Hukum pidana adat Baduy merupakan hukum yang tidak tertulis yang
mengorientasikan penyelesaian perkara pidana secara integral yang meliputi
pemulihan kepentingan korban, kepentingan pelaku dan kepentingan masyarakat.
Hukum pidana adat Baduy mengenal berbagai jenis tindak pidana berikut konsep
pertanggungjawaban dan sanksi hukumnya.
Hukum pidana adat Baduy juga mengenal tindak pidana santet, konsep
pertanggungjawaban pelaku yang menderita kelainan jiwa, dan pidana ganti
rugi dengan berbagai karakteristiknya yang perlu dipertimbangkan untuk
diakomodir dalam konteks pembaharuan hukum pidana nasional
Kata kunci: Hukum pidana adat Baduy, pembaharuan hukum pidana,
penyelesaian perkara integral .
Diantara beragam hukum adat yang PBB), usaha dan saran para ahli hukum
tersebar di Indonesia, hukum adat Baduy serta peristiwa pertemuan dua sistem
adalah salah satu hukum adat yang ada di hukum yang pernah terjadi tersebut itulah
Indonesia dan berlaku mengatur masya- yang kemudian mengusik rasa ingin tahu
rakat adat Baduy selama ratusan tahun peneliti, untuk melakukan penelitian
dari generasi ke generasi. Bahkan hingga lebih lanjut mengenai sistem hukum adat
kini hukum adat Baduy masih berlaku Baduy, khususnya sistem hukum pidana
mengikat bagi masyarakat adat Baduy. adat Baduy. Mengingat kenyataan bahwa
Baduy adalah sebuah komunitas hukum pidana adat Baduy masih ada dan
3
masyarakat terasing di Desa Kanekes berlaku mengikat bagi masyarakat Baduy
KecamatanLeuwidamarKabupaten Lebak, dan juga masyarakat luar Baduy yang
Banten. Sebagaimana masyarakat adat pa- berada di kawasan Baduy, sementara
da umumnya, merekapun memiliki hukum pengetahuan mengenai hal tersebut masih
adat sendiri yang berlaku mengikat pada sangat minim.
masing-masing anggota masyarakatnya, BAB II
termasuk hukum pidana adat, yang TINJAUAN PUSTAKA
merupakan subsistem dari hukum adat A. Hukum Adat
Baduy. 1. Urgensi Kajian Hukum Adat
Rekomendasi nasional dan global Pentingnya penggalian hukum adat
(Seminar Hukum Nasional dan Kongres sebelumnya pernah diingatkan oleh
Cornelis Van Vollenhoven dalam
mengakhiri bukunya yang berjudul pe-
Indonesia). (Pidato Pengukuhan Guru Besar).
Semarang. Badan Penerbit Undip. 2007. Hal.39- nemuan hukum adat:
42.
3
Suhada menuliskan penggunaan istilah Jadi, tugas untuk melanjutkan pe-
masyarakat terasing bagi masyarakat Baduy nemuan hukum adat, khususnya me-
adalah keliru. Masyarakat terasing
didefinisikan Departemen Sosial sebagai ngenai orang Indonesia untuk se-
masyarakat yang terisolasi dan memiliki
kemampuan terbatas untuk berkomunikasi mentara waktu harus ditanggung
dengan masyarakat-masyarakat lain yang lebih oleh mereka (orang Indonesia) yang
maju, sehingga karena itu bersifat terbelakang
serta tertinggal dengan proses mengem - bertempat tinggal di Hindia Belanda.
bangkan kehidupan ekonomi, politik, sosial Hal ini masuk akal, bukan saja
budaya, keagaman dan ideologi. Masyarakat
Baduy, menurut Suhada lebih tepat dikatakan mereka merupakan 49.000.000 dari
sebagai masyarakat yang mengasingkan diri.
Masyarakat Baduy menjalin intensitas 66.000.000 yang mendiami wilayah
komunikasi dengan masyarakat luar melalui Indonesia dari Formosa sampai
kunjungan. Mereka memiliki sistem sendiri
dalam pemenuhan sandang, pangan dan papan Madagascar, tetapi pekerjaan pen-
sehari-hari yang telah dijalani lama turun
temurun. Mereka memilih hidup dengan dahuluan sebagian besar telah di-
memegang teguh hukum adat yang mereka
miliki. Lihat dalam Suhada. Masyarakat Baduy
dalam Rentang Sejarah. Dinas Pendidikan
Propinsi Banten. 2003. Hal.16.
2
____________________________________________Magister Ilmu Hukum -Fakults Hukum Universitas Diponegoro
lakukan. Papan untuk meloncat telah ajeg, selalu dikerjakan atau perilaku ma -
tersedia bagi mereka. 4 syarakat yang selalu dilakukan atau
Barda Nawawi Arief dalam pidato dengan kata lain bahwa kebiasaan adalah
pengukuhan guru besarnya menyatakan perilaku masyarakat (anggota-anggota
bahwa penggalian dan pengembangan masyarakat secara bersama-sama) yang
nilai-nilai hukum pidana yang hidup di ajeg atau yang selalu dikerjakan, dan oleh
dalam masyarakat bertumpu pada dunia karena itu bersifat wajib. 7
akademik/keilmuan. Barda Nawawi Arief I Gede AB Wiranata memberikan
menyebut nilai-nilai hukum yang hidup penegasan makna yang lebih atas penger-
dalam masyarakat sebagai batang teran- tian adat. Menurutnya adat diartikan
dam yang belum banyak terangkat ke sebagai kebiasaan yang menurut asumsi
permukaan. Upaya mengangkat batang masyarakat telah terbentuk, baik sebelum
terandam ini penting dilakukan untuk maupun sesudah adanya masyarakat. 8
dikaji secara mendalam sebagai bahan b. Hukum Adat.
penyusunan hukum nasional. 5 Sebagaimana halnya dengan Adat,
2. Adat, Hukum Adat dan Hukum kata Hukum juga berasal dari bahasa
Kebiasaan (Customary Law). Arab hukm, bentuk jamaknya ahkam yang
a. Adat. berarti perintah, suruhan atau ketentuan. 9
Dalam beberapa literatur, terminologi Cristian Snouck Hurgronje adalah ahli
adat ditengarai berasal dari kata Adah hukum yang mengenalkan istilah hukum
yang dalam bahasa Arab merujuk pada adat (Adatrecht). Hurgronje meng-
ragam perbuatan yang dilakukan secara gunakan istilah hukum adat pertama
berulang-ulang. 6 Ragam perbuatan yang kalinya dalam buku De Acehers (Orang-
dilakukan secara berulang-ulang tersebut orang Aceh) tahun 1894. Istilah hukum
kemudian yang menjadikan peristilahan adat digunakannya untuk menyebut sis-
Adat sering diasosiasikan dengan ke- tem pengendalian sosial (social control)
biasaan. Maka adat kemudian diartikan yang bersanksi (disebut hukum adat),
sebagai perilaku masyarakat yang bersifat yang dibedakan dengan istilah adat
sebagai sistem pengendali sosial lain
4
Cornelis Van Vollenhoven. Penemuan Hukum yang tidak memiliki sanksi. 10
Adat (De ontdekking van het adatrecht).
