Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PERANAN ALGA SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Mikrobiologi
yang dibimbing oleh
Ibu Dr.Ir. Sri Rahmania Juliastuti, M.Eng.

Disusun oleh:
Kelompok 10
Farisa Triyoga (2315100040)
Ahmad Hadi Muharrom (2315100074)
Halimatussadiyah (2315100130)
Riskita Musdalifah Amal (2315100701)

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2017

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Krisis energi yang melanda dunia saat ini merupakan masalah yang harus
segera ditanggulangi, pertambahan populasi dunia dan peningkatan kebutuhan
manusia yang semakin meningkat seiring dengan berkembangnya zaman, yang
akhirnya mengakibatkan peningkatan kebutuhan akan energi khususnya energi
bahan bakar fosil yang tidak dapat diperbaharui. Mengingat keterbatasan dan
kelangkaan cadangan minyak bumi di masa datang mendorong kita untuk
mencari berbagai cara penghematan pemakaian minyak bumi serta
menciptakan energi alternatif pengganti minyak bumi.
Program konservasi dan diversifikasi energi seperti alkohol, gasohol,
minyak nabati telah dilakukan secara intensif oleh beberapa negara untuk
menghadapi tantangan berupa keterbatasan kandungan minyak bumi tersebut.
Pemerintah Indonesia menetapkan kebijakan pemakaian biodiesel sebesar 2%
dari konsumsi solar pada tahun 2010. Ini berarti diperlukan 720.000
kiloliter biodiesel bila konsumsi solar dalam negeri 36 juta kiloliter per
tahun. Produksi biodiesel di Indonesia saat ini masih dalam tahap
pengembangan. Kebutuhan minyak diesel yang besar otomatis akan
membutuhkan bahan baku yang besar pula. Kriteria yang dibutuhkan adalah
mudah tumbuh, mudah dikembangkan secara luas, dan mengandung minyak
nabati yang cukup besar. Keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia dapat
dimanfaatkan untuk menghasilkan minyak yang dapat dijadikan sebagai bahan
biodiesel. Indonesia adalah negara kepulauan dengan 2/3 wilayahnya adalah
lautan dan garis pantai terpanjang di dunia, 80.791,42 km kaya akan sumber
daya hayati perairan yang sangat melimpah baik dari jenis maupun jumlah. Salah
satunya adalah alga yang memiliki kandungan karbohidrat, protein, dan
triacyglicerol yang merupakan bahan baku pembuatan biodiesel.
Alga merupakan spesies yang termasuk dalam Famili Algae. Terdapat
beragam bentuk dan warna dari alga, mulai dari organisme bersel satu hingga
segerombolan besar rumput laut di lautan. Yang termausk alga juga tanaman
yang tumbuh dengan layaknya jamur dan biasanya tumbuh di bebatuan. Warna
alga bervariasi mulai hijau, merah, hingga cokelat. Alga dapat tumbuh dengan
mudah dan dapat dibiakan dalam jumlah besar tanpa harus mengganggu alam
atau sumber makanan lainnya. Alga juga mudah untuk dibiakan dengan
kebutuhan meliputi air, sinar matahari, dan karbondioksida. Masing-masing
spesies alga mengandung kandungan minyak yang berbeda-beda. Alga yang
tinggal di danau, kolam, ataupun saluran air merupakan alga yang cocok untuk
dijadikan alternatif biodiesel dan bioethanol. Kandungan minyak dalam alga
bervariasi tergantung jenis alganya namun secara keseluruhan antara 20%-50%.
(Keunggulan alga dibandingkan bahan nabati lain adalah proses pengambilan
minyaknya dilakukan tanpa penggilingan dan langsung diekstrak dengan
bantuan zat pelarut (ekstraksi CO2, ekstraksi ultrasonik, dan osmotik).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan judul serta latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari
penulisan makalah ini adalah
1. Apakah pengertian dari sumber energi alternatif?
2. Bagaimana pemanfaatan alga sebagai sumber energi alternatif dan
alga apa saja yang dapat dimanfaatkan sebagai energi alternatif?
3. Bagaimana proses pengolahan pemafaatan alga menjadi sumber
energi alternatif?
1.3 Tujuan
Berdasarkan judul, latar belakan dan rumusan masalah diatas, maka tujuan
dari penulisan makalah ini adalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari sumber energi alternatif.
2. Untuk mengetahui pemanfaatan alga sebagai sumber energi
alternatif dan macam-macam alga yang dapat dimanfaatkan
sebagai energi alternatif.
3. Untuk mengetahui proses pengolahan pemafaatan alga menjadi
sumber energi alternatif.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Energi Alternatif


