Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tujuan Pembangunan Nasional di bidang kesehatan adalah tercapainya
kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk, agar dapat mewujudkan derajat
kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan
umum dari tujuan nasional. Untuk mancapai tujuan itu, perlu dikerahkan
segala potensi yang ada dalam masyarakat. Peningkatan kualitas manusia
sejak dini perlu ditunjang oleh upaya meningkatkan derajat kesehatan.
Untuk menunjang upaya tersebut, Pemerintah melalui Departemen
Kesehatannya, memfasilitasi pendirian berbagai institusi pendidikan guna
mencetak tenaga tenaga kesehatan kompeten yang bergerak pada bidang
masing masing.
Institusi pendidikan kesehatan bertujuan menghasilkan tenaga kesehatan
yang profesional dalam jumlah dan jenis yang sesuai dengan kebutuhan
pelayanan kesehatan.
Sesuai dengan tugas dan fungsinya pendidikan tenaga kesehatan
mempunyai misi antara lain, meningkatkan mutu lulusan Diknakes, mutu
institusi Diknakes dan meningkatkan kemitraan serta kemandirian Diknakes
dalam melaksanakan pendidikan tenaga kesehatan (Anonim, 2008)
Praktik Belajar Klinik atau PBK adalah kegiatan rutin yang sudah
menjadi kurikulum tetap di hampir semua intitusi pendidikan kesehatan.
Yang bertujuan untuk memberi pengalaman dan keahlian yang dibutuhkan
dalam proses belajar mengajar.
Praktik Belajar Klinik (PBK) merupakan suatu proses belajar untuk
mendapatkan kemampuan profesional kesehatan. Rangkaian kegiatan yang
dilaksanakan dalam PBK harus memungkinkan dapat ditumbuhkan serta
dibinanya sikap dan kemampuan pada mahasiswa sesuai dengan tujuan
pendidikan yang dirumuskan.
Praktek belajar Klinik adalah salah satu kurikulum wajib yang harus
ditempuh oleh mahasiswa Analis kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Wiyata Husada Samarinda, selain untuk memenuhi kewajiban akademik,
diharapkan kegiatan tersebut dapat menjadi jembatan penghubung antara
dunia kesehatan dan dunia pendidikan serta dapat menambah pengetahuan
mengenai dunia kesehatan sehingga mahasiswa akan mampu menghadapi
dunia kerja nantinya (Anonim, 2012).
Lahan praktek sebagai sarana belajar mengajar utama untuk
mewujudkan profesionalisme mahasiswa, dan juga sebagai wahana untuk
meningkatkan ketrampilan dan ketrampilan profesional secara utuh dari
seorang mahasiswa yang telah mendapat pelajaran teori di kelas atau praktek
laboratorium
Kemampuan profesional kesehatan masyarakat meliputi :
1. Menerapkan diagnosa kesehatan melalui komunikasi yang intinya mengenali,
merumuskan dan menyusun prioritas masalah kesehatan masyarakat.
2. Mengembangkan program penanganan masalah kesehatan masyarakat yang
bersifat promotif dan preventif.
3. Bertindak sebagai manajer yang dapat berfungsi sebagai pelaksana, pengelola,
pendidik, dan peneliti.
4. Melakukan pendekatan pada masyarakat.
5. Bekerja dalam tim multidisipliner.
Seperti yang telah diuraikan di atas maka adapun kegiatan yang akan
dilakukan dalam PBK I terdiri dari pemeriksaan, pengambilandata dan analisis
data. Data yang diperoleh tersebut akan digunakan sebagai bahan intervensi
pada PBK berikutnya, dalam upaya membantu masyarakat dan pemerintah
untuk memecahkan masalah kesehatan yang ada.

1.2 Dasar Hukum


Surat Keputusan MenKes RI No. 0844/SJ/Diknakes/VII/1986 tanggal 18
Juni 1986, tentang pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan Pendidikan
Tenaga Kesehatan di Unit Pelayanan Kesehatan.

2
Surat keputusan MenKes RI No. MK. 02.02.3.1.0467A tanggal 14
Februari 1997, tentang pedoman hukum penyelenggaraan Diploma III
kesehatan di Lingkungan Departemen Kesehatan RI.
Surat Keputusan MenKes RI No. MK. 00.06.1.1.A.582 tanggal 17
Februari 1998, tentang Kurikulum Nasioanal Pendidikan Diploma III
Analis Kesehatan (Anonim, 2010).

1.3 Tujuan Kegiatan


- Meningkatakan mutu pendidikan dengan memperluas pengalaman belajar
klinik dan praktek lapangan serta ketrampilan bagi peserta program
pendidikan di Puskesmas.
- Mengembangkan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan
administrasi kesehatan di Puskesmas.
- Mengetahui rata-rata jenis pemeriksaan yang dilakukan di Puskesmas.

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi pihak Institusi pendidikan :
- Memberikan bekal pengetahuan dan ketrampilan mengenai
pengelolaan puskesmas dan penatalaksaan pasien.
- Membuka wacana kepada mahasiswa tentang puskesmas secara
keseluruhan, bentuk tantangan yang harus dihadapi sebagai tenaga
kesehatan.
- Mahasiswa dapat mengapresiasikan teori yang didapat dari kuliah ke
dalam praktik yang nyata dalam menghadapi kasuskasus yang terjadi
di puskesmas.
1.4.2 Bagi pihak Dinas Kesehatan ataupun Puskesmas
- Dapat mengadopsi serta menambah wawasan/ pengetahuan baru dari
hasil penelitian oleh institusi pendidikan.
- Institusi pendidikan dapat memberikan tenaga ahli atau membimbing
ke puskesmas untuk meningkatkan dan pengembangan mutu
peleyanan di puskesmas.

