Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan
karunia Nya penulis dapat menyelesaikan referat tentang LATEST THERAPY UPDATE
FOR ECCLAMPSIA ini. Referat ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat dalam
mengikuti dan menyelesaikan kepaniteraan klinik Obstetri dan Ginekologi di Rumah Sakit
Mardi Waluyo Metro. Dalam kesempatan ini, saya ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Obed Paul Andre Simatupang , SpOG selaku SMF Ilmu Obstetrik dan
Ginekologi RS. Mardi Waluyo yang telah membimbing saya dalam menyelesaikan
tugas ini.
2. Para Bidan dan Pegawai di Bagian SMF Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit
Mardi Waluyo Metro
3. Rekan-rekan sejawat dokter muda di Bagian SMF Obstetri dan Ginekologi Rumah
Sakit Mardi Waluyo Metro

Saya sangat berharap referat ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Terapi yang Digunakan pada Eklampsia. Saya juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam referat ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah
penulis buat di masa yang akan datang.

Akhir kata, saya berharap referat yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri
maupun orang yang membacanya khususnya bagi para dokter muda yang memerlukan panduan
dalam menjalankan aplikasi ilmu.

Metro, 5 Juli 2017

Adi Baskoro

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................1

DAFTAR ISI............................................................................................................................2

BAB I : PENDAHULUAN.......................................................................................................3

1.1. Latar Belakang..................................................................................................3

BAB II : PEMBAHASAN........................................................................................................4

2.1. Definisi.............................................................................................................4

2.2. Etiologi.............................................................................................................4

2.3. Epidimiologi.....................................................................................................4

2.4. Manifestasi Klinis.........................5

2.5. Patofisiologi.....................................................................................................6

2.6. Pemeriksaan Diagnostik...................................................................................6

2.7. Pemeriksaan Penunjang....................................................................................7

2.8. Komplikasi.......................................................................................................8

2.9. Penatalaksanaan...............................................................................................8

2.9.1 Penatalakasanaan Pada Preeklampsia Tanpa Faktor Pemberat....9


2.9.2 Penanganan pada Preeklampsia dengan Faktor Pemberat....9
2.9.3 Terapi konservatif pada Preeklampsia dengan Faktor Pemberat11

2.10 Kriteria Persalinan..11

BAB III: KESIMPULAN.......................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................13

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Preeklampsia adalah salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas maternal yang
merupakan diagnosis daripada kelainan berupa hipertensi yang mempengaruhi kehamilan.
Hipertensi dalam kehamilan merupakan 5-15% penyulit kehamilan dan merupakan salah satu
dari timga penyebab tertinggi mortalitas dan morbiditas ibu bersalin. Di Indonesia mortalitas
dan morbiditas hipertensi dalam kehamilan juga masih cukup tinggi. Hal ini disebabkan selain
oleh etiologi tidak jelas, juga oleh perawatan dalam persalinan masih ditangani masih oleh
petugas non medik dan system rujukan yang belum sempurna. Hipertensi dalam kehamilan
dapat dialami oleh semua lapisan ibu hamil sehingga pengetahuan tentang pengelolaan
hipertensi dalam kehamilan harus benar-benar dipahami oleh semua tenaga medik baik di pusat
maupun daerah. Terdapat dua etiologi utama yaitu pembentukan plasenta yang abnormal dan
disfungsi endotel maternal sistemik. Banyak multifaktor yang diidentifikasi untuk mengatasi
Preeklampsia, termasuka preeklmapsia pada kehamilan pertama. Diagnosis dan manajemen
yang tepat dapat membuat hasil yang signifikan bagi maternal dan fetal. 1

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Preeklampsia adalah hipertensi yang disertai proteinuria, diagnosis ini biasanya dibuat
setelah 20 minggu masa gestasi dan dapat didiagnosis pada periode post partum. Hipertensi
sendiri dedifinisikan tekanan darah yang lebih tinggi dari 140mmHg sistolik, dan lebih tinggi
dari 90mmHg diastolik, atau keduanya. Proteinuria didefinisikan sebagai terdapat protein pada
urin dengan kandungan 300 mg pada urin per 24 jam atau terdapat kreatinin 0,3 mg/dL.1

