Anda di halaman 1dari 21

1

BAB 1. PENDAHULUAN
Dalam Pasal 31 ayat 1-5 tentang Pendidikan dan Kebudayaan dalam UUD
1945 selaras salah satu tujuan bernegara Indonesia yaitu mencerdaskan kehidupan
bangsa, sesuai dengan yang ditegaskan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia 1945 alinea keempat yang bunyinya: Kemudian
daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah Negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial
Seiring perkembangan pendidikan nasional yang baik ini, masyarakat yang
berada di seluruh Indonesia, terutama daerah bagian timur yaitu Sulawesi,
Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara pun mulai tertarik untuk menjadikan Pulau
Jawa sebagai prioritas dalam melanjutkan jenjang pendidikan tinggi karena
memang notabene bahwa di pulau Jawa terdapat perguruan-perguruan tinggi
terbaik baik swasta maupun negeri. Tentunya dengan respon yang cukup baik
berupa antusiasme dari para pelajar dari luar pulau ini tentu membuat kita mulai
berpandangan baik terhadap sistem pendidiakan di negara kita karena masyarakat
Indonesia semakin sadar akan pentingnya pendidikan dalam upaya memajukan
Bangsa ini. Namun dengan berjalannya waktu di sisi lain mulai timbul
permasalahan dimana sering terjadi konflik antar mahasiswa Indonesia bagian
timur dengan mahasiswa dari daerah lain maupun dengan warga lokal akibat
ketidaksesuaian budaya perilaku yang dibawa oleh mahasiswa dari bagian timur
ini dengan budaya tempat dimana mereka mengemban ilmunya salah satunya
adalah kota Malang.
Malang merupakan kota pendidikan hal ini berdasarkan fakta bahwa
banyaknya fasilitas pendidikan yang memadai, susasana kota yang tenang,
kemudian biaya kehidupan yang cukup terjangkau sehingga menjadikan kota ini
menjadi salah satu tujuan utama para pelajar untuk menempuh atau melanjutkan
jenjang pendidikannya disini.
Banyak mahasiswa yang berasal dari daerah Indonesia bagian timur yang
berkuliah di perguruan tinggi yang ada di kota Malang bahkan ada pula yang
sudah bertahun-tahun berada di kota ini karena belum selesainya proses
pendidikan mereka. Sudah bukan rahasia umum lagi bahwasannya apabila kita
melihat ke daerah-daerah Indonesia bagian timur ini mereka sedang berbenah
untuk melakukan pembangunan di daerah mereka sendiri yang dapat dikatakan
masih terbelakang dengan daerah-daerah lainnya di wilayah Indonesia.
Lingkungan dan pergaulan serta pola didikan dari orang tua maupun guru di
masyarakat di daerah Indonesia bagian timur sangat keras dan identik dengan
kekerasan fisik sehingga mengucapkan kata-kata kasar sudah dianggap biasa
disana, sehingga secara tidak langsung membentuk karakter dari masyarakatnya
yang keras dan kasar dalam kehidupan sosialnnya. Budaya karakter dan kebiasaan
2

