Anda di halaman 1dari 10

Globalisasi sosial-budaya[sunting | sunting sumber]

Shakira, penulis-pengarang multibahasa asal Kolombia, mengadakan konser di luar negara asalnya.

Budaya[sunting | sunting sumber]


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Globalisasi budaya

Globalisasi budaya telah meningkatkan kontak lintas budaya namun diiringi dengan berkurangnya
keunikan komunitas yang dulunya terisolasi. Misalnya, sushi dapat ditemukan di Jerman dan
Jepang, tetapi di sisi lain popularitas Euro-Disney melampaui popularitas kota Paris sehingga bisa
saja mengurangi permintaan roti Perancis yang autentik.[143][144][145] Kontribusi globalisasi pada
pengasingan seseorang dari tradisinya masih tergolong rendah daripada dampak modernitas itu
sendiri seperti yang dikatakaneksistensialis Jean-Paul Sartre dan Albert Camus. Globalisasi telah
memperluas kesempatan memperoleh rekreasi melalui penyebaran budaya pop lewat Internet dan
televisi satelit.

Agama adalah salah satu elemen budaya pertama yang mengglobal; ada yang disebarkan melalui
paksa, migrasi, evangelis, imperialis, dan pedagang. Kristen, Islam, Buddhisme, dan sekte-sekte
terbaru seperti Mormonisme sudah memengaruhi kebudayaan endemik di tempat-tempat yang jauh
dari tempat asalnya.[146]
McDonald's di Osaka, Jepang, mengilustrasikan McDonaldisasi masyarakat global

Conversi mengklaim pada tahun 2010 bahwa globalisasi lebih didorong oleh arus aktivitas budaya
dan ekonomi dari Amerika Serikat yang lebih dikenal
sebagaiAmerikanisasi[147][148] atau Westernisasi. Misalnya, dua gerai makanan dan minuman global
tersukses di dunia adalah perusahaan asal Amerika Serikat, McDonald's danStarbucks. Keduanya
sering dijadikan contoh globalisasi karena masing-masing memiliki lebih dari 32.000[149] dan 18.000
gerai di seluruh dunia per tahun 2008.[150]

Istilah globalisasi bermakna transformasi. Tradisi kebudayaan seperti musik tradisional bisa saja
lenyap atau berubah menjadi gabungan tradisi. Globalisasi mampu menciptakan keadaan darurat
demi melestarikan warisan musik. Para pengarsip berusaha mengoleksi, merekam, atau menulis
repertoar sebelum melodinya mengalami asimilasi atau penyesuaian. Musisi lokal berjuang
mendapatkan keautentikan dan melestarikan tradisi musik daerah. Globalisasi dapat membuat para
pementas atau seniman mengabaikan instrumen musik tradisional. Genre gabungan yang baru bisa
menjadi bahan penelitian yang menarik.[151]

Globalisasi mendorong fenomena Musik Dunia dengan mengizinkan musik yang direkam di suatu
tempat untuk mencapai pendengar di dunia Barat yang hendak mencari ide dan suara baru.
Contohnya, banyak musisi Barat yang telah mengadopsi inovasi yang berasal dari kebudayaan
lain.[152]

Istilah "Musik Dunia" awalnya ditujukan pada musik etnis. Sekarang, globalisasi memperluas
cakupan istilah ini hingga sub-genre hibrid seperti World fusion, Global fusion, Ethnic
fusion[153] and Worldbeat[154][155]
Gerai Coca-Cola di luar pusat perbelanjaan Grand Gateway 66 di Xujiahui,Shanghai

Musik juga tersebar keluar dari dunia Barat. Musik pop Anglo-Amerika menyebar ke seluruh dunia
melalui MTV. Teori dependensi menjelaskan bawha dunia adalah sistem internasional yang terpadu.
Dari sudut pandang musik, ini berarti kehilangan identitas musik daerah.[156]

