Anda di halaman 1dari 23

KOMUNIKASI KEPERAWATAN

KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN ANAK

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 3

1.NOVIKA ANA LELY HARAHAP

2.RATIH WULANDARI

3. VIA ANGGRIYANI

KELAS : I.B

DOSEN PEMBIMBING : Hj.ISMAR AGUSTIN,S.Kp,M.Kep

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG

2015
BAB 1

I. Komunikasi Pada Anak

A. Berdasarkan usia tumbuh kembang.


Dalam melakukan komunikasi pada anak perawat perlu memperhatikan
berbagai aspek diantaranya adalah usia tumbuh kembang anak. Cara
berkomunikasi dengan anak, metode dalam berkomunikasi dengan anak tahapan
atau langkah-langkah dalam melakukan komunikasi dengan anak serta peran
orang tua dalam membantu proses komunikasi dengan anak sehingga bisa
didapatkan informasi yang benar dan akurat.
1. Usia Bayi (0-1 tahun)
Komunikasi pada bayi yang umumnya dapat dilakukan adalah dengan melalui
gerakan-gerakan bayi, gerakan tersebut sebagai alat komunikasi yang efektif, di
samping itu komunikasi pada bayi dapat dilakukan secara non verbal.
Perkembangan komunikasipada bayi dapat dimulai dengan kemampuan bayi
untuk melihat sesuatu yang menarik, ketika bayi digerakkan maka bayi akan
berespons untuk mengeluarkan suara-suara bayi. Perkembangan komunikasi
pada bayi tersebut dapat dimulai pada usia minggu ke delapan dimana bayi
sudah mampu untuk melihat objek atau cahaya, kemudian pada minggu kedua
belas sudah mulai melakukan tersenyum. Pada usia ke enam belas bayi sudah
mulai menolehkan kepala pada suara yang asing bagi dirinya. Pada pertengahan
tahun pertama bayi sudah mulai mengucapkan kata-kata awal seperti ba-ba, da-
da, dan lain-lain. Pada bulan ke sepuluh bayi sudah bereaksi terhadap panggilan
terhadap namanya, mampu melihat beberapa gambar yang terdapat dalam buku.
Pada akhir tahun pertama bayi sudah mampu mengucapkan kata-kata yang
spesifik antara dua atau tiga kata.
Selain melakukan komunikasi seperti di atas terdapat cara komunikasi
yang efektif pada bayi yakni dengan cara menggunakan komunikasi non verbal
dengan tehnik sentuhan seperti mengusap, menggendong, memangku, dan lain-
lain.
2. Usia Todler dan Pra Sekolah (1-2,5 tahun, 2,5-5 tahun)
Perkembangan komunikasi pada usia ini dapat ditunjukkan dengan
perkembangan bahasa anak dengan kemampuan anak sudah mampu memahami
kurang lebih sepuluh kata, pada tahun ke dua sudah mampu 200-300 kata dan
masih terdengan kata-kata ulangan.
Pada anak usia ini khususnya usia 3 tahun anak sudah mampu menguasai
sembilan ratus kata dan banyak kata-kata yang digunakan seperti mengapa, apa,
kapan dan sebagainya. Komunikasi pada usia tersebut sifatnya sangat
egosentris, rasa ingin tahunya sangat tinggi, inisiatifnya tinggi, kemampuan
bahasanya mulai meningkat, mudah merasa kecewa dan rasa bersalah karena
tuntutan tinggi, setiap komunikasi harus berpusat pada dirinya, takut terhadap
ketidaktahuan dan perlu diingat bahwa pada usia ini anak masih belum fasih
dalam berbicara (Behrman, 1996).
Pada usia ini cara berkomunikasi yang dapat dilakukan adalah dengan
memberi tahu apa yang terjadi pada dirinya, memberi kesempatan pada mereka
untuk menyentuh alat pemeriksaan yang akan digunakan, menggunakan nada
suara, bicara lambat, jika tidak dijawab harus diulang lebih jelas dengan
pengarahan yang sederhana, hindarkan sikap mendesak untuk dijawab seperti
kata-kata jawab dong, mengalihkan aktivitas saat komunikasi, memberikan
mainan saat komunikasi dengan maksud anak mudah diajak komunikasi dimana
kita dalam berkomunikasi dengan anak sebaiknya mengatur jarak, adanya
kesadaran diri dimana kita harus menghindari konfrontasi langsung, duduk yang
terlalu dekat dan berhadapan.
Secara non verbal kita selalu memberi dorongan penerimaan dan
persetujuan jika diperlukan, jangan sentuh anak tanpa disetujui dari anak,
bersalaman dengan anak merupakan cara untuk menghilangkan perasaan cemas,
menggambar, menulis atau bercerita dalam menggali perasaan dan fikiran anak
si saat melakukan komunikasi.
3. Usia Sekolah (5-11 tahun)
Perkembangan komunikasi pada anak usia ini dapat dimulai dengan
kemampuan anak mencetak, menggambar, membuat huruf atau tulisan yang
besar dan apa yang dilaksanakan oleh anak mencerminkan pikiran anak dan
kemampuan anak membaca disini sudah muncul, pada usia ke delapan anak
sudah mampu membaca dan sudah mulai berfikir tentang kehidupan.
Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia sekolah ini adalah tetap
masih memperhatikan tingkat kemampuan bahasa anak yaitu menggunakan