3
- Dapat memperingan membantu tenaga puskesmas baik pekerjaan di
dalam gedung maupun di luar gedung.
- Dinas Kesehatan dapat mengevaluasi kinerja puskesmas dari laporan
laporan mahasiswa yang dikirim ke Dinas Kesehatan.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian puskesmas


Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten atau
kotayang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di
suatu wilayah kerja. Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas
kesehatan kabupaten atau kota (UPTD). Puskesmas berperan
menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional dinas kesehatan
kabupaten atau kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung
tombak pembangunan kesehatan di Indonesia (Sulastomo, 2007).
Puskesmas hanya bertanggung jawab untuk sebagian upaya
pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten
atau Kota sesuai dengan kemampuannya. Secara nasional, standar wilayah
kerja puskesmas adalah satu kecamatan. Tetapi apabila disatu kecamatan
terdapat lebih dari satu puskesmas, maka tanggung jawab wilayah keja dibagi
antar puskesmas dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa,
kelurahan, RW), dan masing-masing puskesmas tersebut secara operasional
bertanggung jawab langsung kepada dinas kesehatan kabupaten/ kota
(Sulastomo, 2007).
Puskesmas atau pusat kesehatan masyarakat menurut Kepmenkes RI
No.128/Menkes/SK/II/2004 adalah UPTD Kesehatan kabupaten/kota yang
bertanggung jawab melenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah
kerja. Menurut Depkes RI 1991 Puskesmas organisasi kesehatan fungsional
yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga
membina peran serta masyarakat dan memberikan pelayanan secara
menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk
kegiatan pokok (Anonim, 2011).
Wilayah kerja puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari
kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografi dan

5
keadaan infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam
menentukan wilayah kerja puskesmas (Arianto, 2010).
Dalam pelayanan kesehatan juga dilakukan Sistem rujukan. Sistem
rujukan adalah sistem jaringan pelayanan kesehatan yang memungkinkan
terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas timbulnya
masalah dari suatu kasus atau masalah masyarakat, baik secara vertikal
maupun horizontal, kepada yang lebih kompeten, terjangkau dan dilakukan
secara rasional (Anonim, 2001).

2.2 Puskesmas Temindung


Puskesmas Temindung berdiri pada tahun 1972 melalui instruksi
presiden pada masa pemerintah gubernur Kaltim Suwandi. Dan kembali
direhab pada tahun 1998 dengan luas tanah 850 m2 dan luas bangunan 294
m2. Bertempat dijalan Pelita No 09 Kecamatan Samarinda Utara Kalimantan
Timur.

2.3 Visi dan Misi PUSKESMAS TEMINDUNG


2.3.1 Visi
Mewujudkan Masyarakat Sehat diwilayah Kerja Puskesmas
Temindung.
2.3.2 Misi
- Meningkatkan kemampuan dan pengetahuan dalam mengenal dan
mengatasi masalah kesehatan.
- Memberikan pelayanan Kesehatan yang optimal kepada
masyarakat.
- Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berperilaku Hidup
Bersih dan Sehat.
- Meningkatkan Peran Serta Masyarakat dalam Bidang Kesehatan.

6
2.4 Sumber Daya Manusia
Puskesmas temindung memiliki beberapa dokter dan staf penunjang
kegiatan puskesmas. Sebagian besar merupakan pegawai dengan status PNS
dan ada beberapa dengan status honorer.
Jika ditotal, keseluruhan staf puskesmas berjumlah 34 orang, yang terdiri
dari berbagai profesi seperti, dokter umum, dokter gigi, perawat, bidan, analis
kesehatan, sanitarian, dsb.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat melalui tabel di bawah ini.
Tabel 2.1 Tenaga Kesehatan Puskesmas Temindung Samarinda
No Jenis Tenaga Profesional Jumlah Tenaga
1. Dokter Umum 3 Orang
2. Dokter Gigi 1 Orang
3. Bidan 7 Orang
4 Perawat/AKPER 5 Orang
5 Perawat Gigi 1 Orang
6 Asisten Apoteker PNS 1 Orang
7 Asisten Apoteker honor 1 Orang
8 Analis Kesehatan 2 Orang
9 Sanitarian PNS 1 Orang
10 Sanitarian honor 1 Orang
11 SKM 1 Orang
12 Tata Usaha 4 Orang
13 Administrasi 5 Orang
14 Administrasi honor 1 Orang
Jumlah 34 Orang
(sumber: Puskesmas Temindung. 2010).

2.5 Ruang Laboratorium


Pukesmas temindung dilengkapi ruangan laboratorium yang menunjang
diagnosa. Di dalam ruangan tersebut terdapat dua buah meja, enam buah kursi,
satu buah lemari dan washtafel. Adapun beberapa alat yang di gunakan dalam

7
pemeriksaan adalah sentrifuge, mikroskop, alat pemeriksaan glukosa, kaca
widal, pipet, hemometer, preparat, bunsen, lidi, blik hitung, tabung reaksi,
strip urinalisis, strip pemeriksaan PPTes dan narkoba, wadah urin, autoklik,
lanset, tourniquet, pot dahak dan spuit.

2.6 Jenis pemeriksaan


2.6.1 Pemeriksaan Hemoglobin
Hemoglobin adalah suatu substansi protein dalam sel-sel darah
merah yang terdiri dari zat besi, yang merupakan pembawa oksigen.
Nilai hemoglobin yang tinggi dapat disebabkan karena
hemokonsentrasi akibat dehidrasi. Nilai hemoglobin yang rendah
berhubungan dengan masalah klinis seperti anemia (Gandasoebrata,
2008).
Kadar hemoglobin darah dapat ditentukan dengan bermacam-
macam cara. Yang paling banyak dipakai dalam laboratorium klinik
ialah cara-cara fotoelektrik dan kolorimetrik visual (Gandasoebrata,
2010).
2.6.2 Pemeriksaan menghitung sel-sel darah
Ketiga jenis sel darah, leukosit, eritrosit dan trombosit dihitung
jumlahnya per satuan volume darah dengan terlebih dulu membuat
pengenceran dari darah yang diperiksa. Pada laboratorium besar yang
beban kerjanya besar pula, upaya itu biasanya dilakukan dengan
menggunakan alat penghitung elektronik. Pada dasarnya alat semacam
itu yang lazimnya dipakai bersama alat pengencer otomatik member
hasil yang sangat teliti dan tepat. Sering alat penghitung elektronik
dikaitkan dengan computer kecil yang dapat member data mengenai
volume eritrosit rata-rata dan nilai hemoglobin rata-rata. Harga alat
penghitung elektronik mahal dan mengharuskan pemakaian dan
pemeliharaan yang sangat cermat. Selain itu perlu ada upaya untuk
menjamin tepatnya alat itu bekerja dalam satu program jaminan mutu

