Bab I
Bab I
BAB I
PENDAHULUAN
mortalitas akibat kasus PPOK di Indonesia adalah tinggi, maka sebagai dokter
umum harus dapat mengenali dan melakukan terapi pada PPOK.
1.2. Tujuan
Tujuan pembuatan laporan kasus yang berjudul Penyakit Paru Obstruktif
Kronis (PPOK) ini adalah untuk membahas gejala-gejala klinis, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, dan prognosis bagi penderita
penyakit ini, mengingat kasus PPOK semakin meningkat setiap tahunnya. Dengan
begitu diharapkan kita mampu menekan angka morbiditas dan mortalitas PPOK.
3
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 IDENTIFIKASI
Nama : Tn. Johan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 70 tahun
Alamat : Jl. Musium Lr Mbah Rustam Km. 5 Palembang
Pekerjaan : Tidak bekerja
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
MRS : 28 Agustus 2011
berobat ke dokter dan diberi obat. Os lupa nama obatnya. Namun keluhan os
tidak berkurang.
1 hari SMRS os mengeluh semakin sesak. Demam (+) tidak terlalu tinggi,
nyeri ulu hati (+), mual (+), penurunan nafsu makan (+), BAB dan BAK
biasa. Os berobat ke RSMH dan dirawat.
Keadaan Spesifik
Kulit
Warna sawo matang, efloresensi (-), scar (-), ikterus pada kulit (-), sianosis (-
), spider nevi (-), pucat pada telapak tangan dan kaki (-), eritema palmar (-),
pertumbuhan rambut normal.
KGB
Tidak ada pembesaran KGB pada daerah axilla, leher, inguinal, dan
submandibula serta tidak ada nyeri penekanan.
Kepala
Normocephali
Mata
Eksophtalmus dan endopthalmus (-), edema palpebra (-), konjungtiva
palpebra pucat (-), sklera ikterik (-), pupil isokor (+/+), reflek cahaya normal,
pergerakan mata ke segala arah baik. Edema subkonjugtiva (-).
Hidung
Bagian luar tidak ada kelainan, septum dan tulang-tulang dalam perabaan
baik, tidak ditemukan penyumbatan maupun perdarahan, pernapasan cuping
hidung (-)
Telinga
Tophi (-), nyeri tekan processus mastoideus (-), pendengaran baik.
Mulut
Tonsil tidak ada pembesaran, pucat pada lidah (-), atrophi papil (-), hipertrofi
ginggiva (-), gusi berdarah (-), stomatitis (-), fetor hepatikum (-), faring tidak
ada kelainan.
6
Leher
Pembesaran kelenjar thyroid (-), JVP (5-2) cmH2O, pembesaran kelenjar
getah bening (-), kaku kuduk (-)
Dada
Bentuk dada barrel chest, diameter anteroposterior 16 cm, diameter
transversal 28 cm, nyeri tekan (-), nyeri ketok (-), krepitasi (-), spider nevi (-).
Paru
I : Statis, dinamis simetris kanan dan kiri, barrel chest, sela iga melebar (+)
P : Stem fremitus sama kanan dan kiri
P : Hipersonor pada lapangan paru kanan dan kiri.
A: Vesikuler menurun pada paru kanan, ronkhi basah sedang (+) minimal
pada basal paru kanan dan kiri, wheezing (-).
Jantung
I : ictus cordis tidak terlihat
P : ictus cordis tidak teraba
P : batas jantung sulit dinilai
A : HR : 96 x/menit, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
I : datar
P : lemas, hepar dan lien tidak teraba, NT (-)
P : timpani
A : BU (+) N
Genital
Tidak diperiksa
7
Ekstremitas atas:
Eutoni, eutrophi, gerakan bebas, kekuatan +5, nyeri sendi (-), edema (-),
jaringan parut (-), akral dingin (-), jari tabuh (-), turgor baik, clubbing finger
(-), eritem palmar (-).
