Anda di halaman 1dari 17

PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN

Pengertian Perkembangan Peserta Didik


Secara bahasa, perkembangan adalah proses menjadi bertambah sempurna
(kepribadian, pikiran, pengetahuan dan lain-lain).1 Sedangkan menurut istilah,
perkembangan adalah proses perubahan yang berkesinambungan dan saling
berhubungan yang terjadi pada setiap makhluk hidup, menuju kesempurnaan
kematangannya.2 Menurut J.P Chaplin perkembangan juga memiliki arti yang
sama dengan pertumbuhan.3 Namun, kata pertumbuhan biasanya sering diartikan
sebagai proses perubahan kuantitatif dari perubahan fisik. perkembangan peserta didik adalah
proses perubahan fungsi-fungsi jasmani dan psikis (sosial, kepribadian, pikiran, pengetahuan
dan lain sebagainya) peserta didik yang berkesinambungan dan
berhubungan menuju kesempurnaan kematangannya.

B.Karakteristik Individu

Karakteristik berasal dari kata karakter yang berarti tabiat watak, pembawaan, atau kebiasaan
yang di miliki oleh individu yang relatif tetap. Menurut Uzer (2006: 36) bahwa karakteristik
adalah mengacu kepada karakter dan gaya hidup seseorang serta nilai-nilai sangat
berkembang secara teratur sehingga tingkah laku menjadi lebih konsisten dan mudah di
perhatikan.
Sardiman (2001: 118) mengungkapkan karakteristik siswa adalah keseluruhan pola kelakuan
dan kemampuan yang ada pada siswa sebagai hasil dari pembawaan dari lingkungan
sosialnya sehingga menentukan pola aktivitas dalam meraih cita-citanya.
Setiap siswa mempunyai kemampuan dan pembawaan yang berbeda. Siswa juga berasal dari
lingkungan sosial yang tidak sama. Kemampuan, pembawaan, dan lingkungan sosial siswa
membentuknya menjadi sebuah karakter tersendiri yang mempunyai pola perilaku tertentu.
Setiap individu memiliki ciri dan sifat atau karakteristik bawaan (heredity) dan karakteristik
yang memperoleh dari pengaruh lingkungan. Karakteristik bawaan merupakan karakteristik
keturunan yang dimiliki sejak lahir, baik yang menyangkut faktor biologis maupun faktor
sosial psikologis.
Natur dan nature merupakan istilah yang biasa digunakan untuk menjelaskan karakteristik-
karakteristik individu dalam hal fisik, mental, dan emosional pada setiap tingkat
perkembangan. Seorang bayi yang baru lahir merupakan hasil dari dua garis keluarga, yaitu
garis keturunan ayah dan garis keturunan ibu. Sejak terjadinya pembuahan atau konsepsi
kehidupan yang baru, maka secara berkesinambungan dipengaruhi oelh bermacam-macam
faktor lingkungan yang merangsang.

2.1.1.2 Macam-macam Karakteristik Siswa


Menurut Uzer, dkk (1993: 11-13) ada beberapa karakteristik siswa dalam belajar yaitu:
1. Cepat dalam belajar

Anak tergolong cepat dalam belajar, pada umumnya dapat menyelesaikan kegiatan belajar
dalam waktu lebih cepat dari yang diperkirakan. Mereka tidak memerlukan waktu yang lama
untuk memecahkan suatu masalah karena lebih mudah dalam menerima pelajaran. Dilihat
dari tingkat kecerdasannya, pada umumnya anak memiliki tingkat kecerdasan diatas rata-rata
dan banyak yang tergolong sebagai anak jenius.
2. Lambat dalam belajar

Anak yang tergolong lambat dalam belajar pada umumnya lebih banyak membutuhkan waktu
yang lebih lama dari waktu yang diperkirakan untuk anak-anak normal. Sebagai akibatnya
anak-anak golongan ini sering ketinggalan dalam belajar dan ini pula sebagai salah satu sebab
tinggal kelas. Dilihat dari tingkat kecerdasannya, pada umumnya anak-anak golongan lambat
belajar memiliki taraf kecerdasan dibawah rata-rata.
3. Anak yang kreatif