8
(quality control). Metoda elektronik itu tidak dijelaskan lebih lanjut
(gandasoebrata, 2008)
Cara-cara menghitung sel darah secara manual dengan memakai
pipet dan kamar hitung tetap menjadi upaya penting dalam
laboratorium klinik (Gandasoebrata, 2010).
2.6.3 Pemeriksaan Golongan darah
Dalam system golongan darah ABO, darah manusia dibedakan
menjadi golongan A, B, O, dan AB yang masing-masing ditentukan
oleh adanya aglutinogen pada permukaan eritrosit dan aglutini pada
plasmanya (Gandasoebrata, 2008).
Jika tidak melihat kepada subgroups maka dikenal empat
golongan darah :
A : eritrosit mengandung aglutinogen A dan serum agglutinin anti-B,
B : eritrosit mengandung aglutinogen B dan serum agglutinin anti-A,
O : eritrosit tidak berisi aglutinogen, sedangkan serum mengandung
anti-A dan anti-B
AB : eritrosit mengansung aglutinogen A dan B, sedangkan serum
tidak menggandung aglutinin.
2.6.4 Pemeriksaan Gula Darah
Dalam ilmu kedokteran, gula darah adalah istilah yang mengacu
kepada tingkat glukosa di dalam darah. Konsentrasi gula darah, atau
tingkat glukosa serum, diatur dengan ketat di dalam tubuh. Glukosa
yang dialirkan melalui darah adalah sumber utama energi untuk sel-sel
tubuh (Anonim, 2012).
Umumnya tingkat gula darah bertahan pada batas-batas yang
sempit sepanjang hari: 4-8 mmol/l (70-150 mg/dl). Tingkat ini
meningkat setelah makan dan biasanya berada pada level terendah
pada pagi hari, sebelum orang makan (Anonim, 2012).
2.6.5 BTA (Bakteri Tahan Asam)
Bakteri tahan asam (BTA) merupakan bakteri yang memiliki ciri-
ciri yaitu berantai karbon (C) yang panjangnya 8 - 95 dan memiliki

9
dinding sel yang tebal yang terdiri dari lapisan lilin dan asam lemak
mikolat, lipid yang ada bisa mencapai 60% dari berat dinding sel.
Bakteri yang termasuk BTA antara lain Mycobacterium tuberculose,
Mycobacterium bovis, Mycobacterium leprae, Nocandia meningitidis,
dan Nocandia gonorrhoeae. Mycobacterium tuberculose adalah
bakteri patogen yang dapat menyebabkan penyakit tuberculose, dan
bersifat tahan asam sehingga digolongkan sebagai bakteri tahan asam
(BTA). Penularan Mycobacterium tuberculose terjadi melalui jalan
pernafasan (Syahrurachman, 1994).
Pewarnaan Ziehl Neelson atau pewarnaan tahan asam
memilahkan kelompok Mycobacterium dan Nocandia dengan bakteri
lainnya. Kelompok bakteri ini disebut bakteri tahan asam karena dapat
mempertahankan zat warna pertama (carbol fuchsin) sewaktu dicuci
dengan larutan pemucat (alkohol asam). Larutan asam terlihat
berwarna merah, sebaliknya pada bakteri yang tidak tahan asam karena
larutan pemucat (alkohol asam) akan melakukan reaksi dengan carbol
fuchsin dengan cepat, sehingga sel bakteri tidak berwarna (Lay, 1994).
Uji bakteri tahan asam (BTA) pada praktikum kali ini
menggunakan prosedur pewarnaan Ziehl Neelson yaitu dengan
memberi larutan pewarna carbol fuchsin, alkohol asam, dan methylen
blue. Hasil yang diperoleh saat praktikum yaitu positif 1 dan positif 2
yang dilaporkan secara kuantitatif menurut IUAT, yaitu:
- Negatif : apabila tidak ditemukan BTA
- Positif : apabila terdapat 1-9 BTA/100 lapang pandang
- Positif 1 : apabila terdapat 10-90 BTA/100 lapang pandang
- Positif 2 : apabila terdapat 1-9 BTA/1 lapang pandang
- Positif 3 : apabila terdapat > 10 BTA/1 lapang pandang
Tujuan pemberian carbol fuchsin 0,3% adalah untuk mewarnai
seluruh sel bakteri. Tujuan pemberian alkohol asam 3% adalah
meluruhkan warna dari carbol fuchsin, tetapi pada golongan BTA tidak
terpengaruh pemberian alkohol asam 0,3% karena memiliki lapisan

10
lipid yang sangat tebal sehingga alkohol sukar menembus dinding sel
bakteri tersebut dan warna merah akibat pemberian carbol fuchsin
tidak hilang. Tujuan pemberian methylen blue adalah memberi warna
background (Pelczar dan Chan, 1986).
Mewarnai bakteri yang tahan terhadap asam digunakan cara
pewarnaan Ziehl Neelson. Pewarnaan Ziehl Neelson terdapat beberapa
perlakuan dan zat kimia yang diberikan. Fiksasi bertujuan untuk
mematikan bakteri tetapi tidak mengubah struktur sel bakteri.
Perlakuan pencucian dengan menggunakan aquades mengalir
bertujuan untuk menutup kembali lemaknya (Pelczar dan Chan,1986).
2.6.6 Pemeriksaan laju endap darah
Laju endap darah (erithrocyte sedimentation rate, ESR) yang
juga disebut kecepatan endap darah (KED) atau laju sedimentasi
eritrosit adalah kecepatan sedimentasi eritrosit dalam darah yang
belum membeku, dengan satuan mm/jam. LED merupakan uji yang
tidak spesifik. LED dijumpai meningkat selama proses inflamasi akut,
infeksi akut dan kronis, kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit
kolagen, rheumatoid, malignansi, dan kondisi stress fisiologis
(misalnya kehamilan). Sebagian ahli hematologi, LED tidak andal
karena tidak spesifik, dan dipengaruhi oleh faktor fisiologis yang
menyebabkan temuan tidak akurat (Anonim, 2009)
Di dalam tubuh, suspensi sel-sel darah merah akan merata di
seluruh plasma sebagai akibat pergerakan darah. Akan tetapi jika darah
ditempatkan dalam tabung khusus yang sebelumnya diberi
antikoagulan dan dibiarkan 1 jam, sel darah akan mengendap dibagian
bawah tabung karena pengaruh gravitasi. Laju endap darah ( LED )
berfungsi untuk mengukur kecepatan pengendapan darah merah di
dalam plasma ( mm/jam ) (Anonim, 2011).
2.6.7 Pemeriksaan protein urin
Pemeriksaan terhadap protein termasuk pemeriksaan rutin.
Kebanyakan cara rutin untuk menyatakan adanya protein dalm urin

