang).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pelapukan antara lain :

jenis batuan, yaitu komposisi mineral, tekstur, dan struktur


batuan

33
kondisi iklim dan cuaca, apakah kering atau lembab, dingin atau
panas, konstan atau berubah-ubah.
kehadiran dan kelebatan vegetasi
kemiringan medan, pengaruh pancaran matahari, dan curah
hujan.

Proses pelapukan berlangsung secara differential weathering(proses


pelapukan dengan perbedaan intensitas yang disebabkan oleh
perbedaan kekerasan, jenis, dan struktur batuan). Hal tersebut
menghasilkan bentuk-bentuk morfologi yang khas seperti:

bongkah-bongkah desintegrasi (terdapat pada batuan masif yang


memperlihatkan retakan-retakan atau kekar-kekar),
stone lattice (perbedaan kekerasan lapisan batuan sedimen yang
membentuknya), mushroom (berbentuk jamur),
demoiselles (tiang-tiang tanah dengan bongkah-bongkah
penutup),
talus (akumulasi material hasil lapukan di kaki tebing terjal),

34
exfoliation domes (berbentuk bukit dari batuan masif yang
homogen, dan mengelupas dalam lapisan-lapisan atau serpihan-
serpihan melengkung).

Gambar 4.1 Proses Gradasi

1.2 Proses Degradasi

Degradasi menurut arti katanya adalah kemunduran,


kemerosotan, atau penurunan. Jika dikaitkan dengan
tenaga eksogen, degradasi berarti penurunan
permukaan bumi yang disebabkan oleh tenaga
eksogen. Penyebab degradasi adalah :
1. Erosi yakni kuantitatif dan kualitatif, erosi yang mengambil
unsur hara dan bahan organik (pencucian bahan organik), kesuburan

35
kurang tebal. Erosi yang menyebabkan lapisan tanah yang terkikis,
tanah yang tipis (berkurang)
2. Penggaraman (solinization) yakni pasang surut dan instrusi air
laut
3. Pemasaman (acidification) yakni tanah sulfat masam, tanah
gambut
4. Pemadatan (compaction) yakni alat berat dan prubahan struktur
oleh curah hujan yang tinggi
5. Khusus tanah gambut, pengeringan (irreversible drying) yakni
subsidensi, tanah gambut jika disiram kembali maka tidak akan basah
lagi

Gambar 4.2 Proses Degradasi

1.3 Agradasi

36
agradasi menurut arti berarti peninggian, peningkatan, atau kemajuan.
Jika dikaitkan dengan tenaga eksogen, agradasi berarti peningkatan
permukaan bumi yang disebabkan oleh tenaga eksogen.

Saat di permukaan bumi terjadi degradasi maka akan terjadi agradasi


di tempat lain. Hal ini karena material yang hilang akibat proses
degradasi akan terpindahkan ke tempat lain sehingga terjadi agradasi.
Dengan demikian materi yang ada di permukaan bumi tidak ada yang
hilang, melainkan hanya terpindahkan ke tempat lain. Mirip dengan
hukum kekekalan energi yang menyatakan bahwa energi tidak dapat
diciptakan atau dimusnahkan, tapi hanya terpindahkan.

Tenaga ini menghancurkan partikel batuan yang terbentuk dari tenaga


endogen hingga ukurannya menjadi kecil-kecil. Setelah ukurannya
mengecil, partikel tersebut terpindahkan/tertranspot-karena ukurannya
kecil memudahkannya untuk terangkut dan terendapkan ke tempat
lain. Dengan demikian, ada 3 proses utama yang terjadi dalam tenaga
endogen, yaitu pelapukan batuan atau dapat juga terjadi pelapukan,
pengangkutan (transportation), dan pengendapan (sedimentation).

Gambar 4.3 Proses Agradasi

4.2. Proses Endogen

1. Tenaga Endogen

37
tenaga dari dalam bumi yang membentuk konfigurasi permukaan
bumi. Tenaga endogen ini sifatnya membentuk permukaan bumi
menjadi tidak rata. Tenaga Endogen sering menekan di sekitar lapisan-
lapisan batuan pembentuk kulit bumi (litosfer). Mungkin saja di suatu
daerah dulunya permukaan bumi rata (datar) tetapi akibat tenaga
endogen ini berubah menjadi gunung, bukit atau pegunungan. Pada
bagian lain permukaan bumi turun menjadikan adanya lembah atau
jurang. Tenaga ini dapat berupa tektonisme (diastropisme),
volkanisme, dan gempa.

Tektonisme (diastropisme) terdiri atas tenaga epirogenesa dan tenaga


orogenesa. Tenaga epirogenesa merupakan proses pengangkatan
(negative) atau penurunan (positive) letak bumi dalam wilayah luas
dengan kecepatan relatif lambat. Contoh akibat dari tenaga
epirogenesa positif adalah turunnya pulau-pulau di Indonesia Timur,
dan akibat dari tenaga epirogenesa negatif adalah pengangkatan benua
Asia. Sedangkan tenaga orogenesa merupakan pengangkatan pada
daerah relatif sempit dalam waktu relatif singkat. Contoh dari tenaga
ini adalah terbentuknya pegunungan lipatan di zone utara jawa timur
(pegunungan kendeng). Tenaga ini biasa disebut sebagai tenaga
pembentuk pegunungan.

