Anda di halaman 1dari 30

Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan Persalinan

A. Manajemen Kala I
Tanggal :..... Jam :.....
1. Pengkajian
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan
lengkap dari semua sumber berkaitan dengan kondisi klien. Pengkajian
data wanita hamil terdiri atas anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang. (Hani, dkk, 2011)
a. Identitas Pasien
Pertanyaan diajukan untuk mengidentifikasi pasien dan menetukan
status sosial ekonominya, misalnya untuk menentukan anjuran apa atau
pengobatan apa yang akan diberikan. (Hani, dkk, 2011)
1) Nama
Nama jelas, lengkap, dan nama panggilan sehari-hari agar tidak
keliru dalam memberikan penanganan. (Ambarwati dan Wulandari,
2010)
2) Umur
Umur kurang dari 20 tahun alat-alat reproduksinya belum matang,
mental dan psikisnya belum siap. Sedangkan umur lebih dari 35
tahun rentan sekali terjadi perdarahan masa nifas. ( Ambarwati dan
Wulandari, 2010)
3) Agama
Melihat dari segi spiritual pasien, dapat mengetahui pengaruhnya
terhadap kebiasaan kesehatan klien dan untuk memudahkan bidan
dalam melakukan pendekatan dalam melaksanakan asuhan
kebidanan. (Estiwidani, dkk, 2008)
4) Pendidikan
Pendidikan klien ditanyakan untuk mengetahui tingkat
intelektualnya dikarenakan mempengaruhi sikap perilaku kesehatan
seseorang. (Estiwidani, dkk, 2008)
5) Pekerjaan
Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruh pekerjaan
terhadap permasalahan kesehatan klien. (Estiwidani, dkk, 2008)
6) Suku Bangsa
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari.
(Ambarwati dan Wulandari, 2010)

5
7) Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah hubungan bila diperlukan pada
keadaan yang mendesak. Dengan mengetahui alamat, bidan juga
dapat mengetahui tempat tinggal dan lingkungan ibu. (Estiwidani,
dkk, 2008)
b. Data mengenai suami/ penanggung jawab
2. Data Subjektif
a. Alasan datang
Ibu mengatakan datang ke bidan/klinik ingin memastikan sudah
waktunya persalinan atau belum.
b. Keluhan utama
Ibu merasa hamil 40 minggu mengeluh kenceng-kenceng teratur,
sudah mengeluarkan lendir darah, belum mengeluarkan air ketuban,
gerak janin aktif.
c. Tanda- tanda persalinan
1) Kontraksi pada persalinan sejati, intensitas menjadi semakin kuat
dengan berjalan, sedangkan pada persalinan palsu hal ini jarang
terjadi bahkan menghilang.
2) Frekuensi kontraksi pada persalinan sejati pada awal tidak teratur
dan durasinya singkat, tetapi kemudian menjadi teratur dan disertai
peningkatan frekuensi, durasi dan intensitas kontraksi.
3) Lokasi ketidaknyamanan pada kontraksi persalinan sejati biasanya di
rasa sabagai nyeri yang menyebar dari fundus ke punggung.
4) PPV berupa bloody show adalah tanda yang menunjukan persalinan.
Apabila bloody show meningkat berarti wanita akan segera
memasuki kala II persalinan.
(Varney, dkk, 2008)
d. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan yang lalu dan sekarang membantu bidan
mengidentifikasi kondisi kesehatan yang dapat mempengaruhi
kehamilan dan bayi baru lahir. (Rukiyah, dkk, 2010)
Ibu tidak sedang menderita penyakit seperti berikut :
1) Penyakit Kardiovaskular
a) Penyakit Jantung
Peningkatan curah jantung selama kehamilan, persalinan, dan
pelahiran akan meningkatkan resiko dekompensasi jantung pada

6
wanita yang mempunyai riwayat penyakit jantung. (Varney, dkk,
2007)
b) Hipertensi
Wanita dengan hipertensi yang sudah ada sebelumnya
mengalami peningkatan resiko terjadinya preeklampsia selama
kehamilan. (Varney, dkk, 2007)
Komplikasi yang dapat terjadi pada wanita hamil dengan pre
eklamsia atau eklamsia adalah terjadi solusio plasenta,
hipofibrinogenemia, hemolisis, perdarahan otak, kelainan mata,
edema paru, nekrosis hati, sindroma Hemolysis, Elevated Liver
Enzymes, and Low Platelet (HELLP), kelainan ginjal,
prematuritas, dismaturitas, dan kematian janin dan/ ibu.
(Wiknjosastro, 2005)
2) Penyakit darah
a) Anemia
Definisi anemia yang diterima secara umum adalah kadar Hb
kurang dari 10,0 gram per 100 mililiter (10 gram/desiliter) untuk
wanita hamil. (Varney, dkk, 2007). Pelbagai penyulit yang dapat
timbul akibat anemia diantara : abortus, partus prematurus,
partus lama karena inertia uteri, perdarahan post partum, syok,
infeksi, dan dekompensasi cordis bila kadar hemoglobin kurang
dari 4 gr/ 100 ml. (Wiknjosastro, 2005)
b) Penyakit Von Willbrand
Penyakit genetik ini merupakan penyebab peningkatan resiko
perdarahan pada wanita. Selama kehamilan, resiko perdarahan
pascapartum meningkat. (Varney, dkk, 2007)
3) Penyakit Saluran Nafas
a) Asma
Wanita yang memiliki riwayat asma berat sebelum hamil tebukti
akan menjadi semakin buruk selama masa hamil. Asma
dihubungkan dengan peningkatan angka kematian perinatal,
hiperemesis gravidarum, pelahiran preterm, hipertensi kronis,
preeklamsia, berat bayi lahir rendah, dan perdarahan
pervaginam. (Varney, dkk, 2007)
b) Pneumonia

7
Pneumonia dapat disebabkan oleh virus, bakteri maupun zat
kimia. Pneumonia pada kehamilan dapat menyebababkan
timbulnya kematian janin/ ibu, terjadinya abortus, persalinan
prematur atau kematian janin dalam kandungan. (Wiknjosasto,
2005)
c) Tuberculosis (TBC)
Pengaruh TBC pada ibu yang sedang hamil bila diobati dengan
baik tidak berbeda dengan wanita yang tidak hamil. Pada janin
jarang dijumpai TBC kongenital. Janin baru tertular TBC setelah
lahir, karena dirawat atau disusui oleh ibunya. (Wiknjosastro,
2005)

4) Penyakit Endokrin
a) Diabetes Melitus
Faktor resiko utama diabetes maternal ini adalah berat badan
berlebih, peningkatan berat badan, dan kurangnya aktivitas fisik.
(Varney, dkk, 2007)
Dalam kehamilan diabetes dapat menyebabkan komplikasi
berupa abortus dan partus prematurus, pre eklamsia,
hidramnion, kelainan letak janin, dan infusiensi plasenta.
(Wiknjosasto, 2005)
b) Hipertiroid dan Hipotiroid
Kehamilan sering berakhir dengan abortus (abortus habitualis)
atau partus prematurus pada wanita dengan hipertiroid, terutama
apabila penyakitnya berat. Gondok yang diderita sebelum
kehamilan akan menjadi lebih parah pada saat hamil.
Penderita hipotiroid jarang menjadi hamil karena biasanya tidak
terjadi ovulasi. Walaupun demikian, seorang cebol (cretin) dan
penderita miksoedema dapat menjadi hamil namun biasanya
kehamilan berakhir dengan abortus habitualis. Selain itu
kemungkinan cacat bawaan dan kretinismus janin lebih besar.
(Wiknjosastro, 2005)
5) Penyakit Hepar