Anak kreatif ini umumnya dari golongan cepat, tapi banyak pula dari golongan normal (rata-
rata). Anak golongan ini menunjukkan kreativitas dalam kegiatan-kegiatan tertentu, misalnya
dalam melukis, kesenian, olahraga
organisasi, dan kegiatan lainnya. Mereka selalu ingin memecahkan persoalan-persoalan,
berani menanggung resiko yang sulit sekalipun, kadang-kadang destruktif disamping
konstruktif, lebih senang bekerja sendiri, dan percaya pada diri sendiri.
4. Anak yang berprestasi kurang (underachiever)

Anak yang tergolong kedalam underachiever ialah anak yang memiliki taraf intelegensi yang
tergolong tinggi, akan tetapi prestasi belajar yang dicapai termasuk rendah (rata-rata). Gejala
berprestasi kurang ini sesungguhnya dirasakan sebagai salah satu masalah dalam belajar
karena secara potensial mereka memiliki kemungkinan untuk memperoleh prestasi belajar
yang lebih tinggi. Timbulnya gejala ini berkaitan dengan motivasi, minat, sikap, dan
kebiasaan belajar, cirri-ciri kepribadian tertentu, dan pola-pola pendidikan yang diterima dari
orangtuanya, serta suasana rumah tangga pada umumnya.
5. Anak yang gagal (drop-out)

Anak yang tergolong dalam drop-out adalah mereka yang tidak berhasil menyelesaikan
studinya atau gagal dalam kegiatan belajarnya. Sebab-sebab drop-out ini sebenarnya banyak,
disamping sebab-sebab yang terdapat diluar dirinya seperti masalah kurikulum, metode
mengajar, lingkungan masyarakat, dan keluarga yang kurang sesuai bagi anak.
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
Dalam pengkajian Perkembangan Individu ini ada dua istilah yang sering muncul, pertama
perkembangan (development) dan kedua adalah pertumbuhan (growth). Istilah perkembangan
dititikberatkan pada aspek-aspek yang bersifat psikis (kualitatif), sedangkan pertumbuhan
dipakai untuk perubahan-perubahan yang bersifat fisik (kuantitatif). Antara fisik dan psikis
ini saling berkaitan dalam menelaah kehidupan manusia. perbedaan antara pertumbuhan dan
perkembangan adalah :
a. Pertumbuhan (Growth) : cenderung lebih bersifat kuantitatif dan
berkaitan dengan aspek fisik.
Contoh : ukuran berat dan tinggi badan , ukuran dimensi sel tubuh,
umur tulang yang bisa diukur
b. Perkembangan (Development): cenderung lebih bersifat kualitatif,
berkaitan dengan pematangan fungsi organ individu

a. Perkembangan Individu
Perkembangan merupakan suatu perubahan, dan perubahan ini tidak bersifat kuntitatif,
melainkan kualitatif (Dalyono,1997:78). Jadi perkembangan itu adalah proses terjadinya
perubahan pada manusia baik secara fisik maupun secara mental sejak berada di dalam
kandungan sampai manusia tersebut meninggal. Proses perkembangan pada manusia terjadi
dikarenakan manusia mengalami kematangan dan proses belajar dari waktu ke waktu.
Kematangan adalah perubahan yang terjadi pada individu dikarenakan adanya perkembangan
dan pertumbuhan fisik dan biologis, misalnya seorang anak yang beranjak menjadi dewasa
akan mengalami perubahan pada fisik dan mentalnya. Sedangkan belajar adalah sebuah
proses yang berkesinambungan dari sebuah pengalaman yang akan membuat suatu individu
berubah dari tidak tahu menjadi tahu (kognitif), dari tidak mau menjadi mau (afektif) dan dari
tidak bisa menjadi bisa (psikomotorik), misalnya seseorang anak yang belajar mengendarai
sepeda akan terlebih dahulu diberi pengarahan oleh orang tuanya lalu anak tersebut mencoba
untuk mengendarai sepeda hingga menjadi bisa. Proses kematangan dan belajar akan sangat
menentukan kesiapan belajar pada seseorang, misalnya seseorang yang proses kematangan
dan belajarnya baik akan memiliki kesiapan belajar yang jauh lebih baik dengan seseorang
yang proses kematangan dan belajarnya buruk. Manusia dalam perkembangannya mengalami
perubahan dalam berbagai aspek yang ada pada manusia dan aspek-aspek tersebut saling
berhubungan dan dan berkaitan.
Aspek-aspek dalam perkembanga tersebut diantaranya adalah aspek fisik, mental, emosional, dan
sosial.