Bourdieu mengatakan bahwa persepsi konsumsi bisa dipandang sebagai identifikasi diri dan
pembentukan identitas. Dari sisi musik, ini artinya setiap manusia memiliki identitas musiknya sendiri
berdasarkan kesukaan dan selera. Kesukaan dan selera ini sangat dipengaruhi oleh kebudayaan
karena kebudayaan adalah fakto paling mendasar yang membentuk keinginan dan perilaku
seseorang. Konsep kebudayaan lokal sekarang berubah akibat globalisasi. Selain itu, globalisasi
turut meningkatkan interdependensi faktor pribadi, politik, budaya, dan ekonomi.[157]

Laporan UNESCO tahun 2005[158] menunjukkan bahwa pertukaran budaya makin sering terjadi dari
kawasan Asia Timur, namun negara-negara Barat masih eksportir budaya terbesar. Pada tahun
2002, Cina merupakan eksportir budaya terbesar di dunia setelah Britania Raya dan Amerika
Serikat. Antara tahun 1994 dan 2002, pangsa ekspor budaya Amerika Utara dan Uni Eropa
menurun, sementara ekspor budaya Asia naik melampaui Amerika Utara. Fakta lainnya yang terkait
adalah populasi dan luas Asia lebih besar berkali-kali lipat daripada Amerika Utara. Amerikanisasi
berhubungan dengan masa-masa tingginya pengaruh politik tinggi Amerika Serikat dan
pertumbuhan toko, pasar, dan barang Amerika Serikat yang diekspor ke negara lain.

Globalisasi, sebagia fenomena yang beragam, berkaitan dengan dunia politik multilateral serta
perkembangan pasar dan benda budaya antarnegara. Pengalaman yang dialami India
mengungkapkan jamaknya pengaruh globalisasi budaya.[159]

Multilingualisme dan lingua franca[sunting | sunting sumber]


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Multilingualisme, Lingua franca, dan Daftar lingua franca

Penutur multibahasa melampaui jumlah penutur monobahasa di dunia.[160] Saat ini, kebanyakan
orang di dunia bisa menuturkan lebih dari satu bahasa.[161] Kontak bahasaterjadi ketika dua
bahasa/varietas atau lebih saling beinteraksi. Kontak bahasa terjadi dalam berbagai fenomena,
termasuk konvergensi bahasa, peminjaman kata, danreleksifikasi. Hasil kontak yang paling lazim
adalah pidgin, kreol, ganti kode, dan bahasa campuran.

Multilingualisme mencuat sebagai fenomena sosial yang diatur oleh kebutuhan globalisasi dan
keterbukaan budaya.[162] Berkat kemudahan akses informasi yang difasilitasi Internet, umat manusia
semakin sering terekspos dengan bahasa asing, lantas memicu perlunya penguasaan beberapa
bahasa.

Lingua franca adalah bahasa yang secara sistematis dipakai untuk berkomunikasi antar orang-orang
yang bahasa ibunya tidak sama, biasanya memakai bahasa ketiga yang berbeda dengan bahasa
ibu dua orang tersebut.[163] Saat ini, bahasa kedua yang paling populer adalah bahasa Inggris.
Sekitar 3,5 miliar orang lumayan paham dengan bahasa tersebut.[164] Bahasa Inggris adalah bahasa
yang paling dominan di Internet.[165] Sekitar 35% surat, teleks, dan kawat di dunia ditulis dalam
bahasa Inggris; sekitar 40% program radio dunia disiarkan dalam bahasa Inggris.[166]

Meski penutur multibahasa sering dijumpai, jumlah bahasa yang dituturkan secara global terus
berkurang. 20 bahasa terbesar yang penuturnya lebih dari 50 juta orang dituturkan oleh 50%
penduduk dunia, sedangkan sisanya dituturkan di daerah-daerah kecil. Kebanyakan bahasa
memiliki kurang dari 10.000 penutur.[167] Bahasa yang kurang tersebar ini sejak dulu terlindungi oleh
lokasi geografisnya yang tertutup. Sekarang, penutur bahasa daerah dan minoritas makin sulit
bersaing dengan penutur bahasa dominan sehinga bahasa-bahasa tersebut dianggap bahasa
terancam. Jumlah total bahasa di dunia tepatnya tidak diketahui dan perkiraannya bermacam-
macam tergantung faktornya. Perkiraan saat ini berada di antara 6.000 dan 7.000 bahasa[168] dan
sekitar 5090% di antaranya akan punah pada tahun 2100.[167]
B. Dampak Globalisasi Bidang Sosial Budaya