8
Hepatitis dapat terjadi pada setiap kehamilan dan mempunyai
pengaruh buruk pada janin maupun ibu. Pada TM II dan TM III
sering terjadi persalinan prematur. Pada hepatitis B janin dapat
tertular melalui plasenta, waktu lahir dan masa neonatus maupun
melalui ASI. (Wiknjosastro, 2005)
6) Penyakit ginjal
a) Infeksi Saluran Kemih (ISK)
Infeksi saluran kemih adalah bila pemeriksaan urin ditemukan
bakteri yang jumlahnya lebih dari 10.000 per ml. Kebanyakan
kuman masuk ke atas melalui uretra, ke dalam kandung kemih
dan saluran kemih yang lebih atas. ISK meningkatkan kejadian
anemia dalam kehamilan, persalinan prematur, gangguan
pertumbuhan, dan preeklamsia. (Wiknjosastro, 2005)
b) Batu Ginjal
Batu ginjal dapat menimbulkan infeksi saluran kemih atau
menimbulkan keluhan pada penderita berupa nyeri mendadak,
kadang-kadang berupa kolik, dan hematuria. Bila batu
diperkirakan menghalangi jalannya persalinan, kehamilan
diakhiri dengan seksio sesaraea, dan batu diangkat pada saat
post partum. (Wiknjosastro, 2005)
7) Penyakit Saraf
Penderita epilepsia dapat menjadi hamil dan biasanya tidak
mengalami kesulitan. Persoalannya ialah bahwa obat-obatan yang
diminum melintasi plasenta masuk ke janin dan dapat pula
dikeluarkan melalui air susu. Maka wanita hamil dengan epilepsia
idiopatik lebih besar kemungkinannya untuk melahirkan anak
dengan epilepsia. Frekuensi cacat bawaan, termasuk penyakit
jantung, bibir sumbing, dan mikrosefalia, lebih tinggi di antara
bayi-bayi yang dilahirkan dari ibu-ibu penderita epilepsia.
(Wiknjosastro, 2005)
8) Penyakit Reproduksi
a) Tumor ovarium
Tumor yang cukup besar dapat menyebabkan kelainan letak
janin dan menghalangi kepala janin masuk panggul, dapat pula

9
menyebabkan ruptura uteri bila tumor di dalam panggul. Apabila
tumor terkurung dalam panggul, tindakan pengakhiran
kehamilan atau persalinan yang paling aman adalah secsio
sesarea. (Wiknjosasto, 2005)
b) Mioma uteri
Mioma uteri dapat menyebabkan komplikasi obstetrik yang
besar. Terdapat mioma uteri mengakibatkan : mengurangi
kemungkinan wanita hamil, kemungkinan abortus bertambah,
kelainan letak janin dalam rahim, menghalangi lahirnya bayi,
inersia uteri dan atonia uteri, mempersulit pelepasan plasenta.
(Wiknjosastro, 2005)
c) Karsinoma servik uteri
Kanker leher rahim memberi pengaruh tidak baik dalam
kehamilan, persalinan, dan nifas. Dapat mengakibatkan
kemandulan, abortus akibat infeksi, perdarahan, dan hambatan
pertumbuhan janin. Pada sebagian penderita dapat mencapai
kehamilan cukup bulan namun dapat juga terjadi kematian janin.
(Wiknjosastro, 2007)
9) Penyakit Kelamin
a) Sifilis
Infeksi sifilis disebabkan oleh Treponema Pallidum. Infeksi
sifilis pada ibu dapat menjadi parah akibat peningkatan
vaskularisasi alat kelamin pada kehamilan. Infeksi ini dapat
menular pada janin dan dapat menyebabkan kematian janin,
partus prematurus, dan partus immaturus. (Wiknjosastro, 2005;)
b) Gonorea
Gonorea dalam kehamilan terjadi peningkatan yang dapat
disertai kolpitis dan vulvitis atau infeksi laten menjadi nyata.
Penjalaran infeksi ke atas dapat terjadi setelah abortus dan
partus, yang dapat menyebabkan endometritis, endosalpingitis,
dan pelvioperitonis pasca abortus, dan dalam nifas sehingga
dapat menimbulkan mandul setelahnya. (Wiknjosastro, 2005;)
c) AIDS
Banyak faktor yang mempengaruhi resiko penularan HIV/AIDS
dari ibu ke anak selama kehamilan dan melahirkan. Muatan

10
virus yang meningkat, perkembangan klinis penyakit, koinfeksi
dengan PMS, hepatitis C dan penyakit lain, penyalahgunaan zat,
merokok, banyak pasangan seksual dan hubungan seksual tanpa
pelindung, kelahiran prematur, korioamnionitis, dan pemantauan
atau uji janin invasif adalah faktor yang mempengaruhi resiko
penularannya. (Varney, dkk, 2007)
e. Riwayat Obstetri
1) Riwayat Haid
Sulistyawati dan Nugraheny (2010) mengatakan pengkajian riwayat
haid meliputi : Menarche dimana umumnya usia pertama kali
menstruasi di Indonesia adalah umur 12-16 tahun, siklus haid normal
21 hari hingga 30 hari, teratur. Lama haid sekitar 2 hari sampai 7 hari
paling lama 15 hari. Banyak darah yang dikeluarkan 10mL hingga
80mL per hari. Keluhan berupa rasa sakit, disminorea primer atau
tidak merasakan sakit pada perut yang berlebihan maupun tidak ada
keluhan.
Haid terakhir (HT) dikaji untuk menentukan tanggal taksiran partus
(TP) yang dihitung dengan rumus naegele : TP= (hari HT + 7) dan
(bulan HT - 3) dan (tahun HT + 1) (Sofian, 2012). Persalinan normal
biasanya pada umur kehamilan aterm yaitu 37 sampai 42 minggu.
(Saifuddin, 2009)
2) Riwayat Kehamilan Sekarang
Riwayat kehamilan sekarang meliputi : HPHT dan siklus haid
normal, gerak janin dirasakan 10 gerakan dalam 12 jam, tidak
mengalami masalah dan tanda-tanda bahaya, merasakan keluhan-
keluhan lazim pada kehamilan ; tidak merokok, mengosumsi obat-
obatan terlarang (termasuk jamu-jamuan) dan minum-minuman
beralkohol; kekhawatiran lain yang dirasakan. (Rukiyah, dkk, 2010)
3) Riwayat Kehamilan Persalinan dan Nifas yang Lalu
Jumlah kehamilan, anak yang lahir hidup, persalinan yang aterm
perlu dikaji menurut Rukiyah, dkk (2010). Riwayat yang normal
adalah jumlah kehamilan 4, jumlah persalinan 3, dan persalinan
serta nifas terdahulu normal tidak ada penyulit.

