1.4 Patofisiologi
Kimia otak dan faktor perkembangan penelitian menunjukkan bahwa sistem saraf otonom atau
nonadregenic yang menyebabkan seseorang mengalami kecemasan lebih besar tingkatannya dari
orang lain. Abnormalitas regulasi substansi kimia otak seperti Serotonin dan GABA
(gamaaminobutyricacid) berperan dalam perkembangan cemas. Amygdala sebagai pusat
komunikasi antara bagian otak yang memproses input sensori dan bagian otak
yang menginterpretasikan input (amygdala mengidentifikasikan informasi sensori yang masuk
sebagai ancaman dan kemudian menimbulkan perasaan cemas atau takut) . Amygdala berperan
dalam phobia, mengkoordinasikan rasa takut, memori, dan emosi, dan semua respon fisik terhadap
situasi yang penuh dengan stresor Locus Ceruleus, adalah satu area otak yang mengawali respon
terhadap suatu bahaya dan mungkin respon tersebut berlebihanpada beberapa individu sehingga
menyebabkan seseoranng mudah mengalami cemas (khususnya PTSD {Post traumatic sindrom
disorder}). Hippocampus bertanggung jawab terhadap stimuli yang mengancam dan berperan
dalam pengkodean informasi ke dalam memori Striatum, berperan dalam kontrol motorik yang
terlibat dalam OCD (Obsessive Compulsive).
1.7 Penatalaksanaan
Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan dan terapi
memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik
3) Cukup olahraga.
4) Tidak merokok
b. Terapi psikofarmaka
susunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah
obat anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam,
c. Terapi Somatik
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau akibat dari
dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.
d. Psikoterapi
pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan serta percaya
diri.
2) Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai bahwa
keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat dijadikan
e. Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan kekebalan dan
daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang merupakan stressor
psikososial.
1.1.1 Pengkajian