1. Definisi Energi Terbarukan
Sumber Energi alternatif adalah energi yang digunakan untuk menggantikan
energi dari minyak bumi. Terdapat bermacam-macam contoh energi alternatif
yang tersedia di alam, seperti energi matahari, energi angin, energi air, dan energi
panas bumi. Namun, berkat majunya pemahaman manusia tentang energi, sumber
energi alternatif kian bertambah. Kita sangat memerlukan energi ini untuk
mengganti sumber-sumber energi yang mulai habis. Energi alternatif tidak akan
habis, meskipun terus menerus digunakan. Sumber-sumber tersebut banyak
tersedia di alam dan bisa kita gunakan kapan saja.
Saat ini orang-orang di seluruh dunia telah memikirkan tentang sumber energi
alternatif tersebut, sebab kita tidak dapat lagi mengandalkan minyak bumi sebagai
sumber energi utama karena cadangan persediaannya semakin menipis. Sebelum
minyak bumi benar-benar habis dari dalam bumi, maka kita sudah harus mencari
sumber energi alternatif lainnya. Para ahli telah melakukannya, mereka mencari
alternatif energi di alam yang tidak bakal habis. Alam menyediakan sumber energi
itu dan terus menyediakannya untuk kita. Itulah mengapa sehingga kita sering
menyebutnya sebagai sumber daya yang dapat diperbarui. Maksudnya adalah
Nah, berikut ini adalah contoh sumber energi alternatif yang terdapat di alam.
Semua energi ini dapat digunakan untuk menggantikan sumber energi utama saat
ini, yakni bahan bakar fosil.

2.Sumber Energi Terbarukan


A. Energi Surya
Matahari adalah sumber kita yang paling kuat energi. Sinar matahari, atau
energi surya, dapat digunakan untuk pemanasan rumah, pencahayaan dan
pendinginan dan bangunan lainnya, pembangkit listrik, pemanas air, dan berbagai
proses industri. Sebagian besar bentuk energi terbarukan berasal baik secara
langsung atau tidak langsung dari matahari. Sebagai contoh, panas dari matahari
menyebabkan angin bertiup, memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan pohon
dan tanaman lain yang digunakan untuk energi biomassa, dan memainkan peran
penting dalam siklus penguapan dan curah hujan yang menjadi sumber energi air.

B. Energi Angin
Angin adalah gerakan udara yang terjadi ketika naik udara hangat dan udara
dingin di bergegas untuk menggantinya. Energi angin telah digunakan selama
berabad-abad untuk kapal layar dan kincir angin untuk menggiling gandum. Hari
ini, energi angin ditangkap oleh turbin angin dan digunakan untuk menghasilkan
listrik.

C. Energi Air
Air yang mengalir ke hilir merupakan kekuatan. Air adalah sumber daya
terbarukan, terus diisi oleh siklus global penguapan dan curah hujan. Panas
matahari menyebabkan air di danau dan lautan menguap dan membentuk awan.
Air kemudian jatuh kembali ke bumi sebagai hujan atau salju, dan mengalir ke
sungai dan sungai yang mengalir kembali ke laut. Air yang mengalir dapat
digunakan untuk memutar turbin yang mendorong proses mekanis untuk memutar
generator. Energi air mengalir dapat digunakan untuk menghasilkan listrik.