Fase-fase Perkembangan Peserta Didik


Fase perkembangan adalah penahapan atau periodeisasi rentang kehidupan
manusia yang ditandai oleh ciri-ciri atau pola tingkah laku tertentu. Berdasarkan
hasil penelitian para ahli terlihat bahwa dasar yang digunakan untuk mengkaji
periodeisasi perkembangan anak ternyata berbeda-beda. Secara garis besarnya
terdapat empat dasar pembagian fase-fase perkembangan ini, yaitu: (1) fase
perkembangan berdasarkan ciri-ciri biologis, (2) konsep didaktis, (3) ciri-ciri
psikologis, dan (4) konsep tugas perkembangan.5 Berikut penjelasannya:
1. Periodeisasi Perkembangan Berdasarkan Ciri-ciri Biologis
Periodeisasi perkembangan ini diantaranya dikemukakan oleh:6
a. Aristoteles (384-322 S.M)
Ia membagi masa periodeisasi perkembangan selama 21 tahun dalam 3
masa, yaitu:
(1) Fase anak kecil (0-7 tahun), fase ini diakhiri dengan pergantian gigi.
(2) Fase anak sekolah (7-14 tahun), fase ini dimulai dari tumbuhnya
gigi baru sampai timbulnya gejala berfungsinya kelenjar-kelenjar
kelamin.
5 Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, 20.
6 Ibid., 20.
23
(3) Fase remaja (pubertas) 14-21 tahun, disebut masa peralihan diri
anak menjadi orang dewasa. Fase ini dimulai dari bekerjanya
kelenjar-kelenjar kelamin sampai akan memasuki masa dewasa.
b. Maria Montessori
Menurut Maria, pembagian fase-fase perkembangan meliputi:
(1) Periode I (0-7 tahun), yaitu periode penangkapan dan pengenalan
dunia luar dengan paca indra.
(2) Periode II (7-12 tahun), yaitu periode abstrak dimana anak-anak
mulai menilai perbuatan manusia atas dasar baik dan buruk.
(3) Periode III (12-18 tahun), yaitu periode penemuan diri dan
kepekaan sosial.
(4) Periode IV (18 keatas), yaitu periode pendidikan tinggi.
c. Elizabeth B. Hurlock
Elizabeth B. Hurlock membagi perkembangan individu berdasarkan
konsep biologis atas 5 fase, yaitu:
(1) Fase prenatal (sebelum lahir), mulai konsepsi sampai proses
kelahiran.
(2) Fase infancy (orok/masa kecil), mulai lahir sampai usia 14 hari.
(3) Fase babyhood (bayi), mulai dari 2 minggu sampai sekitar umur 2
tahun.
(4) Fase childhood (anak-anak), mulai usia 2 tahun sampai usia
pubertas.
24
(5) Fase adolessence (remaja), mulai usia 11 tahun sampai usia 21
tahun, yang dibagi atas tiga masa:
5.1. Fase pre adolescence: mulai usia 11 dan 13 tahun untuk wanita
dan usia sekitar setahun kemudian untuk laki-laki.
5.2. Fase early adolescence: mulai dari usia 13-14 tahun sampai
16-17 tahun
5.3. Fase late adolescence: masa-masa akhir dari perkembangan
seseorang atau hampir bersamaan dengan masa ketika
seseorang tegah menempuh perguruan tinggi.
2. Fase Perkembangan Berdasarkan Konsep Didaktis
Dasar yang digunakan untuk menentukan pembagian fase ini adalah materi
dan cara mendidik anak pada masa-masa tertentu. Pembagian ini diantaranya
dikemukakan oleh Johann Amos Comenius (seorang ahli pendidikan di
Moravia). Pembagian tersebut adalah:7
a. 0-6 tahun : sekolah ibu, merupakan masa mengembangkan alatalat
indra dan memperoleh pengetahuan dasar di bawah asuhan ibu
b. 6-12 tahun : sekolah anak, merupakan masa anak mengembangkan
daya ingatanya dibawah pendidikan sekolah rendah.
c. 12-18 tahun : sekolah bahasa Latin (sekolah remaja), merupakan
masa mengembangkan daya pikirannya dibawah pendidikan sekolah
7 Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, 23.