Ekstremitas bawah:
Eutoni, eutrophi, gerakan bebas, kekuatan +5, nyeri sendi (-), nyeri otot
tungkai (-), edema pretibial (-), edema pedis (-), jaringan parut (-), lebam (-),
turgor kembali cepat.
Kimia Klinik
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
BSS 139 mg/dl
Ureum 36 mg/dl 15-39 mg/dl
Creatinin 1,0 mg/dl L 0,9-1,3 mg/dl, P 0,6-
1,0 mg/dl
Protein Total 6,1 g/dl 6,0-7,8 g/dl
8
RESUME
Seorang laki-laki berinisial J datang dengan keluhan utama sesak yang
bertambah hebat sejak 1 hari SMRS.
1 tahun SMRS, os mengeluh batuk, dahak (+), warna putih, 1 sendok
makan setiap batuk. Demam (+) tidak terlalu tinggi, demam turun naik nafsu
makan biasa, BAB dan BAK biasa. Os tidak berobat.
20 hari SMRS, os mengeluh batuk berdahak semakin sering. Sesak (+)
hilang timbul tidak dipengaruhi suhu dan aktivitas.
6 hari SMRS os mengeluh sesak napas semakin bertambah. Sesak napas
tidak dipengaruhi aktivitas, cuaca, dan emosi. Sesak napas tidak berkurang saat
istirahat. Batuk (+), dahak kuning kehijauan. Nyeri dada (+) di dada kanan seperti
ditusuk setiap os batuk. Mual (+), penurunan nafsu makan (+), os berobat ke
dokter dan diberi obat. Namun keluhan os tidak hilang.
1 hari SMRS os mengeluh semakin sesak. Demam (+) tidak terlalu
tinggi, nyeri ulu hati (+), mual (+), penurunan nafsu makan (+), BAB dan BAK
biasa. Os berobat ke RSMH dan dirawat.
Riwayat darah tinggi disangkal, kencing manis disangkal. Riwayat
penyakit asma disangkal. Riwayat minum obat selama 6 bulan disangkal. Riwayat
sakit maag sejak 3 bulan yang lalu. Riwayat merokok (+) selama 50 tahun, 2
bungkus/hari. Os berhenti merokok sejak 20 hari SMRS. Riwayat Penyakit yang
sama dalam keluarga disangkal.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan os tampak sakit sedang dengan
kesadaran compos mentis. Tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 96 x/menit,
pernapasan 26 x/menit, temperatur 36,9C, JVP (5-2) cmH2O. Pada pemeriksaan
paru, inspeksi Statis, dinamis simetris kanan sama dengan kiri, barrel chest, dan
sela iga yang melebar, dengan perkusi dada didapatkan hipersonor pada lapangan
paru kanan dan kiri. Pada auskultasi, Vesikuler menurun pada paru kanan, ronkhi
basah sedang (+) minimal pada basal paru, wheezing (-).
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar Hb yang menurun,
leukosit dan laju endap darah yang meningkat, menunjukkan adanya tanda-tanda
infeksi serta kadar albumin yang rendah. Berdasarkan hasil anamnesis,
11
DIAGNOSIS KERJA
PPOK eksaserbasi akut + Pneumonia tipikal
DIAGNOSIS BANDING
Susp. Tumor paru kanan
Kasus baru TB paru
TATALAKSANA
Istirahat
O2 3L
Diet NB TKTP tinggi albumin
IVFD NaCl 0,9% gtt XX/menit
OBH syrup 3x1
Antacid syrup 3x1
Donperidone 3x1
Ceftriaxone 1x1 g
B1B6B12 3x1
PEMERIKSAAN TAMBAHAN
BTA I,II,III
Kultur sputum
Sitologi sputum
Spirometri
Bronkoskopi
12
PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad malam
FOLLOW UP
5 September 2011
S : Nyeri dada kanan, nafsu makan kurang, mual
O : Keadaan Umum
Sensorium Compos Mentis
Tekanan Darah 120/60 mmHg
Nadi 94x/m reguler
Frekuensi Pernapasan 24x/m
Temperatur 36,4oC
Keadaan Spesifik
Kepala Palpebra conjungtiva pucat (-), Sklera ikterik (-)