Terjemahan Koninklijk Instituut voor Taal-, c. Hukum Kebiasaan (Customary Law)
Land-en Volkenkunde (KITLV) bersama Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Jakarta.
5
Jambatan.1981. Hlm.160 7
Barda Nawawi Arief. Beberapa Aspek Dominikus Rato. Pengantar Hukum Adat.
Pengembangan Ilmu Hukum Pidana 8
Yogyakarta. LaksBang Pressindo. 2009. Hlm 5.
(Menyongsong Generasi Baru Hukum Pidana 9
Opcit.
Indonesia). Semarang. Badan Penerbit Undip. Dominikus Rato.Pengantar Hukum Adat.
6
2007. Hlm.50. 10
Yogyakarta. LaksBang Pressindo. 2009. Hlm 4.
I Gede AB Wiranata. Hukum Adat Indonesia, I Gede AB Wiranata. Hukum Adat Indonesia,
Perkembangnya dari Masa ke Masa. Bandung. Perkembangnya dari Masa ke Masa. Bandung.
Citra Aditya Bakti. 2005. Hlm.3. Citra Aditya Bakti. 2005. Hlm.9.
3
Jurnal Law reform April 2010. Vol. 5. No.1_______________________________________________________
Penyamaan hukum adat dan hukum Mencermati uraian di atas, pada dasarnya
kebiasaan ini tidak dapat diterima semua customary law adalah hukum yang ber-
pihak. Salah satu tokoh yang berke- sumber dari kebiasaan yang kemudian di-
beratan berkaitan hal ini adalah Van terima sebagai kebutuhan hukum atau ke -
Dijk: wajiban dalam bertingkah laku. Jadi se-
Tidaklah tepat menerjemahkan nada dengan Van Dijk, customary law
adatrecht menjadi hukum kebiasaan memiliki penekanan yang lebih pada ke -
untuk menggantikan hukum adat, biasaan yang berulang sehingga menjadi
oleh karena yang dimaksud dengan sebuah hukum, sementara pada hukum
hukum kebiasaan adalah kompleks adat meskipun terdapat unsur kebiasaan
peraturan-peraturan hukum yang namun berpangkal pada suatu pranata ma -
timbul karena kebiasaan, artinya syarakat yang memiliki otoritas untuk
karena telah demikian lamanya menetapkannya sebagai sebuah hukum.
orang biasa bertingkahlaku menurut Meskipun kemudian hukum adat
suatu cara tertentu sehingga timbu- sering diterjemahkan menjadi customary
lah suatu peraturan kelakuan yang law dan banyak penulis secara sederhana
diterima dan juga yang diinginkan menyamakannya namun perbedaan men-
masyarakat, sedang apabila orang dasar antara keduanya perlu diketahui.
mencari sumber yang nyata dari Sebagaimana Roelof H Haveman yang
mana peraturan itu berasal, hampir menggunakan istilah customary law un-
senantiasa akan ditemukan suatu alat tuk menerjemahkan hukum adat, namun
perlengkapan masyarakat tertentu lebih lanjut Haveman menjelaskan per-
dalam lingkungan besar atau kecil bedaan keduanya. Dalam bukunya Ia
sebagai pangkalnya. menuliskan: Adat law is customary law.
Blacks Law Dictionary, mengartikan More specifically: adat law is a type of
customary law (hukum kebiasaan) customary law. 12 Jadi meskipun Haveman
sebagai berikut: 11 menyatakan hukum adat adalah hukum
Law consisting of customs that kebiasaan/customary law, namun lebih
are accepted as legal requirement lanjut Haveman menegaskan bahwa hu-
or obligatory rules of conduct; kum adat adalah salah satu jenis hukum
Practise and beliefs that are so kebiasaan/ customary law.
vital and intrinsic a part of a Penjelasan Haveman tersebut selaras
social and economic system that dengan pendapat Van Vollenhoven. Me-
they are treated as if they were nurut Van Vollenhoven, hukum adat
laws.
12
11
Roelof H Haveman. The Legality of Adat
Bryan A Garner. Blacks Law Dictionary. ST.Paul Criminal Law in Modern Indonesia. Jakarta.
Minn. 1999 (seventh edition). P.391. Tatanusa. 2002. Hlm.5.
4
____________________________________________Magister Ilmu Hukum -Fakults Hukum Universitas Diponegoro
adalah hal lain dari pada hukum ke- perdata). 16 Penjelasan Soepomo tersebut
biasaan (gewoontenrecht) karena terma- memberikan pemahaman bahwa sebe-
suk sebagai sumber-sumbernya adalah: narnya terminologi hukum pidana dan
peraturan-peraturan desa, peraturan-per- hukum perdata didalam hukum adat pada
aturan dari raja-raja bumi putra, dan dasarnya tidak dikenal.
peraturan-peraturan fiqh. 13 4. Sifat Melawan Hukum
3. Hukum Pidana Adat Komariah Emong Sapardjaja mengon-
Hukum Pidana Adat atau hukum sepsikan suatu tindak pidana secara
pidana yang tidak tertulis dalam bahasa umum dapat terjadi jika perbuatan ter-
Belanda dikenal sebagai ongeschreven sebut memenuhi perumusan delik (lega -
strafrecht. 14 Menurut Soerojo Wignjo- litas formil), melawan hukum dan pem-
dipuro diantara bidang hukum adat, buat bersalah melakukan perbuatan itu. 17
hukum pidana adat adalah bidang hukum Jadi kekakuan dan keberlakuan asas lega-
adat yang eksistensinya terdesak oleh litas formil sebenarnya dibatasi dan di-
keberadaan hukum kolonial. 15 Soepomo mungkinkan untuk dikesampingkan de-
kemudian menjelaskan lebih lanjut bahwa ngan melihat apakah si pelakunya ber-
hukum adat tidak memisahkan antara salah dan melihat ada tidaknya sifat me -
pelanggaran (perkosaan) hukum yang me- lawan hukum (wederrechtelijk).
wajibkan tuntutan memperbaiki kembali Konsepsi tersebut menjelaskan bahwa
hukum di dalam lapangan hukum pidana salah satu unsur dari tindak pidana adalah
(di muka hakim pidana) dan pelanggaran unsur sifat melawan hukum. Menurut
hukum yang hanya dapat dituntut di Soedarto unsur ini merupakan penilaian
lapangan hukum perdata (di muka hakim objektif terhadap perbuatan, dan bukan
terhadap si pembuat. 18
5. Asas Legalitas Materil dan
13
Djojodiguno tidak sependapat dengan Van Kedudukannya dalam Peraturan
Vollenhoven, menurutnya penyebutan Perundang-undangan.
peraturan desa dan peraturan raja ke dalam
bilangan hukum adat adalah keliru, sebab Selain pengakuan asas legalitas mate-
menurutnya kedua hal tersebut adalah
termasuk kedalam hukum peraturan. Lihat ril dalam ajaran hukum pidana. Kedudu-
lebih lanjut dalam I Gusti Ketut Sutha. Bunga kan legalitas materil sebenarnya juga
Rampai Beberapa Aspekta Hukum Adat.