kata-kata sederhana yang spesifik, menjelaskan sesuatu yang membuat
ketidakjelasan pada anak atau sesuatu yang tidak diketahui, pada usia ini
keingintahuan pada aspek fungsional dan prosedural dari objek tertentu sangat
tinggi. Maka jelaskan arti, fungsi dan prosedurnya, maksud dan tujuan dari
sesuatu yang ditanyakn secara jelas dan jangan menyakiti atau mengancam
sebab ini akan membuat anak tidak mampu berkomunikasi secara efektif.
4. Usia Remaja (11-18 tahun)
Perkembangan komunikasi pada usia remaja ini ditunjukkan dengan
kemampuan berdiskusi atau berdebat dan sudah mulai berpikir secara
konseptual, sudah mulai menunjukkan perasaan malu, pada anak usia sering kali
merenung kehidupan tentang masa depan yang direfleksikan dalam komunikasi.
Pada usia ini pola pikir sudah mulai menunjukkan ke arah yang lebih
positif, terjadi konseptualisasi mengingat masa ini adalah masa peralihan anak
menjadi dewasa. Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia ini adalah
berdiskusi atau curah pendapat pada teman sebaya, hindari beberapa pertanyaan
yang dapat menimbulkan rasa malu dan jaga kerahasiaan dalam komunikasi
mengingat awal terwujudnya kepercayaan anak dan merupakan masa transisi
dalam bersikap dewasa.
B. Cara komunikasi dengan anak.
Komunikasi dengan anak merupakan sesuatu yang penting dalam menjaga
hubungan dengan anak,melalui komunikasi ini pula perawat dapat memudahkan
mengambil berbagai data yang terdapat pada diri anak yang selanjutnya
digunakan dalam penentuan masalah keperawatan atau tindakan keperawatan.
Beberapa cara yang dapat digunakan dalam berkomunikasi dengan anak, antara
lain :
1. Melalui orang lain atau pihak ketiga.
Cara berkomunikasi ini pertama dilakukan oleh anak dalam menumbuhkan
kepercayaan diri anak, dengan menghindari secara langsung berkomunikasi
dengan melibatkan orang tua secara langsung yang sedang berada di samping
anak. Selain itu dapat digunakan cara dengan memberikan komentar tentang
mainan, baju yang sedang dipakainya serta hal lainnya, dengan catatan tidak
langsung pada pokok pembicaraan.
2. Bercerita.
Melalui cara ini pesan yang akan disampaikan kepada anak dapat mudah
diterima, mengingat anak sangat suka sekali dengan cerita, tetapi cerita yang
disampaikan hendaknya sesuai dengan pesan yang akan disampaikan, yang
dapat diekspresikan melalui tulisan maupun gambar
3. Memfasilitasi.
Memfasilitasi anak adalah bagian cara berkomunikasi, melalui ini ekspresi anak
atau respon anak terhadap pesan dapat diterima. Dalam memfasilitasi kita harus
mampu mengekspresikan perasaan dan tidak boleh dominan, tetapi anak harus
diberikan respons terhadap pesan yang disampaikan melalui mendengarkan
dengan penuh perhatian dan jangan merefleksikan ungkapan negatif yang
menunjukkan kesan yang jelek pada anak.
4. Biblioterapi.
Melalui pemberian buku atau majalah dapat digunakan untuk mengekspresikan
perasaan, dengan menceritakan isi buku atau majalah yang sesuai dengan pesan
yang akan disampaikan kepada anak.
5. Meminta untuk menyebutkan keinginan.
Ungkapan ini penting dalam berkomunikasi dengan anak, dengan meminta anak
untuk menyebutkan keinginan dapat diketahui berbagai keluhan yang dirasakan
anak dan keinginan tersebut dapat menunjukkan perasaan dan pikiran anak pada
saat itu.
6. Pilihan pro dan kontra.
Penggunaan teknik komunikasi ini sangat penting dalam menentukan atau
mengetahui perasaan dan pikiran anak, dengan mengajukan pasa situasi yang
menunjukkan pilihan yang positif dan negatif sesuai dengan pendapat anak.
7. Penggunaan skala.
Penggunaan skala atau peringkat ini digunakan dalam mengungkapkan perasaan
sakit pada anak seperti penggunaan perasaan nyeri, cemas, sedih dan lain-lain,
dengan menganjurkan anak untuk mengekspresikan perasaan sakitnya.
8. Menulis.
Melalui cara ini anak akan dapat mengekspresikan dirinya baik pada keadaan
sedih, marah atau lainnya dan biasanya banyak dilakukan pada anak yang
jengkel, marah dan diam. Cara ini dapat dilakukan apabila anak sudah memiliki
kemampuan untuk menulis.
9. Menggambar.
Seperti halnya menulis menggambar pun dapat digunakan untuk
mengungkapkan ekspresinya, perasaan jengkel, marah yang biasanya dapat
diungkapkan melalui gambar dan anak akan mengungkapkan perasaannya
apabila perawat menanyakan maksud dari gambar yang ditulisnya.
10. Bermain.
Bermain alat efektif pada anak dalam membantu berkomunikasi, melalui ini
hubungan interpersonal antara anak, perawat dan orang di sekitarnya dapat
terjalin, dan pesan-pesan dapat disampaikan.