Leher JVP (5-2) cm H2O, Pembesaran KGB (-)
Thorax Barrel chest, sela iga melebar
Cor :
HR : 94x/m, murmur (-), gallop (-)
Pulmo :
I: statis simetris, dinamis: dada kanan tertinggal
P: stem fremitus simetris kanan dan kiri
P: hipersonor pada kedua lapangan paru
A: vesikuler (+) normal pada paru kiri, menurun
pada paru kanan, ronkhi (+) basah sedang di
basal paru, wheezing (-)
Abdomen Datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba, nyeri
tekan (-) bising usus (+) normal, turgor <2
Ekstremitas Edema pretibial (-/-)
Akral hangat
Clubbing finger (-/-)
A : PPOK eksaserbasi perbaikan + pneumonia
tipikal
DD/ Tumor paru kanan
P : - Istirahat
- Diet NB TKTP tinggi albumin
- IVFD NaCl 0,9% gtt XX/menit
- OBH syrup 3 x 1 c
- Antacid syrup 3x1 c
- Donperidone 3x1
13
- Ceftriaxon 1x1 g
- B1B6B12 3x1
Rencana :
- BTA I, II, III
- Kultur reg mikroorganisme sputum
- Ekspertise Rontgen Lateral
- Urine rutin
06 September 2011
S : Nyeri di dada kanan, demam
O : Keadaan Umum
Sensorium Compos Mentis
Tekanan Darah 120/60 mmHg
Nadi 94x/m reguler
Frekuensi Pernapasan 24x/m
Temperatur 37,6C
Keadaan Spesifik
Kepala Palpebra conjungtiva pucat (-), Sklera ikterik (-)
Leher JVP (5-2) cm H2O, Pembesaran KGB (-)
Thorax Cor :
HR : 94x/m, murmur (-), gallop (-)
Pulmo :
I : Statis dan dinamis kanan-kiri Simetris
P : Stem Fremitus simetris
P : Sonor di Kedua Lapangan Paru
A : vesikuler (+) normal pada paru kiri, menurun
pada paru kanan, ronkhi (+) basah sedang di
basal paru, wheezing (-)
Abdomen Datar, lemas, hepar dan lien sulit dinilai, bising
usus(+)
Ekstremitas Edema pretibial (-)
A : PPOK eksaserbasi perbaikan + pneumonia
tipikal
DD/ Tumor paru kanan
P : - Istirahat
- Diet NB TKTP tinggi albumin
- IVFD NaCl 0,9% gtt XX/menit
- Antacid syrup 3x1 c
- Donperidone 3x1
- Ceftriaxon 1x1 g
- B1B6B12 3x1
14
7 September 2011
S : Demam, nyeri dada kanan
O : Keadaan Umum
Sensorium Compos Mentis
Tekanan Darah 110/60 mmHg
Nadi 100x/m reguler
Frekuensi Pernapasan 36x/m
Temperatur 37,8oC
Keadaan Spesifik
Kepala Palpebra conjungtiva pucat (-), Sklera ikterik (-)
Leher JVP (5-2) cm H2O, Pembesaran KGB (-)
Thorax Barrel chest, sela iga melebar
Cor :
HR : 100x/m, murmur (-), gallop (-)
Pulmo :
I: statis: simetris ka=ki, dinamis: dada kanan
tertinggal
P: stem fremitus menurun di hemithoraks kanan
P: hipersonor pada kedua lapangan paru
A: vesikuler menurun pada paru kanan, ronkhi
basah halus (+) pada basal paru, wheezing (-)
Abdomen Datar, tegang, nyeri tekan (+), hepar dan lien
sulit dinilai, bising usus (+) normal
Ekstremitas Edema pretibial (+/+)
Akral hangat
Clubbing finger (-/-)
A : PPOK eksaserbasi perbaikan + pneumonia
tipikal
DD/ Tumor paru kanan
P : - Istirahat
- Diet NB TKTP
- IVFD NaCl 0,9% gtt XX/menit
- OBH syrup 3 x 1 c
- Antacid syrup 3x1 c
- Donperidone 3x1
- Ceftriaxon 1x1 g
- B1B6B12 3x1
- Koreksi albumin
15
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Paru-paru adalah salah satu organ sistem pernapasan yang berada di dalam
kantong yang dibentuk oleh pleura perietalis dan pleura viseralis. Kedua paru-
paru sangat lunak, elastis, sifatnya ringan terapung di dalam air, dan berada dalam
rongga torak.