14
Yogyakarta. Liberty.1987.Hlm.11. telah diakui keberadaan dan keberlaku-
E.Utrecht. Rangkaian Sari Kuliah Hukum Pidana
15
I. Surabaya. Pustaka Tinta Mas. 1994. Hlm.7.
Soerojo Wignjodipuro. Pengantar dan Asas-
asas Hukum Adat. Jakarta. Gunung Agung.1982. 16
Hlm. 18. Pada umumnya hukum lokal biasanya Soepomo. Bab-bab Tentang Hukum Adat.
terdesak oleh hukum kolonial, seperti halnya 17
Jakarta. Pradnya Paramita.1982.Hlm.110.
Indonesia, keberadaan hukum adat Afrika juga Komariah Emong Sapardjaja. Ajaran Sifat
terdesak oleh hukum Eropa melalui Melawan Hukum Materiel dalam Hukum Pidana
kolonialisasi. Lihat lebih lanjut dalam Lawrence 18
Indonesia. Bandung. Alumni. 2002. Hlm.22.
Meir Friedman.The Horizontal Society. Sudarto. Hukum Pidana I. Semarang. Yayasan
London.Yale University Press. 1999. Pag.128. Sudarto. 1980. Hlm.76.
5
Jurnal Law reform April 2010. Vol. 5. No.1_______________________________________________________
annya pasca kemerdekaan Indonesia da- Asas legalitas dalam Konsep KUHP
lam peraturan perundang-undangan. ditempatkan dalam Buku Kesatu Ke-
Berbagai ketentuan peraturan per- tentuan Umum. 20 Sama halnya dengan
undang-undangan menjelaskan bahwa ke- KUHP, asas legalitas dalam Konsep
dudukan asas legalitas materil dalam per- KUHP juga dirumuskan dalam pasal 1. 21
aturan perundang-undangan diakui ke- Dalam penerapannya, pidana tam-
beradaan dan keberlakuannya. Terlebih bahan tersebut (termasuk point e tentang
dalam pasal 24 (amandemen ke-3) UUD hukum adat/hukum yang hidup) dapat di-
1945 ditegaskan bahwa kekuasaan ke- jatuhkan bersama-sama dengan pidana
hakiman merupakan kekuasaan yang mer- pokok, sebagai pidana yang berdiri sen-
deka untuk menyelenggarakan peradilan diri atau dapat dijatuhkan dengan pidana
guna menegakan hukum dan keadilan. tambahan lainnya. 22 Selanjutnya dalam
Maka pada hakikatnya peradilan di- pasal 67 ayat (3), ditegaskan bahwa pe-
selenggarakan untuk menegakan hukum menuhan kewajiban adat atau hukum
(recht/ius) dan keadilan, bukan menega- yang hidup juga dapat dijatuhkan ter-
kan hukum secara sempit yang sering di- hadap korporasi meskipun tidak ter-
reduksi menjadi undang-undang (wet- cantum dalam perumusan tindak pidana. 23
/lege). Hukum memiliki makna yang 7. Sekilas Mengenai Hukum Pidana
lebih luas dari undang undang, sebab Adat Baduy
hukum berarti meliputi hukum yang 20
Kecuali Konsep KUHP awal, Konsep KUHP hanya
tertulis dan hukum yang tidak tertulis. membagi KUHP ke dalam dua buku: Ketentuan
6. Hukum Adat dalam Konsep KUHP 21
Umum (Buku I) dan Tindak Pidana (Buku II).
Pada konsep 1997/1998 asas legalitas
Sebagaimana diketahui, dalam Se- ditempatkan dalam pasal 2, hal ini disebabkan
minar Hukum Nasional I Tahun 1963, di- pengertian-pengertian yang bersifat umum
22
ditempatkan dalam pasal 1.
rekomendasikan agar rancangan kodi- 23
Pasal 67 ayat 2 Konsep KUHP 2006.
Perumusan ini mengakomodir keresahan
fikasi hukum pidana nasional selekas masyarakat hukum adat selama ini yang
mungkin diselesaikan. Maka tahun 1964 seringkali harus berhadapan dengan korporasi
yang menggunakan hukum formal dalam
dibicarakan konsep KUHP yang pertama. kehidupan sehari-hari. Biasanya terjadi dalam
kasus sengketa tanah adat yang dirambah.
Berturut-turut kemudian ada pula konsep Seperti yang dialami oleh Loir Botor Dingit,
1971/1972, Konsep 1982/1983 yang ke- Kepala Suku Dayak Bentian Jato Rempangan
Jelmu Sibak, Kecamatan Bentian, Kabupaten
mudian menjadi konsep 1987/1988, Kutai, Kalimantan Timur yang harus
menghadapi PT Kalhold Utama milik Bob Hasan
Konsep 1991/1992, Konsep 1997/1998 yang menggusur tanah adat, tanaman dan
Konsep 2004 sampai dengan 2006/2007. 19 makam leluhur Jelmu Sibak. Lihat lebih lanjut
dalam Loir Botor Dingit. Kasus Sengketa Tanah
Adat di Jelmu Sibak, Pertarungan Hukum Adat
versus Hukum Formal dalam Sandra Kartika dan
19
Candra Gautama. Menggugat Posisi
Barda Nawawi Arif. Bunga Rampai Kebijakan Masyarakat Adat Terhadap Negara (Prosiding
Hukum Pidana Perkembangan Penyusunan Sarasehan Masyarakat Adat Nusantara, Jakarta
Konsep KUHP Baru. Jakarta. Kencana Prenada 15-16 Maret 1999). Yogyakarta. Pustaka
Media. 2008. Hlm. 96. Pelajar. 1999. Hlm. 7.
6
____________________________________________Magister Ilmu Hukum -Fakults Hukum Universitas Diponegoro
mentara Baduy Luar memiliki aturan 3. Hukum Pidana Formil Adat Baduy
yang lebih longgar namun memiliki kon- Hukum Pidana Adat Baduy mengenal
sekwensi untuk turut membantu Baduy semacam asas ultimum remedium atau
Dalam dalam hal melestarikan adat. asas subsidiaritas. Hukum pidana formal
Pada prinsipnya larangan-larangan adat Baduy menerapkan asas ultimum
pada masyarakat Baduy dilandaskan pada remedium sehingga sistem peradilan pi-
filosofi dasar Baduy, lojor teu meunang dana adat Baduy baru dipakai jika penye -
dipotong, pondok teu meunang disam- lesaian perkara tingkat keluarga para
bung (panjang tak boleh dipotong, pen- pihak (pelaku dan korban) tidak berjalan.
dek tak boleh disambung). Menurut Jaro Tahap awal selalu diusahakan diselesai-
Dainah, konsep dasar ajaran di Baduy kan di pihak keluarga. Secara skematik
tersebut adalah keseimbangan alam, prosedur penyelesaian tindak pidana da -
kelestarian alam, maka dengan demikian lam hukum pidana adat Baduy dapat
Baduy mempunyai kewajiban untuk me- digambarkan sebagai berikut :
lestarikan alam dan tidak menentang
hukum alam.
