A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Cedera kepala merupakan proses dimana terjadi trauma langsung atau deselerasi
terhadap kepala yang menyebabkan kerusakan tengkorak dan otak (Grace, 2007 hal 91).
Sementara menurut Fransisca (2008. Hal 96) menyatakan bahwa trauma atau cedera kepala
adalah di kenal sebagai cedera otak gangguan fungsi normal otak karena trauma baik trauma
tumpul maupun trauma tajam. Defisit neurologis terjadi karena robeknya substansia alba,
iskemia, dan pengaruh masa karena hemoragik, serta edema serebral disekitar jaringan otak.
2. Etiologi
Cedera kepala dapat dibagi atas beberapa penyebab, menurut Krisanty (2009. Hal:
63).
a. Trauma tumpul : kekuatan benturan akan menyebabkan kerusakan yang menyebar. Berat
ringannya yang terjadi cedera yang terjadi tergantung pada proses akselerasi-deselerasi,
kekatan benturan dan kekuatan rotasi internal. Rotasi internal dapat menyebabkan
perpindahan cairan dan perdarahan petekie karena pada saat otak bergeser akan terjadi
pergeseran antara permukaan otak dengan tonjolan-tonjolan yang terdapat di permukaan
b. Trauma tajam : Disebabkan oleh pisau,peluru, atau fragmen tulang pada fraktur tulang
tengkorak. Kerusakan tergantung pada kecepatan gerak (velocity ) benda tajam tersebut
menancap ke kepala atau otak. Kerusakam terjadi hanya pada area dimana benda tersebut
merobek otak ( lokal ). Objek dengan velocity tinggi (peluru) menyebabkan kerusakan
struktur otak yang luas. Adanya luka terbuka menyebabkan resiko infeksi.
c. Coup dan Contracoup : pada cedera coup kerusakan terjadi pada daerah benturan sedangkan
pada cedera contracoup kerusakan terjadi pada sisi yang berlawanan dengan cedera coup.
3. Klasifikasi
Menurut Dewanto (2009. Hal 12), Cedera kepala dapat dibagi kedalam 3 kelompok
Nilai GCS 13-15, tidak terdapat kelaianan pada CT scan otak, tidak memerlukan tindakan
Nilai GCS 9-13, ditemukan kelainan pada CT scan otak, memerlukan tindakan operasi untuk
Bila dalam waktu 48 jam setelah trauma, nilai GCS kurang dari pada 9.
4. Patofisiologi
Menurut (Grace, 2007. Hal 91) Patofisiologi pada cedera kepala diklasifikasikan
a. Pukulan langsung
Dapat menyebabkan kerusakan otak pada sisi pukulan (coup injury) atau pada sisi yang
berlawanan dari pukulan ketika otak bergerak dalam tengkorak dan mengenai dinding yang
berlawanan (contracoup injury).
b. Rotasi/deselerasi
Fleksi, ekstensi atau rotasi leher menghasilkan serangan pada otak yang menyerang titik-titik
tulang dalam tengkorak (misalnya pada sayap dari tulang steroid). Rotasi yang hebat juga
menyebabkan trauma robekan di dalam substansi putih otak dan batang otak, menyebabkan
c. Tabrakan
Otak seringkali terhindar dari trauma langsung kecuali jika berat (terutama pada anak anak
d. Peluru
merupakan masalah akibat disrupsi tengkorak yang secara otomatis menekan otak. Derajat
cedera otak primer secara langsung berhubungan dengan jumlah kekuatan yang mengenai
hiperkarbia, obstruksi jalan napas), syok hipovolemik (cedera kepala tidak menyebabkan
syok hipovolemik-lihat penyebab lain), perdarahan intra cranial, edema serebral, epilepsy,
5. Manifestasi Klinis
Menurut Corwin (2009. Hal 246) manifestasi klinis pada pasien dengan cedera kepala
c. Respons pupil mungkin tidak ada atau secara progresif mengalami deteriorasi.
d. Sakit kepala dapat terjadi dengan segera atau terjadi bersama penignkatan tekanan
intrakranial.
f. Perubahan prilaku, kognitif, dan fisik pada gerakan motorik dan berbicara dapat terjadi
dengan segera atau lambat, amnesia yang berhubungan dengan kejadian ini biasa terjadi.