Masing-masing paru-paru mempunyai apeks yang tumpul dan menjorok
keatas kira-kira 2,5 cm di atas klavikula. Fasies kostalis yang berbentuk konveks
berhubungan dengan dinding dada sedangkan fasies mediastinalis yang berbentuk
konkaf membentuk pericardium. Pada pertengahan permukaan paru kiri terdapat
hilus pulmonalis yaitu lekukan di mana bronkus, pembuluh darah, dan saraf
masuk ke paru-paru membentuk radiks pulmonalis.2,8
a. Apeks pulmo
Berbentuk bundar menonjol ke arah dasar yang melebar melewati apartura
torasis superior 2,5-4 cm di atas ujung iga pertama.
b. Basis pulmo
16
Fisiologi Paru
Manusia dalam bernapas menghirup oksigen dalam udara bebas dan
membuang karbondioksida ke lingkungan. Dalam mengambil nafas ke dalam
tubuh dan membuang napas ke udara dilakukan dengan dua cara pernapasan,
yaitu:
Respirasi / Pernapasan Dada
Pernapasan dada adalah pernapasan yang melibatkan otot antartulang
rusuk. Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Fase inspirasi. Fase ini berupa berkontraksinya otot antartulang rusuk
sehingga rongga dada membesar.
2. Fase ekspirasi. Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot
antara tulang rusuk ke posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang
rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil.
Otot-otot yang digunakan ketika bernapas yaitu:
a. Otot yang Digunakan Saat Inspirasi
Kontraksi diafragma
Kontraksi otot eksternal
Kontraksi otot aksesori, seperti sternocleidomastoid, serratus anterior,
pectoralis minor, dan otot scalens.
b. Otot yang Digunakan Saat Ekshalasi
Otot internal inetrkostal dan transversus thoracis.
Otot abdominal, termasuk oblique internal dan eksternal, tranversus
abdominis dan otot rectus abdominis, dapat membantu otot internal
interkostal saat ekshalasi.
3.2 Definisi
COPD atau Penyakit Paru Obstruksi Kronis merupakan penyakit yang dapat
dicegah dan dirawat dengan beberapa gejala ekstrapulmonari yang signifikan,
yang dapat mengakibatkan tingkat keparahan yang berbeda pada tiap individual.
Penyakit paru kronik ini ditandai dengan keterbatasan aliran udara di dalam
saluran napas yang tidak sepenuhnya reversibel, bersifat progresif, biasanya
18
disebabkan oleh proses inflamasi paru yang disebabkan oleh pajanan gas
berbahaya yang dapat memberikan gambaran gangguan sistemik. Gangguan ini
dapat dicegah dan dapat diobati. Penyebab utama PPOK adalah rokok, asap polusi
dari pembakaran, dan partikel gas berbahaya.3
3.3 Prevalensi
Di Amerika, kasus kunjungan pasien PPOK di instalasi gawat darurat
mencapai angka 1,5 juta, 726.000 memerlukan perawatan di rumah sakit dan
119.000 meninggal selama tahun 2000. Sebagai penyebab kematian, PPOK
menduduki peringkat ke empat setelah penyakit jantung, kanker dan penyakti
serebro vascular. Biaya yang dikeluarkan untuk penyakit ini mencapai $24 milyar
per tahunnya. WHO memperkirakan bahwa menjelang tahun 2020 prevalensi
PPOK akan meningkat. Akibat sebagai penyebab penyakit tersering peringkatnya
akan meningkat dari ke duabelas menjadi ke lima dan sebagai penyebab kematian
akan meningkat dari ke enam menjadi ke tiga. Berdasarkan survey kesehatan
rumah tangga Dep. Kes. RI tahun 1992, PPOK bersama asma bronchial
menduduki peringkat ke enam. Merok merupakan farktor risiko terpenting
penyebab PPOK di samping faktor risiko lainnya seperti polusi udara, faktor
genetik dan lain-lainnya.