Proses Diastropisme adalah proses strutural yang mengakibatkan


terjadinya lipatan dan patahan tanpa dipengaruhi magma tapi tenaga
dari dalam bumi. Kalau tenaga endogen yang menekan litosfer
arahnya mendatar dan bertumpukan yang mengakibatkan permukaan
bumi melipat menyebabkan terbentuknya puncak dan lembah disebut

38
lipatan. Bentuk permukaan bumi dari hasil proses ini ada dua, yaitu :
puncak lipatan (antiklin) dan lembah lipatan (sinklin). Proses
datropisme juga dapat menyebabkan struktur lapisan-lapisan batuan
retak-retak dan patah. Lapisan batuan yang mengalami proses patahan
ada yang mengalami pemerosotan yang membentuk lembah patahan
dan ada yang terangkat membentuk puncak patahan. Lembah patahan
disebut slenk atau graben sedangkan puncak patahan dinamakan horst.

Volkanisme adalah proses keluarnya magma ke permukaan bumi, baik


melalui pipa kepundan maupun celah-celah batuan. Konfigurasi
permukaan bumi yang dihasilkan oleh proses ini berupa bentuk lahan
asal volkanik. Gejala vulkanisme berhubungan dengan aktivtas
keluarnya magma di gunungapi. Proses keluarnya magma ke
permukaan bumi disebut erupsi gunung api. Proses vulkanisme terjadi
karena adanya magma yang keluar dari zona tumbukan antar lempeng.

Tanda-tanda akan terjadi letusan gunung api adalah sebagai berikut:

Kenaikan suhu udara disekitar gunung secara drastis.


Sering terjadi gempa sebagai aktivitas gunung api.

Bau belerang lebih menyengat dari biasanya.

Tumbuhan disekitar gunung pada layu.

Munculnya uap air panas.

Karbon dioksida muncul lebih berlebihan.

39
Gempa bumi adalah proses pergeseran permukaan bumi, baik
disebabkan oleh tektonisme, volkanisme maupun terban (tanah
runtuh). Gempa bumi ini kurang berperan dalam membentuk
konfigurasi permukaan bumi dibandingkan kedua tenaga sebelumnya.

Berdasarkan peristiwa yang menimbulkannya, gempa dibedakan


menjadi 3 (tiga), yakni: gempa tektonik, gempa volkanik, dan gempa
runtuhan. Gempa volkanik disebabkan oleh aktivitas gunung api,
gempa tektonik disebabkan akibat gerakan tektonik yakni patahan dan
retakan, sedangkan gempa runtuhan disebabkan oleh akibat runtuhan
atap gua (sering terjadi pada gua-gua di daerah berkapur). Dari ketiga
macam gempa ini yang terkuat adalah gempa yang diakibatkan oleh
proses tektonik dan volkanik.

BAB V

40
GEOMORFOLOGI

5.1 Pengertian Geomorfologi


Geomorfologi adalah merupakan salah satu bagian dari geografi. Di
mana geomorfologi yang merupakan cabang dari ilmu geografi,
mempelajari tentang bentuk muka bumi, yang meliputi pandangan
luas sebagai cakupan satu kenampakan sebagai bentang alam
(landscape) sampai pada satuan terkecil sebagai bentuk lahan
(landform).Bentuk lahan terdiri dari sistem Pegunungan, Perbukitan,
Vulkanik, Karst, Alluvial, Dataran sampai Marine terbentuk oleh
pengaruh batuan penyusunnya yang ada di bawah lapisan permukaan
bumi.Pengamatan dan identifikasi bentuk lahan seperti dilakukan
langsung di lapangan dengan melakukan field trip atau dapat juga
dilakukan dengan interprestasi foto udara atau dengan Analisis Citra
Satelit (ACS). Pengindraan jauh sebagai alat bantu untuk memantau
atau mengamati objek muka biumi tanpa ada sentuhan secara
langsung, anatara lain berupa foto udara atau citra satelit.Bentang
lahan akan mudah diidentifikasi dengan pandangan jarak jauh atau
kalau menggunakan foto udara atau citra satelit menggunakan skala
gambar kecil. Sebaliknya untuk bentang lahan mudah diamati dari
jarak dekat atau dengan foto udara atau citra satelit dengan skala lebih
besar.Dengan pengamatan dan analisis bentuk lahan dari foto udara
akan diperoleh informasi biofisik lainnya baik yang bersifat sebagai
parameter tetap (landform, rock, soil, slope) maupun parameter
berubah (erosion, terrace, land use).Dengan melakukan fieldtrip akan
semakin dikenal betul macam bentuk lahan dilapangan, sehingga

41
mudah untuk mengingatnya kembali jika pernah melihat secara
langsung dan sebagai bekal memori pada saat melakukan interpretasi
foto udara (IFU).Bentuk lahan walupun mudah diamati dengan foto
udara tapi perlu dilakukan pendekatan dengan melakukan mendatangi
langsung ke lapangan dalam bentuk kunjungan lapangan (field trip).
Hal tersebut dimaksudkan untuk lebih memastikan unsur pembentuk
landform tersiri dari komposisi atau susunan batuan apa saja.
Disamping itu dengan survai lapangna akan diperoleh beberapa kunci
interpretasi fotro udara (IFU) dari hasil kunjungan lapangan pada
berbagai bentuk lahan yang berbeda. Sehingga dengan kunci IFU akan
diperoleh analaisis bentuk lahan yang lebih lengkap yang merupakan
satu komponen penyusun bentang lahan.Bentuk muka bumi yang
kompleks telah menjadi suatu pokok bahasan tersendiri khususnya
dalam usaha pemanfaatannya. Dalam hal ini setiap bentukan lahan
mempunyai kapasitas berbeda dalam mendukung suatu usaha
pemanfaatan yang tentunya mengarah untuk tepat guna. Sehingga
dengan tujuan sama yaitu bermaksud menyederhanakan bentuk lahan
permukaan bumi yang kompleks ini, maka pemahaman mengenai
ilmu geomorfologi yang mempelajari bentukan-bentukan lahan
menjadi sangat penting.Penyederhanaan muka bumi yang kompleks
ini membentuk suatu unit-unit yang mempunyai kesamaan dalam sifat
dan perwatakannya. Kesatuan sifat ini meliputi kesamaan struktur
geologis atau geomorfologis sebagai asal pembentukannya, proses
geomorfologis sebagai pemberi informasi bagaimana lahan terbentuk,
dan kesan topografis yang akan memberikan informasi tentang