C.Tips Dasar Komunikasi pada Anak


Nilai altruistik perlu diwujudkan dengan kata-kata, seperti ucapan "terima
kasih" atau "tolong" saat meminta bantuan dan ini perlu ditanamkan pada anak.
Menurut pakar perkembangan ini, kata-kata tersebut lebih dari sekadar
ungkapan sopan santun, namun merupakan awal pemahaman tentang
komunikasi.
Anak-anak mengalami masa-masa dimana mereka sangat terbuka
mengenai perasaan mereka. Dan ada kalanya, mereka lebih pendiam dan
menyimpan sendiri pikiran-pikiran dan emosi mereka sendiri. Akan tetapi
berkomunikasi setiap waktu dengan anak-anak adalah penting. Mempunyai
hubungan baik yang terpelihara baik, tergantung pada komunikasi yang baik.
Anak-anak merupakan komunikator yang baik. Mereka akan berbicara,
mendengarkan sehingga mereka akan mendapatkan teman-teman, pendidikan,
pekerjaan dan lain-lain. Cara anda berbicara dan mendengarkan anak-anak anda
sangat mempengaruhi bagaimana mereka berkomunikasi dengan orang lain.
Karena anak ini mengetahui hampir setiap naluri, bahwa komunikasi bukan
hanya sekedar kata-kata yang keluar dari mulut .
Komunikasi adalah juga bahasa tubuh yang menyertai kata-kata ini.
Komunikasi yang baik adalah mengetahui kapan berbicara dan kapan untuk
diam. Sebagaimana ketrampilan interpersonal, kemampuan untuk
berkomunikasi dibentuk pertama kali oleh hubungan seorang anak dengan
orang tuanya. Ketrampilan komunikasi dipelajari dirumah yaitu di masa bayi
D. Perekat keluarga.
Menurut Ery Soekresno, Psi,
Komunikasi adalah hal yang sangat penting dalam keluarga. Dan Menurutnya,
komunikasi berfungsi sebagai perekat keluarga contoh berdasarkan hasil
penelitian pada tahun 1996, faktor penyebab tingginya angka perceraian di
Amerika ternyata bukan disebabkan kehadiran orang ketiga. Karena di mata
masyarakat Amerika umumnya, perzinahan sudah dianggap halal. Namun,
penyebab yang tertinggi adalah faktor terhambatnya komunikasi suami istri.
Komunikasi yang tidak lancar antara suami istri akan berdampak pula terhadap
kelancaran komunikasi pada anak.
Komunikasi antara orang tua dan anak adalah sebuah proses pengiriman
pesan dimana pesan yang diterima sama dengan pesan yang dikirim.
Komunikasi dengan kekerasan, menurut Ery adalah, penyampaian pesan yang
dilakukan secara negatif. Termasuk dalam komunikasi secara negatif adalah
saat orangtua menggunakan bahasa yang tidak indah. "Bahasa yang jelek tidak
menyenangkan anak, akibatnya anak tidak mau mendengarkan orangtua," tutur
psikolog yang aktif menyerukan kampanye komunikasi tanpa kekerasan ini.
Komunikasi dengan kekerasan tidak melulu berarti disampaikan dengan
bahasa-bahasa yang tidak baik, seperti penggunaan kata yang berasal dari
kebun binatang atau kata hinaan lainnya.
Ada dua bentuk komunikasi, yaitu verbal (bahasa) dan non-verbal (bahasa
tubuh). Artinya, saat orangtua berbicara kepada anak, bukan hanya kata-katanya
saja yang ditangkap oleh anak. Menurut Ery, di bawah usia satu tahun, mungkin
mereka hanya menangkap 10% kata yang diucapkan ibu. Sisanya lebih kepada
bahasa non-verbal.
Dampak dari komunikasi dengan kekerasan terhadap anak-anak adalah
Komunikasi dengan kekerasan juga akan membuat anak tidak memiliki
keberanian untuk mengungkapkan pendapatnya. Apalagi bila hal seperti itu
terjadi berulang kali.Lebih berbahaya lagi, bila anak menjadi terbiasa
melakukan pekerjaan secara sembunyi-sembunyi. Bila orangtua tidak segera
mengubah cara berkomunikasinya, maka dampak itu akan terpelihara sampai
anak tumbuh dewasa.
Dampak lainnya adalah menjadi terbiasa berpikir negatif. Artinya, ketika
ada orang bermaksud baik terhadap anak, dia tidak menganggap itu sebagai
sesuatu yang baik, hal itu terjadi karena orangtua terbiasa berpikir negatif
terhadap dirinya yang terwujud dengan komunikasi yang negatif. Akhirnya,
yang terbangun dalam benak anak adalah apa pun yang dilakukannya tidak ada
yang benar.
faktor pembentuk utama dan pertama adalah keluarga. Bila rumah sudah
