Anda di halaman 1dari 3

masmardi.wordpres.

com: resensi (contoh) 1

Contoh-contoh Resensi Buku

Berikut ini adalah contoh resensi novel.


Resensi Boulevard de Clichy – Agonia Cinta Monyet
Judul : Boulevard de Clichy-Agonia Cinta Monyet
Penulis : Remy Sylado
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tanggal terbit : Maret – 2007
Tebal buku : 400 halaman
Kategori : Novel

Campur tangan ibu Budiman dengan bantuan opo-opo (guna-guna) membuat budiman lupa akan
perbuatannya terhadap Nunuk, bahkan melupakan Nunuk, gadis yang dicintainya. Sebagai anak orang kaya,
Budiman melanjutkan sekolah di Perancis, tetap dengan gaya anak pejabat yang lebih suka menghabis-
habiskan uang daripada menggali ilmu pengetahuan yang bisa diperolehnya di sana.
Sementara Nunuk yang punya keluarga di Belanda diceritakan memutuskan untuk membawa anaknya
yang baru lahir dan tinggal bersama keluarga ibunya di Belanda, melanjutkan sekolah di sana.
Pertemuannya dengan seorang pencari bakat turunan Turki membawanya berkelana mencari pengalaman
baru di Paris, Perancis. Kisah yang juga sama dengan pencari TKW yang mengajak perempuan desa ke kota,
ataupun ke luar negeri dengan janji pekerjaan demi kehidupan yang lebih baik.
Jalan cerita selanjutnya tidak terlalu sulit untuk ditebak. Kepintaran Nunuk membawanya menjadi
bintang di Boulevard de Clichy dengan julukan Météore de Java. Tutur cerita yang secara detil
menggambarkan situasi Boulevard de Clichy, maupun gambaran detil perilaku pelakon cerita serta
perasaan-perasaan mereka, menjadi daya tarik utama dari novel-novel karangan Remy Sylado.
Sayangnya, akhir cerita yang terkesan terburu-buru dan terlalu dipaksakan membuat kekuatan cerita
menjadi berkurang. Cerita Budiman dan Nunuk yang kembali lagi ke tanah air dan bertemu kembali setelah
terpisah selama 5 tahun ternyata tidak dikisahkan sedetil dan seindah novel di bagian awal. Akhir cerita
lebih berwarna “fairy tale”, seperti kisah putri upik abu yang disunting pangeran kaya-raya.
Memang ini bukan kisah seribu satu malam, atau HC Andersen yang selalu mengatakan bahwa kejujuran
dan kebaikan akan selalu menang dan juga bahwa kemenangan dan kemuliaan bersumber dari usaha kerja
keras dan penuh pengorbanan. Oleh karena itu, sah-sah saja kalau jalan ceritanya menjadi demikian.
Membaca bagian akhir buku ini tidak lebih dari sekadar ingin menuntaskan suatu pekerjaan yang sudah
terlanjur dimulai, disertai harapan mudah-mudahan novel Remy Sylado berikutnya dapat lebih hidup dan
mengasyikkan sampai dengan akhir cerita.

Berikut ini adalah contoh resensi buku nonfiksi.


Kisah Membaca Seorang “Yogi Buku”
Judul buku : Dari Buku ke Buku, Sambung Menyambung Menjadi Satu
Penulis : P. Swantoro
Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia
Cetakan :I
Tahun terbit : 2002
Tebal buku : xxv + 435 halaman

Bagi Polycarpus Swantoro yang ahli sejarah dan jurnalis senior, membaca buku seolah-olah seperti
berolah yoga. Sebagaimana seorang empu keris yang bekerja dalam waktu yang lama untuk membuat keris
yang ringan dari bahan yang bobotnya puluhan kilogram, seperti itu pulalah yang dilakukan oleh P.
Swantoro. Bedanya, P. Swantoro tidak melakukan pekerjaan menempa besi, tetapi membaca buku. Tentu
saja ada ribuan judul buku yang sudah dibaca Pak Swan. Namun, dalam bukunya yang berjudul Dari Buku ke
Buku, Sambung Menyambung Menjadi Satu ini “hanya” 200 judul buku yang ia “kisahkan”.
Dengan cara yang menawan, ia mengisahkan bagaikan seorang kakek yang baru pulang dari berkelana di
negeri yang jauh, kemudian menceritakan peng-alamannya kepada anak cucunya.
masmardi.wordpres.com: resensi (contoh) 2

