Anda di halaman 1dari 7

Hakikat bahasa adalah suatu konsep mendasar tentang bahasa.

Adapun beberapa sifat-sifat bahasa yang


merupakan hakikat bahasa itu sendiri adalah :

Bahasa Sebagai Sistem

Sistem sangat identik dengan pengertian cara atau aturan. Sistem juga berarti susunan teratur berpola
yang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna atau berfungsi. Sistem ini dibentuk oleh sejumlah
unsur atau komponen yang satu dengan lainnya yang berhubungan secara fungsional.

Begitupun dengan bahasa, sebagai sebuah sistem, bahasa memiliki komponen-komponen dan aturan-
aturan. Dalam pengertian ini, bahasa memiliki dua aspek penting yaitu unsur-unsur dan hubungan-
hubungan yang dirajut oleh unsur-unsur tersebut. Satuan-satuan bahasa tersebut selalu terkait satu
dengan yang lain sehingga membentuk kepaduan yang erat dan saling mendukung.

Pyles dan algeo (1993) menyebutkan bahwa terdapat dua tingkatan dalam sistem bahasa yang mereka
sebut sebagai duality of patterning yang jika diterjemahkan menjadi kaidah ganda sistem bahasa. Kedua
tingkatan ini mencakup komponen makna dan bentuk. Komponen bentuk yang berupa bunyi dipelajari
oleh cabang linguistik yaitu fonetik atau fonologi sedangkan komponen makna ditelaah oleh semantik
dan tata bahasa.

Lebih jauh, Chaer (2007) menjelaskan, sebagai sebuah sistem, bahasa itu sekaligus bersifat sistemis.
Dengan sistemis, artinya, bahasa itu tersusun menurut suatu pola dan tidak tersusun secara acak atau
secara sembarangan. Sedangkan sistemis, artinya, bahasa itu bukan merupakan sistem tunggal, tetapi
terdiri juga dari sub-sub sitem atau sistem bawaan. Dapat disebutkan sistem bawaan tersebut antara
lain: subsistem fonologi, morfologi, sintaksis dan subsistem semantik.

Dalam linguistik, terutama subsistem fonologi, morfologi dan sintaksis tersusun secara hierarkial.
Artinya, subsistem yang satu terletak dibawah subsistem yang lain, lalu subsistem yang lain tersebut
terletak pula dibawah subsistem lainnya. Selanjutnya, ketiga subsistem tersebut- pun terkait dengan
subsistem semantik.

Dengan kata lain, bahasa sebagai sistem merupakan kerjasama antara subsistem yang lain dengan
subsistem lainnya yang terjalin dan membentuk bahasa.
Bahasa Sebagai Lambang

Kata lambang sering dipadankan dengan kata simbol yang diartikan dengan pengertian yang sama. Lebih
rinci, Chaedar Alwasilah (1993) menjelaskan bahwa lambang atau simbol mengacu pada suatu obyek
dan hubungan antara simbol dan obyek itu bersifat manasuka. Lambang dapat dibuat dari bahasa apa
saja, ia bisa terbuat hari suatu benda seperti piramid yang melambangkan keagungan, atau dari kain
seperti warna putih atau hitam atau juga dalam bentuk ujaran.

Lambang dengan segala seluk beluknya dikaji dalam kegiatan ilmiah dalam satu bidang kajian yang
disebut dengan ilmu semiotika atau semiologi, yaitu ilmu yang mempelajari tanda-tanda yang terdapat
didalam kehidupan manusia termasuk bahasa.

Dalam kehidupannya, manusia selalu menggunakan lambang. Oleh karena itu, Earns Cassirer
menyatakan bahwa manusia adalah makhluk bersimbol (animal symbolicum).Hampir tidak ada kegiatan
yang tidak terlepas dari lambang, termasuk alat komunikasi verbal yang disebut dengan bahasa.

Jika ide atau konsep keadilan sosial dilambangkan dengan gambar padi dan kapas, maka wujud bahasa
dilambangkan dalam bentuk bunyi yang berupa satuan-satuan bahasa seperti kata atau gabungan kata.
Mengapa kata disebut sebagai lambang dalam satuan bahasa? sekali lagi, karena lambang bersifat
manasuka, yaitu tidak adanya hubungan langsung yang bersifat wajib antara lambang dan dengan yang
dilambangkannya.

Bahasa Itu Berupa Bunyi

Bahasa adalah bunyi, maka sepenuhnya dapat dikatakan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi.
Yaitu, sistem bahasa itu adalah berupa lambang yang wujudnya berupa bunyi.

