Herpes Zoster Translate
Herpes Zoster Translate
Faktor resiko mayor untuk penyakit herpes zoster adalah peningkatan usia.
Seiring peningkatan jeda waktu setelah infeksi varicela, terdapat pengurangan
tingkat imunitas T-Cell terhadap VZV. Tidak seperti virus-spesific antibiodies,
yang berhubungan dengan proteksi terhadap herpes zoster. Resiko penyakit ini
lebih tinggi pada wanita dibandingkan pria, pada kulit putih dibandingkan kulit
hitam, dan pada pasien dengan riwayat pernah mengalami herpes zoster
dibandingkan pasien tanpa riwayat penyakit sebelumnya. Cacar dapat terjadi sejak
janin masih di uterus atau pada bayi yang baru lahir, dimana sistem imunitas
seluler masih belum matang, dan dikaitkan dengan kejadian herpes zoster pada
masa anak-anak. Pasien dengan immunocompromised dengan gangguan
immunitas sel-T, termasuk pasien penerima organ atau transplantasi sel stem,
pasien yang menerima terapi immunosupresif, dan pasein dengan limfoma,
leukimia, atau infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), dapat
meningkatkan resiko pasien mengalami Herpes Zoster dan perburukan dari
penyakit tertentu.
1
Neuralgia Postherpetic atau nyeri persisten setelah ruam pada kulit mulai
membaik (biasanya nyeri persisten selama 90 hari atau lebih setelah onset dari
ruam), merupakan komplikasi yang paling ditakutkan dari herpes zoster. Nyeri
dapat bertahan selama berbulan-bulan hingga tahunan, dan dapat memburuk serta
mengganggu tidur dan aktivitas sehari-hari, sehigga menyebabkan anoreksia,
turunnya berat badan, rasa lelah, depresi, menarik diri dari pergaulan dan
pekerjaan sehari-hari, dan tidak dapat hidup mandiri. Bergantung pada usia dan
definisi yang digunakan, postherpetic neuralgia terjadi pada 10-50% pasien herpes
zoster. Resiko meningkat seiring usia (terutama yang berusia 50 tahun) dan juga
meningkat di antara pasien dengan nyeri berat sejak onset herpes zoster dan
dengan ruam berat serta lesi yang banyak.
2
keratitis, scleritis, uveitis, dan acute retinal necrosis. Pasien dengan
immunocompromised dapat mengalami komplikasi tambahan seperti penyakit
kulit disaminata (disseminated skin disease), nekrosis retina akut atau progresif,
herpes zoster kronik dengan lesi kulit verrukosa, dan pengembangan resistensi
VZV terhadap acyclovir. Pada pasien seperti ini, penyakit dapat melibatkan
berbagai organ (contoh, paru-paru, hepar, otak, dan saluran gastrointestinal), dan
pasien dapat mengalami hepatitis atau pankreatitis beberapa hari sebelum ruam
muncul.
Gejala
Ruam herpes zoster bersifat dermatonmal dan dan tidak akan melewati
garis tengah (midline), dimana penyakit ini menyebar sesuai dengan reaktifasi
dari dermatom akar saraf ganglion dorsal ataupun cranial (Gambar 1), lumbar, dan
dermatom cervical merupakan tempat paling sering untuk timbulnya ruam,
walaupun daerah kulit lainnya juga dapat terkena. Pada pasien non-
immunocompromised, beberapa lesi dapat menyebar di luar dermatom pada
umumnya. Ruam dapat menyebabkan rasa kesemutan, gatal, serta nyeri (atau
ketiganya) selama 2-3 hari, dan gejala ini dapat menetap atau bersifat episodik
(berkala).
3
yang mempunyai ruam disseminata dengan viremia dan lesi yang baru muncul
setelah 2 minggu. Karakteristik nyeri yang dikaitkan dengan herpes zooster sangat
beragam, Pasien dapat mengalami parastesi (contoh rasa terbakar dan kesemutan),
dyseshesia (terlalu sensitif untuk disentuh dan dapat mengalami nyeri), allodynia
(nyeri yang dikaitkan dengan stimulus non-nyeri), atau hyperesthesia (respon
yang berat dan berkepanjangan terhadap nyeri). Pruritus juga sering dikaitkan
dengan gejala herpes zoster.