25
menengah. Pada masa ini mulai diajarkan bahasa latin sebagai bahasa
asing.
d. 18-24 tahun: sekolah tinggi dan pengembaraan, merupakan masa
mengembangkan kemaunnya dan memilih suatu lapangan hidup yang
berlangsung di bawah perguruan tinggi.
3. Periodeisasi Perkembangan Berdasarkan Ciri-ciri Psikologis
Periodeisasai perkembangan psikologis didasarkan atas ciri-ciri kejiwaan
yang menonjol pada manusia. Periodeisasi ini dikemukakan oleh beberapa
ahli, diantaranya:8
a. Oswald Kroh
Ciri-ciri psikologis yang digunakan sebagai dasar oleh Oswald Kroh
adalah pandangannya terhadap anak-anak yang umumnya memiliki
keguncangan jiwa yang dimanifestasikan dalam bentuk sifat trotz (keras
kepala). Atas dasar ini ia membagi masa perkembangan dalam 3 fase,
yaitu:
(1) Fase anak awal: Dari lahir (0-3 tahun). Pada akhir fase ini terjadi trotz
pertama, yang ditandai dengan anak serba membantah atau menentang.
(2) Fase keserasian sekolah: dari umur 3-13 tahun. Pada akhir masa ini
timbul sifat trotz kedua, dimana anak suka menentang kepada orang
lain, terutama kepada orang tuanya.
8 Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, 24.
26
(3) Fase kematangan: anak berumur 14-19 tahun. Pada fase ini anak mulai
menyadari kekurangannya dan kelebihannya, yang dihadapi dengan
sikap sewajarnya.
b. Kohnstamm
Kohnstamm membagi fase perkembangan manusia menjadi 5 fase,
yaitu:
(1) Periode vital: umur 0-1,5 tahun, disebut juga fase menyusui.
(2) Periode estetis: umur 1,5-7 tahun, disebut juga fase pencoba dan
bermain.
(3) Periode intelektual (fase sekolah): umur 7-14 tahun.
(4) Periode sosial (remaja): umur 14-21 tahun.
(5) Periode matang: umur 21 tahun keatas, disebut juga masa tua
c. Erik Erikson
Tahapan perkembangan psikosoial ini menekankan perubahan
perkembangan psikososial sepanjang siklus kehidupan manusia. Berikut
delapan tahapan perkembangan manusia ditinjau dari segi psikososial:
(1) Percaya versus tidak percaya (0-1 tahun)
Pada tahap ini bayi sudah terbentuk rasa percaya kepada seseorang
baik orang tua maupun orang yang mengasuhnya ataupun perawat
yang merawatnya, kegagalan pada tahap ini apabila terjadi kesalahan
dalam mengasuh atau merawat maka akan timbul rasa tidak percaya.
27
(2) Tahap otonomi versus rasa malu dan ragu (1-3 tahun)
Anak sudah mulai mencoba dan mandiri dalam tugas tumbuh kembang
seperti dalam motorik kasar: anak mampu berjinjit, memanjat,
berbicara dan lain sebagainya, sebaliknya perasaan malu dan ragu akan
timbul apabila anak merasa dirinya terlalu dilindungi atau tidak
diberikan atau kebebasan anak dan menuntut tinggi harapan anak.
(3) Tahap inisiatif versus rasa bersalah (3 6 tahun )
Anak akan mulai inisiatif dalam belajar mencari pengalaman baru
secara aktif dalam melakukan aktifitasnya melalui kemampuan
indranya. Hasil akhir yang diperoleh adalah kemampuan untuk
menghasilkan sesuatu sebagai prestasinya. Apabila dalam tahap ini
anak dilarang atau dicegah maka akan timbul rasa bersalah pada diri
anak.
(4) Tekun versus rasa rendah diri (6-12 tahun)
Anak akan belajar untuk bekerjasama dan bersaing dalam kegiatan
akademik maupun dalam pergaulan melalui permainan yang dilakukan
bersama. Anak selalu berusaha untuk mencapai sesuatu yang
diinginkan sehingga anak pada usia ini rajin dalam melakukan sesuatu.