Kemudian, yang perlu dipertegas disini adalah tentang bunyi itu sendiri menurut pandangan bahasa,
apakah itu bunyi seperti yang dikenal secara umum? Apakah semua bunyi disebut bahasa? dan lain
sebagainya. Bunyi yang dimaksud dalam bahasa disebut juga denga speech sound adalah satuan bunyi
yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang didalam fonetik diamati sebagai fon dan didalam fonemik
sebagai fonem yang keduanya dibahas dalam bidang lingusitik.

Bahasa Itu Bersifat Arbitrer


Arbitrary berarti selected at random and without reason, dipilih secara acak dan tanpa alasan.
Ringkasnya, manasuka atau seenaknya, asal bunyi, tidak ada hubungan logis antara kata-kata sebagai
simbol atau lambang dengan yang dilambangkannya. Atau, dengan bahasa lain, Chaer (2007)
menjelaskan tentang apa yang dimaksud dengan arbitrer adalah tidak adanya hubungan wajib antara
lambang bahasa dengan konsep atau pengertian yang dimaksud oleh lambang tersebut.

Contoh pengertian arbitrer tersebut dapat kita lihat sehari-hari dalam kehidupan kita, hal tersebut
terbukti antara rangkaian bunyi-bunyi dengan makna yang dikandungnya. Mengapa bahan bakar sepeda
motor disebut dengan bensin tidak kecap, binatang tertentu di Indonesia disebut kuda, di Inggris horse,
di Arab faras dan akan terus berbeda diwilayah-wilayah lain tentang penyebutannya.

Itulah yang disebut dengan arbitrer atau manasuka yang tidak akan bisa ditemukan alasan
penyebutannya yang berbeda-beda dikarenakan sifat ke-arbitreran-nya. Andaikata bahasa itu tidak
arbitrer, sudah barang tentu dapat kita pastikan bahwa sebutan untuk kuda hanya akan ada satu kata
dalam bahasa manusia, tidak ada lagi penyebutan kuda, horse, faras dan lain sebagainya, hanya akan
ada satu penyebutan.

Bahasa Itu Bermakna

Bahasa, sebagai sistem lambang yang berwujud bunyi sudah pasti melambangkan suatu pengertian
tertentu. Maka, yang dilambangkan itu adalah suatu pengertian, suatu konsep, suatu ide atau suatu
pikiran yang ingin disampaikan dalam wujud bunyi tersebut. Karena lambang lambang itu mengacu
pada suatu konsep, ide atau pikiran, maka dapat dikatakan bahwa bahasa itu memiliki makna.

Contohnya adalah lambang bahasa yang berwujud bunyi kuda; lambang ini mengacu pada konsep
sejenis binatang berkaki empat yang dapat dikendarai, kemudian konsep tersebut dihubungkan
dengan benda yang ada didalam dunia nyata. Jadi, secara sederhana dapat dikatakan bahwa kuda
merupakan lambang bunyi, sejenis binatang berkaki empat yang dapat dikendarai merupakan konsep
dan kuda yang ada didalam dunia nyata merupakan wujud dari lambang bunyi tersebut.

Bahasa Itu Konvensional

Meskipun hubungan antara lambang bunyi dan yang dilambangkannya bersifat arbitrer, tetapi
penggunaan lambang tersebut untuk suatu konsep tertentu bersifat konvensional. Artinya, semua
anggota masyarakat bahasa harus mematuhi konvensi bahwa lambang tertentu itu digunakan untuk
mewakili konsep yang diwakilinya.
Contohnya adalah, adanya kesepakatan dalam masyarakat bahasa Indonesia untuk menyebut suatu
benda beroda dua yang dapat dikendarai dengan dikayuh, yang secara arbitrer dilambangkan dengan
bunyi sepeda, maka anggota masyarakat bahasa Indonesia seluruhnya harus mematuhinya. Jika
tidak diapatuhi dan kemudian diganti dengan dengan lambang lain, maka komunikasi antar masyarakat
akan terhambat.

Oleh karena itu, jika ke-arbitreran bahasa terletak pada antara lambang-lambang bunyi dengan konsep
yang dilambangkannya, maka ke-konvensionalan bahasa terletak pada kepatuhan para penutur bahasa
untuk menggunakan lambang-lambang itu sesuai dengan konsep yang dilambangkan.

Bahasa Itu Dinamis

Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak pernah lepas dari segala kegiatan dan gerak
manusia, sepanjang keberadaan manusia itu sebagai makhluk yang berbudaya dan bermasyarakat.