11
berdasarkan kepada timbulnya kekeruhan. Karena padatnya atau
kasarnya kekeruhan itu menjadi satu ukuran untuk jumlah protein yang
ada, maka menggunakan urin yang jernih betul menjadi syarat penting
pada test-test terhadap protein (Gandasoebrata, 2010).
Test dengan asam sulfosalicyl tidak bersifat spesifik, meskipun
sangat peka; adanya protein dalam konsentrasi 0,002% dapat
dinyatakannya. Kalau hasil test itu negatif, tidak perlu lagi memikirkan
kemungkinan adanya proteinuria (Gandasoebrata, 2010).
2.6.8 Pemeriksaan sediment urin
Pemeriksaan sediment urin termasuk pemeriksaan rutin. Urin
yang dipaki untuk itu ialah urin segar atau urin yang dikumpulkan
dengan pengawet, sebaiknya formalin. Yang paling baik untuk
pemeriksaan sediment ialah urin pekat, yaitu yang mempunyai berat
jenis 10223 atau lebih tinggi; urin yang pekat lebih mudah didapat bila
memakai urin pagi sebagai bahan pemeriksaan (Gandasoebrata, 2010).
Unsur-unsur sediment dibagi atas 2 golongan: yang organik
(organized), yaitu yang berasal dari sesuatu organ atau jaringan dan
yang tak-organik (unorganized) yang tidak berasal dari sesuatu
jaringan. Biasanya unsur organik lebih bermakna daripada yang tak-
organik (Gandasoebrata, 2010).
2.6.9 Urin stick
Urine stick adalah strip kimia sensitif yang dapat direndam dalam
sampel urin untuk memberikan hasil tes langsung; digunakan untuk
skirining (penapisan) kondisi seperti diabetes, infeksi, atau
preeclampsia (Anonim, 2012).
Istilah yang mungkin terkait dengan Urine Dip Stick :
- Leptospirosis
- Tes Skrining Glukosa
- Skrining Genetika
- Diabetes Insipidus
- Urinalisis

12
BAB III
METODE KERJA

3.1 Tempat dan Waktu


3.1.1 Tempat
Praktek Belajar Klinik ini dilaksanakan di Puskesmas Temindung
Samarinda.
3.1.2 Waktu
Praktek Belajar Klinik dimulai pada Tanggal 06 Februari 2012 hingga
berakhir pada tanggal 03 Maret 2012. Pada hari senin hingga kamis dimulai
pada pukul 07.30 hingga pukul 13.00, pada hari jumat pada pukul 07.30
hingga pukul 11.00, dan sabtu dimulai pada pukul 07.30 hingga pukul 12.00.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
Alat yang digunakan untuk melakukan pemeriksaan di laboratorium
adalah:
- Mikroskop
- Centrifuge
- Tabung reaksi
- Objek glass
- Bilik hitung
- Cover glass
- Haemometer sahli
- Autoclik
- Lancet
- Spuit
- Tourniquet
- Rak tabung Westergeen
- Pipet ukur
- Pipet sahli

13
- Mikropipet
- Bluetape
- yellowtape
- Bunsen
- Lidi pengaduk
- Stik pemeriksaan kimia urin
- Rak tabung
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan untuk melakukan pemeriksaan adalah:
- HCL 0,1 N
- Aquadest steril
- Alkohol
- Reagen anti A
- Reagen anti B
- Reagen truk
- Reagen Rees Eckeer
- Basic fucshin
- Alkohol asam
- Methylen blue
- Larutan fenol (desinfektan)
- Oil imersi
- Lysol
- Tissu
- Kapas steril
- Pot sputum
- Pot urin
- Stik gula Darah
- Stik urin

14
3.1.3 Sampel
Sampel yang digunakan dapat berupa :
- Sputum
- Urin
- Darah vena
- Darah kapiler

3.3 Prosedur pemeriksaan


3.3.1 Pemeriksaan Hemoglobin (Hb)
a. Prinsip
Hemoglobin diubah menjadi hematin asam, kemudian warna yang
terjadi dibandingkan secara visual dengan warna standar permanen dari
alat tersebut.
b. Alat
- Haemometer sahli terdiri dari :
- Hb-meter (standar warna)
- Tabung Hb
- Pipet sahli 20 L
- Batang pengaduk
- Pipet tetes
- Autoclik
- Lancet
c. Bahan
- Darah kapiler
- Larutan HCL 0,1 M
- Aquadest
- Kapas alkohol
d. prosedur kerja
- Dipersiapkan dahulu alat dan bahan yang akan digunakan.
- Diambil larutan HCl 0,1 N kedalam tabung sampai skala 2.
- Diambil darah kapiler tersebut dengan mengginakn autoclik.

15
- Diisap darah kapiler pelan-pelan dengan menggunakn pipet Hb
sampai garis 20 L
- Dimasukkan darah kedalam tabung yang berisi HCl 0,1 N,
didiamkan 3-5 menit.
- Ditambahkan aquadest tetes demi tetes sampai warnanya sama
dengan standar warna, sambil diaduk dengan batang pengaduk.
- Kadar Hb dibaca dengan satuan gram/100 ml darah.
- Dicatat hasil pada buku arsip laboratorium dan pada lembaran
register pasien (Gandasoebrata, 2010).
e. Interprestasi hasil
- Laki-laki : 13-16 gr%
- Wanita : 12-14 gr% (Gandasoebrata, 2010).
3.3.2 Pemeriksaan Leukosit
a. Prinsip
Darah diencerkan, kemudian dimasukkan kedalam bilik hitung.
Dihitung jumlah leukosit (sel darah putih) dalam volume tertentu.
b. Alat
- Mikroskop
- Tabung reaksi
- Mikropipet
- Cover glass
- Bilik hitung
c. Bahan
- Darah vena/kapiler
- Larutan turk
d. Prosedur kerja
- Diambil darah kapiler/vena
- Diairkan darah tersebut kedalam tabung (yang berisi EDTA)
melalui dinding tabung, dihomogenkan sedikit, lalu didiamkan.