11
4) Riwayat Keluarga Berencana (KB)
KB terakhir yang digunakan, jika pada kehamilan perlu juga
ditanyakan rencana KB setelah melahirkan yaitu KB yang tidak
mengganggu proses laktasi. (Hani, dkk, 2011)
f. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
1) Nutrisi
Selama persalinan ibu membutuhkan energi yang terkandung dalam
karbohidrat. Cairan tidak dibatasi, meskipun ibu cenderung
mengurangi minum pada kemajuan persalinan (Frasser,2009).
2) Istirahat dan Tidur
Istirahat sangat diperlukan oleh pasien untuk mempersiapkan energi
menghadapi proses persalinan. (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010)
3) Aktivitas
Ibu diperbolehkan melakukan aktivitas sesuai kesanggupannya.
(Saifuddin, 2009)
4) Eliminasi
Ibu dianjurkan berkemih sesering mungkin. Kandung kemih yang
penuh dapat menghalangi turunnya kepala ke rongga panggul
(Saifuddin, 2009)
5) Pola Hygiene
Menurut Saifuddin (2009) ibu diperbolehkan mandi dan membasuh
sekitar kemaluannya seusai buang air kecil/ besar.
6) Pola Seksual
Koitus tidak dihalangi kecuali ada riwayat abortus/ persalinan
prematur, perdarahan pervaginam dan minggu terakhir kehamilan
serta apabila ketuban sudah pecah. (Sofian, 2012)
7) Data psikososial dan spiritual
Riwayat perkawinan perlu dikaji untuk mendapatkan gambaran
mengenai suasana rumah tangga, yang perlu dikaji adalah usia nikah
pertama kali, status pernikahan sah atau tidak karena akan
mempengaruhi psikologisnya, lama pernikahan, dan perkawinan
yang ke berapa. (Ambarwati dan Wulandari, 2010 dan Sulistyawati
dan Nugraheny, 2010)
Keadaan sosial budaya untuk mengetahui keadaan psikososial perlu
ditanyakan : jumlah anggota keluarga, dukungan moril dan materil
keluarga, pandangan dan penerimaan keluarga terhadap kehamilan,

12
kebiasan yang menguntungkan dan merugikan, pandangan terhadap
kahamilan, persalinan, dan BBL (Estiwidani, dkk, 2008).
3. Data Objektif
a. Pemeriksaan umum
1) Keadaan Umum
Keadaan umum baik jika menunjukkan respon yang baik terhadap
lingkungan orang lain. (Sulistyowati & Nugraheni, 2010)
2) Kesadaran
Composmentis/ kesadaran maksimal. (Sulistyowati & Nugraheni,
2010)
3) Tanda- tanda vital
a) Tekanan Darah
TD normal maternal antara 100/60-130/90 mmH dapat meningkat
selama kontraksi disertai peningkatan sistolik rata-rata 15 (10-20)
mmHg dan diastolik rata-rata 5-10 mmHg. Pada waktu-waktu
diantara kontraksi, tekanan darah kembali ke tingkat sebelum
persalinan.
b) Nadi
Normalnya 60-100x/menit. Frekuensi denyut nadi diantara
kontraksi sedikit lebih tinggi dibanding selama periode menjelang
persalinan. Hal ini mencerminkan peningkatan metabolisme yang
terjadi.
c) Suhu
Suhu normal 36,9C sampai 37,1C mengalami peningkatan tidak
lebih dari 0,5 sampai 1C, yang mencerminkan peningkatan
metabolisme selama persalinan.
d) Respirasi
Frekuensi normal 12-20x/ menit. Sedikit peningkatan frekuensi
pernapasan masih normal selama persalinan dan mencerminkan
peningkatan metabolisme yang terjadi. (Varney,2008)
4) Berat badan
Kenaikan BB selama hamil rata-rata 9 sampai 13,5 kg (selama TM III
9,5 kg). (Pantiawati dan Saryono, 2010).
5) Status present
Kepala : mesosepal, rambut warna hitam, bersih, tidak mudah
rontok.
Muka : simetris, tidak pucat, tidak odema

13
Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih, bersih, tidak
ditemukan bengkak, tidak ada gangguan
penglihatan.
Hidung : bersih, tidak ditemukan polip, tidak ditemukan tanda
infeksi, tidak ada nafas cuping hidung.
Mulut : bibir merah muda, bibir lembab, warna lidah
kemerahan, lidah bersih, gigi bersih, tidak
ditemukan caries, tidak bau mulut, tidak ada
stomatitis.
Telinga : bersih, tidak ditemukan gangguan pendengaran,
tidak ditemukan tanda infeksi.
Leher : tidak ditemukan pembesaran kelenjar limfe, kelenjar
tiroid, dan vena jugularis.
Dada : simetris, denyut jantung normal, tidak ada retraksi
dinding dada.
Payudara : bentuk simetris, tidak teraba masa, tidak ditemukan
nyeri tekan, bersih.
Perut : bentuk simetris, tidak ditemukan luka bekas operasi,
tidak ditemukan benjolan abnormal.
Genetalia : bersih, tidak ditemukan tanda-tanda infeksi, tidak
ada hemoroid.
Ekstremitas : atas (tidak ditemukan kelainan, bentuk simetris,
turgor baik)
Bawah (bentuk simetris, tidak ditemukan odema dan
varises, turgor baik)
Anus : tidak ditemukan hemoroid, bersih
(Sulistyowati dan Nugraheni, 2010 dan Baety, 2012)
Reflek Patela : Menurut Potter dan Perry (2005) reflek patella +1
(normal rendah dengan sedikit kontraksi otot), dan
+2 (normal dengan kekuatan otot yang dapat terlihat
dan gerakan lengan atau tungkai)
6) Status Obstetri
a) Inspeksi
Muka : terdapat kloasma gravidarum, tidak ada oedema
wajah, tidak pucat.

14
Mamae : bentuk buah dada bulat, simetris, hiperpigmentasi
puting susu dan aerola, puting susu menonjol,
kolostrum sudah keluar.
Abdomen : lamanya, kekuatan, dan frekuensi kontraksi, serta
penurunan bagian presentasi janin. menegang,
pembesaran uterus sesuai usia kehamilan, striae dan
linea gravidarum
Vulva : keadaan perineum tidak ada tanda infeksi, tidak ada
varises, tidak ada kondilomata, atau flour normal.
(UNPAD, 2011 dan Baety, 2012)
b) Palpasi
Leopold I : untuk menentukan tinggi fundus uteri. TFU umur
40 minggu kehamilan 37,7 cm atau turun kira-kira
3 jari di bawah prosesus xifoideus. (Rukiyah, dkk,
2010 dan Wiknjosastro, 2005)
Tinggi Fundus juga dapat menentukan taksiran
berat janin, TBJ untuk kehamilan aterm normalnya
adalah 2500 gr sampai 4000 gr. Menurut Bobak
dkk (2005) Selain itu leopold I dilakukan untuk
menentukan bagian janin yang berada di fundus.
Akan teraba 1 bagian bulat dan lebih lunak yang
merupakan bagian bokong.
Leopold II : untuk menentukan batas samping uterus dan dapat
pula ditentukan letak punggung janin. Punggung
janin akan teraba 1 bagian cembung dan rata, jika
teraba beberapa bagian kecil-kecil menunjukkan
kaki, tangan, dan siku. (Bobak, dkk, 2005)
Leopold III : untuk menentukan bagian terbawah janin. Teraba 1
bagian yang keras, bundar, dan melenting. Pada
umur kehamilan 40 minggu, bagian terendah
sudah masuk ke PAP sehingga sudah tidak dapat
digoyangkan. (UNPAD, 2011)
Leopold IV : Menentukan berapa jauh sudah masuk PAP.
Menurut Johnson & Taylor (2005), Masuknya

15
bagian terendah janin ke dalam rongga panggul
dapat diukur dalam lima bagian, contohnya, jika
presentasi sefalik teraba 3/5, berarti 3/5 bagian
kepala masih bebas di luar, dan 2/5 nya sudah
masuk ke dalam panggul. Jika kedua tangan
divergen, berarti bagian terbesar dari bagian
terendah telah masuk ke dalam rongga panggul dan
ukuran terbesar bagian terendah sudah melewati
PAP. (UNPAD, 2011)
c) Auskultasi
Denyut jantung janin normal 110-160 kali permenit. (Bobak, dkk,
2005). Punctum maksimum, tempat dimana DJJ paling keras
terdengar biasanya di punggung janin. Pada presentasi verteks, DJJ
terdengar di bawah umbilikus ibu, baik pada kuadran bawah kiri
atau kanan abdomen. (Bobak, dkk, 2005). Pada kehamilan
fisiologis PM berjumlah 1 menunjukkan janin tunggal.
7) Pemeriksaan dalam
a) Vagina harus teraba hangat dan lembab, dengan dinding yang
lembut.
b) Keadaan serviks, yaitu posisi serviks antefleksi, servik teraba
lunak seperti ujung bawah daun telinga, serviks sudah mendatar,
bibir serviks tipis, besar pembukaan pada fase laten (pembukaan 0
sampai 3 cm), fase aktif dibagi atas 3 fase; fase akselerasi
(pembukaan 3 cm menjadi 4 cm), fase dilatasi maksimal
(pembukaan 4 cm menjadi 9 cm), fase deselerasi (pembukaan 9
cm menjadi 10 cm), effacement (25%, 50%, 75%, 100%).
c) Keadaan ketuban
Ketuban dapat masih utuh ataupun sudah rembes. Jika masih ada,
ketuban akan menonjol sewaktu his dan gelembung yang
menonjol ini mudah teraba.
d) Presentasi dan posisi anak
(1)Bagian depan teraba kepala karena merupakan bagian keras,
bundar dan bersela-sela.