Diagnosis
4
Penilaian PCR dari cairan cerebrospinal (CSF) juga digunakan untuk
diagnosis Central Nervous System (CNS) vasculopathy, bukti adanya peningkatan
dari rasio tingkat antibody anti-VZV pada CSF pada darah terbukti lebih sensitif.
Penilaian PCR pada darah berguna untuk mendiangosis herpes zooster visceral
yang mengalami hepatitis atau pankreatitis walaupun tidak muncul ruam pada
pasien tersebut. PCR berguna untuk mendeteksi VZV pada darah atau CSF dan
sering digunakan untuk diagnosis zoster sine herpete.
Terapi Antiviral
5
walaupun pasien mempunyai resiko rendah mengalami komplikasi herpes zoser.
Tiga guanosine analog acyclovir, valacyclovir, dan famciclovir yang disetujui
oleh Food and Drug Administration (FDA) untuk pengobatan herpes zooster
(Tabel 3). Bioavaibilitas oral dan tingkat aktifitas antiviral pada darah lebih tinggi
dan kosisten pada pasien yang mendapatkan valacyclovir 3x/hari atau famciclovir
dibandingkan pasien yang menerima acyclovir 5x/hari. Hal ini sangat penting
karena VZV kurang sensitif dibandingkan virus herpes simpleks terhadap
pengobatan acyclovir valacyclovir, dan famciclovir.
6
randomisasi untuk acyclovir pada pengobatan herpes zoster, acyclovir oral yang
diberikan dalam 47 jam setelah onset dari ruam dapat memperpendek waktu rata-
rata dari pembentukan lesi baru pada beberpa hari terakhir, hilangnya vesikel, dan
pembentukan krusta secara penuh dalam waktu 0.5 hari, 1.8 hari dan 2.2 hari,
dibandingkan pada pemberian placebo. Pada penelitian lainnya, acyclovir dapat
mengurangi durasi dari viral shedding menjadi 0.8 hari dibandingkan pada
pemberian placebo. Pada meta-analisis dari beberapa uji terkontrol randomisasi,
obat antiviral tidak bermakna dalam menurunkan tingkat insidensi dari neuralgia
postherpetik, dan tidak disetujui untuk tindak pencegahan pada kondisi FDA.
Pada beberapa penelitian, pengobatan dengan valacyclovir atau famciclovir
menunjukkan efek yang lebih baik dibandingkan acyclovir dalam menurunkan
tingkat nyeri akibat herpes zooster. Valacyclovir seruma dengan famciclovir
terkait efisiensinya dalam mengurangi nyeri akut dan mempercepat proses
penyembuhan. Valacyclovir dan famciclovir membutuhkan pemberian dosis yang
lebih sedikit perharinya dibandingkan obat acyclovir, namun juga lebih mahal.
Pada uji terkontrol, pengobatan dimulai setelah 72 jam onset dari ruam,
dan disarankan bahwa pengobatan dimulai secepat mungkin setelah interval ruam
ini muncul. Walaupun banyak ahli yang menyarankan jika lesi baru masih muncul
atau adanya komplikasi terkait herpes zooster, pengobatan harus dimulai
walaupun ruam baru muncul sebelum 3 hari. Pengobatan biasanya diberikan
selama 7 hari jika tidak terjadi komplikasi herpes zoster. Acyclovir intravena
disarankan pada pasien dengan immunocompromised yang membutuhkan
perawatan dan pada pasien dengan komplikasi neurologis berat. Foscarnet
digunakan pada pasien immunocompromised dengan Acyclovir-resistant VSV.
