Anda di halaman 1dari 11

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan

Tabel 4.1. Data Hasil Pengamatan


P Mv x Temperatur (oC)
(kW) (g/s) (mmH2O) T1 T2 T3 T4 T5 T6
20 30,5 28,8 38 35,2 41,3 34,5
0,5 30 15 31 28,8 38,5 35,7 41,3 34
40 30 28,8 38,5 36,2 41,3 33
20 31 29,3 39,75 36,7 51,3 38
1,0 30 15 31 29,3 39,75 37,7 51,3 37
40 30,5 29,3 40 37,7 51,3 37,5

Keterangan:
T1 = Temperatur dry bulb masuk
T2 = Temperatur wet bulb keluar
T3 = Temperatur dry bulb masuk
T4 = Temperatur wet bulb keluar
T5 = Temperatur air masuk
T6 = Temperatur air keluar

4.2. Pengolahan Data


1) Konstanta Orifice

x
m = 0,137 V (4.1)
b

Keterangan:
m = dry air mass flowrate (kg/s)
x = orifice differential (mmH2O)
Vb = volume spesifik campuran steam dan uap yang lepas dari atas kolom
(m3/kg)

2) Kapasitas Air Sistem = 3,0 liter (tidak termasuk makeup tank)


3) Dimensi Kolom
P = 0,15 m

15
16

L = 0,15 m
T =1m
4) Data Packing = B-200 m-1
Jumlah dek =8
Jumlah plat per dek = 18
Luas permukaan packing = 2,16 m2
Tinggi packing = 0,48 m
area
Densitas packing volume = 200 m-1

4.2.1. Untuk Cooling Load P 0,5 kW, Laju Alir 20 gr/s


Untuk Orifice Differential (x) = 15 mmH2O
Temperatur wet bulb udara masuk (T2) = 28,8oC
Temperatur air keluar (T6) = 34,5oC
Approach to wet bulb (T6T2) = (34,5 28,8) oC
= 5,7oC
Spesifikasi volumetric udara keluar dengan menggunakan cara plot
temperatur dry bulb udara keluar T3 = 38oC (100,4oF) dan temperatur wet bulb
keluar T4 = 35,2oC (95,36oF) pada physchrometric chart, maka diperoleh Vb =
0,934 m3/kg
x
Air mass flowrate (m) = 0,137 V
b

15
= 0,137 0,934

= 0,549 kg/s
Air volume flowrate (V) = m Vb
= 0,549 kg/s 0,934 m3/kg
= 0,513 m3/s
Cross sectional area empty tower (A) = 0,15 m 0,15 m
= 0,0225 m2
V
Kecepatan udara =A
0,513
= 0,0225

= 22,791 m/s
17

4.2.2. Untuk Cooling Load P 0,5 kW, Laju Alir 30 gr/s


Untuk Orifice Differential (x) = 15 mmH2O
Temperatur wet bulb udara masuk (T2) = 28,8oC
Temperatur air keluar (T6) = 34oC
Approach to wet bulb (T6T2) = (34 28,8) oC
= 5,2oC
Spesifikasi volumetric udara keluar dengan menggunakan cara plot
temperatur dry bulb udara keluar T3 = 38,5oC (101,3oF) dan temperatur wet bulb
keluar T4 = 35,7oC (96,26oF) pada physchrometric chart, maka diperoleh Vb =
0,935 m3/kg
x
Air mass flowrate (m) = 0,137 V
b

15
= 0,137 0,935

= 0,549 kg/s
Air volume flowrate (V) = m Vb
= 0,549 kg/s 0,935 m3/kg
= 0,513 m3/s
Cross sectional area empty tower (A) = 0,15 m 0,15 m
= 0,0225 m2
V
Kecepatan udara =A
0,513
= 0,0225

= 22,803 m/s
4.2.3. Untuk Cooling Load P 0,5 kW, Laju Alir 40 gr/s
Untuk Orifice Differential (x) = 15 mmH2O
Temperatur wet bulb udara masuk (T2) = 28,8oC
Temperatur air keluar (T6) = 33oC
Approach to wet bulb (T6T2) = (33 28,8) oC
= 4,2oC
Spesifikasi volumetric udara keluar dengan menggunakan cara plot
temperatur dry bulb udara keluar T3 = 38,5oC (101,3oF) dan temperatur wet bulb
18

keluar T4 = 36,2oC (97,16oF) pada physchrometric chart, maka diperoleh Vb =


0,939 m3/kg
x
Air mass flowrate (m) = 0,137 V
b

15
= 0,137 0,939

= 0,548 kg/s
Air volume flowrate (V) = m Vb
= 0,548 kg/s 0,939 m3/kg
= 0,514 m3/s
Cross sectional area empty tower (A) = 0,15 m 0,15 m
= 0,0225 m2
V
Kecepatan udara =A
0,514
= 0,0225