2.2 Etiologi
Beberapa etiologi yang disebutkan oleh Lindheimer pada 2014, antara lain implantasi
plasenta dengan invasi trofoblas yang abnormal pada pembuluh darah uterus; faktor imunologis
yang maladaptif antara jaringan maternal, fetal, dan paternal; kelainan kardiovaskular atau
inflamasi pada inflamasi yang normal pada kehamilan; faktor genetik.2

2.3 Epidimiologi
Kejadian preeklampsia di Amerika Serikat berkisar antara 2% hingga 6% dari ibu hamil
nulipara yang sehat. Di negara berkembang, kejadian preeklampsia berkisar antara 4% hingga
18%. Penyakit preeklampsia ringan terjadi 75% dan preeklampsia berat terjadi 25%. Dari
seluruh kejadian preeklampsia, sekitar 10% kehamilan umurnya kurang dari 34 minggu.
Menurut WHO tahun 2004 angka kejadian Preeklampsia-Eklampsia itu mencapai 0,51%-
38,4%. Sedangkan di Indonesia angka kejadiannya masih cukup tinggi yaitu 30%-40%.
Prevalensi preeklampsia dan eklampsia adalah 2,8% dari kehamilan di negara
berkembang, dan 0,6% dari kehamilan di negara maju (WHO, 2005). Insiden hipertensi saat
kehamilan pada populasi ibu hamil dari tahun 1997 hingga tahun 2007 di Australia, Kanada,
Denmark, Norwegia, Skotlandia, Swedia, dan Amerika berkisar antara 3,6% hingga 9,1%,
preeklampsia 1,4% hingga 4%, dan tanda awal preeklampsia sebanyak 0,3% hingga 0,7%
(Roberts, 2011). Selain itu insiden kejadian preeklampsia di dunia meningkat sebanyak 25%

4
dari tahun 1987 1988 hingga tahun 2003 2004. Penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit
PKU Muhammadiyah Yogyakarta mendapatkan hasil bahwa prevalensi preeklampsia pada
tahun 2007 hingga tahun 2009 adalah 118 kasus (3,9%) dari total persalinan (2036 persalinan).
Angka kematian ibu di dunia mencapai 529.000 per tahun, dengan rasio 400 kematian
ibu per 100.000 kelahiran hidup dimana 12% dari kematian ibu disebabkan oleh preeklampsia
(WHO, 2005). Preeklampsia juga menjadi penyebab langsung kematian ibu di Inggris yaitu
sebesar 15% (Symonds, 2010). Di Indonesia, pada tahun 2006 angka kematian ibu yang
disebabkan oleh eklampsia dan preeklampsia adalah sebanyak 5,8% (Depkes, 2007). Jika
dilihat dari golongan sebab sakit, presentase eklampsia dan preeklampsia memang lebih rendah
jika dibandingkan dengan data di dunia, namun jika dilihat dari Case Fertility Rate (CFR),
penyebab kematian terbesar adalah eklampsia dan preeklampsia dengan Case Fertility Rate
(CFR) sebesar 2,1%.
Sepuluh juta (10.000.000) wanita mengalami preeklampsia setiap tahun di seluruh
dunia. Di seluruh dunia sekitar 76.000 wanita hamil meninggal setiap tahun dari preeklamsia
dan gangguan terkait hipertensi. Dan, jumlah bayi yang meninggal karena gangguan ini
diperkirakan berada di urutan 500.000 per tahun. Di negara-negara berkembang, seorang
wanita tujuh kali lebih mungkin untuk mengembangkan preeklamsia dibandingkan wanita di
negara maju. Dari 10% hingga 25% dari kasus-kasus ini akan mengakibatkan kematian ibu.3