Karena keterkaitan dan keterikatan manusia dengan bahasa, dan kehidupan manusiapun akan terus
berubah dan tidak tetap, maka bahasa-pun menjadi ikut berubah, menjadi tidak tetap, tidak statis.
Karena itulah bahasa itu disebut dinamis.

Perubahan bahasa dapat terjadi pada semua tataran, baik fonologi, morfologi, sintaksis, semantik
maupun leksikon. Namun perubahan yang paling terlihat dan paling sering terjadi adalah pada tataran
leksikon dan semantik. Hampir setiap saat terdapat kata-kata baru muncul sebagai akibat dari
perubahan budaya dan ilmu, atau terdapat kata-kata lama muncul dengan makna baru.

Dengan terjadinya perkembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi, tentu secara otomatis
akan bermunculan konsep-konsep baru yang tentunya disertai wadah penampungnya, yaitu kata-kata
atau istilah-istilah baru. Kalau-pun kelahiran konsep tersebut belum disertai dengan wadahnya, maka
manusia sendiri yang akan meciptakan istilahnya.
Bahasa itu bervariasi

Setiap bahasa yang digunakan oleh sekelompok orang yang termasuk dalam suatu masyarakat bahasa,
dan adapun yang masuk dalam satu masyarakat bahasa adalah mereka yang merasa menggunakan
bahasa yang sama. Jadi, jika disebut masyarakat bahasa Indonesia adalah semua orang yang merasa
memiliki dan menggunakan bahasa Indonesia. Yang termasuk anggota masyarakat sunda adalah orang-
orang yang merasa memiliki dan menggunakan bahasa sunda dan seterusnya. Jadi, dapat ditarik sedikit
konklusi bahwa banyak orang Indonesia yang menjadi lebih dari satu anggota masyarakat bahasa,
karena disamping dia sebagai orang Indonesia, dia juga menjadi pemilik dan pengguna bahasa
daerahnya.

Anggota mayarakat suatu bahasa biasanya terdiri dari berbagai orang dengan berbagai status sosial dan
berbagai latar belakang budaya yang tidak sama, baik dari segi pendidikan, profesi, usia dan lain-lain.
Oleh karena latar belakang dan lingkungan yang tidak sama, maka bahasa yang digunakan beragam atau
bervariasi, dimana antara variasi atau ragam yang satu dengan yang lain seringkali memiliki perbedaan
yang besar.

Mengenai variasi bahasa, terdapat tiga istilah yang dipandang perlu untuk diketahui, yaitu idiolek, dialek
dan ragam. Idiolek adalah variasi atau ragam bahasa yang bersifat perseorangan. Artinya setiap orang
memiliki ciri khas bahasa masing-masing, contohnya adalah bahasa-bahasa penulis seperti Hamka,
Andrea Hirata dan lain-lain yang tentu berbeda satu sama lain.

Dialek adalah variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat pada suatu tempat
atau suatu waktu. Contohnya adalah dialek Banyumas, dialek Surabaya, bahasa Indonesia zaman Balai
Pustaka dan sebagainya.

Adapun ragam atau ragam bahasa adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi, keadaan atau
untuk keperluan tertentu. Untuk situasi formal, digunakan ragam bahasa yang disebu dengan ragam
baku, untuk situasi yang tidak formal, digunakan ragam yang tidak baku. Begitu pula dapat dilihat dari
sisi sarana, terdapat ragam tulisan dan lisan dan masih banyak lagi ragam-ragam lainnya.

Bahasa Itu Manusiawi

Bahasa itu manusiawi dalam pengertian bahwa apa-apa yang sudah dipaparkan sebelumnya adalah
suatu kekayaan yang hanya dimiliki umat manusia. Ringkasnya bahwa manusia-lah yang berbahasa
sedangkan hewan-hewan lain tidak berbahasa.
Keistimewaan bahasa menusia akan semakin terasa jika dibandingkan dengan komunikasi binatang
misalnya. Hal ini dapat ditelusuri dari sejarah evolusi manusia dan evolusi bahasanya, ahli-ahli biologi-
pun membuktikan bahwa sistem komunikasi binatang itu sama sekali tidak mengenal ciri ganda bahasa
manusia yaitu sistem bunyi dan makna (duality feature).