42
konfigurasi permukaan lahan. Dengan adanya informasi tersebut
perencanaan penggunaan lahan secara tepat akan dapat lebih terwujud.

5.2 Peta Geomorfologi


Sampai saat ini literatur dan peta mengenai geomorfologi Indonesia
masih sedikit sekali. Peta yang ada, daerahnya sangat terbatas dan
berskala kecil. Sedangkan peta tersebut sangat dibutuhkan sebagai
data dasar untuk mendukung perencanaan pengembangan suatu
wilayah. Saat ini di Indonesia baru tersedia peta geomorfologi skala
kecil, yaitu peta geomorfologi. Pulau Jawa oleh Pannekoek (1946)
dalam skala 1 : 1.000.000. Kemudian Verstappen(1973), berhasil
membuat peta geomorfologi pulau Sumatera dan pulau-pulau di
sekitarnya dengan menggunakan cara penelitian memanfaatkan citra
inderaan jauh dalam skala 1 : 2.500.000. Beberapa instansi di
Indonesia, akhir-akhir ini telah berusaha membuat peta geomorfologi,
akan tetapi penekanan masalahnya masih di sekitar timbulan (relief)
permukaan bumi, sedangkan proses pembentukannya belum
diungkapkan dengan rinci. Sejak tahun 1989, Puslitbang Geologi telah
melakukan pemetaan geomorfologi dengan menggunakan Sistem ITC
di 16 daerah. Pemetaan tersebut menghasilkan 16 lembar peta
geomorfologi yang seluruhnya telah diterbitkan dalam skala 1 :
100.000 (15 lembar) dan skala 1 : 50.000 (1 lembar). Berdasarkan
kenyataan tersebut di atas, maka standar penyusunan Peta
Geomorfologi ini disusun untuk menghasilkan peta geomorfologi
standar (baku). Sistem (metoda) penyusunannya menganut sistem ITC
(International Institute for Aerospace Survey and Earth Sciences)

43
dengan buku acuan berjudul Aerial Photo-Interpretation in
Terrain Analysis and Geomorphologic Mapping (Van Zuidam,
1985). Sistem ITC dipilih dan dipakai sebagai acuan mengingat sistem
ini merupakan gabungan dari beberapa sistem yang ada, baik di
daerah tropis, sub tropis, kering dan agak kering. Dalam penyusunan
peta geomorfologi, faktor pemanfaatan dan penampilannya perlu
dipertimbangkan, antara lain :
a. Dapat dipakai untuk aneka tipe terrain dan fleksible .
b. Dapat dipakai dlam berbagai cara.
c. Sederhana dan informative.
Maksud dan tujuan standardisasi penyusunan peta geomorfologi
adalah sebagai pedoman dalam menyusun peta geomorfologi di
Indonesia.

5.3 Istilah Dalam Geomorfologi


Peristilahan disusun dengan mempertimbangkan aspek yang sering
dipergunakan dalam peta dan mempunyai nama sangat khas yang
disusun berdasarkan abjad.
Bentang alam (landscape)
panorama alam yang disusun oleh elemen-elemen geomorfologi
dalam dimensi yang lebih luas dari terain.
Bentuk lahan (landform)
komplek fisik permukaan ataupun dekat permukaan suatu daratan
yang dipengaruhi oleh kegiatan manusia.

44
Bentukan asal (morphologic origin)
terbentuknya bentang alam didasarkan atas genesa (mulajadi).
Denudasi (denudation)
proses pengupasan permukaan bumi dari penutupnya.
Elemen geomorfologi (geomorphologic element)
bagian terkecil dari bentuk lahan yang mempunyai kesamaan bentuk
dan genesanya.
Erosi (erosion)
serangkaian proses yang menyebabkan sejumlah material bumi atau
batuan terkikis, diangkut dan dipindahkan ke tempat lain di
permukaan bumi.
Fluvial (fluvial)
aktifitas sungai yang menyebabkan terjadinya erosi, pengangkutan dan
pengendapan material di permukaan bumi.
Gaya endogen (endogenous force)
tenaga berasal dari dalam bumi yang menyebabkan terjadinya
pergerakan, patahan, perlipatan dan vulkanisma di permukaan bumi.
Gaya eksogen (exogenous force)
tenaga yang berasal dari luar bumi yang menyebabkan terjadinya
perubahan di permukaan atau dekat permukaan bumi, seperti
pelapukan, erosi, abrasi, denudasi.
Geomorfologi (geomorphology)
adalah ilmu tentang roman muka bumi beserta aspek-aspek yang
mempengaruhinya.