2.4 Manisfestasi Klinis


Pada umumnya ibu hamil dengan usia kehamilan di atas 20 minggu disertai dengan
peningkatan tekanan darah di atas normal sering diasosiasikan dengan preeklampsia. Data atau
informasi awal terkait dengan tekanan darah sebelum hamil akan sangat membantu petugas
kesehatan untuk membedakan hipertensi kronis (yang sudah ada sebelumnya) dengan
preeklampsia. Gejala dan tanda lain dari preeklampsia adalah sebagai berikut :
Hiperrefleksia (iritabilitas susunan saraf pusat)
Sakit kepala atau sefalgia (frontal atau oksipital) yang tidak membaik dengan
pengobatan umum
Gangguan penglihatan seperti pandangan kabur, scotomata, silau atau berkunang-
kunang
Nyeri epigastrik
Oliguria ( kurang dari 500 ml/24 jam)

5
Tekanan darah sistolik 20-30mmHg dan diastolic 10-20 mmHg diastolic diatas
normal
Proteinuria (diatas positif 3)
Edema menyeluruh
Terdapat beberapa tipe hipertensi antara lain :
1.Hipertensi gestasional, tekanan darah naik setelah 20 minggu masa gestasi tanpa
proteinuria atau hasil laboratorium yang abnormal. Hipertensi gestasional mengeani 6%
dari kehamilan. Sekitar 15-25% pasien dengan hipertensi gestasional akan mengalami
preeklampsia. Jika tekanan darah gagal untuk kembali ke normal maka diagnosis
berubah menjadi hipertensi kronik.
2.Hipertensi kronik, tekanan darah tinggi sebelum masa kehamilan, hipertensi
ditemukan sebelum 20 minggu masa gestasional, atau tekanan darah tetap tinggi setelah
6 minggu postpartum. Kronik hipertensi mengenai 3-5% kemahamilan.2

2.5 Patofisiologi
Menurut deskrpisi Laind dan Robert, patofisiologi preeklampsia dibagai menjadi 2 fase.
Fase pertama adalah pembentukan plasenta yang abormal. Karena plasenta mengawali proses
penyakit, preeklampsia mungkin Nampak sebagai kehamilan molar hydatidiform, normalnya
sitotrofoblas dari plasenta membentuk ulang arteri spiral maternal, mengubah dari ukuran kecil
hingga menjadi berdiameter besar dengan kapasitas yang tinggi. Pembentukan umumnya
dimulai pada akhir trimester pertama dan selesai pada 18 sampai 20 minggu masa gestasi.
Gagalnya pembentukan arteri spiral tersebut akan berujung pada penurunan perfusi plasenta,
yang juga mempengaruhi fungsi sel endotelial maternal
Fase kedua dari preeklampsia adalah kelainan sistemik yang digambarkan dengan
disfungsi endotelial pada system sirkulasi maternal. Meskipun mekanisme yang paling
tepatnya masih belum diketahui, dipikirkan beberapa faktor yang mempengaruhi disfungsi ini
antara lain: peningkatan pada anti-angiogenic faktor pada sistemik, aktivasi respons inflamasi,
dam adamua faktor imunologik yang berujung pada system disfungsin endotelial.
Beberapa faktor resiko preeklampsia antara lain pasien dengan antifosfolipid antibody
syndrome, riwayat kehamilan dengan preeklampsia,1

2.6 Pemeriksaan diagnostik

6
Kunjungan antenaltal sebaiknya dilakukan seara berkala dan teratur. Bila kehamilan
normal, jumlah kunjungan cukup empat kali: satu kali pada trimester I, satu kali trimester II,
dan dua kali pada trimester III. Hal ini dapat memberikan peluang yang lebih besar bagi petugas
kesehatan untuk mengenali secara dini berbagai penyulit atau gangguan kesehatan yang terjadi
pada ibu hamil. Beberapa penyakit atau penyulit tidak segera timbul bersamaan dengan
terjadinya kehamilan (misalnya, hipertensi dalam kehamilan), atau baru akan menampakkan
gejala pada usia kehamilan tertentu (misalnya perdarahan anterpartum yang disebabkan oleh
plasenta previa). Selain itu, upaya memberdayakan ibu hamil dan keluarganya tentang proses
kehamilan dan masalahnnya cukup melalui penyuluhan atau konseling dapat berjalan efektif
apabila tersedia cukup waktu untuk melaksanakan pendidikkan kesehatan yang diperlukan.
Dari satu kunjungan ke kunjungan berikutnya sebaiknya dilakukan pencatatan :
Keluhan yang dirasakan oleh ibu hamil
Hasil pemeriksaan setiap kunjungan
Keadaan umum
Tekanan darah
Respirasi
Nadi
Temperatur tubuh
Abdomen
Tinggi Fundus Uteri
Letak janin (setelah 34 minggu)
Presentasi janin
Denyut jantung janin
Pemeriksaaan tambahan
Proteinuria
Glukosuria