6. Pemeriksaan penunjang
Dewanto (2009. Hal 16) menyatakan memerlukan beberapa pemeriksaan penunjang
untuk menegakkan diagnosa pada pasien dengan trauma atau cedera kepala, adapun
a. Foto polos kepala: foto polos kepala/otak memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang rendah
dalam mendeteksi perdarahan intrakranial . pada era CT scan, foto polos kepala mulai
ditinggalkan
b. CT scan kepala: CT scan kepala merupakan standar baku untuk mendeteksi perdarahan
intracranial. Semua pasien dengan GCS < 15 sebaiknya menjalani pemeriksaan CT scan,
sedangkan pada pasien dengan GCS 15, CT scan dilakukan hanya dengan indikasi tertentu.
c. MRI kepala: MRI adalah teknik pencitraan yang lebih snsitif dibandingkan dengan CT scan,
kelaianan yang tidak tampak pada CT scan dapat dilihata oleh MRI. Namun, dibutuhkan
waktu pemeriksaan lebih lama dibandingkan dengan CT scan sehingga tidak sesuai dalam
tomography (SPECT) mungkin dapat memperlihatkan abnormalitas pada fase akut dan kronis
meskipun CT scan atau MRI dan pemeriksaan neurologis tidak memperlihatkan kerusakan.
Namun, spesifitas penemuan abnormalitas tersebut PET atau SPECT pada fase awal kasus
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis pada pasien dengan cedera kepala menurut Corwin (2009.
b. Mungkin diperlukan ligasi pembuluh darah yang pecah melalui pembedahan dan evakuasi
hematoma.
c. Mungkin diperlukan debridement melalui pembedahan (pengeluaran benda asing dan sel
diperlukan.
e. Mungkin dibutuhkan ventilasi mekanis.
f. Antibiotik diperlukan untuk cedera kepala terbuka guna mencegah infeksi.
g. Metode untuk menurunkan tekanan intracranial dapat mencakup pemberian diuretik dan obat
anti-inflamasi.
8. Komplikasi
Perdarah didalam otak, yang disebut hematoma intraserebal, dapat menyertai cedera
kepala tertutup yang berat, atau lebih sering, cedera kepala terbuka. Pada perdarahan diotak,
tekanan intracranial meningkat, dan sel neuron dan vascular tertekan. Ini adalah jenis cedera
otak sekunder. Pada hematoma, kesadaran dapat menurun dengan segera, atau dapat menurun
setelahnya ketika hematoma meluas dan edema interstisial memburuk. Perubahan prilaku
yang tidak kentara dan defisit kognitif dapat terjadi dan tetap ada (Corwin 2009. Hal 246).
Asuhan keperawatan padaKlien Tn. M Dengan Pre Dan Post Operasi Katarak
B. Asuhan Keperawatan.
Asuhan keperawatan pada klien dengan Cedera Kepala dilaksanakan melalui pendekatan
proses perawatan terdiri dari : pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan, dan evaluasi
1. Pengkajian
a. Aktifitas/Istirahat
Tanda : Perubahan kesadaran, letargi, hemiparese, quadreplegia, ataksia, cara berjalan tak
tegap, masalah dalam kesimbangan, cedera (trauma) ortopedi, kehilangan tonus otot, otot
palstik.