Skema 3: Alur penyelesaian perkara dalam Hukum Pidana Adat Baduy
Skema di atas dibedakan pula ber- tingkat keluarga dapat dilangkahi lang-
dasarkan berat dan ringannya perbuatan. sung menuju penyelesaian oleh Jaro
Terhadap perbuatan yang berat semisal Tangtu dan Jaro 7/Jaro Dangka.
pembunuhan maka penyelesaian di
Dirutankan dalam skema tersebut 4. Hukum Pidana Materil Adat Baduy
mengandung pengertian yang berbeda Sebagaimana umumnya sebuah ko-
dengan rumah tahanan sebagaimana di- munitas masyarakat, masyarakat Baduy
kenal dalam hukum acara pidana. Mes- memiliki sistem hukum yang mengatur
kipun demikian keduanya memiliki kehidupan mereka sehari-hari, termasuk
kesamaan yakni menunggu persidangan di dalamnya hukum pidana adat Baduy.
hingga penghukuman yang harus diterima Hukum pidana adat Baduy tidak di-
pelaku. Rutan adalah istilah Baduy yang kodifikasikan dalam sebuah kitab, hukum
mucul belakangan sebagai tempat dimana pidana adat Baduy tidak dibuat tertulis.
si pelaku harus dikeluarkan selama empat Menurut Jaro Sami, untuk melestarikan
puluh hari sambil menunggu persidangan. pengetahuan hukum pidana adat Baduy
Istilah rutan tersebut jelas diintrodusir tersebut maka setiap dua bulan sekali
dari rutan (rumah tahanan) dalam ter- semua warga dikumpulkan di lapangan di
minologi hukum acara pidana. Dalam masing-masing kampung Baduy Dalam
masa menunggu sidang tersebut si pelaku (Cibeo, Cikartawana, Cikeusik). Dalam
oleh Jaro Dangka/Jaro 7 ditempatkan di forum tersebut diberitahukan setiap lar-
kampung yang disesuaikan dengan jalur angan yang ada di Baduy beserta anca-
rumah tahanannya (sebagaimana tertera man hukumannya. Selain forum tersebut,
dalam skema). pengetahuan mengenai hukum pidana
Menurut Jaro Sami, dalam masa pe- adat Baduy diperoleh melalui budaya
nahanan selama 40 hari tersebut, si lisan/tutur dalam kehidupan sehari-hari,
pelaku yang berada dalam masa peng- sehingga setiap generasi di Baduy me -
awasan Jaro Dangka ditempatkan dalam ngenal akan hukumnya.
sebuah rumah yang ditentukan oleh Jaro Sebagaimana halnya adat Baduy,
Dangka. Pelaku kemudian melakukan hukum pidana adat Baduy juga berfilosofi
semacam kerja sosial mencari kayu pada keseimbangan alam, filosofi yang
bakar, atau mengambil air tanpa diupah. dipakaipun sama, lojor teu meunang di-
Jika kemudian si pelaku lari maka Jaro potong, pondok teu meunang disambung
Dangka/Jaro 7 yang bertanggungjawab (panjang tak boleh dipotong, pendek tak
mencari. Masa karantina selama 40 hari boleh disambung). Falsafah hidup ter-
tersebut mengandung pembinaan mental sebut kemudian dijabarkan dalam norma -
si pelaku.
10
____________________________________________Magister Ilmu Hukum -Fakults Hukum Universitas Diponegoro
Pelaku
Ngabokoran
Pertanggungjawaban
batiniah
Serah pati
11
____________________________________________Magister Ilmu Hukum -Fakults Hukum Universitas Diponegoro
terjadi, siapa yang telah disakiti- Menurut Ayah Mursyid, hukum pi-
/dirugikan dari kejadian tersebut, dana adat Baduy Dalam berlaku bagi
dan apa kiranya yang dapat dilaku- setiap warga Baduy Dalam. Jika seorang
kan untuk memperbaiki keadaan Baduy Dalam diketahui melakukan pe-
yang ditimbulkan dari suatu kejadi- langgaran di luar wilayah Baduy Dalam
an beserta diikuti oleh rencana misalnya menaiki kendaraan, mencuri
aksinya. Kita (mediator) menindak- dan sebagainya maka perbuatan tersebut
lanjuti dengan memeriksa rencana harus dipertanggungjawabkan dalam
aksi untuk dapat diterapkan untuk proses persidangan Baduy Dalam. Bah-
kepuasan semua pihak terkait wa kemudian ada persoalan ne bis in
(stakeholders). idem karena telah diproses menurut hu-
c. Asas Personalitas/Nasional Aktif 33 kum negara, maka hal itu diabaikan
Penerapan asas personalitas pernah karena masyarakat Baduy telah memiliki
terjadi di Baduy pada pertengahan sistem hukum tersendiri yang pada
Agustus di tahun 2005. Saat itu Sadim hakikatnya si pelaku harus dibersihkan
seorang warga Cikeusik Baduy Dalam, lahir dan batinnya untuk memulihkan ke-
melakukan pembunuhan atas Kamsina seimbangan dalam masyarakat Baduy.
dan melukai Yadi dan Aisah. Peristiwa Ketentuan asas personalitas pada
tersebut terjadi di Kampung Citebang Baduy Dalam juga berlaku bagi warga
Desa Sukajaya Kecamatan Sobang Kabu- Baduy Luar. Bagi warga Baduy Luar
paten Lebak. Tempat terjadinya tindak yang melakukan tindak pidana di luar
pidana (locus delicti) tersebut berada di wilayah Baduy Luar diserahkan pada
luar wilayah Baduy Dalam, namun Jaro Dainah, Kepala Desa Kanekes,
Sadim tetap dimintakan pertanggung- kebanyakan kemudian diserahkan pada
jawaban dan diadili dengan mengguna- hukum pidana nasional, namun dalam
kan hukum pidana adat Baduy setelah hal pembersihan batinnya diserahkan
divonis penjara 7 bulan 8 hari oleh pada struktur adat Baduy Dalam.
Pengadilan Negeri Rangkasbitung yang
didasarkan pada dakwaan pasal 351 ayat d. Asas Perlindungan/ Nasional
3 (penganiayaan yang mengakibatkan Pasif35
kematian). 34 Dalam hukum pidana adat Baduy, ke -
pentingan adat Baduy juga mendapatkan
33
Asas ini juga dikenal sebagai asas
kebangasaan/nationaliteits Putusan PN Rangkasbitung No
beginsel/personaliteits beginsel/actieve 35
210/PidB/2005/PNRKB.
persoonlijkheidsstelsel/actieve nationaliteits Nama lain asas ini beschermingsbeginsel/
beginsel lihat dalam PAF Lamintang. Dasar- passief nationaliteitsbeginsel/realprinzip/
dasar Hukum Pidana Indonesia. Bandung. Sinar schutzprinzip/ prinzip der beteiligten
34
Baru. 1984. Hlm 85. rechtsordnung. PAF Lamintang. Dasar-dasar
Lihat lebih lanjut dalam lampiran mengenai Hukum Pidana Indonesia. Bandung. Sinar Baru.
kronologis perkara Sadim bin Samin dan 1984. Hlm 85.