3.4. Etiologi
Setiap orang dapat terpapar dengan berbagai macam jenis yang berbeda dari
partikel yang terinhalasi selama hidupnya, oleh karena itu lebih bijaksana jika kita
mengambil kesimpulan bahwa penyakit ini disebabkan oleh iritasi yang
berlebihan dari partikel-partikel yang bersifat mengiritasi saluran pernapasan.
Setiap partikel, bergantung pada ukuran dan komposisinya dapat memberikan
kontribusi yang berbeda, dan dengan hasil akhirnya tergantung kepada jumlah
dari partikel yang terinhalasi oleh individu tersebut.1
Asap rokok merupakan satu-satunya penyebab terpenting, jauh lebih penting
dari faktor penyebab lainnya. Faktor resiko genetik yang paling sering dijumpai
19
adalah defisiensi alfa-1 antitripsin, yang merupakan inhibitor sirkulasi utama dari
protease serin.3
Faktor resiko COPD bergantung pada jumlah keseluruhan dari partikel-
partikel iritatif yang terinhalasi oleh seseorang selama hidupnya :4
Asap rokok
Perokok aktif memiliki prevalensi lebih tinggi untuk mengalami gejala
respiratorik, abnormalitas fungsi paru, dan mortalitas yang lebih tinggi dari
pada orang yang tidak merokok. Resiko untuk menderita COPD bergantung
pada dosis merokoknya, seperti umur orang tersebut mulai merokok,
jumlah rokok yang dihisap per hari dan berapa lama orang tersebut
merokok. Enviromental tobacco smoke (ETS) atau perokok pasif juga dapat
mengalami gejala-gejala respiratorik dan COPD dikarenakan oleh partikel-
partikel iritatif tersebut terinhalasi sehingga mengakibatkan paru-paru
terbakar. Merokok selama masa kehamilan juga dapat mewariskan faktor
resiko kepada janin, mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan paru-
paru dan perkembangan janin dalam kandungan, bahkan mungkin juga
dapat mengganggu sistem imun dari janin tersebut.
Polusi tempat kerja (bahan kimia, zat iritan, gas beracun)
Indoor Air Pollution atau polusi di dalam ruangan.
Hampir 3 milyar orang di seluruh dunia menggunakan batubara, arang, kayu
bakar ataupun bahan bakar biomass lainnya sebagai penghasil energi untuk
memasak, pemanas dan untuk kebutuhan rumah tangga lainnya. Sehingga
IAP memiliki tanggung jawab besar jika dibandingkan dengan polusi di luar
ruangan seperti gas buang kendaraan bermotor. IAP diperkirakan
membunuh 2 juta wanita dan anak-anak setiap tahunnya.
Polusi di luar ruangan, seperti gas buang kendaraan bermotor dan debu
jalanan.
Infeksi saluran nafas berulang
Jenis kelamin
Dahulu, COPD lebih sering dijumpai pada laki-laki dibanding wanita.
Karena dahulu, lebih banyak perokok laki-laki dibanding wanita. Tapi
20
dewasa ini prevalensi pada laki-laki dan wanita seimbang. Hal ini
dikarenakan oleh perubahan pola dari merokok itu sendiri. Beberapa
penelitian mengatakan bahwa perokok wanita lebih rentan untuk terkena
COPD dibandingkan perokok pria.