= 22,852 m/s
4.2.4. Untuk Cooling Load P 1,0 kW, Laju Alir 20 gr/s
Untuk Orifice Differential (x) = 15 mmH2O
Temperatur wet bulb udara masuk (T2) = 29,3oC
Temperatur air keluar (T6) = 38oC
Approach to wet bulb (T6T2) = (38 29,3) oC
= 8,7oC
Spesifikasi volumetric udara keluar dengan menggunakan cara plot
temperatur dry bulb udara keluar T3 = 39,75oC (103,55oF) dan temperatur wet bulb
keluar T4 = 36,7oC (98,06oF) pada physchrometric chart, maka diperoleh Vb =
0,941 m3/kg
x
Air mass flowrate (m) = 0,137 V
b

15
= 0,137 0,941

= 0,547 kg/s
Air volume flowrate (V) = m Vb
= 0,547 kg/s 0,941 m3/kg
19

= 0,515 m3/s
Cross sectional area empty tower (A) = 0,15 m 0,15 m
= 0,0225 m2
V
Kecepatan udara =A
0,515
= 0,0225

= 22,876 m/s
4.2.5. Untuk Cooling Load P 1,0 kW, Laju Alir 30 gr/s
Untuk Orifice Differential (x) = 15 mmH2O
Temperatur wet bulb udara masuk (T2) = 29,3oC
Temperatur air keluar (T6) = 37oC
Approach to wet bulb (T6T2) = (37 29,3) oC
= 7,7oC
Spesifikasi volumetric udara keluar dengan menggunakan cara plot
temperatur dry bulb udara keluar T3 = 39,75oC (103,55oF) dan temperatur wet bulb
keluar T4 = 37,7oC (99,86oF) pada physchrometric chart, maka diperoleh Vb =
0,945 m3/kg
x
Air mass flowrate (m) = 0,137 V
b

15
= 0,137 0,945

= 0,546 kg/s
Air volume flowrate (V) = m Vb
= 0,546 kg/s 0,945 m3/kg
= 0,516 m3/s
Cross sectional area empty tower (A) = 0,15 m 0,15 m
= 0,0225 m2
V
Kecepatan udara =A
0,516
= 0,0225

= 22,925 m/s
4.2.6. Untuk Cooling Load P 1,0 kW, Laju Alir 40 gr/s
Untuk Orifice Differential (x) = 15 mmH2O
20

Temperatur wet bulb udara masuk (T2) = 29,3oC


Temperatur air keluar (T6) = 37,5oC
Approach to wet bulb (T6T2) = (37,5 29,3) oC
= 8,2oC
Spesifikasi volumetric udara keluar dengan menggunakan cara plot
temperatur dry bulb udara keluar T3 = 40oC (104oF) dan temperatur wet bulb
keluar T4 = 37,7oC (99,86oF) pada physchrometric chart, maka diperoleh Vb =
0,946 m3/kg
x
Air mass flowrate (m) = 0,137 V
b

15
= 0,137 0,946

= 0,546 kg/s
Air volume flowrate (V) = m Vb
= 0,546 kg/s 0,946 m3/kg
= 0,516 m3/s
Cross sectional area empty tower (A) = 0,15 m 0,15 m
= 0,0225 m2
V
Kecepatan udara =A
0,516
= 0,0225

= 22,937 m/s

Tabel 4.2. Specific Volume (dari Humidity Chart) Udara-Air Tipe B-200 m-1
P (kW) x (mmH2O) T3 T4 Specific Volume (Vb)
38 35,2 0,934
0,5 15 38,5 35,7 0,935
38,5 36,2 0,939

39,75 36,7 0,941


1,0 15 39,75 37,7 0,945
40 37,7 0,946
21

4.2.7. Pendinginan dan Cooling Range untuk P Sebesar 0,5 kW


1) Laju Alir 20 gr/s
P
Laju Pendinginan =T
5 T6
0,5
= 41,3 34,5

= 0,0735 kW/oC
Cooling Range = T5 T6
= 41,3 34,5
= 6,8oC
2) Laju Alir 30 gr/s
P
Laju Pendinginan =
T5 T6
0,5
= 41,3 34