lingkungan inilah yang dibawa oleh pelajar dari Indonesia bagian timur ketika
melanjutkan jenjang pendidikan tinggi di pulau Jawa atau khususnya kota
Malang. Sementara Malang merupakan salah satu kota di Jawa Timur yang
budaya pergaulannya dapat dikatan menjunjung tinggi norma kesopanan dan tata
krama serta tutur kata yang halus menunjukkan bahwa budaya Indonesia bagian
timur dan Budaya Indonesia khususnya budaya jawa di kota Malang sangat
berbanding terbalik dan hasilnya sudah bisa ditebak bahwa sering terjadi
kesalahpahaman antarmahasiswa yang berasal dari Indonesia bagian timur sendiri
maupun dengan mahasiswa dari daerah lain maupun dengan warga lokal yang
hidup bersama dalam satu kota ketika melakukan interaksi sosial sehari-hari.
Memasuki budaya yang berbeda membuat inidividu menjadi orang asing
di budaya tersebut, dimana inidividu dihadapkan dengan situasi dimana
kebiasaan-kebiasaanya diragukan. Hal ini dapat menimbulkan keterkejutan dan
stress. Keterkejutan dapat menyebabkan terguncangnya konsep diri dan identitas
kultural individu dan mengakibatkan kecemasan. Kondisi ini meyebabkan
sebagian besar individu mengalami gangguan mental dan fisik setdaknya untuk
jangka waktu tertentu. Reaksi terhadap situasi tersebut oleh Oberg disebut dengan
istilah culture shock.1Dapat dikatakan bahwa keadaan yang dialami para
mahasiswa Indonesia bagian timur ini dinamakan Culture shock. Ini adalah
keadaan dimana mereka sangat tidak terbiasa dengan budaya setempat, dan hal
buruk lain dari implikasi dari culture shock ini justru berdampak pada konflik
yang mereka timbulkan sendiri akibat budaya dan sikap perilaku mereka yang
keras dan ketidakmapuan dalam menyesuaikan dengan kebudayaan yang ada dan
mereka tidak ingin menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada. Sesuai
dengan riset yang dilakukan oleh seorang psikolog sosial Amerika bernama
Donald Campbell dan koleganya menyatakan bahwa orang di semua budaya
memiliki kecenderungan untuk: (a) Mempercayai bahwa apa yang terjadi di
budayanya adalah natural dan benar dan bahwa apa yang terjadi di budaya
lain adalah tidak natural dan tidak benar, (b) Mempersepsikan bahwa adat
istiadat budayanya adalah valid secara universal; yaitu bahwa apa yang baik untuk
siapapun (c) Berperilaku memihak pada kelompok budaya mereka (d) Merasa
bangga pada kelompok budaya mereka, (e) Memusuhi kelompok budaya lainnya.2
Dari poin yang ditampilkan diatas menunjukkan bahwa rasa bangga pada
kelompok budaya dan rasa memusuhi kelompok budaya lainnya sebagai bagian
dari culture shock dapat menimbulkan potensi konflik.
Konflik perkelahian yang terjadi umumnya akibat kebiasaan mahasiswa
Indonesia bagian timur yang cenderung tempramen ketika melakukan interaksi
sosial dengan warga sekitar, mahasiswa dari Malang maupun mahasiswa dari
dareah lain di Indonesia. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Xia dimana ia
menjelaskan bahwa individu yang mengalami culture shock akan mengalami

1
Tri Dayksini, Psikologi Lintas Budaya (Malang, 2008), hlm. 187
2
Santrock, J. W, Adolescence: Perkembangan Remaja(6th Ed)(Jakarta, 2003), hlm. 290
3

kesulitan dalam memperhatikan pembelajaran budaya baru, kurangnya


kemampuan dalam memecahkan masalah serta membuat keputusan, dan ketika
individu gagal untuk menangani culture shock, mereka cenderung menjadi
bermusuhan dengan warga pribumi, sehingga menyebabkan terhambatnya
hubungan interpersonal.3
Selain sering bermasalah dengan Mahasiswa dari daerah lain atau warga
lokal di Malang kadang-kadang masalah antar mahasiswa Indonesia bagian timur
juga sering terjadi karena kultur pergaulan mereka itu sendiri yang tidak dapat
menyesuaikan dengan lingkungan sekitar. Salah satu kasus yang masih hangat dan
yang akan dijadikan objek penelitian dalam penulisan ini yaitu kasus perkelahian
antara mahasiswa Ambon dan mahasiswa Sumba pada tanggal 19 Maret 2016 di
daerah Sawojajar dan akibatnya ada korban tewas dari mahasiswa Ambon.4 Dari
kasus tersebut tentunya masyarakat akan bertanya ini apakah mahasiswa atau
preman? Suatu pertanyaan yang mudah bagi kita mahasiswa untuk menjawab
pertanyaan seeperti itu, namun apabila dikaitkan dengan kasus tersebut tentu
sebagai mahasiswa tentu akan sulit menjawabnya karena dirasa sangat berbeda
konteks antara mahasiswa dan preman itu sendiri dilihat dari defenisinya mupun
tujuannya. Tentunya kasus yang dipaparkan tersebut sangat meresahkan
mahasiswa lain maupun warga masyarakat sekitar akibat perbuatan yang
ditimbulkan oleh para mahasiswa dari daerah Indonesia bagian timur tersebut, dan
tidak menutup kemungkinan akan ada kecenderungan bahwa hal seperti ini akan
terjadi lagi apabila kita mau flashback melihat kasus-kasus yang dibuat seperti
halnya perkelahian, pengeroyokan dan lainnya yang umumnya dibuat oleh
mahasiswa dari daerah Indonesia bagian timur dan sudah sering mereka berurusan
dengan pihak penegak hukum akibat perbuatan tersebut. Tentu efeknya pada
proses pendidikan yang harus mereka tempuh tidak dapat berjalan dengan baik
karena terhambat dengan masalah-masalah yang ada dan tujuan sebenarnya yang
semula harus dapat menyelesaikan studi dengan baik malahan harus terhenti
ataupun tertunda karena ulah mereka sendiri.
Berdasarkan dengan apa yang telah di uraikan di atas, maka yang menjadi
isu permasalahan yang akan di bahas dalam penelitian ini, dapat di rumuskan
sebagai berikut:
1. Mengapa culture shock dapat menjadi sumber konflik fisik kolektif antar
mahasiswa perantauan yang berasal dari daerah Indonesia bagian timur
maupun dengan mahasiswa daerah lain dan warga lokal di kota Malang?