Status sosio ekonomi dan status nutrisi
Asma
Usia. Onset usia dari COPD ini adalah pertengahan
3.5. Patogenesis
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa faktor resiko utama dari
COPD ini adalah merokok. Komponen-komponen asap rokok ini merangsang
perubahan-perubahan pada sel-sel penghasil mukus bronkus dan silia. Selain itu,
silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta
metaplasia. Perubahan-perubahan pada sel-sel penghasil mukus dan sel-sel silia
ini mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan
mukus kental dalam jumlah besar dan sulit dikeluarkan dari saluran nafas. Mukus
berfungsi sebagai tempat persemaian mikroorganisme penyebab infeksi dan
menjadi sangat purulen. Timbul peradangan yang menyebabkan edema dan
pembengkakan jaringan. Ventilasi, terutama ekspirasi terhambat. Timbul
hiperkapnia akibat dari ekspirasi yang memanjang dan sulit dilakukan akibat
mukus yang kental dan adanya peradangan.4
Komponen-komponen asap rokok tersebut juga merangsang terjadinya
peradangan kronik pada paru. Mediator-mediator peradangan secara progresif
merusak struktur-struktur penunjang di paru. Akibat hilangnya elastisitas saluran
udara dan kolapsnya alveolus, maka ventilasi berkurang. Saluran udara kolaps
terutama pada ekspirasi karena ekspirasi normal terjadi akibat pengempisan
(recoil) paru secara pasif setelah inspirasi. Dengan demikian, apabila tidak terjadi
recoil pasif, maka udara akan terperangkap di dalam paru dan saluran udara
kolaps.4
Ada beberapa karakteristik inflamasi yang terjadi pada pasien COPD,
yakni : peningkatan jumlah neutrofil (didalam lumen saluran nafas), makrofag
21
3.6 Klasifikasi
Berdasarkan Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease
(GOLD) 2007, dibagi atas 4 derajat :4
1. Derajat I: COPD ringan
Dengan atau tanpa gejala klinis (batuk produksi sputum). Keterbatasan aliran
udara ringan (VEP1 / KVP < 70%; VEP1 > 80% Prediksi). Pada derajat ini,
orang tersebut mungkin tidak menyadari bahwa fungsi parunya abnormal.
2. Derajat II: COPD sedang
Semakin memburuknya hambatan aliran udara (VEP1 / KVP < 70%; 50% <
VEP1 < 80%), disertai dengan adanya pemendekan dalam bernafas. Dalam
tingkat ini pasien biasanya mulai mencari pengobatan oleh karena sesak nafas
yang dialaminya.
3. Derajat III: COPD berat
Ditandai dengan keterbatasan / hambatan aliran udara yang semakin
memburuk (VEP1 / KVP < 70%; 30% VEP1 < 50% prediksi). Terjadi sesak
nafas yang semakin memberat, penurunan kapasitas latihan dan eksaserbasi
yang berulang yang berdampak pada kualitas hidup pasien.
4. Derajat IV: COPD sangat berat
Keterbatasan / hambatan aliran udara yang berat (VEP1 / KVP < 70%; VEP1 <
30% prediksi) atau VEP1 < 50% prediksi ditambah dengan adanya gagal nafas
kronik dan gagal jantung kanan.
3.7 Diagnosa
Penderita COPD akan datang ke dokter dan mengeluhkan sesak nafas,
batuk-batuk kronis, sputum yang produktif, faktor resiko (+). Sedangkan COPD
ringan dapat tanpa keluhan atau gejala. Dapat ditegakkan dengan cara :1
22
1. Anamnesis
Anamnesis riwayat paparan dengan faktor resiko, riwayat penyakit
sebelumnya, riwayat keluarga PPOK, riwayat eksaserbasi dan perawatan di
RS sebelumnya, komorbiditas, dampak penyakit terhadap aktivitas, dll.