16
- Diambil larutan turk sebanyak 200 mikron, dimasukkan kedalam
tabung yang lain.
- Ditambahkan darah sebanyak 10 mikron dan dihomogenkan
- Disiapkan bilik hitung dan dibersihkan sampai bersih
kemudianditutup dengan cover glass bersih.
- Dipipet campuran darah larutan turk secukupnya
- Dimasukkan pada bilik hit7ung lewat sela-sela antara bilik hitung
dan cover glass.
- Dibiarkan selama 2 menit agar leukosit mengendap
- Dihitung jumlah leukosit yang terdapat dalam 4 kotak besar pada
sudut-sudut seluruh permukaan (Gandasoebrata, 2010).
e. Perhitungan
Bila jumlah leukosit dalam 4 kotak besar adalah N, maka :


Jumlah leukosit = pengenceran
...

Keterangan :
N : jumlah sel didapat
p.l.t : jumlah kotak (dihitung dalam 4 kotak besar)
kotak : jumlah kotak (dihitung dalam 4 kotak besar)
Pengenceran : 20x
Cara cepat : bila dihitung dalam 4 kotak besar, jumlah sel
leukosit dikali 50 bila dihitung dalam 2 kotak besar, jumlah sel
leukosit didapat dikali 100 (Gandasoebrata, 2010).
f. Interpretasi
Nilai normal : 5.000 10.000/mm3 darah (Gandasoebrata, 2010).

3.3.3 Pemeriksaan Trombosit


a. Prinsip
Darah ditambah Rees Ecker maka sel lain selain sel trombosit
akan lisis.

17
b. Alat
- Mikroskop
- Bilik hitung
- Mikropipet
- Cover glass
- Tabung reaksi
c. Bahan
- Darah kapiler/vena
- Larutan Rees Ecker
d. Prosedur kerja
- Diambil tabung dan diisi dengan larutan Rees Ecker sebanyak
1000 L
- Diambil darah vena+EDTA sebanyak 10 L
- Dihomogenkan selama 3 menit
- Diambil bilik hitung, ditutup dengan cover glass dan diisi
- Dibiarkan selama 2 menit agar trombosit mengendap
- Dihitung jumlah trombosit yang terdapat 25 kotak sedang ditengah
kamar hitung (Gandasoebrata, 2010).
e. Perhitungan
Bila jumlah trombosit dalam 5 kotak sedang adalah N, maka :
1
= pengenceran. sel
. . .
Keterangan :
p.l.t : 15 15 110
kotak : jumlah kotak (dihitung dalam 5 kotak sedang)
Pengenceran : 100x
Cara cepat : 25 kotak = jumlah sel x 2.500
4 kotak = jumlah sel x 10.000 (Gandasoebrata, 2010).
f. Interpretasi hasil
Nilai normal : 200.000 500.000/mm3 (Gandasoebrata, 2010).

18
3.3.4 Pemeriksaan golongan darah
a. Prinsip
Antibodi yang terdapat yang terdapat dalam darah pasien jika
direaksikan dengan antigen yang terdapat dalam reagen maka akan
terbentuk aglutinasi.
b. Alat
- Objek glass
- Autoclick
- Lancet
- Batang pengaduk
c. Bahan
- Kapas
- Alkohol
- Darah kapiler/vena
- Anti A
- Anti B
d. Prosedur kerja
- Disiapkan alat dan bahan
- Diletakkan satu tetes darah pada 2 titik diatas objek glass
- Ditambahkan masing-masing satu tetes Anti A pada tetesan darah
pertama dan Anti B pada tetesan kedua
- Diaduk dengan menggunakan batng pengaduk pada masing-masing
titik sampai tercampur rata.
- Digoyangkan abjek glass kedepan-belakang/kiri-kanan.
- Dibaca hasil reaksi yang terjadi pada massing-masing titik terhadap
aglutinasi (Anonim, 2012)

19
e. Interpretasi hasil
Tabel 3.1. pembacaan hasil pemeriksaan golongan darah
Golongan darah Anti A AntiB
A + -
B - +
AB + +
0 - -
(Gandasoebrata, 2010).
3.3.5 Pemeriksaan reduksi urin (Glukosa)
a. Prinsip
Carik celup dilekati kertas berisi dua macam enzim, yakni
glukosa oxida dan peroxida bersama dengan semacam zat seperti o-
tolidine yang berubah warna jika ia dioxidasi.
b. Alat
- Pot Urin
- Warna standar
c. Bahan
- Strip carik celup
- Urin
d. Prosedur kerja
- Urin ditampung dipot urin yang kering dan beersih
- Dicelupkan stick pemeriksaan protein urin pada sampel urin.
- Didiamkan sesaat hingga sampel urin naik berdasarkan gaya
kapilaritasnya.
- Diamati, dibandingkan dengan warna standar pada kemasan dan
dicatat hasilnya
e. Interprestasi hasil
- Negatif ( - ) : biru
- Positif (+ ) : kuning coklat

20
3.3.6 Pemeriksaan BTA (Bakteri Tahan Asam)
a. Prinsip
Sediaan yang telah difiksasi digenangi dengan karbol fuchsion
dan dilakukan pemanasan maka selubung lemak pada BTA (Bakteri
Tahan Asam) terbuka dan cat masuk kedalam bakteri. BTA (Bakteri
Tahan Asam) dan BTTA (Bakteri Tidak Tahan Asam) berwarna
merah, selubung lemak pada BTA tertutup pada pencucian dengan air.
BTTA (Bakteri Tidak Tahan Asam)menjadi pucat pada penambahan
asam alcohol sedangkan BTA tetap merah, sehingga BTTA berwarna
biru pada penambahan methylen biru.
b. Alat
- Mikroskop
- lidi
- Kaca preparat
- Bunsen
- Pipet tetes
- Pengatur waktu
- Rak pengecatan
c. Bahan
- Sputum
- Air
- Oil imersi
- Ziehl Neelsen A
- Ziehl Neelsen B
- Ziehl Neelsen C
d. Cara kerja
- Sputum di ambil dengan lidi.
- Diletakkan di atas kaca preparat dan disesuaikan dengan pola yaitu
oval.
- Preparat dikeringkan dengan udara terbuka dan difiksasi dengan
menggunakan bunsen.