berfungsi sebagai tempat yang memberikan kesejukan untuk anak-anak, maka
ke mana pun anak pergi, rumah tetap menjadi referensi utama bagi anak.
Kesejukan itulah yang perlu dibangun oleh orangtua melalui komunikasi tanpa
kekerasan. Saat anak memiliki masalah, mereka tahu kemana harus berbicara.
Saat yang paling berpengaruh bagi anak adalah sebelum anak mencapai usia
balighnya karena pada masa itu anak masih mudah untuk berubah. Namun,
perubahan yang paling utama dan pertama harus berawal dari para orang tua.
2. Menentukan tata cara berkomunikasi
Salah satu bagian dari keberhasialan dalam wawancara adalah tergantung pada
keadaan fisik dan psikologis si pewancara itu sendiri. Perkenalan yang tepat,
penjelasan peranan, menerangkan alasan wawancara serta menjamin kebebasan
dan rahasia.
Komunikasi dengan keluarga
Komunikasi dengan keluarga merupakan proses segi tiga antara perawat orang
tua dan anak. Walaupun orang tua merupakan fokus penting dalam
berkomunikasi segi tiga. Saudara kandung, sanak keluraga lainnya dan
pengasuhnya juga merupakan bagian dari proses komunikasi.
Melaksanakan penjajakan terhadap anak memerlukan input dari anak itu sendiri
( verbal dan non verbal ), informasi dari orang tua dan observasi perawat
sendiri. Untuk itu lakukanlah langkah-langkah sebagai berikut :
1. MENDORONG ORANG TUA UNTUK BERBICARA.
Informasi tentang faktor kehidupan anak. Berhati-hatilah dan gunakan
pertanyaan-pertanyaan terbuka untuk menggali data sebanyak mungkin.
2. MENGARAHKAN PADA POKOK PERMASALAHAN.
Kemampuan untuk mengarahkan pada pokok permasalahan selama
berwawancara adalah salah satu kesulitan dalam mencapai tujuan komunikasi
efektif. Salah satu pendekatan adalah menggunakan pertanyaan terbuka dan
luas.
3. MENDENGARKAN.
Mendengarkan adalah unsur yang paling penting dalam komunikasi yang
efektif. Dalam proses mendengarkan perawat harus mengarahkan perhatiannya
dengan sungguh-sungguh pada klien. Ini merupakan proses aktif karena
konsetrasi dan perhatian ditujukan pada semua aspek percakapan yaitu : verbal,
non verbal dan yang bersifat abstrak.
4. DIAM SEJENAK.
Diam sebagai satu respon, sering kali merupakan tehnik wawancara yang sulit
untuk dipelajari. Diam bertujuan untuk mengalihkan pikiran, perasaan dan
untuk saling memehami emosinya kadang-kadang perlu menghentikan taktik
diam ini dan kembali berkomunikasi.
5. BERSIKAP EMPATI.
Empati berarti ikut merasakan perasaan orang lain secara obyektif. Perawat
yang empati berusaha sebanyak mungkin melihat keadaan dari sudut pandang
klien / keluarga. Empati berbeda dengan simpati, simpati tidak selalu ada unsur
hubungan membantu dengan klien.
Menyakinkan
Hampir semua orang tua ingin menjadi orang tua yang baik dan ingin
menunjukkan kemampuannya dalam perannya. Orang tua membutuhkan
perawat yang menghargai dan memperhatikan perannya sebagai orang tua dan
ingin agar perawat memperhatikan anaknya. Hindarkan pembicaraan yang
menyinggung harga diri sebagai orang tua.
Menentukan Masalah.
Perawat dan orang tua harus sepakat bahwa masalah itu ada.
Perawat akan bersama ibu menetapkan apakah masalahnya ini benar atau tidak.
Memecahkan Masalah.
Pemahaman dan pengenalan masalah harus disepakati oleh orang tua kemudian
mulai merencanakan pemecahannya.
Perawat harus mendiskusikan resikonya terhadap keluarga dan mencoba
mencari pemecahan masalah yang lebih efektif.
Mengadaptasi Bimbingan.
Segera setelah masalah diidentifikasi & disetujui oleh perawat dan orang tua,
maka dapat mulai merencanakan pemecahannya. Orang tua yang dilibatkan
dalam memecahkan masalah berfartisipasi penuh selama perawatan
berlangsung. Bila situasi memungkinkan, keputusan yang diambil adalah
berasal dari orang tua dan perawat berperan sebagai fasilitator dalam
pemecahan masalah.
Menghindari hambatan-hambatan komunikasi
Hambatan yang mempengaruhi proses hubungan dalam berkomunikasi
Sosialisasi: Memberi nasehat-nasehat yang tidak ada kaitannya dan yang
tidak diperlukan