1. Dampak Negatif Globalisasi Bidang Sosial Budaya

Pengaruh Globalisasi bidang Sosial Budaya yang paling dapat kita rasakan adalah Masuknya Budaya
Barat (westernisasi). Budaya barat sangat bertentangan dengan Bangsa Asia khusunya Indonesia yang
dianggap Budaya Timur. Di era Globalisasi ini, dengan mudahnya Budaya Barat masuk melalui media
internet, tv, ataupun media cetak yang kemudian diserap oleh banyak anak-anak muda di Indonesia. Hal
ini saling berkesinambungan dengan pengaruh buruk lainnya dari globalisasi.

Bagi Bangsa Indonesia, Masuknya Budaya Barat dapat menyebabkan:


a. Aculturasi

Biasanya ditandai dengan perubahan budaya maupun kebiasaan dalam masyarakat. Norma masyarakat
yang sebelumnya menjadi pedoman bagi seseorang bertindak perlahan-lahan berubah menjadi tidak
dipedulikan lagi. Misalnya kebiasaan memberikan salam dan mencium tangan pada orang tua sudah
pudar di kalangan generasi muda.

Budaya atau kebiasaan pada masyarakat seperti memberikan salam dan mencium tangan pada orang
tua sudah pudar di kalangan generasi muda sebagian besar disebabkan oleh masuknya budaya Barat.

Memberi salam atau mencium tangan orang tua sudah tergantikan oleh Cipika-Cipiki yang
diperkenalkan budaya Barat. Padahal ini tidak sesuai dengan Bangsa Timur yang lebih mengedepankan
etika dalam bermasyarakat. Terlebih dalam Agama Islam Cipika-Cipiki dianggap dosa bila dengan
lawan jenis.

Aculturasi juga ditandai dengan kebiasaan anggota masyarakat melanggar aturan atau hukum. Hal yang
tidak biasa dalam masyarakat kini telah menjadi lazim untuk dilakukan. Hal ini akibat kebebasan yang
diajarkan budaya Barat sehingga dirasa terlalu bebas tanpa disertai tanggung jawab.

b. Sikap Meniru

Meniru perilaku yang buruk

Banyak sekali adegan dalam film Barat yang tidak sepatutnya dicontoh oleh kaum muda. Misalnya,
perkelahian antar pelajar dan adegan-adegan kekerasan lainnya serta pelajar yang terintimidasi atau
sering ejek dan diganggu dalam sekolah, sifat tawuran dan saling mengejek Antara sesama pelajar di
Indonesia sudah sering terjadi belakangan ini, padahal kalau kita lihat pada masa-masa lalu tidak ada
yang namanya tawuran maupun saling mengejek Antara pelajar di Indonesia.

Meniru Idola

Seseorang yang mengidolakan suatu tokoh seperti aktris/actor atau penyanyi, pasti ingin sama persis
menjadi seperti idolanya, setidaknya dalam hal bergaya atau berpakaian. Cara berpakaian para
aktris/actor atau penyanyi dari barat (luar Indonesia) sangat bertentangan dengan cara berpakaian di
Indonesia bahkan ada yang bahkan dianggap tak lazim bahkan mungkin dapat dikatakan gila. Tapi
semua itu seolah tak berarti dan tak diindahkan oleh kaum muda di Indonesia, dan tetap diikuti.

Cara berpakaian
Barat yang identik dengan liberalisme, sangat bebas dalam berpakaian. Dan karena tren pakaian dunia
berkiblat pada bangsa Barat, maka style/cara berpakaian bangsa Barat pun perlahan masuk dalam
budaya kita dan berpakaian sangat sexy dengan rok pendek sudah mejadi hal yang lumrah. Padahal
berpakaian seperti itu di Indonesia sangat bertentangan dengan budaya dan adat, apa lagi kalau di
masukkan dalam peraturan agama islam yang mengharuskan kita berpakaian sopan dan menutup
semua aurat kita, jadi ini sangat bertentangan dengan gaya berpakaian orang Indonesia.