Sebagai seorang pengelana di dunia buku, tidaklah mengherankan jika buku-buku yang ia kisahkan
merupakan buku-buku babon yang tua dan cukup langka,. Misalnya, The History of Java karya Thomas S.
Raffles yang terbit tahun 1817, Inleiding tot de Hindoe-Javaanche Kunst karya N.J Krom yang terbit tahun
1919, atau De Ijombok Kxpedie karya W Cool yang terbit tahun 1896. Memang, di sana-sini, untuk
keperluan pendukung data, Pak Swan juga menggunakan cukup banyak sumber sekunder. Sebenarnya, hal
ini agak mengganggu. Ketika membahas topik PKI, misalnya, Pak Swan, sebenarnya, perlu menggunakan
sumber yang lebih memadai.
Tema yang diangkat pun beraneka ragam, mulai dari cerita tentang lambang-lambang kota di Indonesia,
cerita tentang penulis pertama buku komunis di Indonesia, cerita Pak Poerwa, cerita tentang meletusnya
Gunung Merapi, cerita tentang para orientalis dan sarjana Indonesia, romantika para pendiri bangsa, serta
ditutup dengan khayalan Pak Swan agar para pemimpin dan intelektual masa kini dapat beryogi. Bagi para
pembaca “pemula”, tema yang tumpang-tindih tanpa sistematika yang jelas ini cukup merepotkan.
Dalam membicarakan suatu bab, Pak Swan sering meloncat-loncat kian kemari. Kata demi kata mengalir
tanpa jelas muaranya. Misalnya, ketika membicarakan Teeuw, Yogi Sastra, Yogi Keris, Yogi Ilmu, pembaca
benar-benar dituntut cermat untuk menginterpretasikan benang merah ide tulisan-tulisan ini. Namun, jika
kita bersabar untuk menikmati buku ini sampai habis, tentu kita dapat menemukan keseluruhan ide Pak
Swan dan kebingungan yang muncul di bab demi bab akan terjawab.
Buku Pak Swan ini mengingatkan kita pada tiga jilid buku Nusa Jawa Silang Budaya karya Denys Lombard.
Tulisan Lombard juga mengabaikan kronologi waktu, yang merupakan syarat untuk menulis sejarah
konvensional. Namun, kecurigaan bahwa buku Pak Swan menggunakan pola yang sama dengan buku Denys
Lombard tidak terbukti mengingat dalam menulis buku ini Pak Swan lebih mengandalkan memorinya,
seperti pengakuan Pak Swan sendiri dalam pengantar. Karena mengandalkan memori, tentu saja tulisan
yang dihasilkannya menggunakan pola penceritaan lisan.
Buku ini lebih merupakan buku sejarah walaupun temanya beraneka ragam. Pembaca yang baru akan
masuk ke wacana sejarah Indonesia, akan sangat terbantu dengan membaca buku ini terlebih dahulu.
Demikian pula para mahasiswa jurusan sejarah.
Buku ini sebenarnya akan lebih sempurna jika penulisnya, di samping membicarakan cara pandang para
orientalis Barat, juga memberikan contoh buku-buku yang memuat cara pandang Timur. Sekadar contoh,
dijelaskan tentang sebutan “Timur Tengah” untuk wilayah negara di jazirah Arab. Mengapa orang Indonesia
tidak menyebutnya sebagai “Barat Dekat”, misalnya? Bukankah sebutan “Timur Tengah” adalah sebutan
orang Barat yang melihat jazirah Arab dari sudut pandang wilayahnya? Pandangan seperti ini sangat
diperlukan bagi para mahasiswa sejarah di Indonesia yang tampaknya semakin kesulitan membaca buku-
buku sumber utama.
Untuk keperluan studi para mahasiswa sejarah, akan sangat menggembirakan jika Pak Swan
menceritakan juga buku Orientalism karya Edward W. Said yang terbit tahun 1979. Selain itu, sebaiknya,
buku yang berisi sikap kita terhadap tradisi Barat yang berjudul Oksidentalisme karya Hassan Hanafi yang
diterbitkan Paramadina, Jakarta, tahun 2000 juga dibicarakan.
Hal lain yang belum dibahas secara lengkap oleh Pak Swan sebagai seorang ahli sejarah dan pemerhati
kebudayaan Jawa adalah tentang historiografi Jawa. Prof. C.C. Berg, memang, sempat dimunculkan dalam
bagian Babad: Kitab Dongeng? Namun, sayang sekali, karya C.C. Berg yang berjudul Oavaanche
Geschiedschrijving, yang terbit di Amsterdam tahun 1938, tidak dimunculkan sehingga gambaran mengenai
penulisan sejarah di Pulau Jawa menjadi agak terabaikan.
Terlepas dari berbagai ketidaksempurnaan-nya, harus diakui bahwa buku pertama seorang “yogi buku”
ini merupakan karya yang memikat. Bahkan cara dan gaya pengungkapannya, dalam kadar tertentu, telah
memberikan sentuhan sastra yang cukup enak dinikmati. Kita menantikan karya berikutnya.