13
Jurnal Law reform April 2010. Vol. 5. No.1_______________________________________________________
masyarakat Baduy seperti penganiayaan, yang berdiri sendiri yang tidak ada
mencuri, penipuan, mengambil foto, hubungannya satu sama lain. Hal ini juga
menggunakan alat mandi seperti sabun, berlaku pada satu peristiwa yang me-
shampo dan sebagainya. Sementara ter- nimbulkan dua akibat seperti tabrakan
hadap delik yang bersifat lebih khusus karena sebuah kelalaian yang meng-
seperti larangan mengenakan pakaian mo- akibatkan kematian (Pasal 359 KUHP)
dern, alat elektronik dan sebagainya dan luka badan (Pasal 360 KUHP). 41
hanya berlaku bagi warga Baduy Dalam. Syarat yang harus diperhatikan dalam
Larangan tersebut diberlakukan pada perbuatan berlanjut adalah: (1) harus ada
warga Baduy Dalam namun tidak di- kesatuan kehendak peristiwa-peristiwa
berlakukan pada warga luar Baduy. Bagi yang disebabkan oleh putusan kehendak
para pelanggarnya dikenakan sanksi yang yang sama; (2) peristiwa-peristiwa harus
berjenjang mulai sanksi verbal (ditegur, sama atau serupa; (3) jangka waktu yang
dinasehati/ dipapatahan) hingga dikeluar- ada antara berbagai bagian (perbuatan
kan dari komunitas Baduy Dalam berlanjut) tidak boleh terlalu lama. 42
. Selain kedua hal di atas (concursus
2) Bentuk-Bentuk Tindak Pidana idealis dan perbuatan berlanjut), KUHP
a. Perbarengan juga mengenal concursus realis (perbare-
J.E.Jonkers menjelaskan concurcus ngan perbuatan). 43 Konsep concursus
idealis (kebersamaan dalam peraturan) realis adalah adanya perbarengan be-
terjadi apabila suatu peristiwa pidana berapa perbuatan yang harus dipandang
terkena oleh lebih dari satu peraturan sebagai perbuatan yang berdiri sendiri-
pidana, maka hanya diperlakukan salah sendiri sehingga merupakan beberapa ke -
satu peraturan pidana, yaitu yang me- jahatan. Terhadapnya dijatuhi satu pidana
nentukan hukuman pokok yang paling jika diancam dengan pidana pokok se-
berat. 39 Sistem penjatuhan pidana ini oleh jenis yang merupakan jumlah maksimum
Jonkers disebut sebagai sistem absorbsi pidana yang diancamkan terhadap per-
(peraturan yang paling berat menutupi buatan itu dengan catatan tidak melebihi
yang lebih ringan). 40 Dalam KUHP dari maksimum pidana yang terberat
concursus idealis diatur dengan Pasal 63. ditambah sepertiga. 44 Jika perbarengan
Menurut Jonkers, beberapa peraturan tersebut diancam dengan pidana pokok
yang terkena pada sebuah peristiwa ter- yang tidak sejenis, maka dijatuhi pidana
sebut haruslah peristiwa yang berhubu-
41
ngan satu sama lain, bukan peristiwa 42
Ibid. Hlm.208
43
Ibid. Hlm. 219-221.
44
Pasal 65 KUHP
39
Pasal 65 ayat 2 KUHP. Sistem pemidanaan ini
J.E.Jonkers. Buku Pedoman Hukum Pidana dinamakan sistem absorbsi yang dipertajam,
Hindia Belanda. Jakarta. Bina Aksara. 1987. peraturan pidana yang paling berat yang
40
Hlm.207 dijalankan ditambahi (diperberat) sepertiga
Ibid. Hlm. 206. diatas hukuman yang seberat-beratnya.
15
Jurnal Law reform April 2010. Vol. 5. No.1_______________________________________________________
atas tiap-tiap kejahatan tetapi jumlahnya bulkan kematian sesuai dengan niatnya
tidak boleh melebihi maksimum pidana maka itu hal yang lain lagi. Jika
terberat ditambah sepertiga. kemudian deliknya selesai berakhir pada
b. Percobaan tujuan yakni kematian, maka pertang-
Niat dalam hukum pidana adat gungjawabannya disesuaikan dengan a-
Baduy adalah sesuatu yang harus turan mengenai pembunuhan. Namun jika
dipertanggunjawabkan. Sehingga jika ada tidak selesai, niatnya tersebut telah men -
seseorang yang telah berniat mencuri jadi sesuatu hal yang luar biasa dalam
maka niat yang telah ada menjadi pe- masyarakat Baduy, harus diwaspadai di-
nilaian tersendiri mengingat niat tersebut selidiki kenapa bisa timbul niat tersebut.
tidak baik. Maka dalam hukum pidana c. Pengulangan
adat Baduy tidak dipandang apakah suatu Dalam hukum pidana adat Baduy
tindak pidana selesai atau tidak selesai tidak dikenal adanya pemberatan huku-
dilakukan. Ayah Mursyid menjelaskan man terhadap pengulangan tindak pidana
bahwa misalnya dalam hal pembunuhan, (residivisme) sebagaimana dalam KUHP.
karena niatnya sudah tidak baik, tidak Namun terhadap pelaku tindak pidana
dipisahkan meninggal atau tidak me- yang melakukan pengulangan tin-dak
ninggalnya seseorang (niatna geus teu pidana, maka proses penyelesaiannya
hade, teu dipisahkeun paeh teu paeh, ditingkatkan satu tingkatan setiap terjadi
jelasna kudu diberikeun sanksi, geus pengulangan.
mungkar). Hukum pidana adat Baduy Secara skematik, tahap penyelesaian
dalam hal ini terfokus pada niat yang tindak pidana dalam hal pengulangan
tidak baik yang harus dibersihkan, harus dapat dilihat sebagai berikut:
diberi sanksi, bahwa kemudian menim-
Skema 5: Alur penyelesaian bentuk tindak pidana pengulangan
16
____________________________________________Magister Ilmu Hukum -Fakults Hukum Universitas Diponegoro
17 17
Jurnal Law reform April 2010. Vol. 5. No.1_______________________________________________________
18
____________________________________________Magister Ilmu Hukum -Fakults Hukum Universitas Diponegoro
19
Jurnal Law reform April 2010. Vol. 5. No.1_______________________________________________________
20
____________________________________________Magister Ilmu Hukum -Fakults Hukum Universitas Diponegoro
21
Jurnal Law reform April 2010. Vol. 5. No.1_______________________________________________________
jarang terjadi sengketa mengenai batas- Setiap warga Baduy dilarang me-
batas tanah. miliki istri atau suami lebih dari satu
5) Beberapa Tindak Pidana (Lara- orang dalam waktu bersamaan.
ngan) lain dalam Wilayah Baduy
Dalam dan Baduy Luar e. Larangan Minuman Alkohol
Berbagai aturan di bawah ini Setiap warga Baduy dilarang memi-
merupakan larangan yang hingga kini num minuman yang mengandung alkohol
masih berlaku di Baduy khususnya Baduy atau sejenisnya yang dapat memabukan
Dalam sebagai aturan adat. Terhadap baik di dalam wilayah Baduy Dalam
pelakunya jika telah melewati proses maupun di luar wilayah Baduy Dalam.
sistem peradilan pidana adat Baduy na - f. Larangan Menggunakan Pakaian
mun kemudian tetap tidak dapat meles- modern
tarikan aturan adat tersebut maka di- Setiap warga Baduy Dalam dilarang
persilahkan untuk keluar dari Baduy menggunakan pakaian modern sejenis
Dalam. kaos, kemeja dan yang lainnya yang di-
a. Larangan foto dan gambar audio asosiasikan sebagai pakaian modern baik
visual. di dalam wilayah Baduy Dalam maupun
Setiap orang yang berada di wilayah di luar wilayah Baduy Dalam.