45
Hogbek (hogkback)
punggungan pebukitan atau pegunungan dengan puncak tajam
dibentuk oleh lapisan batuan yang keras dan lereng agak curam.
Kars (karst)
bentuk bentang alam yang terjadi akibat intensifnya proses pelarutan
batu gamping sehingga membentuk bentang alam yang khas.
Kuesta (cuesta)
bukit atau gunung yang mempunyai dua kemiringan lereng berbeda.
Permukaan lereng yang landai searah dengan bidang perlapisan
sedangkan sisi lereng yang curam memotong bidang perlapisan.
Marin (marine)
aktifitas air laut yang dapat menyebabkan terjadinya abrasi,
pengangkutan dan pengendapan di lingkungan laut.
Mesa (mesa)
bukit atau gunung terisolir berbentuk meja, merupakan sisa denudasi
dengan lapisan batuan datar yang keras sebagai penutupnya.
Morfodinamis (morphodynamics)
bentuk bentang alam yang berkaitan erat dengan hasil kerja gaya
eksogen air, angin, es dan gerakan tanah, misal: gumuk pasir, undak
sungai , pematang pantai, lahan kritis (badlands).
Morfoerasi (morphoerosion)
adalah ragam bentuk erosi yang dapat dipakai sebagai ukuran tingkat
degradasi bentuk lahan suatu wilayah.
Morfogenesa (morphogenesis)
bentuk bentang alam yang diklasifikasikan berdasarkan atas mula jadi
(genetic) dan perkembangan bentuk lahan serta proses yang terjadi.

46
Morfologi (morphology)
ilmu yang mempelajari bentuk permukaan bumi.
Morfokonservasi (morphoconservation)
pelestarian alam berdasarkan parameter bentuk lahan.
Morfokronologi (morphochronology)
hubungan aneka ragam bentuk lahan dan prosesnya.
Morfometri (morphometry)
aspek kuantitatif geomorfologi suatu daerah, misal: kecuraman lereng,
ketinggian, kekasaran terrain.
Morfografi (morphography)
aspek diskriptik geomorfologi suatu area, misal: dataran, pebukitan,
pegunungan, plato.
Morfostruktur aktif (active morphostructure)
bentuk bentang alam yang berkaitan erat dengan hasil kerja gaya
endogen yang dinamis termasuk gunungapi, tektonik (lipatan dan
sesar), misal: gunungapi, punggungan antiklin dan gawir sesar.
Morfostruktur pasif ( passive morphostructure)
Bentuk bentang alam yang diklasifikasikan atas dasar tipe batuan
maupun struktur batuan yang ada kaitannya dengan denudasi, misal:
mesa, kuesta, hogbek, dan kubah.
Pelapukan (weathering)
Proses hancurnya batuan atau mineral permukaan bumi menjadi
bagian yang lebih kecil atau lunak karena proses fisika, kimiawi dan
biologi.

47
Penampang geomorfologi (geomorphologic cross section)
Adalah irisan tegak bentuk lahan yang mencerminkan hubungan
konfigurasi bentang alam.
Penutup lahan (land cover)
Segala sesuatu yang menutupi permukaan bumi, baik itu alamiah atau
buatan.
Terain (terrain)
Bentuk permukaan ataupun dekat permukaan bumi yang mempunyai
ciri fisik tertentu.

48
BAB VI
STRATIGRAFI

6.1 Pengertian Umum


Stratigrafi merupakan salah satu cabang dari ilmu geologi, yang
berasal dari bahasa Latin, Strata (perlapisan, hamparan) dan Grafia
(memerikan, menggambarkan). Jadi pengertian stratigrafi yaitu suatu
ilmu yang mempelajari tentang lapisan-lapisan batuan serta hubungan
lapisan batuan itu dengan lapisan batuan yang lainnya yang bertujuan
untuk mendapatkan pengetahuan tentang sejarah bumi.

6.2 Umur Geologi


Umur geologi merupakan skala umur yang menunjukkan jaman-jaman
yang telah berlangsung sejak bumi terbentuk hingga kehidupan saat
ini. Masing-masing dari jaman pada skala waktu geologi tersebut
memiliki fosil penciri yang disebut fosil index. Ciri-ciri dari fosil
index tersebut ialah:
Memiliki rentang hidup yang singkat
Penyebarannya luas
Tidak memiliki periode hidup yang khusus. Jadi, dapat hidup
dalam iklim dan cuaca apapun dalam satu jaman.
Terdapat 2 skala waktu yang dipakai untuk mengukur dan menentukan
umur Bumi. Pertama,adalah Skala Waktu Relatif, yaitu skala waktu
yang ditentukan berdasarkan atas urutan perlapisan batuan-batuan
serta evolusi kehidupan organisme dimasa yang lalu; Kedua adalah
Skala Waktu Absolut (Radiometrik), yaitu suatu skala waktu geologi

49
yang ditentukan berdasarkan pelarikan radioaktif dari unsur-unsur
kimia yang terkandung dalam bebatuan. Skala relatif terbentuk atas
dasar peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam perkembangan ilmu
geologi itu sendiri, sedangkan skala radiometri (absolut) berkembang
belakangan dan berasal dari ilmu pengetahuan fisika yang diterapkan
untuk menjawab permasalahan permasalahan yang timbul dalam
bidang geologi.