16
(2)Posisi arah sutura sagitalis terlintas (pada presentasi kepala)
dan letak ubun-ubun kecil yang merupakan pertemuan tiga
sela.
(3)Tidak ada penyusupan/tumpang tindih tulang kepala (moulase)
(4)Turunnya kepala, apabila kepala anak sudah sampai Hodge III,
dari luar teraba sebagian kecil dari kepala
(5)Tidak ada bagian lain yang menumbung seperti tali pusat atau
bagian ekstremitas janin.
e) Sarung tangan lendir darah (+)
(Johnson & Taylor, 2005)
b. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan urin: protein (-) dan gula (-)
2) Pemeriksaan darah: Hb 11 gr% dan golongan darah
(Sofian,2012)
4. Analisa
Ny... umur 20-35 tahun, G 4 P 3 A 0, janin tunggal, hidup, intrauterin,
puka/puki, presentasi belakang kepala, inpartu kala I .......... jam (fase laten
atau fase aktif)
5. Penatalaksanaan
a. Memberi dukungan dan menganjurkan suami dan anggota keluarga yang
lain untuk mendampingi Ibu selama persalinan dan proses kelahiran
bayinya. Menurut Darwanti, dkk (2007) dalam penelitiannya,
menyebutkan bahwa bimbingan rohani memberikan pengaruh terhadap
penurunan tingkat kecemasan pada primigravida saat persalinan kala I.
Hasil : suami dan anggota keluarga bersedia mendampingi ibu.
b. Menganjurkan Ibu untuk mencoba posisi-posisi yang nyaman selama
persalinan dan melahirkan bayi serta menganjurkan suami dan
pendamping lainnya untuk membantu Ibu berganti posisi.
Hasil penelitian pada ibu primi para mengenai posisi meneran setengah
duduk dan berbaring miring dapat disimpulkan bahwa rata-rata lama kala
II pada posisi meneran setengah duduk sebesar 69,92 menit dan posisi
meneran dengan miring ke kiri adalah 35,62 menit. Ada perbedaan yang
signifikan antara lama waktu kala II pada kedua posisi meneran tersebut.
Sehingga lama kala II pada posisi meneran berbaring ke kiri lebih cepat
daripada setengah duduk. (Lentera, dkk, 2012)
Hasil : ibu memilih posisi setengah duduk / miring ke kiri.

17
c. Menganjurkan Ibu untuk mendapat asupan (makanan ringan dan minum
air) selama persalinan dan proses kelahiran bayi.
Hasil : ibu bersedia minum air putih/ teh manis dan makan makanan
ringan.
d. Menganjurkan Ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya secara rutin
selama persalinan, Ibu harus berkemih sedikitnya setiap 2 jam, atau lebih
sering jika Ibu merasa ingin berkemih atau jika kandung kemih terasa
penuh.
Hasil : ibu telah berkemih pukul ..... sebanyak ..... dan bersedia untuk
runtin mengosongkan kandung kemihnya.
e. Menjaga lingkungan tetap bersih merupakan hal penting dalam
mewujudkan persalinan yang bersih dan aman bagi ibu dan bayinya.
Hasil : lingkungan tempat bersalin bersih.
f. Mempersiapkan ruangan persalinan, partus set, peralatan untuk
melakukan penjahitan, dan peralatan untuk resusitasi bayi baru lahir.
Hasil : semua peralatan telah disiapkan.
(DEPKES RI, 2008)
g. Menganjurkan Ibu untuk melakukan teknik relaksasi saat his
berlangsung. Teknik relaksasi yang dilakukan dapat berupa counter
presure dan pernapasan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Nawangsih (2011) bahwa dengan melakukan tekanan yang kuat
(counter pressure) maka dapat mengurangi rasa nyeri hebat terutama di
daerah pinggang belakang. Adapun tekniknya ialah dengan dengan
menggunakan ujung jari atau kepalan kedua tangan secara kuat
memberikan tekanan yang cukup kuat di titik tertentu di punggung
bawah selama kontraksi. Menurut Yani dan Uswatun (2012) p enggunaan
kompres hangat di punggung bawah atau perut dapat sangat menenangkan dan
memberi rasa nyaman. Saat kompres menjadi dingin ganti dengan kompres
hangat yang lain, hal ini sangat membantu mengurangi rasa sakit saat
permulaan persalinan.
Hasil : ibu mengatakan merasa lebih nyaman dan rasa nyeri sedikit hilang
setelah dilakukan teknik relaksasi.
h. Melakukan pengawasan 10 kala 1 meliputi :
1) Keadaan umum, pasien diperhatikan terus-menerus selama persalinan,
begitu pula keadaan mentalnya. (UNPAD, 2011)
Hasil : keadaan umum baik.

18
2) Tekanan darah, diukur setiap 4 jam selama fase aktif persalinan.
Hasil : tekanan darah 100/60 - 140/90 mmHg.
3) Nadi, nadi diukur setiap 30 menit selama fase aktif.
Hasil : frekuensi nadi 60-100 x/menit.
4) Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus, diukur setiap 30 menit dalam
10 menit.
Hasil : semakin lama durasi dan frekuensi his semakin meningkat
dengan intensitas yang semakin kuat.
5) Denyut jantung janin, diukur setiap 30 menit.
Hasil : dalam rentang normal 110-160 x/menit.
6) Suhu, diukur setiap 2 jam.
Hasil : meningkat 0,5C-1C dari rentang normal 36,9C-37,1C
(DEPKES RI, 2008)
7) Respirasi setiap 30 menit
Hasil : frekuensi normal 12-20x/menit pernafasan lebih dalam.
8) Bandlering setiap 4 jam
Hasil : tidak terdapat bandlering atau Lingkaran retraksi patologis
yang tinggi, mendekati pusat dan naik uterus disertai nyeri abdomen
bagian bawah yang parah diluar his, dan ligamentum rotundum yang
menegang terus menerus.
9) Perdarahan pervaginam,setiap 4 jam
Hasil : perdarahan hanya bersifat bloody show.
10) Tanda dan gejala kala II
Hasil : dorongan meneran, tekanan pada anus, perineum menonjol.

