Disusun Oleh :
Lifa Nurwijayanti
NRP. 3315100009
NRP. 3315100101
2017
I. Peraturan MENLH Nomor 05 Tahun 2006 tentang Ambang Batas Emisi Gas
Buang Kendaraan Bermotor Lama.
Pasal 3 Ayat (1) :
Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Lama sebagaimana tercantum
dalam Lampiran I Peraturan Menteri ini.
ULASAN :
Semakin bertambahnya jumlah kendaraan bermotor merupakan salah satu
penyebab sekamin meningkatnya pencemaran udara di Indonesia. Dampak negatif
yang disebabkan oleh pencemaran udara yang semakin meningkat ini juga dirasakan
oleh seluruh masyarakat Indonesia dimana pencemaran udara ini dapat
mempengaruhi kondisi lingkungan serta kesehatan. Untuk meminimalisir atau
mencegah pencemaran udara ini, serta mewujudkan lingkungan hidup yang baik dan
sehat bagi masyarakat, sebagai negara hukum Indonesia alangkah baiknya
menegakkan hukum di bidang lingkungan yang mana seharusnya dapat menjadi
jalan utama dalam mewujudkan lingkungan yang baik dan sehat bagi masyarakat.
Menurut data Badan Pusat Statistik Indonesia perkembangan jumlah kendaraan
bermotor sejak tahun 2000 hingga 2013 terus mengalami peningkatan yang
signifikan. Hal ini tentu saja mempengaruhi kondisi udara di Indonesia yang semakin
tercemar seiring dengan peningkatan jumlah kendaraan bemotor. Pencemaran udara
ini disebabkan oleh gas emisi yang dihasilkan ketika pengoperasian kendaraan
bermotor. Emisi kendaraan bermotor mengandung berbagai senyawa kimia.
Komposisi dari kandungan senyawa kimianya tergantung dari kondisi mengemudi,
jenis mesin, alat pengendali emisi bahan bakar, suhu operasi serta faktor lain.
Walaupun gas buang kendaraan bermotor umumnya mengandung senyawa yang
tidak berbahaya seperti nitrogen, karbon dioksida dan upa air, tetapi didalamnya
terkandung juga senyawa lain dengan jumlah yang cukup besar yang dapat
membahayakan gas buang membahayakan kesehatan maupun lingkungan. Bahan
pencemar yang terutama terdapat didalam gas buang buang kendaraan bermotor
adalah karbon monoksida (CO), berbagai senyawa hindrokarbon, berbagai oksida
nitrogen (NOx) dan sulfur (SOx), dan partikulat debu termasuk timbel (PB). Bahan
bakar tertentu seperti hidrokarbon dan timbel organik, dilepaskan ke udara karena
adanya penguapan dari sistem bahan bakar. Lalu lintas kendaraan bermotor, juga
dapat meningkatkan kadar partikular debu yang berasal dari permukaan jalan,
komponen ban dan rem. Setelah berada di udara, beberapa senyawa yang terkandung
dalam gas buang kendaraan bermotor dapat berubah karena terjadinya suatu reaksi,
misalnya dengan sinar matahari dan uap air, atau juga antara senyawa-senyawa
tersebut satu sama lain. Proses reaksi tersebut ada yang berlangsung cepat dan terjadi
saat itu juga di lingkungan jalan raya, dan adapula yang berlangsung dengan lambat.
Reaksi kimia di atmosfer kadangkala berlangsung dalam suatu rantai reaksi yang
panjang dan rumit, dan menghasilkan produk akhir yang dapat lebih aktif atau lebih
lemah dibandingkan senyawa aslinya. Sebagai contoh, adanya reaksi di udara yang
mengubah nitrogen monoksida (NO) yang terkandung di dalam gas buang kendaraan
bermotor menjadi nitrogen dioksida (NO2) yang lebih reaktif, dan reaksi kimia antara
berbagai oksida nitrogen dengan senyawa hidrokarbon yang menghasilkan ozon dan
oksida lain, yang dapat menyebabkan asap awan fotokimi (photochemical smog)
(Tugaswati, 2004).