Apabila dalam tahap ini anak terlalu mendapat tuntutan dari
lingkunganya dan anak tidak berhasil memenuhinya maka akan timbul
rasa inferiorty ( rendah diri ).
28
(5) Tahap identitas dan kebingungan identitas ( 12-20 tahun)
Pada tahap ini terjadi perubahan dalam diri anak khususnya dalam
fisik dan kematangan usia, perubahan hormonal, akan menunjukkan
identitas dirinya seperti siapa saya kemudian. Apabila kondisi tidak
sesuai dengan suasana hati maka dapat menyebabkan terjadinya
kebingungan dalam peran.
(6) Keakraban versus keterkucilan (20-30 tahun)
Individu menghadapi tugas perkembangan relasi intim dengan orang
lain. Saat anak muda membentuk persahabatan yang sehat dan relasi
akrab dengan oranglain, maka keintiman akan tercapai, namun bila
tidak maka akan terjadi isolas.
(7) Generativitas versus stagnasi ( 40-50 tahun )
Pada fase ini, seseorang akan memiliki perhatian terhadap apa yang
dihasilkan, keturunan, serta ide untuk generasi mendatang. Namun,
jika generativitas lemah, maka akan terjadi stagnasi.
(8) Integritas diri versus keputusasaaan ( 50 tahun keatas)
Pada fase ini, seseorang akan mengevaluasi apa yang telah
dilalakukannya selama ia hidup. Jika manusia usia lanjut mampu
memelihara dan menyesuaikan diri dengan keberhasilan, maka ia akan
merasa sukses. Namun, jika ia menyelesaikan hanya tahap sebelumnya
secara negatif, maka cenderung akan menghasilkan rasa bersalah atau
kemurangan yang disebut Erikson sebagai despair (putus asa).
29
4. Periodeisasi Perkembangan Berdasarkan Konsep Tugas Perkembangan
Tugas perkembangan adalah berbagai ciri perkembangan yang diharapkan
timbul dan dimiliki setiap manusia dalam periode perkembangannya.
Periodeisasai ini dikemukakan oleh Robert J. Havighurst, yaitu:9
(1) Periode bayi dan anak-anak: umur 0-6 tahun.
(2) Periode sekolah: umur 6-12 tahun.
(3) Periode remaja (adolecence) : umur 12-18 tahun.
(4) Periode dewasa (early adulthood): umur 18-30 tahun.
(5) Periode dewasa pertengahan (Midle age): umur 30-50 tahun.
(6) Periode tua (latter maturity): umur 50 tahun keatas.
tujuh karakteristik dasar yang harus dipahami untuk melihat perkembangan
manusia, yaitu :
1. Perkembangan adalah seumur hidup. Perkembangan yang menyangkut berbagai macam
perubahan dari hasil interaksi faktor-faktor seperti yang telah disebutkan akan berlangsung
secara berkesinambungan sepanjang siklus kehidupan.
2. Perkembangan bersifat multidimensional. Perkembangan menyangkut berbagai macam
ranah perkembangan seperti faktor fisik, intelektual yang menyangkut perkembangan kognitif
dan bahasa, emosi, sosial dan moral.
3. Perkembangan adalah multidireksional. Ranah-ranah perkembangan mengalami perubahan
dengan arah tertentu. Sebagai contoh, pada masa bayi, perkembangan yang tumbuh pesat
adalah ranah fisik, yang kecepatan arah pertumbuhannya tidak sama dengan ranah yang lain.
Sementara pada masa kanak-kanak awal, perkembangan emosi dan sosial berkembang lebih
pesat dibandingkan dengan perkembangan yang
lain.
4. Perkembangan bersifat lentur (plastis). Hal ini berarti perkembangan berbagai macam
ranah dapat distimulasi untuk berkembang secara maksimal. Sebagai contoh, kelenturan
berpikir anak-anak dapat diasah sejak dini dengan memberikan latihan-latihan pada anak
untuk terbiasa memecahkan masalah dengan baik dengan berbagai macam cara dari hasil
eksplorasinya.