2.7 Pemeriksaan Penunjang


Ditemukan kumpulan kumpulan hasil laboratorium yang abnormal yang dikenal
dengan HELLP syndrome yang terdiri dari Hemolisis, Peningkatan enzim liver, dan platelet
rendah.

7
Trombositopenia <100.000/microliter

Disfungsi Liver AST / ALT 2x

Insufisiensi Renal Kreatinin >1,1mg/dL

Pulmonary edema

Central nervous system disturbances Sakita kepala, mata berkunaang kunang,


scotomata

Tabel 1. HELPP Syndrome

Sumber: Prawirohardjo S.Panduan Praktis Pelayanan


Kesehatan Maternal dan Neonatal

2.8 Komplikasi
Eklampsia sangat berkaitan dengan resiko tinggi morbiditas dan mortalitas maternal.
Eklampsia mempunyai komplikasi pada 2-3% wanita yang didiagnosis eclampsia dengan
faktor yang memperparah seperti tidak mendapat anti kejang. Beberapa komplikasi yaitu
intracebrebral hemmorhage, kebutaan, dan cardiorespiratory arrest. Kerusakan saraf
permanen dari iskemia otak atau hemmoriagic adalah hal yang paling sering menyebabkan
kematian maternal. Pada fetal juga dapat mengakibatkan Intra uterine growth restriction dan
oligohidramnion juga dapat terkena komplikasi neonatal seperti entercoloitis, respiratory
disress syndrome dan intraventricular hemorrhage.3

2.9 Penatalaksanaan
Fetal monitoring: semua wanita yang didiagnosis dengan preeklampsia tanpa kondisi
yang buruk, hipertensi gestasional, dan hipertensi kronik di monitor dari diagnosis sampai
waktu kelahiran. Pemeriksaaj rasio jantung janin dan evalusi cairan amnion pada perfusi
plasenta. Pasien yang didiangosis dengan preeklampsia dengan HELPP syndrome harus
dirawat di rumah sakit untuk pemeriksaan jain lebih lanjut.
Pasien dengan preeklampsi tanpa faktor yang memperburuk direkonendasikan
melahirkan saat tiga puluh tujuh minggu masa gestasi. Pada terapi medikamentosa diberikan anti-
hipertensi pada pasien dengan tekanan darah lebih dari 160 mmHg sistolik dan 110 mmHg

8
diastolic. Anti-hipertensi yang paling umum dilakukan antara lain labetalol, hydralazine, dan
nifedipine. Pemberian anti-hipertensi diharpkan dapat mengurangi resiko intracranial
hemorrhage tanpa mengurangi perfusi plasenta secara signifikan. Jika terdapat terombostiopeni
maka dianjurkan untuk diberikan kortikosteroid (terutama dexamethasone) yang meningkatkan
jumlah platelet secara benefit. Magnesium sulfat digunakan untuk mencegah kejang pada
preeklampsia dengan keadan yang buruk dan efeknya lebih sgnifikan disbanding agen anti-
konvulsan yang lain. Magnesium sulfat bereaksi sebagai vasodilator, mencegah udema otak, dan
anti-konvulsan pusat. Magnesium sulfat diberikan secara bolus 4 atu 6 gram diikuti dengan
pemberian secara intravena dengan dosis 1 atau 2 gram per jam. Tujuan pemberian magnesium
sulfat agar mengurangi kandungan magnesium di dalam darah antara 4,8-8,4 mg/dL. Kandungan
magnesium di monitor setiap 6 jam dan diberikan antidotum yaitu kalsium glukonas (1 g IV)
atau 10% kalsium klorida (500 mg IV), Magneisum sulfat mempunyai kontra indikasi dengan
pasien yang menderita myasthenia gravis. 4