21
- Ditetesi larutan basic fuchsin, dipanaskan bagian bawah slide
hingga merngeluarkan uap.
- Dibiarkan hingga 5 menit.
- Sisa zat warna dibuang dan dicuci dengan air mengalir.
- Zat warna dilarutkan dengan alkohol asam.
- Preparat ditetesi dengan methylen blue.
- Dibiarkan selsama kurang lebih 10-20 detik.
- Dicuci dengan air mengalir.
- Setelah kering ditetesi oil imersi dan dibaca dengan mikroskop
menggunakan perbesaran 100 x 10 (Lay, 1994).
e. Interprestasi hasil

Gambar 3.1 Bakteri Tahan Asam (positif)


Keterangan :
- Negatif: apabila tidak ditemukan BTA
- Positif : apabila terdapat 1-9 BTA/100 lapang pandang
- Positif 1 : apabila terdapat 10-90 BTA/100 lapang pandang
- Positif 2 : apabila terdapat 1-9 BTA/1 lapang pandang
- Positif 3 : apabila terdapat > 10 BTA/1 lapang pandang
(Gandasoebrata, 2010).

3.3.7 Pemeriksaan Laju Endap Darah


a. Prinsip
Larutan NaCl diisap dan dimasukkan kedalam tabung, dicampur
dengan EDTA dengan perbandingan 4 : 1, dihomogenkan dan diisap

22
dengan menggunakan pipet westergreen diamkan pada rak westergreen
selama 1 jam.
b. Alat
- Spuit
- Tourniquet
- Pipet Westergreen
- Rak Westergreen
- Tabung Reaksi
- Mikropipet
c. Bahan
- EDTA 10%
- NaCl Fisiologis
- Alkohol
- Kapas
d. Prosedur kerja
- Diambil darah vena dengan menggunakan spuit
- Dimasukkan tetes EDTA 10% ke dalam tabung lalu dimasukkan
darah vena 2 ml lalu homogenkan
- Di tabung lain hisaplah larutan NaCl fisiologis dengan pipet
westergreen sampai tanda yang berisi larutan NaCl fisiologis
- Dihisap sampel yang telah tercampur oleh larut5an NaCl ke dalam
pipet westergreen sampai garis bertanda 0 mm, kemudian biarkan
pipet itu dalam sikiap tegak lurus dalam rak westergreen selama 1
jam
- Dibaca tingginya lapisan plasma dengan millimeter dan laporkan
angka itu sebagai laju endap darah (Gandasoebrata, 2010).
e. Nilai Normal
- Pada laki-laki : 0 10 mm/jam
- Pada wanita : 0 15 mm/jam (Gandasoebrata, 2010).

23
3.3.8 Pemeriksaan protein urin
a. Prinsip
Stick dicelupkan dalam urin. Kadar protein diukur berdasarkan
perubahan warna yang terbentuk. Derajat perubahan warna ditentukan
oleh kadar protein dalam urin, sehingga perubahan warna itu menjadi
ukuran semikuantitatif pada proteinuria. Indikator yang terdapat dalam
carik celup ialah tetrabromphenolblue yang berwarna kuning pada pH
3 dan berubah warna menjadi hijau sampai hijau-biru sesuai dengan
banyaknya protein dalam urin.
b. Alat
- Pot urin
- Kemasan stick/ warna standar
c. Bahan
- Urin
- Stick urin
d. Prosedur kerja
- Urin ditampung dipot urin yang kering dan beersih
- Dicelupkan stick pemeriksaan protein urin pada sampel urin.
- Didiamkan sesaat hingga sampel urin naik berdasarkan gaya
kapilaritasnya.
- Diamati, dibandingkan dengan warna standar pada kemasan dan
dicatat hasilnya (Anonim, 2012).
e. Interprestasi hasil
- Negatif ( - ) : kuning
- Positif (+ ) : hijau-biru (Gandasoebrata, 2010).

3.3.9 Pemeriksaan sediment urin


a. Prinsip
Urin dicentrifuge selama 5 menit, endapannnya diteteskan di atas
objek glass.

24
b. Alat
- Pot urin
- Objek glass
- Cover glass
- Centrifuge
- Pipet Tites
- Tabung reaksi
c. Bahan
- Urin
d. Prosedur kerja
- Dimasukkan urin sebanyak 5 ml 8 ml kedalam tabung reaksi
- Dicentrifuge selama 5 menit dengan kecepatan 1500 2000 rpm
- Ditumpahkan cairan atas keluar dari tabung dengan gerakan yang
cepat tetapi luwes, diambil endapan yang paling bawah
menggunakan pipet tetes atau dituangkan langsung diobjek glass
dan ditutup dengan cover glass
- Diamati dibawah mikroskop
- Diturunkan kondensor mikroskop atau kecilkan diafragmanya,
kemudian diamati dengan perbesaran 10x
- Kemudian diperiksa sediment itu dengan memakai lensa objektif
besar (40x) dengan 10 lapang pandang
- Dilaporkan hasil unsur-unsur sediment didalam urin tersebut
(Anonim, 2012).
e. Interpretasi Hasil
Nilai normal
- Sel epitel : 2-5/LPB
- Leukosit : 0-4/LPB
- Eritrosit : 1-3/LPB
- Silinder : tidak ada (apabila ada disebutkan nama Silinder)
- Kristal : tidak ada (apabila ada disebutkan nama kristalnya
- Bakteri : tidak ada/ada (Gandasoebrata, 2010).