C. Ranah Kajian Perkembangan Peserta Didik


Perkembangan manusia merupakan proses yang kompleks yang dapat dibagi menjadi empat
ranah utama, yaitu perkembangan fisik, intelektual (kognitif dan bahasa) serta emosi dan
sosial, yang didalamnya juga termasuk perkembangan moral.
.
G. Rangkuman
1. Perkembangan Peserta Didik merupakan bagian dari pengkajian danpenerapan Psikologi
Perkembangan.
2. Perkembangan individu merupakan pola gerakan atau perubahan yangsecara dinamis
dimulai dari pembuahan atau konsepsi dan terus berlanjutsepanjang siklus kehidupan
manusia yang terjadi akibat dari kematangan danpengalaman.
3. Dalam perkembangan ada dua proses yang bertentangan yang terjadisecara serempak
selama kehidupan, yaitu pertumbuhan yang disebut evolusidan kemunduran yang disebut
dengan involusi.
4. Perubahan-perubahan dalam perkembangan merupakan hasil dari prosesprosesbiologis,
kognitif dan sosio-emosional yang saling berkaitan.
5. Dalam pengkajian Perkembangan Individu ini ada dua istilah yang seringmuncul, pertama
perkembangan (development) dan kedua adalah
pertumbuhan (growth). Istilah perkembangan dititikberatkan pada aspekaspek
yang bersifat psikis (kualitatif), sedangkan pertumbuhan dipakai untukperubahan-perubahan
yang bersifat fisik (kuantitatif).
PERBEDAAN INDIVIUAL PADA PESERTA DIDIK

Khodijah (dalam Fathoni 2012: 4-5) menjelaskan bahwa Perbedaan individual yang dimiliki
anak didik antara lain meliputi perbedaan dalam aspek biologis, psikologis, intelegensi,
bakat, dan perbedaan lainnya.
Adapun bidang-bidang dari perbedaannya yakni:
1. Perbedaan kognitif
Kemampuan kognitif merupakan kemampuan yang berkaitan dengan penguasaan ilmu
pengetahuan dan tehnologi. Setiap orang memiliki persepsi tentang hasil pengamatan atau
penyerapan atas suatu obyek. Berarti ia menguasai segala sesuatu yang diketahui, dalam arti pada
dirinya terbentuk suatu persepsi, dan pengetahuan itu diorganisasikan secara sistematik untuk
menjadi miliknya.
2.Perbedaan kecakapan bahasa
Bahasa merupakan salah satu kemampuan individu yang sangat penting dalam kehidupan.
Kemampuan tiap individu dalam berbahasa berbeda-beda. Kemampuan berbahasa merupakan
kemampuan seseorang untuk menyatakan buah pikirannya dalam bentuk ungkapan kata dan
kalimat yang penuh makna, logis dan sistematis. Kemampuan berbaha sangat dipengaruhi oleh
faktor kecerdasan dan faktor lingkungan serta faktor fisik (organ bicara).
3. Perbedaan kecakapan motorik
Kecakapan motorik atau kemampuan psiko-motorik merupakan kemampuan untuk melakukan
koordinasi gerakan syarat motorik yang dilakukan oleh syaraf pusat untuk melakukan kegiatan.
4. Perbedaan Latar Belakang
Perbedaaan latar belakang dan pengalaman mereka masing-masing dapat memperlancar atau
menghambat prestasinya, terlepas dari potensi individu untuk menguasai bahan.
5. Perbedaan bakat
Bakat merupakan kemampuan khusus yang dibawa sejak lahir. Kemampuan tersebut akan
berkembang dengan baik apabila mendapatkan rangsangan dan pemupukan secara tepat
sebaliknya bakat tidak berkembang sama, manakala lingkungan tidak memberi kesempatan untuk
berkembang, dalam arti tidak ada rangsangan dan pemupukan yang menyentuhnya.
6. Perbedaan kesiapan belajar
Perbedaan latar belakang, yang mliputi perbedaan sisio-ekonomi sosio cultural, amat penting
artinya bagi perkembangan anak. Akibatnya anak-anak pada umur yang sama tidak selalu berada
pada tingkat kesiapan yang sama dalam menerima pengaruh dari luar yang lebih luas.
E. Faktor-faktor PEBEDAAN INDIVIDU PADA PESERTA DIDIK
masing-masing individu memiliki keunikan atau kekhasan sendiri baik dalam setiap gejala
jiwa yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang terlihat dalam kemampuan
berfikir, merasakan sesuatu, serta sikap dan perilakunya sehari-hari.
Dalam melihat dan menyikapi perbedaan tersebut, hendaknya pendidik menyadari bahwa
tidak semua individu dapat diperlakukan dengan cara yang selalu sama. Masing-masing
individu memiliki kekhasan sendiri, sehingga pendekatan yang sifatnya personal maupun
institusional tentu berbeda.
Untuk lebih jelasnya, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
perkembangan individu adalah sebagai berikut:
a. Faktor Internal
a. 1. Kondisi Fisik
Faktor fisik merupakan faktor biologis individu yang merujuk pada faktor genetik yang
diturunkan oleh kedua orang tuanya. Faktor ini dimulai dari masa pembuahan sel telur oleh
sel jantan. Unsur-unsur di dalam struktur genetik inilah yang memprogramkan tumbuhnya sel
tubuh pada manusia. Gen inilah yang menentukan warna rambut, kulit, ukuran tubuh, jenis
kelamin, kemampuan
intelektual, serta emosi (Atkinson, 1991). Potensi genetik inilah yang akan berinteraksi
dengan lingkungan sehingga membentuk individu tersebut tumbuh dan berkembang.