Memberikan dorongan sepintas
Melindungi suatu situasi/opini
Menawarkan keyakinan yang kurang sesuai
Memberikan pujian secara stereotipi
Menahan ekspresi emosi dengan pertanyaan tertutup
Menginterupsi & menyelesaikan kalimat seseorang
Lebih banyak bicara dari pada orang yang diintervien
Membuat konklusi yang menghakimi
Mengubah fokus pembicaraan dengan sengaja
2. Komunikasi dengan anak.
a) Esensi Komunikasi.
Dua unsur penting dalam komunikasi untuk memahami fungsi
pertukaran pikiran dan perasaan , yaitu :
Harus menggunakan bentuk bahasa yang bermakna bagi orang yang
mereka ajak berkomunikasi.
Bentuk Komunikasi Pra Bicara.
Sebelum anak siap untuk belajar berbicara, alam telah menyediakan
bentuk komunikasi tertentu yang sifatnya sementara.
Selama satu setengah tahun pertama, sebelum anak mempelajari kata-
kata sebagai, bentuk komunikasi, mereka menggunakan empat bentuk
komunikasi pra bicara atau (prespeech) yakni : tangisan, celoteh,
isyarat dan ekspresi emosional.
Tangisan.
Pada awal kehidupan pasca lahir, menangis merupakan salah
satu cara pertama yang dapat dilakukan bayi untuk
berkomunikasi dengan dunia luar. Melalui tangisan dia
memberi tahu kebutuhannya seperti lapar, dingin, panas, lelah ,
dan kebutuhan untuk diperhatikan. Jika kebutuhannya segera
dipenuhi , bayi hanya akan menangis bila ia merasa sakit atau
tertekan. Perawat harus banyak berlatih mengenal macam-
macam arti tangisan bayi karena ibu muda memerlukan bantuan
ini.
Setelah berusia 2 minggu, kebanyakan kasus disebabkan
karena orang tua yang tidak cepat tanggap terhadap arti tangis
bayinya dan tidak konsisten dalam menanggapinya.
Bayi yang sehat dan normal frekwensi tangisan menurun pada
usia 6 bulan karena keinginan & kebutuhan mereka cukup
terpenuhi. Frekwensi tangis seharusnya menurun sejalan
dengan meningkatnya kemampuan bicara.
Ocehan dan Celoteh.
Bentuk komunikasi prabicara disebut ocehan (Cooing ) atau
Celoteh (Babbling).
Ocehan timbul karena bunyi ekplosif awal yang disebabkan oleh
perubahan gerakan mekanisme suara . Ocehan ini terjadi pada
bulan awal kehidupan bayi seperti : merengek, menjerit, menguap,
bersin, menangis & mengeluh.
Sebagian ocehan akan berkembang menjadi celoteh dan sebagian
akan hilang. Celoteh merupakan mekanisme otot saraf bayi
berkembang & sebagian bayi mulai berceloteh pada awal bulan
kedua, kemudian meningkat cepat antara bulan ke 6 & ke 8.
Nilai celoteh :
a. Berceloteh adalah praktek verbal sebagai dasar bagi
perkembangan gerakan terlatih yang dikehendaki dalam bicara.
Celoteh mempercepat ketrampilan berbicara.
b. Celoteh mendorong keinginan berkomunikasi dengan orang
lain. Berceloteh membantu bayi merasakan bahwa dia bagiandari
kelompok sosial.
Isyarat.
Yaitu gerakan anggota badan tertentu yang berfungsi sebagai
pengganti atau pelengkap bicara.
Contoh isyarat umum pada masa bayi :
Mendorong putting susu dari mulut artinya kenyang/tidak lapar
Tersenyum dan mengacungkan tangan artinya ingin digendong
Mengeliat, meronta, menangis, selama berpakaian & mandi
artinya tidak suka akan pembatasan gerak.
Ungkapan emosional.
Adalah ungkapan emosional melalui perubahan tubuh & roman muka.
Contoh :
a) Mengendurkan badan, mengangkat tangan/kaki, tersenyum & ramah
b) Maneragangkan badan, gerakanmembanting tangan/kaki,roman muka
tegang & menangis.
Peran Bicara Dalam Komunikasi.
Cara berkomunikasi pada anak belum berusia 1 tahun, adalah menangis dan
menggunakan isyarat-isyarat yang tidak selalu dipahami orang lain. Bicara
merupakan ketrampilan yang harus dipelajari yang terdiri dari :
Kata, yaitu aspek motorik bicara, kamampuan mengeluarkan bunyi tertentu
dalam komunikasi.
Mengakitkan arti dengan kata-kata tersebut, yaitu aspek mental bicara, untuk
mendapatkan hasil yang baik dibutuhkan koordinasi otot-otot, kemampuan
mengait kata-kata, mempelajari tata bahasa.
Untuk memperkecil kesalahan anak, perlu mengaitkan kata spesifik dengan
objek yang spesifik.
Hal yang penting dalam belajar bicara :