3
Xia, J. (2009) Analysis of Impact of Culture Shock on Individual Psychology. International
Journal of Psychological Studies, Volume 1, Nomor 2, Desember 2009, hal 97 101. Diakses
dalam http://www.ccsenet.org/journal/index.php/ijps/article/viewFile/4510/3841 tanggal 28 Juni
2017 pukul 20.36
4
Sisca Angelina, Tawuran Antar mahasiswa Ambon dan Sumba Satu Tewas, dalam
http://www.klikapa.com/read/1149/tawuran-antarmahasiswa-ambon-dan-sumba-satu-tewas
diakses tanggal 28 Juni 2017 pukul 21.36
4

2. Bagaimanakah peran hukum dalam mengatasi konflik yang bersumber


dari culture shock yang dialami para mahasiswa dari Indonesia bagian
timur di Kota Malang?

Berdasarkan perumusan masalah yang telah disampaikan diatas maka


tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui mengapa culture shock ini dapat menjadi sumber
konflikantar mahasiswa dari daerah Indonesia bagian timurmaupun
dengan mahasiswa daerah lain dan warga lokal di kota Malang.
2. Untuk mengetahui sejauh mana hukum berperan untuk mengatasi konflik
yang bersumber dari culture shock yang dialami mahasiswa dari daerah
Indonesia bagian timur.

Sesuai pemaparan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka kegunaan


penelitian yang hendak dicapai adalah sebagai berikut:
a. Kegunaan teoritis
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan ilmu hukum, dalam hal ini
hukum pidana khususnya mengenai konflik fisik kolektif antar mahasiswa.
b. Kegunaan praktis
1. Bagi pemerintah, penulisan hukum ini diharapkan dapat dijadikan
bahan acuan dalam memberikan solusi hukum terhadap konflik yang
timbul akibat culture shock.
2. Bagi masyarakat, penulisan hukum ini dapat dijadikan sebagai
tambahan ilmu pengetahuan mengenai pentingnya kebudayaan-
kebudayaan Indonesia.
3. Bagi mahasiswa, penulisan hukum ini dapat memberikan solusi bagi
mereka untuk dapat menghindari sumber-sumber konflik dari culture
shock ini.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Tawuran Sebagai Tindak Pidana
Hukum pidana atau criminal law merupakan salah satu dari bagian hukum
suatu Negara yang mengancam setiap orang dengan pidana apabila tidak
mematuhi aturan yang telah ditetapkan oleh lembaga yang berwenang. Sanksi
yang diterapkan pada jenis hokum ini bersifat mengikat dan memaksa. Oleh
karena itu terhadap perbuatan tertentu hukum pidana diterapkan dengan ultimum
remidium. Artinya hukum pidana diterapkan sebagai sanksi yang terakhir, apabila
ada sanksi lain yang lebih memadai, dipersilahkan menerapkan sanksi tersebut.
Menurut Sudarto seorang pelaku tindak pidana, dan dapat dijatuhi pidana
memenuhi syarat sebagai berikut :(1) Perbuatan: perbuatan pelaku memenuhi
rumusan undang-undang, bersifat melawan hukum, dan tidak ada alasan
pembenar.(2) Orang: orang atau pelaku melakukan kesalahan, mempunyai
5