b. Sirkulasi
Gejala : perubahan tekanan darah atau normal (hipertensi), perubahan frekuensi jantung
c. Integritas ego
d. Eliminasi
f. Neurosensori
Gejala : sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yang berbeda, biasanya lama
Tanda ; wajah menyeringai, respon menarik pada rangsangan nyeri yang hebat, gelisah tidak
h. Pernafasan
Tanda ; perubahan pola nafas (apnea yang diselingi oleh hiperpentilasi), ronki, mengi positif
i. Keamanan
Gejala : trauma baru atau trauma karena kecelakaan
j. Interaksi social
Tanda : afasia motorik atau sensorik, bicara tanpa arti, bicara berulang-ulang.
serebral
c. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan transmisi dan atau integrasi (trauma atau
defisit neurologis).
g. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk
3. Intervensi
a. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penghentian aliran darah,edema
serebral
Kriteria Hasil : Mendemonstrasikan tanda vital stabil dan tidak ada tanda-tanda
Intervensi : Tentukan faktor-faktor yang berhubungan dengan keadaan tertentu atau yang
lokasi, perluasan dan perkembangan kerusakan SSP dan menentukan tingkat kesadaran.
Intervensi : Pantau Tekanan Darah. Rasional : Peningkatan tekanan darah sistematik yang
diikuti oleh penurunan tingkat kesadaran. Hipovolemia / Hipertensi, dapat juga mengakibat
kan kerusakana/ iskemia serebral.
Intervensi : Pantau pernafasan meliputi pola dan iramanya. Rasional : Nafas yang tidak
memerlukan intervensi yang lebih lanjut termasuk kemungkinan dukungan napas buatan.
Intervensi : Evaluasi keadaan pupil, catat ukuran ketajaman, kesamaan dan reaksi terhadap
Intervensi : Kaji perubahan pada penglihatan, seperti adanya penglihatan yang kabur, ganda,
lapang pandang menyempit dan kedalaman persepsi. Rasional :Gangguan penglihatan yang
dapat diakibatkan oleh kerusakan mikroskopik pada otot, mempunyai konsekuensi terhadap
Intervensi : Kaji letak/gerakan mata. Rasional : Posisi dan gerakan mata membantu
menemukan lokasi area otak yang terlibat. Tanda awal dari peningkatan TIK adalah
kegagalan dalam abduksi pada mata, mengindikasikan penekanan/trauma pada saraf Cranial
V. hilangnya dolls eye mengindikasikan adanya penurunan pada fungsi batang otak dan
prognosisnya jelek.
Intervensi : Catat ada/tidaknya refleks-refleks tertentu seperti refleks menelan, batuk dan
babinski, dsb. Rasional : Penurunan refleks menandakan adanya kerusakan pada tingkat otak
tengah atau batang otak dan sangat berpengaruh langsung terhadap keamanan pasien.
Intervensi : Pantau suhu tubuh. Berikan kompres hangat saat demam timbul.Rasional
dan konsumsi oksigen terjadi (terutama saat demam dan menggigil) yang selanjutnya akan
meningkatkan TIK.
Intervensi : Pantau pemasukan dan pengeluaran. Rasional : Bermanfaat sebagai indikator
Intervensi : Pertahankan kepala/leher pada posisi tengah atau pada posisi netral, sokong
dengan gulungan handuk kecil atau bantal kecil. Rasional :Kepala miring pada salah satu sisi
menekan vena jugularis dan menghambat aliran darah vena yang selanjutnya akan
meningkatkan TIK.
Antikonvulsan, contohnya feniton. Rasional : Diuretik menurunkan edema otak dan TIK.
yang terjadi menunjukkan adanya komplikasi pulmonal dan luasnya bagian otak yang
terkena.
Intervensi : Atur posisi semi fowler. Rasional : Supaya ekspansi paru tidak terganggu.
Intervensi : Ajarkan pasien untuk melakukan nafas dalam yang efektif jika pasien
Intervensi : Lakukan penghisapan dengan lebih hati-hati, jangan lebih dari 10-15 detik.
Intervensi : Catat karakter, warna dan kekeruhan sekret. Rasional :Penghisapan untuk
hipoksia.