Sekularisme

Merupakan Ideologi yang menyatakan bahwa sebuah institusi harus berdiri terpisah dari agama atau
kepercayaan. Dalam kajian keagamaan, masyarakat dunia barat pada umumnya di anggap sebagai
sekular. Hal ini di karenakan kebebasan beragama yang hampir penuh tanpa sangsi legal atau sosial, dan
juga karena kepercayaan umum bahwa agama tidak menentukan keputusan politis. Tentu saja,
pandangan moral yang muncul dari tradisi kegamaan tetap penting di dalam sebagian dari negara-
negara ini.

Selain Masuknya Budaya Barat yang menjadi akar dari semua dampak negatif Globalisasi bidang sosial
budaya, ada unsur lain yang ikut berperan dalam hal ini yaitu Kemajuan IPTEK. Kemajuan IPTEK adalah
dampak positif dari globalisasi dalam bidang Teknologi, namun ini sedikit banyak membawa dampak
negatif bidang Sosial Budaya yang diantaranya melahirkan gaya hidup yang :

c. Individualistis

Dulu sosialisasi hanya dapat terjadi jika kita pergi keluar rumah, menyapa tetangga ataupun mengobrol.
Namun dizaman modern ini, hanya dengan duduk dialam rumah dengan internet, bahkan kita bisa
bersosialisasi dengan orang-orang yang berada sangat jauh. Inilah akar dari individualistis yang tercipta
karena tidak bersosialisasi secara langsung. Hal ini akan sangat merusak karena menciptakan seseorang
dengan sikap yang tidak memperdulikan orang lain selain dirinya.

d. Pragmatisme

Pragmatisme adalah sikap yang menilai sesuatu dari untung ruginya bagi diri sendiri. Padahal menolong
tanpa pamrih adalah pelajaran dasar dalam bermasyarakat. Tapi semakin majunya jaman, menyebabkan
lunturnya nilai-nilai gotong royong dan tolong-menolong dalam hal-hal kebaikan. Individu lebih
mengarahkan pada kegiatan yang menguntungkan dirinya saja.
e. Materialisme

Materialsme adalah doktrin yang menyatakan bahwa kenyamanan, kesenangan, dan kekayaan
merupakan satu-satunya tujuan atau nilai tertinggi. materialisme adalah kecenderungan untuk lebih
peduli dengan materi dari pada rohani atau tujuan dan nilai intelektual.

Materialisme adalah pandangan hidup yang mencari dasar segala sesuatu yang termasuk kehidupan
manusia di dalam alam kebendaan semata-mata dengan mengesampingkan segala sesuatu yang
mengatasi alam indra. Ini sesuai dengan kaidah dalam bahasa indonesia. Jika ada kata benda
berhubungan dengan kata isme maka artinya adalah paham atau aliran.

Materialisme adalah paham dalam filsafat yang menyatakan bahwa hal yang dapat dikatakan benar-
benar ada adalah materi. Pada dasarnya semua hal terdiri atas materi dan semua fenomena adalah hasil
interaksi material. Materi adalah satu-satunya substansi. Sebagai teori materialisme termasuk paham
ontologi monistik. Materialisme berbeda dengan teori ontologis yang didasarkan pada dualisme atau
pluralisme. Dalam memberikan penjelasan tunggal tentang realitas, materialisme berseberangan
dengan idealisme.

Materialisme tidak mengakui entitas-entitas nonmaterial seperti : roh, hantu, setan dan malaikat.
Pelaku-pelaku immaterial tidak ada. Tidak ada tuhan (Allah) atau dunia adikodrati/supranatural. Realitas
satu-satunya adalah materi dan segala sesuatu merupakan manifestasi dari aktivitas materi. Materi dan
aktivitasnya bersifat abadi. Tidak ada Penggerak Pertama atau Sebab Pertama. Tidak ada kehidupan,
tidak ada pikiran yang kekal. Semua gejala berubah, akhirnya melampaui eksistensi, yang kembali lagi ke
dasar material primordial, abadi, dalam suatu peralihan wujud yang abadi dari materi.