kemampuan bertanggung jawab, adanya bentuk kesalahan yang berupa


kesengajaan (dolus) dan kealpaan (culpa), dan tidak ada alasan.5
Menurut Barda Nawawi Arief hukum pidana merupakan suatu jenis
hukum yang mengacu pada 3 persoalan sentral, yaitu: (1) masalah tindak
pidana,(2) masalah kesalahan atau pertangung jawaban pidana,dan (3) masalah
pidana dan pemidanaan.6 Menurut Eday dan Patra bahwa yang berkaitan dengan
proses dalam pemidanaan, mendasarkan pada Undang-undang Nomor 8 Tahun
1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana, setiap perkara melalui
beberapa tahap, yaitu: (1) tahap penyelidikan dan penyidikan, (2) tahap
penuntutan, (3) tahap pemeriksaan di sidang pengadilan, dan (4) tahap
pelaksanaan putusan di lembaga pemasyarakat (LP). Pada setiap tahapan tersebut
kecuali pada pelaksanaan putusan di LP, pelaku atau terdakwa harus mendapatkan
bantuan hukum melalui penasehat hukum. Bantuan hukum adalah upaya untuk
membantu orang yang tidak mampu dalam bidang hukum.7 Menurut erdianto
bahwa dalam hukum pidana Indonesia perbuatan tawuran antarpelajar, dimana
pelaku bersifat kelompok merupakan tindak pidana yang dilakukan lebih dari satu
orang disebut dengan bentuk penyertaan (deelneming), yang meliputi: 1. Pembuat,
terdiri dari: pelaku (pleger), menyuruhlakukan (doen pleger), turut serta (mede
pleger), dan penganjuran (uitlokker). 2. Pembantu, terdiri dari: pembantuan pada
saat kejahatan dilakukan dan pembantuan sebelum kejahatan dilakukan.8

2.2 Konflik
Menilik tentang istilah Konflik berasal dari bahasa latin : confligo, terdiri
dari dua kata con berarti bersama-sama dan fligere yang berarti benturan
atau tabrakan.9Coser memberi defenisi konflik sosial sebagai suatu perjuangan
tarhadap nilai dan pengakuan terhadap status yang langka, kemudian kekuasaan
dan sumber-sumber pertentangan dinetralisir atau dilangsungkan atau dieliminir
saingannya.10Kasus perkelahian yang ditimbulkan oleh Mahasiswa dari daerah
Indonesia bagian timur jika dilihat dari bentuk kasusnya tentunya digolongkan
dalam bentuk sebuah konflik.
Sementara Soerjono Soekanto mendefenisikan bahwa konflik yaitu proses
pencapaian tujuan dengan cara melehmakan pihak lawan tanpa memperhatikan,
tanpa memperhatikan norma dan nilai yang berlaku.11

5
Prayudi Guse, Seluk Beluk Hukum Pidana Yang Perlu Untuk Diketahui (Yogyakarta,
2008), hlm. 58
6
Ardianto Effendi, Hukum Pidana Indonesia Suatu Pengantar (Bandung, 2011), hlm.12
7
Agustinus Kristianto Eday dan M. Zen A. Patra, Panduan Bantuan Hukum Indonesia
(Jakarta, 2009), hlm. 33
8
Ardianto Effendi, Op. Cit, hlm. 75
9
Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala
Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya (Jakarta, 2011), hlm. 345
10
Irving M. Zeitlin, Memahami Kembali Sosiologi (Yogykarta, 1998), hlm.156
11
Soerjono Soekanto, Kamus Sosiologi (Jakarta, 1993), hlm. 99
6

Menurut Lawang defenisi konflik diartikan sebagai perjuangan untuk


memperoleh hal-hal yang langka seperti nilai, status, kekuasaan dan sebagainya
dimana tujuan mereka berkonflik itu tidak hanya memperoleh keuntungan tetapi
juga untuk menundukkan pesaingnya. Konflik dapat diartikan sebagai benturan
kekuatan dan kepentingan antara suatu kelompok dengan kelompok lain dalam
proses perebutan sumber-sumber kemasyarakatan (ekonomi, politik, sosial dan
budaya) yang relatif terbatas.12
2.3 Culture shock
Budaya merujuk pada istilah Culture yang merupakan istilah bahasa asing
yang sama artinya dengan kebudayaan, berasal dari bahasa Latin colere yang
artinya adalah mengolah atau mengerjakan, yaitu dimaksudkan kepada keahlian
mengolah dan mengerjakan tanah atau bertani. Menurut Pendapat Soerjono
Sokanto kata colere yang kemudian berubah menjadi culture diartikan
sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah
alam.13 Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai kultur dalam bahasa
Indonesia. Oberg menggambarkan konsep culture shock sebagai respon yang
mendalam dan negatif dari depresi, frustasi dan disorientasi yang dialami oleh
orang-orang yang hidup dalam suatu lingkungan budaya yang baru. 14 Sementara
Furnham dan Bochner mengatakan bahwa culture shock adalah ketika seseorang
tidak mengenal kebiasaan-kebiasaan sosial dari kultur baru atau jika ia
mengenalnya maka ia tidak dapat atau tidak bersedia menampilkan perilaku yang
sesuai dengan aturan-aturan itu.

