pada kulit dan kadang pada selaput lendir dengan gambaran bermacam-
akut dan dimediasi oleh imun yang ditandai dengan lesi berbentuk seperti
target (target lesion) pada kulit di ekstremitas dan wajah, dengan variasi
akut, dan yang paling sering adalah infeksi rekuren dari virus herpes
40% kasus tanpa diduga adanya infeksi herpes sebelumnya melalui gejala
dapat memicu kejadian EM. Virus herpes simpleks tipe 1 lebih banyak
kurang khas dan biasanya lebih berat dari EM akibat infeksi virus herpes
virus hepatitis B dan C, dan infeksi mononukleosis dan variasi dari infeksi
klinis yang terlihat. Pada EM, biasanya tidak disertai gejala prodromal,
hari namun pada beberapa kasus dapat muncul perlahan-lahan selama satu
episode EM. Lesi pada kulit biasanya simetris dengan predileksi tersering
pada ekstremitas permukaan ekstensor (tangan dan kaki, siku dan lutut),
wajah, leher, juga jarang namun dapat ditemukan di paha, bokong dan
badan. Lesi dapat terasa gatal dan terbakar namun sebagaian besar kasus
bersifat asimtomatik.
pinggir lesi dapat terlihat edem dan eritem namun bagian tengahnya
terlihat lebih gelap. Lesi inilah yang akan tampak sebagai target lesion.
Lesi target tipikal memiliki 3 lingkaran konsentris yang terdiri dari bagian
yang membentuk cinci pucat dan yang paling luar berupa halo yang
eritem.
Pada EM, lesi target atipikal juga dapat menemani lesi target
tanpa tepi yang jelas. Lesi ini harus dibedakan dengan lesi target yang rata
ditemukan maka biasanya lesi hanya beberapa dan sedikit bergejala. Lesi
sangat cepat berkembang menjadi erosi yang sangat sakit dan melibatkan
buccal dan bibir. Pada bibir, erosi berkembang cepat menjadi krusta yang
perih.
4. Diagnosis Banding
menetap pada kulit yang sama selama minimal 7 hari, dimana lesi urtika
dengan pembentukan krusta dan blister, dimana inti pada urtikaria berupa
klinis berupa lesi kulit yang khas dan dapat sembuh sendiri namun
yang sama namun dengan spektrum atau proses yang berbeda, dimana
terdapat lesi pada kulit, juga terdapat lesi yang cukup berat pada satu atau
lebih mukosa. Namun, sumber lain menjelaskan bahwa EM dan SJS dapat
reaksi pada mukosa yang mirip namun memiliki bentuk lesi kulit yang
di anggap sebagai lesi yang lebih berat seperti Toxic Epidermal Necrolysis
(TEN).(5)
1. Menaldi S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 6th ed. Bramono K, Indriatmi
W, editors. jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2013.