Anda di halaman 1dari 30

Pertemuan 9 (AHP) - Mochammad Eko S, S.

T 1
Analitycal Hierarchy Process (AHP) Adalah
metode untuk memecahkan suatu situasi
yang komplek tidak terstruktur kedalam
beberapa komponen dalam susunan yang
hirarki, dengan memberi nilai subjektif
tentang pentingnya setiap variabel secara
relatif, dan menetapkan variabel mana yang
memiliki prioritas paling tinggi guna
mempengaruhi hasil pada situasi tersebut.

Pertemuan 9 (AHP) - Mochammad Eko S, S.T 2


Dekomposisi
struktur masalah yang kompleks dibagi menjadi
bagian-bagian secara hierarki.
Tujuan didefinisikan dari yang umum sampai
khusus.
Dalam bentuk yang paling sederhana struktur
akan dibandingkan tujuan, kriteria dan level
alternatif.

Pertemuan 9 (AHP) - Mochammad Eko S, S.T 3


Pertemuan 9 (AHP) - Mochammad Eko S, S.T 4
Perbandinganpenilaian/pertimbangan
(comparative judgments).
Dibangun perbandingan berpasangan dari semua
elemen yang ada dengan tujuan menghasilkan
skala kepentingan relatif dari elemen.
Penilaian menghasilkan skala penilaian yang
berupa angka.
Perbandingan berpasangan dalam bentuk matriks
jika dikombinasikan akan menghasilkan
prioritas.

Pertemuan 9 (AHP) - Mochammad Eko S, S.T 5


Pertemuan 9 (AHP) - Mochammad Eko S, S.T 6
Sintesa Prioritas
Dilakukan dengan mengalikan prioritas lokal
dengan prioritas dari kriteria bersangkutan di
level atasnya dan menambahkannya ke tiap
elemen dalam level yang dipengaruhi kriteria.
Hasilnya berupa gabungan atau dikenal dengan
prioritas global yang kemudian digunakan untuk
memboboti prioritas lokal dari elemen di level
terendah sesuai dengan kriterianya.

Pertemuan 9 (AHP) - Mochammad Eko S, S.T 7


Struktur yang berhirarki, sebagai
konsekwensi dari kriteria yang dipilih, sampai
pada subkriteria yang paling dalam
Memperhitungkan validitas sampai dengan
batas toleransi inkosistensi berbagai kriteria
dan alternatif yang dipilih oleh para
pengambil keputusan
Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan
output analisis sensitivitas pengambilan
keputusan.

Pertemuan 9 (AHP) - Mochammad Eko S, S.T 8


Selain itu, AHP mempunyai kemampuan untuk
memecahkan masalah yang multi obyektif
dan multi-kriteria yang berdasarkan pada
perbandingan preferensi dari setiap elemen
dalam hirarki. Jadi, model ini merupakan
suatu model pengambilan keputusan yang
komprehensif

Pertemuan 9 (AHP) - Mochammad Eko S, S.T 9


Mendefinisikan struktur hierarki masalah
yang akan dipecahkan.
Memberikan pembobotan elemen-elemen
pada setiap level dari hierarki
Menghitung prioritas terbobot (weighted
priority)
Menampilkan urutan/ranking dari alternatif-
alternatif yang dipertimbangkan.

Pertemuan 9 (AHP) - Mochammad Eko S, S.T 10


Dalam AHP matriks perbandingan
berpasangan harus lah konsisten, apabila
diperoleh hasil yang tidak konsisten maka
proses pembuatan matriks harus diulangi.
Tabel nilai RI

n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
RI 0 0 5,8 0,9 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49

Pertemuan 9 (AHP) - Mochammad Eko S, S.T 11


Matriksperbandingan berpasangan dikatakan
konsisten jika dan hanya jika untuk setiap i, j
:

Pertemuan 9 (AHP) - Mochammad Eko S, S.T 12


Ada4 faktor pemilihan pekerjaan, yaitu lokasi,
prospek, resiko, dan gaji. Nilai perbandingan
berpasangan dibuat sebagai berikut :
lokasi L P R G

Konsisten

Pertemuan 9 (AHP) - Mochammad Eko S, S.T 13


Untukmatriks perbandingan berpasangan
yang konsisten seperti diatas, vektor bobor
dengan jumlah bobot sama dengan 1 adalah :

Pertemuan 9 (AHP) - Mochammad Eko S, S.T 14


Misalkan
terdapat matriks perbandingan
berpasangan seperti ini :
L P R G

Pertemuan 9 (AHP) - Mochammad Eko S, S.T 15


Matriks tersebut tidak konsisten, terlihat dari :
Nilai resiko 3 kali lebih penting dari prospek.
Nilai prospek 2 kali lebih penting dari lokasi.
Nilai resiko hanya 3 kali lebih penting
dibanding dengan lokasi.

Apabila A adalah matriks perbandingan


berpasangan yang tidak konsisten, maka
vektor bobot dapat didekati dengan cara :

Pertemuan 9 (AHP) - Mochammad Eko S, S.T 16


Menormalkan setiap kolom j dalam matriks A,
sedemikian hingga :
Untuk setiap baris I dalam A, hitunglah nilai
rata-ratanya :
dengan wi adalah bobot tujuan ke I dari
vektor bobot.