D. Energi Biomassa
Biomassa telah menjadi sumber energi penting sejak orang pertama mulai
membakar kayu untuk memasak makanan dan menghangatkan diri melawan
dinginnya musim dingin. Kayu masih merupakan sumber yang paling umum dari
energi biomassa, tetapi sumber-sumber lain dari energi biomassa meliputi
tanaman pangan, rumput dan tanaman lain, limbah pertanian dan kehutanan dan
residu, komponen organik dari limbah kota dan industri, bahkan gas metana dari
tempat pembuangan sampah dipanen masyarakat. Biomassa dapat digunakan
untuk menghasilkan listrik dan sebagai bahan bakar untuk transportasi, atau untuk
memproduksi produk yang tidak akan membutuhkan penggunaan bahan bakar
fosil.
E. Hidrogen
Hidrogen memiliki potensi yang luar biasa sebagai sumber bahan bakar dan
energi, tetapi teknologi yang dibutuhkan untuk mewujudkan potensi ini masih
dalam tahap awal. Hidrogen adalah elemen paling umum di Bumi. Air adalah dua-
pertiganya hidrogen, tapi hidrogen di alam selalu ditemukan dalam kombinasi
dengan unsur lainnya. Setelah dipisahkan dari unsur-unsur lain, hidrogen dapat
digunakan untuk menggerakkkan kendaraan, menggantikan gas alam untuk
pemanasan dan memasak, dan untuk menghasilkan listrik.

F. Energi Panas Bumi


Panas di dalam bumi menghasilkan uap dan air panas yang dapat digunakan
untuk pembangkit listrik dan menghasilkan listrik, atau untuk aplikasi lain seperti
pemanasan rumah dan pembangkit listrik untuk industri. Energi panas bumi dapat
ditarik dari waduk bawah tanah dengan pengeboran, atau dari reservoir panas
bumi yang terletak lebih dekat ke permukaan.

G. Energi Bioethanol
Etanol (etil alkohol) adalah sumber energi berupa alkohol hasil dari fermentasi
tumbuhan tertentu, seperti; gandum atau jagung. Contoh negara di dunia yang
sangat baik mengembangkan energi alternatif etanol ini adalah Brazil. Negara
tersebut saat ini adalah negara nomor satu di dunia dalam hal penggunaan etanol
sebagai bahan bakar kendaraan bermotor. Sekitar 15 milyar liter etanol dihasilkan
setiap tahun di Brazil.

G. Energi Biodiesel
Biodiesel sebagai energi alternatif pengganti bahan bakar fosil telah lama
menjadi wacana dibeberapa negara dunia. Bahkan, telah ada negara yang mampu
sedikit demi sedikit melepaskan ketergantungan pada bbm, dan beralih ke
biodiesel. Energi yang berasal dari tumbuhan atau lemak binatang ini dapat
digunakan, baik secara murni atau dicampur dengan bahan bakar lain. Sifatnya
yang ramah lingkungan, dapat diperbaharui, serta dapat menghilangkan emisi gas
buang, menjadikan biodiesel dapat menjadi solusi menghadapi kelangkaan energi
fosil pada masa mendatang.