2. Pemeriksaan Fisik, dijumpai adanya :
Pernafasan pursed lips
Takipnea
Dada emfisematous atu barrel chest
Tampilan fisik pink puffer atau blue bloater
Pelebaran sela iga
Hipertropi otot bantu nafas
Bunyi nafas vesikuler melemah
Ekspirasi memanjang
Ronki kering atau wheezing
Bunyi jantung jauh
3. Pemeriksaan Foto Toraks, curiga PPOK bila dijumpai kelainan:
Hiperinflasi
Hiperlusen
Diafragma mendatar
Corakan bronkovaskuler meningkat
Bulla
Jantung pendulum
4. Uji Spirometri, yang merupakan diagnosis pasti, dijumpai :
VEP1 < KVP < 70%
Uji bronkodilator (saat diagnosis ditegakkan) : VEP1 paska bronkodilator
< 80% prediksi
5. Uji Coba kortikosteroid
6. Analisis gas darah
Semua pasien dengan VEP1 < 40% prediksi
Secara klinis diperkirakan gagal nafas atau payah jantung kanan
23
3.9. Penatalaksanaan
Adapun tujuan dari penatalaksanaan COPD ini adalah :1
Mencegah progesifitas penyakit
Mengurangi gejala
Meningkatkan toleransi latihan
Mencegah dan mengobati komplikasi
Mencegah dan mengobati eksaserbasi berulang
Mencegah atau meminimalkan efek samping obat
Memperbaiki dan mencegah penurunan faal paru
Meningkatkan kualitas hidup penderita
Menurunkan angka kematian
Riwayat penyakit yang rinci pada pasien yang dicurigai PPOK atau
pasien yang telah di diagnosis PPOK digunakan untuk evaluasi dan
monitoring penyakit :
Pajanan faktor resiko, jenis zat dan lamanya terpajan
Riwayat timbulnya gejala atau penyakit
Riwayat keluarga PPOK atau penyakit paru lain, misalnya asma, tb
paru
Riwayat eksaserbasi atau perawatan di rumah sakit akibat penyakit
paru kronik lainnya
Penyakit komorbid yang ada, misal penyakit jantung, rematik, atau
penyakit-penyakit yang menyebabkan keterbattasan aktifitas
Rencanakan pengobatan terkini yang sesuai dengan derajat PPOK
Pengaruh penyakit terhadap kehidupan pasien seperti keterbatasan
aktifitas, kehilangan waktu kerja dan pengaruh ekonomi, perasaan
depresi / cemas
Kemungkinan untuk mengurangi faktor resiko terutama berhenti
merokok
Dukungan dari keluarga
Terapi Non-Farmakologis
a. Rehabilitasi : latihan fisik, latihan endurance, latihan
pernapasan, rehabilitasi psikososial
b. Terapi oksigen jangka panjang (>15 jam sehari): pada PPOK
derajat IV, AGD=
PaO2 < 55 mmHg, atau SO2 < 88% dengan atau tanpa
hiperkapnia
PaO2 55-60 mmHg, atau SaO2 < 88% disertai hipertensi
pulmonal, edema perifer karena gagal jantung, polisitemia
Pada pasien PPOK, harus di ingat, bahwa pemberian oksigen
harus dipantau secara ketat. Oleh karena, pada pasien PPOK
terjadi hiperkapnia kronik yang menyebabkan adaptasi
kemoreseptor-kemoreseptor central yang dalam keadaan
normal berespons terhadap karbon dioksida. Maka yang
menyebabkan pasien terus bernapas adalah rendahnya
konsentrasi oksigen di dalam darah arteri yang terus
merangsang kemoreseptor-kemoreseptor perifer yang relatif
kurang peka. Kemoreseptor perifer ini hanya aktif melepaskan
muatan apabila PO2 lebih dari 50 mmHg, maka dorongan untuk
bernapas yang tersisa ini akan hilang. Pengidap PPOK biasanya
memiliki kadar oksigen yang sangat rendah dan tidak dapat
diberi terapi dengan oksigen tinggi. Hal ini sangat
mempengaruhi koalitas hidup. Ventimask adalah cara paling
efektif untuk memberikan oksigen pada pasien PPOK.