Manajemen Kala II
Tanggal : .... Jam : .....
1. Data Subyektif
a. Ibu merasa ingin meneran bersama dengan terjadinya kontraksi uterus.
b. Ibu merasa ada peningkatan tekanan pada rektum dan/atau vagina.
(DEPKES RI, 2008)
2. Data Obyektif
a. Pireneum nampak menonjol, vulva-vagina dan sfingter ani nampak
membuka, meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah,
pembukaan servik telah lengkap, terlihatnya bagian kepala bayi melalui
inroitus vagina
(DEPKES RI, 2008)
b. Kontraksi durasi lebih dari 40 detik, frekuensi lebih dari 3 kali dalam 10
menit, dan intensitasnya kuat. (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010)

19
c. Pada umumnya ketuban pecah sendiri. (Wiknjosastro, 2005)
d. Perubahan fisiologis:
1) Tekanan darah
Antara 100/60-130/90 mmHg. Upaya mendorong pada Ibu
menyebabkan tekanan darah meningkat lagi 15 sampai 25 mm Hg
selama kontraksi dan kemudian menurun dan pada akhirnya berada
sedikit diatas normal.
2) Denyut nadi
Normalnya 60-100x/menit. Frekuensi nadi meningkat selama kala dua
persalinan disertai takikardi yang nyata ketika mencapai puncak pada
saat pelahiran.
3) Pernapasan
Normalnya 12-20x/menit. Pernapasan sama seperti pada saat kala
satu persalinan.
4) Suhu
Suhu normal 36,9C sampai 37,1C. Peningkatan suhu tertinggi
terjadi pada saat pelahiran dan segera setelahnya. Peningkatan normal
adalah 1 sampai 2F (0,5-1C)
(Varney, dkk, 2008)
3. Analisa
Ny... umur 20-35 tahun, G 4 P 3 A 0, janin tunggal, hidup, intrauterin,
puka/puki, presentasi belakang kepala, inpartu kala II fisiologis.

4. Pelaksanaan
a. Menganjurkan kepada anggota keluarga untuk mendampingi Ibu
Hasil : anggota keluarga bersedia mendampingi ibu.
b. Memastikan tanda gejala kala II dengan pasti
Hasil : Tampak dorongan meneran, tekana pada anus, dan vulva
membuka.
c. Memastikan kelengkapan peralatan, bahan, dan obat-obatan termasuk
mematahkan ampul oksitosin & memasukan alat suntik sekali pakai 3 ml
ke dalam wadah partus set.
Hasil : Semua peralatan telah lengkap
d. Memakai celemek plastic
Hasil : Celemek plastic telah terpakai
e. Melepas semua perhiasan, cuci tangan dengan sabun dan air mengalir,
keringkan dengan handuk bersih dan kering
Hasil : Perhiasan telah dilepas dan tangan sudah kering
f. Memakai sarung tangan DTT untuk pemeriksaan dalam

20
Hasil : Sarung tangan DTT telah dipakai
g. Memasukkan oksitosin ke tabung suntik dengan tangan kanan yang
sudah memakai sarung tangan DTT
Hasil : Oksitosin telah dimasukkan pada tabung suntik
h. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati hati dari
depan ke belakang menggunakan kapas steril atau kasa yang dibasahi air
DTT
Hasil : Vulva dan perineum tampak lebih bersih
i. Melakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap
Hasil : Pembukaan telah lengkap
j. Melakukan dekontaminasi sarung tangan
Hasil : sarung tangan rendam dalam larutan Clorin
k. Memeriksa DJJ setelah kontraksi (110-160x/menit)
Hasil : DJJ baik (110-160 x/menit)
l. Memberitahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap, keadaan janin baik,
dan bantu ibu memilih posisi.
Hasil : Ibu tampak lebih yakin dalam meneran
m. Minta keluarga memberi dukungan dan membantu posisi meneran
Hasil : Ibu merasa senang, keluarga membantu ibu mengambil posisi
setengah duduk/ berbaring miring.
n. Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai dorongan untuk
meneran. Seperti: tarik nafas yang panjang, kemudian lepaskan sambil
kepala diangkat dan lihat ke perut dan dagu menempel di dada, tangan
berada di paha lipatan lutut.
Hasil : Ibu dapat meneran dengan baik
o. Menganjurkan ibu untuk berjongkok, atau mengambil posisi yang lain
yang lebih nyaman bila belum ada dorongan meneran
Hasil : Tidak dilakukan
p. Menganjurkan ibu untuk beristirahat diantara 2 kontraksi dan minum.
Hasil : ibu bersedia beristirahat dan minum diantara 2 kontraksi.
q. Memonitor asupan cairan peroral
Hasil : ibu bersedia minum air putih/ teh manis setiap tidak ada his atau
ibu menginginkan.
r. Meletakkan handuk bersih di perut ibu, jika kepala bayi sudah membuka
di vulva 5-6 cm
Hasil : Handuk telah diletakkan diatas perut ibu
s. Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu
Hasil : kain bersih telah disiapkan di bawah bokong ibu
t. Membuka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan
bahan

21
Hasil : Alat dan bahan telah lengkap
u. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
Hasil : sarung tangan DTT telah terpasang.
v. Setelah tampak kepala bayi membuka vula 5-6 cm, maka melindungi
perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan
kering. Tangan yang lain untuk menahan posisi defleksi dan membantu
lahirnya kepala. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan sambil
bernafas cepat dan dangkal.
Hasil : Kepala bayi telah ekstensi/lahir
w. Memeriksa kembali, tidak ada lilitan tali pusat
Hasil : Tidak ada lilitan tali pusat
x. Menunggu bayi melakukan putaran paksi luar
Hasil :Bayi melakukan putaran paksi luar sesuai arah punggung
y. Setelah putaran paksi luar, menganjurkan ibu untuk meneran saat ada
kontraksi. Dengan lembut, menggerakkan kepala ke arah bawah dan
distal hingga bahu depan muncul di depan arkus pubis dan
menggerakkan ke arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
Hasil : bahu telah lahir
z. Setelah kedua bahu lahir, menggeser tangan bawah ke arah perineum
untuk menyangga kepala, lengan, dan siku bagian bawah. Tangan atas
menelusuri lengan dan siku sebelah atas.
Hasil : Sangga susur bayi telah berhasil
aa.Menelusuri lebih lanjut ke pungggung, bokong, tungkai, dan kaki
Hasil : Sangga susur bayi telah berhasil
bb. Melakukan penilaian sepintas pada bayi
Hasil : Bayi menangis kuat, gerakan aktif, kulit kemerahan. Pada 5
menit dan 10 menit pertama APGAR score bayi 7-10.
cc. Meletakkan bayi di atas kain atau handuk yang telah disiapkan pada
perut ibu dan posisikan kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya.
Hasil : bayi mudah untuk dikeringkan.
dd. Mengeringkan bayi dan melakukan rangsangan taktil pada tubuh bayi.
Hasil : tubuh bayi kering, terlihat sedikit vernik caseosa dan lanugo.
ee.Menyelimuti bayi dengan kain/ handuk dan menutupi kepala bayi.
Hasil : bayi merasa hangat, suhu 36,5C sampai 37,2C.
(DEPKES RI,2008)