2.3 Pemanfaatan Alga sebagai Sumber Energi Alternatif


A. Sumber Energi Biodiesel
Biodiesel adalah bahan bakar atau sumber energi yang berasal dari bahan
organik dengan pemanfaatan minyak nabati yang terkandung pada suatu
organisme. Dari sekian banyak potensi alam yang dimiliki oleh Indonesia,
mikroalga merupakan mikroorganisme fotosintesis penghasil minyak yang
berpotensi untuk dikembangkan sebagai salah satu alternatif bahan baku
pembuatan biodiesel. Dibandingkan dengan tanaman darat penghasil minyak,
mikroalga memiliki produktivitas minyak yang lebih tinggi per satuan luas lahan
yang digunakan. Mikroalga mempunyai kandungan minyak 1560% di antaranya
Nannochloropsis mengandung 31% dan Spirulina mengandung 14%. Kandungan
minyak biomassa kering mikroalga jenis S. platensis adalah sebesar 21,8%,
Chlorella vulgaris 11,8%, Chlorella pyrenoidosa 13,4%, Dunaliella salina 25,3%,
Nannochloropsis sp. 20,8%, Nitzchia spp. 22,2%, Tetraselmis sp. 23,4%,
Phaeodactylum tricornutum = 20,0, Skeletonema costatum 23,8%, Isochrysis
galbana 23,0%, sedangkan B. braunii adalah 44,5%. Namun pada makalah kali
ini kali lebih terfokus pada Spirulina, Chlorella sp. dan Nannochloropsis
dikarenakan mudah diperoleh di perairan Indonesia, mudah dipanen, mudah
dikultur, dan tahan terhadap kontaminasi.
1. Nannochloropsis sp
Nannochloropsis sp. merupakan salah satu pakan alami untuk larva ikan atau
udang dan juga berperan sebagai pakan dari zooplankton, rotifer dan artemia.
Nannochloropsis sp memiliki kandungan lemaknya yang cukup tinggi sekitar 31-
68% . Periode penyinaran dapat berpengaruh dalam proses sintesa bahan organik
pada fotosintesis karena hanya dengan energi yang cukup proses tersebut dapat
berjalan dengan lancar.
2. Spirulina sp
Spirulina sp adalah alga hijau biru yang kaya protein, vitamin, mineral dan
nutrient lainnya. Dalam keadaan kering mengandung protein 55-75%, tergantung
pada sumbernya ulina platensis ini dapat dimakan, secara alamiah dapat di air
tawar sampai alkalin (payau) di danau-danau atau kolam. Dengan kandungan
lemak sebesar 21,8%, dapat dijadikan salah satu sumber energi menjadi Biodiesel
untuk mengurangi konsumsi bahan bakar fosil.
3. Chlorella. sp
Chlorella. Sp adalah genus ganggang hijau bersel tunggal yang hidup di air
tawar, laut, dan tempat basah. Ganggang ini memiliki tubuh seperti bola.
Chlorella sendiri yang merupakan alga bersel tunggal tapi punya inti sejati
dilindungi oleh dinding sel yang sangat kokoh ternyata mengandung nutrisi yang
lengkap, murni dan alami. Ganggang ini kaya akan protein (60,5%), lemak (11%-
14%), Karbohidrat (20,1%), air, serat makanan dan kalori.