Sering didengar dalam literatur-literatur yang mengatakan bahwa manusia itu homo loquens (the
speaking animal), hewan yang memiliki kemampuan berbahasa. Jika manusia itu hewan yang berbahasa
sedangkan bahasa adalah seperangkat kalimat-kalimat yang lazim, sedangkan kalimat lazim dibedakan
dari yang tidak lazim dari tata bahasa, maka kesimpulan tentang manusia itu adalah homo grammaticus,
yakni hewan yang bertata bahasa.

10 Bahasa itu produktif

Kata produktif adalah bentuk ajektif dari kata benda produksi. Arti produktif banyak hasilnya atau
lebih tepat terus menerus menghasilkan lalu, kalau bahasa itu dikatakan produktif, maka maksudnya,
meskipun unsure-unsur itu terbatas, tapi dengan unsur-unsur dengan jumlahny ayng terbatas terdapat
di luar satuan-satuan bahasa yang jumlahnya yang tidak terbatas, meski secara relative sesuai dengan
sistem yang berlaku dalam bahasa.

Keproduktifan bahasa Indonesia dapat juga dilihat pada jmumlah yang dapat dibuat. Dengan kosa kata
yang menurut Kamus Besar Huruf Bahasa Indonesia hanya berjumlah lebih kurang 60.000 buah, kita
dapat membuat kalimat bahasa Indonesia yang mungkin puluhan juta banyaknya, termasuk juga
kalimat-kalimat yang belum pernah ada atau pernah dibuat orang.

Keproduktifan bahasa memang ada batasnya dalam hal ini dapat dibedakan adanya dua macam
keterbatasan, yaitu keterbatasan pada tingkat parole dan keterbatasan pada tingkat
langue.Keterbatasan pada tingkat parole adalah pada ketidak laziman atau kebelum laziman bentuk-
bentuk yang dihasilkan.Sedangkan pada tingkat langue keproduktifan itu dibatasi karena kaidah atau
sistem yang berlaku.
11 Bahasa itu unik

Unik artinya mempunyai ciri khas yang spesifik yang tidak dimiliki oleh yang lain. Lalu, kalau bahasa
dikatakan bersifat unik., maka artinya, setiap bahasa mempunyai cirri khas sendiri yang tidak dimiliki
oleh bahasa lainnya. Ciri khas ini bisa menyangkut sistem bunyi , sistem pembetukkan kata, sistem
pembentukkan kalimat, atau sistem-sistem lainnya. Salah satu keunikkan bahasa Indonesia adalah
bahwa tekanan kata tidak bersifat morfemis, melainkan sintaksis. Maksudnya, kalau pada kata tertentu
di dalam kalimat kita berikan tekanan, maka makna itu tetap.Yang berubah adalah makna keseluruhan
kalimat.

12 Bahasa itu universal

Selain bersifat unik, yakni mempunyai sifat atau cirri masing-masing, bahasa itu bersifat universal.
Artinya, ada ciri-ciri yang sama yang dimiliki oleh setiap bahasa yang ada di Dunia ini. Ciri-ciri yang
universal ini merupakan unsur bahasa yang paling umum, yang biasa dikaitkan dengan ciri-ciri atau sifat-
sifat bahasa lain.

Karena bahasa itu berupa ujaran, maka ciri universal dari bahasa yang paling umum adalah bahwa
bahasa itu mempunyai bunyi bahasa yang terdiri dari vocal dan konsonan.Tetapi berapa banyak vocal
dan konsonan yang dimiliki oleh setiap bahasa, bukanlah persoalan keuniversalan.Bukti dari
keuniversalan bahasa adalah bahwa setiap bahasa mempunyai satuan-satuan bahasa yang bermakna,
entah satuan yang maknany kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana. Namun, bagaimana satuan-satuan
itu terbentuk mungkin tidak sama. Kalau pembentukan itu bersifat khas, hanya dimiliki sebuah bahasa
maka hal itu merupakan keunikan dari bahasa.Kalau ciri itu dimiliki oleh sejumlah bahasa dalam satu
hukum atau satu golongan bahasa, maka ciri tersebut menjadi ciri universal dan keunikan rumpun atau
sub rumpun bahasa tersebut.

Ada juga yang mengatakan bahwa ciri umum yang dimiliki oleh bahasa-bahasa yang berada dalam satu
rumpun atau sub rumpun, atau juga dimiliki oleh sebagian besar bahasa-bahasa yang ada di Dunia ini
sebagai ciri setengah universal. Kalau dimiliki oleh semua bahasa yang ada di Dunia ini beru bisa disebut
universal.

Anda mungkin juga menyukai