Kriteria Hasil : mengakui perubahan dalam kemampuan dan adanya keterlibatan residu.
tajam/tumpul dan kesadaran terhadap gerakan dan letak tubuh. Perhatikan adanya masalah
penglihatan atau sensasi yang lain. Rasional :Informasi penting untuk keamanan pasien.
Intervensi : Bicara dengan suara yang lembut dan pelan. Gunakan kalimat yang pendek dan
sederhana pertahankan kontak mata. Rasional : Pasien mungkin mengalami keterbatasan
perhatian/pemahaman selama fase akut dan penyembuhan tindakan ini dapat membantu
pasien untuk memunculkan komunikasi.
Intervensi : Berikan stimulus yang bermanfaat: verbal (berbincang-bincang dengan pasien),
penciuman (seperti pada kopi atau minyak tertentu), taktil (sentuhan, memegang tangan
pasien), dan pendengaran (dengan tape, radio, televisi). Rasional : Bermanfaat untuk
menstimulasi pasien koma dengan baik secara melatih kembalinya fungsi kognitif.
Intervensi : Kaji tentang perhatian, kebingungan dan catat tingkat ansietas pasien. Rasional
Intervensi : Kurangi stimulus yang merangsang, kritik yang negatif, argumentasi dan
pasien. Rasional : Perhatian dan dukungan yang diberikan pada individu akan meningkatkan
Intervensi : Beritahu pasien/orang terdekat bahwa fungsi intelektual, tingkah laku dan fungsi
emosi akan meningkat secara perlahan namun beberapa pengaruhnya mungkin tetap ada
selama beberapa bulan atau bahkan bisa menetap/permanen. Rasional : kebanyakan pasien
dengan cedera kepala mengalami masalah dengan daya konsentrasi dan memorinya.
kembali aktivitas
Intervensi : Tingkat aktivitas dan partisipasi dalam merawat diri sendiri sesuai
kemampuan. Rasional : Keterlibatan pasien dalam perencanaan dan kegiatan sangat penting
Kriteria hasil : Bebas tanda-tanda infeksi. Mencapai penyembuhan luka tepat pada
waktunya.
Intervensi : Observasi daerah kulit yang mengalami kerusakan daerah yang terpasang alat
invasi (terpasang infus). Rasional : Deteksi dini perkembangan infeksi memungkinkan untuk
Intervensi : Pantau suhu tubuh secara teratur, catat adanya demam, mengigil, dia foresis dan
Kriteria hasil : Tidak mengalami tanda-tanda malnutrisi dengan nilai laboratorium dalam
rentang normal.
Intervensi : Kaji kemampuan pasien untuk mengunyah, menelan, batuk dan mengatasi
sekresi. Rasional : Menentukan pemilihan terhadap jenis makanan sehingga pasien harus
terlindung dari aspirasi.
Intervensi : Timbang berat badan sesuai indikasi. Rasional : Mengevaluasi keefektifan atau
Intervensi : Jaga keamanan saat memberikan makan pada pasien, seperti meninggikan
kepala tempat tidur selama pasien makan atau selama pemberian makanan lewat selang
Intervensi : Berikan makan dalam porsi kecil tapi sering. Rasional :Meningkatkan proses
pencernaan dan toleransi pasien terhadap nutrisi yang diberikan dan dapat meningkatkan
Intervensi : Berikan makan dengan cara yang sesuai seperti melalui selang NGT, melalui
oral dengan makanan lunak dan carian yang kental. Rasional :Pemilihan rute pemberian
Intervensi : Kaji kemampuan dan kesiapan untuk belajar pasien dan keluarga.Rasional
individual.
Intervensi : Berikan kembali informasi yang berhubungan dengan proses trauma dan
pengaruh sesudahnya. Rasional : Membantu dalam menciptakan harapan yang realistis dan
meningkatkan pemahaman pada keadaan saat ini dan kebutuhannya.