BAB 3. METODE PENELITIAN


3.1 Metode Pendekatan
Metode dalam penyusunan Program Kreatifitas Mahasiswa Penelitian
Sosial Humaniora (PKM-PSH) ini adalah yuridis sosiologis yakni suatu
pendekatan dengan berdasarkan norma-norma atau peraturan yang mengikat,
sehingga diharapkan dari pendekatan ini dapat diketahui bagaimana hukum yang
secara empiris merupakan gejala masyarakat itu dapat dipelajari sebagai suatu
variabel penyebab yang menimbulkan akibat-akibat pada berbagai segi kehidupan
sosial.15
3.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di kota Malang dengan fokus terhadap
Mahasiswa-mahasiswa dari daerah Indonesia bagian timur yang berkuliah di
perguruan-perguruan tinggi di kota Malang, karena melihat pada kota Malang ini
yang jumlah Mahasiswa dari daerah Indonesia bagian timur yang ada cukup

12
Robert Lawang, Buku Materi Pokok Pengantar Sosiologi (Jakarta, 1994), hlm. 53
13
Soerjono Soekanto, 1996, Budaya (Online), dalam http://id.wikipedia.org/index.php,
diakses tanggal 9 November 2016 pukul 10.21
14
Tri Dayksini, Psikologi Lintas Budaya (Malang, 2008), hlm. 187
15
Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri (Bandung,
1990),hlm. 34-35
7

dominan dan representatif untuk dijadikan lokasi penelitian guna mendeskripsikan


perumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Kegiatan pengumpulan data dalam proses penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan 3 (tiga) teknik, yaitu:
(a) wawancara mendalam (indepth interview) yang tidak terstruktur kepada
responden yang telah ditentukan/terpilih guna menjelaskan dan menerangkan
pengetahuannya, maksudnya pewawancara/peneliti dalam melakukan wawancara
menyesuaikan dengan situasi pada saat wawancara berlangsung; (b) melakukan
pengamatan (observasi) yang terfokus pada hal-hal tertentu yang dianggap
penting dan relevan dengan permasalahan yang diteliti; (c) Studi kepustakaan,
yang merupakan kegiatan penelusuran, pengumpulan, dan penelaahan bahan-
bahan kepustakaan yang memiliki relevansi dengan permasalahan penelitian,
berupa literatur-literatur, laporan penelitian, artikel ilmiah, undang-undang,
brosur, dan bahan-bahan pustaka serta dokumentasi lainnya. Sedang instrumen
pengumpulan data terdiri dari peneliti sebagai instrumen utama dan menentukan,
daftar pertanyaan, catatan lapangan, dan tape recorder.
3.4 Metode Analisis Data
Dalam penelitian analisis data adalah sebagai suatu penjelasan dan
penginterpretasian secara logis, sistematis, dan konsisten.
Sesuai dengan teknik yang dipakai dan sifat data yang diperoleh, analisis
data dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, di mana penulis akan
mendeskripsikan dalam uraian tertulis dari data-data yang terkumpul tersebut
(baik data dalam angka maupun bukan) sehingga menjadi suatu penjelasan yang
utuh atas temuan penelitian yang ada.

BAB 4. HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS


4.1 Hasil Yang Dicapai
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti dilakukan selama 5 bulan dengan
jadwal berikut:

No Kegiatan Bln I Bln II Bln III Bln IV Bln V


1 Persiapan awal XXX
2 Pelaksanaan X XXXX
pengambilan data
primer dan sekunder
3 Pengolahan data, XXXX XX
analisis, penarikan
kesimpulan
4 Evaluasi internal dan XX
cros chek
5 Penyajian laporan XXXX
8