Pertemuan 9 (AHP) - Mochammad Eko S, S.T 17


Lakukan normalisasi

A(1,1) = 1/11 = 0.091


A (2,1) = 2/11 = 0.182
Dst

Pertemuan 9 (AHP) - Mochammad Eko S, S.T 18


L P R G Rata2
L 0.091 0.059 0.091 0.103 0.086
P 0.182 0.118 0.091 0.128 0.130
R 0.273 0.353 0.273 0.256 0.288
G 0.445 0.471 0.545 0.513 0.496
jml 1 1 1 1 1

Rata :
L = (0.091 + 0.059 + 0.091 + 0.103) / 4
= 0.086
P dst

Pertemuan 9 (AHP) - Mochammad Eko S, S.T 19


Kemudian nilai vektor bobot yang diperoleh
adalah :
W = [ 0.086; 0.130; 0.288; 0.496]

Pertemuan 9 (AHP) - Mochammad Eko S, S.T 20


Pengujianterhadap matriks berpasangan A
dilakukan sebagai berikut :
A(Wt)

1 1/2 1/3 1/5 0.086 0.346


2 1 1/3 0.130 0.522
3 3 1 1/2 0.288 = 1.184
5 4 2 1 0.496 2.022

Pertemuan 9 (AHP) - Mochammad Eko S, S.T 21


t

CI

CI/RI

Cukup konsisten
Pertemuan 9 (AHP) - Mochammad Eko S, S.T 22
Jika
ada n tujuan dan m alternatif pada AHP,
maka proses perangkingan dapat dilakukan
melalui langkah-langkah sbb :
Untuk setiap tujuan i, tetapkan matriks
perbandingan berpasangan A, untuk m alternatif.
Tentukan vektor bobot untuk setiap Ai yang
merepresentasikan bobot relatif dari setiap
alternatif ke j pada tujuan ke I (sij).
Hitung total skor.

Pertemuan 9 (AHP) - Mochammad Eko S, S.T 23


Misalkanada 4 alternatif yang dipilih, yaitu
A, B, C dan D. pada tujuan pertama yaitu
Lokasi, matriks perbandingan berpasangan
yang ditetapkan adalah :

A B C D
A 1 5 1/5
B 2 1 7
C 1/5 1/7 1 1/9
D 3 2 9 1
jml 6/5 51/14 22 35/18

Pertemuan 9 (AHP) - Mochammad Eko S, S.T 24


Setelah dilakukan normalisasi

A B C D Rata2
A 0.161 0.137 0.227 0.171 0.174
B 0.322 0.275 0.312 0.257 0.293
C 0.320 0.040 0.045 0.057 0.044
D 0.484 0.549 0.409 0.514 0.489

Sehingga : s11 = 0.174, s12 = 0.293, s13 = 0.044

dan s14 = 0.489

Pertemuan 9 (AHP) - Mochammad Eko S, S.T 25


Matriks
perbandingan berpasangan yang
ditetapkan adalah :

A B C D
A 1 9 5 2
B 1/9 1 1/9 1/9
C 1/5 9 1 1/2
D 1/2 9 2 1
jml 1 73/90 28 8 1/9 3 11/18

Pertemuan 9 (AHP) - Mochammad Eko S, S.T 26


Setelah dilakukan normalisasi

A B C D Rata2
A 0.552 0.321 0.616 0.554 0.511
B 0.061 0.036 0.014 0.031 0.035
C 0.110 0.321 0.123 0.138 0.173
D 0.276 0.321 0.217 0.277 0.280

Sehingga : s21 = 0.511, s22 = 0.035, s23 = 0.173

dan s24 = 0.280


Dst..
Pertemuan 9 (AHP) - Mochammad Eko S, S.T 27
Matriksskor setiap alternatif dari setiap
tujuan :
A B C D
L 0.174 0.293 0.044 0.489
P 0.511 0.035 0.173 0.280
R 0.212 0.048 0.422 0.319
G 0.051 0.397 0.192 0.360

Pertemuan 9 (AHP) - Mochammad Eko S, S.T 28


Vektor bobot yang diperoleh sebelumnya :
W = [ 0.086; 0.130; 0.288; 0.496]
Skor total setiap alternatif
s1 = (0.174)(0.086) + (0.511)(0.130) +
(0.212)(0.288) + (0.051*0.496) = 0.168
S2 = 0.240
S3 = 0.243
S4 = 0.349
Karena alternatif D (s4) paling besar, maka
alternatif D yang paling dipilih.

Pertemuan 9 (AHP) - Mochammad Eko S, S.T 29


Adi berulang tahun yang ke-17, Kedua orang
tuanya janji untuk membelikan sepeda motor
sesuai yang di inginkan Adi. Adi memiliki
pilihan yaitu motor Ninja, Tiger dan Vixsion .
Adi memiliki kriteria dalam pemilihan sepeda
motor yang nantinya akan dia beli yaitu :
sepeda motornya memiliki desain yang
bagus, berkualitas serta irit dalam bahan
bakar.

Pertemuan 9 (AHP) - Mochammad Eko S, S.T 30

Anda mungkin juga menyukai