B. Sumber Energi Bioetanol


Bioetanol merupakan bahan bakar terbarukan yang lebih ramah lingkugan
apabila dibandingkan dengan bahan bakar yang berasal dari fosil atau lebih
dikenal dengan bahan bakar fosil, hal ini dikarenakan bahan pembuatan bioetanol
berasal dari tumbuhan atau bahan hidup lain yang mengandung karbohidrat yang
akan dikonversikan menjadi polimer yang lebih sederhana untuk digunakan bahan
pembuatan bioetanol. Bioetanol adalah etanol yang dibuat dari biomass yang
mengandung komponen pati atau selulosa, seperti singkong dan tetes tebu. Pada
proses pembuatan bioetanol terdapat proses hidrolisis baik enzimatis maupun
kimiawi. Namun terdapat beberapa makroalga yang memiliki karhohidrat tinggi
sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bioethanol, misalnya :
1. Gracilaria
Rumput laut merah Gracilaria memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi
sehingga berpotensi digunakan sebagai bahan baku dalam industri bioetanol.
Ketersediaan rumput laut Gracilaria di Indonesia cukup melimpah dan dapat
ditemukan baik secara alami maupun budidaya. Perbedaan faktor-faktor ekologi
pada lingkungan budidaya dan alami mempengaruhi kandungan biokimia
Gracilaria termasuk kandungan gula totalnya. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kandungan gula total tertinggi sebelum dan sesudah proses hidrolisis
adalah pada Gracilaria gigas alami yaitu 42,18% (g/g) dan 68,57% (g/g).
2.3 Proses Pengolahan Alga menjadi Sumber Energi Alternatif
A. Proses Pengolahan Alga menjadi Energi Biodiesel
Alga menghasilkan energi dengan cara proses fotosintesis. Layaknya proses
fotosintesis pada jagung, ataupun gandum yang dapat menghasilkan minyak, alga
juga menggunakan fotosintesis untuk menghasilkan energi. Selama proses
fotosintesis, alga membutuhkan karbondioksida dan menggantinya menjadi
oksigen. Oleh karena itu, alga selain dapat menghasilkan energi alga juga dapat
juga mengurangi dampak polusi lingkungan akibat emisi karbondioksida. Lalu
ektrak minyak dari alga juga tetap dapat dimanfaatkan menjadi pupuk atatupun
pakan ternak.
Minyak dari alga dapat dihasilkan dari beragam metode, antara lain adalah
1. Metode Oil Press
Salah satu metode populer dan termudah yaitu dengan ektrasi minyak dengan cara
oil press. Minyak didapatkan layaknya proses memeras minyak dari kelapa.
Dengan metode ini dapat dihasilkan hingga 75% ektrasi minyak dari alga.
2. Metode pelarut heksan yang dikombinasikan dengan oil press.
Metode ini pada awalnya sama dengan metode sebelumnya, yaitu didapatkan
ektsrak minyak dari proses pemerasan, setelah itu sisa dari alga tersebut dilarutkan
dengan pelarut heksan, difilter, dan didapatkan ektrak kembali. Denga teknik ini
didapatkan hasil ektarksi mencapai 95%.
3. Metode Fluida Superkritis
Ekstrasi dengan metode ini mencapai 100% minyak dari alga. Metode ini
dilakukan dengan memberikan tekanan dan panas pada substan alga hingga
berubah menjadi komposisi cair dan gas. Pada point ini, karbondioksida
ditambahkan dan akan mengubah alga dalam bentuk minyak seluruhnya.
Campuran alga tersebut akan diubah kembali untuk menghilangkan gliserol
sehingga didapatkan hasil akhir minyak alga.
Dari minyak alga tersebut yang dapat dijadikan sumber energi bahan bakar
alami. Hasil buangan dari proses pembuatan minyak pada alga merupakan oksigen