25
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pemeriksaan


Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Praktek Belajar Klinik (PBK) di Puskesmas
Temindung Samarinda tanggal 04 Februari hingga 02 Maret 2013.
No Tanggal Pemeriksaan Hasil
1. Senin, 04 Februari 2013 Hb 11,4 gr%, 11,4 gr%, 12,0
gr%, 9,2 gr%, 11,6 gr%
2 Selasa, 05 Februari 2013 Hb 12,4 gr%
3 Rabu, 06 Februari 2013 Hb 10,4 gr%, 10,2 gr%
Golda B
4 Kamis, 07 Februari 2013 Hb 12,4 gr%, 12,0 gr%
Leko 8.850, 9.800
Trombo 245.000, 232.000
5 Jumat, 08 Februari 2013 Hb 12,6 gr%, 10,6 gr%, 11,6
Leko 8.600
gr%
Trombo 275.000
6 Sabtu, 09 Februari 2013 Hb 12,6 gr%, 10,6 gr%, 11,6
Leko gr% 7.300
4.450,
Trombo 297.000, 235.000
7 Senin, 11 Februari 2013 Hb 11,0 gr%,
8 Senin, 18 Februari 2013 Hb 11,0 gr%, 12,0 gr%, 12,2
Leko gr% 5.500, 8.900
9.800,
Trombo 257.500, 205.000, 365.000
Golda O, B, A
Reduksi (+1),(),()
Protein (), (), ()
pH urin (5,0), (5,0)
9 Selasa, 19 Februari 2013 Hb 12,0 gr%, 12,4 gr%

26
Leko 8.000, 14.000
Trombo 250.000, 325.000
Reduksi (+1)
Protein ()
pH urin (6,0)
10 Kamis, 21 Februari 2013 Golda AB
11 Jumat, 22 Februari 2013 Hb 14,0 gr%, 11,2 gr%
Trombo 235.000
Reduksi (+2)
12 Sabtu, 23 Februari 2013 Hb 12,6 gr%
Leko 4.200
Trombo 135.500
Golda O
Reduksi (), (), ()
Protein (), (), (+)
pH (6,0), (6,5), (6.0)
13 Senin, 25 Februari 2013 Reduksi (), ()
14 Selasa, 26 Februari 2013 Golda O, O
Reduksi ()
Protein (+)
pH (5,0)
15 Kamis, 28 Februari 2013 Hb 12,6 gr%, 11,0 gr%
16 Jumat, 01 Maret 2013 Leko 6.500, 4.600
Trombo 235.000, 207.500
17 Sabtu, 02 Maret 2013 Trombo 210.000, 195.000

27
4.2 Pembahasan
Berikut ini adalah grafik jumlah pemeriksaan laboratorium Puskesmas
Temindung dan presentase pemeriksaan selama 1 bulan :

Grafik Jumlah Pemeriksaan


Laboratorium PKM Temindung
Selama 1 Bulan Jumlah
Pemeriksaan
30
25
20
15
10
5
0

Gambar 4.1. jumlah pemeriksaan Laboratorium Puskesmas Temindung periode


4 Februari 2013 s/d 2 Maret 2013

Persentase
pH
Pemeriksaan
Protein 8% Hb
9% 30%
Reduksi
12%

Golda
Leko
9%
14%
Trombo
18%

Gambar 4.2. persentase pemeriksaan laboratorium Puskesmas Temindung


periode 4 Februari 2013 s/d 2 Maret 2013
Praktek belajar klinik mahasiswa semester III Stikes Wiyata Husada
Samarinda Jurusan Analis Kesehatan dilaksanakan pada tanggal 04 Februari 2013
s/d 02 Maret 2013 bertempat di Puskesmas Temindung Samarinda.

28
Dari hasil grafik dan presentasi pemeriksaan kegiatan PBK (Praktek Belajar
Klinik), jenis pemeriksaan yang paling banyak dilakukan adalah pemeriksaan Hb
yaitu sebesar 27 kali (30%), sedangkan pemeriksaan yang sangat minim dilakukan
adalah pemeriksaan pH yaitu sebesar 7 kali (8%) (Anonim, 2013).
Dari praktek belajar klinik yang telah dilakukan didapatkan hasil berbagai
macam pemeriksaan :
a. Hemoglobin (Hb)
Hemoglobin adalah metalprotein pengangkut oksigen yang mengandung
besi dalam sel merah dalam darah mamalia dan hewan lainnya. Molekul
hemoglobin terdiri dari globin, apoprotein dan empat gugus heme, suatu
molekul organik dengan satu atom besi (Anonim, 2013).
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui kadar Hb pada darah
dengan satuan gr% dan pelaksanaan ini didapatkan hasil pemeriksaan yang
paling sering digunakan dan pemeriksaan ini rata-rata banyak untuk wanita
hamil (Anonim, 2013).
b. Leukosit
Leukosit sel darah yang mengandung inti, disebut juga sel darah putih.
Lima jenis sel darah putih yang telah diidentifikasi dalam darah perifer adalah:
- Neutrofil (50 % 75 % SDP total)
- Eosinofil (1 % 2 %)
- Basofil (0,5 % 1 %)
- Monosit (6 %)
- Limfosit (25 % 33 %)
Batas normal leukosit dalam darah berkisar antara 5.000 10.000/mm3.
Peningkatan jumlah leukosit menunjukkan adanya proses infeksi atau radang
akut, misalnya pneumonia, meningitis, apendiksitis, tuberculosis, tonsillitis,
dll. (Gandasoebrata, 2010).
Penurunan jumlah leukossit dapat terjadi pada penderita infeksi tertentu,
terutama virus, malaria, alkoholik, SLE, rheumatoid arthritis, dan penyakit
hemopoetik (anemia aplastik, anemia pernisiosa). Lekopenia dapat juga
disebabkan penggunaan obat terutama asetaminofen, sulfonamide,

29
profiltiouracyl (PTU), barbiturate, kemoterapi kanker, diazepam, diuretika,
antidiabetika oral, indometasin, metildopa, rifampin, fenotiazin dan antibiotika
(penicillin, cephalosporin, dan kloramfenikol) (Gandasoebrata, 2010).
c. Trombosit
Trombosit adalah bagian terkecil dari unsur selular sumsum tulang dan
sangat penting perananya dalam hemostatis dan pembekuan. Kira-kira
sepertga dari trombosit berada dalam limpa sebagai sumber cadangan sisanya
berada dalam sirkulasi. Dalam kondisi normal trombosit berjumlah antara
150.000-400.000/mm3 (Gandasoebrata, 2010).
Trombosit merupakan elemen-elemen dasar dalam darah yang
meningkatkan koagulasi. Jumlah trombosit yang rendah (trombositopenia)
berhubungan denganperdarahan, dan peningkatan pembekuan. Dengan jumlah
trombosit 100.000 L, dapat terjadi perdarahan, dan jumlah trombosit <
50.000 L, mudah terjadi perdarahan (Anonim, 2013).
d. Golongan darah
Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena
adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel
darah merah. Dengan kata, golongan darah ditentukan oleh jumlah zat
(kemudian disebut antigen) yang terkandung didalam sel merah. Ada dua jenis
penggolongan ABO dan Rhesus ( faktot Rh). Selain sistem ABO dan Rh,
masih ada lagi macam penggolongan darah lain yang ditentukan berdasarkan
antigen yang terkandung dalam sel darah merah. Di dunia ini sebenarnya
dikenal sekitar 46 jenis antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai
(Gandasoebrata, 2008)
Pemeriksaan dilakukan karena letak puskesmas yang strategis di tengah
perkotaan. Banyak para pasien yang ingin masuk ke suatu lembaga atau instasi
tertentu atau untuk pendidikan bahkan membuat surat dari kepolisian yang
membutuhkan surat keterangan kesehatan dari puskesmas. Keterangan
tersebut berisi pemeriksaan berat badan, tinggi badan, tes buta warna dan tes
golongan darah (Anonim,2013).