6.2.1 Umur Geologi Relatif


Umur relatif ialah umur yang ditentukan berdasarkan posisi batuan
atau fosil relatif terhadap posisi batuan atau fosil di sekitarnya.
Dengan kata lain, umur relatif tidak menunjukkan angka, tetapi
pernyataan bahwa tentang mana yang lebih tua dan mana yang lebih
muda berdasarkan proses pembentukannya. Prinsip-prinsip yang
digunakan dalam penentuan umur relatif antara lain :
a. Prinsip kesejajaran atau superposisi: dalam kondisi normal,
lapisan yang berada di bawah lebih tua daripada lapisan di atasnya.
Pada gambar di bawah, lapisan yang paling tua ialah lapisan berwarna
putih yang terletak paling bawah (gambar kiri) sedangkan pada
gambar kanan, lapisan tertua ialah lapisan berwarna hijau muda yang
terletak di sebelah kanan bawah (pada hanging wall sesar).
b. Prinsip potong memotong: lapisan yang dipotong lebih tua
daripada yang memotongnya. Sesuatu yang memotong lapisan dapat
berupa lapisan batuan lain (dike, batolit, dll) atau berupa bidang
diskontinuitas (sesar, rekahan, dll). Pada gambar di atas, dike (kiri)
dan sesar naik (kanan) lebih muda daripada lapisan yang dipotongnya.

50
c. Prinsip kesebandingan: membandingkan bentuk atau teksturnya
seperti sutura fosil yang bersifat sederhana (muda) atau kompleks
(tua).
d. Prinsip kesejajaran fosil: mengkorelasikan lapisan-lapisan yang
mengandung fosil. Lapisan yang fosilnya sejenis berarti memiliki
rentang umur yang sama.
Sudah sejak lama sebelum para ahli geologi dapat menentukan umur
bebatuan berdasarkan angka seperti saat ini, mereka mengembangkan
skala waktu geologi secara relatif. Skala waktu relatif dikembangkan
pertama kalinya di Eropa sejak abad ke 18 hingga abad ke 19.
Berdasarkan skala waktu relatif, sejarah bumi dikelompokkan menjadi
Eon (Masa) yang terbagi menjadi Era (Kurun), Era dibagi-bagi
kedalam Period (Zaman), dan Zaman dibagi bagi menjadi Epoch
(Kala). Nama-nama seperti Paleozoikum atau Kenozoikum tidak
hanya sekedar kata yang tidak memiliki arti, akan tetapi bagi para ahli
geologi, kata tersebut mempunyai arti tertentu dan dipakai sebagai
kunci dalam membaca skala waktu geologi. Sebagai contoh, kata
Zoikum merujuk pada kehidupan binatang dan kata Paleo yang
berarti purba, maka arti kata Paleozoikum adalah merujuk pada
kehidupan binatang-binatang purba, Meso yang mempunyai arti
tengah/pertengahan, dan Keno yang berarti sekarang. Sehingga
urutan relatif dari ketiga kurun tersebut adalah sebagai berikut:
Paleozoikum, kemudian Mesozoikum, dan kemudian disusul dengan
Kenozoikum. Sebagaimana diketahui bahwa fosil adalah sisa-sisa
organisme yang masih dapat dikenali, seperti tulang, cangkang, atau
daun atau bukti lainnya seperti jejak-jejak (track), lubang-lubang

51
(burrow) atau kesan daripada kehidupan masa lalu diatas bumi. Para
ahli kebumian yang khusus mempelajari tentang fosil dikenal sebagai
Paleontolog, yaitu seseorang yang mempelajari bentuk-bentuk
kehidupan purba.

Gambar di atas adalah kumpulan foto fosill yang menggambarkan


kenaekaragaman dari evolusi kehidupan di atas bumi sepanjang 600
juta tahun. Fosil yang tertua berada pada bagian bawah sedangkan
fosil termuda terletak dibagian atas. Ukuran dari setiap interval waktu
digambarkan secara proporsional untuk setiap zaman.

52
Tabel 6.1. Skala Waktu Geologi Relatif

6.2.2 Umur Geologi Absolut


Umur absolut ialah umur yang ditunjukkan dengan suatu angka yang
diperoleh dari pengukuran radioaktif. Jadi, umur absolut ini langsung
menunjukkan angka umurnya sehingga dapat diketahui pada jaman
apa batuan tersebut terbentuk. Untuk menentukan umur absolut,
terdapat dua metode, yaitu:

53
1. Metode menghitung, contohnya ialah menghitung lingkaran
tahunan, jumlah endapan atau sutura fosil, dan
sclerochronology (menghitung lapisan dari pertumbuhan organisme
seperti koral, kerang-kerangan, atau kayu yang membatu).

2. Metode
isotop,
misalnya
ialah

radiokarbon atau C-14, kosmogenik (Cl-36, Be-10, He-3, Al-


26), atau Uranium series disequilibrium. Khusus untuk daun,
metode yang cocok ialah radiokarbon karena metode yang lain
kesalahannya terlalu besar untuk penentuan umur absolut daun.
contoh dari metode isotop ini antara lain : metode potassium-
argon (K-Ar), kosmogenik, uranium series disequilibrium dan
metode Pb-210. Sebagaimana kita ketahui bahwa bagian
terkecil dari setiap unsur kimia adalah atom. Suatu atom
tersusun dari satu inti atom yang terdiri dari proton dan neutron
yang dikelilingi oleh suatu kabut elektron. Isotop dari suatu
unsur atom dibedakan dengan lainnya hanya dari jumlah
neutron pada inti atomnya. Sebagai contoh, atom radioaktif dari
unsur potassium memiliki 19 proton dan 21 neutron pada inti
atomnya (potassium 40); atom potassium lainnya memiliki 19
proton dan 20 atau 22 neutron (potassium 39 dan potassium 41).
Isotop radioaktif (the parent) dari satu unsur kimia secara