Persiapan Fisik.
Tergantung Kematangan mekanisme bicara, contoh Bayi baru lahir.
Persiapan Mental.
Tergantung pada kematangan otak ( asosiasi otak ), yang berkembang antara
1-18 bulan, saat yang tepat diajak bicara.
Model untuk ditiru (yang baik)
Kesempatan praktek / untuk bertatih.
Motivasi dan tantangan.
Bimbingan :
o Menyediakan model yang baik.
o Mengatakan dengan perlahan dan jelas
o Membetulkan kesalahan.

Setiap individu berbeda dalam ukuran kualitas kosa kata, tergantung pada
kondisi yang mempengaruhi :
o Faktor Kesehatan.
o Kecerdasan.
o Keadaan sosial ekonomi.
o Jenis kelamin.
o Keinginan yang kuat untuk berkomunikasi.
o Dorongan dari lingkungan.
o Ukuran keluarga dalam hal anak mendapat kesempatan berlatih.
o Urutan kelahiran.
o Metode Pelatihan.
o Kelahiran kembar, yang mendorong anak untuk berkomunikasi hanya
dengan saudara kembarnya.
o Hubungan dengan teman sebaya.
Kepribadian.

Kemampuan memahami dan berbicara mempengaruhi penyesuaian sosial anak,
karena bicara dapat :
o Memuaskan kebutuhan dan keinginan.
o Meminta perhatian dari orang lain.
o Meningkatkan hubungan sosial.
o Menentukan penilaiaan sosial.
o Sebagai dasar penilaian diri.
o Sebagai prestasi akademik.
o Mempengaruhi pikiran dan perasaan orang lain.
o Mempengaruhi prilaku orang lain (berbicara dengan keyakinan ).

Komunikasi Sehubungan Dengan Proses Berpikir Sesuai Tingkat


Perkembangan Anak.
Proses berpikir pada anak-anak dimulai dari yang kongkrit ke fungsional
sampai akhirnya kepada yang abstrak :

Masa Bayi.
Karena bayi tidak mampu menggunakan kata-kata maka dia menggunakan
komunikasi non verbal. Mereka akan tersenyum dan mendekat bila situasi
menyenangkan dan akan menangis bila tidak menyenangkan.
Bayi yang lebih besar memusatkan perhatian pada dirinya dan ibunya
sehingga setiap orang asing akan merupakan ancaman bayinya.

Masa Pra Sekolah ( Toddler ).