30
e. BTA
Bakteri tahan asam adalah bakteri yang mempertahankan zat warna
karbol fuchsin meskipun dicuci dengan asam hidroklorida dalam alcohol.
Tujuan pemeriksaan ini yaitu untuk mengetahui adanya basil tahan asam
(BTA) gram negatif atau gram positif yang berasal dari bakteri
Mycrobacterium tuberculosis. Pemeriksaan ini dilakukan dengan melihat dari
diagnosa atau gejala yang dialami penderita seperti batuk berdahak yang tidak
sembuh-sembuh, berat badan menurun, pucat (Anonim, 2013).
Uji bakteri tahan asam (BTA) pada praktikum kali ini menggunakan
prosedur pewarnaan Ziehl Neelson yaitu dengan memberi larutan pewarna
carbol fuchsin, alkohol asam, dan methylen blue. Hasil yang diperoleh saat
praktikum yaitu positif 1 dan positif 2 yang dilaporkan secara kuantitatif
menurut IUAT, yaitu:
- Negatif : apabila tidak ditemukan BTA
- Positif : apabila terdapat 1-9 BTA/100 lapang pandang
- Positif 1 : apabila terdapat 10-90 BTA/100 lapang pandang
- Positif 2 : apabila terdapat 1-9 BTA/1 lapang pandang
- Positif 3 : apabila terdapat > 10 BTA/1 lapang pandang (Pelczar dan
Chan, 1986).
f. LED
Laju endap darah (erithrocyte sedimentation rate, ESR) yang juga disebut
kecepatan endap darah (KED) atau laju sedimentasi eritrosit adalah kecepatan
sedimentasi eritrosit dalam darah yang belum membeku, dengan satuan
mm/jam. LED merupakan uji yang tidak spesifik. LED dijumpai meningkat
selama proses inflamasi akut, infeksi akut dan kronis, kerusakan jaringan
(nekrosis), penyakit kolagen, rheumatoid, malignansi, dan kondisi stress
fisiologis (misalnya kehamilan). Sebagian ahli hematologi, LED tidak andal
karena tidak spesifik, dan dipengaruhi oleh faktor fisiologis yang
menyebabkan temuan tidak akurat (Gandasoebrata, 2010).

31
g. Protein urin
Pemeriksaan protein urin berdasarkan pada prinsip kesalahan penetapan
pH oleh adanya protein. Sebagai indikator digunakan tetrabromphenol blue
yang dalam suatu sistem buffer akan menyebabkan pH tetap konstan. Akibat
kesalahan penetapan pH oleh adanya protein, urin yang mengandung albumin
akan bereaksi dengan indikator menyebabkan perubahan warna hijau muda
menjadi hijau. Indikator tersebut sangat spesifik dan sensitif terhadap albumin
(Anonim, 2013).
Pemeriksaan protein urin jarang dilakukan karena kurangnya
pengetahuan masyarakat akan dampak apabila protein urin tinggi dan kurang
fasilitas untuk melakukan pemeriksaan yang lebih mendetail untuk menunjang
diagnose (Anonim, 2013).
h. Glukosa urin
Carik celup dilekati kertas berisi dua macam enzim, yakni glukosa oxida
dan peroxida bersama dengan semacam zat seperti o-tolidine yang berubah
warna jika ia dioxidasi. (Gandasoebrata, 2010).

32
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan Praktek Belajar Klinik yang telah dilkukan dapat disimpulkan
bahwa:
1. Dari praktek belajar klinik yang telah di lakukan di Puskesmas Temindung
Samarinda, pemeriksaan yang paling banyak dilakukan adalah
Pemeriksaan Hb. Jumlah semua adalah sebanyak 90 pemeriksaan.
2. Persentase pemeriksaan laboratorium dalam satu bulan adalah sebagai
berikut:
- Hb : 30 %
- Leukosit : 14 %
- Trombosit : 18 %
- Golongan darah :9%
- Reduksi urin : 12 %
- Protein urin :9%
- pH :8%
3. Beberapa ilmu yang dapt diaplikasikan antara lain di bidang Hematologi,
Kimia Klinik, Imunologi, Mikrobiologi yaitu pemeriksaan Hb, leukosit,
gula darah, golongan darah, BTA/TB, LED, protein urin, sediment urin,
4. Selama melaksanakan pemeriksaan PBK di Laboratorium Puskesmas
Temindung Samarinda, ada beberapa hal yang bisa di jadikan sebagai
pengalaman mahasiswa, salah satunya adalah cara pemeriksaan
Laboratorium yang berbeda dengan cara pemeriksaan yang didapat selama
masa perkuliahan.

5.2 Saran
Selama melaksanakan praktek belajar klinik di puskesmas Temindung
kompetensi yang tidak didapatkan adalah pemeriksaan glukosa, dikarenakan ada
beberapa peralatan yang rusak dan pemeriksaan asam urat dan kolestrol.

33
Sehubungan dengan ketidak adanya adanya bahan/reagen, maka kami sebagai
mahasiswa menyarankan agar penyediaan alat dan bahan tersebut.
Selain itu untuk menghindari pajanan bakteri tahan asam kepada petugas lab
pada saat pewarnaan BTA, disarankan untuk mengatur sedemikian rupa ventilasi
yang ada. Tindakan yang lebih baik adalah dengan menyediakan ruangan khusus
untuk berbagai pemeriksaan bakteri.

34

Anda mungkin juga menyukai