Pada masa pembentukan sel-sel tubuh, banyak faktor yang dapat


mempengaruhi kondisi janin disamping keunikan yang telah ada pada kedua
orangtuanya. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah faktor penyimpangan yaitu
a. Pengaruh genetik karena adanya kelainan berupa penyimpangan
kromosom. Salah satu penyimpangan kromosom disebut dengan down
syndrome.
b. Ibu yang kurang gizi pada saat mengandung. Seperti yang diungkapkan
oleh Mussen (1994) mengatakan bahwa bayi yang dilahirkan oleh ibu yang
kekurangan gizi dapat menyebabkan berat lahir rendah, menderita
kecacatan atau keabnormalan pada otak sehingga mengakibatkan
retardasi mental, kurangnya kekebalan tubuh sehingga cepat terserang
penyakit radang paru-paru dan bronkitis, serta cacat tubuh.
c. Obat-obatan dan alkohol. Kandungan zat kimia pada obat dan alkhohol
pada orangtua akan menghasilkan sprerma dan sel telur yang tidak sehat.
Begitupun pada kondisi janin yang dikandung oleh ibu yang sering
meminum alkohol, obat-obatan, serta obat terlarang seperti mariyuana
serta obat-obat psikotropika kecendrungan untuk melahirkan bayi yang cact
cenderung besar. Selain itu kelainan jantung, retardasi mental, serta fungsi
tubuh yang tidak optimal dapat menjadi akibat dari obat dan alkohol.
15
d. Radiasi
Mussen (1994) mengatakan bahwa sumber potensial kecacatan pada bayi
adalah radiasi sinar X yang dialami ibu selama kehamilan, baik itu untuk
pengobatan penyakit ibu seperti kanker, tumor, atau diagnosis penyakit
lain.
d. Penyakit yang diderita Ibu selama kehamilan
e. Keadaan Emosi pada Ibu