54
alamiah akan berubah menjadi isotop yang stabil (the daughter)
dari unsur kimia lainnya melalui pertukaran di dalam inti
atomnya. Perubahan dari Parent ke Daughter terjadi pada
kecepatan yang konstan dan dikenal dengan Waktu Paruh
(Half-life). Waktu paruh dari suatu isotop radioaktif adalah
lamanya waktu yang diperlukan oleh suatu isotop radiokatif
berubah menjadi nya dari atom Parent-nya melalui proses
peluruhan menjadi atom Daughter. Setiap isotop radiokatif
memiliki waktu paruh (half life) tertentu dan bersifat unik. Hasil
pengukuran di laboratorium dengan ketelitian yang sangat
tinggi menunjukkan bahwa sisa hasil peluruhan dari sejumlah
atom-atom parent dan atom-atom daughter yang dihasilkan
dapat dipakai untuk menentukan umur suatu batuan. Untuk
menentukan umur geologi, ada empat seri peluruhan
parent/daughter yang biasa dipakai dalam menentukan umur
batuan, yaitu: Carbon/Nitrogen (C/N), Potassium/Argon (K/Ar),
Rubidium/Strontium (Rb/Sr), dan Uranium/Lead (U/Pb).

6.3 Unconformity ( Ketidakselarasan)


Ketidakselarasan adalah suatu konsep dalam stratigarafi yang
membahas tentang hubungan yang tidak normal antara lapisan
batuan satu dengan yang lain. Ketidakselarasan identik dengan
sedimentasi, dimana konsep ini bisa menjelaskan tentang proses
sedimentasi, endogen dan eksogen yang terjadi sebelumnya melalui
jenis ketidakselarasan yang terbentuk. Untuk memahami konsep
ketidakselarasan, saya ingin mengajak sahabat untuk memahami
dahulu konsep yang sebaliknya yaitu keselarasan. Selaras dalam

55
stratigrafi artinya teratur, bururutan, menerus. Lapisan dikatakan
selaras jika lapisan tersebut diendapkan secara teratur, belum
mengalami deformasi, mengikuit hukum superposisi (lapisan dibawah
lebih tua dari lapisan diatasnya) dan umurnya menerus/ tidak terjadi
gap umur antar lapisan.

6.3.1 Macam-macam Ketidakselarasan

1. Nonconformity: Hubungan antara 2 satuan stratigrafi, yaituk antara


batuan beku/metamorf dan batuan sedimen. Biasanya batuan
beku/metamorf berada dibawah atau sebagai basement dan batuan
sediment berada diatasnya.

2. Angular Conformity: hubungan 2 satuan stratigrafi dan terjadi


hubungan yang menyudut

3. Disconformity: hubungan antara batuan sedimen dengan batuan


sedimen tetapi terdapat bidang erosi yang irreguler (kasar)

56
4. Paraconformity: hubungan 2 batuan yang sama dimana bidang
ketidakselarasan sejajar bidang perlapisan

6.4 Cekungan dan Formasi


Cekungan adalah suatu daerah yang luas yang terjadi dari batuan
sedimen dan karena konfigurasinya diperkirakan merupakan tempat
tampungan minyak. Indonesia memiliki 60 cekungan. Di antaranya 22
cekungan telah dieksplorasi secara ekstensif, dan 14 cekungan
produktif menghasilkan minyak dan gas bumi. Batuan sumber yang
terdapat di cekungan-cekungan Indonesia pada umumnya adalah jenis

57
lakustrin, fluvio-deltaik, marina, dan pra-tersier.

Beberapa di antaranya yang produktif:

- Cekungan Arjuna
- Cekungan Barito
- Cekungan Bintuni
- Cekungan Bula
- Cekungan Jatibarang
- Cekungan Kutei
- Cekungan Laut Jawa sebelah Timur
- Cekungan Natuna Barat
- Cekungan Salawati
- Cekungan Sumatera Selatan
- Cekungan Sumatera Tengah
- Cekungan Sumatera Utara
- Cekungan Sunda
- Cekungan Tarakan

Sedangkan formasi geologi di Indonesia dibagi dalam tiga zone


(pertemuan tiga lempeng lithosfer),yaitu :
a.Bagian utara berbatasan dengan tameng Asia dan perluasannya ke
arah selatan tenggelam di dalam permukaan laut,yang dikenal dengan
Paparan Sunda atau disebut Lempeng Asia.

b.Bagian barat dan selatan dibatasi oleh "Benua Gondwana "yang


terdiri dari India, dasar Samudra Hindia, Australia, dan perluasannya

58
ke arah utara tenggelam dari India, dasar permukaan air, yakni pada
paparan sahul atau disebut Lempeng Indo-Australia.
c. Bagian timur dibatasi oleh Samudera Pasifik atau disebut lempeng
dasar Samudera Pasifik yang meluas ke arah barat daya.

BAB VII
STRUKTUR GEOLOGI

59
7.1 Pengertian Umum
Struktur geologi adalah struktur perubahan lapisan batuan
sedimen akibat kerja kekuatan tektonik,sehingga tidak lagi
memenuhi hukum superposisi disamping itu struktur geologi
juga merupakan struktur kerak bumi produk deformasi tektonik
Cabang geologi yang menjelaskan struktur geologi secara detail
disebut geologi struktur, dimana geologi struktur merupakan
cabang ilmu geologi yang mempelajari mengenai bentuk
arsitektur kulit bumi. Kekutan tektonik dan orogenik yang
membentuk struktur geologi itu berupa stress (Tegangan).