Dari jadwal di atas bisa diuraikan kegiatan-kegiatan yang sudah dilakukan yakni:
1. Tahap Persiapan berupa:
a. Koordinasi dengan Koordinator PKM Universitas Widyagama
b. Koordinasi dengan anggota peneliti
c. Penyusunan daftar koordinasi dengan dosen pembimbing
2. Tahap Pengumpulan Data berupa:
a. Pengumpulan literatur yang relevan terkait dengan Culture Shock sebagai
sumber konflik fisik kolektif antar Mahasiswa.
b. Pengumpulan data primer berupa (1) wawancara, dan (2) observasi
3. Tahap Analisis Data berupa:
a. Analisis kasus
b. Analisis literatur
c. Koordinasi dengan dosen pembimbing
4. Penyusunan Laporan berupa:
a. Koordinasi dengan anggota peneliti terkait dengan penyusunan bahan-
bahan dan data-data untuk laporan
b. Penyesuaian pengajuan proposal PKM awal dengan bahan-bahan dan
data-data untuk laporan kemajuan
5. Penyusunan Luaran berupa :
a. Luaran dalam Bentuk Jurnal Ilmiah sudah selesai dan siap dipublikasikan
di Jurnal Arena Hukum Universitas Brawijaya Malang
b. Luaran dalam bentuk Literatur sudah selesai dibuat dan dalam koordinasi
dengan fakultas hukum Universitas Widyagama Malang dalam mencari
mitra dalam hal penerbitan buku.
6. Penyerahan Laporan Akhir berupa unggah Laporan Akhir ke SIMBELMAWA.
4.2 Potensi Khusus
Berdasarkan pengajuan proposal awal dan laporan kemajuan, hasil analisis
data laporan akhir maka potensi khusus dari adanya penelitian ini adalah:
1. Manfaat artikel ilmiah
Penelitian ini akan menjadi salah satu acuan bagi pemerintah, pihak
kampus dalam mengkaji dan mencari solusi yang bersifat solutif terhadap Culture
Shock yang menjadi sumber konflik fisik kolektif antar mahasiswa.
2. Manfaat dari aspek pendidikan.
Dengan adanya pemahaman yang baik oleh mahasiswa mengenai Culture
Shock yang notabene sebagai salah satu sumber konflik dapat mengurangi
masalah-masalah konflik fisik kolektif antar mahasiswa, sehingga fokus
mahasiswa dalam meningkatkan prestasinya di Perguruan Tinggi dapat berjalan
dengan baik .
9

BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang dipaparkan diatas maka dapat ditarik
bebrapa kesimpulan berikut :
1. Culture shock yang dialami oleh mahasiswa timur disebabkan oleh :
a. Culture shock sebagai Watak yang keras
b. Kecakapan berbahasa yang kurang
c. Sikap tidak mau menerima kebudayaan lain dan cenderung untuk
mengelompokan diri dengan kelompoknya.
2. Sumber konflik fisik kolektif diakibatkan dari sikap mahasiswa timur yang
menganggap budayanya paling benar, cenderung mengelompokkan diri
dengan golongannya, dan menganggap konflik adalah hal yang wajar di
daerahnya
3. Upaya hukum secara preventif yaitu dengan melibatkan pemerintah Kota
Malang, Pemerintah daerah Indonesia Timur, pihak kampus, masyarakat
kota malang untuk meberikan sosialisasi yang bertujuan memberikan
penyadaran terhadap mahasiswa dari daerah Indonesia Timur
4. Upaya hukum secara represif yaitu pihak penegak hukum, pihak rektorat
kampus dan masyarakat perlu secara tegas melalui aturan yang ada dengan
memberikan sanksi dan hukuman bagi mahasiswa timur yang terlibat dalam
konflik fisik kolektif.
5.2 Saran
Dalam upaya mengatasi Culture Shock yang dialami oleh mahasiswa
khususnya yang berasal dari daerah timur agar tidak terjadi konflik fisik kolektif
lagi perlu dilakukan hal-hal berikut :
1. Pemerintah Kota Malang perlu melakukan kerja sama dengan Pemerintah
daerah Indonesia Timur seperti daerah NTT, NTB, Maluku, Sulawesi, dan
Papua dan Pihak Rektorat Kampus di Malang untuk rutin melakukan
sosialisasi yang bertujuan memberikan pemhaman khusus mengenai
perbedaan kebudayaan atau dan mengenai tujuan utama mahasiswa adalah
untuk melakukan perkuliahan, serta saling sharing mengenai keluhan
mahasiswa timur, sehingga dapat diselesaikan.
2. Mahasiswa khususnya dari daerah timur perlu saling mengingatkan untuk
saling menghargai kebudayaan yang ada dan tidak terlibat dalam konflik
fisik kolektif, dan memaksimalkan masing-masing organisasi daerah
sebagai wadah untuk pembelajaran organisasi dan sharing ilmu
pengetahuan.
10