Manajemen Kala III


Tanggal : .. Jam :.
1. Data Subyektif

22
Ibu merasa gembira, lega, dan sangat lelah. (Varney, dkk, 2008)
Menurut Sulistyawati dan Nugraheny (2010), pasien akan mengatakan
bahwa bayinya telah lahir melalui vagina, ari-ari belum lahir,dan perut
bagian bawahnya terasa mulas.
2. Data Objektif
a. Bayi lahir secara spontan per vagina pada tanggal ..., jam ...., jenis
kelamin laki-laki/ perempuan, normal, menangis spontan kuat, kulit
warna kemerahan.
b. Plasenta belum lahir, tidak teraba janin kedua, teraba kontraksi uterus.
(Sulistyawati dan Nugraheny, 2010)
c. Uterus berbentuk bulat penuh, fundus berada dibawah pusat, tali pusat
memanjang, semburan darah mendadak dan singkat (DEPKES RI, 2008)
d. Perubahan fisiologis
Tekanan darah, nadi, dan pernapasan kembali ke tingkat sebelum
persalinan. (Varney, 2008)
Suhu tubuh akan meningkat perlahan + 0,5 derajat Celcius dari keadaan
normal asal tidak lebih dari 380 C. (Wiknjosastro, 2005)
3. Assesment
Ny... umur 20-35 tahun, G 4 P 3 A 0 inpartu kala III fisiologis.
4. Penatalaksanaan
a. Melakukan palpasi untuk menentukan tidak adanya janin kedua
Hasil : tidak ada janin kedua.
b. Melibatkan keluarga dalam pemberian minum kepada pasien untuk
mengembalikan kesegaran pasien yang telah kehilangan banyak cairan
dalam proses persalinan kala II
Hasil : keluarga bersedia memberikan minum. Ibu minum air putih/ teh
manis yang diberikan.
(Sulistyawati dan Nugraheny, 2010)
c. Dalam waktu 1 menit setelah kelahiran bayi, memberikan suntikan
oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha atas bagian distal lateral
Hasil : oksitosin 10 unit IM telah disuntikkan di 1/3 paha atas bagian
distal lateral.
d. Memotong tali pusat setelah 2 menit bayi lahir dengan cara tali pusat
dijepit dengan klem sekitar 3 cm dari perut bayi, kemudian tekan tali
pusat dengan 2 jari lalu mendorong isi tali pusat ke arah Ibu. Lalu
menjepit lagi tali pusat dari jepitan yang pertama sekitar 2 cm. Ikat tali
pusat diantara 2 klem, kemudian dipotong.
Hasil : tali pusat telah terpotong.

23
e. Segera setelah bayi lahir dan tali pusat diikat, letakkan bayi tengkurap di
dada ibu dengan kulit bayi bersentuhan langsung ke kulit ibu. biarkan
kontak kulit ke kulit ini berlangsung setidaknya 1 jam atau lebih, bahkan
sampai bayi dapat menyusu sendiri.
Hasil : bayi dapat menyusu. IMD dilakukan 1 jam.
f. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat dengan klem penjepit
pada 5-10 cm dari vulva dengan satu tangan, sambil tangan lain
mendorong uterus ke arah belakang-atas (darso cranial) dengan hati-hati
untuk membantu mencegah terjadi inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir
setelah 30-40 detik, menghentikan penegangan tali pusat dan menunggu
hingga timbul kontraksi berikutnya.
Hasil : plasenta terlepas dari rahim, uterus berbentuk bulat penuh, fundus
berada dibawah pusat, tali pusat memanjang, semburan darah mendadak
dan singkat.
g. Setelah plasenta terlepas meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali
pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti
poros jalan lahir.
Hasil : plasenta nampak di introitus vagina.
h. Ketika plasenta sudah nampak di introitus vagina, lahirkan plasenta
dengan mengangkat tali pusat ke atas dan menopang plasenta dengan
tangan lainya secara lembut putar plasenta hingga selaput ketuban
terpilin menjadi satu.
Hasil : plasenta lahir spontan dan lengkap.
i. Jika setelah diperiksa ada bagian selaput ketuban yang tidak utuh maka
lakukan pemeriksaan di vagina dan serviks kemudian mengeluarkan
selaput dengan kedua tangan atau klem.
Hasil : selaput ketuban utuh.
j. Memassage fundus uteri dengan menggerakkan dengan arah memutar
pada fundus uteri selama 15 detik.
Hasil : kontraksi uterus teraba baik.
(DEPKES RI, 2008)
Manajemen Kala IV
Tanggal : .. Jam :.
1. Data Subyektif
Pasien mengatakan bahwa ari-arinya telah lahir, perutnya mulas, dan merasa
lelah tapi bahagia. (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010)

24
2. Data Obyektif
a. Plasenta lahir spontan lengkap pada tanggal ...., jam... (Sulistyawati dan
Nugraheny, 2010)
b. Kontraksi uterus baik, plasenta dan selaput ketuban sudah lahir lengkap,
kandung kemih kosong, bayi dalam keadaan sehat (Wiknjosastro, 2005)
c. Serviks, vagina dan pireneum apakah ada laserasi, memar, dan
pembentukan awal hematoma. (Varney, dkk, 2008)
d. TFU setinggi atau 1-2 jari di bawah pusat (DEPKES RI, 2008)
e. Tekanan darah, nadi, dan pernapasan kembali normal, sedangkan suhu
tubuh yang normal di bawah 380 Celcius yang biasanya diikuti dengan
gemetar. (Varney,2008)
3. Assesment
Ny... umur 20-35 tahun, P 4 A 0 inpartu kala IV fisiologis.
4. Penatalaksanaan
a. Memastikan uterus berkontraksi baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam
Hasil : kontraksi uterus baik, perdarahan total 500 cc.
b. Memantau Keadaan Umum Ibu selama 2 jam pertama, TD, TFU, nadi,
kontraksi, kandung kemih, dan perdarahan setiap 15 menit pada 1 jam
pertama dan setiap 30 menit pada 1 jam kedua
Hasil : TD 140/90 mmHg, nadi 60-80x/menit, kontraksi baik, kandung
kemuh kosong, perdarahan total kala IV 100 cc.
c. Jika ditemukan laserasi yaitu dalam derajat 1 dan 2 yang memerlukan
penjahitan, lakukan penjahitan dengan anestesia lokal dan menggunakan
tehnik yang sesuai.
Hasil : laserasi yang terjadi derajat 1 dan 2, penjahitan dilakukan dengan
teknik yang benar dan menggunakan anestesi lokal.
d. Melengkapi pathograf (halaman depan dan belakang)
Hasil : pathhograf terisi dengan lengkap.
e. Mengitung lama persalinan dan jumlah perdarahan
Lama Persalinan
1) Kala I : 14 jam
2) Kala II : primi 2 jam , multi 1 jam
3) Kala III : 30 menit
4) Kala IV :2 jam
Jumlah Total : jam
(Saifuddin, 2009)
Jumlah perdarahan
1) Kala I :.. cc

25
2) Kala II :.. cc
3) Kala III :.. cc
4) Kala IV :.. cc
Jumlah Total : maksimal 400cc (Wiknjosastro, 2005).
f. Membersihkan ibu dan kenakan pakaian Ibu yang bersih dan kering.
Hasil : ibu merasa lebih nyaman.
g. Menganjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi. Tawarkan ibu
makanan dan minuman yang disukainya.
Hasil : ibu bersedia makan dan minum. Tidak terjadi dehidrasi.
h. Membiarkan ibu beristirahat, karena Ibu telah bekerja keras melahirkan
bayinya. Bantu Ibu pada posisi yang nyaman.
Hasil : ibu beristirahat dengan posisi berbaring terlentang/ miring.
(Saifuddin, 2009)
i. Membuang sampah infeksius di tempat sampah infeksius dan sampah
non infeksius di tempat sampah kering merendam peralatan dengan air
klorin selama 10 menit kemudian mencucinya dengan air sabun.
Hasil : lingkungan terlihat bersih, alat sudah dicuci dengan bersih.