a.2. Kondisi Psikis


Kondisi fisik dan psikis individu sangat berkaitan. Seperti yang diuraikan
sebelumnya, bahwa ranah perkembangan individu menyangkut aspek fisik,
intelektual yaitu kognitif dan bahasa, emosi dan sosial moral. Kondisi fisik yang
tidak sempurna atau cacat juga berkaitan dengan persepsi individu terhadap
kemampuan dirinya. Begitupun dengan ketidakmampuan intelektual yang diulas
sebelumnya dapat disebabkan karena kerusakan sistem syaraf , kerusakan otak
atau mengalami retardasi mental.
b. Faktor Eksternal
b.1. Lingkungan Fisik;
Lingkungan ini mencakup kondisi keamanan, cuaca, keadaan geografis,
sanitasi atau kebersihan lingkungan, serta keadaan rumah yang meliputi
ventilasi, cahaya, dan kepadatan hunian (Soetjiningsih, 1998). Semua kondisi di
atas sangat mempengaruhi bagaimana individu dapat menjalankan proses
kehidupannya. Sebagai contoh, kondisi daerah yang tidak aman karena adanya
pertikaian dapat menyebabkan tekanan tersendiri bagi individu dan proses imitasi
atau peniruan perilaku kekerasan yang dapat berpengaruh dalam pola perilaku
individu.
b.2. Lingkungan Non fisik
Faktor Non fisik meliputi berbagai macam komponen, yaitu keluarga,
pendidikan, dan masyarakat. Adapun beberapa faktor yang berkenaan dengan
faktor non fisik ini adalah ;
1.) Faktor Psikososial
Ada beberapa hal yang termasuk faktor psikososial yaitu stimulasi,
motivasi dalam mempelajari sesuatu, pola asuh, serta kasih sayang dari orang
tua:
a) Stimulasi. Hal ini merupakan faktor yang penting dalam menunjang
perkembangan individu. Individu yang mendapat stimulasi atau
rangsangan yang terarah dan teratur akan lebih cepat mempelajari
sesuatu karena lebih cepat berkembang dibandingkan individu yang tidak
mendapatkan banyak stimulasi. Individu akan berkembang pola-pola
berfikir, merasakan sesuatu, dan bertingkah laku, bila banyak diberi
rangsangan yang berupa dorongan dan kesempatan dari lingkungan
disekitarnya. Walaupun mungkin ada individu yang berbakat, namun bila
lingkungannya tidak mendukung, potensinya untuk berkembangpun dapat
terhambat. Sebaliknya, bila ada individu yang belum terlihat potensi pada
dirinya, namun rangsangan dan kesempatan bereksplorasi diberikan
secara maksimal dan sesuai dengan kebutuhan usianya, maka individu
tersebut dapat berkembang jauh lebih baik.
b) Motivasi dalam mempelajari sesuatu.
Motivasi dan Dorongan yang bersifat membangun daya fikir dan daya cipta individu, akan
membuat individu termotivasi untuk melakukan yang lebih baik lagi. Pemberian kesempatan
pada individupun
dalam mengeksplorasi sesuatu merupakan salah satu cara dalam memotivasi individu belajar.
Hal ini dapat dilakukan oleh pihak institusi pendidikan maupun dari pihak keluarga. Individu
dimotivasi utnuk menjelajah, meneliti, berkarya atau memegang sesuatu utnuk memuaskan
rasa ingin tahunya merupakan hal yang dibutuhkan individu.
c) Pola asuh dan kasih sayang dari orang tua.
Orangtua merupakan area
terdekat pada individu. Individu sangat memerlukan kasih sayang,
perlindungan, rasa aman, sikap dan perlakuan yang adil dari orangtua.
Bagaimana gaya pengasuhan orangtua yang diberikan pada individu;
apakah permisif atau serba boleh, otoriter yang tidak membolehkan
individu berbuat apapun, ataukah bersifat otoritatif yang merupakan
perpaduan dari keduanya, semuanya akan memberikan dampak yang
berbeda pada individu. Pola asuh ini sangat dipengaruhi oleh kualitas
interaksi antara individu dan orangtua. Bagaimana individu terbentuk
tentunya didapat dari pembiasaan-pembiasaan yang terjadi pada situasi rumah. Hal inilah
yang terkadang mendasari individu untuk mengembangkan dirinya. Sebagai contoh, individu
yang mendapat gaya
pengasuhan otoriter yang bercirikan semua diatur oleh orangtua individu
tersebut akan menjadi individu yang selalu bergantung serta memiliki
daya kreativitas yang rendah karena adanya pembatasan-pembatasan
dalam berfikir dan berperilaku. Sebaliknya individu yang selalu
mendapatkan kebebasan berperilaku semaunya akan mengembangkan
sikap dan perilaku yang sulit memahami dan menerima keadaan yang
berbeda dengan dirinya.

Anda mungkin juga menyukai