2.9.1 Penatalakasanaan Pada Preeklampsia Tanpa Faktor Pemberat


Sebelum 37 minggu, harus diberikan penanganan yang sesuai. Pada umumnya, pasien
harus di di rawat di rumah sakit dan dimonitor dengan baik untuk perkembangan dari perburukan
atau komplikasi dari preekllampsia. Meskipun dalam percobaan secara acak wanita dengan
hipertensi gestasional dan preeklampsia mendemontrasikan keamanan manajemen outpatient
dengan evaluasi fetal dan maternal, kebanyakan dari pasien ini mempunyai hipertensi gestasional
sedang. Oleh Karena itu, keamanan dalam menangani preeklampsia tanpa faktor pemberat masih
perlu di investigasi. Bedrest direkomendasikan bagi wanita dengan preeklampsia. Namun bedrest
yang berlebihan saat kehamilan meningkatkan resiko dari tromboemboli. Kehamilan dengan
preeklampsia tanpa faktor pemberat diatas 37 minggu harus segera di lahirkan. Test anterpartum
diindikasikan pada penangann preeklampsia tanpa kasus pemberat. Kebanyakan klinisi
menggunkaan test nonstress dan profil biofisikal dua minggu sekali. Jika pasien dalam kehamilan
34 minggu atau lebih dan terjadi rupture membrane, fetal abnormal maka melahirkan secepatnya
sangat direkomendasikan.4,5

2.9.2 Penanganan pada Preeklampsia dengan faktor pemberat


Saat preeklampsia dengan faktor pemberat didiagnosis setelah 34 minggu masa gestasi,
melahirkan janin adalah tindakan yang paling tepat dilakukan. Teknik melahirkan tergantung
dengan keparahan penyakit dan keberhasilan induksi. Melahirkan per vaginal harus dicoba dan
section cesarean harus seera disiabkan untuk indikasi obstetric. Wanita dengan preeklampsia

9
dengan faktor pemberat yang fetal status nya tidak jelas, rupture membrane, distress maternal.
Jika wanita dengan preeklampsia dengan faktor pemberat saant 32 minggu atau lebih dan sudah
mendapatkan terapi steroid, maka harus dilakukan bantuan persalinan. Pasien dengan pusing
berulang, gangguan penglihatan, hipertensi, atau proteinuria harus diperhatikan.5]Jika pasien
preeklampsia dengan faktor pemberat sebelum 34 minggu kondisinya stabil dan juka kondisi
fetal meyakinkan maka harus diperhatikan dengan waspada. Ini adalah tindakan tersier. Karena
persalinan adalah tindakan yang paling aman untuk sang ibu, berbagai referensi mengatakan
persalinanan adalah terapi definitive tanpa melihat usia gestasi. Namun persalinan tak optimal
untuk janin yang sangat premature. Pasien-pasien tersebut harus dievaluasi untuk persalinan 24
jam sebelom keputusan dilakukan. Dalam periode ini, ibu dan janin tidak boleh memiliki fetal
distress atau hambatan pertumbuhan yang buruk. Tambahannya urin sang ibu harus adekuat.
Pasien tersebut harus mempunyai hasil lab yang baik dan hipertensi yang terkontro. Monitoring
janin harus termasuk test nonstress dan usg untuk memonitor perkembangan oligohidramnion
dan mengurangi gerakan janin. Pertumbuan fetal harus di periksa dengan interval 2 minggu. tes
urin 24 jam harus diulang. Kortikosteroid harus diberikan untuk maturitas paru saat kehamilan
34 minggu. Tes darah rutin dilakukan untuk fungsi hati, tes darah lengkap, asam urat, dan LDH.
Pasien harus diinstruksikan untuk melaporkan adanya pusing, gangguan penglihatan, nyeri tekan
epigastrium, atau berkurangnya gerakan fetal.6