26
Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir

1. Pengkajian
a. Identitas Bayi
Identifikasi bayi sangat penting. Alat pengenal yang efektif harus diberikan
kepada setiap bayi baru lahir berupa : nama (bayi, nyonya), tanggal lahir,
nomor bayi, jenis kelamin, dan nama lengkap ibu. (Saifuddin, 2009)
b. Identitas Orang tua
2. Data Subyektif
a. Riwayat Kehamilan Ibu
1) Umur Kehamilan
Menurut Saifuddin (2009) bahwa persalinan dianggap normal pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu) tanpa komplikasi baik pada ibu
maupun janin.
2) Riwayat Penyakit dalam Hamil
3) Kebiasaan Selama Hamil
Menurut Muhammad tahun 2008 dalam penelitiannya mengenai perilaku
ibu hamil berupa perilaku pemeriksaan ibu hamil oleh bidan atau ahli
kandungan, perilaku makan ibu hamil dengan pola makan minimal 3 kali
sehari dan hubungan hygiene kehamilan ibu hamil seperti melakukan
personal hygiene minimal 2 kali sehari, senam ibu hamil (jalan pagi)
minimal 1 kali seminggu dan tidak merokok mempengaruhi terhadap
kejadian berat badan lahir.
4) Riwayat Natal
Meliputi tempat persalinan, penolong persalinan yang terlatih, jenis
persalinan spontan belakang kepala, lama persalinan kala II tidak lebih
dari 2 jam, plasenta lahir spontan, lengkap, pada jam, Panjang 35-50
cm, diameter 18-20 cm, tebal 1-3 cm. banyaknya darah yang keluar <
500 cc ( Handajani, 2010)
5) Riwayat Perinatal
Tabel 1 Nilai Apgar Bayi Baru Lahir
Tanda 0 1 2
Appearance Blue (seluruh Body Pink, All Pink
(warna Kulit) tubuh biru/ Limbs Blue (seluruh tubuh
pucat) (tubuh kemerahan)
kemerahan,

27
ekstremitas
biru)
Pulse Absent (tidak < 100 > 100
(denyut ada)
Jantung)
Grimace None (tak Grimance Cry (reaksi
(refleks) bereaksi) (sedikit melawan,
gerakan) menangis)
Activity Limp Some Flexion Aktif
(tonus Otot) (lumpuh) Of Limbs Movement,
(ekstremitas Limbs Well
sedikit fleksi)
Flexed (gerakan
aktif,
ekstremitas
fleksi dengan
baik)
Respiration None (tidak Slow, Irregular Good, Strong
Effort (usaha ada) (lambat tidak Cry (Menangis
bernafas) teratur) kuat)
(Marmi dan Rahardjo, 2014)
Apgar score pada 1 menit, 5 menit,dan 10 menit pertama adalah 7 -10,
menunjukkan bayi tidak ada kesulitan dalam penyesuaian terhadap
kehidupan ekstrauterine. (Wong dkk, 2009)
b. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
1) Pola Nutrisi
Bayi menggunakan naluri alamiahnya untuk melakukan Inisiasi Menyusu
Dini 1 jam pertama setelah lahir, bahkan sampai bayi dapat menyusu
sendiri. (DEPKES RI, 2008)
Menurut Kardiantini, dkk tahun 2012 dalam penelitiannya bayi umur satu
hari sampai tiga bulan yang mendapatkan IMD sebagian besar berhasil
dalam pemberian ASI secara esklusif daripada yang tidak mendapatkan
IMD maka terdapat hubungan yang sangat signifikan antara IMD dengan
keberhasilan pemberian ASI pada bayi umur satu hari sampai tiga bulan.
Bayi yang diberi ASI cenderung lapar setiap 2-3 jam karena susu ibu
mudah dicerna sehingga bayi harus diberi susu sesuai permintaan.
(Wong, 2009)
2) Pola Eliminasi
Dalam 24 jam pertama, bayi baru lahir dapat mengeluarkan mekonium
dan BAK dengan volume 20-30 ml/hari. (Marmi dan Rahardjo, 2014)
3) Pola Istirahat

28
Bayi baru lahir akan mengantuk dan tertidur setelah 30 menit pertama.
Bayi baru lahir akan terlihat rileks dan sulit dibangunkan yang dapat
berlangsung dua sampai empat jam. (Bobak, dkk, 2005). Menurut Marmi
dan Rahardjo (2014) bayi baru lahir akan banyak tidur dalam 2 minggu
pertama selama 16-20 jam. Bayi baru lahir dijaga agar tetap berada
bersama ibunya selama 24 jam sehari di tempat tidur yang sama dan
ruangan yang hangat untuk menjaga agar bayi tetap hangat dan
memudahkan dalam menyusui (rawat gabung). (Marmi dan Rahardjo,
2014)

4) Pola Aktifitas
Bayi baru lahir memulai hidup dengan jadwal sistematis tidur dan
bangun yang awalnya jelas selama periode reaktifitas. Enam keadaan
tidur bangun tersebut adalah tidur tenang, tidur aktif, mengantuk, terjaga,
siaga aktif, menangis.( Wong, 2009)
5) Data Psikososial dan Spiritual
Menurut Marmy & Rahardjo (2014) bounding attachment merupakan
kontak dini secara langsung antara ibu dan bayi setelah proses persalinan,
dimulai pada kala III sampai dengan postpartum.
3. Data Obyektif
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan Umum
Bayi menangis kuat, gerakan aktif, kulit kemerahan. (Depkes RI, 2008)
2) Kesadaran
Bayi akan mudah terjaga dan mudah tertidur. Menurut Bobak, dkk (2005)
variasi tingkat kesadaran bayi baru lahir disebut siklus tidur terjaga. Ada
dua keadaan tidur yaitu tidur yang dalam serta tidur yang tidak dalam.
Empat tahap terjaga yaitu keadaan mengantuk, waspada tenang, waspada
aktif dan menangis.
Wong, dkk (2008) membedakan tingkat kesadaran tersebut dengan :
a) Tidur dalam (tenang) dimana mata tertutup, bernafas teratur, tak ada
gerakan kecuali kadang kedutan tubuh mendadak dan tak ada
gerakan mata.
b) Tidur ringan (aktif) dimana mata tertutup, bernafas tidak teratur,
kedutan otot tubuh ringan, gerakan mata cepat (REM) di bawah
kelopak mata yang tertutup, dan mungkin tersenyum.

29
c) Mengantuk dimana mata mungkin terbuka, gerakan tubuh aktif
bervariasi, kadang-kadang terkejut ringan.
d) Siaga tenang dimana mata terbuka lebar dan terang, berespon
terhadap lingkungan dengan gerakan tubuh aktif dan menetap pada
objek dekat, aktifitas tubuh minimal, bernafas teratur, dan
memusatkan perhatian pada rangsang.
e) Siaga aktif dimana dapat memulai suatu ketakutan dan sedikit
gerakan tubuh, mata terbuka, dan nafas tidak teratur.
f) Menangis kuat dan gerakan ekstremitas yang tak teratur, mata
terbuka dan tertutup rapat, menyerigai, bernafas tidak teratur.
3) Tanda-tanda Vital (TTV)
Menurut Bobak, dkk, (2005) TTV pada BBL normal adalah:
a) Denyut jantung berkisar 100x/menit dalam keadaan tidur sampai
160x/menit dalam keadaan menangis.
b) Respirasi 30 sampai 60x/menit. Dimana pada periode pertama
(reaktivitas) 50 sampai 60x/menit, periode kedua 50 sampai
70x/menit, dan satu sampai dua hari stabil menjadi 30 sampai
40x/menit.
c) Suhu 36,5C sampai 37,2C.
4) Pengukuran Antopometri
Menurut Dewi (2013) mengatakan ciri-ciri bayi yang normal dimana
hasil pengukuran antopometri sebagai berikut :
a) BB 2500 - 4000 gram.
b) PB 48 -52 cm.
c) Lingkar Kepala 33 35 cm.
d) Lingkar Dada 30 38 cm.
e) Lingkar Lengan Atas 11 12 cm.
b. Status Present
1) Kepala
Bentuk bulat, besarnya normal, ubun ubun besar ataupun ubun ubun kecil
belum menutup, teraba datar, dan teraba sutura. Rambut warna hitam dan
lebat, tidak ada hematoma, dan tidak ada benjolan.
2) Wajah
Muka terlihat lebar, warna kemerahan, tidak ada trismus.