Anak usia dibawah 5 tahun, hampir semuanya egosentris , mereka melihat
segala sesuatu hanya berhubungan dengan dirinya sendiri dan hanya dari
sudut pandang mereka sendiri.
Waktu pemeriksaan anak perlu menyentuh alat-alat yang akan digunakan
dalam pemeriksaan agar dia mengenal dan merasa terasing gunakan kalimat
singkat dan kata-kata yang familiar bagian anak serta batas pernyataan yang
sifatnya menyatakan penyelesaian.
Masa Usia Sekolah.
Anak berusia 5 8 tahun kurang mengandalkan pada apa yang mereka lihat
tetapi lebih pada apa yang mereka ketahui bila diperhadapkan pada masalah
baru. Mereka butuh penyelesaian untuk segala sesuatu tetapi membutuhkan
lebih dari itu.

Masa Remaja.
Masa ini anak berfikir dan berperilaku antara anak dan orang dewasa .
Oleh karena itu pada saat anak mengalami ketegangan mereka mencari rasa
aman yang biasa didapatkan pada masa kanak-kanak.
Apabila anak berbicara disertai emosional maka cara terbaik untuk
memberikan dukungan ( Support ) adalah memberi perhatian, mencoba
untuk tidak menyela (interupsi ) dan menghindari komentar / ekspresi yang
menimbulkan kesan terkejut / mencela.
Tehnik Berkomunikas dengan Anak.
Tehnik Non Verbal.

a) Neuro Linguistic Programming ( NLP ).


Tehnik pendekatan ini relatif masih baru. Pendekatan ini untuk mengerti
proses komunikasi yang memperhatikan cara/gaya/kelakuan dimana
informasi dapat diterima dan dimengerti oleh individu.
Dalam komunikasi biasanya orang menggunakan satu dari tiga sensorik
seperti ;
- Penglihatan
- Pendengaran
- Kinesthetic.
Sensorik yang spesifik adalah mengidentifikasi melalui observasi tipe dari
kata kerja, kata sifat dan kata ketergantungan yang digunakan
seseorang.dengan mengunakan sensori yang sama, perawat dapat
meningkatkan hubungan dan mengkomunikasikan informasi lebih efektif.
Orang tipe visual yang memanfaatkan alat bantu seperti diagram dan
ilustrasi. Orang tipe mendengar menggunakan kata-kata atau suara-suara.
Anak-anak cendrung menggunakan bantuk kinesthetic dan belajar dari
manipulasi objek-objek

b) Facilitative Responding.
Facilitative Responding adalah mendengarkan secara seksama dan
membayangkan kembali perasaan-perasaan pasien dan isi pernyataan anak.
Seperti :
- Respon yang empati
- Tidak menghakimi dan mengesahkan perasaan-perasaan seseorang.
Rumus untuk fasilitative responding adalah ;
Engkau merasa ------ karena ---- (Henrich and Bernheim, 1981 ).

c) Bercerita ( Story telling ).


Respon anak terhadap tehnik-tehnik bercerita bervariasi. Bercerita
menggunakan bahasa anak, dan menyelidiki perasaannya, sementara itu
menghindarkan hambatan yang disengaja atau hindarkan ketakutan-
ketakutan yang paling sederhana adalah meminta anak menceritakan tentang
sesuatu kejadian / peristiwa sperifik Berada di Rumah Sakit. Selain itu
dapat menggunakan gambaran dari suatu peristiwa dan meminta anak untuk
menceritakannya.
Dongeng bersama lebih mengembangkan pendekatan terapiutik. Dongeng
tidak saja membantu membuka pikiran anak, juga mencoba merubah
persepsi anak atau perasaan takutnya.
Kita mulai dengan meminta anak bercerita tentang sesuatu kejadian, diikuti
oleh cerita lain oleh perawat yang sebabnya sama dengan cerita anak hanya
bedanya disini bertujuan membantu anak masuk kedalam masalahnya.orang
tuanya.

Tehnik komunikasi non verbal dapat digunakan pada anak-anak seperti:


a) Menulis.
Menulis adalah suatu alternatif pendekatan komunikasi bagi anak, remaja
muda dan pra remaja. Untuk memulai suatu percakapan perawat dapat
memeriksa / menyelidiki tentang tulisan dan mungkin juga meminta untuk
membaca beberapa bagian.
Dengan menulis anak-anak lebih riel dan nyata.
b) Menggambar.
Mengambar adalah salah satu bentuk komunikasi yang berharga melalui
pengamatan gambar. Dasar asumsi dalam menginterpretasi gambar adalah
bahwa anak-anak mengungkapkan tentang dirinya.
Untuk mengevaluasi sebuah gambar utamakan / fokuskan pada unsur-unsur
sebagai berikut :
o Ukuran dari bentuk badan individu, ini mengekspresikan orang penting.
o Urutan bentuk gambar, mengekspresikan prioritas kepentingan.
o Posisi anak terhadap anggota keluarga lainnya, mengekspresikan perasaan
anak terhadap status terhadap status dalam keluarga atau ikatan keluarga.
o Bagian adanya hapusan, bayangan atau gambar silang, mengekspresikan
ambivalen pertentangan, keprihatinan atau kecemasan pada hal-hal tertentu.
c) Gerakan Gambar Keluarga.
Menggambarkan suatu kelompok, berpengaruh pada perasaan anak-anak dan
respon emosi, dia akan menggambarkan pikirannya tentang dirinya dan anggota
keluarga yang lainnya.
Gambar kelompok yang paling berharga bagi anak adalah gambar keluarga.
d) Sosiogram
Menggambar tak perlu dibatasi bagi anak-anak, dan jenis gambar yang
berguna bagi anak-anak seusia 5 tahun adalah sosiogram (gambar ruang
kehidupan) atau lingkaran keluarga. Menggambar suatu lingkaran adalah
untuk melambangkan orang-orang yang hampir mirip dalam kehidupan
anak, dan gambar bundaran-bundaran didekat lingkaran menunjukkan
keakraban / kedekatan.

e) Menggambar bersama dalam keluarga


Salah satu tehnik yang berguna dan dapat diterapkan pada anak-anak adalah
menggambar bersama dalam keluarga.
Menggambar bersama dalam keluarga merupakan satu alat yang berguna
untuk menggungkapkan dinamika dan hubungan keluarga.

f) Bermain.
Bermain adalah salah satu bentuk komunikasi yang paling penting dan dapat
menjadi tehnik yang paling efektif untuk berhubungan dengan mereka.
Dengan bermain dapat dikumpulkan petunjuk mengenai tumbuh kembang
fisik, intelektual dan sosial. Terapeutik play sering digunakan untuk
mengurangi trauma akibat sakit atau masuk rumah sakit atau untuk
mempersiapkan anak sebelum dilakukan prosedur medis / perawatan.
KESIMPULAN

Dalam berkomunikasi secara nob verbal , secara serentak menggunakan


semua pancaindra kita dalam proses menerima dan mengirim berita.
Bagaimana kita memakai panca indra tadi dan bagaimana penginterpretasi
berita yang diterima sangat menentukan observasi kita.
Orang tua merupakan fokus penting dalam komunikasi segi tiga walaupun tidak
mengabaikan saudara kandung, sanak saudara atau pembantunya. Dalam proses
komunikasi dalam keluarga kita dapat menggunakan langkah-langkah seperti :
mendorong orang tua untuk berbicara ; mengarahkan pada pokok permasalahan
; mendengar ; diam sejenak ; meyakinkan ; menentukan masalah ; memecahkan
masalah ; mengantisipasi bimbingan , dan menghindari hambatan-hambatan
komunikasi.
Walaupun tampaknya bayi tidak mampu berbicara, ternyata dia memilih
bentuk komunikasi prabicara seperti :
1. tangisan,
2. celoteh, isyarat dan
3. ekspresi emosional.

Kemudian bentuk komunikasi prabicara ini berkembang menjadi peran bicara


dalam berkomunikasi. Untuk mencapai ini dibutuhkan : persiapan fisik;
kesiapan mental; model yang baik untuk ditiru; kesempatan untuk praktek;
motipasi yang tinggi; bimbingan yang tepat.

Komunikasi yang berkaitan dengan proses berpikir harus disesuaikan dengan


tingkat perkembangan anak. Proses berpikir pada anak-anak dimulai dari yang
kongkrit ke fungsional dan akhirnya keabstrak.
Terdapat bermacam-macam tehnik berkomunikasi dengan anak seperti tehnik
komunikasi non verbal.
1. tehnik orang ketiga
2. neurolinguistic programming (N. C. P )
3. facilitativa responding
4. bercerita
5. bibliotherapy
6. fantasy
7. mimpi ; pertanyaan bagaimana bila tiga permintaan , rating game
8. word association game
9. melengkapi kalimat dan pro & kontra.

Sedang komunikasi verbal bagi kebanyakan anak & orang tua sering
mendapat kesulitan karena harus membicarakan perasaan-perasaannya.
Komunikasi verbal dapat berupa : menulis ; menggambar ; gerakan gambar
keluarga ; sociogram ; menggambar bersama dalam keluarga dan bermain.
Daftar Pustaka
Asuhan Keperawatan anak dan dalam kontek keluarga,usdiknakes Depkes RI
Jakarta (1993)
Hubungan teraputik perawat klien Budiana Keliat S.Kp
Elyshabet d.k.k , Asuhan Keperawatan anak.university Indonesia

Anda mungkin juga menyukai