Preeklampsia Preeklampsia
Eklampsia Hipertensi Kronik
ringan berat

MgSO4
MgSO4 Cari penyebab
Istirahat Turunkan Tensi
Turunkan Tensi SLE,diabetes
Rawat inap

HELLP Terminasi Terapi ->


Terkendali Tidak Terkendali Gawat Janin <35 minggu >35 minggu keamilan dalam 6 Kendalikan tensi
PJT jam ->140/90mmHg

Steroid
Terminasi Terminasi
Aterm Terminasi Terkendali Tidak terkendali
kehamilan kehamilan
kehamilan

Terminasi
Aterm
kehamilan

10
Gambar 1. Algoritma Penanganan Preeklampsia dan Eklampsia
Sumber : Prawirohardjo S.Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal Tahun 2014. Penerbit: PT. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.h: 276

2.10Kriteria Persalinan
Wanita dengan preeklampsia dengan buruk yang dimonitor harus dilakukan persalinan dengan
kondisi dibawah ini7,8:
Fetal test, profil biofisika, tes doppler
Ruptur membrane
Tekanan darah yang tidak terkontrol
Oligohidramnion, dengan AFI kurang dari 5 cm
Hambatan pertumbuhan intrauterine kurang dari 5%Severe intrauterine growth
restriction in whh the estimated fetal weight is less than 5%
Oliguria (<500 mL/24 ka,)
Serum creatinine kurang dari 1,5mg/dL
Edema pulmonal
Pemendekan nafas atau dengan SpO2 kurang 94%
Sakit kepala yang menetap
Terdapat HELLP syndrome (hemolysis, elevated liver enzyme, low platelets)
Eklampsia
Jumlah platelet kurang dari 100,000/L
Abrubsi plasenta
Koagulopati

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Preeklampsia adalah salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas maternal.
Sangat penting untuk mengetahui bahwa preeklamsia mewakili salahs atu diagnosis yang
diikuti dengan kelainan hipertensi. Diagnosis dan managemen yang sesuai akan memberikan
hasil yang signifikan bagi sang ibu dan janin. Hipertensi dalam kehamilan dapat dialami oleh
semua lapisan ibu hamil sehingga pengetahuan tentang pengelolaan hipertensi dalam
kehamilan harus benar-benar dipahami oleh semua tenaga medik baik di pusat maupun daerah.
Terdapat dua etiologi utama yaitu pembentukan plasenta yang abnormal dan disfungsi endotel
maternal sistemik. Penatalaksanaan dan pengobatan preeklampsia juga berbeda berdasarkan
jenis preeklampsia yang diderita.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Oakes MC. Hameed AB. Medical journal of obstetrics and gynecology : preeclampsia
an overview: Departemen of Obstetrics and Gynecology, University of California,
USA. 2016
2. Cunningham et al. Williams obstetrics 24th edition: McGrawHill Education.USA;
hal:728
3. Prawirohardjo S. Ilmu kebidanan: BP-SP. Jakarta.2014;h:283-287
4. Prawirohardjo S.Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Tahun
2014. Penerbit: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.h: 273-279
5. Preeklampsia oleh Kee-Hak-Lim diunduh pada tanggal 28 juni 2017 at
http://emedicine.medscape.com/article/1476919-overview
6. Bagus I. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan. Dan KB edisi 3: EGC. Jakarta. 2015:
hal:443-450

13
7. Johnson RJ, Kanbay M, Kang D, Lozada LGS, Feig D. Uric acid: A Clinically Useful
Marker to Distinguish Preeclampsia from Gestational Hypertension Hypertension.
National Institute of Health, 2011 ; 58(4): 548549
8. Baergen R. Manual of Benirschke and Kaufmanns pathology of the human placenta.
New York Presbyterian HospitalWeill, Medical College of Cornell University. USA :
New York, 2005;p.69-73

14

Anda mungkin juga menyukai