Glukokortikoid
7
aktifitas sehari-hari, percepatan tingkat penyembuhan, dan dalam salah satu
penelitian menunjukkan durasi waktu yang lebih sedikit untuk tingkat
penyembuhan total. Penambahan glukokortikoid pada terpai antiviral tidak
menunjukkan penurunan insidensi dari neuralgia postherpetik. Akibat kandungan
immunosupresif, glukokortikoid harus dipertimbangkan pemberiannya untuk
pengobatan herpes zoster tanpa tambahan terapi antiviral. Glukokortikoid harus
dihindari pada pasien dengan hipertensi, dibates melitus, ulkus peptikum, atau
osteoporosis, terutama pada pasien usia lanjut, yang dapat meningkatkan resiko
efek samping. Prednisone digunakan untuk pengoabtan beberapa komplikasi CNS
akibat herpes zoster, seperti vasculopathy atau Bells Palsy pada pasien
immunocompromised.
8
Nyeri Akut akibat Herpers Zoster
9
10
Neuralgia Pasca Herpes
11
setelah vaksinasi, meskipun efektivitas menurun dari waktu ke waktu. Divaksinasi
(dibandingkan dengan yang tidak divaksinasi) orang di antaranya herpes zoster
dikembangkan, nyeri adalah secara signifikan lebih pendek dalam durasi dan
kurang parah. Vaksin ini dapat diberikan kepada orang-orang dengan sejarah
herpes zoster. Dalam penelitian terbaru, tingkat kejadian buruk yang terkait
dengan vaksinasi yang serupa di antara orang-orang yang telah memiliki herpes
zoster ( pada rata-rata 3,6 tahun sebelum vaksinasi ) dan di antara mereka yang
tidak memiliki riwayat penyakit.
Waktu optimal vaksinasi setelah episode herpes zoster tidak pasti. Karena
risiko berulang herpes zoster setelah episode terakhir penyakit ini relatif low dan
karena respon imun seluler terhadap VZV selama 3 tahun pertama setelah
vaksinasi mirip dengan yang setelah episode herpes zoster, orang mungkin
menunda vaksinasi selama 3 tahun di imunokompeten orang dengan sejarah
herpes zoster, asalkan diagnosis herpes zoster memiliki didokumentasikan dengan
baik oleh penyedia layanan kesehatan. Vaksin ini merupakan kontraindikasi pada
orang dengan kanker hematologi yang penyakitnya tidak dalam remisi atau yang
telah menerima kemoterapi sitotoksik dalam waktu 3 bulan, pada orang dengan T-
cell immunodeficiency ( misal, infeksi HIV dengan CD4 jumlah sel dari 200 per
milimeter kubik atau < 15 % dari total limfosit), dan pada mereka yang
menerimaterapi imunosupresif dosis tinggi (misalnya, 20 mg prednisone per
hari selama 2 minggu atau anti-tumor necrosis factor terapi) .
Pengendalian Infeksi
12
disebarluaskan lesi dan untuk orang-orang yang immunocompromised dengan
herpes zoster, udara dan tindakan pencegahan kontak diperlukan sampai semua
lesi telah berkulit.
Area Ketidakpastian
Peningkatan terapi diperlukan untuk rasa sakit yang terkait dengan herpes
zoster dan postherpetic neuralgia dan untuk mencegah perkembangan postherpetic
neuralgia. Selain itu, studi diperlukan untuk menentukan pasien berada pada risiko
tertinggi untuk postherpetic neuralgia sehingga terapi lebih agresif dapat
diberikan. Ada ketidakpastian mengenai keamanan dan efektivitas vaksin pada
orang dengan kondisi immunocompromising yang kontraindikasi saat ini
dianggap vaksinasi, durasi imunitas yang diinduksi oleh vaksin, dan kebutuhan
untuk dosis penguat.
Pedoman
Sedangkan herpes zoster sering ringan yang sehat orang muda, orang tua
yang mengalami peningkatan risiko untuk rasa sakit dan komplikasi, termasuk
postherpetic neuralgia, penyakit mata , motorik penyakit neuropati , dan SSP.