: Berbagai tingkat bantuan mungkin perlu direncanakan yang didasarkan atas kebutuhan yang
bersifat individual.
4. Implementasi
Menurut Carpenito (2009, hal 57) komponen implementasi dalam proses keperawatan
keperawatan untuk mengidentifikasi masalah baru atau memantau status masalah yang telah
ada. Memberi pendidikan kesehatan untuk membantu klien mendapatkan pengetahuan yang
keptusan tentang layanan kesehatannya sendiri. Berkonsultasi dan membuat rujukan pada
profesi kesehatan lainnya untuk mendapatkan pengarahan yang tepat. Memberi tindakan yang
5. Evaluasi
Menurut Asmadi (2008. Hal: 178) Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan
yang merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati
dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan secara
bersinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi
menunjukkan tercapainya tujuan dan criteria hasil, klien bisa keluar dari siklus proses
keperawatan. Jika sebalinya, kajian ulang (reassessment). Secara umum, evaluasi ditunjukkan
untuk :Melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan. Menetukan apakah
tujuan keperawatan telah tercapai atau belum. Mengkaji penyebab jika tujuan asuhan
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.D DENGAN CIDERA KEPALA BERAT
Ruangan : IGD
Tanggal masuk : 22 desember 2011
Tanggal pengkajian : 22 desember 2011
Dx : cidera kepala berat (CKB)
A. Pengkajian
1.Identitas pasien
Nama : Tn D
Umur : 23 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Alamat : curup
1. Penamggung jawab
Nama : Tn A
Umur : 63 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Hubungan dengan pasien : ayah
Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama
Pasien datang ke RSUD M YUNUS bengkulu pada tanggal 22 desember 2011,dengan
kecelakaan motor ,pasien mengalami penurunan kesadaran. Terdapat hematome di kepala
dan krepitasi pada paha bagian kanan sepertiga medial dextra.
3. Primary survey
a. Airway : terdapat sumbatan jalan nafas berupa darah dan lendir.
b. Breathing
Look : adanya pengembangan dinding dada .frekuensi 32 /menit
Listen : terdengar suara nafas stidor.
Feel : terasa hembusan nafas ,terlihat otot bantu pernafasan
c. Circulation : Akral dingin,kulit pucat,terdapat perdarahan di telinga,hidung,mulut, CRT > 3
detik, akral dingin
d. Disability : GCS 7 (E2,M3,V2) dan kesadaran sopor.
4. Secondary survey
Kesadaran : Sopor
Keadaan umum : Jelek
GCS : 7
TTV : TD: 100/60 mmhg
N : 102 X/m
P : 32 X/m
S : 37.8 c
5. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Inspeksi : bentuk simetris ,rambut tampak kusam,terdapat hematome dibagian wajah dan
kepala
Palpasi : tidak ada ketombe,benjolan ,terdapat nyeri tekan pada bagian oksipital.
b. Mata
Inspeksi : bentuk simetris,klien selalu memejamkan matanya karna mata terdapat hematom,
blue eyes dikedua mata.
Palpasi : ada nyeri tekan dikedua mata.
c .Hidung
Inspeksi : bentuk simetris,tidak ada polip, keluar darah dari hidung
Palpasi : ada nyeri tekan.
d .Telinga
Inspeksi : bentuk simetris, terdapat darah
Palpasi : ada nyeri tekan
e .Mulut
Inspeksi : keluarnya darah segar,dan lender
f .Leher
Inspeksi : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,getah bening dan vena jugolaris, dicurigai
adanya fraktur servikal.
g .Thorak
Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris, terdapat otot bantu pernapasan ,bentuk dada
simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan , dan tidak ada benjolan
Perkusi : resonan
Auskultasi : bunyi nafas stridor ,frekuensi 32 x/menit,tidak ada wheezing dan ronhci
h .Jantung
Perkusi : mur-mur(-) ,gallop (-),bj1 dan bj2 normal
i . Abdomen
Inspeksi : bentuk simetris, tidak terdapat jejas
Auskultasi : bissing usus normal(10 x/menit)
Palpasi : turgor kulit elastis, ada nyeri tekan.