DAFTAR PUSTAKA
Buku-Buku :
Dayaksini, Tri.2008.Psikologi Lintas Budaya.Malang: UMM Press
Effendi, Ardianto.2011.Hukum Pidana Indonesia Suatu Pengantar. Bandung:
Refika Aditama
Elly M. Setiadi dan Usman Kolip.2011.Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta
dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan
Pemecahannya.Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Irving M. Zeitlin.1998.Memahami Kembali Sosiologi.Yogyakarta: Gajah Mada
University Press
Lawang, Robert. 1994. Buku Materi Pokok Pengantar Sosiologi. Jakarta:
Universitas terbuka.
Kristianto Eday Agustinus & M. Zen A. Patra.2009.Panduan Bantuan Hukum
Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Prayudi Guse.2008.Seluk Beluk Hukum Pidana Yang Perlu Untuk
Diketahui.Yogyakarta: Boya Book
Santrock, J. W.2003.Adolescence: Perkembangan Remaja (6th Ed).Jakarta:
Erlangga
Soekanto,Soerjono.1993.Kamus Sosiologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Soemitro, Ronny Hanitijo.1990.Metodologi Penelitian Hukum dan
Jurimetri.Jakarta: Ghalia Indonesia
Internet :
Angelina, Sisca.Tawuran Antarmahasiswa Ambon dan Sumba Satu Tewas,
dalamhttp://www.klikapa.com/read/1149/tawuran-antarmahasiswa-ambon-
dan-sumba-satu-tewas diakses tanggal 28 Juni 2017 pukul 21.36
Xia, J.2009.Analysis of Impact of Culture Shock on Individual Psychology.
International Journal of Psychological Studies.Volume 1.Nomor
2.Desember 2009.hal 97101.Diakses dari
http://www.ccsenet.org/journal/index.php/ijps/article/viewFile/4510/3841
tanggal 28 Juni 2017 pukul 20.36

Peraturan Perundang-Undangan :
Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
11

LAMPIRAN-LAMPIRAN
LAMPIRAN I

PENGGUNAAN DANA
1. Gaji/Honorarium

Honorarium
Jumlah
No Nama Jabatan Jumlah/bln (selama 3
(Rp)
bulan)
Dr. Dosen
1 Rp 250.000 Rp 250.000 750.000
Sirajuddin,SH.MH Pembimbing
Angelo Emanuel
2 Ketua Peneliti Rp 300.000 Rp 300,000 900.000
Flavio Seac
Norbertus Frederick Anggota
3 Rp 225.000 Rp 225.000 675.000
Meak Peneliti
Krisnanda Indra Anggota
4 Rp 225.000 Rp 225.000 675.000
Putra Peneliti
Jumlah Gaji/Honorarium 3.000.000

2. Bahan/Barang habis pakai

Harga
No Jenis Bahan Volume Jumlah (Rp)
satuan (Rp)
1 Scan 8 buah Rp 2.000 Rp 16.000
Alat tulis kantor (Bollpoint,Tipe-
2 1 buah Rp 37.000 Rp 37.000
X,Pensil)
3 Amplop 1 dus Rp 25.000 Rp 25.000
4 Kertas folio 70 gram 2 rim Rp 46.000 Rp 92.000
5 Pulsa modem untuk pencarian data 1 buah Rp 100.000 Rp 100.000
6 Kertas A4 70 gram 4 rim Rp 32.000 Rp 128.000
7 Pengaris 3 buah Rp 10.000 Rp 30.000
Pulsa modem untuk analisis data
8 1 buah Rp 100.000 Rp 100.000
lanjutan
9 Buku kecil 3 buah Rp 3.500 Rp 10.500
10 Nota 2 buah Rp 5.000 Rp 10.000
11 Kuitansi 2 buah Rp 10.000 Rp 20.000
Pulsa modem untuk analisis data
12 2 buah Rp 100.000 Rp. 200.000
lanjutan
Jumlah bahan/barang habis pakai Rp 768. 500
12

3. Peralatan

Harga Satuan
No Jenis Peralatan Volume Jumlah (Rp)
(Rp)
1 Buku hukum untuk analisis 5 buah Rp 60.000 Rp 300.000
2 Kamus Hukum 1 buah Rp 50.000 Rp 50.000
3 Jurnal Ilmiah untuk analisis 4 buah Rp 40.000 Rp 160.000
Undang-Undang
4 4 buah Rp 40.000 Rp 160.000
(KUHP,KUHPer,KUHAP,UUD)
Jumlah Peralatan Rp 670.000

4. Perjalanan

No Nama yang Bepergian Golongan Tujuan Jumlah (Rp)