Berikut ini adalah contoh resensi buku kumpulan cerpen.


Pudarnya Pesona Cleopatra
Judul buku : Pudarnya Pesona Cleopatra
Penulis : Habiburrahman El Shirazy
Cetakan : 11, Februari 2006
Tebal buku : 111
masmardi.wordpres.com: resensi (contoh) 3

Penerbit : Republika
Harga : Rp. 21.000,00

“Tak terasa air mataku mengalir, dadaku sesak oleh rasa haru yang luar biasa. Tangisku meledak. Dalam
isak tangisku semua kebaikan Raihana selama ini terbayang. Wajahnya yang teduh dan baby face,
pengorbanan dan dan pengabdiannya yang tiada putusnya, suaranya yang lembut, tangisnya mengalirkan
perasaan haru dan cinta. Ya, cinta itu datang dalam keharuanku. Dalam keharuanku terasa ada hawa sejuk
turun darik langit dan merasuk dalam jiwaku. Seketika itu pesona kecantikan Cleopatra memudar…”
Itulah cuplikan yang ada pada novel mini ini. Ada dua pemaparan utama pada novel ini. Pria yang
memperistri orang yang bernama Raihana tanpa ada cinta pada awalnya, karena pernikahan mereka
hanyalah sebatas ibadah kepada orang tua. Raihana digambarkan sebagai seorang yang cantik, berjilbab
rapi dan hafidz Al Qur’an. Perwatakannya semampai lagi lemah lembut pribadinya. Ia mencintai suaminya
sepenuh hati walau sang suami belum biasa mencintainya.
Hampir mirip dengan novel Ayat-ayat Cinta, novel ini juga mengambil tema cinta dalam
permasalahannya. Penulis kembali mengajak kita sedikit berkhayal tentang negeri Mesir dan Andalusia.
Dalam novel ini juga terdapat satu lagi judul yaitu Setetes Embun Cinta Niyala,. Sebuah kisah akhwat lulusan
Fakultas Kedokteran di salah satu universitas negeri di Jakarta. Dalam kisahnya digambarkan akhwat
bernama Niyala yang selepas lulus dari kuliahnya harus kembali ke desa dan menikah dengan lelaki yang
memiliki piutang kepada ayahnya sebesar delapan puluh juta rupiah. Niyala menggadaikan dirinya kepada
lelaki itu.
“Dan orang-orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, jauhkan azab jahannam dari kami, sesungguhnya
azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal.” Sesungguhnya jahannam itu seburuk-buruk tempat menetap
dan tempat kediaman .(QS. Al Furqaan65-66)
Banyak hal yang menarik dari kedua cerita dalam satu novel ini. Kemampuan sang penulis untuk
membuat diskripsi dalam otak kita dan membawa kita kedalam khayalan sangat patut diacungi jempol.
Disisipkan dengan ayat-ayat Al Qur’an dan ending dari masing-masing cerita pun tidak terduga-duga.
Novel ini bagus untuk mengisi waktu luang dan sedikit memuhasabah diri. Apalagi novelini sangat cocok
untuk mereka yang bermasalah karena menganggap kecantikan adalah segalanya.

Sumber: http://sugikmaut.blog.com

Anda mungkin juga menyukai