Baduy Dalam (Cibeo, Cikartawana, dan g. Larangan Menggunakan Alat
Cikeusik) dilarang untuk mengambil foto Mandi
ataupun bentuk gambar audio visual Setiap orang dilarang menggunakan
dengan objek orang, tempat, peman- alat mandi sejenis sabun, pasta gigi dan
dangan, rumah adat dan yang lainnya shampo di dalam wilayah Baduy Dalam.
yang masih dalam wilayah Baduy Dalam. h. Larangan Menggunakan Kenda-
b. Larangan Merokok raan
Setiap warga Baduy Dalam dilarang Setiap warga Baduy Dalam dilarang
merokok baik di dalam wilayah Baduy menggunakan kendaraan baik di dalam
Dalam maupun di luar wilayah Baduy wilayah Baduy Dalam maupun di luar
Dalam. wilayah Baduy Dalam.
c. Larangan Menggunakan Emas i. Larangan Orang asing Memasuki
Setiap warga Baduy Dalam dilarang Wilayah Baduy Dalam
memakai, menyimpan dan memiliki emas Setiap orang asing (luar Indonesia)
baik di dalam wilayah Baduy Dalam dilarang memasuki wilayah Baduy
maupun di luar wilayah Baduy Dalam. Dalam.
d. Larangan Poligami dan Poliandri
22
____________________________________________Magister Ilmu Hukum -Fakults Hukum Universitas Diponegoro
23
Jurnal Law reform April 2010. Vol. 5. No.1_______________________________________________________
53
Oxford Learners Pocket Dictionary. UK. Oxford
54
University Press.2005.Pag. 360.
Lihat lebih lanjut dalam Barda Nawawi Arief. 56
RUU KUHP Baru, Sebuah Restruktirisasi/ Barda Nawawi Arif. Bunga Rampai Kebijakan
Rekonstruksi Sistem Hukum Pidana Indonesia. Hukum Pidana Perkembangan Penyusunan
55
Semarang. Pustaka Magister 2008. Hlm.3. Konsep KUHP Baru. Jakarta. Kencana Prenada
Lihat lebih lanjut dalam Barda Nawawi Arief. Media. 2008. Hlm. 96. Lihat juga Rancangan
RUU KUHP Baru, Sebuah Restruktirisasi/ Undang-Undang Republik Indonesia Tentang
Rekonstruksi Sistem Hukum Pidana Indonesia. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
Semarang. Pustaka Magister 2008. Hlm. 10. 2008. Jakarta. www.legalitas.org. 2008.
24
____________________________________________Magister Ilmu Hukum -Fakults Hukum Universitas Diponegoro
Selain beberapa pasal tersebut, pasal pidana adat Baduy konsep silih
lain yang berkaitan dengan hukum pidana ngahampura selain dapat dijadikan per-
adat Baduy adalah sebagai berikut: timbangan untuk Jaro Tangtu tidak men-
Pasal 55 ayat 1 huruf j dan k jatuhkan hukuman (terhadap tindak
(1) Dalam pemidanaan wajib diper- pidana yang bersifat ringan) juga sebagai
timbangkan : hal yang wajib dicapai (dipenuhi) dalam
j.Pemaafan dari korban dan/atau penyelesaian perkara sehingga keharmo-
keluarganya; dan /atau nisan kembali terjaga. Dalam konteks ini
k.Pandangan masyarakat ter 57 hadap kesimpulan Artidjo Alkotsar yang ter-
tindak pidana yang dilakukan muat dalam peryataannya menjadi
mengenai pedoman pemidanaan. relevan: 59
Pasal 55 ayat 1 huruf j dan k adalah Penyelesaian perkara dalam hukum
hal-hal yang wajib diperhatikan hakim adat senantiasa bertumpu pada
dalam menjatuhkan pidana (pedoman pe- penyelesaian perkara, bukan pada
midanaan). Pemaafan dalam formulasi memutus perkara sebagaimana yang
pasal 55 ayat 1 huruf j identik dengan terjadi dalam acara hukum Eropa
konsep silih ngahampura (saling me- atau Barat. Dengan demikian, se-
maafkan) dalam hukum pidana adat telah ada penyelesaian dalam per-
Baduy yang merupakan bagian dari kara adat maka hubungan personal,
sistem penyelesaian perkara di Baduy. 58 kekeluargaan komunitas pada
Perbedaannya adalah pemaafan dalam masyarakat adat tetap terjaga. Se-
Pasal 55 ayat 1 j hanya sebagai hal yang dangkan dalam hukum Eropa atau
wajib diperhatikan hakim dalam mela- Barat, setelah diputusnya sengketa
kukan pemidanaan sehingga dimungkin- oleh pengadilan, maka putus pula
kan untuk tidak menjatuhkan pidana hubungan keluarga mereka yang
(rechterlijke pardon). Dalam hukum bersengketa tersebut.
57
Menurut Saidam, warga Baduy Luar yang Salah satu wujud dari penyelesaian
menjadi guide mengantar peneliti ke Cibeo
Baduy Dalam, pada umumnya orang asing tindak pidana yang juga berorientasi pada
mengerti dan menghormati larangan tersebut.
Hal ini misalnya dialami Saidam saat bertemu kepentingan korban (victim oriented)
orang Perancis satu bulan lalu (Maret 2010), dalam hukum pidana adat Baduy adalah
dan kemudian hanya mengunjugi Kampung
Gajeboh Baduy Luar. Namun menurut Devi kewajiban dicapainya silih ngahampura.
Naufal Halwany, ayahnya (Alm. Halwany
Michrob, sejarawan Banten) pernah Pasal 55 ayat 2
mengantarkan orang asing ke wilayah Baduy
58
Dalam.
Konsep silih ngahampura ini identik dengan
ritus mela sareka di masyarakat Lamaholot, 59
Flores Nusa Tenggara Timur. Mela sareka Artidjo Alkostar dalam Anto Soemarman.
adalah suatu ritus perdamaian dalam adat Hukum Adat, Perspektif Sekarang dan
Lamaholot dalam menyelesaikan kasus Mendatang. Yogyakarta. Adicita Karya Nusa.
sengketa. Lihat dalam pemarapan Bab I. 2003. Hlm v-vii.