Dalam sebagian besar kasus, diagnosis dapat dibuat secara klinis. Terapi antivirus
yang paling bermanfaat bagi orang-orang yang memiliki komplikasi dari herpes
zoster atau yang berada pada peningkatan risiko komplikasi, seperti orang tua dan
13
orang-orang yang immunocompromised, dan harus dimulai sesegera mungkin,
umumnya dalam waktu 72 jam setelah terjadinya ruam. Valasiklovir atau
famsiklovir lebih disukai daripada asiklovir karena berkurangnya frekuensi dosis
dan tingkat aktivitas yang lebih tinggi obat antivirus. Pasien yang dijelaskan
dalam sketsa harus menerima terapi antivirus oral, obat untuk nyeri (misalnya ,
opioid, dengan penambahan gabapentin jika diperlukan), dan cepat rujukan ke
dokter mata. Dia juga harus dianjurkan untuk menghindari kontak dengan orang-
orang yang tidak memiliki varicella atau belum menerima vaksin varicella sampai
nya lesi telah benar-benar berkulit. Saya akan merekomendasikan herpes zoster
vaksinasi untuk mengurangi risiko kekambuhan, tetapi dalam imunokompeten
pasien seperti ini, saya akan menunda vaksinasi selama kurang lebih 3 tahun ,
karena saat ini episode herpes zoster harus meningkatkan selulernya respon
kekebalan terhadap VZV untuk periode waktu.
14
References
15
12. Wood MJ, Johnson RW, McKendrick MW, Taylor J, Mandal BK, Crooks J. A
randomized trial of acyclovir for 7 days or 21 days with and without
prednisolone for treatment of acute herpes zoster. N Engl J Med 1994;330:896-
900.
13. Tyring S, Barbarash RA, Nahlik JE, et al. Famciclovir for the treatment of
acute herpes zoster: effects on acute disease and postherpetic neuralgia-a
randomized, double-blind, placebo-controlled trial. Ann Intern Med
1995;123:89-96.
14. Degreef H. Famciclovir, a new oral antiherpes drug: results of the first
controlled clinical study demonstrating its efficacy and safety in the treatment
of uncomplicated herpes zoster in immunocompetent patients. Int J Antimicrob
Agents 1994;4:241-6.
15. Beutner KR, Friedman DJ, Forszpaniak Andersen PL, Wood MJ. Valaciclovir
compared with acyclovir for improved therapy for herpes zoster in
immunocompetent adults. Antimicrob Agents Chemother 1995;39:1546-53.
16. Lin WR, Lin HH, Lee SS, et al. Comparative study of the efficacy and safety
of valaciclovir versus acyclovir in the treatment of herpes zoster. J Microbiol
Immunol Infect 2001;34:138-42.
17. Wassilew SW, Wutzler P. Oral brivudin in comparison with acyclovir for
improved therapy of herpes zoster in immunocompetent patients: results of a
randomized, double-blind, multicentered study. Antiviral Res 2003;59:49-56.
18. Balfour HH Jr, Bean B, Laskin OL, et al. Acyclovir halts progression of herpes
zoster in immunocompromised patients. N Engl J Med 1983;308:1448-53.
19. Shepp DH, Dandliker PS, Meyers JD. Treatment of varicellazoster virus
infection in severely immunocompromised patients: a randomized comparison
of acyclovir and vidarabine. N Engl J Med 1986;314:208-12.
20. Li Q, Chen N, Yang J, et al. Antiviral treatment for preventing postherpetic
neuralgia. Cochrane Database Syst Rev 2009;2:CD006866.
21. Tyring SK, Beutner KR, Tucker BA, Anderson WC, Crooks RJ. Antiviral
therapy for herpes zoster: randomized, con- trolled clinical trial of valacyclovir
16
and famciclovir therapy in immunocompetent patients 50 years and older. Arch
Fam Med 2000;9:863-9.
22. Whitley RJ, Weiss H, Gnann JW Jr, et al. Acyclovir with and without
prednisone for the treatment of herpes zoster: a randomized, placebo-controlled
trial. Ann Intern Med 1996;125:376-83.
23. Dworkin RH, Barbano RL, Tyring SK, et al. A randomized, placebo-controlled
trial of oxycodone and of gabapentin for acute pain in herpes zoster. Pain 2009;
142:209-17.
24. Berry JD, Petersen KL. A single dose of gabapentin reduces acute pain and
allodynia in patients with herpes zoster. Neurology 2005;65:444-7.