yang berasal dari hasil metabolisme buangan alga, dan setelah proses ekstraksi
alga tersebut dapat dijadikan pupuk ataupun sumber pakan ternak. Dan yang lebih
penting lagi, bahan baku untuk metabolisme dari pembiakan alga
Komponen utama alga yang digunakan sebagai bahan baku biodiesel adalah
fatty acid (asam minyak). Semakin besar kandungan fatty acid dalam suatu bahan
maka semakin besar biodiesel yang akan dihasilkan, dalam hal ini alga mikro
Scenedesmus. Sp memiliki kandungan lemak sebesar 40%. Untuk mendapatkan
biodiesel maka dilakukan proses esterifikasi dengan katalisator asam atau basa,
yang menghasilkan methyl ester. Methyl ester Inilah yang selanjutnya disebut
sebagai biodiesel.
Untuk membuat biodisel tidak hanya diperlukan bahan baku saja, tetapi juga
diperlukan alkohol (methanol atau ethanol), yang jumlahnya sekitar 10 % dari
campuran. Alkohol berguna untuk menurunkan viskositas minyak nabati dengan
proses esterifikasi,sehingga biodiesel mempunyai sifat sifat yang mirip dengan
minyak diesel. Keuntungan dari pengembangan alga sebagai biodiesel adalah
methanol atau alkohol yang digunakan untuk proses esterifikasi dapat diproduksi
dari alga itu sendiri. Hal ini dilakukan dengan cara fermentasi karbohidrat yang
terkandung dalam alga. Karbohidrat yang difermentasikan merupakan sisa dari
proses ekstraksi (alga menjadi fatty acid).
Sebelum diproses menjadi biodiesel alga harus diekstraksi terlebih dahulu
menjadi minyak nabati. Ada beberapa tahapan untuk mendapatkan biodiesel dari
alga , yaitu :
1. Pengeringan
2. Ekstraksi Alga menjadi minyak nabati.
3. Esterifikasi minyak nabati menjadi Methyl ester.
Solvent oil Extraction,dan Supercritical Fluid Extraction (Proses yang harus
dilakukan sebelum membuat alga menjadi biodiesel adalah ekstraksi alga menjadi
minyak nabati. Minyak inilah yang selanjutnya diproses menjadi biodiesel dengan
cara esterifikasi. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengubah alga
menjadi minyak nabati, yaitu Oil Press yang efisiensinya 75%, Hexane Solvent
Ooil Extraction efisiensinya mencapai 95 %, sedangkan Supercritical Fluid
Extraction efisiensinya dapat mencapai 100 %. Kedua peralatan terakhir ini
investasinya sangat mahal. Dari ketiga cara diatas pengepresan merupakan cara
yang paling mudah dan murah. Estraksi alga dengan oil press sangat cocok
dipakai untuk produksi dalam skala kecil. Proses pengepresan mempunyai
efisiensi rendah karena untuk mendapatkan minyak, alga yang sudah dikeringkan
dipress sehingga hancur.
Setelah alga diolah menjadi menjadi minyak nabati, maka proses selanjutnya
adalah esterifikasi. Untuk merubah minyak nabati menjadi biodiesel dapat dipakai
perbandingan campuran yang digunakan yaitu minyak nabati 87 %, Alkohol 12%,
dan katalis 1%. Campuran ini kemudian dimasukkan kedalam reaktor untuk
dipanaskan sampai suhu 150 derajat Fahrenheit selama 1 sampai 8 jam. Proses
esterifikasi ini akan menghasilkan methyl ester 86 %, alkohol 4 % fertilizer 1%
(pupuk), dan gliserin 9 %. Berdasarkan penjelasan diatas dapat dihitung secara
kasar, berapa besar biodiesel yang didapatkan dari proses esterifikasi. Perhitungan
dilakukan dengan tiga tahap, yaitu (1) Minyak nabati yang dihasilkan dari proses
pengepresan (2) Setelah dilakukan proses penyulingan, dan (3) Metthyl ester
(biodiesel) yang dihasilkan