3) Mata
Simetris, kelopak mata tidak cekung, konjungtiva merah muda tidak
anemis, sclera putih tidak ikterik, tidak juling dan bulu mata lengkap.
4) Hidung

30
Mancung, tidak ada polip, tidak ada ingus, bersih, tidak ada pernafasan
cuping hidung
5) Mulut
Bibir tidak anemis, lidah bersih dan tidak anemis, gusi bersih, gigi belum
ada,
6) Telinga
Simetris dan bersih, tidak keluar cairan. Telinga lentur dan fleksibel.
Pada bayi cukup bulan, telinga normalnya lembut dapat dilipat, dan bila
dilekukkan ke depan kembali dengan cepat.
7) Leher
Bentuknya sedang, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, limfe, dan vena
jugularis. Tidak ada hiperpigmentasi kulit leher, arteri karotis terpalpasi
jelas.
8) Dada
Payudara simetris, bentuk normal, tidak ada tarikan intercostal, tidak
terdengar ronkhi dan mengi
9) Pulmo/cor
a) Pulmo
Pernafasan normal tidak ada retraksi dinding dada, terdengar suara
sonor, vesikuler, simetris, sesuai dengan gerakan abdomen.
b) Cor
Bunyi jantung normal tidak ada mur mur.
10) Abdomen
Tali pusat masih lembab, bentuk normal, tidak teraba benjolan,
pembesaran hati tidak ada, bising usus terdengar bila bayi tenang, tidak
ada kembung.

11) Genetalia
Pada bayi perempuan cukup bulan, labia minora tertutup oleh labia
mayora merupakan salah satu kriteria untuk menilai usia kehamilan
BBL. Klitoris ada dan bersih. Lubang uretra terpisah dari lubang
vagina. (Kosim dkk, 2010)
Pada bayi laki laki, posisi lubang uretra di tengah. Preputium tidak
boleh ditarik karena ini melekat pada batang penis, jumah testis ada dua
dan sudah turun ke skrotum. (Johnson & Taylor, 2005)
12) Punggung
Punggung dan pinggang simetris, tidak adanya : pembengkakan, bercak
cekung, ataupun spina bifida.

31
13) Anus
Berlubang, tidak ada atresia ani. Secara perlahan buka lipatan bokong
dan cari adanya lesung dan pastikan ada sfingter ani. (Johnson &
Taylor, 2005)
14) Ekstremitas
a) Ekstremitas bagian atas
Normalnya fleksi dengan baik, dengan gerakan yang simetris,
reflek menggenggam ada, teraba nadi brakhialis.
b) Ekstremitas bagian bawah
Ekstremitas bagian bawah biasanya pendek, bengkok, dan fleksi
dengan baik. Nadi femoralis dan pedis normalnya ada. Jari jari
lengkap, telapak kaki cekung, simetris, tidak ada oedema.
15) Kulit
Warna merah muda, turgor kulit baik.
16) Reflek
a) Refleks rooting positif dimana bayi menoleh ke arah benda yang
menyentuh pipi. Misalnya mengusap pipi bayi dengan lembut maka
bayi menolehkan kepalanya ke arah jari kita dan membuka mulut.
b) Refleks sucking positif dimana benda yang menyentuh bibir
disertai reflek menelan. Tekanan pada mulut bayi pada langit
bagian dalam gusi atas timbul isapan yang kuat dan cepat.
c) Refleks swallowing positif dimana bayi dapat menelan dengan aktif
seperti ketika bayi menyusu, maka bayi dapat menelan air susu
dengan baik.
d) Refleks Grasping positif dimana ketika meletakkan jari telunjuk
pada palmar, tekanan dengan halus, normalnya bayi akan
menggenggam dengan kuat.
e) Reflek moro positif dimana timbulnya pergerakan tangan yang
simetris apabila kepala tiba-tiba digerakkan atau dikejutkan dengan
cara bertepuk tangan.
f) Reflek tonik leher positif apabila ekstremitas pada satu sisi dimana
kepala ditolehkan akan ekstensi, dan ekstremitas yang berlawanan
akan fleksi selagi istirahat.
g) Reflex Babinski positif apabila menggores telapak kaki dimulai
dari tumit sisi lateral ke arah atas kemudian gerakkan jari sepanjang

32
telapak kaki. Maka bayi akan menunjukkan respon berupa semua
jari kaki hyperekstensi dengan ibu jari dorsofleksi.
(Marmi dan Rahardjo, 2014)
4. Analisa
Bayi baru lahir Ny.... usia 6 jam fisiologis
5. Pelaksanaan Usia 6 Jam
a. Segera setelah BBL selesai menghisap, bayi akan berhenti menelan dan
melepaskan puting. bayi dan ibu akan merasa mengantuk. bayi kemudian
diselimuti dengan kain bersih, lalu lakukan penimbangan dan pengukuran
bayi. Pencegahan infeksi tersebut menggunakan antibiotika tetrasiklin
1% pada mata bayi. Salep antibiotika harus tepat diberikan pada waktu 1
jam setelah kelahiran (DEPKES RI, 2008). Dan melakukan penyuntikan
vitamin K1. Semua bayi baru lahir harus diberikann vitamin K1 injeksi 1
mg intramuscular di paha setelah 1 jam kontak kulit ke kulit (DEPKES
RI, 2008).
Hasil : suhu tubuh bayi 36,5C sampai 37,2C, BB 2500-4000 gr, PB 48
-52 cm, Lingkar Kepala 33 35 cm, Lingkar Dada 30 38 cm, Lingkar
Lengan Atas 11 12 cm, salep antibiotika tetrasiklin 1% tepat diberikan
1 jam setelah kelahiran, injeksi vitamin K 1 1 mg IM di paha kiri setelah 1
jam kontak kulit ke kulit.
b. Perawatan Tali Pusat
Jangan membungkus puntung tali pusat atau mengoleskan cairan/ bahan
apapun ke puntung tali pusat. Dapat juga dengan melipat popok di bawah
puntung tali pusat. (DEPKES RI, 2008)
Hasil : ibu mengerti cara merawat tali pusat dan dapat melakukannya.
c. 1 jam kemudian, berikan bayi suntikan hepatitis B pertama. Imunisasi
Hepatitis B diberikan pada saat bayi berumur 2 jam (DEPKES RI, 2008).
Hasil : Imunisasi Hepatitis B di paha kanan anterolateral diberikan
setelah 1 jam pemberian vitamin K.
d. Pemberian ASI secara esklusif segera setelah lahir secara langsung bayi
akan melakukan kontak kulit dengan ibu (bounding attachment). (Marmi
dan Rahardjo, 2014)
Hasil : kontak kulit antara ibu dan bayi melalui IMD telah berlangsung
1 jam.
e. Menganjurkan ibu untuk selalu menjaga kehangatan bayi

33
Dapat dilakukan dengan mengatur ruangan bayi baru lahir agar jauh dari
jendela, pintu, lubang ventilasi, dan pintu keluar. Mempertahankan
kepala bayi agar tetap tertutup, badannya dibedong dalam 48 jam
pertama. (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010)
Hasil : Suhu tubuh bayi normal (36,5-37,2)o C
f. Memandikan bayi
Bayi sebaiknya dimandikan 6 jam setelah lahir, yang sebelumnya
dipastikan bahwa suhu bayi stabil. Pastikan ruang mandinya hangat dan
tidak ada tiupan angin. Memandikan bayi sebaiknya dengan cepat dan
dengan air hangat, dan setelah itu segera mengeringkannya dengan
handuk bersih dan kering. (DEPKES RI, 2008)
Hasil : Bayi telah dimandikan dengan tetap hangat, suhu normal.

34

Anda mungkin juga menyukai