25. Lin PL, Fan SZ, Huang CH, et al. Analgesic effect of lidocaine patch 5% in the
treatment of acute herpes zoster: a double- blind and vehicle-controlled study.
Reg Anesth Pain Med 2008;33:320-5.
26. Galer BS, Rowbotham MC, Perander J, Friedman E. Topical lidocaine patch
relieves postherpetic neuralgia more effectively than a vehicle topical patch:
results of an enriched enrollment study. Pain 1999;80:533-8.
27. Rice AS, Maton S. Gabapentin in postherpetic neuralgia: a randomised, double
blind, placebo controlled study. Pain 2001;94:215-24.
28. Stacey BR, Barrett JA, Whalen E, Phillips KF, Rowbotham MC. Pregabalin for
postherpetic neuralgia: placebo-controlled trial of fixed and flexible dosing
regimens on allodynia and time to onset of pain relief. J Pain 2008;9:1006-17.
29. Watson CP, Babul N. Efficacy of oxycodone in neuropathic pain: a
randomized trial in postherpetic neuralgia. Neurology 1998;50:1837-41.
30. Raja SN, Haythornthwaite JA, PappagallomM, et al. Opioids versus
antidepressants in postherpetic neuralgia: a randomized, placebo-controlled
trial. Neurology 2002;59:1015-21.
31. Irving GA, Backonja MM, Dunteman E, et al. A multicenter, randomized,
double- blind, controlled study of NGX-4010, a high-concentration capsaicin
patch, for the treatment of postherpetic neuralgia. Pain Med 2011;12:99-109.
17
32. Gilron I, Bailey JM, Tu D, Holden RR, Jackson AC, Houlden RL.
Nortriptyline and gabapentin, alone and in combination for neuropathic pain: a
double-blind, randomised controlled crossover trial. Lancet 2009;374:1252-61.
33. Gilron I, Bailey JM, Tu D, Holden RR, Weaver DF, Houlden RL. Morphine,
gabapentin, or their combination for neuropathic pain. N Engl J Med
2005;352:1324- 34.
34. Oxman MN, Levin MJ, Johnson GR, et al. A vaccine to prevent herpes zoster
and postherpetic neuralgia in older adults. N Engl J Med 2005;352:2271-84.
35. Schmader KE, Levin MJ, Gnann JW Jr, et al. Efficacy, safety, and tolerability
of herpes zoster vaccine in persons aged 50- 59 years. Clin Infect Dis
2012;54:922-8.
36. Oxman MN, Levin MJ. Vaccination against herpes zoster and postherpetic
neuralgia. J Infect Dis 2008;197:Suppl 2:S228-S236.
37. Schmader KE, Oxman MN, Levin MJ, et al. Persistence of the efficacy of
zoster vaccine in the shingles prevention study and the short-term persistence
substudy. Clin Infect Dis 2012;55:1320-8.
38. Morrison VA, Oxman MN, Levin MJ, et al. Safety of zoster vaccine in elderly
adults following documented herpes zoster. J Infect Dis 2013 May 31 (Epub
ahead of print).
39. Tseng HF, Chi M, Smith N, Marcy SM, Sy LS, Jacobsen SJ. Herpes zoster
vaccine and the incidence of recurrent herpes zoster in an immunocompetent
elderly population. J Infect Dis 2012;206:190-6.
40. Weinberg A, Zhang JH, Oxman MN, et al. Varicella-zoster virus-specific
immune responses to herpes zoster in elderly participants in a trial of a
clinically effective zoster vaccine. J Infect Dis 2009;200:1068-77.
41. Siegel JD, Rhinehart E, Jackson M, Chiarello L. 2007 Guideline for isolation
precautions: preventing transmission of infectious agents in health care
settings. Am J Infect Control 2007;35:Suppl 2:S65- S164.
42. Lopez AS, Burnett-Hartman A, Nambiar mR, et al. Transmission of a newly
characterized strain of varicella-zoster virus from a patient with herpes zoster
in a long-term-care facility, West Virginia, 2004. J Infect Dis 2008;197:646-53.
18