7.2 Macam Macam Struktur Geologi

Dalam geologi dikenal 3 jenis struktur yang dijumpai pada


batuan sebagai produk dari gaya gaya yang bekerja pada batuan,
yaitu: (1). Kekar (fractures) dan Rekahan (cracks); (2).
Perlipatan (folding); dan (3). Patahan/Sesar (faulting). Ketiga
jenis struktur tersebut dapat dikelompokkan menjadi beberapa
jenis unsur struktur, yaitu:

1. Kekar (Fractures)

Kekar adalah struktur retakan/rekahan terbentuk pada batuan akibat


suatu gaya yang bekerja pada batuan tersebut dan belum mengalami
pergeseran. Secara umum dicirikan oleh: a). Pemotongan bidang
perlapisan batuan; b). Biasanya terisi mineral lain (mineralisasi)
seperti kalsit, kuarsa dsb; c) kenampakan breksiasi.

Struktur kekar dapat dikelompokkan berdasarkan sifat dan karakter

60
retakan/rekahan serta arah gaya yang bekerja pada batuan tersebut.
Kekar yang umumnya dijumpai pada batuan adalah sebagai berikut:

Shear Joint (Kekar Gerus) adalah retakan / rekahan yang


membentuk pola saling berpotongan membentuk sudut lancip dengan
arah gaya utama. Kekar jenis shear joint umumnya bersifat tertutup.
Tension Joint adalah retakan/rekahan yang berpola sejajar
dengan arah gaya utama, Umumnya bentuk rekahan bersifat terbuka.
Extension Joint (Release Joint) adalah retakan/rekahan yang
berpola tegak lurus dengan arah gaya utama dan bentuk rekahan
umumnya terbuka.

2. Lipatan (Folds)

Lipatan adalah deformasi lapisan batuan yang terjadi akibat dari gaya
tegasan sehingga batuan bergerak dari kedudukan semula membentuk
lengkungan. Berdasarkan bentuk lengkungannya lipatan dapat dibagi
dua, yaitu lipatan sinklin dan lipatan antiklin. Lipatan Sinklin adalah
bentuk lipatan yang cekung ke arah atas, sedangkan lipatan antiklin
adalah lipatan yang cembung ke arah atas. Berdasarkan kedudukan
garis sumbu dan bentuknya, lipatan dapat dikelompokkan menjadi :

1) Lipatan Paralel adalah lipatan dengan ketebalan lapisan yang tetap.

2) Lipatan Similar adalah lipatan dengan jarak lapisan sejajar dengan


sumbu utama.

61
3) Lipatan harmonik atau disharmonik adalah lipatan berdasarkan
menerus atau tidaknya sumbu utama.

4) Lipatan Ptigmatik adalah lipatan terbalik terhadap sumbunya.

5) Lipatan chevron adalah lipatan bersudut dengan bidang planar.

6) Lipatan isoklin adalah lipatan dengan sayap sejajar.

7) Lipatan Klin Bands adalah lipatan bersudut tajam yang dibatasi


oleh permukaan planar.

Disamping lipatan tersebut diatas, dijumpai juga berbagai jenis


lipatan, seperti Lipatan Seretan (Drag folds) adalah lipatan yang
terbentuk sebagai akibat seretan suatu sesar.

3. Hubungan Antara Lipatan dan Patahan

Batuan yang berbeda akan memiliki sifat yang berbeda terhadap gaya
tegasan yang bekerja pada batuan batuan tersebut, dengan demikian
kita juga dapat memperkirakan bahwa beberapa batuan ketika terkena
gaya tegasan yang sama akan terjadi retakan atau terpatahkan,
sedangkan yang lainnya akam terlipat.

Geometri dari perlipatan lapisan batuan yang terkena tegasan dimana


pada tahap awal perlapisan batuan akan terlipat membentuk lipatan
sinklin antiklin dimana secara geometri bentuk lengkungan bagian
luar (outer arc) akan mengalami peregangan sedangkan lengkungan

62
bagian dalam akan mengalami pembelahan (cleavage). Apabila
tegasan ini berlanjut dan melampaui batas elastisitas batuan,
perlipatan akan mulai terpatahkan (tersesarkan) melalui bidang yang
terbentuk pada sumbu lipatannya. Pada bidang patahan, gaya tegasan
akan berubah arah seperti diperlihatkan pada.

Ketika batuan batuan yang berbeda tersebut berada di area yang sama,
seperti batuan yang bersifat lentur menutupi batuan yang bersifat
retas, maka batuan yang retas kemungkinan akan terpatahkan dan
batuan yang lentur mungkin hanya melengkung atau terlipat diatas
bidang patahan. Demikian juga ketika batuan batuan yang bersifat
lentur mengalami retakan dibawah kondisi tekanan yang tinggi, maka
batuan tersebut kemungkinan terlipat sampai pada titik tertentu
kemudian akan mengalami pensesaran, membentuk suatu patahan.

4. Patahan/Sesar (Faults)

Patahan / sesar adalah struktur rekahan yang telah mengalami


pergeseran. Umumnya disertai oleh struktur yang lain seperti lipatan,
rekahan dsb. Adapun di lapangan indikasi suatu sesar / patahan dapat
dikenal melalui : a) Gawir sesar atau bidang sesar; b). Breksiasi,
gouge, milonit, ; c). Deretanmata air; d). Sumber air panas; e).
Penyimpangan / pergeseran kedudukan lapisan; f) Gejala-gejala
struktur minor seperti: cermin sesar, gores garis dan lipatan.

Sesar dapat dibagi kedalam beberapa jenis/tipe tergantung pada arah


relatif pergeserannya. Selama patahan/sesar dianggap sebagai suatu
bidang datar, maka konsep jurus dan kemiringan juga dapat dipakai,

63
dengan demikian jurus dan kemiringan dari suatu bidang sesar dapat
diukur dan ditentukan.

