Anda di halaman 1dari 3

PENANGANAN

DERMATOPHYTOSES
No Dokumen :
440/SOP.020/423.104.04/2016

SOP No Revisi :

Tanggal Terbit : 18 januari 2016

Halaman :1-3

Dr RR Dharmajanti EW
UPT Puskesmas Trajeng
19690510 200604 2 008

1. Pengertian Dermatofitosis adalah infeksi jamur dermatofita yang memiliki


sifat mencernakan keratin di jaringan yang mengandung zat
tanduk, misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut, dan
kuku.
2. Tujuan Sebagai acuan petugas dalam melakukan penanganan
dermatophytoses
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas Nomor:
440/SK.006/423.104.04/2016 tentang Pelayanan Klinis
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan republik Indonesia Nomor
HK.02.02/MENKES/514/2015 Tentang Panduan Praktik Klinis
bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama.
5. Alat dan Bahan -
6. Prosedur 1. Petugas melakukan anamnesa keluhan pasien
Pada sebagian besar infeksi dermatofita, pasien datang
dengan bercak merah bersisik yang gatal. Adanya riwayat
kontak dengan orang yang mengalami dermatofitosis.
Faktor Risiko
a. Lingkungan yang lembab dan panas
b. Imunodefisiensi
c. Obesitas
d. Diabetes Melitus
2. Petugas melakukan pemeriksaan fisik
Lesi berbentuk infiltrat eritematosa, berbatas tegas, dengan
bagian tepi yang lebih aktif daripada bagian tengah, dan
konfigurasi polisiklik. Lesi dapat dijumpai di daerah kulit
berambut terminal, berambut velus (glabrosa) dan kuku.
3. Petugas melakukan pemeriksaan penunjang
Bila diperlukan, dapat dilakukan pemeriksaan mikroskopis
dengan KOH, akan ditemukan hifa panjang dan artrospora.
4. Petugas menegakkan diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
Pemeriksaan Fisik. Bila diperlukan dilakukan pemeriksaan
penunjang.
Klasifikasi dermatofitosis yang praktis adalah berdasarkan
lokasi, yaitu antara lain:
a. Tinea kapitis, dermatofitosis pada kulit dan rambut kepala
b. Tinea barbe, dermatofitosis pada dagu dan jenggot
c. Tinea kruris, pada daerah genitokrural, sekitar anus,
bokong, dan perut bagian bawah.
d. Tinea pedis et manum, pada kaki dan tangan
e. Tinea unguium, pada kuku jari tangan dan kaki
f. Tinea korporis, pada bagian lain yang tidak termasuk
bentuk 5 tinea di atas. Bila terjadi di seluruh tubuh
disebut dengan tinea imbrikata.
5. Petugas memberikan terapi
a. Hygiene diri harus terjaga, dan pemakaian
handuk/pakaian secara bersamaan harus dihindari.
b. Untuk lesi terbatas, diberikan pengobatan topikal, yaitu
dengan:
c. Antifungal topikal seperti krim klotrimazol, mikonazol,
atau terbinafin, yang diberikan hingga lesi hilang dan
dilanjutkan 1-2 minggu kemudian untuk mencegah
rekurensi.
d. Untuk penyakit yang tersebar luas atau resisten terhadap
terapi topikal, dilakukan pengobatan sistemik dengan:
1. Griseofulvin dapat diberikan dengan dosis 0,5-1 g
untuk orang dewasa dan 0,25 0,5 g untuk anak-
anak sehari atau 10-25 mg/kgBB/hari, terbagi dalam
2 dosis.
2. Golongan azol, seperti:
Ketokonazol: 200 mg/hari,
Itrakonazol: 100 mg/hari, atau
Terbinafin: 250 mg/hari
Pengobatan diberikan selama 10-14 hari pada pagi hari
setelah makan
6. Petugas melakukan konseling dan edukasi
Edukasi mengenai penyebab dan cara penularan penyakit.
Edukasi pasien dan keluarga juga untuk menjaga
hygienetubuh, namun penyakit ini bukan merupakan
penyakit yang berbahaya.

7. Diagram Alir -
8. Unit Terkait 1. UGD
2. Poli Umum
3. Pustu

9. Rekaman histori

No. Halaman Yang diubah Isi perubahan Diberlakukan Tgl.

Anda mungkin juga menyukai