B. Proses Pengolahan Alga menjadi Bioethanol


Sebelum diproses menjadi bioethanol Ada beberapa tahapan untuk
mendapatkan bioethanol dari alga , yaitu :
1. Pengeringan
2. Sakarifikasi oleh Aspergillus niger
3. Fermentasi oleh Saccharomyces cerevisiae
Pengolahan alga menjadi bioethanol pertama adalah sampel dikeringkan
dengan sinar matahari matahari atau dikeringkan dalam oven. hingga kadar air
sekitar 40%. Alga kering dihaluskan dan disaring sehingga diperoleh serbuk
biomassa Spirogyra sp digunakan untuk fermentasi atau dicampur air dengan
perbandingan 1:15, kemudian dihancurkan dengan blender atau mesin.
Langkah selanjutnya adalah sakarifikasi oleh biomassa Aspergillus niger,
sakarifikasi adalah proses penguraian polisakarida menjadi bentuk yang lebih
sederhana seperti glukosa, fruktosa dan galaktosa. Untuk sakarifikasi biomassa
alga digunakan Aspergillus niger. Aspergillusniger adalah selulolitik dan
amilolitik di alam karena memproduksi selulasedan amilase. Enzim ini
menghidrolisis selulosa dan pati Spirogyra spdanmelepaskan glukosa. Sakarifikasi
dilakukan selama enam hari pada 300 C dan proses tersebut dipantau setiap 24
jam untuk gula yang dilepaskan melalui metode. Aspergillus niger dapat
menghidrolisis dan menghasilkan gula sederhana yang dapat langsung
dimanfaatkan oleh Saccharomyces cerevisiae untuk produksi etanol.
Berikutnya adalah fermentasi oleh Saccharomyces cerevisiae, setelah enam
hari mengalami sakarifikasi dengan Aspergillus niger. Saccharomyces cerevisiae
ditambahkan ke termos untuk produksi fermentasi bioethanol. Proses ini
dilakukan selama enam hari lain pada suhu 300 C dimana setiap 24 jam sampel
diambil untuk perkiraan alkohol (bioetanol) dengan metode Caputi Pada
penelitian lain dapat digunakan enzim aminase untuk membantu proses fermentasi
dan proses fermentasi 10 hari memiliki kualitas yang lebih baik. Destilasi,
destilasi dilakukan untuk memisahkan etanol dari beer. Dengan memanaskan
larutan pada suhurentang 78-100oC akan mengakibatkan sebagian besar etanol
menguap, dan melalui unit kondensasi akan bisa dihasilkan etanol dengan
konsentrasi 95% volume. Hasil penyulingan berupa 95% etanol dan tidak dapat
larut dalam bensin. Agar larut, diperlukan etanol berkadar 99% atau disebut etanol
kering. leh sebab itu, perlu destilasi absorbent. Etanol 95% itu dipanaskan 100oC.
Pada suhu itu, etanol dan air menguap. Uap keduanya kemudian dilewatkan
kedalam pipa yang dindingnya berlapis zeolit atau pati. Zeolit akan menyerap
kadar air tersisa hingga diperoleh etanol 99% yang siap dicampur dengan bensin.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Alga dapat dikembangkan sebagai salah satu alternatif bahan baku
pembuatan biodiesel di Indonesia.
2. Sumber energi alternatif yang dapat diperoleh dari alga adalah
energi biodiesel dan energi bioetanol.
3. a). Proses pembuatan biodiesel dari alga dibuat dengan tiga
tahapan, yaitu :
Pengeringan
Ekstraksi alga menjadi minyak nabati
Esterifikasi minyak nabati menjadi biodiesel
b). Proses pembuatan biodiesel dari alga dibuat dengan tiga
tahapan, yaitu :
Pengeringan
Sakarifikasi oleh Aspergillus niger
Fermentasi oleh Saccharomyces cerevisiae
DAFTAR PUSTAKA
Amini Sri , Sugiyonodan dan Saadudin Edi. 2011. Kandungan Minyak
Botryococcus braunii, Nannochloropsis sp., dan Spirulina platensis Pada
Umur Yang Berbeda. Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan
Perikanan Vol. 6 No. 1
Banerjee, A., Sharma, R., Chisty, Y., and Banerjee, U.C. 2002. Botryococcus
braunii: A renewable source of hydrocarbons and other chemicals. Critical
Reviews in Biotechnology. 22(3): 245279.
Chisti,Y. 2007. Biodiesel from microalgae. Biotechnology Advances 25. Elsevier
Inc. New Zealand. p. 294306.
Hadiyanto. 2011. Valorisasi Mikroalga Untuk Sumber Bioenergi dan Pangan
Sebagai Upaya Peningkatan Ketahanan Pangan dan Energi di Indonesia.
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang.
Nilawati, Destya. 2012. Studi Awal Sintesis Biodiesel dari Lipid Mikroalga
Chlorella vulgaris Berbasis Medium Walne melalui Reaksi Eserifikasi dan
Transesterifikasi. Skripsi Universitas Indonesia.
Susanna Dewi, Zakianis, Hermawati Ema, Kuntoro Adi Haryo Kuntoro Adi. 2007.
Pemanfaatan Spirulina platensis sebagai suplemen sel tunggal. Makara
Kesehatan vol. 11, No. 1

Anda mungkin juga menyukai