Angelo Emanuel Flavio Wawancara dengan
1 Tidak ada Rp 100.000
Seac responden
Norbertus Frederick Penelusuran data dan fakta
Tidak ada
Meak (bahan hukum sekunder)
Rp 300.000
dan Pembelian literature-
Krisnanda Indra Putra Tidak ada
literature hukum
Angelo Emanuel Flavio Koordinasi dengan dosen
2 Tidak ada
Seac pembimbing dan Rp 300.000
Pembelian bahan
Krisnanda Indra Putra Tidak ada
penunjang
Norbertus Frederick Wawancara dengan
Tidak ada Rp 100.000
Meak responden
Angelo Emanuel Flavio Wawancara dengan
3 Tidak ada Rp 100.000
Seac responden
Norbertus Frederick Melakukan Perjalanan
Tidak ada
Meak untuk Pengamatan lanjutan
Rp. 350.000
Terhadap Mahasiswa
Krisnanda Indra Putra Tidak ada
Timur Di Malang
Angelo Emanuel Flavio Wawancara dengan
4 Tidak ada Rp 100.000
Seac responden
Norbertus Frederick Transportasi ke rumah
Tidak ada
Meak responden dan
Rp 100.000
pengambilan data lanjutan
Krisnanda Indra Putra Tidak ada
di Kapolresta Malang
Jumlah Rp 1.450.000
13

5. Lain-lain

Harga
No Jenis Pengeluaran Volume Satuan Jumlah (Rp)
(Rp)
1 Konsumsi untuk koordinasi awal 3 Rp 45.000
2 Konsumsi 3 Rp 21.000
3 Konsumsi 3 Rp 16.000
4 Konsumsi untuk studi mendalam 3 Rp 65.000
5 Konsumsi 3 Rp 16.000
Konsumsi untuk verifikasi data
6 3 Rp 54.000
lanjutan
7 Konsumsi untuk laporan data 3 Rp 50.000
8 Konsumsi 3 Rp 30.000
9 Konsumsi latihan sebelum monev 3 Rp 68.000
10 Konsumsi snack waktu monev 3 Rp 50.000
11 Konsumsi untuk observasi 3 Rp 56.000
12 Konsumsi pembuatan luaran 3 Rp 57.000
13 Komsumsi laporan data akhir 3 Rp 52.000
14 Fotocopy untuk pencarian data 386 Lembar Rp 250 Rp 96.500
15 Biaya cetak print 1 50 lembar Rp 1.000 Rp 50.000
16 Fotocopy analisi data awal 140 lembar Rp 200 Rp 28.000
17 Biaya cetak print 2 65 lembar Rp 1.000 Rp 65.000
18 Fotocopy untuk verifikasi data 145 lembar Rp 200 Rp 29.000
19 Biaya cetak print 3 40 lembar Rp 1.000 Rp 40.000
20 Fotocopy untuk pelaporan data 170 lembar Rp 200 Rp 34.000
21 Fotocopy untuk laporan akhir 190 lembar Rp 200 Rp 38.000
22 Biaya cetak print 4 61 lembar Rp. 1.000 Rp 61.000
23 Penjilitan 20 buah Rp 2.500 Rp 50.000
24 Penjilitan Spesial 2 buah Rp 20.000 Rp 40.000
Jumlah Rp 1.111.500
14

6. Rekapitulasi Penggunaan Dana

No Jenis/Iuran Jumlah (Rp) Jumlah (Rp)


1 Gaji/Honorarium Rp 3.000.000
2 Bahan/Barang Habis Pakai Rp 768.500
3 Peralatan Rp 670.000
4 Perjalanan Rp 1.450.000
5 Lain-lain Rp 1.111.500
Total Biaya Rp 7.000.000

7. Total Penggunaan Dana Yang di terima (100%)

No Uraian Jumlah (Rp)


1 Dana yang disetujui KEMENRISTEK DIKTI Rp 7.000.000
2 Uang yang diterima (80%) Rp 5.600.000
3 Uang yang diterima tahap kedua (20%) Rp 1.400.000
4 Penggunaan Saat ini Rp 7.000.000
Sisa Rp 0
15

LAMPIRAN II

DOKUMENTASI KEGIATAN

Wawancara dengan salah satu tokoh senior dari daerah Sumba

Pengambilan data di Polresta Kota Malang


16

Wawancara dengan senior dari daerah Kefa

Wawancara dengan senior dari Malaka


17

Latihan Presentasi dan koordinasi dengan dosen pendamping

Pelaksanaan monev Internal di Universitas Widyagama Malang


18

Presentasi saat monev di Universitas Brawijaya Malang

Analisis data dan pembuatan laporan akhir


19

Hasil luaran yang telah dicapai yaitu Literatur dan Jurnal Ilmiah
20

Bukti pengeluaran anggran

Bukti penggunaan dana


21

Bukti penggunaan dana

Bukti penggunaan dana

Anda mungkin juga menyukai