Pengertian kendaraan bermotor lama adalah kendaraan yang sudah diproduksi,
dirakit atau diimpor dan sudah beroperasi di wilayah Republik Indonesia.
II. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 2 Tahun
2005.
Pasal 27 Ayat (1) dan (2)
(1) Dalam rangka pemulihan mutu udara ditetapkan hari bebas kendaraan bermotor
pada kawasan tertentu.
(2) Hari bebas kendaraan bermotor pada kawasan tertentu sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan.
ULASAN :
Tabel 1. Hasil pengukuran beberapa parameter polutan saat HBKB dan saat hari
kerja
ULASAN :
Kemajuan teknologi dewasa ini semakin pesat, dimana jumlah kendaraan juga
semakin meningkat. Sebagaimana telah kita ketahui bahwa kendaraan-kendaraan
tersebut pada umumnya menggunakan bahan bakar seperti premium, solar dan lain-
lain. Hasil pembakaran dari bahan bakar tersebut dapat adalah berupa gas emisi. Pada
masa sekarang ini trend dikalangan pemilik kendaraan melakukan uji emisi untuk
melihat kinerja mesin kendaraannya. Kinerja kendaraan yang baik adalah tingkat
komsumsi bahan bakar yang rendah dengan menghasilkan kadar emisi yang rendah
pula. Pemeriksaan dan perawatan gas buang ini semakin banyak dibutuhkan oleh
perbengkelan dan masyarakat karena memiliki manfaat yaitu antara lain :
Dari pemeriksaan emisi gas buang diperoleh data yang dapat digunakan untuk
menganalisa dan mengoptimalkan kinerja mesin dengan tepat dan waktu lebih
cepat.
Kinerja mesin yang baik memberikan manfaat, yaitu komsumsi bahan bakar dan
biaya perawatan kendaraan lebih rendah.
Kinerja mesin baik, berarti pembakaran dalam mesin mendekati sempurna
sehingga emisi gas buang rendah.
Gas buang kendaraan bermotor terdiri dari atas zat yang tidak beracun, seperti
nitrogen (N2), karbondioksida (CO2), dan uap air (H2O), dan zat beracun seperti
karbon monoksida (CO), hidrokarbon (HC), oksida nitrogen (NOx), sulfur oksida
(SOx), zat debu timbal (Pb), dan partikulat. Komposisi zat-zat yang dikeluarkan dari
knalpot kendaraan adalah 72% N2, 18,1% CO2, 8,2% H2O, 1,2% gas mulia, 1,1%
O2, dan 1,1% gas beracun yang terdiri dari 0,13% NOx, 0,09 HC, 0,9% CO. Selain
dari gas buang unsur HC dan CO dapat pula keluar dari penguapan bahan bakar
ditangki dan blow by gas dari mesin.
a. Periksa kebocoran pada sistem gas buang motor penggerak dan sistem alat uji.
b. Setelah pemanasan selesai, putaran motor dinaikkan sampai putaran menengah
selama 15 detik tanpa beban, kemudian kembali pada putaran idling.
c. Setelah putaran motor kembali idling, segera pasangkan alat (probe) ke dalam
pipa gas buang sedalam minimal 30 cm.
d. Tunggu 20 detik atau hingga data stabil untuk mendapatkan data hasil uji seperti
yang disajikan pada Tabel 1.