= 0,0685 kW/oC
Cooling Range = T5 T6
= 41,3 34
= 7,3oC
3) Laju Alir 40 gr/s
P
Laju Pendinginan =T
5 T6

0,5
= 41,3 33

= 0,0602 kW/oC
Cooling Range = T5 T6
= 41,3 33
= 8,3oC

4.2.8. Pendinginan dan Cooling Range untuk P Sebesar 1,0 kW


1) Laju Alir 20 gr/s
P
Laju Pendinginan =T
5 T6
1
= 51,3 38

= 0,0752 kW/oC
Cooling Range = T5 T6
22

= 51,3 38
= 13,3oC
2) Laju Alir 30 gr/s
P
Laju Pendinginan =T
5 T6
1
= 51,3 37

= 0,0699 kW/oC
Cooling Range = T5 T6
= 51,3 37
= 14,3oC
3) Laju Alir 40 gr/s
P
Laju Pendinginan =T
5 T6

1
= 51,3 37,5

= 0,0725 kW/oC
Cooling Range = T5 T6
= 51,3 37,5
= 13,8oC

Tabel 4.3. Cooling Range, Approach to Wet Bulb, dan Kecepatan Udara
P Mv Approach to Wet
Cooling Range Kecepatan Udara
(kW) (g/s) Bulb
20 6,8 5,7 22,791
0,5 30 7,3 5,2 22,803
40 8,3 4,2 22,852

20 13,3 8,7 22,876


1,0 30 14,3 7,7 22,925
40 13,8 8,2 22,937
23

4.3. Pembahasan
Cooling tower apparatus yang digunakan menggunakan sistem force draft
dimana fan dipasang pada bagian tower. Fan yang digunakan akan menekan udara
dari atmosfer dari 1 atm menjadi 1,21,4 atm. Oleh sebab itu, cooling tower jenis
ini disebut atmospheric cooling tower. Air yang memiliki temperatur tinggi akan
dialirkan dari bagian atas tower dan akan menabrak packing yang berada di dalam
tower. Packing yang digunakan merupakan jenis regular packing. Air yang
memiliki temperatur lebih tinggi akan didinginkan dengan udara dari luar.
Regular packing dipilih dibandingkan random packing karena pressure
drop yang lebih kecil sehingga energi listrik yang diperlukan untuk mengalirkan
air juga akan berkurang. Namun demikian, regular packing memiliki kekurangan
yaitu biaya maintenance yang akan lebih tinggi. Bahan yang digunakan untuk
packing sendiri dapat berupa kayu ataupun plastik. Air dialirkan dari bagian atas
tower dengan menggunakan 3 buah nozzle. Hal ini dilakukan agar air yang
dialirkan akan lebih tersebar merata ke seluruh bagian dari cooling tower.
Aliran udara berasal dari bagian bawah tower sedangkan aliran air berasal
dari atas tower yang mana aliran ini disebut dengan countercurrent. Hal ini
dilakukan agar kontak antara air dengan udara dapat lebih lama dan efektif. Pada
peristiwa pendinginan di dalam cooling tower, terjadi 3 jenis perpindahan yaitu
perpindahan massa, perpindahan panas serta perpindahan momentum.
Perpindahan massa terjadi saat terdapat massa air berpindah dari basin ke
packing serta saat adanya molekul air yang berpindah dari packing ke udara akibat
aliran udara yang menghembusnya. Perpindahan panas yang terjadi adalah adanya
energi panas yang berpindah dari air ke udara yang ditandai dengan penurunan
temperatur air setelah keluar dari cooling tower. Hal ini berarti panas telah diserap
oleh udara. Sementara itu, perpindahan momentum yang terjadi adalah kecepatan
udara yang menurun akibat bertumbukan secara countercurrent dengan udara.
Untuk jenis pendinginan sendiri, cooling tower menggunakan prinsip recirculation
dimana air yang telah didinginkan dapat disirkulasi kembali untuk didinginkan
kembali ataupun dialihkan untuk kegunaan proses-proses lain dalam industri.
Proses recirculation dapat menghemat penggunaan air pendingin (cooling water)
yang berlebihan, khususnya di dalam industri-industri yang berskala besar.
24