1. Dip Slip Faults adalah patahan yang bidang patahannya menyudut


(inclined) dan pergeseran relatifnya berada disepanjang bidang
patahannya atau offset terjadi disepanjang arah kemiringannya.
Sebagai catatan bahwa ketika kita melihat pergeseran pada setiap
patahan, kita tidak mengetahui sisi yang sebelah mana yang
sebenarnya bergerak atau jika kedua sisinya bergerak, semuanya dapat
kita tentukan melalui pergerakan relatifnya. Untuk setiap bidang
patahan yang yang mempunyai kemiringan, maka dapat kita tentukan
bahwa blok yang berada diatas patahan sebagai hanging wall block
dan blok yang berada dibawah patahan dikenal sebagai footwall
block.

2. Normal Faults adalah patahan yang terjadi karena gaya tegasan


tensional horisontal pada batuan yang bersifat retas dimana
hangingwall block telah mengalami pergeseran relatif ke arah
bagian bawah terhadap footwall block.

3. Horsts & Gabens Dalam kaitannya dengan sesar normal yang


terjadi sebagai akibat dari tegasan tensional, seringkali dijumpai sesar-
sesar normal yang berpasang pasangan dengan bidang patahan yang
berlawanan. Dalam kasus yang demikian, maka bagian dari blok-blok
yang turun akan membentuk graben sedangkan pasangan dari
blok-blok yang terangkat sebagai horst. Contoh kasus dari pengaruh
gaya tegasan tensional yang bekerja pada kerak bumi pada saat ini
adalah East African Rift Valley suatu wilayah dimana terjadi

64
pemekaran benua yang menghasilkan suatu Rift. Contoh lainnya
yang saat ini juga terjadi pemekaran kerak bumi adalah wilayah di
bagian barat Amerika Serikat, yaitu di Nevada, Utah, dan Idaho.

4. Half-Grabens adalah patahan normal yang bidang patahannya


berbentuk lengkungan dengan besar kemiringannya semakin
berkurang kearah bagian bawah sehingga dapat menyebabkan blok
yang turun mengalami rotasi.

5. Reverse Faults adalah patahan hasil dari gaya tegasan


kompresional horisontal pada batuan yang bersifat retas, dimana
hangingwall block berpindah relatif kearah atas terhadap footwall
block.

6. A Thrust Fault adalah patahan reverse fault yang kemiringan


bidang patahannya lebih kecil dari 150. . Pergeseran dari sesar Thrust
fault dapat mencapai hingga ratusan kilometer sehingga
memungkinkan batuan yang lebih tua dijumpai menutupi batuan yang
lebih muda.

7. Strike Slip Faults adalah patahan yang pergerakan relatifnya


berarah horisontal mengikuti arah patahan. Patahan jenis ini berasal
dari tegasan geser yang bekerja di dalam kerak bumi. Patahan jenis
strike slip fault dapat dibagi menjadi 2(dua) tergantung pada sifat
pergerakannya. Dengan mengamati pada salah satu sisi bidang
patahan dan dengan melihat kearah bidang patahan yang berlawanan,
maka jika bidang pada salah satu sisi bergerak kearah kiri kita sebut
sebagai patahan left-lateral strike-slip fault. Jika bidang patahan

65
pada sisi lainnya bergerak ke arah kanan, maka kita namakan sebagai
right-lateral strike-slip fault. Contoh patahan jenis strike slip fault
yang sangat terkenal adalah patahan San Andreas di California
dengan panjang mencapai lebih dari 600 km.

8. Transform-Faults adalah jenis patahan strike-slip faults yang


khas terjadi pada batas lempeng, dimana dua lempeng saling
berpapasan satu dan lainnya secara horisontal. Jenis patahan transform
umumnya terjadi di pematang samudra yang mengalami pergeseran
(offset), dimana patahan transform hanya terjadi diantara batas kedua
pematang, sedangkan dibagian luar dari kedua batas pematang tidak
terjadi pergerakan relatif diantara kedua bloknya karena blok tersebut
bergerak dengan arah yang sama. Daerah ini dikenal sebagai zona
rekahan (fracture zones). Patahan San Andreas di California
termasuk jenis patahan transform fault.

DAFTAR PUSTAKA

Asikin, Sukendar. 1978. Dasar-dasar Geologi Struktur, Departemen


Teknik Geologi ITB. Bandung

Badgley, P.C. 1959. Structural Methot For The Exploration Geologist.


Oxford Book Company. New Delhi.

66
Beiser, Arthur. Concepts of Modern Physics 5th Ed. International
edition. McGraw-Hill, Inc. 1995.

Billings, M.P. 1977. Struktur Geologi. Third Edition, and Pretice Hail
Of India. New Delhi.

Compton, Robert. R. 1962. Manual Of Field Geologi. John Wiley and


Sons, Inc. New York.

Ganijanti A.S.(2002), Mekanika , Penerbit Salemba Teknika.

Graha, Doddy Setya. 1987. Batuan dan Mineral. Bandung.

Halliday Resnick andWalker.(2001). Fundamental of Physics,6th


Edition, JohnWiley & Son.

Kusumoyudo. 1978. Mineralogi Dasar. Bandung.

Munir, H. Moch. 1995. Geologi dan Mineralogi Tanah. Malang.

Paul A.Tipler,(2001), Fisika untuk Sains dan Teknik, Jilid 1, Penerbit


Erlangga.

67

Anda mungkin juga menyukai