Dengan melihat hasil pengujian pada Tabel 1. maka, dapat dianalisa kondisi kerja
mesin pada posisi putaranputaran tertentu yaitu sebagai berikut :
Idling stasioner pada putaran 1000 rpm, pada putaran ini suhu dalam ruang bakar
tidak tinggi sehingga penguapan bensin tidak mencukupi. Hal ini dapat
menyebabkan pembakaran menjadi tidak stabil. Untuk mencegah hal tersebut
perlu dilakukan suatu control (perbaikan dibagian suplay bahan bakar) untuk
meningkatkan campuran agar menjadi kaya, sehingga konsentrasi CO dan HC
dalam gas buang menjadi tinggi karena pembakaran tidak bisa sempurna.
Putaran rendah dan menengah (1500 rpm), dimana kondisi ini merupakan
campuran kurus/miskin dibandingkan dengan kondisi idle. Karena pada kondisi
ini dimana throttle terbuka sampai bukaan maksimum. Hal ini menimbulkan
suhu dalam ruang bakar meningkat sehingga emisi CO dan HC menurun.
Putaran tinggi (2500 rpm), kondisi ini menghasilkan tenaga yang besar karena
putaran mesin tinggi dan campuran semakin kaya, dapat menimbulkan CO dan
HC meningkat karena terjadi kekurangan oksigen. Pada kondisi ini perlu
dilakukan pengaturan jumlah udara yang masuk dengan melakukan penyetelan
pada baut pangatur udara masuk yang terdapat dibagian samping karburator.
Dari ketiga data tersebut diatas terlihat bahwa pada kondisi idle dan putaran tinggi
sangat cenderung menghasilkan emisi yang tinggi, atau dengan kata lain pembakaran
tidak sempurna. Sedangkan untuk putaran rendah atau menengah ada kecenderungan
terjadi proses pembakaran yang mendekati sempurna. Namun hal itu tidak terlalu
berpengaruh karena masih berada pada daerah ambang batas emisi gas buang tahun
1993.
Sehingga Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 16 Tahun 2009 Tentang
Penyelenggaraan Pengujian Kendaraan Bermotor BAB I: Pasal 1 Ayat (10) yang
berbunyi, Uji emisi kendaraan bermotor adalah uji emisi gas buang yang wajib
dilakukan untuk kendaraan bermotor secara berkala. sudah relevan untuk
diberlakukan. Karena dengan uji emisi dapat diketahui hasilnya yang kemudian
dapat dianalisa kinerja mesin kendaraan bermotor yang diuji lalu dapat diketahui
efektifitas proses pembakaran bahan bakar pada mesin khususnya mesin bensin
dengan cara menganalisis kandungan karbon monoksida (CO) dan hidrokarbon (HC)
yang terkandung di dalam gas buang. Hasil uji emisi ini juga dapat digunakan untuk
mengetahui adanya kerusakan pada bagian-bagian mesin kendaraan, dan melakukan
penyetelan ulang campuran udara dan bahan bakar dengan tepat. Dari hasil uji emisi
tersebut juga dapat diketahui apakah kendaraan yang diuji mengeluarkan gas buang
tidak melebihi ambang batas parameter baku mutu emisi kendaraan bermotor yang
berlaku saat ini. Jika emisi kendaraan tersebut tidak melebihi ambang batas maka
tidak terlalu berpengaruh terhadap pencemaran udara, sebaliknya jika emisi yang
dikeluarkan melebihi ambang batas maka dapat memberikan dampak yang sangat
buruk terhadap pencemaran udara di lingkungan sehingga perlu untuk ditindaklanjuti
agar gas emisi yang dikeluarkan tidak melebihi amban batas.
IV. Peraturan MENLH Nomor 10 Tahun 2012 tentang Baku Mutu Emisi Gas
Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru Kategori L3
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik (BPS), diakses dari http://www.bps.go.id/, diakses pada tanggal 20
Februari 2017 pada jam 17.30 WIB.
Syahrani, Awal. 2012. Analisa Kinerja Mesin Berdasarkan Uji Emisi. Jurnal SMARTek
Universitas Tadulako Palu
Tugaswati, A. Tri. 2004. Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor dan Dampaknya
Terhadap Kesehatan. Health and Human Ecology Journal