Dari hasil pengolahan data, dapat kita amati pengaruh dari daya yang
diberikan dengan besarnya volume spesifik campuran steam dan uap yang lepas
dari atas kolom (Vb). Misalnya saja pada pengamatan yang dilakukan untuk
cooling load dengan daya 1 kW dan laju alir 30 gr/s. Pada saat daya yang
diberikan 0,5 kW, besarnya nilai Vb adalah sebesar 0,935 m3/kg. Sementara pada
saat daya dinaikkan sebesar 1 kW dengan laju alir yang sama, didapatkan nilai Vb
sebesar 0,945 m3/kg. Dengan demikian, semakin besar daya yang disuplai maka
nilai Vb juga akan semakin besar. Nilai Vb sendiri dapat diperoleh dengan cara plot
temperatur dry bulb udara keluar (T3) dan temperatur wet bulb keluar (T4) pada
physchrometric chart. Sementara itu, untuk penurunan temperatur air yang masuk
berkisar antara 7-14C. Hal ini dipengaruhi oleh laju alir udara yang diberikan.
Misalnya untuk daya 0,5 kW, pada saat laju alir udara 20 gr/s terjadi
penurunan air masuk dan keluar sebesar 6,8C, pada saat laju alir udara dinaikkan
menjadi 30 gr/s terjadi penurunan temperatur sebesar 7,3C dan pada saat laju alir
udara dinaikkan lagi menjadi 40 gr/s, terjadi penurunan temperatur air masuk dan
keluar sebesar 8,3C. Hal ini menunjukkan semakin besar laju alir udara yang
diberikan maka penurunan pada temperatur air masuk dan keluar juga akan
semakin besar. Hubungan antar keduanya menjadi berbanding lurus.
Pada saat fluida panas didinginkan dengan udara, akan terjadi 3 jenis losses
yang terjadi. Jenis-jenis losses yang terjadi yaitu drift loss, evaporation loss, dan
blowdown. Ketiga losses tersebut terjadi karena penyebab yang berbeda-beda.
Drift loss terjadi karena adanya percikan air yang keluar tower pada saat menabrak
packing. Drift loss dapat diatasi dengan cara menggunakan louver pada sisi
cooling tower. Dengan demikian air akan tertahan oleh bagian louver. Louver
berbentuk seperti sirip-sirip di sisi cooling tower yang mengakibatkan percikan air
tertahan. Cooling tower apparatus pada laboratorium menggunakan dinding kaca
pada sisi tower sehingga drift loss yang terjadi sangat sedikit.
Sementara itu, evaporation loss terjadi karena adanya molekul air yang ikut
teruapkan ke atmosfer saat bertabrakan secara countercurrent dengan udara dari
bagian dasar cooling tower. Losses jenis ini dapat diatasi dengan menggunakan
drift eliminator. Losses yang terakhir adalah blowdown. Losses akibat blowdown
dapat terjadi karena adanya endapan lumpur serta mikroba yang menyebabkan
25

fouling di dalam basin. Blowdown dapat diatasi dengan menggunakan makeup


water. Makeup water merupakan penambahan air ke dalam sistem (temperatur
tinggi) agar losses akibat blowdown dapat dikurangi atau diminimalisir. Dengan
penambahan makeup water, volume air yang berkurang akibat blowdown dapat
tetap terjaga karena aliran tambahan makeup water yang tersuplai dari ulitias.
Di dalam dunia industri, aplikasi cooling tower lebih banyak digunakan
oleh industri-industri besar. Industri kecil biasanya menggunakan alat lain yaitu
cooler sebagai pendingin fluida panas. Hal ini dikarenakan biaya pembuatan
cooling tower yang mahal. Jadi sangat disayangkan bila penggunaan cooling tower
untuk keperluan pendinginan dengan kapasitas yang tidak terlalu besar. Sementara
itu, untuk jenis cooling tower yang digunakan pada industri besar biasanya
menggunakan natural draft cooling tower karena dengan tekanan udara yang lebih
tinggi di dalam cooling tower, proses pendinginan dapat berlangsung lebih efektif.
Aplikasi cooling tower atau menara pendingin pada industri, contohnya PT
Pertamina RU III digunakan untuk mendinginkan kembali air pendingin yang telah
digunakan untuk mendinginkan alat ataupun proses serta menyediakan cooling
water circulated untuk didistribusikan kembali ke unit-unit proses dan
mendinginkan alat-alat seperti heat exchanger, motor and compressor, dan
condenser. Cooling tower yang digunakan berjenis atmospheric cooling tower,
dengan fan di bagian atas (induced draft fan), dimana fan berkerja dengan cara
menghisap udara yang ada di menara pendingin lalu melepaskannya ke lingkungan.
Pada saat fan menarik udara pada menara pendingin, air akan ikut tertarik sehingga
waktu kontak air dengan udara lebih lama. Packing yang digunakan pada menara
pendingin pada PT Pertamina merupakan packing berbahan kayu.

Anda mungkin juga menyukai