25
Jurnal Law reform April 2010. Vol. 5. No.1_______________________________________________________
(2) Ringannya perbuatan, keadaan pri- larang dan diancam pidana oleh
badi pembuat atau keadaan pada peraturan perundang-undangan, harus
waktu dilakukan perbuatan atau yang juga bersifat melawan hukum atau
terjadi kemudian, dapat dijadikan da- bertentangan dengan kesadaran hu-
sar pertimbangan untuk tidak men- kum masyarakat.
jatuhkan pidana atau mengenakan tin- Pasal 11 tersebut merupakan ke-
dakan dengan mempertimbangkan tentuan untuk mengukur dan menentukan
segi keadilan dan kemanusiaan. suatu perbuatan disebut sebagai tindak
pidana. Ketentuan tersebut merupakan
Penjelasan pasal ini menyatakan bahwa implementasi asas sifat melawan hukum
ketentuan di atas merupakan asas (baik formil maupun materil). Ukuran
rechterlijke pardon yang memberi ke- sifat melawan hukum formil ditentukan
wenangan kepada hakim untuk memberi dengan suatu perbuatan tersebut dilarang
maaf pada seorang yang bersalah me- dan diancam pidana oleh peraturan
lakukan tindak pidana yang sifatnya perundang-undangan. Sementara ukuran
ringan (tidak serius). sifat melawan hukum materil adalah ber-
Ketentuan mengenai rechterlijke sifat melawan hukum atau bertentangan
pardon (permaafan hakim) juga terdapat dengan kesadaran hukum masyarakat.
di Baduy. Menurut Ayah Mursyid, ter- Pada dasarnya perumusan pasal diatas
hadap perbuatan-perbuatan yang ringan bertitik tolak dari asas tiada pertang-
yang bisa diselesaikan antara pihak ke- gungjawaban tanpa sifat melawan hokum-
luarga yang melibatkan Jaro Tangtu /no liability without unlawfullness yang
dalam penyelesaiannya, jika kemudian kemudian mempunyai turunan asas ke-
kedua pihak sudah saling memaafkan tiadaan sama sekali sifat melawan hukum
(silih ngahampura) maka Jaro Tangtu secara materiel/Afwezigheid van alle
tidak menjatuhkan hukuman apa-apa. Na- materiele wederrechtelijkheid (AVAW). 60
mun ketentuan tersebut tidak berlaku Penegasan asas AVAW yang me-
pada tindak pidana yang memerlukan wujud dalam Pasal 11 tersebut membuat
pembersihan batiniah ngabokoran atau penegak hukum khususnya hakim harus
serah pati. Maka dengan demikian melihat apakah suatu perbuatan ber-
konsep mengenai rechterlijke pardon di tentangan dengan sifat melawan hukum
Baduy dan konsep KUHP sama, yakni atau bertentangan dengan kesadaran hu-
dilakukan terhadap tindak pidana yang kum masyarakat selain bertentangan
bersifat ringan.
Pasal 11 60
Lihat dalam paparan bab II dan Barda Nawawi
(1) Untuk dinyatakan sebagai tindak Arief. RUU KUHP Baru Sebuah
pidana, selain perbuatan tersebut di- Restrukturisasi/Rekonstruksi Sistem Hukum
Pidana Indonesia. Semarang: Badan Penerbit
Undip. 2008, hlm.30.
26
____________________________________________Magister Ilmu Hukum -Fakults Hukum Universitas Diponegoro
27
Jurnal Law reform April 2010. Vol. 5. No.1_______________________________________________________
28
____________________________________________Magister Ilmu Hukum -Fakults Hukum Universitas Diponegoro
(1) Setiap orang yang menyatakan diri- uraiannya lebih lanjut Sahetapy juga
nya mempunyai kekuatan gaib, mem- meragukan keampuhan santet. 68
beritahukan, menimbulkan harapan, Menurut Barda Nawawi Arief, pe-
menawarkan atau memberikan bantu- rumusan pasal yang berkaitan dengan
an jasa kepada orang lain bahwa santet dalam Konsep KUHP diatas (Pasal
karena perbuatannya dapat menim- 293), merupakan perluasan jangkauan
bulkan penyakit, kematian, penderi- dari Pasal 162 dalam KUHP yang saat ini
taan mental atau fisik seseorang, berlaku tentang penawaran bantuan
dipidana dengan tindak pidana pen- (keterangan/kesempatan/sarana) untuk
69
jara paling lama 5 (lima) tahun atau melakukan tindak pidana yang redak-
denda paling banyak kategori IV 66 sional lengkapnya berbunyi sebagai
(2) Jika pembuat tindak pidana se- berikut :
bagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal 162
melakukan perbuatan tersebut untuk Barangsiapa di muka umum, dengan
mencari keuntungan atau menjadikan lisan atau tulisan menawarkan untuk
sebagai mata pencaharian atau ke- memberi keterangan, kesempatan atau
biasaan, maka pidananya dapat dit- sarana guna melakukan perbuatan
ambah dengan 1/3 (satu per tiga) pidana, diancam dengan pidana pen-
Perumusan tindak pidana yang berkaitan jara paling lama sembilan bulan atau
dengan santet ini pernah dan masih men- denda paling banyak tiga ratus rupiah
dapat kritikan dari beberapa kalangan.
Diantara yang tidak setuju dengan Dalam Konsep KUHP 2008, Pasal 162
perumusan tindak pidana ini adalah J.E KUHP tersebut mejadi Pasal 291 dan
Sahetapy. Pada dasarnya ketidaksetujuan
68
Sahetapy dilandaskan pada kesulitan Dalam artikel yang sama, Sahetapy menuliskan
sebagai berikut: Lagi pula, kalau santet itu
pembuktian dan anggapan perumusan ini ampuh, mengapa para koruptor tidak disantet
69
saja?
merupakan kemunduran berpikir kembali Dalam KUHP bentuk bantuan yang lebih khusus
ke abad pertengahan di Eropa. 67 Dalam dan berdiri sendiri secara tersebar diatur
dalam berbagai pasal seperti Pasal 333 (4)
Memberi tempat untuk perampasan
kemerdekaan yang melawan hukum; Pasal 345
memberi sarana untuk bunuh diri; Pasal 349
tabib, dokter/bidan, juru obat yang melakukan
atau membantu melakukan delik-delik abortus
66
provocatus; Pasal 415 menolong/membantu
Rp 75.000.000,00 (tujuh puluh lima juta seorang pejabat yang menggelapkan uang atau
rupiah), lihat dalam Pasal 80 Konsep KUHP surat berharga; dan Pasal 417
67
2008. menolong/membantu seorang pejabat yang
J.E.Sahetapy. KUHP, Santet, dan Zina. Jawa Pos menggelapkan, menghancurkan, merusak atau
edisi Selasa, 18 November 2003. Diunduh dari membuat tidak dapat dipakai barang-barang
http://www.oocities.com/latoehalat/jawapos1 bukti. Lihat lebih lanjut dalam Barda Nawawi
91103.htm, diakses tanggal 30 Mei 2010. Lebih Arief. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana,
lanjut Sahetapy menuliskan agar dicantumkan Perkembangan Penyusunan Konsep KUHP Baru.
pro memorie bertalian dengan sikap Jakarta. Kencana Prenada Media. 2008. Hlm
penolaknnya terhadap santet. 297.
29
Jurnal Law reform April 2010. Vol. 5. No.1_______________________________________________________
30
____________________________________________Magister Ilmu Hukum -Fakults Hukum Universitas Diponegoro
31
Jurnal Law reform April 2010. Vol. 5. No.1_______________________________________________________
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Achmad. Menguak Teori Hukum (Legal Arief, Barda Nawawi. Pelengkap Bahan
Theory) dan Teori Kuliah Hukum Pidana I. Semarang.
Peradilan(Judicialprudence)Termasuk Yayasan Sudarto. 1990.