Jadi materialism tidak mengakui adanya tuhan dan berpikir bahwa semua di dunia ini hanya materi. Ini
bertentangan dengan nilai agama di Indonesia dimana agama mengatakan ada entitas selain entitas
material yaitu roh, jin, setan dan malaikat, serta meyakini adanya tuhan (Allah).

f. Hedonisme

Hedonisme adalah pandangan hidup atau pola hidup yang menganggap bahwa kesenangan dan
kenikmatan materi adalah tujuan utama hidup. bagi para penganut paham ini, bersenang senang, pesta
pora, dan berpoya- poya merupakan tujuan utama hidup, entak itu menyenangkan bagi orang lain atau
tidak. karena mereka beranggapan hidup ini hanya satu kali, sehingga mereka merasa ingin menikmati
hidup senikmat-nikmatnya.

g. Konsumerisme
Konsumerisme merupakan paham dimana seseorang atau kelompok melakukan atau menjalankan
proses konsumsi atau pemakaian barang barang hasil produksi secara berlebihan atau tidak sepantasnya
secara sadar dan berkelanjutan. Dan inilah hal yang paling sering terjadi seperti berbelanja pakaian
terlalu banyak. Padahal pakaian tersebut tidak semuanya dipakai dalam kehidupan sehari-hari.

2. Pengaruh Positif Globalisasi Bidang Sosial Budaya

Banyak sekali pengaruh buruk akibat Globalisasi yang kita rasakan. Namun tentunya masih ada
pengaruh positif Globalisasi Bidang Sosial Budaya yang dapat kita rasakan, atau mungkin bagi sebagian
banyak orang sudah mengalaminya.

a. Meningkatkan pembelajaran mengenai tata nilai sosial budaya, cara hidup, pola pikir yang baik,
maupun ilmu pengetahuan dan teknologi dari bangsa lain yang telah maju.

b. Meningkatkan etos kerja yang tinggi, suka bekerja keras, disiplin, mempunyai jiwa kemandirian,
rasional, sportif, dan lain sebagainya.

Dengan semua dampak dampak globalisasi diatas adakah cara agar kita membentengi diri agar terhindar
dari dampak dampak negative dari globalisasi sendiri? Ada.

C. Cara Membentengi Diri dari Dampak Globalisasi

1. Menumbuhkan semangat nasionalisme yang tangguh, misal semangat menciintai produk dalam
negeri.

2. Menanamkan dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila dengan sebail-baiknya.

3. Menanamkan dan melaksanakan ajaran agama dengan sebaik- baiknya.

4. Mewujudkan supremasi hukum, menerapkan dan menegakkan hukum dalam arti sebenar-
benarnya dan seadil- adilnya.

5. Selektif terhadap pengaruh globalisasi di bidang politik, ideologi, ekonomi, sosial budaya bangsa.

KESIMPULAN
Banyak pola hidup negatif akibat Globalisasi seperti konsumerisme, pragmatism, hedonism, matrealisme
dan lain-lain. Semua sikap tersebut akan membuat lunturnya semangat gotong royong, solidaritas,
kepedulian, & kesetiakawanan sosial serta nilai-nilai agama. Nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan
masyarakat, bangsa dan Negara pun akan pudar karena dianggap tidak ada hubungannya.

Juga terdapat beberapa dampak positif yang dapat kita rasakan:

1. Meningkatkan pembelajaran mengenai tata nilai sosial budaya, cara hidup, pola pikir yang baik,
maupun ilmu pengetahuan dan teknologi dari bangsa lain yang telah maju.

2. Meningkatkan etos kerja yang tinggi, suka bekerja keras, disiplin, mempunyai jiwa kemandirian,
rasional, sportif, dan lain sebagainya.

Dari dampak globalisasi di bidang social dan budaya terlihat bahwa dampak negative lebih

Mendominasi dari pada dampak positivenya oleh karena itu kita harus punya pertahanan untuk
membentengi diri dari segala dampak dampak negativenya seperti yang sudah dijelaskan diatas dan
yang utama adalah perkuatlah keimanan kita terhadap Tuhan YME.

Anda mungkin juga menyukai