Perkusi : timpani (redup pada organ)
j .Genetalia
Inspeksi : Bersih, tidak ada kelainan, terpasang kateter
k . Kulit
Turgor kulit elastis, warna kulit sama dengan warna kulit lainnya
l .Ekstremitas
Atas: reflek bisep dan trisep normal ,tidak ada kelainan,ada bekas luka ditangan kanan
,terpasang infus ditangan kanan,fleksi dan ekstensi(+)
Bawah : tidak ada kelainan,jari-jari lengkap ,
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratoorium
No Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
1 Haemoglobin 9,4
2. Hematokrit 33
3 Leukosit 21.200
4 Trombosit 198000
6. Therapi pengobatan
IVFD RL 30 tts/m
Dexa metahson 3x1,injeksi ampul (iv)
Citicolin 3x1 ampul,injeksi (iv)
Asam transamin 3x1 ampul,injeksi (iv)
Vit k 3x1 ampul ,injeksi (iv)
Keterolac 3x1 ampul, injeksi(iv)
Cefotaxime 2x1 gr,injeksi ST (-) / IV
Kateter polay
NGT
Suction
2.Analisa data
Nama : Tn D No registrasi : 532350
Umur : 23 tahun Ruangan : IGD
DS :
-keluarga mengatakan pasien belum
sadar proses desak
ruang pada area
otak
herniasiasi otak
/otak terdesak
kebawah melalui
tentorium
menekan pusat
vasomotor ,cerebral
posterior
,N III,serabut RAS
D O:
menekan untuk
-tingkat kesadaran sopor
pertahankan:
2. -GCS 7(E 2,M3,V2) Gangguan perfusi
kesadaran,TD,HR
-akral dingin jaringanserebral
-CRT > 3 detik
pusat nafas
terganggu
DS:
-keluarga mengatakan pasien masih
belum sadar
pola nafas tidak
efektif
trauma kepala
kerusakan pada
tulang tengkorak
perdarahan
penambahan
volume intakranial
pada cavum
serebral
peningkatan TIK
penurunan aliran
darah ke otak
perubahan perfusi
jaringan serebral
3.Diagnosa Keperawatan
Nama : Tn. D No.Register : 532350
Umur : 23 tahun Ruangan :IGD
4. Intervensi Keperawatan
Nama : Tn. D No.Register : 532350
Umur : 23 tahun Ruangan : IGD
5. Implementasi Keperawatan
Nama : Tn. D No.Registe:532350
Umur : 23 tahun Ruangan: IGD
No Tanggal / Implementasi Respon hasil Paraf
DX jam
1,2 22-12- 1. Mempertahankan kepala dan leher1. Tidak terjadi peningkatan Kelompok
2011 tetap posisi datar atau tengah ( JVP pada aliran darah ke 9
Pukul posisi supinasi). otak
20.35 wib
2. Melakukan perikan terapi O2 2. O2 diberikan sebanyak 3
1 22-12- liter dengan menggunakan
2011 nasal kanul, CRT > 3detik
Pukul
20.35 wib 3. Daerah hidung dan telinga
3. Melakukan tampon pada daerah tertutup tampon dan tidak
hisdung dan telinga meneluarkan darah
1,2 22-12-
2011 4. Gudele
Pukul telah terpasang, jalan nafas
20.38 wib4. Melakukan pemasangan gudle dan tidak tertutup dan
penghisapan lendir lendirberkurang
1 22-12-
2011 5. Darah diambil sebanyak 3cc
Pukul 5. Melakukan pengambilan sample dan lansung dikirim
20.40 wib darah( hematologi) kelaboratorium
22-12-
2011
Pukul
23.30 wib
22-12-
1,2 2012
Pukul
03.00 wib
1,2
6. Evaluasi Keperawatan