Interpretasi Undang- -------------. Bunga Rampai Kebijakan Hukum
undang Legisprudence), (Volume 1, Pidana. Bandung. Citra Aditya
Pemahaman Awal). Jakarta. Bakti.2002.
Kencana Prenada Media Group. 2009. -------------. Sari Kuliah Perbandingan
Amirudin dan Zainal Asikin. Pengantar Hukum Pidana. Jakarta.
Metode Penelitian Hukum. Raja Grafindo. 2002.
Jakarta. PTRaja Grafindo. 2004. ------------.Mediasi Penal, Penyelesaian
Perkara di Luar Pengadilan.
Semarang. Pustaka Magister. 2008.
32
____________________________________________Magister Ilmu Hukum -Fakults Hukum Universitas Diponegoro
33
Jurnal Law reform April 2010. Vol. 5. No.1_______________________________________________________
34
____________________________________________Magister Ilmu Hukum -Fakults Hukum Universitas Diponegoro
Pujirahayu, Esmi Warassih. Pranata Hukum, Soekanto. Meninjau Hukum Adat Indonesia,
Sebuah Telaah Sosiologis. Semarang. Suatu Pengantar untuk Mempelajari
Suryandaru Utama. 2005. Hukum Adat. Jakarta. Rajawali Press.
Pujiyono. Kumpulan Tulisan Hukum Pidana. 1985.
Bandung. Mandar Maju.2007. --------------. Meninjau Hukum Adat
Rahardjo, Satjipto. Ilmu Hukum. Bandung. Indonesia. Suatu Pengantar
Citra Aditya Bakti. 2006. Untuk Mempelajari Hukum Adat.
-------------------------. Negara Hukum yang Jakarta. Raja Grafindo Persada.1996.
Membahagiakan Soekanto dan Soerjono Soekanto. Pokok-
Rakyatnya. Yogyakarta.Genta Press. pokok Hukum Adat. Bandung.
2008. Alumni. 1978.
-----------------------. Biarkan Hukum Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian
Mengalir. Catatan Hukum. Jakarta. UI Press.2008.
Kritis tentang Pergulatan Manusia Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji.
dan Hukum. Penerbit Buku Penelitian Hukum Normatif,
Kompas, 2007. Suatu Tinjauan Singkat. Jakarta. PT
-----------------------. Hukum dalam Jagat Raja Grafindo Persada.2007.
Ketertiban. Jakarta. UKI Press. 2006. Soemarman, Anto. Hukum Adat. Perspektif
Rato, Dominikus. Pengantar Hukum Adat. Sekarang dan
Yogyakarta. LaksBang Pressindo. Mendatang. Yogyakarta. Adicita
2009. Karya Nusa. 2003.
Remmelink, Jan. Hukum Pidana, Komentar Soemitro, Ronny Hanitijo. Permasalahan
atas Pasal-Pasal Terpenting dari Hukum di dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Masyarakat. Bandung. Alumni.1980.
Belanda dan Padanannya dalam Kitab Soepomo. Bab-bab Tentang Hukum Adat.
Undang-Undang Hukum Pidana Jakarta Pradnya Paramita. 1982.
Indonesia. Jakarta.Gramedia Pustaka Sudarto. Hukum Pidana I. Semarang:
Utama. 2003. Penerbit Yayasan Sudarto. 1980.
Santoso, Topo. Menggagas Hukum Pidana Sudiyat, Iman. Hukum Adat, Sketsa Asas.
Islam, Penerapan Syariat Islam dalam Yogyakarta. Liberty. 1981.
Konteks Modernitas. Bandung. Suhada. Masyarakat Baduy dalam Rentang
Assyamil.2000. Sejarah. Dinas Pendidikan Propinsi
Sapardjaja, Komariah Emong. Ajaran Sifat Banten. 2003.
Melawan Hukum Materiel dalam Supomo, R. dan R. Djokosutono. Sejarah
Hukum Pidana Indonesia. Bandung. Politik Hukum Adat (Djilid
Penerbit Alumni. 2002. II). Jakarta. Djambatan. 1954.
35
Jurnal Law reform April 2010. Vol. 5. No.1_______________________________________________________
Tabalujan, Benny Simon. Legal Development Yani, Ahmad. Etnografi Suku Baduy. Banten.
in Developing Countries (The Role of Himpunan Pramuwisata Indonesia.
Legal Culture). Singapore. 2001. 2008
Ter Haar Bzn, B. Asas-asas dan Susunan Makalah
Hukum Adat (Beginselen en stelsel Barda Nawawi Arief. Pembaharuan Sistem
van Adatrecht). Jakarta. Pradnya Penegakan Hukum dengan
Paramita. 1981. Terjemahan K.Ng. Pendekatan Religius dalam Konteks
Soebakti Poesponoto. Siskumnas dan Bangkumnas. Makalah
Tjipian, Kaum. Evolusi Pemikiran Hukum dalam Seminar Menembus
Baru: Dari Kera ke Manusia, Kebuntuan Legalitas Formal Menuju
Dari Positivistik ke Hukum Progresif. Pembangunan Hukum dengan
Yogyakarta. Genta Press. 2009. Pendekatan Hukum Progresif, FH
Utrecht, E. Pengantar dalam Hukum UNDIP, 19 Desember 2009
Indonesia. Jakarta. PT
Penerbitan Universitas.1966.
--------------. Rangkaian Sari Kuliah Hukum Jurnal
Pidana I. Surabaya. Pustaka Tinta I.G.N Sugangga. Peranan Hukum Adat dalam
Mas.1994. Pembangunan Hukum
Van Apeldoorn. L.J. Pengantar Ilmu Hukum. Nasional Indonesia. Jurnal Masalah-
Jakarta. Pradnya Paramita. 1981. Masalah Hukum. Majalah
Van Vollenhoven, Cornelis. Penemuan Ilmia Fakultas Hukum Universitas
Hukum Adat (De ontdekking van het Diponegoro. Vol.XXXII No.2 April-
adatrecht). Terjemahan Koninklijk Juni 2003.
Instituut voor Taal-, Land- Aroma Elmina Martha. Denda Adat dalam
enVolkenkunde (KITLV) bersama Penjatuhan Pidana (Studi Kasus
Lembaga Ilmu Pengetahuan Kekerasan di Pengadilan Negeri
Indonesia (LIPI). Jakarta. Merauke Papua. Jurnal Hukum Ius
Jambatan.1981. Quia Iustum.UII. Perkembangan
Wignjodipuro, Soerojo. Pengantar dan Asas- Lembaga Peradilan diIndonesia. No
asas Hukum Adat. Jakarta. Gunung 26 vol 11 2004.
Agung.1982. Ferry Fathurokhman. Pengakuan Asas
Wiranata, I Gede AB. Hukum Adat Legalitas Materiil Dalam Rancangan
Indonesia, Perkembangnya dari Undang-Undang KUHP Sebagai Ius
Masa ke Masa. Bandung. Citra Aditya Constituendum. Jurnal Ilmu Hukum
Bakti. 2005. Litigasi. FH Unpas. Volume 10
Nomor 3. Oktober 2009.
36
____________________________________________Magister Ilmu Hukum -Fakults Hukum Universitas Diponegoro
37
Jurnal Law reform April 2010. Vol. 5. No.1_______________________________________________________
38