c. Nutrisi
27
Gejala eksaserbasi :
- Sesak bertambah
- Produksi sputum meningkat
- Perubahan warna sputum
Gejala
Orang dengan pneumonia sering kali disertai batuk berdahak, sputum
kehijauan atau kuning, demam tinggi yang disertai dengan menggigil. Disertai
nafas yang pendek, nyeri dada seperti pada pleuritis, nyeri tajam atau seperti
ditusuk. Salah satu nyeri atau kesulitan selama bernafas dalam atau batuk. Orang
dengan pneumonia, batuk dapat disertai dengan adanya darah,sakit kepala,atau
mengeluarkan banyak keringat dan kulit lembab. Gejala lain berupa hilang nafsu
makan, kelelahan, kulit menjadi pucat, mual, muntah, nyeri sendi atau otot. Tidak
jarang bentuk penyebab pneumonia mempunyai variasi gejala yang lain. Misalnya
pneumonia yang disebabkan oleh Legionella dapat menyebabkan nyeri perut dan
diare, pneumonia karena tuberkulosis atau Pneumocystis hanya menyebabkan
penurunan berat badan dan berkeringat pada malam hari. Pada orang tua
manifestasi dari pneumonia mungkin tidak khas. Bayi dengan pneumonia lebih
banyak gejala, tetapi pada banyak kasus, mereka hanya tidur atau kehilangan
nafsu makan.
Keterangan :
*) neutropeni pada imunocompromised host (oleh kuman Gr (-) batang, Steph.
aureus, jamur
Patofisiologi
Gejala dari infeksi pneumonia disebabkan invasi pada paru-paru oleh
mikroorganisme dan respon sistem imun terhadap infeksi.Meskipun lebih dari
seratus jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan pneumonia, hanya sedikit
dari mereka yang bertanggung jawab pada sebagian besar kasus.Penyebab paling
sering pneumonia adalah virus dan bakteri. Penyebab yang jarang menyebabkan
infeksi pneumonia ialah fungi dan parasit.1,2
Pemeriksaan Fisik
Individu dengan gejala pneumonia memerlukan evaluasi medis.
Pemeriksaan fisik untuk perawatan kesehatan menunjukan demam atau kadang-
kadang suhu tubuh menurun, peningkatan frekwensi pernapasan(RR), penurunan
tekanan darah, denyut jantung yang cepat, atau saturasi oksigen yang rendah,
34
dimana jumlah oksigen dalam darah yang diindikasikan oleh pulse oximetri atau
analisis gas darah. Orang yang kesulitan bernafas, bingung atau dengan
sianosis(kulit berwarna biru) memerlukan pertolongan segera.1,8
Komplikasi
Komplikasi yang paling sering disebabkan oleh pneumonia karena bakteri
daripada pneumonia karena virus. Komplikasi yang penting meliputi gagal napas,
Effusi pleura, empyema dan abces.
36
BAB IV
ANALISIS KASUS
faktor resiko yaitu merokok yang lama untuk timbulnya gangguan pada paru
berupa PPOK.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan os tampak sakit sedang dengan
kesadaran compos mentis. Tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 96 x/menit,
pernapasan 26 x/menit, temperatur 36,9C, JVP (5-2) cmH2O. Pada pemeriksaan
paru, inspeksi Statis, dinamis simetris kanan sama dengan kiri, barrel chest, dan
sela iga yang melebar, dengan perkusi dada didapatkan hipersonor pada lapangan
paru kanan dan kiri. Pada auskultasi, Vesikuler menurun pada paru kanan, ronkhi
basah sedang (+) minimal pada basal paru, wheezing (-). Berdasarkan
pemeriksaan fisik, dapat ditegakkan diagnosis berupa penyakit paru obstruktif
kronis (PPOK).
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar Hb yang menurun,
leukosit dan laju endap darah yang meningkat, menunjukkan adanya tanda-tanda
infeksi serta kadar albumin yang rendah. Berdasarkan hasil anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, dapat dipikirkan kemungkinan
PPOK eksaserbasi akut dan pneumonia tipikal.
Penatalaksanaan yang diberikan adalah diet NB TKTP tinggi albumin dan
medikamentosa. Medikamentosa meliputi OBH syrup, antibiotik, dan vitamin.
Prognosis dari PPOK tergantung dari penyebabnya, umur pasien, dan pengobatan
yang dilakukan.
38
DAFTAR PUSTAKA